HUBUNGAN KINERJA PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGKANDANG KOTA MALANG
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kusta adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman
kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya
menyerang kulit, mukosa mulut, saluran napas bagian atas, system muskulo retikulo
endotelia, mata, otot, tulang, testis dan organ lain kecuali system saraf pusat. Bila
tidak terdiagnosis dan diobati secara dini, akan menimbulkan kecacatan menetap yang
umumnya akan menyebabkan penderitanya dijauhi, dikucilkan, diabaikan oleh
keluarga dan sulit mendapatkan pekerjaan. Mereka menjadi sangat tergantung secara
fisik dan finansial kepada orang lain yang pada akhirnya berujung pada kemiskinan
(Depkes, 2008).
Penyakit kusta pada umunya terdapat di negara-negara yang sedang
berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam
memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan
kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini masih
ditakuti masyarakat, keluarga, termasuk sebagian petugas. Hal ini disebabkan masih
kurangnya pengetahuan atau pengertian dan kepercayaan yang keliru terhadap
penyakit kusta dan cacat yang ditimbulkannya. Dengan kemajuan teknologi di bidang
promotif, preventif dan kuratif serta pemulihan kesehatan dibidang penyakit kusta,
seharusnya kusta sudah dapat diatasi dan tidak lagi menjadi masalah kesehatan di
masyarakat. Akan tetapi mengingat kompleksnya masalah penyakit kusta, maka
diperlukan program pengendalian secara terpadu dan menyeluruh melalui strategi
yang sesuai dengan endemisitas penyakit kusta (Rachmat,2008).
2
Penanganan kusta dikomunitas sebagai population at risk sesuai dengan tiga
dari delapan tujuh Millenium Development Goals (MDG’s) atau tujuan pembangunan
millennium, yaitu memerangi penyebaran HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular
lainnya, (Susanto, 2010). Berdasarkan pendekatan epidemiologi, penyakit kusta
merupakan masalah yang cukup serius karena jumlah populasi beresiko (population at
risk) dan terpapar oleh penyakit kusta sangat besar (Susanto, 2010). Berdasarkan
laporan World Health Organization (WHO), jumlah kasus kusta tahun 2009 di dunia
berjumlah 497.791 kasus.
Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia dengan
jumlah 16.549 kasus. Pada tahun 2010 Indonesia melaporkan 17.012 kasus baru dan
1.822 diantaranya, ditemukan sudah dalam keadaan cacat tingkat 2 (cacat yang
tampak).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Jawa timur 2012, penemuan penderita
Kusta di Indonesia merupakan urutan ketiga di bawah India dan Brazil. Dan secara
nasional, Provinsi Jawa Timur merupakan penyumbang penderita kusta terbanyak di
antara provinsi lainnya. Rata-rata penemuan penderita Kusta di Provinsi Jawa Timur
per tahun antara 4.000-5.000 orang. Pada tahun 2012, penemuan penderita baru di
Indonesia sebanyak 18.853 orang, sedangkan penemuan penderita baru di Provinsi
Jawa Timur sebanyak 4.807 orang (25,5% dari jumlah penderita baru di Indonesia).
Berdasarkan hasil survey peneliti di wilayah Malang Timur, masih ditemukan
penderita kusta di wilayah Kedung Kandang sebanyak 47 penderita. 37 penderita
terbaru ditemukan di tahun 2013-2014 dan menduduki urutan pertama angka
kejadian kusta tertinggi di Kota Malang.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pemberantasan
penyakit kusta di dunia, maka Indonesia telah ikut melaksanakan program MDT
(Multi Drug Therapy) sejak tahun 1983 yaitu 1tahun setelah WHO merekomendasikan
3
MDT (Multi Drug Therapy) untuk kusta. Upaya penanggulangan penyakit Kusta
dipengaruhi oleh ketidakteraturan berobat dan menghilangnya penderita tanpa
melanjutkan program pengobatan
Multi Drug Therapy (MDT). Menurut Avianty
(2005) dalam Budiman (2010), kepatuhan adalah suatu sikap yang merupakan respon
yang hanya muncul apabila individu tersebut dihadapkan pada suatu stimulus yang
menghendaki adanya reaksi individual. Jika individu tidak mematuhi apa yang telah
menjadi ketetapan dapat dikatakan tidak patuh. Kepatuhan minum obat di pengaruhi
oleh beberapa variabel yaitu variabel umur, pendidikan, penghasilan, pengetahuan,
sikap, dan peran pengawas minum obat (PMO). Ketidakteraturan berobat dapat
menimbulkan suatu kondisi putus obat (default).
Jika seorang penderita PB (Pausi Bassiler) tidak mengambil atau meminum
obatnya lebih dari 3 bulan (tidak menyeleseaikan pengobatan sesuai waktu yang telah
ditetapkan) maka mereka dinyatakan sebagai Defaulter PB (Pausi Bassiler). Dan jika
seorang MB (Multi Bassiler) tidak mengambil atau meminum obatnya lebih dari 6
bulan (tidak menyeleseaikan pengobatan sesuai waktu yang telah ditetapkan) maka
mereka dinyatakan sebagai Defaulter MB (Multi Bassiler). Selama mengikuti program
pengobatan MDT (Multi Drug Therapy), penderita secara rutin harus mengambil obat
untuk pengobatan selama satu bulan di Puskesmas. Obat yang pertama kali dalam
bentuk Blister ini wajib diminum di depan petugas dan selanjutnya diteruskan
dirumah (Depkes RI,2006).
Ketidakpatuhan berobat dan menghilangnya penderita tanpa melanjutkan
pengobatan menimbulkan banyak masalah dalam keberhasilan upaya penanggulan
penanggulan penyakit kusta (Panigoro, 2007). Menurut Saranani (2005) pengobatan
yang adekuat dan teratur minum obat akan mengurangi infeksiusitas penderita yang
menular, dan ketidakpatuhan minum obat pada penderita kusta akan berakibat sangat
4
buruk bagi penderita karena akan menimbulkan resistensi obat-obatan anti kusta. Bila
Penderita kusta tidak minum obat secara teratur, maka kuman kusta dapat menjadi
aktif kembali, sehingga timbul gejala-gejala baru pada kulit syaraf yang dapat
memperburuk keadaan, disinilah pentingnya pengobatan sedini mungkin dan teratur
(Depkes RI, 2008).
Pengobatan kusta yang memerlukan jarak lama antara 6-12 bulan, biasanya
memiliki resiko tinggi dalam ketidakteraturan berobat dan minum obat. Dalam
perjalanannya penyakit kusta sering mengalami reaksi yang disebut dengan reaksi
kusta yang apabila tidak cepat ditangani atau terlambat penanganan akan
menimbulkan cacat yang permanen, inilah salah satu yang sangat ditakuti dari
penyakit ini meskipun tidak menimbulkan kematian namun akan mengurangi
produktifitasnya dan bila tingkat cacatnya berat akan menjadi beban bagi keluarga
dan masyarakat. Akan tetapi dengan penanganan yang tepat dan cepat dapat
mencegah dan mengurangi tingkat kecacatan sehingga pasien akan sembuh tanpa
meninggalkan cacat dan akan bisa produktif lagi (Dewi, 2014).
Melihat masalah diatas, kusta perlu mendapat perhatian. Salah satu kunci
pemberantasan kusta, untuk mencapai kesembuhan penyakit kusta diperlukan
keteraturan atau kepatuhan berobat bagi penderita. Upaya yang dapat dilakukan
tenaga kesehatan untuk mempercepat eliminasi penyakit kusta adalah dengan
melakukan promosi kesehatan tentang kepatuhan dan ketepatan minum obat secara
konsisten dan berkesinambungan. Tenaga kesehatan dapat berperan sebagai care
giver dan konselor yang berfungsi untuk mendampingi serta memantau pengobatan
penderita kusta (Dewi, 2014).
Namun keterbatasan tenaga kesehatan yang ada tidak memungkinkan dapat
dilakukannya pengontrolan rutin ke tiap-tiap penderita kusta setiap harinya. Maka
5
dari itu diperlukan seseorang yang bisa dipercaya menjadi seorang pengawas minum
obat (PMO). Menurut Depkes RI (2008), pengawas minum obat (PMO) adalah
seseorang yang ditunjuk dan dipercaya untuk mengawasi dan memantau penderita
kusta dalam meminum obatnya secara teratur dan tuntas. Pengawas minum obat
(PMO) bisa berasal dari keluarga, tetangga, kader, tokoh masyarakat atau petugas
kesehatan. Pengawas minum obat (PMO) berperan untuk memantau keteraturan
penderita dalam meminum obat sesuai dengan dosis dan waktu yang sudah
ditetapkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program kusta, peneliti
mengetahui bahwa masih ada 3 dari 11 penderita baru (8%) yang tidak teratur dalam
mengambil obat dan 2 dari 26 penderita lama (5%) sempat menjadi defaulter karena
tidak tahan dengan efek samping dan lama pengobatan. Penderita memiliki pengawas
minum obat (PMO) dan seluruh PMO tersebut adalah keluarga pasien yang tinggal
serumah dan mampu memantau pasien setiap hari. Selain itu, sebelum menjadi
seorang PMO, anggota keluarga yang ditunjuk sudah diberi pelatihan singkat tentang
bagaimana penyakit kusta dan harus mengawasi pasien untuk minum obat secara
teratur. Hal ini kemungkinan terjadi karena tidak efektifnya kinerja PMO.
