Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan Pada Siswa SMA Anggota Geng Motor di Kota Bandung.

(1)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

This research was conducted to determine the prediction of future orientation in education at senior high school students who are members of motorcycle gangs in Bandung. The sampling technique used was snowball method, while the total sample of 37 people, who are high school students and members of motorcycle gangs, whose age ranged between 15-18 years old, based on Santrock’s (2001) theory. This research uses descriptive method with survey techniques. A measuring tool used in this research is a questionnaire about the future orientation of educational theory-based Jari-erik Nurmi (1989). The data was obtained and processed using spearman correlation test with the program spss 13. Based on the results of experiments measuring instruments of i8 item, were obtained and can be used as a gauge for the future orientation of education, with a reliability of 0,706 and the validity between 0.055 to 0.837, and as for the result, 75,7 % motorcycle’s gang high school students has a better educational future orientation than 24,3 % of the rest. The conclusion from this research that the majority of high school students, which also a member of the motorcycle gang in Bandung has a clear prediction of future-oriented education, while clear or not the orientation of the future of education related to the strong / weak motivation, rather directional or not its planning and rather accurate or not evaluation which owned by high school students, which also became a member of the motorcycle gang. The most obvious factor influencing of image orientation of the future of education high school students, which also a member of the motorcycle gang in Bandung is the impact of situational demands. Researchers suggested that the schools are able to provide support in the form of coaching, counseling and giving seminars to high school students, which also became a member of the motorcycle gang. For other researchers who want to do further research with the correlation method can try to examine the correlation between future orientation with the factors that affect the future orientation of education. Parents and relatives should support their interest when they want to attend higher education in order to be suitable with their will and abilities.


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMA anggota geng motor di kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode snowball sampling dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 37 orang yang merupakan siswa SMA anggota geng motor berada pada rentang usia remaja madya yaitu 15-18 tahun berdasarkan teori Santrock (2001). Rancangan yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survey. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner orientasi masa depan bidang pendidikan berdasarkan teori Jari-Erik Nurmi (1989). Data yang diperoleh diolah menggunakan uji korelasi Spearman dengan program SPSS 13. Berdasarkan uji coba alat ukur yang terdiri dari 18 item diperoleh hasil 13 item yang dapat digunakan untuk mengukur orientasi masa depan bidang pendidikan dengan reliabilitas 0,706 dan validitas antara 0,055 sampai 0,837. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh 75,7 % siswa SMA anggota geng motor memiliki gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas, sedangkan 24,3 % nya tidak jelas. Kesimpulannya mayoritas Siswa SMA anggota geng motor di kota Bandung memiliki gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas, jelas tidaknya orientasi masa depan bidang pendidikan berkaitan dengan kuat-lemahnya motivasi, terarah-tidaknya perencanaan dan akurat-tidaknya evaluasi yang dimiliki siswa SMA anggota geng motor di kota Bandung, faktor yang paling berkaitan dengan jelas-tidaknya gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMA anggota geng motor di kota Bandung adalah dampak dari tuntutan situasional. Saran teoritis bagi penelitian selanjutnya adalah adanya wawancara dan data penunjang yang lebih spesifik. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan dengan metode studi korelasi dapat meneliti korelasi antara orientasi masa depan bidang pendidikan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan khususnya dampak dari tuntutan situasional. Saran praktis ditujukan kepada pihak sekolah diharapkan dapat memberi dukungan berupa pembinaan dan penyuluhan terhadap siswa SMA anggota geng motor serta pengadaan seminar pendidikan. Kepada pihak orang tua dan keluarga diharapkan mendukung dan mengarahkan minat siswa SMA anggota geng motor sesuai dengan keinginan dan kemampuannya dalam mencapai tujuan pendidikannya kelak.


(3)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

HALAMAN

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR ORISINALITAS LAPORAN

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR BAGAN...ix

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR LAMPIRAN...xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1


(4)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...7

1.3.1 Maksud Penelitian...7

1.3.2 Tujuan Penelitian...7

1.4 Kegunaan Penelitian...7

1.4.1 Kegunaan Teoritis...7

1.4.2 Kegunaan Praktis...8

1.5 Kerangka Pikir...8

1.6 Asumsi...19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Orientasi Masa Depan...20

2.1.1 Pengertian Orientasi Masa Depan...20

2.1.2 Ciri-Ciri Orientasi Masa Depan...22

2.1.3 Proses Pembentukan Orientasi Masa Depan...23

2.1.4 Orientasi Masa Depan Sebagai Suatu Sistem...29

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Orientasi Masa Depan...29

2.1.6 Orientasi Masa Depan Pada Remaja...33

2.2 Remaja...34


(5)

Universitas Kristen Maranatha

2.2.2 Tahap-tahap Pada Masa Remaja...34

2.2.3 Ciri-ciri Remaja...35

2.2.4 Karakteristik Masa Remaja...37

2.2.5 Tugas perkembangan Pada Masa Remaja...39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian...41

3.2 Bagan Prosedur Penelitian...41

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...42

3.3.1 Variabel Penelitian...42

3.3.2 Definis Konseptual...42

3.3.3 Definisi Operasional...42

3.4 Alat Ukur...43

3.4.1 Kuesioner Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan...43

3.4.2 Data Pribadi dan Penunjang...46

3.4.3 Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur...46


(6)

