Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Mahasiswa Clubbers di Kota Bandung.

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa clubbers di Kota Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai orientasi masa depan bidang peerjaan pada mahasiswa clubbers di Kota Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan teknik pengambilan data survey dengan menggunakan kuesioner.

Instrumen pengukuran dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang dibuat oleh Nurmi et al (1989), yang diterjemahkan dan dimodifikasi oleh Dr. Hanna Widjaja, Psik. Kuesioner ini memiliki 18 item yang terdiri dari pertanyaan terbuka dan tertutup yang diskoring untuk menemukan tiga tahapan Orientasi Masa depan, yaitu tahapan motivasi, tahap perencanaan, dan tahap evaluasi. Validitas alat ukur yang berkisar antara .303 sampai .940, dengan reliabilitas berkisar antara .805 sampai .945.

Dari pengolahan data, peneliti menemukan bahwa sebagian besar responden memiliki orientasi masa depan bidang pekerjaan yang tidak jelas. Peneliti menemukan bahwa tahapan perencanaan merupakan tahapan dengan jumlah responden rendah terbanyak. Untuk itu, peneliti menyarankan kepada para mahasiswa clubbers di Kota Bandung, untuk dapat mengatur waktu dengan baik, dan kepada para orangtua, untuk dapat memperhatikan penggunan waktu yang dimiliki oleh para mahasiswa, terutama yang berkuliah di Bandung.


(2)

ABSTRACT

This study aims to look at the future-orientation in work area, of the student clubbers in the city of Bandung. The purpose of this study is to get an idea of the future-orientation in the area of work on student clubbers in the city of Bandung. This research is a descriptive study, with data retrieval technique using a questionnaire survey.

Measurement instruments on this study is a questionnaire designed by Nurmi et al (1989), translated and modified by Dr. Hanna Widjaja, Psik. This questionnaire consists of 18 open and closed questions that scored to find three stages of future orientation, namely the stages of motivation, planning and evaluation. Validity of the instrument ranged from .303 to .940, with reliability ranged from .805 to .945.

From the processing of data, researchers found that most respondents have a future-oriented field of work that is not clear yet. Researchers found that the planning stage is a stage with a low number of respondents most. Thus, researchers recommend to students clubbers in the city of Bandung , to be able to manage time well , and the parents, to be able to pay attention to the use of time owned by the students, especially those studying in Bandung.

Keywords = future orientation


(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan Pembimbing ... ii

Halaman Pernyataan Orisinalitas Skripsi ... iii

Halaman Pernyataan Publikasi Laporan Penelitian ... iv

Halaman Abstrak ... v

Halaman Abstract... vi

Halaman Kata Pengantar... vii

Halaman Daftar Isi ... ix

Halaman Daftar Tabel ... xii

Halaman Daftar Bagan ... xiii

Halaman Lampiran... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujuan ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 11

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11

1.5 Kerangka Pikir ... 12


(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 24

2.1 Orientasi Masa Depan ... 24

2.1.1 Pengertian Orientasi Masa Depan ... 24

2.1.2 Proses-proses dalam Orientasi Masa Depan ... 24

2.1.3 Orientasi Masa Depan Sebagai Suatu Sistem ... 29

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orientasi Masa Depan... 30

2.2 Perkembangan Dewasa Awal... 32

2.2.1 Karakteristik Dewasa Awal ... 32

2.2.2 Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Awal... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 36

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 36

3.3 Variable Penelitian dan Definisi Operasional ... 36

3.3.1 Variable Penelitian ... 36

3.3.2 Definisi Operasional ... 37

3.4 Alat Ukur... 37

3.4.1 Kuesioner Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan ... 37

3.4.1.1 Sistem Penilaian ... 38

3.4.2 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 44

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 44

3.4.3.1 Validitas Alat Ukur ... 44

3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 45

3.5 Populasi Sasaran dan Karakteristik Populasi ... 45


(5)

3.5.2 Teknik Penarikan Sampel ... 45

3.5.3 Karakteristik Sampel ... 46

3.6 Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Gambaran Sampel Penelitian ... 47

4.2 Hasil Penelitian berdasarkan Orientasi Masa Depan ... 48

4.3 Hasil Penelitian berdasarkan Tahapan Orientasi Masa Depan ... 49

4.4 Pembahasan ... 50

4.5 Diskusi ... 59

BAB V HASIL SIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1 Simpulan ... 61

5.2 Saran... 61

5.2.1 Saran Teoritis ... 61

5.2.2 Saran Praktis ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(6)

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ... 38

TABEL 3.2 Kategori Skor Item 16 ... 42

TABEL 3.3 Kategori Skor Item 18 ... 43

TABEL 3.4 Kriteria Penilaian ... 43

TABEL 4.1 Gambaran Umum Usia Responden ... 47

TABEL 4.2 Gambaran Umum Jenis Kelamin Responden ... 48

TABEL 4.3 Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan ... 48

TABEL 4.4 Tahap Motivasi ... 49

TABEL 4.5 Tahap Perencanaan ... 49


(7)

DAFTAR BAGAN

BAGAN 1.5 Kerangka Pikir ... 22 BAGAN 2.1 Orientasi Masa Depan Berdasarkan Ketiga Tahapan ... 25 BAGAN 3.1 Prosedur Penelitian ... 36


(8)

LAMPIRAN

Lampiran 1

- Kuesioner dan Data Penunjang Orientasi Masa Depan Dalam Bidang Pekerjaan Lampiran 2

- Data Mentah Hasil Penelitian Lampiran 3

- Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Lampiran 4

- Tabulasi Silang Antara Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Dengan Data Penunjang

- Tabulasi Silang Antara Antara Data Penunjang dan Tahap Orientasi Masa Depan Lampiran 5


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bandung merupakan Ibukota Jawa Barat, Kota Bandung pula berjuluk “paris van java”, banyaknya tempat pariwisata membuat Kota Bandung menjadi tempat tujuan bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara. Kota Bandung tengah gencar melakukan peningkatan kunjungan wisata melalui promosi – promosi daerah tempat wisata. Salah satu langkah yang akan dilakukan dengan mengundang puluhan tour agency dan traveller journalist dari Negara-negara di benua Asia dan Afrika yang diselenggarakan pada tanggal 10 hingga 13 november 2014. Kota Bandung tidak hanya terkenal pada destinasi wisatanya, Bandung juga terkenal menjadi Kota tujuan bagi para calon mahasiswa dan mahasiswi baik dari luar daerah maupun dari lintas negara¸ dikarenakan Bandung memiliki 57 tempat kuliah baik universitas, institut, dan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Sehingga kota Bandung menjadi salah satu Kota pendidikan setelah Yogyakarta di Indonesia. (m.kompasiana.com/tempat-wisata-di-Bandung/tempat-wisata-di-Bandung-terpopuler di akses 19 November 2015 oleh Dian Mardiana)

Kota Bandung merupakan salah satu Kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia, menjadikan Bandung memiliki jumlah penduduk kurang lebih 2.341.097 jiwa pada tahun 2014, dan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya karena Bandung menjadi Kota tujuan transmigrasi dalam mencari pekerjaan dan penghidupan yang lebih baik. Kota metropolitan identik dengan berbagai macam hiburan khususnya hiburan malam, terdapat kurang lebih 77 pusat hiburan malam terkenal di Bandung berupa discotique/night club dan karaoke. Para pengunjung yang berkunjung ke tempat hiburan malam bukan hanya dari para pelancong, wisatawan, maupun kaum professional (pekerja), akan tetapi banyak pula yang


(10)

berstatus sebagai mahasiswa dan mahasiswi yang menghabiskan waktu di tempat hiburan malam.Hal ini yang memunculkan suatu gaya hidup modern di masyarakat perkotaan. (infobimo.blogspot.co.id/2011/11/kota-kota-cantik-di-Indonesia.html di akses 8 November 2011)