Menurut (Nurhayati,2013), kinerja PMO yang baik akan membuat pasien
lebih termotivasi dalam menjalani pengobatan dengan teratur sehingga keberhasilan
pengobatan dapat tercapai. Sebaliknya jika kinerja PMO tidak baik maka
akanmempengaruhi motivasi pasien dalam menyelesaikan program pengobatan.
Pasien yang memiliki kinerja PMO baik memiliki kemungkinan untuk teratur berobat
5,23 kali lebih besar dibandingkan pasien yang memiliki kinerja PMO buruk.
Kegagalan pengobatan dan dan kurang kedisiplinan bagi penderita Kusta sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah peran pengawas minum obat
6
(PMO). Pengawas minum obat (PMO) sangat penting untuk mendampingi penderita
agar dicapai hasil pengobatan yang optimal (Depkes,2008). Kolaborasi petugas
kesehatan dengan keluarga yang ditunjuk untuk mendampingi ketika penderita
minum obat, juga faktor yang perlu dievaluasi untuk menentukan tingkat
keberhasilannya (Purwanta,2005).
Kepatuhan minum obat merupakan faktor yang paling menentukan
kesembuhan penderita penyakit kusta. Kepatuhan minum obat penderita kusta sangat
membutuhkan pengawasan agar penderita tidak lupa minum obat sehari-hari dan
tidak putus obat (default dandrop out). Melihat kondisi tersebut peneliti ingin melihat
kepatuhan penderita kusta dalam mengikuti program pengobatan MDT (Multi Drug
Therapy) sehingga peneliti mengambil judul “Hubungan Kinerja Pengawas Minum
Obat (PMO) terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Kusta di
Puskesmas Kedungkandang Kota Malang“ .
1.2 Rumusan Masalah
1. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut : “ Apakah terdapat hubungan kinerja Pengawas Minum Obat
(PMO) terhadap kepatuhan minum obat pada penderita kusta di Puskesmas
Kedungkandang Kota Malang ?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kinerja
pengawas minum obat (PMO) terhadap kepatuhan minum obat pada
penderita kusta.
7
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan gambaran kinerja pengawas minum obat (PMO) pada
penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.
2. Mendeskripsikan kepatuhan minum obat pada penderita kusta di wilayah
kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.
3. Menganalisis hubungan kinerja pengawas minum obat (PMO) dengan
kepatuhan minum obat pada penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas
Kedungkandang Kota Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Menambah wawasan dalam penyusunan karya tulis, khususnya tentang
hubungan kinerja pengawas minum obat (PMO) terhadap kepatuhan minum obat
pada penderita kusta di Puskesmas Kedungkandang Kota Malang serta menjadi
pengalaman berharga untuk peneliti dan kemudian sebagai referensi untuk penelitian
berikutnya.
1.4.2 Bagi Puskesmas
Sebagai masukan kepada puskesmas dalam upaya peningkatan pemantauan
pengobatan penderita kusta melalui pengawas minum obat (PMO) sampai selesai
berobat dan dinyatakan Release from Treatment (RFT).
1.4.3 Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pembanding atau
sebagai dasar penelitian selanjutnya untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
8
1.5 Keaslian Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Resty,2010) tentang hubungan kinerja
pengawas minum obat (PMO) dengan keteraturan berobat pasien TB Paru dengan
hasil pasien yang memiliki kinerja PMO baik memiliki kemungkinan untuk teratur
berobat 5,23 kali lebih besar dibanding pasien yang memiliki kinerja PMO buruk dan
secara statistic hubungan tersebut signifikan. Penelitian di atas menunjukkan adanya
hubungan antara kinerja pengawas minum obat (PMO) dengan keteraturan penderita
untuk mengikuti program pengobatan.
Sedangkan dalam penelitian (Nurvita, 2013) hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada hubungan antara dukungan pengawas minum obat (PMO) dan kepatuhan
berobat pada penderita TB Paru di Puskesmas Limboto Kab. Gorontalo. Dukungan
pengawas minum obat yang baik menunjukkan adanya hasil yang significant terhadap
tingkat kepatuhan berobat pada penderita TB Paru. Dengan adanya dukungan dan
pengawasan langsung dari pengawas minum obat (PMO) membuat penderita lebih
termotivasi dalam menjalani dan menyelesaikan pengobatan.
1.6 Batasan Penelitian
Menghindari luasnya pembahasan dan kajian dalam penelitian ini, maka
peneliti membatasi penelitian pada :
1. Peneliti hanya meneliti penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas
Kedungkandang Kota Malang.
2. Peneliti hanya meneliti penderita kusta yang kooperatif di wilayah kerja
Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.
3. Peneliti hanya meneliti kepatuhan minum obat pada penderita kusta wilayah
kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.
HUBUNGAN KINERJA PENGAWAS MINUM OBAT (PMO)
TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA
PENDERITA KUSTA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KEDUNGKANDANG
KOTA MALANG
SKRIPSI
Oleh :
REY LUNA
NIM. 201010420311102
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama
: Rey Luna
NIM
: 201010420311102
Program studi
: Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES (UMM)
Judul Skripsi
: Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) terhadap
Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita kusta di Puskesmas
Kedungkandang Kota Malang.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil
karya tulis saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain
yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi perbuatan tersebut.
Malang, 02 Mei 2015
Yang membuat pernyataan,
Rey Luna
NIM. 201010420311102
iii
THANK’S GIVING PAGE
Tak terasa 4,5 tahun telah terlewati. Masa – masa kuliah,
masa – masa menjadi seorang mahasiswa yang penuh tanggung jawab
dengan segala kemandirian.Universitas Muhammadiyah Malang, tempat
dimana aku menemukan sahabat^^baru, pengalaman^^ baru dan
relasi^^baru.Khususnya di Fakultas Ilmu Kesehatan jurusan PSIK.
Terimakasih tak terkira saya ucapkan………….
1. Gusti Allah SWT yang telah memberikan saya hidup dan
memberikan jalan terbaik untuk masa depan saya.
2. Ayahanda tercinta Yasminto (Alm) yang telah berpulang ke
Rahmatullah ketika saya masih SD tapi telah memberi banyak
sekali ilmu yang bermanfaat hingga kini. U are The Best Dady.
Sukartin Ibunda terayang yang telah melahirkan saya.
3. Om dan tante yang telah membantu pendidikan saya dalam hal
materiil maupun non materiil.
4. My Owner Heart yang setia mendampingi saat suka maupun
duka dan tak lelah memberi motivasi dalam bentuk apapun demi
terselesaikannya skripsi ini.
5. Bp.Husni yg mengijinkan saya bekerja sebagai guru Part Time di
bimbelnya selama 2,5th dan membuat saya banyak bertemu
relasi dan mendapatkan segudang pengalaman^^baru
6. Para Responden yang dengan senang hati bersedia untuk saya
teliti
7. Keluarga Lawang yang tiada henti memberikan nasehat selalu
8. Seluruh teman^^ saya di UMM dari berbagai jurusan khususnya
PSIK C 2010,teman^^ kos 427K.
9. Bulek paklek dan keponakan di Blitar yang selalu memperhatikan
kesehatan saya.
10.
My hamster yg sangat lucu dan menghibur saat stress,
dan terakhir….
11.
Thanks to INDOMIE dan GOOD DAY yang membuat
duduk berjam-jam di depan laptop makin Nikmat….!!!!!
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan-Nya saya
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Kinerja Pengawas Minum
Obat (PMO) Terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Kusta di
Wilayah Kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada
Program Studi Ilmu Keprawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Malang.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan,
arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih
banyak setulus-tulusnya kepada yang terhormat:
1. Yoyok Bekti Prasetyo.S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kom, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Nurul Aini.S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Aini Alifatin.S.Kep.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan dukungan dalam menyusun skripsi ini.
4. Nurlailatul Masruroh.S.Kep.,Ns.,MNS selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan dalam menyusun skripsi ini..
5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Malang yang telah memberikan ilmunya.
Malang, 02 Mei 2015
Penulis
v
HUBUNGAN KINERJA PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) TERHADAP
KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KEDUNGKANDANG KOTA MALANG
,
,
ABSTRAK
Latar Belakang : Penyakit kusta merupakan penyakit menular yang masih menjadi
masalah kesehatan di Indonesia. Dampak yang ditimbulkan dari penyakit kusta tidak
hanya dari segi medis, tetapi juga dari segi social, ekonomi dan psikologis. Penderita
kusta membutuhkan pengobatan jangka panjang antara 6-12 bulan. Pengobatan yang
lama menimbulkan resiko ketidakpatuhan minum obat. Hasil wawancara dengan 12
penderita kusta yang tidak patuh minum obat mengatakan bahwa pengawas minum obat
(PMO) jarang memberi motivasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara kinerja pengawas obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita
kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.