3.4.3.2 Reliabilitas…………...47

3.5 Populasi Sasaran Dan Teknik Sampling...49

3.5.1 Karakteristik Sampel...49

3.5.2 Teknik Penarikan Sampel...49

3.5 Teknik Analisis Data...49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian……...……….………..51

4.11 Gambaran Responden………51

412 Hasil Pengolahan Data………...………53

4.2 Pembahasan………56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………....62

5.2 Saran………...………62

5.1 Saran Teoritis……….62


(7)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA...64

DAFTAR RUJUKAN...65


(8)

DAFTAR BAGAN

 Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir...18

 Bagan 2.1 Skema Tahap Orientasi Masa Depan...24


(9)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 2.2.5 Tugas-Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja...40

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur Orientasi Masa Depan...44

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian...45

Tabel 3.3 Kriteria Uji Reliabilitas…...48

Tabel 4.1 Tabel Responden Berdasarkan Usia...51

Tabel 4.2 Tabel Responden Berdasarkan Nama Geng Motor Yang Diikuti...52

Tabel 4.3 Tabel Responden Berdasarkan Lama Aktif di Geng Motor...53

Tabel 4.4 Tabel Gambaran Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan....53

Tabel 4.5 Tabulasi Silang Antara Gambaran Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan Dengan Tahapan Motivasi, Perencanaan dan Evaluasi...54

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Antara Gambaran Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan Dengan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...55


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

 Lampiran 1 Kuesioner Data Penunjang

 Lampiran 2 Kuesioner Orientasi Masa Depan

 Lampiran 3 Keterangan Data Penunjang

 Lampiran 4 Skor Penilaian Pertanyaan Terbuka

 Lampiran 5 Gambaran Singkat Geng Motor

 Lampiran 6 Data Mentah Kuesioner OMD

 Lampiran 7 Hasil perhitungan Validitas dan Reliabilitas

 Lampiran 8 Tabulasi Silang OMD dengan Faktor Pengaruh

 Lampiran 9 Data Pribadi, Tahapan dan Data Penunjang

 Lampiran 10 Data Mentah Penunjang

 Lampiran 11 Data Utama


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberadaan geng motor di Bandung, semakin hari semakin meresahkan. Munculnya fenomena geng motor sama sekali bukan hal baru, geng motor mencuat ke publik berkenaan dengan isu dan praktek kekerasan yang lekat dengannya. Terdapat kasus dua orang anggota geng motor yang diduga melakukan aksi pencurian dengan kekerasan, Minggu (27/6). Kedua tersangka ditangkap oleh aparat setelah melakukan aksinya di dua tempat yang berbeda, yakni di kawasan Jalan Soekarno – Hatta dan di kawasan Jalan Parakan Saat di wilayah Bandung Timur (http://berita.liputan6.com, diakses tanggal 21 Juli 2010). Berbagai macam pemberitaan media, baik cetak maupun elektronik, sepertinya kuantitas dan kualitas tindak kejahatannya semakin meningkat. Sekitar tahun 2007 semakin banyak kejadian yang sangat menghebohkan yang dilakukan oleh geng motor. Bahkan kejadian ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar tetapi juga merambah ke kota kecil seperti Sumedang dan Tasikmalaya. Di lingkungan Polres Bandung terdapat 186 kasus terkait geng motor, sebanyak 29 tersangka sudah dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri untuk proses persidangan. Kapolres Bandung AKBP Hendro Pandowo mengatakan, para anggota geng motor tersebut bahkan dalam dua pekan terakhir mencapai sebanyak 125 anggota geng motor diringkus (http://news.okezone.com, diakses tanggal 27 Desember 2010).


(12)

2

Geng motor merupakan kumpulan orang-orang pecinta motor yang senang “kebut-kebutan”, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai. Ada empat geng motor yang paling besar di Bandung yakni Moonraker (M2R), Grab on Road (GBR), Exalt to Coitus (XTC) dan Brigade Seven (Brigez). Geng motor di Bandung bercirikan memiliki identitas (nama, ornamen pembeda, lambang, dsb), berkendaraan bergerombol, memiliki semacam daerah kekuasaan dan bermusuhan dengan geng motor lainnya, sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Kisaran usianya pun beragam, biasanya mulai dari usia 15 - 25 tahun setingkat pendidikan antara SMP sampai dengan perguruan tinggi. Terbentuknya geng motor ini berawal dari perkumpulan sesama pecinta motor kemudian semakin lama anggotanya semakin banyak sampai pada akhirnya mereka pun membentuk gaya hidup dijalanan yang salah seperti balapan liar, “kebut-kebutan”, merusak fasilitas umum dan melakukan perampasan dengan melukai korbannya menggunakan senjata tajam (http://www.pikiran-rakyat.com, diakses tanggal 15 Juli 2010).