Gaya hidup merupakan ciri dari sebuah budaya modern atau yang biasa juga disebut modernitas, maksudnya adalah siapa saja yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain (Chaney, 1996). Lebih lanjut dijelaskan Chaney bahwa gaya hidup adalah pola–pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Salah satu faktor utama yang mendorong munculnya gaya hidup adalah pola konsumsi, pola konsumsi masyarakat perkotaan telah menjadikan barang–barang atau jasa sebagai identitas mereka, barang dan jasa dikonsumsi bukan karena kebutuhan mereka melainkan hanya sebatas memenuhi keinginan dan petunjuk identitas social mereka. Pola konsumsi masyarakat perkotaan ini telah merubah suatu nilai produk yang awalnya memiliki nilai fungsional yang jadi nilai simbolis. Perubahan suatu nilai–nilai suatu barang dan jasa ini kemudian memunculkan gaya hidup masyarakat perkotaan. Gaya hidup yang mengutamakan kesenangan bahkan fungsi. Gaya hidup ini biasa disebut dengan gaya hidup hedonism. Hedonism berawal dari emosi yaitu respon dari satu kejadian, dimana emosi ini membuat seseorang merespon dengan cara yang berbeda –beda, hal ini yang membuat pentingnya cara beradaptasi dengan kejadian – kejadian yang baik maupun buruk ( Mangunharjana, 1997 ). Pada akhirnya hedonis ini menjadi suatu paham atau gaya hidup yang seperti disebutkan oleh Epikuros ( 341 – 270 sm ). Hedonism adalah suatu paham yang memiliki pendapat bahwa ukuran baik atau buruk terletak pada kesenangan, dan kesenangan merupakan tujuan hidup manusia.Bila perbuatan manusia menimbulkan suatu kenikmatan dialah orang yang mempunyai etika dan moral yang tinggi (Charries, 2003).


(11)

Night club merupakan tempat yang memfasilitasi gaya hidup hedonis. Night club

merupakan tempat hiburan yang disuguhkan untuk para penikmat hiburan malam. Banyaknya investor yang mengembangkan bisnis night club menggambarkan semakin banyak pula para penikmatnya. (Anita Sandi Prasati, 2013-Sensation seeking pada remaja clubbers)

Dugem atau dunia gemerlap istilah yang digunakan oleh mereka yang gemar menghabiskan waktu malamnya untuk berpesta pora baik dengan pasangan masing–masing maupun koleganya (Liyansyah, 2009). Istilah ini sangat dikenal dikalangan individu–individu yang menggerandungi pesta dan hiburan malam.Pada era modernisasi ini dugem atau dunia gemerlap sudah sangat identik dengan masyarakat metropolitan. Konsep makna yang senada dengan dugem adalah clubbing.Kata clubbing berasal dari bahasa inggris yang dibentuk dari kata club yang bermakna “perkumpulan” (Hassan & Echols, 1996).Aktivitas clubbing adalah

kebiasaan anak muda perkotaan yang menghabiskan waktu di café, dan mendengarkan music di pub, menyanyi di karaoke dan berdansa di diskotik. Mereka yang biasa melakukan aktivitas dan menjadikannya sebagai suatu kebiasaaan dan keterbutuhan akan dunia malam biasanya mereka melakukan aktivitas clubbing lebih dari 2 kali dalam seminggu disebut dengan istilah

clubber (Ruz, 2003). Hal ini yang menjadikan alasan kenapa para penikmat dugem disebut

dengan clubbers.

Konsumen night club pada umumnya merupakan pelajar dan mahasiswa, para eksekutif muda, bahkan ibu rumah tangga ada juga yang menjadi pelaku clubbing (Susanto, 2001).Namun demikian mayoritas pengunjung night club ini adalah para mahasiswa dewasa awal yang memiliki sosio–ekonomi yang cukup baik (Perdana, 2004). Ini terlihat dari kebutuhan–kebutuhan material yang menopang aktivitas clubbing yang jelas membutuhkan dana ekstra. Mulai dari pemilihan pakaian yang bermerk, property, kendaraan, hingga perangkat clubbing itu sendiri (Perdana, 2004). Banyaknya pengunjung berdasarkan survey dan wawancara dengan salah satu pegawai mox club di Bandung pada tanggal 18 maret 2015


(12)

menyebutkan bahwa pada hari kerja sekitar 200 orang sedangkan di akhir minggu sampai 500 – 800 orang dan didominasi sekitar umur 21 tahun keatas karena adanya peraturan terkait dengan batasan umur tetapi faktanya tidak sedikit pengunjung dibawah umur 21 tahun bisa masuk ke tempat ini. Mahasiswa dewasa awal dianggap konsumen yang potensial karena masa dewasa awal dianggap sebagai masa peralihan dan sering disebut sebagai masa pencarian identitas diri.

Kecenderungan mahasiswa untuk ikut serta dalam kegiatan clubbing, merupakan hal yang lazim ditemui. Sebagai sebuah bentuk rekreasi yang muncul sebagai alternatif hiburan bagi mahasiswa, kegiatan clubbing menjadi hal yang menarik, bahkan membuat para mahasiswa seolah “kecanduan” dengan suasana yang ada dalam lingkungan night club.

Dengan didasari keinginan untuk coba-coba pada aktivitas di Night Club, pada mahasiswa tidak sedikit yang kini menjadikan Night Club sebagai alternatif utama mereka.Hal ini sangat erat kaitannya dengan masa dewasa awal, dimana para mahasiswa senang untuk mencoba-coba situasi baru, sebagai bentuk pembelajaran sosial.Tampaknya pembelajaran sosial (social

learning) merupakan faktor yang membuat individu untuk menyukai sensasi dan perilaku

mencari sensasi tertentu. Pencarian sensasi dianggap sebagai suatu sifat yang ditandai dengan kebutuhan akan berbagai macam sensasi dan pengalaman baru, luar biasa dan kompleks, serta kesediaan mengambil risiko fisik dan sosial untuk memperoleh pengalaman tersebut. kecenderungan untuk mencari sensasi yang tinggi. Dengan menawarkan situasi yang baru, menarik, dan penuh semangat, maka tidak mengherankan Night Club menjadi salah satu pilihan para mahasiswa terutama di lingkungan perkotaan.

Mahasiswa menjadi mayoritas pengunjung dari night club di Kota Bandung, hal tersebut berdasarkan hasil wawancara kepada Bpk. Felix selaku pemilik salah satu night club malam di Kota Bandung. Pada umumnya night club dibuka pada pukul sembilan malam sampai dengan pukul empat dini hari.Night club memberikan hiburan atau pelayanan berupa


(13)

live music, dance performance, dan juga menawarkan berbagai macam minuman, baik

alkohol dan non alkohol. Mahasiswa clubbers melakukan aktivitasnya untuk mencari sensasi, yaitu dengan mencari pengalaman baru (experience seeking). Karena itu, para mahasiswa yang sudah terlibat dalam kegiatan clubbing biasanya memiliki kecenderungan untuk terus berusaha mencari rangsangan-rangsangan baru, bahkan pada hal-hal yang lazimnya dianggap sebagai hal yang berbahaya, seperti rokok, minuman keras, atau substansi adiktif lain seperti narkoba.

Mahasiswa memiliki tanggung jawab untuk menempuh dan menyelesaikan perkuliahan sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan oleh perguruan tinggi, dengan menyelesaikan perkuliahan mahasiswa akan mendapatkan suatu jaminan untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau memasuki dunia pekerjaan atau berkarier. Bagi Mahasiswa clubbers yang memasuki tahap perkembangan pada masa dewasa awal merupakan masa untuk memilih teman hidup, membentuk keluarga serta mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja. (Santrock, 2006).

Mahasiswa menempuh studi perkuliahan berdasarkan minat, tujuan dan harapan untuk mempersiapkan diri pada dunia kerja sehingga dapat memiliki daya saing dalam dunia pekerjaan di masa mendatang. Menempuh masa perkuliahan bagi mahasiswa clubbers dibutuhkan kerja keras dan kedisiplinan yang baik, untuk mendapatkan hasil yang maksimal baik dalam nilai perkuliahan, wawasan, dan pergaulan. Akan tetapi lingkungan mahasiswa di perkotaan besar sangat mudah terpengaruh oleh banyaknya pergaulan yang mengarah kepada hal-hal yang bersifat negatif seperti narkoba, sex bebas, dll. Tantangan bagi mahasiswa

clubbers adalah mempersiapkan diri setelah menyelesaikan perkuliahan di perguruan tinggi

dengan memasuki dunia kerja, dimana pada dunia kerja mahasiswa clubbers dituntut untuk mendapatkan nilai (indeks prestasi komulatif) lebih dari 2.75 agar dapat melamar pada suatu perusahaan. Oleh karena itu diharapkan mahasiswa clubbers mulai merencanakan tentang


(14)

kegiatan apa yang ingin dilakukannya setelah lulus kuliah. Bagi mahasiswa clubbers yang berencana untuk bekerja setelah lulus kuliah diharapkan sedini mungkin sudah memiliki gambaran mengenai bidang pekerjaan apa yang ingin ditekuninya. Gambaran mengenai bidang pekerjaan yang ingin ditekuni di masa depan menurut Nurmi (1989) merupakan orientasi masa depan. Orientasi masa depan (Nurmi, 1989) merupakan proses yang melibatkan tiga tahap yaitu proses motivasi, proses perencanaan, dan proses evaluasi.