Metode Penelitian : Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional,
dimana sebagai variabel independen adalah kinerja pengawas minum obat (PMO),
sedangkan variabel dependen adalah kepatuhan minum obat. Penelitian dilakukan pada
bulan Maret 2015 di wilayah kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang. Subyek
penelitian ini adalah penderita kusta sebanyak 30 orang. Diambil dengan metode total
sampling. Analisa data dengan menggunakan system komputerisasi SPSS dengan uji
korelasi Chi-Square.
Hasil Penelitian : Hasil analisis didapatkan gambaran kinerja pengawas minum obat
(PMO) baik sebanyak 17 orang (56,67%) dan kinerja PMO sedang sebanyak 13 orang
(43,33%). Sedangkan didapatkan gambaran kepatuhan minum obat pada penderita kusta
dengan kategori patuh 18 responden (60%) dan kategori tidak patuh 12 responden
(40%). Dengan nilai p value 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
antara kinerja pengawas minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat.
Kesimpulan
: Ada hubungan antara kinerja pengawas minum obat (PMO)
dengan kepatuhan minum obat pada penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas
Kedungkandang Kota Malang.
Kata kunci : Kinerja PMO, Kepatuhan
1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Malang.
Vi
RELATION OF DRUG CONSUMPTION SUPERVISOR (PMO)
PEFORMANCE TOWARD ADHERENCE OF TAKING
MEDICINE FOR LEPROSY PATIENTS IN
KEDUNGKANDANG HEALTH CENTER IN MALANG CITY
,
,
ABSTRACT
Background
: Leprosy is contagion disease that’s it still to be health problem in
Indonesia. The impact of Leprosy not only medically, but also socially, economic, and
pshycologically. Leprosy patients need a long time treatment about 6-12 month. A long
treatment has a risk in disobedience of taking medicine. The result of interview with 12
leprosy victims whose disobedience said that drug consumption controller (PMO) rarely
give motivation. This research aimed to know the relation between drug consumption
controller (PMO) performance with adherence of taking medicine for leprosy patients in
Kedungkandang health center in Malang city.
Research method : This research used cross-sectional design. The independent variable
was drug consumption supervisor (PMO) performance and the dependent variable was
adherence of taking medicine. This research conducted on March 2015 in
Kedungkandang public health center in Malang city. The amount of sample were 30
people, taken by total sampling. Data analyze by SPSS for Windows 15 with Chi-Square
Corelation.
Research result
: The result shows, good drug consumption supervisor (PMO)
performance is 17 people (56,57%) and moderate drug consumption supervisor (PMO)
performance is 13 people (43,33%). Adherence patients taking medicine for leprosy is 18
peaople (60%) and non-adherence patients is 12 people (40%). The p value 0,000 < 0,05.
So can be concluded there is a relation between drug consumption supervisor (PMO)
performance with adherence of taking medicine.
Conclusion
: There is a relation between drug consumption controller (PMO)
performance with compliance of taking medicine in Kedungkandang public health center
in Malang city.
Keyword
: PMO performance, Adherence.
1. Student in the Study Program of Nursing Science, Faculty of Health Science,
University of Muhammadiyah Malang.
2. Lecturer in the Study Program of Nursing Science, Faculty of Health
Science, University of Muhammadiyah Malang.
3. Lecturer in the Study Program of Nursing Science, Faculty of Health
Science, University of Muhammadiyah Malang.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................ . iii
LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................ v
ABSTRAK ................................................................................................................. vi
ABSTRACT .............................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 8
1.3.1
TujuanUmum ............................................................................................. 8
1.3.2
Tujuan Khusus ........................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 9
1.4.1
Bagi Peneliti ................................................................................................ 9
1.4.2
Bagi Dinas Kesehatan ............................................................................... 9
1.4.3
Bagi Puskesmas .......................................................................................... 9
1.4.4
Bagi Peneliti Lain ....................................................................................... 9
1.5 Keaslian Penelitian ....................................................................................................... 9
1.6 Batasan Penelitian .......................................................................................................10
viii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 11
2.1 Konsep kusta...............................................................................................................11
2.1.1
Definisi ......................................................................................................11
2.1.2
Etiologi kusta............................................................................................11
2.1.3
Diagnosa dan klasifikasi ..........................................................................12
2.1.4
Pencegahan penyakit kusta .....................................................................15
2.1.5
Pengobatan penyakit kusta .....................................................................18
2.2 Konsep kepatuhan......................................................................................................28
2.2.1
Definisi ......................................................................................................28
2.2.2
Faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan .................29
2.2.3
Strategi untuk meningkatkan kepatuhan ..............................................29
2.2.4
Akibat Ketidakpatuhan Minum Obat ...................................................31
2.2.5
Kiat penting mengingat minum obat ....................................................32
2.2.6
Cara mengukur kepatuhan......................................................................32
2.3 Konsep kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) ..................................................33
2.3.1
Definisi ......................................................................................................33
2.3.2
Persyaratan PMO ....................................................................................33
2.3.3
Siapa yang bisa jadi PMO .......................................................................34
2.3.4
Tugas PMO ..............................................................................................34
2.3.5
Informasi yang perlu dipahami dan disampaikan PMO ...................35
2.4 Hubungan kinerja PMO dengan kepatuhan ...........................................................36
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS .................................. 38
3.1 Kerangka konseptual..................................................................................................38
3.2 Hipotesis penelitian ....................................................................................................39
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 40
4.1 Desain penelitian ........................................................................................................40
4.2 Kerangka penelitian....................................................................................................41
4.3 Populasi, sampel, dan tehnik sampling ...................................................................42
ix
4.3.1
Populasi .....................................................................................................42
4.3.2
Sampel .......................................................................................................42
4.3.3
Tehnik sampling.......................................................................................42
4.4 Variabel penelitian ......................................................................................................43
4.4.1
Variabel independen ................................................................................43
4.4.2
Variabel dependent .................................................................................43
4.5 Definisi Operasional ..................................................................................................43
4.6 Tempat dan waktu penelitian ....................................................................................45
4.6.1
Tempat penelitian ....................................................................................45
4.6.2
Waktu penelitian ......................................................................................45
4.7 Intrument penelitian...................................................................................................45
4.8 Proses pengumpulan data ........................................................................................47
4.9 Tehnik pengolahan data ...........................................................................................48
4.10 Analisa data ................................................................................................................49
4.11 Uji validitas dan reliabilitas ........................................................................................52
4.11.1 Uji validitas ...............................................................................................52
4.11.2 Uji reliabilitas ............................................................................................52
4.12 Etika penelitian ...........................................................................................................53
BAB V HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN ........................................ 54
5.1 Analisa univariat..........................................................................................................54
5.1.1
Karakteristik responden berdasarkan usia ...........................................54
5.1.2
Karakteristik responden berdasarkan hubungan PMO......................55
5.1.3
Karakteristik berdasarkan jenis kelamin ...............................................55
5.1.4
Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan .....................................56
5.1.5
Gambaran kinerja PMO ........................................................................56
5.1.6
Gambaran kepatuhan minum obat .......................................................57
5.2 Analisis bivariat ...........................................................................................................58
5.2.1
Tabulasi silang kinerja PMO dengan kepatuhan minum obat ..........58
5.2.2
Hasil uji chi-square .................................................................................59
x
BAB VI PEMBAHASAN ..........................................................................................61
6.1 Interpretasi dan hasil diskusi .....................................................................................61
6.1.1
Gambaran kinerja PMO .........................................................................61
6.1.2
Gambaran kepatuhan minum obat .......................................................62
6.1.3
Hubungan kinerja PMO dengan kepatuhan minum obat .................64
6.2 Implikasi keperawatan ...............................................................................................67
6.3 Keterbatasan penelitian .............................................................................................69
BAB VII PENUTUP ................................................................................................ 70
7.1 Kesimpulan..................................................................................................................70
7.2 Saran
71
7.2.1 Bagi penderita ...........................................................................................71
7.2.2 Bagi PMO ................................................................................................71
7.2.3 Bagi Puskesmas ........................................................................................72
7.2.4 Bagi peneliti selanjutnya ..........................................................................72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 73
LAMPIRAN .............................................................................................................. 74
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tanda utama kusta pada tipe PB dan MB .....................................................14
Tabel 2.2 Tanda lain untuk klasifikasi penyakit kusta ...................................................15
Tabel 2.3 Pedoman praktis pengobatan MDT tipe PB ................................................20
Tabel 2.4 Pedoman praktis pengobatan MDT tipe MB ..............................................21
Tabel 2.6 Efek samping yang disebabkan obat dan penanganannya ..........................23
Tabel 2.7 Tindakan untuk penderita default ..................................................................27
Tabel 4.1 DefinisiOperasional ..........................................................................................44
Tabel 4.2 Kisi-kisi kuesioner penelitian ..........................................................................46
Table 4.3 Kisi-kisi kuesioner penelitian ........................................................................47
Tabel 5.1 Gambaran karakteristik usia PMO .............................................................................. 54
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan hubungan PMO.................................................... 55
Tabel 5.3 Tabulasi Silang antara Kinerja PMO dengan Kepatuhan Minum Obat ................ 58
Tabel5.4 Hasil analisa bivariat uji Chi-Square ................................................................59
Tabel5.5 Hasil Uji Koefisien Kontingensi ......................................................................59
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Studi Pendahuluan dan Penelitian .........................................................75
Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Penelitian ........................................................................76
Lampiran3 Lembar Permohonan Menjadi Responden ..............................................................77
Lampiran4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ................................................................78
Lampiran5 Lembar Kuesioner .......................................................................................................79
Lampiran6 Hasil Uji Validitas dan reliabilitas Kuesioner...........................................................83
Lampiran7 Hasil Uji Chi Square ...................................................................................................85
Lampiran8 Master Data Penelitian ................................................................................................86
Lampiran9 Lembar Konsultasi Skripsi .........................................................................................87
Lampiran10 Gambar Dokumentasi Penelitian ............................................................................90
Lampiran 11 Curriculum Vitae .....................................................................................................92
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.Kemasan (blister) obatkusta .................................................................................................... 23
Gambar 3.1.Kerangka Konseptual Hubungan antara Kinerja Pengawas Minum Obat...................... 38
Gambar 4.2 Kerangka Penelitian ...................................................................................................41
Gambar 5.1Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin .................................... 55
Gambar 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pendidikan Terakhir ................................... 56
Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja PMO ........................................................................ 56
Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Variabel Kepatuhan Minum Obat .................................................... 57
Xiv
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto.(2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi V. Jakarta : Rineka Cipta.