Sampai saat ini jumlah anggota geng motor di Bandung semakin banyak dan didominasi oleh kalangan remaja. Siswa SMA anggota geng motor ini juga berada pada tahap perkembangan remaja madya yang pada umumnya berusia 15-18 tahun. Pada usia tersebut perkembangan kognitif remaja telah mencapai formal operational, dimana remaja sudah mulai berpikir logis dan merencanakan mengenai masa depannya kelak (Nurmi, 1989). Berkaitan dengan hal itu Nurmi juga menyatakan remaja perlu mempersiapkan diri merencanakan masa depan guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi di kemudia hari. Dalam bidang pendidikan misalnya siswa SMA anggota geng motor perlu


(13)

3

Universitas Kristen Maranatha membuat perencanaan mengenai kelanjutan pendidikannya sesuai dengan harapan dan kemampuan dirinya kelak. Pentingnya pendidikan bagi siswa SMA anggota geng motor merupakan bekal pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk memasuki dunia kerja yang akan mereka hadapi. Dengan menyadari kepentingan ini memungkinkan dapat mendorong siswa SMA anggota geng motor untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Dalam kelompok geng motor ini ada beberapa kegiatan yang biasa dilakukan oleh anggotanya yaitu berkumpul di basecamp atau bengkel sembari berbagi informasi mengenai otomotif khusunya motor, mulai dari cara memperbaiki mesin motor sampai modifikasi motor. Kadang kegiatan ini dilakukan tidak pada waktu yang tepat, seperti pada ssat jam sekolah atau bahkan sampai larut malam. Keadaan ini dikhawatirkan dapat mengurangi keefektifan waktu belajar dan waktu istirahat mereka untuk mempersiapkan kegiatan belajar disekolah pada keesokan harinya. Kegiatan lain yang biasa dilakukan tiap minggunya yaitu balapan liar pada waktu malam hari. Sebagian dari mereka menyelingi kegiatannya dengan minum-minuman keras. Jika terjadi bentrok dengan geng motor lain mereka akan berkelahi bahkan sampai tawuran antar geng.

Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui internet ada sebagian sekolah yang menetapkan peraturan menolak melakukan penerimaan atau memberhentikan siswa yang terlibat dalam geng motor dari sekolahnya dikarenakan dapat merusak nama baik sekolah. (www.google.com, diakses tanggal 26 Agustus 2010). Kapolda Jabar, Irjen Sutarman juga menyatakan


(14)

4

seluruh remaja ataupun pemuda yang terlibat geng motor tidak bisa mendapatkan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), sehingga kedepannya mereka akan sulit untuk melamar pekerjaan, melanjutkan pendidikan hingga urusan lainnya (http://www.tribunjabar.co.id, diakses tanggal 21 Juli 2010).

Meskipun banyak pandangan negatif tentang geng motor tetapi pada kenyataannya tidak sedikit juga yang masih memikirkan pendidikan mereka. Siswa SMA anggota geng motor ini tetap ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi demi mencapai keberhasilan dalam hidupnya. Melalui cita-cita yang diinginkannya maka dapat mendorong kepercayaan diri mereka dalam mencapai cita-cita yang lebih tinggi lagi. Karena itulah, sebelum menentukan pendidikan lanjutan yang akan dicapainya siswa SMA anggota geng motor harus terlebih dahulu mengetahui orientasi masa depannya. Berdasarkan teori yang dirujuk dari Nurmi (1989), ada beberapa bidang kehidupan yang menjadi pusat perhatian orientasi masa depan, salah satu yang menarik minat dan menjadi pemikiran orientasi masa depan remaja adalah mengenai bidang pendidikan.

Berdasarkan teori dari Nurmi (1989), orientasi masa depan adalah gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya dalam konteks masa depan yang memungkinkan individu untuk menentukan tujuan, menyusun rencana untuk mencapai tujuan dan mengevaluasi sejauh mana tujuan-tujuan tersebut dapat dilaksanakan. Orientasi masa depan juga merupakan antisipasi terhadap kejadian-kejadian yang mungkin timbul di masa depan. Gambaran ini membantu siswa SMA anggota geng motor mengarahkan dirinya untuk mencapai


(15)

perubahan-5

Universitas Kristen Maranatha perubahan yang sistematis agar dapat mencapai apa yang diinginkannya. Semakin seseorang mengetahui apa yang akan dilakukan pada masa depannya maka orientasinya akan semakin jelas, begitu pula sebaliknya. Orientasi masa depan dapat dikarakteristikan sebagai proses yang mencakup motivasi, perencanaan dan evaluasi yang ketiganya saling terkait dan membentuk suatu siklus. Pada siswa SMA anggota geng motor orientasi masa depan bidang pendidikan dapat dijadikan sebagai suatu pedoman atau persiapan diri guna mengarahkan dirinya pada keberhasilan perealisasian pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Individu yang menunjukkan motivasi kuat, perencanaan terarah dan evaluasi yang akurat adalah individu yang memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas (Nurmi, 1989).

Adanya orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas pada siswa SMA anggota geng motor merupakan persiapan diri untuk memudahkannya dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada saat merealisasikan pendidikannya dimasa depan. Hal ini tampak pada siswa SMA anggota geng motor yang berusaha mengeksplorasi minatnya, menetapkan tujuan ingin melanjutkan kuliah dimana dan jurusan seperti apa, mau mencari informasi dan pengetahuan tentang pendidikan yang diinginkanya dengan bertanya pada keluarga, teman yang lebih tahu atau melalui internet, serta mampu menilai dirinya apakah tujuannya dapat terwujud atau tidak.