Mahasiswa yang mampu menentukan tujuan yang jelas dan spesifik (motivasi kuat), mampu membuat perencanaan yang terarah pada tujuan (perencanaan terarah), serta mampu membuat evaluasi yang akurat mengenai kemungkinan mahasiswa diterima bekerja di posisi yang diinginkan (evaluasi akurat) menurut Nurmi (1989) merupakan mahasiswa dengan orientasi masa depan bidang pekerjaan yang jelas. Sebaliknya, Mahasiswa yang belum dapat menentukan tujuan yang jelas dan spesifik (motivasi lemah), belum membuat suatu perencanaan yang secara khusus diarahkan untuk mewujudkan tujuan yang sudah ditetapkan (perencanaan tidak terarah), serta tidak mampu membuat penilaian yang akurat mengenai kemungkinan mahasiswa untuk dapat diterima bekerja di posisi yang diinginkan (evaluasi tidak akurat) menurut Nurmi (1989) merupakan mahasiswa dengan orientasi masa depan bidang pekerjaan yang tidak jelas.

Mahasiswa clubbers dengan orientasi masa depan yang jelas mampu untuk menentukan pekerjaan yang ingin ditekuninya setelah lulus kuliah dan mampu berkomitmen selama proses pencapaiannya. Sebaliknya, mahasiswa clubbers dengan orientasi masa depan yang tidak jelas akan kebingungan untuk menentukan pekerjaan apa yang ingin ditekuninya. Mahasiswa clubbers juga akan kesulitan untuk berkomitmen terutama ketika terdapat kendala dalam usahanya untuk mendapatkan pekerjaan, seperti tidak diterima bekerja di perkerjaan yang diinginkan. Hal tersebut akan membuat mahasiswa clubbers memilih pekerjaan lain


(15)

yang dapat menerimanya untuk bekerja walaupun tidak sesuai dengan minat yang dimiliki oleh mahasiswa clubbers.

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan melalui wawancara pada 10 mahasiswa

clubbers mengenai gambaran tentang masa depan setelah mahasiswalulus kuliah, didapatkan

data sebagai berikut. Dari 10 mahasiswa clubbers, sebanyak 5 mahasiswa clubbers (50%) setelah lulus kuliah berencana untuk bekerja, 2 mahasiswa clubbers (20%) setelah lulus kuliah berencana untuk berwirausaha, 3 mahasiswa clubbers (30%) setelah lulus kuliah tidak memiliki rencana bekerja karena mereka lebih menikmati kebersamaannya bersama teman-teman. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 10 mahasiswa clubbers, sebanyak 7 mahasiswa clubbers (70%) memiliki rencana untuk bekerja setelah lulus kuliah, sedangkan 3 mahasiswa clubbers (30%) lainnya setelah lulus kuliah belum memiliki perencanaan yang mengarah pada pekerjaan.

Bidang pekerjaan yang ingin ditekuninya setelah lulus kuliah. Pada mahasiswa

clubbers yang sudah memiliki gambaran mengenai bidang pekerjaan yang ingin ditekuni Dari

10 mahasiswa clubbers, terdapat 7 mahasiswa clubbers(70%) yang merasa sudah memiliki gambaran mengenai bidang pekerjaan yang ingin ditekuni setelah lulus kuliah, sedangkan 3 mahasiswa clubbers lainnya (30%) sebagian masih merasa ragu-ragu belum memikirkan tentang setelah lulus, jenis bidang pekerjaan yang ingin ditekuni adalah bekerja di perusahaan orang tuanya sendiri dan melanjutkan usaha bisnis keluarga. Sebanyak 5 mahasiswa clubbers (50%) ingin menekuni pekerjaan di bidang wirausaha seperti membuka club, lounge, cafe, dan resto karena mereka menyadari mereka sulit jika mereka harus bekerja di perusahaan lain dengan IPK yang tidak maksimal dan masa kuliah yang lebih lama. Sementara itu sebanyak 2mahasiswa clubbers (20%) ingin menekuni pekerjaan di dunia malam seperti menjadi Disc

Jokey, bartender. Lain halnya dengan sebagian mahasiswa clubbers yang masih merasa


(16)

kuliah. Mahasiswa clubbers yang masih merasa ragu-ragu mengenai bidang pekerjaan yang ingin ditekuninya disebabkan mahasiswa clubbers belum memikirkan secara spesifik bidang pekerjaan apa yang ingin ditekuninya, seperti ingin bekerja di sebuah perusahaan atau bahkan berwirausaha. Berbeda dengan mahasiswa clubbers yang belum memikirkan tentang bidang pekerjaan yang ingin ditekuninya setelah lulus kuliah disebabkan karena mahasiswa clubbers memang belum mengetahui bidang pekerjaan apa saja yang dapat ditekuninya, mahasiswa

clubbers masih merasa bingung memilih ingin bekerja atau berwirausaha, maupun mahasiswa clubbers yang masih mencari jenis pekerjaan yang tidak monoton dan membosankan.

Dari 8 mahasiswa clubbers yang merasa sudah memiliki gambaran mengenai bidang pekerjaan yang ingin ditekuni setelah lulus kuliah yang sesuai dengan bidang perkuliahannya saat ini, sebanyak 5 mahasiswa clubbers (50%) sudah melakukan usaha maupun rencana yang secara spesifik ditujukan untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya seperti mencari informasi mengenai lowongan pekerjaan, sudah mengumpulkan modal untuk berwirausaha, mencari kenalan orang yang bekerja di bidangnya, melatih kemampuan yang akan diperlukan di bidang pekerjaan yang diinginkan, mengajukan lamaran pekerjaan, mengikuti tes lamaran kerja. Sebanyak 3 mahasiswa clubbers (30%) lainnya memiliki perencanaan tetapi tidak secara spesifik ditujukan untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan seperti berencana untuk mencari dan melamar pekerjaan setelah lulus, berencana untuk mencari informasi dari orang-orang yang pernah bekerja di bidang yang diinginkan, ingin mengulang kembali pelajaran yang pernah didapatkan dan ingin mencari pengalaman, berdiskusi dengan teman yang memiliki minat yang sama.

Dari 2 mahasiswa clubbers yang masih merasa ragu-ragu maupun belum memikirkan tentang bidang pekerjaan yang ingin ditekuni setelah lulus kuliah, sebanyak 1 mahasiswa

clubbers (10%) sudah melakukan usaha yang secara spesifik ditujukan untuk mendapatkan


(17)

yang sudah ditargetkan, dan sedang mengikuti pelatihan untuk menjadi Disc Jokey dengan salah satu pilihan pekerjaan yang ingin ditekuninya.Sebanyak 1 mahasiswa clubbers (10%) lainnya memilikiperencanaan yang tidak secara spesifik ditujukan untuk mendapatkan pekerjaan yang ingin ditekuni seperti fokus untuk segera menyelesaikan kuliah dahulu, berkeinginan untuk mengikuti pelatihan sebagai Disc Jokey atau bartender, maupun mahasiswa clubbers yang tidak memiliki perencanaan apapun karena masih belum menentukan pekerjaan apa yang ingin ditekuninya nanti setelah lulus.

