BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Anisatul Aqla BAB I

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan

  

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang supaya ada

peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

  

Pembangunan kesehatan diadakan dengan berdasarkan perikemanusiaan,

pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan

manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain ibu, bayi,

anak, manusia usia lanjut (manula), dan keluarga miskin. Perhatian khusus

harus diberikan terhadap peningkatan kesehatan ibu termasuk bayi baru lahir,

bayi dan balita dengan menyelenggarakan berbagai upaya terobosan yang

didukung oleh kemampuan manajemen tenaga pengelola dan pelaksana

program KIA (Kemenkes RI, 2010).

  Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam peningkatan kesehatan ibu

masih menghadapi berbagai tantangan. Tantangan pertama adalah bagaimana

menurunkan proporsi anemia pada ibu hamil. Berdasarkan Riskesdas 2013,

terdapat 37,1% ibu hamil anemia, yaitu ibu hamil dengan kadar Hb kurang dari

11,0 gram/dl, dengan proporsi yang hampir sama antara di kawasan perkotaan

(36,4%) dan perdesaan (37,8%). Tantangan kedua adalah proporsi Wanita Usia

Subur (WUS) dengan Kurang Energi Kronis (KEK), yaitu WUS dengan

lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm. Berdasarkan Riskesdas 2013, terjadi

peningkatan proporsi ibu hamil usia 15-19 tahun dengan KEK dari 31,3% pada

  1

  

tahun 2010 menjadi 38,5% pada tahun 2013. Tren peningkatan serupa juga

terjadi pada WUS usia 15-19 tahun yang tidak hamil, yang proporsinya

meningkat dari 30,9% pada tahun 2010 menjadi 46,6% pada tahun 2013

(Depkes, 2014).

  Selain tantangan tersebut, tantangan yang tak kalah besar adalah bagaimana mempercepat penurunan angka kematian ibu menjadi 118 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014 sebagaimana diamanatkan RPJMN

2010-2014 dan 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 sebagai

target MDGs. Upaya peningkatan kesehatan ibu dan penurunan angka

kematian ibu mustahil dapat dilakukan sendiri oleh Pemerintah, terlebih

dengan berbagai keterbatasan sumber daya yang dimiliki

  • – tenaga, sarana prasarana, dan anggaran. Oleh karena itu, mutlak diperlukan kerja sama lintas program dan lintas sektor terkait, yaitu pemerintah daerah, sektor swasta, organisasi profesi kesehatan, kalangan akademisi, serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan baik dari dalam negeri maupun luar negeri (Depkes, 2014).

  AKI dan AKB merupakan salah satu indikator penting dalam menilai tingkat kesehatan masyarakat suatu negara (Depkes RI, 2007). Oleh karena itu, pemerintah memerlukan upaya yang sinergis dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB. Program penurunan angka tersebut khususnya dalam mencapai target Millenium Development Goals (MDGs). Pada tahun 2015 target MDGs yaitu AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi Pemerintah Indonesia (Depkes RI, 2007).

  AKI di Indonesia masih tinggi bila dibandingkan dengan AKI di Negara Asia lainnya (Depkes RI, 2007). Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI sebesar 359 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH); AKB sebesar 32 per 1.000 KH; dan Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 19 per 1.000 KH (SDKI, dalam Kemenkes, 2013).

  Pada Kabupaten Pemalang menurut profil kesehatan Kabupaten Pemalang tahun 2010 angka AKB sebesar 12,27 per 1.000 kelahiran hidup.

  Angka ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 11,24 per 1.000 kelahiran hidup. Bila ditilik dari target Indikator Indonesia Sehat sebesar < 40 per 1.000 kelahiran hidup maka Kabupaten Pemalang sudah sesuai dibawah target yang ditetapkan. Namun dilihat dari tren, AKB Kabupaten Pemalang tiap tahun mengalami tren meningkat. Di Kabupaten Pemalang total kematian bayi sebanyak 305 bayi, dengan kasus kematian tertinggi di Puskesmas Banyumudal sebanyak 27 bayi.