Ariyana, D. (2011). Thesis. Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap Dukungan Psikososial
Keluarga Pada Anggota Keluarga dengan Penyakit Kusta Di Kabupaten
Pekalongan.Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
Azwar, S. (2007).Penyusun Skala Psikologi.Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Avianty (2005) dalam Budiman, Novie .E.,& Dewi.A.M. (2010). Analisis Faktor yang Berhubungan
Dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien TB Paru pada Fase Intensif Di Rumah Sakit
Umum Cibabat Cimahi.Dalam Jurnal STIKES A.Yani Cimahi Vol.4 No.2.
Bart, S. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Becher.(1997). Patient Adherence to Prescribed Therapis.Medical Care.23:539.
Cytler, Lierras M (2009). Leprosy dalam Penyakit Menular Jilid 1.Jakarta : EGC
Departemen Kesehatan .R.I. (2008). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Riset Operasional
Intensifikasi Pemberantasan Penyakit Menular Tahun 1998/1999-2003.Jakarta : Pedoman Riset
Departemen Kesehatan R.I.
Departemen Kesehatan .R.I. (2006). Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta Cetakan
XVIII.Jakarta : Pedoman Riset Departemen Kesehatan R.I.
Dewi, Nur. (2014). Skripsi. Hubungan Locus of Control dengan Kepatuhan Minum Obat pada
Penderita Kusta di Puskesmas Proppo Kabupaten Pamekasan 2014.Malang : Universitas
Muhammadiyah Malang.
Dinas Kesehatan Jawa Timur. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012. Surabaya.
Dinas Kesehatan Kota Malang.(2013). Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2012. Malang.
Djuanda, A.,dkk. (2002). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke-3.Jakarta : Indonesia University
Press.
Donna.(2008). Pengadaan Obat Kusta. Medan : Departemen Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Elenkolis, Kristin. (2012). Skripsi. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien Skizofrenia
dalam Melakukan Kontrol Rutin terhadap Kesehatan Jiwa di Poliklinik RSJD Dr. Amina
Semarang.Semarang : Universitas Satya Wacana.
Fajar, N.A. (2002). Analisis Faktor Sosial Budaya dalam Keluarga yang Mempengaruhi Pengobatan
Dini dan Keteraturan Berobat pada Penderita Kusta (Studi Pada Keluarga Penderita di
Kabupaten Gresik) Tahun 2002. (diakses dari http://digilib.litbang.depkes.go.id/ pada
tanggal 10 Desember 2014).
Gitawati, Suksediati. (2000). Studi Kasus Hasil Pengobatan Tuberkulosis Paru di 10 Puskesmas di
DKI Jakarta 1996-1999.Cermin Dunia Kedokteran Jurnal.Vol 18.
Hadianto.(2011). Psikologi Perkembangan.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Hutabarat, B. (2008). Thesis. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum
Obat Penderita Kusta di Kabupaten Asahan Tahun 2007.Program Studi Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan
Komunitas/Epidemiologi. Universitas Sumatera Utara.
Hutapea, T.P. (2010). Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti
Tuberkulosis RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.Dalam Jurnal Ilmiah Respirology. Surabaya
Vol.10.
Kementrian Kesehatan R.I. (2012). Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta.Jakarta :
Dirjen Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan.
Morisky, et.al.(1986). Medication Adherence Quesionaire (MAQ).Dalam Jurnal Imiah CERP (Centre of
Exellent For Relaps Prevention).
Niven, N. (2002). Perilaku Kesehatan, dalam : Psikologi Kesehatan Edisi Ke-2. Jakarta : .: EGC 183-199.
Notoatmodjo, S. (2010). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta : Rineka Cipta.
Nurhayati, J. (2013). Skripsi. Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) Dengan Kepatuhan
Berobat Pasien Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Limboto Kabupaten
Gorontalo.Universitas Negeri Gorontalo.
Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.
_______. (2007). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.
Nursing.(2011). Memahami Berbagai Macam Penyakit.Jakarta : Index.
Noor.(2010). Skripsi. Meningkatkan Keteraturan Berobat pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Cikarang. Universitas Padjajaran.
Nurhayati.(2013). Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat terhadap Keberhasilan Pengobatan TB
Paru di RS. Kariadi Semarang. Dalam Jurnal Medical Health Vol.9 No. 04.
Nurvita, P. (2013). Skripsi. Hubungan Dukungan Pengawas Minum Obat (PMO) Dengan
Kepatuhan Berobat Pasien Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Limboto Kabupaten
Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo.
Panirogo, S. (2007).Skripsi. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Keteraturan Berobat Penderita
Kusta Di Provinsi Gorontalo.Universitas Gadjah Mada.
Pratita, Nurina. (2012). Hubungan Dukungan Pasangan dan Health Locus of Control Dengan
Kepatuhan dalam Menjalani Proses Pengobatan pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe-2.Dalam Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 1 No.1.
Pramono.(2005). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengobatan pada Penderita Kusta
di RS. Tugurejo Semarang. Dalam Jurnal Ilmiah Universitas Padjajaran Vol. 10 No. 05.
Purwanta.(2005). Ciri-ciri Pengawas Minum Obat yang Diharapkan oleh Penderita Tuberkulosis
Paru Di Daerah Urban dan Rural di Yogyakarta.(Diakses dari www.jmpk-online.net
pada tanggal 10 Oktober 2014).
Rachmat, H.R. (2004). Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Prinsip dasar, Kebijakan, Perencanaan dan
Kajian Masa Depannya.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Saranani.(2005). Kepatuhan Penderita Hipertensi dalam Menjalani Pengobatan Rutin.Dalam Jurnal
Ilmiah Psikologi Terapan Universitas Muhammadiyah Semarang Vol.01 No.02.
Setiadi.(2007). Konsep Penulisan Riset Keperawatan.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Siregar. (2005). Atlas Berwarna ; Saripati Penyakit Kulit Edisi Ke-2. Jakarta : EGC.
Smeet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : Erlangga.
Stanhope, M. & Lanchaster, J. (2000). Community Health Nursing : promoting health of aggregates, families
and individualis, 4th Edition. St. Louis : Mosby-Year Book, Inc.
Subdirektorat Kusta dan Frambusia.(2007). Modul Pelatihan Program P2 Kusta Bagi UPK.
Sugiono.(2010). Statistika Untuk Penelitian.Bandung : Alfabeta.
Sukamto.(2002). Thesis. Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) dengan Hasil Pengobatan
Penderita TB Paru Tahap Intensif dengan Strategi DOTS di Kota Banjarmasin
Provinsi Kalimantas Selatan.Surabaya : Universitas Ailangga.
Susanto, T. (2010).Thesis. Penanggulangan Klien Dewasa Dalam Menjalani Perawatan Kusta di
Wilayah Kerja Puskesmas Jenggawah Kabupaten Jember (Studi
Fenomelogi).Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
Thompson, et.al. (2000). Medication Adherence Rating Scale (MARS). Dalam Jurnal Imiah CERP
(Centre of Exellent For Relaps Prevention).
Resty, J. (2010). Skripsi. Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) dengan Hasil
Keteraturan Berobat Pasien TB Paru Tahap Intensif dengan Strategi DOTS di
RSUD Dr. Moewardi.Universitas Sebelas Maret.
World Health Organization (WHO). (2006). Report of The Global Forum on Elimination of
Leprosy as a Public Health Problems.(Diakses dari
http://www.who.org.cds_ntd_2006_4egn pada tanggal 05 September 2014).
_________. (2009). Regional Health Forum, WHO-South-East Asia Region Journal. Vol.9,
Number 2.(Diakses dari http://www.who.org/ pada tanggal 25 september 2014).