Dari 8 mahasiswa clubbers yang merasa sudah memiliki gambaran mengenai bidang pekerjaan yang ingin ditekuni setelah lulus kuliah, seluruhnya merasa memiliki peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang ingin ditekuninya setelah lulus kuliah. Hal ini dikarenakan mahasiswa clubbers merasa sudah memiliki pengalaman yang didapatkannya dari kegiatan clubbingnya, mahasiswa clubbers memiliki minat yang besar di bidang tersebut dan mau belajar, mahasiswa clubbers merasa memiliki kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan di perkerjaan tersebut, mahasiswa clubbers sudah diterima bekerja di pekerjaan yang diinginkannya, mahasiswa clubbers merasa memiliki keinginan yang kuat untuk mendapatkannya, maupun mahasiswa clubbers merasa sudah mengeluarkan usaha yang maksimal sehingga yakin bisa mendapatkan pekerjaan yang ingin ditekuninya.

Dari 2 mahasiswa clubbers yang masih merasa ragu-ragu maupun belum memikirkan tentang bidang pekerjaan yang ingin ditekuni setelah lulus kuliah, sebanyak 1 mahasiswa

clubbers (10%) merasa memiliki peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang ingin

ditekuninya karena mahasiswa clubbers sudah memiliki pengalamanyang didapatkannya dari kegiatan mengikuti pelatihan untuk menjadi Disc Jokey atau bartender yang sejalan dengan salah satu pilihan pekerjaan yang ingin ditekuninya nanti. Sebanyak 1mahasiswa


(18)

ingin ditekuninya. Hal ini dikarenakan mahasiswa clubbers belum memiliki gambaran mengenai pekerjaan apa yang ingin ditekuninya nanti.

Berdasarkan hasil survey awal diatas, menyatakan bahwa orientasi masa depan mahasiswa clubbers dapat dinyatakan jelas atau tidak jelas. Terdapat berbagai perbedaan dari setiap mahasiswa clubbers. Sebagian besar mahasiswa clubbers yang berencana untuk bekerja setelah lulus kuliah merasa sudah memiliki gambaran mengenai bidang pekerjaan apa yang ingin ditekuninya nanti. Sebagian mahasiswa clubbers yang sudah memiliki perencanaan yang secara khusus ditujukan untuk mendapatkan pekerjaan yang dinginkan maupun mahasiswa yang belum memiliki perencanaan sama sekali. Disamping itu, terdapat sebagian mahasiswa clubbers yang merasa memiliki peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang ingin ditekuninya maupun mahasiswa clubbers yang merasa kurang memiliki peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang ingin ditekuninya. Namun dari survey awal tersebut peneliti belum dapat mengetahui dan mengambil kesimpulan sepenuhnya dalam orientasi masa depan mahasiswa clubbers, guna untuk mengetahui lebih lanjut mengenai orientasi masa depan mahasiswa clubbers, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Mahasiswa clubbers di Bandung”.

1.2.Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana gambaran orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa clubbers di Kota Bandung.


(19)

1.3. Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh data dan gambaran mengenai orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa clubbers di Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui lebih dalam mengenai orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa clubbers di Kota Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis

 Memberikan informasi mengenai orientasi masa depan bidang pekerjaan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada bidang Psikologi Pendidikan maupun bidang Psikologi Perkembangan.

 Memberikan masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut serta menambah informasi dan wawasan khususnya pada mahasiswa Psikologi mengenai orientasi masa depan bidang pekerjaan.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan mahasiswa clubbers mendapatkangambaran mengenai orientasi masa depan, sehingga dapat menjadi masukan dalam mengambil keputusan yang tepat, untuk masa depannya, khususnya orientasi masa depan bidang pekerjaan.

Memberikan informasi kepada orang tua atau keluarga mahasiswa clubbers tentang pentingnya orientasi masa depan, sebagai pertimbangan untuk


(20)

membimbing anak mereka khususnya yang terkait dengan orientasi masa depan bidang pekerjaan.

1.5. Kerangka Pikir

Mahasiswa clubbers diBandung rata-rata berusia antara 21-30 tahun. Menurut

Santrock (2004), individu yang berada pada rentang usia antara 20-30 tahun merupakan individu yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal. Oleh karena itu, mahasiswa

clubbers sedang berada pada tahap perkembangan dewasa awal. Adapun salah satu tugas

perkembangan yang yang menjadi ciri khas tahap perkembangan dewasa awal adalah kemandirian ekonomi (Santrock, 2004).Kemandirian ekonomi merupakan masa dimana mahasiswa sudah memiliki pekerjaan yang dapat membiayai kebutuhan pribadinya dan sudah tidak lagi bergantung pada dukungan finansial dari orang tuanya.DiBandung mahasiswa

clubbers yang berusia 21-30 tahun rata-rata sudah hampir menyelesaikan seluruh kontrak

beban studinya dan sedang mengerjakan skripsi. Setelah mahasiswa lulus, mahasiswa akan segera menghadapi dunia kerja. Oleh karena itu agar mahasiswa tidak kebingungan dalam menentukan pekerjaan apa yang ingin ditekuninya setelah lulus kuliah, diharapkan sedini mungkin mahasiswa sudah mulai memikirkan dan merencanakan bidang pekerjaan apa yang ingin ditekuninya nanti. Gambaran mengenai bidang pekerjaan yang ingin ditekuni oleh mahasiswa setelah lulus kuliah adalah orientasinya di masa depan.

Orientasi masa depan menurut Nurmi (1989) adalah bagaimana cara individu mengantisipasi kejadian-kejadian di masa depannya dan memberikan penilaian terhadap kejadian tersebut. Dalam hal ini, gambaran yang dimiliki oleh mahasiswa tentang dirinya dalam konteks bidang pekerjaan yang akan ditekuninya di masa depan merupakan orientasi masa depan mahasiswa di bidang pekerjaan. Orientasi masa depan ini (Nurmi,1989) merupakan proses yang melibatkan tiga tahap, yaitu proses motivasi, perencanaan, dan


(21)

evaluasi. Motivasi berkaitan dengan minat yang dimiliki oleh individu dalam konteks masa depan. Perencanaan berkaitan dengan bagaimana individu merencanakan perealisasian dari minat yang individu dalam konteks masa depan. Dan evaluasi berkaitan dengan minat mana yang memiliki kemungkinan untuk diwujudkan. Ketiga proses ini akan berinteraksi dengan

schemata yang menjadi dasar bagi ketiga proses terebut, yaitu anticipated life-span development, contextual knowledge, skills, self-concept, dan attributional style.

Orientasi masa depan yang jelas akan mengarahkan individu untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkannya (Nurmi, 1989). Oleh karena itu, mahasiswa dengan orientasi masa depan yang jelas mampu menentukan satu pekerjaan yang jelas dan spesifik (motivasi kuat), mampu membuat perencanaan yang terarah pada pencapaian pekerjaan yang diinginkan (perencanaan terarah), dan mampu membuat evaluasi yang akurat mengenai peluangnya untuk merealisasikan perencanaan yang sudah dibuat dan mendapatkan pekerjaan yangdiinginkannya (evaluasi akurat). Mahasiswa dikatakan memiliki orientasi masa depan yang tidak jelas apabila mahasiswa tidak memenuhi salah satu kriteria diatas atau bahkan ketiganya.

Proses pertama adalah motivasi. Proses ini berkaitan dengan motif, minat, dan tujuan yang dimiliki oleh mahasiswa dalam konteks masa depan (Nurmi, 1989). Pada tahap ini mahasiswaakan menentukan tujuan yang berkaitan dengan tuntutan tugas perkembangannya saat itu (anticipated life-span development), yaitu pekerjaan yang akan ditekuni mahasiswa

clubbers setelah lulus kuliah. Untuk dapat memilih bidang pekerjaan yang spesifik dan

realistis, mahasiswa clubbers harus mengeksplorasi minatnya lebih jauh dengan mencari informasi-informasi mengenai bidang pekerjaan yang sesuai dengan minatnya. Jenis pekerjaan apa yang bisa ditekuni oleh mahasiswa clubbers bisa berupa pekerjaan di bidang wirausaha maupun bekerja di perusahaan. Misalkan mahasiswa clubbers memiliki minat yang besar untuk bekerja di bidang wirausaha. Mahasiswa clubbers dengan motivasi yang kuat


(22)

akan mencari informasi-informasi meliputi bidang pekerjaan apa saja yang bergerak di bidang wirausaha, job description, job specification, daerah penempatan, dan lainnya. Kemudian setelah mahasiswa clubbers mendapatkan informasi yang cukup, mahasiswa clubbers mampu memilih satu jenis pekerjaan spesifik yang dirasakan sesuai dengan minat dan pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa clubbers, seperti mahasiswa clubbers memilih untuk bekerja sebagai administrasi keuangan di salah satu perusahaan ternama di Kota Bandung. Sementara pada mahasiswa clubbers dengan motivasi yang lemah, mahasiswa

clubbers kurang menunjukkan usaha untuk mencari tahu lebih jauh informasi-informasi

seputar bidang pekerjaan apa saja yang bergerak di bidang wirausaha dan administrasi keuangan. Mahasiswa clubbers cenderung untuk menunda memikirkannya dan lebih cenderung fokus untuk menyelesaikan perkuliahan terlebih dahulu, sehingga pada akhirnya mahasiswa clubbers tidak mampu menentukan satu pekerjaan spesifik yang ingin ditekuninya setelah lulus kuliah.