  AKI maternal di Kabupaten Pemalang tahun 2010 sebesar 197,06 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih tinggi dibanding tahun 2009 yaitu sebesar 193,56 per 100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dari target Indikator Indonesia Sehat sebesar < 150 per 1.000 kelahiran hidup, maka Kabupaten Pemalang masih jauh dari target yang ditetapkan. Dari 1000 ibu hamil selama tahun 2010 yang ada di Kabupaten Pemalang didapatkan kematian ibu maternal sebanyak 4,9% (49) orang, jumlah kematian terbanyak pada ibu nifas yaitu1,9% (19) orang, sedangkan jumlah kematian pada ibu hamil dan ibu bersalin sebanyak 1,5% (15) orang.

  Sejak dicanangkannya Indonesia Sehat oleh Pemerintah Indonesia yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 574/Menkes/SK/2000, diharapkan bahwa pada tahun 2015 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta diberikan pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

  Pencanangan Indonesia sehat tersebut, usaha pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan semakin baik kepada masyarakat. Hal ini tertuang dalam upaya mengembangkan kesehatan bersumber masyarakat dengan diselenggarakannya pos pelayan terpadu yang lebih dikenal dengan sebutan Posyandu.

  Posyandu adalah pelayanan yang diselenggarakan dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat, sedangkan pemerintah hanya menfasilitasi.

  Posyandu telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai suatu strategi untuk memperluas jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2006).

  Posyandu merupakan wadah partisipasi masyarakat karena Posyandu paling banyak menggunakan tenaga kader. Kader merupakan tenaga relawan murni, tanpa dibayar, namun merupakan tenaga inti di Posyandu dan sebagian kader adalah wanita.

  Dalam penyelenggaraan Posyandu, kader mempunyai peranan yang sangat besar, selain mempersiapkan pelaksanaan dan kegiatan di Posyandu, kader juga mempunyai motivator pada pengguna Posyandu dengan cara kunjungan rumah, penyuluhan dan pertemuan-pertemuan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurdiana dan Nugroho (2008) didapatkan bahwa dari 30 responden terdapat (26,7%) kader yang berpengetahuan baik, dan sebanyak 9 (30%) kader yang memiliki motivasi baik, serta terdapat 8 (26,7%) kader yang aktif dalam kegiatan posyandu, Hal ini membuktikan bahwa makin baik pengetahuan seseorang dapat menimbulkan motivasi yang baik. Motivasi yang baik akan menghasilkan perilaku yang baik pula. Perilaku baik disini adalah keaktifan kader dalam kegiatan posyandu.

  Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di Desa Banyumudal Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang pada tahun 2014 didapatkan cakupan pelayanan Posyandu dari segi pemberian imuniasai berupa campak masih belum maksimal yaitu dari 150 balita ada sekitar 20% (30) balita yang belum mendapatkan imunisasi campak dan masih adanya angka kejadian gizi buruk pada balita yaitu ada 1 balita dan 29 balita mengalami gizi kurang. Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara dengan 6 kader yang ada di Desa Banyumudal yang menyatakan bahwa ada 2 kader yang mengatakan bahwa mereka jarang melakukan kegiatan penyuluhan tentang pentingnya gizi seimbang, 2 kader belum mengetahui tentang cara yang tepat mengatasi jika ada kejadian gizi buruk di ruang lingkup desa Banyumudal dan 2 kader yang belum pernah mengikuti pelatihan-pelatihan khusus pengkaderan sehingga mereka merasa belum menguasai untuk tanggung jawab yang mereka emban.

  Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian yang akan diteliti, dengan judul “Hubungan Antara

  Tingkat Pengetahuan Kader dengan Peran Kader Tentang Posyandu Menurut

  Ibu Balita di Desa Banyumudal Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang Tahun 2014 ”.

B. PERUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan uraian latar belakang di atas bahwa pada wilayah desa Banyumudal terdapat 12 Posyandu dengan 40 orang kader, 1.569 balita dan adanya indikasi gizi buruk 1 balita dan gizi kurang 29 balita, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kader dengan Peran Kader Tentang Posyandu Menurut Ibu Balita di Desa Banyumudal Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang Tahun 2014

  “ C.

   TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan umum

  Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan kader dengan peran kader tentang Posyandu menurut ibu balita di Desa Banyumudal Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang tahun 2014.