Siswa SMA anggota geng motor yang memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang tidak jelas ditunjukkan dengan motivasi yang lemah, perencanaan tidak terarah dan evaluasi tidak akurat (Nurmi, 1989). Hal ini


(16)

6

ditunjukkan siswa SMA anggota geng motor yang belum menetapkan tujuannya apakah nantinya akan kuliah atau tidak, masih bingung memilih universitas dan bidang studi yang sesuai dengan harapan dan kemampuannya, kesulitan menyusun langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan serta tidak mampu menilai sejauh mana mereka dapat mencapai keberhasilan.

Berdasarkan hasil survey awal dengan memberikan kuesioner dan wawancara kepada 10 orang siswa SMA anggota geng motor di kota Bandung, diperoleh informasi bahwa 60 % diantaranya sudah menentukan untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi dengan menetapkan pilihan bidang studi sesuai keinginan. Agar dapat masuk ke perguruan tinggi yang dipilihnya, 30 % siswa SMA anggota geng motor ini mengikuti les, 20 % belajar sendiri dan tetap mencari informasi mengenai bidang studi yang diinginkannya tersebut dan 10 % sisanya bertanya ke teman-teman dan senior yang lebih tahu tentang perguruan tinggi yang memiliki fakultas penjurusan dengan akreditas terbaik. Mereka yakin dapat masuk ke perguruan tinggi yang sesuai dengan pilihannya kelak. Sebanyak 40 % dari 10 siswa SMA anggota geng motor lainnya belum memikirkan dan menentukan apa yang dicita-citakan di masa depan. Namun 20 % dari mereka berencana mengikuti les agar mendapatkan nilai tinggi, 20 % sisanya belum tahu apa yang harus dilakukan sehingga masih bingung menilai dirinya dapat berhasil atau tidak dalam mencapai masa depan bidang penddidikannya.


(17)

7

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan penjelasan dari fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMA anggota geng motor di kota Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMA anggota geng motor di kota Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam gambaran mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMA anggota geng motor di kota Bandung dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu dampak dari tuntutan situasional, kematangan kognitif, pengaruh dari social learning, proses interaksi.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis

 Memberikan informasi mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan siswa SMA anggota geng motor di kota Bandung bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada bidang Psikologi khususnya Psikologi Pendidikan.


(18)

8

 Memberikan masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut serta menambah informasi dan wawasan khususnya pada mahasiswa Psikologi mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMA anggota geng motor.

1.4.2. Kegunaan Praktis

 Sebagai bahan informatif bagi siswa SMA anggota geng motor mengenai gambaran orientasi masa depan khususnya bidang pendidikan, sehingga dapat menjadi masukan dalam mengambil keputusan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

 Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang pentingnya orientasi masa depan sebagai pertimbangan untuk membina siswa SMA anggota geng motor terkait dengan orientasi masa depan bidang pendidikan.

 Melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi orang tua atau keluarga dalam membimbing dan mendukung siswa SMA anggota geng motor untuk mencapai oreintasi masa depan bidang pendidikan yang jelas.

1.5 Kerangka Pikir

Siswa SMA anggota geng motor yang berstatus pelajar berada di tahap perkembangan masa remaja madya dengan kisaran usia 15-18 tahun. Berdasarkan


(19)

9

Universitas Kristen Maranatha teori dari Santrock (2001) pada tahap ini, remaja sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan.

Masa remaja juga berada di tahap formal operations yakni suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Semua itu akan dapat mempengaruhi masa depan siswa SMA anggota geng motor yang pada akhirnya nanti akan dihadapkan pada tuntutan hidup seperti bekerja, menikah, termasuk juga melanjutkan pendidikan. Karena itulah siswa SMA anggota geng motor perlu memiliki orientasi masa depan.

Ada beberapa bidang kehidupan yang menjadi pusat perhatian orientasi masa depan remaja, salah satu yang menarik minat dan menjadi pemikiran orientasi masa depan remaja adalah mengenai bidang pendidikan (Nurmi, 1989). Hal ini dikarenakan remaja menyadari bahwa pendidikan yang lebih tinggi


(20)

10

merupakan batu loncatan bagi karir mereka nantinya dan persiapan untuk menunjang kehidupan mereka, karena karir ataupun tempat dalam masyarakat yang kelak akan dimiliki oleh remaja tidak terlepas dari pendidikan yang ditempuh oleh remaja tersebut.

Berdasarkan teori yang dirujuk dari Nurmi (1989) mengenai pengertian orientasi masa depan adalah gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya dalam konteks masa depan yang memungkinkan individu untuk menentukan tujuan, menyusun rencana untuk mencapai tujuan dan mengevaluasi sejauh mana tujuan-tujuan tersebut dapat dilaksanakan. Siswa SMA anggota geng motor mulai memikirkan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mencapai orientasi masa depan yang jelas dan memahami pentingnya masa depan pendidikannya bagi kelangsungan hidupnya. Dengan begitu siswa SMA anggota geng motor dapat mempertimbangkan dan menentukan pilihan pendidikan seperti apa yang sesuai dengan tujuan dan harapannya, hingga pada akhirnya dapat memperoleh pendidikan yang layak dan mampu mencapai orientasi masa depan yang jelas.