__________. (2010). Weekly Epidemiological Record..(Diakses dari http://www.who.int/ pada tanggal
11 Agustus 2014).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kusta adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman
kusta (Mycobacterium leprae) yang awalnya menyerang saraf tepi, dan selanjutnya
menyerang kulit, mukosa mulut, saluran napas bagian atas, system muskulo retikulo
endotelia, mata, otot, tulang, testis dan organ lain kecuali system saraf pusat. Bila
tidak terdiagnosis dan diobati secara dini, akan menimbulkan kecacatan menetap yang
umumnya akan menyebabkan penderitanya dijauhi, dikucilkan, diabaikan oleh
keluarga dan sulit mendapatkan pekerjaan. Mereka menjadi sangat tergantung secara
fisik dan finansial kepada orang lain yang pada akhirnya berujung pada kemiskinan
(Depkes, 2008).
Penyakit kusta pada umunya terdapat di negara-negara yang sedang
berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam
memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan
kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini masih
ditakuti masyarakat, keluarga, termasuk sebagian petugas. Hal ini disebabkan masih
kurangnya pengetahuan atau pengertian dan kepercayaan yang keliru terhadap
penyakit kusta dan cacat yang ditimbulkannya. Dengan kemajuan teknologi di bidang
promotif, preventif dan kuratif serta pemulihan kesehatan dibidang penyakit kusta,
seharusnya kusta sudah dapat diatasi dan tidak lagi menjadi masalah kesehatan di
masyarakat. Akan tetapi mengingat kompleksnya masalah penyakit kusta, maka
diperlukan program pengendalian secara terpadu dan menyeluruh melalui strategi
yang sesuai dengan endemisitas penyakit kusta (Rachmat,2008).
2
Penanganan kusta dikomunitas sebagai population at risk sesuai dengan tiga
dari delapan tujuh Millenium Development Goals (MDG’s) atau tujuan pembangunan
millennium, yaitu memerangi penyebaran HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular
lainnya, (Susanto, 2010). Berdasarkan pendekatan epidemiologi, penyakit kusta
merupakan masalah yang cukup serius karena jumlah populasi beresiko (population at
risk) dan terpapar oleh penyakit kusta sangat besar (Susanto, 2010). Berdasarkan
laporan World Health Organization (WHO), jumlah kasus kusta tahun 2009 di dunia
berjumlah 497.791 kasus.
Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia dengan
jumlah 16.549 kasus. Pada tahun 2010 Indonesia melaporkan 17.012 kasus baru dan
1.822 diantaranya, ditemukan sudah dalam keadaan cacat tingkat 2 (cacat yang
tampak).
Berdasarkan data Profil Kesehatan Jawa timur 2012, penemuan penderita
Kusta di Indonesia merupakan urutan ketiga di bawah India dan Brazil. Dan secara
nasional, Provinsi Jawa Timur merupakan penyumbang penderita kusta terbanyak di
antara provinsi lainnya. Rata-rata penemuan penderita Kusta di Provinsi Jawa Timur
per tahun antara 4.000-5.000 orang. Pada tahun 2012, penemuan penderita baru di
Indonesia sebanyak 18.853 orang, sedangkan penemuan penderita baru di Provinsi
Jawa Timur sebanyak 4.807 orang (25,5% dari jumlah penderita baru di Indonesia).
Berdasarkan hasil survey peneliti di wilayah Malang Timur, masih ditemukan
penderita kusta di wilayah Kedung Kandang sebanyak 47 penderita. 37 penderita
terbaru ditemukan di tahun 2013-2014 dan menduduki urutan pertama angka
kejadian kusta tertinggi di Kota Malang.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pemberantasan
penyakit kusta di dunia, maka Indonesia telah ikut melaksanakan program MDT
(Multi Drug Therapy) sejak tahun 1983 yaitu 1tahun setelah WHO merekomendasikan
3
MDT (Multi Drug Therapy) untuk kusta. Upaya penanggulangan penyakit Kusta
dipengaruhi oleh ketidakteraturan berobat dan menghilangnya penderita tanpa
melanjutkan program pengobatan
Multi Drug Therapy (MDT). Menurut Avianty
(2005) dalam Budiman (2010), kepatuhan adalah suatu sikap yang merupakan respon
yang hanya muncul apabila individu tersebut dihadapkan pada suatu stimulus yang
menghendaki adanya reaksi individual. Jika individu tidak mematuhi apa yang telah
menjadi ketetapan dapat dikatakan tidak patuh. Kepatuhan minum obat di pengaruhi
oleh beberapa variabel yaitu variabel umur, pendidikan, penghasilan, pengetahuan,
sikap, dan peran pengawas minum obat (PMO). Ketidakteraturan berobat dapat
menimbulkan suatu kondisi putus obat (default).
Jika seorang penderita PB (Pausi Bassiler) tidak mengambil atau meminum
obatnya lebih dari 3 bulan (tidak menyeleseaikan pengobatan sesuai waktu yang telah
ditetapkan) maka mereka dinyatakan sebagai Defaulter PB (Pausi Bassiler). Dan jika
seorang MB (Multi Bassiler) tidak mengambil atau meminum obatnya lebih dari 6
bulan (tidak menyeleseaikan pengobatan sesuai waktu yang telah ditetapkan) maka
mereka dinyatakan sebagai Defaulter MB (Multi Bassiler). Selama mengikuti program
pengobatan MDT (Multi Drug Therapy), penderita secara rutin harus mengambil obat
untuk pengobatan selama satu bulan di Puskesmas. Obat yang pertama kali dalam
bentuk Blister ini wajib diminum di depan petugas dan selanjutnya diteruskan
dirumah (Depkes RI,2006).
Ketidakpatuhan berobat dan menghilangnya penderita tanpa melanjutkan
pengobatan menimbulkan banyak masalah dalam keberhasilan upaya penanggulan
penanggulan penyakit kusta (Panigoro, 2007). Menurut Saranani (2005) pengobatan
yang adekuat dan teratur minum obat akan mengurangi infeksiusitas penderita yang
menular, dan ketidakpatuhan minum obat pada penderita kusta akan berakibat sangat
4
buruk bagi penderita karena akan menimbulkan resistensi obat-obatan anti kusta. Bila
Penderita kusta tidak minum obat secara teratur, maka kuman kusta dapat menjadi
aktif kembali, sehingga timbul gejala-gejala baru pada kulit syaraf yang dapat
memperburuk keadaan, disinilah pentingnya pengobatan sedini mungkin dan teratur
(Depkes RI, 2008).
Pengobatan kusta yang memerlukan jarak lama antara 6-12 bulan, biasanya
memiliki resiko tinggi dalam ketidakteraturan berobat dan minum obat. Dalam
perjalanannya penyakit kusta sering mengalami reaksi yang disebut dengan reaksi
kusta yang apabila tidak cepat ditangani atau terlambat penanganan akan
menimbulkan cacat yang permanen, inilah salah satu yang sangat ditakuti dari
penyakit ini meskipun tidak menimbulkan kematian namun akan mengurangi
produktifitasnya dan bila tingkat cacatnya berat akan menjadi beban bagi keluarga
dan masyarakat. Akan tetapi dengan penanganan yang tepat dan cepat dapat
mencegah dan mengurangi tingkat kecacatan sehingga pasien akan sembuh tanpa
meninggalkan cacat dan akan bisa produktif lagi (Dewi, 2014).
Melihat masalah diatas, kusta perlu mendapat perhatian. Salah satu kunci
pemberantasan kusta, untuk mencapai kesembuhan penyakit kusta diperlukan
keteraturan atau kepatuhan berobat bagi penderita. Upaya yang dapat dilakukan
tenaga kesehatan untuk mempercepat eliminasi penyakit kusta adalah dengan
melakukan promosi kesehatan tentang kepatuhan dan ketepatan minum obat secara
konsisten dan berkesinambungan. Tenaga kesehatan dapat berperan sebagai care
giver dan konselor yang berfungsi untuk mendampingi serta memantau pengobatan
penderita kusta (Dewi, 2014).
Namun keterbatasan tenaga kesehatan yang ada tidak memungkinkan dapat
dilakukannya pengontrolan rutin ke tiap-tiap penderita kusta setiap harinya. Maka
5
dari itu diperlukan seseorang yang bisa dipercaya menjadi seorang pengawas minum
obat (PMO). Menurut Depkes RI (2008), pengawas minum obat (PMO) adalah
seseorang yang ditunjuk dan dipercaya untuk mengawasi dan memantau penderita
kusta dalam meminum obatnya secara teratur dan tuntas. Pengawas minum obat
(PMO) bisa berasal dari keluarga, tetangga, kader, tokoh masyarakat atau petugas
kesehatan. Pengawas minum obat (PMO) berperan untuk memantau keteraturan
penderita dalam meminum obat sesuai dengan dosis dan waktu yang sudah
ditetapkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program kusta, peneliti
mengetahui bahwa masih ada 3 dari 11 penderita baru (8%) yang tidak teratur dalam
mengambil obat dan 2 dari 26 penderita lama (5%) sempat menjadi defaulter karena
tidak tahan dengan efek samping dan lama pengobatan. Penderita memiliki pengawas
minum obat (PMO) dan seluruh PMO tersebut adalah keluarga pasien yang tinggal
serumah dan mampu memantau pasien setiap hari. Selain itu, sebelum menjadi
seorang PMO, anggota keluarga yang ditunjuk sudah diberi pelatihan singkat tentang
bagaimana penyakit kusta dan harus mengawasi pasien untuk minum obat secara
teratur. Hal ini kemungkinan terjadi karena tidak efektifnya kinerja PMO.