Proses kedua adalah perencanaan. Proses perencanaan berkaitan dengan bagaimana mahasiswa merencanakan perealisasian dari target, minat, dan tujuannya (Nurmi, 1989). Pada tahap ini mahasiswaakan membuat perencanaan berupa langkah-langkah atau strategi yang disusun untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Proses perencanaan ini dikarakteristikkan sebagai proses yang terdiri dari menetapkan subgoals, menyusun perencanaan, dan merealisasikan perencanaan (Hacker 1985; Nuttin 1984; Pea & Hawkins 1987) (dalam Nurmi, 1989). Pertama, mahasiswa membuat suatu gambaran mengenai tujuan dan konteks masa depan dimana tujuan diharapkan dapat terealisasi. Gambaran mengenai tujuan dan aktivitas dalam konteks masa depan ini didasarkan pada pengetahuan mahasiswa tentang aktivitas dalam konteks masa depan (contextual knowledge). Walaupun pengetahuan mengenai tujuan dan aktivitas dalam konteks masa depan sangat diperlukan, perencanaan dan kemampuan problem solving (skills) pada umumnya tetap diperlukan. Kedua, mahasiswa


(23)

kemudian menyusun rencana, rancangan, atau strategi yang ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menyusun rencana serupa dengan proses problem solving (skills), dimana individu menyusun langkah-langkah yang mengarahkan pada pencapaian tujuan dan memilih diantara langkah-langkah tersebut yang mana yang paling efisien. Pemilihan ini dilakukan secara mental dengan melihat kemungkinan dari langkah-langkah tersebut apakah mengarahkan individu pada pencapaian tujuan.Ketiga, adalah pelaksanaan dari rencana dan strategi yang sudah disusun.

Mahasiswa clubbers dengan perencanaan yang terarah akan membuat gambaran

seperti apa bidang pekerjaan seorang wirausaha berdasarkan informasi mengenai job

description dan job specification dari pekerjaan tersebut. Apabila mahasiswa clubbers

menginginkan menjadi seorang wirausahamaka harus memiliki keterampilan dasar dan keterampilan khusus, seperti memiliki mental dan spiritual yang tinggi, memiliki kepribadian yang unggul yaitu mampu merumuskan hidup, memanfaatkan waktu dan selalu berpikir positif, pandai berinisiatif, menyusun rencana, dapat mengkoordinir kegiatan usaha,

conceptual skill, technical skill, human skill, atau segera menyelesaikan skripsi dan memiliki

pendidikan formal. Dari setiap perencanaan ini, dipilih alternatif kegiatan mana yang memungkinkan untuk dilakukan dan bisa membuka peluang bagi mahasiswa clubbers untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Lain halnya pada mahasiswa clubbers dengan perencanaan yang tidak terarah, mahasiswa clubbers cenderung membuat perencanaan yang bersifat umum seperti banyak membaca dan berlatih, berencana melamar pekerjaan, memilih mata kuliah yang dirasa santai dan mudah lulusnya sehingga tidak mengganggu mahasiswa clubbers untuk mengerjakan skripsinya, berencana mengikuti magang yang belum ditentukan kegiatan magang yang seperti apa yang ingin dijalani mahasiswa clubbers, bahkan bisa saja mahasiswa

clubbers tidak memiliki perencanaan sama sekali karena lebih fokus untuk segera


(24)

Tahap ketiga adalah proses evaluasi. Pada proses evaluasi mahasiswa akan mengevaluasi besarnya peluang untuk merealisasikan rencana dan tujuan yang telah dibuat (Nurmi, 1989). Dalam hal ini, mahasiswaakan mengevaluasi seberapa besar peluang yang dimilikinya untuk merealisasikan rencana yang telah dibuat dan mendapatkan pekerjaan yang diinginkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mendukung maupun menghambat mahasiswa dalam mendapatkan pekerjaan yang ingin ditekuninya. Attributional style memengaruhi bagaimana caramahasiswa berpikir mengenai kesempatan yang dimilikinya untuk melakukan kontrol personal pada situasi yang berbeda di masa depan. Mahasiswaakan memikirkan apakah dirinya memiliki harapan untuk merealisasikan rencana dan mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya (causal attribution) yang akandiikuti oleh emosi spesifik (attribution-emotion). Apabila mahasiswa berpikir bahwa strategi yang sudah disusunnya dapat terlaksana dengan baik seperti yang direncanakan (harapan akan kesuksesan), akan memunculkan perasaan optimis bahwa mahasiswa bisa mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya. Namun apabila mahasiswa berpikir bahwa rencana yang sudah disusunnya ternyata kurang efektif dan tidak berjalan sesuai dengan yang direncanakannya (harapan akan kegagalan), akan memunculkan perasaan pesimis bahwa mahasiswa tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya. Selain itu self-concept memiliki peranan penting di dalam proses ini (Marsh et al. 1984) (dalam Nurmi, 1989), dimana mahasiswa mengevaluasi besarnya peluang yang dimiliki untuk merealisasikan tujuan dan rencananya berdasarkan pada pandangan mahasiswa tentang kemampuan yang dimilikinya saat ini.

Pada tahap ini mahasiswa clubbersakan membuat penilaian apakah dirinya memiliki kesempatan untuk mengikuti kegiatan magang, dimana terdapat lowongan pekerjaan yang sedang membutuhkan mahasiswa untuk menjadi karyawan. Selain itu mahasiswa clubbers menilai apakah dirinya memiliki kepribadian yang cocok untuk posisi tersebut, seperti memiliki keterampilan, kesabaran. Mahasiswa clubbers juga menilai apakah dengan


(25)

mengikuti kegiatan magang pengerjaan skripsi mahasiswa clubbersakan terganggu atau tidak.

Mahasiswa clubbers dengan konsep diri yang positif akan memandang bahwa kemampuan

dan pengetahuan yang dimilikinya dapat menunjang mahasiswa clubbers dalam mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya dibandingkan mahasiswa clubbers dengan konsep diri yang negatif.

Misalkan mahasiswa clubbers mendapat kesempatan untuk mengikuti magang sebagai admin, mahasiswa clubbers merasa memiliki keterampilan, kesabaran, dan mahasiswa

clubbers yakin bahwa kegiatan magang tidak akan mengganggu pengerjaan skripsi

mahasiswa clubbers karena mahasiswa clubbers mampu untuk membagi waktu dengan baik, sehingga membuat mahasiswa clubbers merasa yakin bahwa dirinya memiliki peluang untuk mendapatkan pekerjaan sebagai admin di perusahaan ternama, maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa clubbers memiliki evaluasi yang akurat. Berbeda dengan mahasiswa clubbers yang memiliki evaluasi yang tidak akurat, mahasiswa clubbers merasa yakin bahwa dirinya bisa diterima bekerja sebagai admin di perusahaan ternama dengan hanya mengandalkan bahwa dirinya adalah lulusan sarjana yang sudah mendapatkan pengetahuan terkait bidangyang sudah didapatkannya sewaktu kuliah walaupun mahasiswa clubbers tahu bahwa ia kurang terampil.

Dari hasil evaluasi, mahasiswa clubbers akan mengetahui jika dirinya memiliki harapan untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya atau tidak. Apabila mahasiswa

clubbers merasa dirinya memiliki harapan untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya,

mahasiswa clubbers cenderung merasa optimis dan menjadi lebih termotivasi untuk mengeluarkan usaha lebih.Apabila mahasiswa clubbers merasa dirinya tidak memiliki harapan untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya, mahasiswa clubbers cenderung merasa pesimis yang membuat mahasiswa clubbers menjadi lebih cepat menyerah ketika mengahadapi kesulitan saat melamar pekerjaan.