Remaja yang sejak awal telah mampu menetapkan tujuan dan membuat persiapan serta perencanaan dalam bidang pendidikan, menunjukan bahwa mereka mempunyai orientasi masa depan pendidikan yang jelas. Orientasi masa depan ini jugalah yang membimbing remaja dalam memilih perguruan tinggi dan menyelesaikan program pendidikannya dengan baik (Trommsdorff, 1983). Penentuan jurusan untuk melanjutkan pendidikan merupakan salah satu keputusan penting, karena keputusan yang diambil inilah yang akan mempengaruhi jalan hidup remaja selanjutnya.


(21)

11

Universitas Kristen Maranatha Orientasi masa depan dapat digambarkan sebagai proses yang meliputi tiga tahap, yakni : motivasi, perencanaan, dan evaluasi (Nurmi, 1989). Tahap pertama adalah motivasi, dalam hal ini siswa SMA anggota geng motor telah menemukan minat, harapan dan telah melihat kemampuan yang ia miliki serta menetapkan bidang pendidikan yang diminatinya sebagai tujuan ketika mereka lulus nanti dari SMA. Setelah mengetahui minatnya Siswa SMA anggota geng motor akan melakukan eksplorasi terhadap bidang pendidikan yang ia tetapkan lalu membuat komitmen untuk mencapai tujuan tersebut. Siswa SMA anggota geng motor yang memiliki motivasi yang kuat dapat dilihat dari besarnya keingintahuan dan minat yang ia miliki. Usaha untuk meningkatkan pengetahuan tentang bidang studi yang diinginkan dapat membantu siswa SMA anggota geng motor dalam menentukan tujuan mengenai kelanjutan pendidikannya yang sesuai dengan kemampuannya.

Kemudian setelah siswa SMA anggota geng motor menetapkan tujuan yang ingin dicapai, maka tahap kedua diperlukan perencanaan. Siswa SMA anggota geng motor mulai merencanakan tujuan masa depannya kemudian mereka berusaha merealisasikan pengetahuan, keterampilan dan hal-hal apa saja yang harus dimilikinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya pengetahuan mengenai segala hal yang menyangkut masa depan bidang pendidikan maka perencanaan yang disusun oleh siswa SMA anggota geng motor akan dipertimbangkan secara matang. Perencanaan ini digambarkan secara jelas melalui tujuan yang ingin dicapai, menyusun perencanaan dan pelaksanaan dari rencana tersebut.


(22)

12

Pertama, dalam mencapai tujuan yang diinginkan siswa SMA anggota geng motor membuat gambaran akan melanjutkan pendidikannya kemana dan bidang studi yang seperti apa. Antisipasi terhadap terealisasinya tujuan dalam konteks aktivitas yang dilakukan di masa depan juga dapat dilakukan dengan mengetahui apa saja yang diperlukan agar dapat diterima di perguruan tinggi yang diinginkan. Misalnya siswa SMA anggota geng motor mengetahui persyaratan khusus apa saja yang harus dimiliki dari fakultas yang dipilihnya. Selain itu juga diharapkan siswa SMA anggota geng motor berusaha mencari informasi dari bidang studi yang diinginkannya tersebut.

Kedua, siswa SMA anggota geng motor menyusun suatu perencanaan atau strategi untuk mencapai tujuan dengan mencoba menyusun langkah-langkah yang akan mendukung tercapainya tujuan tersebut dan memilih mana yang lebih efisien. Hal ini dapat terlihat pada siswa SMA anggota geng motor yang merancang persiapan atau strategi misalnya dengan membagi waktu antara waktu belajar dan kegiatan-kegiatan lainnya, mengikuti les sesuai dengan bidang studi yang diminati atau agar memperoleh nilai yang lebih bagus lagi. Selain itu siswa SMA anggota geng motor juga akan mempertimbangkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki untuk mencapai tujuan pendidikannya tersebut.

Ketiga, pelaksanaan rencana dan strategi yang telah dibuat. Dalam usaha melaksanakan perencanaan tersebut siswa SMA anggota geng motor harus meninjau kembali bahwa tujuan sebenarnya akan tercapai melalui cara yang tersusun secara sistematis. Jika tidak ada kesesuaian maka perencanaan tersebut harus diubah (Nurmi, 1989). Perencanaan yang terarah akan mempengaruhi


(23)

13

Universitas Kristen Maranatha pencapaian tujuan, pada umumnya perencanaan akan menjadi lebih terarah dengan didukung oleh motivasi yang kuat. Selain itu diperlukan langkah-langkah yang tepat untuk meraih pendidikan lanjutan yang diinginkan.

Tahapan ketiga dalam orientasi masa depan adalah evaluasi yaitu penilaian individu terhadap kemungkinan tercapai tidaknya tujuan. Dalam proses evaluasi ini juga terkait pertimbangan mengenai penyebab terwujudnya suatu harapan (causal attribution) dan perasaan (affect) yang menyertainya (emotional attribution) (Weiner, 1985 dalam Nurmi, 1989). Evaluasi dipengaruhi oleh faktor emosi yang diikuti perasaan spesifik. Hal ini biasanya didasarkan oleh penghayatan siswa SMA anggota geng motor terhadap pengalaman kesuksesan dan kegagalan yang pernah dialami, sehingga dapat berpengaruh juga pada keyakinan terhadap kemungkinan tercapainya tujuan.