Menurut (Nurhayati,2013), kinerja PMO yang baik akan membuat pasien
lebih termotivasi dalam menjalani pengobatan dengan teratur sehingga keberhasilan
pengobatan dapat tercapai. Sebaliknya jika kinerja PMO tidak baik maka
akanmempengaruhi motivasi pasien dalam menyelesaikan program pengobatan.
Pasien yang memiliki kinerja PMO baik memiliki kemungkinan untuk teratur berobat
5,23 kali lebih besar dibandingkan pasien yang memiliki kinerja PMO buruk.
Kegagalan pengobatan dan dan kurang kedisiplinan bagi penderita Kusta sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah peran pengawas minum obat
6
(PMO). Pengawas minum obat (PMO) sangat penting untuk mendampingi penderita
agar dicapai hasil pengobatan yang optimal (Depkes,2008). Kolaborasi petugas
kesehatan dengan keluarga yang ditunjuk untuk mendampingi ketika penderita
minum obat, juga faktor yang perlu dievaluasi untuk menentukan tingkat
keberhasilannya (Purwanta,2005).
Kepatuhan minum obat merupakan faktor yang paling menentukan
kesembuhan penderita penyakit kusta. Kepatuhan minum obat penderita kusta sangat
membutuhkan pengawasan agar penderita tidak lupa minum obat sehari-hari dan
tidak putus obat (default dandrop out). Melihat kondisi tersebut peneliti ingin melihat
kepatuhan penderita kusta dalam mengikuti program pengobatan MDT (Multi Drug
Therapy) sehingga peneliti mengambil judul “Hubungan Kinerja Pengawas Minum
Obat (PMO) terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Kusta di
Puskesmas Kedungkandang Kota Malang“ .
1.2 Rumusan Masalah
1. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut : “ Apakah terdapat hubungan kinerja Pengawas Minum Obat
(PMO) terhadap kepatuhan minum obat pada penderita kusta di Puskesmas
Kedungkandang Kota Malang ?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kinerja
pengawas minum obat (PMO) terhadap kepatuhan minum obat pada
penderita kusta.
7
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan gambaran kinerja pengawas minum obat (PMO) pada
penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.
2. Mendeskripsikan kepatuhan minum obat pada penderita kusta di wilayah
kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.
3. Menganalisis hubungan kinerja pengawas minum obat (PMO) dengan
kepatuhan minum obat pada penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas
Kedungkandang Kota Malang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Menambah wawasan dalam penyusunan karya tulis, khususnya tentang
hubungan kinerja pengawas minum obat (PMO) terhadap kepatuhan minum obat
pada penderita kusta di Puskesmas Kedungkandang Kota Malang serta menjadi
pengalaman berharga untuk peneliti dan kemudian sebagai referensi untuk penelitian
berikutnya.
1.4.2 Bagi Puskesmas
Sebagai masukan kepada puskesmas dalam upaya peningkatan pemantauan
pengobatan penderita kusta melalui pengawas minum obat (PMO) sampai selesai
berobat dan dinyatakan Release from Treatment (RFT).
1.4.3 Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pembanding atau
sebagai dasar penelitian selanjutnya untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
8
1.5 Keaslian Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Resty,2010) tentang hubungan kinerja
pengawas minum obat (PMO) dengan keteraturan berobat pasien TB Paru dengan
hasil pasien yang memiliki kinerja PMO baik memiliki kemungkinan untuk teratur
berobat 5,23 kali lebih besar dibanding pasien yang memiliki kinerja PMO buruk dan
secara statistic hubungan tersebut signifikan. Penelitian di atas menunjukkan adanya
hubungan antara kinerja pengawas minum obat (PMO) dengan keteraturan penderita
untuk mengikuti program pengobatan.
Sedangkan dalam penelitian (Nurvita, 2013) hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada hubungan antara dukungan pengawas minum obat (PMO) dan kepatuhan
berobat pada penderita TB Paru di Puskesmas Limboto Kab. Gorontalo. Dukungan
pengawas minum obat yang baik menunjukkan adanya hasil yang significant terhadap
tingkat kepatuhan berobat pada penderita TB Paru. Dengan adanya dukungan dan
pengawasan langsung dari pengawas minum obat (PMO) membuat penderita lebih
termotivasi dalam menjalani dan menyelesaikan pengobatan.
1.6 Batasan Penelitian
Menghindari luasnya pembahasan dan kajian dalam penelitian ini, maka
peneliti membatasi penelitian pada :
1. Peneliti hanya meneliti penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas
Kedungkandang Kota Malang.
2. Peneliti hanya meneliti penderita kusta yang kooperatif di wilayah kerja
Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.
3. Peneliti hanya meneliti kepatuhan minum obat pada penderita kusta wilayah
kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.
HUBUNGAN KINERJA PENGAWAS MINUM OBAT (PMO)
TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA
PENDERITA KUSTA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KEDUNGKANDANG
KOTA MALANG
SKRIPSI
Oleh :
REY LUNA
NIM. 201010420311102
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama
: Rey Luna
NIM
: 201010420311102
Program studi
: Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES (UMM)
Judul Skripsi
: Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) terhadap
Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita kusta di Puskesmas
Kedungkandang Kota Malang.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil
karya tulis saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain
yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi perbuatan tersebut.
Malang, 02 Mei 2015
Yang membuat pernyataan,
Rey Luna
NIM. 201010420311102
iii
THANK’S GIVING PAGE
Tak terasa 4,5 tahun telah terlewati. Masa – masa kuliah,
masa – masa menjadi seorang mahasiswa yang penuh tanggung jawab
dengan segala kemandirian.Universitas Muhammadiyah Malang, tempat
dimana aku menemukan sahabat^^baru, pengalaman^^ baru dan
relasi^^baru.Khususnya di Fakultas Ilmu Kesehatan jurusan PSIK.
Terimakasih tak terkira saya ucapkan………….
1. Gusti Allah SWT yang telah memberikan saya hidup dan
memberikan jalan terbaik untuk masa depan saya.
2. Ayahanda tercinta Yasminto (Alm) yang telah berpulang ke
Rahmatullah ketika saya masih SD tapi telah memberi banyak
sekali ilmu yang bermanfaat hingga kini. U are The Best Dady.
Sukartin Ibunda terayang yang telah melahirkan saya.
3. Om dan tante yang telah membantu pendidikan saya dalam hal
materiil maupun non materiil.
4. My Owner Heart yang setia mendampingi saat suka maupun
duka dan tak lelah memberi motivasi dalam bentuk apapun demi
terselesaikannya skripsi ini.
5. Bp.Husni yg mengijinkan saya bekerja sebagai guru Part Time di
bimbelnya selama 2,5th dan membuat saya banyak bertemu
relasi dan mendapatkan segudang pengalaman^^baru
6. Para Responden yang dengan senang hati bersedia untuk saya
teliti
7. Keluarga Lawang yang tiada henti memberikan nasehat selalu
8. Seluruh teman^^ saya di UMM dari berbagai jurusan khususnya
PSIK C 2010,teman^^ kos 427K.
9. Bulek paklek dan keponakan di Blitar yang selalu memperhatikan
kesehatan saya.
10.
My hamster yg sangat lucu dan menghibur saat stress,
dan terakhir….
11.
Thanks to INDOMIE dan GOOD DAY yang membuat
duduk berjam-jam di depan laptop makin Nikmat….!!!!!
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan-Nya saya
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Kinerja Pengawas Minum
Obat (PMO) Terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Kusta di
Wilayah Kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada
Program Studi Ilmu Keprawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Malang.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan,
arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih
banyak setulus-tulusnya kepada yang terhormat:
1. Yoyok Bekti Prasetyo.S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kom, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Nurul Aini.S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Aini Alifatin.S.Kep.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan dukungan dalam menyusun skripsi ini.
4. Nurlailatul Masruroh.S.Kep.,Ns.,MNS selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan dalam menyusun skripsi ini..
5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Malang yang telah memberikan ilmunya.
Malang, 02 Mei 2015
Penulis
v
HUBUNGAN KINERJA PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) TERHADAP
KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA KUSTA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KEDUNGKANDANG KOTA MALANG
,
,
ABSTRAK
Latar Belakang : Penyakit kusta merupakan penyakit menular yang masih menjadi
masalah kesehatan di Indonesia. Dampak yang ditimbulkan dari penyakit kusta tidak
hanya dari segi medis, tetapi juga dari segi social, ekonomi dan psikologis. Penderita
kusta membutuhkan pengobatan jangka panjang antara 6-12 bulan. Pengobatan yang
lama menimbulkan resiko ketidakpatuhan minum obat. Hasil wawancara dengan 12
penderita kusta yang tidak patuh minum obat mengatakan bahwa pengawas minum obat
(PMO) jarang memberi motivasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara kinerja pengawas obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat pada penderita
kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.