(26)

Ketiga proses orientasi masa depan membentuk suatu siklus, dimana dari hasil evaluasi mahasiswa clubbers akan menilai apakah perencanaan yang sudah dibuat perlu diubah apabila dirasakan kurang efektif untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, atau apabila memang tidak memungkinkan bagi mahasiswa clubbers untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, maka mahasiswa clubbers perlu mengganti tujuannya dengan mencari bidang pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan kemampuan dirinya.

Tahapan motivasi merupakan tahapan yang penting dalam pembentukan orientasi masa depan individu, dimana para responden akan membentuk adanya suatu goals (tujuan) spesifik mengenai kegiatan kerja yang dharapkan dapat dicapai dari aktivitas yang dilakukan. Pada saat seorang responden memiliki tahapan motivasi yang kuat, maka mereka akan mengetahui secara jelas dan terperinci mengenai sasaran dalam bidang pekerjaan yang mereka ingin capai. Namun, pada saat tahapan motivasi ini tidak jelas, maka responden mengalami kesulitan untuk menentukan sasaran yang ingin dicapai, sehubungan dengan kegiatan kerja yang akan mereka lakukan satu saat nanti.

Sasaran (Goal) ini akan membuat para responden dapat meningkat ke tahapan selanjutnya, yaitu tahapan perencanaan. Tahapan perencanaan yang sudah terencana akan menghasilkan adanya rencana kerja (action plan) yang spesifik, dan disesuaikan dengan kebutuhan yang dimiliki oleh responden. Walaupun demikian jika tahapan perencanaan tidak terencana, maka para responden akan kesulitan untuk menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan dalam rentang waktu tertentu yang mereka miliki. Mereka tidak mengetahui apa yang harus dilakukan dalam jangka waktu yang ada, dan tidak melakukan tindakan yang berhubungan dengan pencapaian rencana tersebut.

Pada tahapan terakhir yaitu evaluasi, para responden akan membandingkan hasil dari tindakan yang dilakukan dengan perencanaan yang telah dibuat pada tahapan sebelumnya. Dengan membandingkan hasil dengan perencanaan, para responden dapat melihat atribut dari


(27)

orientasi masa depan, yaitu hal-hal apa yang dapat mendorong pencapaian tujuan, dan hal-hal apa yang tidak mendorong pencapaian tujuan, atau bahkan dapat mengganggu proses pelaksanaan rencana yang telah dibuat. Atribut-atribut iniakan membuat individu dapat memiliki tahapan motivasi lebih lanjut.

Menurut Nurmi (1989) terdapat 4 faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan di bidang pekerjaan yang dimiliki oleh mahasiswa, yaitu jenis kelamin, status sosial ekonomi,

parent-adolescent relationship, danself-esteem.

Berdasarkan jenis kelamin, menurut Nurmi (1989) mahasiswa laki-laki cenderung lebih tertarik pada materi dari aspek kehidupan dan pekerjaannya di masa depan karena peran gender laki-laki adalah menjadi kepala keluarga yang harus mampu menghidupi dan membiayai kebutuhan keluarganya, laki-laki cenderung berorientasi untuk mencari pekerjaan. Berbeda dengan mahasiswa perempuan yang memiliki peran gender sebagai ibu rumah tangga dan melahirkan, membuat mahasiswi cenderung lebih berorientasi pada keluarga di masa depannya. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Sunberg et al (1983), menunjukkan bahwa perbedaan jenis kelamin sangat menunjukkan perbedaan orientasi masa depan yang dimiliki oleh mahasiswa dewasa awal pada masyarakat tradisional dibandingkan pada masyarakat perkotaan. Artinya, mahasiswa clubbers perempuan danlaki-laki yang tinggal di kota memiliki pilihan yang sama banyaknya untuk menentukan orientasinya di masa depan, karena mahasiswa perempuan bisa memiliki pendidikan yang sama tingginya dengan mahasiswa laki. Oleh karena itu, mahasiswa perempuan maupun mahasiswa laki-laki dapat memiliki orientasi masa depan di bidang pekerjaan yang jelas.

Berdasarkan status sosial ekonomi, mahasiswa clubbers dari status sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung memilih bekerja setelah lulus kuliah, bahkan walaupun pekerjaan tersebut kurang sesuai dengan minat mahasiswa clubbers karena mereka harus membiayai kebutuhan dirinya dan keluarganya, juga untuk menabung apabila mahasiswa


(28)

clubbers ingin melanjutkan ke pendidikan pascasarjana (S2). Berbeda halnya dengan

mahasiswa clubbers dari latar belakang status sosial ekonomi yang tinggi setelah lulus dapat memilih untuk bekerja, melanjutkan ke pendidikan pascasarjana (S2), melanjutkan usaha keluarga, atau segera menikah. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa clubbers dari status ekonomi yang lebih rendah memiliki pilihan yang lebih sedikit dibandingkan dengan mahasiswa clubbers dari status sosial ekonomi yang lebih tinggi terkait dengan orientasinya di masa depan. Oleh karena itu, mahasiswa clubbers dari status sosial ekonomi yang lebih rendah memiliki orientasi masa depan bidang pekerjaan yang lebih jelas dibandingkan mahasiswa clubbers dari status sosial ekonomi yang lebih tinggi.

Berdasarkan parent-adolescent relationship, kontrol yang rendah dari orang tua akan membuat mahasiswa lebih leluasa untuk mengeksplor minatnya lebih jauh di bidang pekerjaan tertentu. Disini orang tua menjadi fasilitator yang memberikan informasi-informasi mengenai berbagai pilihan pekerjaan yang biasditekuni oleh mahasiswa melalui kegiatan diskusi. Informasi-informasi ini dapat menjadi gambaran bagi mahasiswa clubbers tentang dunia kerja sehingga semakin memperjelas orientasi masa depan mahasiswa clubbers di bidang pekerjaan. Selain itu, melalui kegiatan diskusi orang tua dapat membantu mahasiswa

clubbers dalam membuat perencanaan yang efektif dengan memberikan pertimbangan dan

saran yang bermanfaat. Oleh karena itu, mahasiswa clubbers yang menghayati orang tuanya memberikan dukungan bagi mahasiswa clubbers dalam pemilihan karirnya dapat memiliki orientasi masa depan bidang pekerjaan yang lebih jelas dibandingkan pada mahasiswa

clubbers yang tidak menghayati orang tuanya memberikan dukungan dalam pemilihan karir.

Berdasarkan self-esteem.Mahasiswa clubbers dengan self-esteem yang tinggi lebih mandiri dalam membuat pertimbangan mengenai pilihan karir yang ingin ditekuninya, dimana mahasiswa clubbers mengetahui dengan jelas minat dan kemampuan yang dimilikinya, mengetahui sejauh mana batas kemampuan yang dimilikinya dan mampu menanggulangi


(29)

kekurangannya. Hal ini membuat mahasiswa clubbers dengan self-esteem yang tinggi mampu secara mandiri menetapkan pekerjaan yang ingin ditekuninya dan mampu membuat evaluasi yang akurat mengenai kemungkinannya untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya. Lain halnya dengan mahasiswa clubbers dengan self-esteem yang rendah, mereka merasa tidak percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya sehingga cenderung meminta pendapat orang lain dalam membuat keputusan mengenai pekerjaan apa yang sebaiknya dipilih dan mahasiswa clubbers memiliki evaluasi yang tidak akurat mengenai kemungkinannya untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya karenamahasiswa

clubbers tidak mengetahui dengan pasti sejauhmana kelebihan dan kekurangan diri yang

dimilikinya. Oleh karena itu, mahasiswa clubbers dengan sel-esteem yang tinggi dapat memiliki orientasi masa depan bidang pekerjaan yang lebih jelas dibandingkan mahasiswa

clubbers dengan self-esteem yang rendah.

Berdasarkan tugas perkembangan (Santrock, 2006), pengalaman bekerja juga memengaruhi kejelasan orientasi masa depan bidang pekerjaan yang dimiliki oleh individu.