Hasil dari evaluasi ini nantinya akan menjadi umpan balik bagi tujuan yang telah ditetapkan siswa SMA anggota geng motor sehingga dapat memperkuat atau melemahkan tujuannya. Ketika siswa SMA anggota geng motor memikirkan masa depan pendidikannya maka akan muncul perasaan-perasaan positif atau negatif yang dapat berpengaruh terhadap perwujudan rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan pendidikannya tersebut. Sebagai proses menghadapi masa depannya konsep diri juga memainkan peranan penting dalam merealisasikan tujuan-tujuan dan rencana-rencana yang telah dibuatnya berdasarkan penilaian individu saat ini mengenai kemampuan yang dimilikinya. Jika siswa SMA anggota geng motor dapat melihat hambatan dan peluang dalam merealisasikan tujuan pendidikannya berdasarkan kemampuan dan rencana yang


(24)

14

telah dibuat maka akan dapat mendukung proses pengevaluasian menjadi akurat, sehingga nantinya membuat siswa SMA anggota geng motor dapat melihat kemungkinan-kemungkinan yang berhubungan dengan terwujud atau tidaknya tujuan.

Siswa SMA anggota geng motor yang memiliki orientasi masa depan yang jelas ditandai dengan adanya motivasi yang kuat yang dapat mendorongnya dalam menetapkan tujuan masa depannya, agar tujuan tersebut dapat tercapai mereka harus mempunyai minat dan harapan yang tinggi (misalnya : memperoleh prestasi yang baik di sekolah, memilih perguruan tinggi terbaik). Perencanaan pun harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga mereka mampu membuat evaluasi penilaian mengenai langkah yang paling memungkinkan untuk tercapainya tujuan terebut. Sebaliknya, bila siswa SMA anggota geng motor mempunyai orientasi masa depan yang tidak jelas, maka maka ia belum mampu untuk menentukan kelanjutan jenjang pendidikannya, belum tahu kegiatan apa yang akan ia lakukan setelah lulus sekolah atau kalaupun sudah mampu menentukan pendidikan yang diinginkannya tetapi belum spesifik. Siswa SMA anggota geng motor belum dapat menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuannya yang membuatnya kesulitan saat bersaing dengan orang lain dalam memperoleh melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Jelas tidaknya gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan pasa siswa SMA anggota geng motor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berdasarkan teori dari Trommsdorf (1983) terdapat 4 faktor pengaruh yaitu dampak dari tuntutan situasional, kematangan kognitif, pengaruh dari social


(25)

15

Universitas Kristen Maranatha learning, dan proses interaksi. Pada faktor dampak dari tuntutan situasional, struktur orientasi masa depan individu tergantung pada gambaran yang dimiliki seseorang mengenai situasi yang dihadapinya saat ini dan yang akan datang. Hal ini dapat terlihat pada siswa SMA anggota geng motor yang dituntut untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi setelah lulus SMA oleh keluarga khususnya orang tuanya. Situasi ini dapat dihayati oleh siswa SMA anggota geng motor sebagai tekanan atau justru dianggap sebagai pendorong motivasinya supaya menjadi seorang yang berhasil dalam mencapai masa depan bidang pendidikannya.

Dalam hal ini siswa SMA anggota geng motor dibina untuk meningkatkan kesadarannya. Jika dapat menyesuaikan diri terhadap keadaan seperti itu dan sadar bahwa situasi yang dialaminya dapat berpengaruh pada kehidupan dimasa depannya, maka ia akan mampu meningkatkan motivasi dalam dirinya, merencanakan pendidikannya dan memiliki evaluasi yang akurat dalam menentukan pendidikan yang tepat, sehingga membentuk orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas, begitu pula sebaliknya.

Pada faktor kematangan kognitif, individu mampu menyelesaikan masalah dalam hambatan untuk mencapai tujuan. Nurmi (1989) menjabarkan perkembangan kognitif terhadap perencanaan orientasi masa depan. Individu berada di tahap formal operations yakni suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks, memiliki keterampilan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis. Siswa SMA anggota geng motor yang berada


(26)

16

pada tahap ini diharapkan mampu mencari berbagai alternatif untuk penyelesaian masalah disaat mereka menghadapi hambatan dalam mencapai tujuan, dan dapat menyusun strategi untuk mengatasi hambatan yang menghalangi dirinya untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya seperti dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang terbaik. Sebaliknya, bila kematangan kognitifnya belum matang maka siswa SMA anggota geng motor akan mengalami kesulitan dalam menghadapi dan menyelesaikan hambatannya, karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Semua itu mengarah pada proses pembentukan orientasi masa depan yang tidak jelas.

Pengaruh dari social learning, meliputi apa yang dialami individu dalam lingkungan keluarga, teman sebaya maupun masyarakat mempengaruhi orientasi masa depannya. Jadi, lingkungan sekitar akan memberi peran-peran sosial tertentu yang menyebabkan pembentukan orientasi masa depan bidang pendidikan yang berbeda-beda pada anggota geng motor. Proses interaksi, yakni terjalinnya komunikasi antar individu baik dengan keluarga maupun teman dekat yang dapat memacu dan mendukung individu dalam pengambilan keputusan yang dapat membuatnya merasa lebih percaya diri, memiliki harapan, lebih optimis memandang masa depan dan memiliki orientasi masa depan yang lebih jelas (Rosenthal & Jacobson, 1968; Lewin & Wang 1983).