Metode Penelitian : Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional,
dimana sebagai variabel independen adalah kinerja pengawas minum obat (PMO),
sedangkan variabel dependen adalah kepatuhan minum obat. Penelitian dilakukan pada
bulan Maret 2015 di wilayah kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang. Subyek
penelitian ini adalah penderita kusta sebanyak 30 orang. Diambil dengan metode total
sampling. Analisa data dengan menggunakan system komputerisasi SPSS dengan uji
korelasi Chi-Square.
Hasil Penelitian : Hasil analisis didapatkan gambaran kinerja pengawas minum obat
(PMO) baik sebanyak 17 orang (56,67%) dan kinerja PMO sedang sebanyak 13 orang
(43,33%). Sedangkan didapatkan gambaran kepatuhan minum obat pada penderita kusta
dengan kategori patuh 18 responden (60%) dan kategori tidak patuh 12 responden
(40%). Dengan nilai p value 0,000 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
antara kinerja pengawas minum obat (PMO) dengan kepatuhan minum obat.
Kesimpulan
: Ada hubungan antara kinerja pengawas minum obat (PMO)
dengan kepatuhan minum obat pada penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas
Kedungkandang Kota Malang.
Kata kunci : Kinerja PMO, Kepatuhan
1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Malang.
Vi
RELATION OF DRUG CONSUMPTION SUPERVISOR (PMO)
PEFORMANCE TOWARD ADHERENCE OF TAKING
MEDICINE FOR LEPROSY PATIENTS IN
KEDUNGKANDANG HEALTH CENTER IN MALANG CITY
,
,
ABSTRACT
Background
: Leprosy is contagion disease that’s it still to be health problem in
Indonesia. The impact of Leprosy not only medically, but also socially, economic, and
pshycologically. Leprosy patients need a long time treatment about 6-12 month. A long
treatment has a risk in disobedience of taking medicine. The result of interview with 12
leprosy victims whose disobedience said that drug consumption controller (PMO) rarely
give motivation. This research aimed to know the relation between drug consumption
controller (PMO) performance with adherence of taking medicine for leprosy patients in
Kedungkandang health center in Malang city.
Research method : This research used cross-sectional design. The independent variable
was drug consumption supervisor (PMO) performance and the dependent variable was
adherence of taking medicine. This research conducted on March 2015 in
Kedungkandang public health center in Malang city. The amount of sample were 30
people, taken by total sampling. Data analyze by SPSS for Windows 15 with Chi-Square
Corelation.
Research result
: The result shows, good drug consumption supervisor (PMO)
performance is 17 people (56,57%) and moderate drug consumption supervisor (PMO)
performance is 13 people (43,33%). Adherence patients taking medicine for leprosy is 18
peaople (60%) and non-adherence patients is 12 people (40%). The p value 0,000 < 0,05.
So can be concluded there is a relation between drug consumption supervisor (PMO)
performance with adherence of taking medicine.
Conclusion
: There is a relation between drug consumption controller (PMO)
performance with compliance of taking medicine in Kedungkandang public health center
in Malang city.
Keyword
: PMO performance, Adherence.
1. Student in the Study Program of Nursing Science, Faculty of Health Science,
University of Muhammadiyah Malang.
2. Lecturer in the Study Program of Nursing Science, Faculty of Health
Science, University of Muhammadiyah Malang.
3. Lecturer in the Study Program of Nursing Science, Faculty of Health
Science, University of Muhammadiyah Malang.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................ . iii
LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................ v
ABSTRAK ................................................................................................................. vi
ABSTRACT .............................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 8
1.3.1
TujuanUmum ............................................................................................. 8
1.3.2
Tujuan Khusus ........................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 9
1.4.1
Bagi Peneliti ................................................................................................ 9
1.4.2
Bagi Dinas Kesehatan ............................................................................... 9
1.4.3
Bagi Puskesmas .......................................................................................... 9
1.4.4
Bagi Peneliti Lain ....................................................................................... 9
1.5 Keaslian Penelitian ....................................................................................................... 9
1.6 Batasan Penelitian .......................................................................................................10
viii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 11
2.1 Konsep kusta...............................................................................................................11
2.1.1
Definisi ......................................................................................................11
2.1.2
Etiologi kusta............................................................................................11
2.1.3
Diagnosa dan klasifikasi ..........................................................................12
2.1.4
Pencegahan penyakit kusta .....................................................................15
2.1.5
Pengobatan penyakit kusta .....................................................................18
2.2 Konsep kepatuhan......................................................................................................28
2.2.1
Definisi ......................................................................................................28
2.2.2
Faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan .................29
2.2.3
Strategi untuk meningkatkan kepatuhan ..............................................29
2.2.4
Akibat Ketidakpatuhan Minum Obat ...................................................31
2.2.5
Kiat penting mengingat minum obat ....................................................32
2.2.6
Cara mengukur kepatuhan......................................................................32
2.3 Konsep kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) ..................................................33
2.3.1
Definisi ......................................................................................................33
2.3.2
Persyaratan PMO ....................................................................................33
2.3.3
Siapa yang bisa jadi PMO .......................................................................34
2.3.4
Tugas PMO ..............................................................................................34
2.3.5
Informasi yang perlu dipahami dan disampaikan PMO ...................35
2.4 Hubungan kinerja PMO dengan kepatuhan ...........................................................36
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS .................................. 38
3.1 Kerangka konseptual..................................................................................................38
3.2 Hipotesis penelitian ....................................................................................................39
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 40
4.1 Desain penelitian ........................................................................................................40
4.2 Kerangka penelitian....................................................................................................41
4.3 Populasi, sampel, dan tehnik sampling ...................................................................42
ix
4.3.1
Populasi .....................................................................................................42
4.3.2
Sampel .......................................................................................................42
4.3.3
Tehnik sampling.......................................................................................42
4.4 Variabel penelitian ......................................................................................................43
4.4.1
Variabel independen ................................................................................43
4.4.2
Variabel dependent .................................................................................43
4.5 Definisi Operasional ..................................................................................................43
4.6 Tempat dan waktu penelitian ....................................................................................45
4.6.1
Tempat penelitian ....................................................................................45
4.6.2
Waktu penelitian ......................................................................................45
4.7 Intrument penelitian...................................................................................................45
4.8 Proses pengumpulan data ........................................................................................47
4.9 Tehnik pengolahan data ...........................................................................................48
4.10 Analisa data ................................................................................................................49
4.11 Uji validitas dan reliabilitas ........................................................................................52
4.11.1 Uji validitas ...............................................................................................52
4.11.2 Uji reliabilitas ............................................................................................52
4.12 Etika penelitian ...........................................................................................................53
BAB V HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN ........................................ 54
5.1 Analisa univariat..........................................................................................................54
5.1.1
Karakteristik responden berdasarkan usia ...........................................54
5.1.2
Karakteristik responden berdasarkan hubungan PMO......................55
5.1.3
Karakteristik berdasarkan jenis kelamin ...............................................55
5.1.4
Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan .....................................56
5.1.5
Gambaran kinerja PMO ........................................................................56
5.1.6
Gambaran kepatuhan minum obat .......................................................57
5.2 Analisis bivariat ...........................................................................................................58
5.2.1
Tabulasi silang kinerja PMO dengan kepatuhan minum obat ..........58
5.2.2
Hasil uji chi-square .................................................................................59
x
BAB VI PEMBAHASAN ..........................................................................................61
6.1 Interpretasi dan hasil diskusi .....................................................................................61
6.1.1
Gambaran kinerja PMO .........................................................................61
6.1.2
Gambaran kepatuhan minum obat .......................................................62
6.1.3
Hubungan kinerja PMO dengan kepatuhan minum obat .................64
6.2 Implikasi keperawatan ...............................................................................................67
6.3 Keterbatasan penelitian .............................................................................................69
BAB VII PENUTUP ................................................................................................ 70
7.1 Kesimpulan..................................................................................................................70
7.2 Saran
71
7.2.1 Bagi penderita ...........................................................................................71
7.2.2 Bagi PMO ................................................................................................71
7.2.3 Bagi Puskesmas ........................................................................................72
7.2.4 Bagi peneliti selanjutnya ..........................................................................72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 73
LAMPIRAN .............................................................................................................. 74
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tanda utama kusta pada tipe PB dan MB .....................................................14
Tabel 2.2 Tanda lain untuk klasifikasi penyakit kusta ...................................................15
Tabel 2.3 Pedoman praktis pengobatan MDT tipe PB ................................................20
Tabel 2.4 Pedoman praktis pengobatan MDT tipe MB ..............................................21
Tabel 2.6 Efek samping yang disebabkan obat dan penanganannya ..........................23
Tabel 2.7 Tindakan untuk penderita default ..................................................................27
Tabel 4.1 DefinisiOperasional ..........................................................................................44
Tabel 4.2 Kisi-kisi kuesioner penelitian ..........................................................................46
Table 4.3 Kisi-kisi kuesioner penelitian ........................................................................47
Tabel 5.1 Gambaran karakteristik usia PMO .............................................................................. 54
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan hubungan PMO.................................................... 55
Tabel 5.3 Tabulasi Silang antara Kinerja PMO dengan Kepatuhan Minum Obat ................ 58
Tabel5.4 Hasil analisa bivariat uji Chi-Square ................................................................59
Tabel5.5 Hasil Uji Koefisien Kontingensi ......................................................................59
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Studi Pendahuluan dan Penelitian .........................................................75
Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Penelitian ........................................................................76
Lampiran3 Lembar Permohonan Menjadi Responden ..............................................................77
Lampiran4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ................................................................78
Lampiran5 Lembar Kuesioner .......................................................................................................79
Lampiran6 Hasil Uji Validitas dan reliabilitas Kuesioner...........................................................83
Lampiran7 Hasil Uji Chi Square ...................................................................................................85
Lampiran8 Master Data Penelitian ................................................................................................86
Lampiran9 Lembar Konsultasi Skripsi .........................................................................................87
Lampiran10 Gambar Dokumentasi Penelitian ............................................................................90
Lampiran 11 Curriculum Vitae .....................................................................................................92
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.Kemasan (blister) obatkusta .................................................................................................... 23
Gambar 3.1.Kerangka Konseptual Hubungan antara Kinerja Pengawas Minum Obat...................... 38
Gambar 4.2 Kerangka Penelitian ...................................................................................................41
Gambar 5.1Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin .................................... 55
Gambar 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pendidikan Terakhir ................................... 56
Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Variabel Kinerja PMO ........................................................................ 56
Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Variabel Kepatuhan Minum Obat .................................................... 57
Xiv
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto.(2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi V. Jakarta : Rineka Cipta.