Mahasiswa clubbers yang sudah memiliki pengalaman bekerja sebelumnya, baik pengalaman

bekerja full-time maupun part-time (magang), sudah lebih memiliki gambaran mengenai dunia pekerjaan.Berbeda dengan mahasiswa clubbers yang belum memiliki pengalaman bekerja, mereka cenderung belum memiliki gambaran mengenai dunia kerja. Oleh karena itu, mahasiswa clubbers yang sudah memiliki pengalaman bekerja memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai bidang pekerjaan yang ingin ditekuninya setelah lulus kuliah dibandingkan mahasiswa clubbers yang belum memiliki pengalaman bekerja.


(30)

Berdasarkan uraian kerangka pikir diatas, maka dapat disusun suatu bagan yang menggambarkan orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa clubbers di Bandung sebagai berikut:

Bagan 1.5 Skema Kerangka Pikir

Mahasiswa Clubbers Di Kota Bandung

Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan TAHAP Goals Plans Attributions Motivation Planning Evaluation Jelas Tidak Jelas  jenis kelamin

 status sosial ekonomi  parent-adolescent

relationship

dan self-esteem. Tugas perkembangan

masa dewasa awal : - Memilih pasangan hidup

- Mulai membina keluarga

- Memulai aktivitas bekerja

- Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara


(31)

1.6 Asumsi

- Orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa clubbers di Kota Bandung dibentuk melalui tiga tahap yaitu motivasi, perencanaan, dan evaluasi.

- Mahasiswa clubbers di Kota Bandung memiliki orientasi masa depan bidang

pekerjaan yang jelas atau tidak jelas.

- Orientasi masa depan yang jelas ditunjukkan dari motivasi kuat, perencanaan terarah, evaluasi akurat.

- Orientasi masa depan tidak jelas motivasi lemah, perencanaan tidak terarah, evaluasi tidak akurat.

- Orientasi masa depan bidang pekerjaan mahasiswa clubbers di Kota Bandung dipengaruhi oleh jenis kelamin, status sosial ekonomi, parent-adolescent relationship, dan self-esteem.


(32)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah peneliti ungkapkan pada bagian sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar responden pada mahasiswa clubbers di Kota Bandung memiliki kecenderungan memiliki orientasi masa depan bidang pekerjaan yang tidak jelas. 2. Sebagian besar responden pada mahasiswa clubbers di Kota Bandung memiliki tahap

motivasi yang lemah.

3. Sebagian besar responden pada mahasiswa clubbers di Kota Bandung memiliki tahap perencanaan yang tidak terarah.

4. Sebagian besar responden pada mahasiswa clubbers di Kota Bandung memiliki tahap evaluasi yang tidak akurat.

5. Faktor lama clubbing, hal yang dibicarakan bersama teman, dan keyakinan diri (self

esteem) merupakan faktor eksternal cenderung berkaitan dengan orientasi masa depan

bidang pekerjaan pada para mahasiswa clubbers di Kota Bandung.

5.2 SARAN 5.2.1 Saran Teoritis

1. Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat mengukur korelasi (hubungan) antara lama clubbing dan self esteem yang dimiliki oleh para responden terhadap orientasi masa depan yang dimiliki oleh responden. Dengan demikian, peneliti dapat melihat bagaimana pengaruh lama clubbing dan self esteem memiliki


(33)

pengaruh terhadap orientasi masa depan bidang pekerjaan dan tahapan-tahapan dari orientasi masa depan dengan lebih jelas.

2. Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat mencoba melakukan pengolahan data dengan metode komparatif, dengan tujuan untuk membandingkan kecenderungan orientasi masa depan yang dimiliki oleh responden, antara mereka yang sering (setiap hari) dan seminggu sekali mengikuti kegiatan clubbing, untuk dapat melihat pengaruh negatif dari frekuensi clubbing terhadap orientasi masa depan yang dimiliki oleh para mahasiswa.

3. Peneliti menyarankan pada peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan pengukuran data penunjang untuk melihat pengaruh dari teman sebaya terhadap orientasi masa depan yang dimiliki dengan melengkapi data penunjang yang ada.

5.2.2 Saran Praktis

1. Peneliti menyarankan kepada para mahasiswa clubbers di Kota Bandung, untuk dapat mengatur waktu dengan baik, sehingga aktivitas clubbing sebagai hiburan tidak mengganggu aktivitas perkuliahan yang dijalankan. Dengan dapat mengatur waktu dengan baik, diharapkan para responden dapat meningkatkan tahapan-tahapan dari orientasi masa depan, terutama dari tahap perencanaan.

2. Peneliti juga menyarankan kepada para responden mahasiswa clubbers, untuk dapat memiliki komunitas bersama, diluar lingkungan clubbing, yang dapat mendorong para mahasiswa untuk dapat mengetahui ruang lingkup sosial, pendidikan, dan pekerjaan yang lebih luas, untuk dapat mengembangkan orientasi masa depan bidang pekerjaan di kemudian hari.

3. Peneliti memberikan saran kepada pihak Walikota atau Pemerintahan daerah Kota Bandung sebagai pihak yang dapat melakukan regulasi terhadap aktivitas hiburan


(34)

malam, untuk dapat meminimalisir dampak negatif bagi para mahasiswa clubbers. Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi aktivitas yang dilakukan oleh club malam dalam bentuk jam malam. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi solusi untuk meminimalisir dampak negatif dari hiburan malam bagi masyarakat secara umum, dan mahasiswa pada khususnya.


(35)

PEKERJAAN PADA MAHASISWA CLUBBERS DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh :

SUCI SHINTIA NURZANNAH 0830166

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG


(36)

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Suci Shintia Nurzannah NRP : 0830166

Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa laporan penelitian ini adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.

Apabila pada masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensi sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 17 Tahun 2010.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandung, 20 Mei 2016

SUCI SHINTIA NURZANNAH Nrp. 0830166


(37)

Dengan ini saya yeng bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Suci Shintia Nurzannah NRP : 0830166

Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa :

1. Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif (Non-Exlusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Pada Mahasiswa Clubbers di Kota Bandung

2. Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalihmediakan/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), mendistribusikannya dan menampilkan/mempublikasikannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

3. Saya bersedia menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, 20 Mei 2016

SUCI SHINTIA NURZANNAH Nrp. 0830166


(38)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-NYA, sehingga peneliti dapat meyelesaikan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Selama menyusun penelitian yang berjudul “Studi Deskriptif mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Mahasiswa Clubbers di Kota Bandung”, peneliti banyak menemukan kesulitan. Namun, berkat adanya bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi oleh peneliti. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Irene P. Edwina, M.Si.,Psikolog, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

2. Efnie Indrianie M.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan penjelasan, bimbingan dan pengarahan, serta motivasi kepada peneliti.

3. Cakrangadinata M.Psi., Psikolog, selaku pembimbing pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan penjelasan, bimbingan dan pengarahan, serta motivasi kepada peneliti.

4. Ellen Theresia M.Psi., Psikolog, selaku dosen wali peneliti yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada peneliti.

5. Pihak perpustakaan yang membantu peneliti dalam menyediakan berbagai sumber referensi yang dapat digunakan oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

6. Seluruh dosen dan staf tata usaha fakultas psikologi Universitas Kristen Maranatha yang telah memberikan banyak ilmu, dukungan, dan bantuan kepada peneliti.


(39)

7. Alm. Papa H. Asep Muharam Triana SE, Mama Hj. Ida Farida Haryani, Kaka Agung Adha Friady dan Ocky Ruliandy, serta Adik Bella Khawangi Oktaviani yang selalu menjadi sumber semangat dan kekuatan, serta selalu memberikan doa dan dukungan kepada peneliti setiap saat.

8. Rizky Pahlawan yang selalu mendampingi peneliti dan banyak memberikan dukungan, doa dan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

9. Mega Silvia Putri S.Psi, Dimas, Hesty Oktaviani S.Psi, Amanda Premita Irawan, Yossy Febrianty, R. Algi Bernardi, Sindy Wahyuni, selaku teman dekat peneliti yang selalu mendampingi peneliti, serta memberikan dukungan dan doa kepada peneliti.