Proses interaksi yang terjadi antara siswa SMA anggota geng motor dengan orang tua, guru, dan teman dapat memotivasi mereka dalam mengambil keputusan mengenai bidang studi yang diminatinya, dapat pula membantu mereka ketika menghadapi permasalahan atau hambatan dalam melanjutkan


(27)

17

Universitas Kristen Maranatha pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena orang tua, guru, dan teman akan memberi dorongan dan informasi yang dibutuhkan mengenai tujuan yang ingin dicapai oleh siswa SMA anggota geng motor, memperoleh pengarahan dan bimbingan. Dengan begitu siswa SMA anggota geng motor akan dapat memandang positif terhadap masa depannya, sehingga memperkuat minat dan harapan untuk mempunyai motivasi yang kuat. Setelah memiliki motivasi yang kuat siswa SMA anggota geng motor mulai mengarahkan dirinya pada rencana masa depan mereka dengan memutuskan dan menentukan tingkah laku dan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi berdasarkan informasi yang diperolehnya. Setelah memiliki perencanaan yang terarah perlu juga didiskusikan apakah rencana-rencana tersebut memungkinkan untuk dijalankan dan bagaimana jika ada hambatan-hambatan yang menghadang dalam mencapai pendidikan yang mereka inginkan. Dengan bantuan orang tua, guru dan teman terdekat maka evaluasi menjadi akurat.


(28)

18

Untuk dapat melihat lebih jelas gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMA anggota geng motor di kota Bandung, dapat dilihat melalui :

1.1 Bagan Kerangka Pikir

Siswa SMA

anggota geng motor di kota Bandung

Tahap-tahap : - Motivasi - Perencanaan - Evaluasi

Orientasi Masa Depan bidang pendidikan

Jelas Tidak Jelas Faktor yang mempengaruhi

Orientasi Masa depan : - Dampak dari tuntutan

situasional

- Kematangan kognitif - Pengaruh dari social

learning - Proses interaksi


(29)

19

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

 Orientasi masa depan bidang pekerjaan siswa SMA anggota geng motor dapat berbeda-beda, ada yang jelas dan juga tidak jelas.

 Jelas tidaknya gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMA anggota geng motor di kota Bandung dapat dilihat melalui tahap motivasi, perencanaan dan evaluasi.

 Siswa SMA anggota geng motor memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas atau tidak jelas, tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan yakni diantaranya dampak dari tuntutan situasional, kematangan kognitif, pengaruh dari social learning dan proses interaksi.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

 Mayoritas Siswa SMA anggota geng motor di kota Bandung memiliki gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas.

 Jelas-tidaknya gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan berkaitan dengan kuat-lemahnya motivasi, terarah-tidaknya perencanaan dan akurat-tidaknya evaluasi yang dimiliki siswa SMA anggota geng motor di kota Bandung.

 Faktor yang paling berkaitan dengan jelas - tidaknya gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMA anggota geng motor di kota Bandung adalah dampak dari tuntutan situasional.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

 Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, namun hasilnya masih ada kekurangan ketika menggambarkan orientasi masa depan bidang pendidikan. Untuk itu disarankan menambahkan metode wawancara dan pembuatan pertanyaan data penunjang yang lebih spesifik.

 Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan dengan metode studi korelasi dapat meneliti korelasi antara orientasi masa depan


(31)

63

dengan faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan khususnya bidang pendidikan yakni dampak dari tuntutan situasional, kematangan kognitif, pengaruh dari social learning dan proses interaksi.

5.2.2 Saran praktis

 Kepada pihak sekolah, diharapkan dapat memberi dukungan berupa pembinaan dan penyuluhan terhadap siswa SMA anggota geng motor serta pengadaan seminar pendidikan.

 Kepada pihak orang tua dan keluarga diharapkan mendukung dan mengarahkan minat siswa SMA anggota geng motor sesuai dengan keinginan dan kemampuannya dalam mencapai tujuan pendidikannya kelak.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. 2003. Metodologi Penelitian. Penerbit : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian, cetakan 3. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Nurmi, Jari – Erik.1989. Adolescents Orientation To The future: Development of Interest and Plans, and Related Attributions and Affects, in the Life – Span Ccontex. Helsinky, Commnetationes Scientiarium Socialum.

Santrock, J.W.2001. Life – Span Development, jilid 2. Penerbit : Erlangga. Jakarta. Steinberg, L. 2002. Adolescence 6th edition. New York : Mc Graw Hill Inc

Trommsdorff, G. 1983. Future Orientation Socialization. International Journal of Psychology.


(33)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

http://berita.liputan6.com/hukrim/201006/283602/Dua.Anggota.Geng.Motor. Diciduk, diakses tanggal 21 juli 2010.

http://benyahna.student.umm.ac.id/2010/04/13/penanganan-komintas-geng-motor-sebagai-salah-satu-kenakalan-remaja-dengan-pendektan-psikologi/, diakses tanggal 15 juli 2010.