2. Tujuan khusus a. Mengetahui karakteristik kader posyandu (tingkat pendidikan dan umur).

  b. Mengetahui tingkat pengetahuan kader tentang Posyandu di Desa Banyumudal Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang tahun 2014.

  c. Mengetahui cakupan pelayanan Posyandu di Desa Banyumudal Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang tahun 2014.

  d. Mengetahui peran kader di desa Banyumudal Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang tahun 2014. e. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan kader dengan peran kader tentang Posyandu balita menurut ibu di Desa Banyumudal Kecamatan Moga Kabupaten Pemalang tahun 2014.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada balita dan meningkatkan pengetahuan dan peran kader tentang Posyandu.

2. Manfaat praktis

  a. Bagi Ilmu Keperawatan Menambah wacana kepustakaan sebagai sarana memperkaya ilmu pengetahuan bagi pembaca khususnya tentang Posyandu dan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian di tempat lain.

  b. Bagi petugas kesehatan Sebagai masukan petugas kesehatan di wilayah kerjanya untuk lebih meningkatkan pembinaan kader sehingga kader dapat membantu petugas kesehatan dalam menjalankan dan meningkatkan program- program kesehatan ibu dan anak.

  c. Bagi kader Kader lebih termotivasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang

  Posyandu dan lebih aktif untuk berperan serta dalam melakukan kegiatan Posyandu. d. Bagi peneliti Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam kegiatan penelitian ilmiah.

E. PENELITIAN TERKAIT

  1. Suyono (2012), berjudul “Peran Petugas Kesehatan Terhadap Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Pelaksanaan Program 5 Meja Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Banyumas

  ”. Penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua kader di wilayah kerja Puskesmas Banyumas 36 kader. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar peran petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Banyumas dikategorikan baik (42,3%), dan sebagian besar kader memiliki pengetahuan baik tentang pelaksanaan program 5 meja kegiatan Posyandu (55,1%). Jadi ada pengaruh peran petugas kesehatan terhadap pengetahuan baik tentang pelaksanaan program 5 meja kegiatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Banyumas (p = 0,000). Penelitian yang akan peneliti lakukan tentang tingkat pengetahuan dan peran kader tentang Posyandu balita. Persamaan penelitian ini sama- sama untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan peran kader.

  2. Latif (2010), berjudul “Hubungan Faktor Presdiposing (Pengetahuan dan Sikap Kader Terhadap Posyandu) dengan Praktik Kader dengan Pelaksanaan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas

  Wonokerto“ Penelitian tersebut menggunakan explanatory research yang dilakukan dengan menggunakan metode survey dengan pendekatan cross sectional. Populasi kader Posyandu di wilayah kerja Wonokerto sejumlah 207 kader, sampel sejumlah 70 orang kader. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dengan kuesioner. Analisis data menggunakan uji korelasi Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan faktor presdiposing (pengetahuan dan sikap kader terhadap posyandu) dengan praktik kader dengan pelaksanaan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Wonokerto.

  Penelitian yang akan dilakukan tidak menggunakan variabel paritas. Dalam penelitian ini sama-sama untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan kader tentang Posyandu.

3. Dewi (2013) berjudul “Hubungan Antara Kepuasan Kerja dengan Motivasi

  Kader dalam Pelaksanaan Posyandu Balita di Desa Kembaran Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas Tahun

  2013” penelitian tersebut merupakan penelitian yang menggunakan desain penelitian dengan metode deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kader balita berjumlah 42 kader. Hasil penelitian menunjukan kepuasan kerja kader Posyandu 18 kader mempunyai kepuasan kerja tidak puas, 24 kader mempunyai kepuasan kerja puas. Motivasi kerja kader di Posyandu balita desa Kembaran kecamatan Kembaran kabupaten Banyumas menunjukan 16 kader mempunyai motivasi rendah, 16 kader mempunyai motivasi sedang, 10 kader mempunyai motivasi tinggi. Jadi dalam penelitian ini ada hubungan antara kepuasan kerja dengan motivasi kader dalam pelaksanaan Posyandu balita di desa Kembaran kecamatan Kembaran kabupaten Banyumas tahun 2013.