Ariyana, D. (2011). Thesis. Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap Dukungan Psikososial
Keluarga Pada Anggota Keluarga dengan Penyakit Kusta Di Kabupaten
Pekalongan.Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
Azwar, S. (2007).Penyusun Skala Psikologi.Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Avianty (2005) dalam Budiman, Novie .E.,& Dewi.A.M. (2010). Analisis Faktor yang Berhubungan
Dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien TB Paru pada Fase Intensif Di Rumah Sakit
Umum Cibabat Cimahi.Dalam Jurnal STIKES A.Yani Cimahi Vol.4 No.2.
Bart, S. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Becher.(1997). Patient Adherence to Prescribed Therapis.Medical Care.23:539.
Cytler, Lierras M (2009). Leprosy dalam Penyakit Menular Jilid 1.Jakarta : EGC
Departemen Kesehatan .R.I. (2008). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Riset Operasional
Intensifikasi Pemberantasan Penyakit Menular Tahun 1998/1999-2003.Jakarta : Pedoman Riset
Departemen Kesehatan R.I.
Departemen Kesehatan .R.I. (2006). Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta Cetakan
XVIII.Jakarta : Pedoman Riset Departemen Kesehatan R.I.
Dewi, Nur. (2014). Skripsi. Hubungan Locus of Control dengan Kepatuhan Minum Obat pada
Penderita Kusta di Puskesmas Proppo Kabupaten Pamekasan 2014.Malang : Universitas
Muhammadiyah Malang.
Dinas Kesehatan Jawa Timur. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012. Surabaya.
Dinas Kesehatan Kota Malang.(2013). Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2012. Malang.
Djuanda, A.,dkk. (2002). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke-3.Jakarta : Indonesia University
Press.
Donna.(2008). Pengadaan Obat Kusta. Medan : Departemen Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Elenkolis, Kristin. (2012). Skripsi. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien Skizofrenia
dalam Melakukan Kontrol Rutin terhadap Kesehatan Jiwa di Poliklinik RSJD Dr. Amina
Semarang.Semarang : Universitas Satya Wacana.
Fajar, N.A. (2002). Analisis Faktor Sosial Budaya dalam Keluarga yang Mempengaruhi Pengobatan
Dini dan Keteraturan Berobat pada Penderita Kusta (Studi Pada Keluarga Penderita di
Kabupaten Gresik) Tahun 2002. (diakses dari http://digilib.litbang.depkes.go.id/ pada
tanggal 10 Desember 2014).
Gitawati, Suksediati. (2000). Studi Kasus Hasil Pengobatan Tuberkulosis Paru di 10 Puskesmas di
DKI Jakarta 1996-1999.Cermin Dunia Kedokteran Jurnal.Vol 18.
Hadianto.(2011). Psikologi Perkembangan.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Hutabarat, B. (2008). Thesis. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Kepatuhan Minum
Obat Penderita Kusta di Kabupaten Asahan Tahun 2007.Program Studi Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan
Komunitas/Epidemiologi. Universitas Sumatera Utara.
Hutapea, T.P. (2010). Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti
Tuberkulosis RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.Dalam Jurnal Ilmiah Respirology. Surabaya
Vol.10.
Kementrian Kesehatan R.I. (2012). Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta.Jakarta :
Dirjen Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan.
Morisky, et.al.(1986). Medication Adherence Quesionaire (MAQ).Dalam Jurnal Imiah CERP (Centre of
Exellent For Relaps Prevention).
Niven, N. (2002). Perilaku Kesehatan, dalam : Psikologi Kesehatan Edisi Ke-2. Jakarta : .: EGC 183-199.
Notoatmodjo, S. (2010). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta : Rineka Cipta.
Nurhayati, J. (2013). Skripsi. Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) Dengan Kepatuhan
Berobat Pasien Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Limboto Kabupaten
Gorontalo.Universitas Negeri Gorontalo.
Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.
_______. (2007). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.
Nursing.(2011). Memahami Berbagai Macam Penyakit.Jakarta : Index.
Noor.(2010). Skripsi. Meningkatkan Keteraturan Berobat pada Penderita TB Paru di Puskesmas
Cikarang. Universitas Padjajaran.
Nurhayati.(2013). Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat terhadap Keberhasilan Pengobatan TB
Paru di RS. Kariadi Semarang. Dalam Jurnal Medical Health Vol.9 No. 04.
Nurvita, P. (2013). Skripsi. Hubungan Dukungan Pengawas Minum Obat (PMO) Dengan
Kepatuhan Berobat Pasien Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Limboto Kabupaten
Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo.
Panirogo, S. (2007).Skripsi. Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Keteraturan Berobat Penderita
Kusta Di Provinsi Gorontalo.Universitas Gadjah Mada.
Pratita, Nurina. (2012). Hubungan Dukungan Pasangan dan Health Locus of Control Dengan
Kepatuhan dalam Menjalani Proses Pengobatan pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe-2.Dalam Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 1 No.1.
Pramono.(2005). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengobatan pada Penderita Kusta
di RS. Tugurejo Semarang. Dalam Jurnal Ilmiah Universitas Padjajaran Vol. 10 No. 05.
Purwanta.(2005). Ciri-ciri Pengawas Minum Obat yang Diharapkan oleh Penderita Tuberkulosis
Paru Di Daerah Urban dan Rural di Yogyakarta.(Diakses dari www.jmpk-online.net
pada tanggal 10 Oktober 2014).
Rachmat, H.R. (2004). Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Prinsip dasar, Kebijakan, Perencanaan dan
Kajian Masa Depannya.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Saranani.(2005). Kepatuhan Penderita Hipertensi dalam Menjalani Pengobatan Rutin.Dalam Jurnal
Ilmiah Psikologi Terapan Universitas Muhammadiyah Semarang Vol.01 No.02.
Setiadi.(2007). Konsep Penulisan Riset Keperawatan.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Siregar. (2005). Atlas Berwarna ; Saripati Penyakit Kulit Edisi Ke-2. Jakarta : EGC.
Smeet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : Erlangga.
Stanhope, M. & Lanchaster, J. (2000). Community Health Nursing : promoting health of aggregates, families
and individualis, 4th Edition. St. Louis : Mosby-Year Book, Inc.
Subdirektorat Kusta dan Frambusia.(2007). Modul Pelatihan Program P2 Kusta Bagi UPK.
Sugiono.(2010). Statistika Untuk Penelitian.Bandung : Alfabeta.
Sukamto.(2002). Thesis. Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) dengan Hasil Pengobatan
Penderita TB Paru Tahap Intensif dengan Strategi DOTS di Kota Banjarmasin
Provinsi Kalimantas Selatan.Surabaya : Universitas Ailangga.
Susanto, T. (2010).Thesis. Penanggulangan Klien Dewasa Dalam Menjalani Perawatan Kusta di
Wilayah Kerja Puskesmas Jenggawah Kabupaten Jember (Studi
Fenomelogi).Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
Thompson, et.al. (2000). Medication Adherence Rating Scale (MARS). Dalam Jurnal Imiah CERP
(Centre of Exellent For Relaps Prevention).
Resty, J. (2010). Skripsi. Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) dengan Hasil
Keteraturan Berobat Pasien TB Paru Tahap Intensif dengan Strategi DOTS di
RSUD Dr. Moewardi.Universitas Sebelas Maret.
World Health Organization (WHO). (2006). Report of The Global Forum on Elimination of
Leprosy as a Public Health Problems.(Diakses dari
http://www.who.org.cds_ntd_2006_4egn pada tanggal 05 September 2014).
_________. (2009). Regional Health Forum, WHO-South-East Asia Region Journal. Vol.9,
Number 2.(Diakses dari http://www.who.org/ pada tanggal 25 september 2014).
__________. (2010). Weekly Epidemiological Record..(Diakses dari http://www.who.int/ pada tanggal
11 Agustus 2014).