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/112007/01/0901.htm, diakses tanggal 15 Juli 2010.

http://www.tribunjabar.co.id/read/artikel/26214/kapolsek-biar-geng-motor-sulit-bekerja, diakses tanggal 21 Juli 2010.

http://www.tempointeraktif.com/hg/bandung/2010/06/10/brk,20100610-254352,id.html, diakses tanggal 21 Juli 2010.

(http://arik_mgt.student.fkip.uns.ac.id/2009/06/19/26/, diakses tanggal 24 Desember 2010)

http://news.okezone.com/read/2010/11/26/340/397399/340/186-kasus-geng-motor-numpuk-di-polres-bandung, diakses tanggal 27 Desember 2010.


(1)

Universitas Kristen Maranatha Untuk dapat melihat lebih jelas gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMA anggota geng motor di kota Bandung, dapat dilihat melalui :

1.1 Bagan Kerangka Pikir

Siswa SMA

anggota geng motor di kota Bandung Tahap-tahap : - Motivasi - Perencanaan - Evaluasi Orientasi Masa Depan bidang pendidikan Jelas Tidak Jelas Faktor yang mempengaruhi

Orientasi Masa depan : - Dampak dari tuntutan

situasional

- Kematangan kognitif - Pengaruh dari social

learning - Proses interaksi


(2)

19

1.6 Asumsi

 Orientasi masa depan bidang pekerjaan siswa SMA anggota geng motor dapat berbeda-beda, ada yang jelas dan juga tidak jelas.

 Jelas tidaknya gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMA anggota geng motor di kota Bandung dapat dilihat melalui tahap motivasi, perencanaan dan evaluasi.

 Siswa SMA anggota geng motor memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas atau tidak jelas, tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan yakni diantaranya dampak dari tuntutan situasional, kematangan kognitif, pengaruh dari social learning dan proses interaksi.


(3)

Universitas Kristen Maranatha 5.1 Kesimpulan

 Mayoritas Siswa SMA anggota geng motor di kota Bandung memiliki gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas.

 Jelas-tidaknya gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan berkaitan dengan kuat-lemahnya motivasi, terarah-tidaknya perencanaan dan akurat-tidaknya evaluasi yang dimiliki siswa SMA anggota geng motor di kota Bandung.

 Faktor yang paling berkaitan dengan jelas - tidaknya gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa SMA anggota geng motor di kota Bandung adalah dampak dari tuntutan situasional.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

 Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, namun hasilnya masih ada kekurangan ketika menggambarkan orientasi masa depan bidang pendidikan. Untuk itu disarankan menambahkan metode wawancara dan pembuatan pertanyaan data penunjang yang lebih spesifik.

 Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan dengan metode studi korelasi dapat meneliti korelasi antara orientasi masa depan


(4)

63

dengan faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan khususnya bidang pendidikan yakni dampak dari tuntutan situasional, kematangan kognitif, pengaruh dari social learning dan proses interaksi.

5.2.2 Saran praktis

 Kepada pihak sekolah, diharapkan dapat memberi dukungan berupa pembinaan dan penyuluhan terhadap siswa SMA anggota geng motor serta pengadaan seminar pendidikan.

 Kepada pihak orang tua dan keluarga diharapkan mendukung dan mengarahkan minat siswa SMA anggota geng motor sesuai dengan keinginan dan kemampuannya dalam mencapai tujuan pendidikannya kelak.


(5)

Universitas Kristen Maranatha Indonesia, Jakarta.

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian, cetakan 3. Jakarta. Ghalia Indonesia.

Nurmi, Jari – Erik.1989. Adolescents Orientation To The future: Development of Interest and Plans, and Related Attributions and Affects, in the Life – Span Ccontex. Helsinky, Commnetationes Scientiarium Socialum.

Santrock, J.W.2001. Life – Span Development, jilid 2. Penerbit : Erlangga. Jakarta. Steinberg, L. 2002. Adolescence 6th edition. New York : Mc Graw Hill Inc

Trommsdorff, G. 1983. Future Orientation Socialization. International Journal of Psychology.


(6)

DAFTAR RUJUKAN

http://berita.liputan6.com/hukrim/201006/283602/Dua.Anggota.Geng.Motor. Diciduk, diakses tanggal 21 juli 2010.

http://benyahna.student.umm.ac.id/2010/04/13/penanganan-komintas-geng-motor-sebagai-salah-satu-kenakalan-remaja-dengan-pendektan-psikologi/, diakses tanggal 15 juli 2010.

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/112007/01/0901.htm, diakses tanggal 15 Juli 2010.

http://www.tribunjabar.co.id/read/artikel/26214/kapolsek-biar-geng-motor-sulit-bekerja, diakses tanggal 21 Juli 2010.

http://www.tempointeraktif.com/hg/bandung/2010/06/10/brk,20100610-254352,id.html, diakses tanggal 21 Juli 2010.

(http://arik_mgt.student.fkip.uns.ac.id/2009/06/19/26/, diakses tanggal 24 Desember 2010)

http://news.okezone.com/read/2010/11/26/340/397399/340/186-kasus-geng-motor-numpuk-di-polres-bandung, diakses tanggal 27 Desember 2010.