10.Seluruh teman mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari adanya kekurangan. Oleh karena itu, peneliti terbuka terhadap adanya kritik dan saran sehingga peneliti data memperbaikinya di masa yang akan datang.

Akhir kata, peneliti berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya pada mahasiswa.

Bandung, Mei 2016


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Graziano, Anthony., Michael L. Raulin. 2000. Research Methods, A Proses of Inquiry, Fourth Edition.United Stated of America: Allyn& Bacon, A Pearson Education Company Gulo, W. 2002.MetodologiPenelitian, Jakarta: PT. GramediaWidiasarana Indonesia. Harsono, C.I. 1995. SistemBaruPembinaanNarapidana. Jakarta :Djambatan

Hurlock, E.B. 1994. Adolescent development. Tokyo: McGraw-Hill, Kogakusha, Ltd. Kumar, Ranjit. 1999. Research Methodology : a step-by-step guide for beginners. London : Sage Publications.

Margono, Drs.S.2003. MetodologiPenelitianPendidikan. Jakarta :RinekaCipta. Nazir, Moh. Ph.D.2009.Metode Penelitian.Jakarta :Ghalia Indonesia.

Nurmi, JE. 1987. Age, Sex, Social Class and Quality of Family Interation as Determinants of Adolescence Future Orientation :Developmental Task Interpretation. San Diego :

Libra Publisher, Inc.

. 1989. Adolescent’s Orientation to the Future: Development of Interest and Plans, and related Atributions and Effect in the Life-Span Context. Helsinki. The Finish Society of Science and Letters.

.1991. Future Orientation Questionnare.Helsinki : University of Helsinki. Santrock .2006.Life Span Development 10th ed. Boston : Mc. Graw

Hill.

Papalia, Diane E., Olds, Sally Wendkos& Feldman, Ruth Duskin. 2009. Human Development (PerkembanganManusia) edisi 10 buku 1.Jakarta: SalembaHumanika

Siegel, Sidney. 1997. Statistik Non-ParametrikuntukIlmu-IlmuSosial.Jakarta : GramediaPustakaUtama.

Sugiono.2009. MetodePenelitianKuantitatifdanKualitatif. CV. Alfabeta : Bandung. Troomsdroff, Gisela, 1983, Future Orientation and Socialization, International Journal of

Psychology 18.

Nurmi, J.E, 1991, The Development of the Future Orientation in A Life-Span Context, Research Report no.13, Helsinki, University of Helsinki : Dept. of Psychology.

Nurmi, J.E, and Pulliainen, H, 1991, The Changing Parent-Child Relationship, Self-Esteem, and Intelligence as Determinants of Orientation to the Future During Early Adolescence, Journal of Adolescence.


(41)

Hartanto, H, 2002, Suatu Penelitian Mengenai Gambaran Orientasi Masa Depan BidangPekerjaanPadaAnakJalananBerusiaRemaja di Kota Bandung, SkripsiFakultasPsikologiUniversitas Kristen Maranatha


(42)

DAFTAR RUJUKAN (http://www.infobdg.com)

(http://www.kompas.org.com)

Kuswanto, Hani. 2013. Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan

Pada Narapidana Yang Telah Menjalani 2/3 dari masa hukuman di Lapas “X” Bandung.

Skripsi. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Setiawati, Noni E. 2012. Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan

Pada Anak Jalanan Usia Remaja Akhir Di SMK “X” LSM “Y” Kota Bandung. Skripsi. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Silvia, Mega. 2015. Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada

Narapidana di Lapas ‘X’ Bandung. Skripsi. Bandung : Universitas Kristen Maranatha. Wijayanto, Dwi. 2012. Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan

Pada Narapidana Remaja Berusia 15-20 Tahun di Lembaga Pemasyarakatan “X” Di Kota Sukabumi. Skripsi. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.


(1)

iv

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini saya yeng bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Suci Shintia Nurzannah NRP : 0830166

Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa :

1. Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif (Non-Exlusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Pada

Mahasiswa Clubbers di Kota Bandung

2. Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalihmediakan/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), mendistribusikannya dan menampilkan/mempublikasikannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

3. Saya bersedia menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, 20 Mei 2016

SUCI SHINTIA NURZANNAH Nrp. 0830166


(2)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-NYA, sehingga peneliti dapat meyelesaikan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Selama menyusun penelitian yang berjudul “Studi Deskriptif mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Mahasiswa Clubbers di Kota Bandung”, peneliti banyak menemukan kesulitan. Namun, berkat adanya bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi oleh peneliti. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Irene P. Edwina, M.Si.,Psikolog, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

2. Efnie Indrianie M.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan penjelasan, bimbingan dan pengarahan, serta motivasi kepada peneliti.

3. Cakrangadinata M.Psi., Psikolog, selaku pembimbing pendamping yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan penjelasan, bimbingan dan pengarahan, serta motivasi kepada peneliti.

4. Ellen Theresia M.Psi., Psikolog, selaku dosen wali peneliti yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada peneliti.

5. Pihak perpustakaan yang membantu peneliti dalam menyediakan berbagai sumber referensi yang dapat digunakan oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

6. Seluruh dosen dan staf tata usaha fakultas psikologi Universitas Kristen Maranatha yang telah memberikan banyak ilmu, dukungan, dan bantuan kepada peneliti.


(3)

viii

7. Alm. Papa H. Asep Muharam Triana SE, Mama Hj. Ida Farida Haryani, Kaka Agung Adha Friady dan Ocky Ruliandy, serta Adik Bella Khawangi Oktaviani yang selalu menjadi sumber semangat dan kekuatan, serta selalu memberikan doa dan dukungan kepada peneliti setiap saat.

8. Rizky Pahlawan yang selalu mendampingi peneliti dan banyak memberikan dukungan, doa dan semangat sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

9. Mega Silvia Putri S.Psi, Dimas, Hesty Oktaviani S.Psi, Amanda Premita Irawan, Yossy Febrianty, R. Algi Bernardi, Sindy Wahyuni, selaku teman dekat peneliti yang selalu mendampingi peneliti, serta memberikan dukungan dan doa kepada peneliti.

10. Seluruh teman mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari adanya kekurangan. Oleh karena itu, peneliti terbuka terhadap adanya kritik dan saran sehingga peneliti data memperbaikinya di masa yang akan datang.

Akhir kata, peneliti berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya pada mahasiswa.

Bandung, Mei 2016


(4)

63

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Graziano, Anthony., Michael L. Raulin. 2000. Research Methods, A Proses of Inquiry, Fourth Edition.United Stated of America: Allyn& Bacon, A Pearson Education Company Gulo, W. 2002.MetodologiPenelitian, Jakarta: PT. GramediaWidiasarana Indonesia. Harsono, C.I. 1995. SistemBaruPembinaanNarapidana. Jakarta :Djambatan

Hurlock, E.B. 1994. Adolescent development. Tokyo: McGraw-Hill, Kogakusha, Ltd. Kumar, Ranjit. 1999. Research Methodology : a step-by-step guide for beginners. London : Sage Publications.

Margono, Drs.S.2003. MetodologiPenelitianPendidikan. Jakarta :RinekaCipta. Nazir, Moh. Ph.D.2009.Metode Penelitian.Jakarta :Ghalia Indonesia.

Nurmi, JE. 1987. Age, Sex, Social Class and Quality of Family Interation as Determinants of Adolescence Future Orientation :Developmental Task Interpretation. San Diego : Libra Publisher, Inc.

. 1989. Adolescent’s Orientation to the Future: Development of Interest and Plans, and related Atributions and Effect in the Life-Span Context. Helsinki. The Finish Society of Science and Letters.

.1991. Future Orientation Questionnare.Helsinki : University of Helsinki. Santrock .2006.Life Span Development 10th ed. Boston : Mc. Graw

Hill.

Papalia, Diane E., Olds, Sally Wendkos& Feldman, Ruth Duskin. 2009. Human Development (PerkembanganManusia) edisi 10 buku 1.Jakarta: SalembaHumanika

Siegel, Sidney. 1997. Statistik Non-ParametrikuntukIlmu-IlmuSosial.Jakarta : GramediaPustakaUtama.

Sugiono.2009. MetodePenelitianKuantitatifdanKualitatif. CV. Alfabeta : Bandung. Troomsdroff, Gisela, 1983, Future Orientation and Socialization, International Journal of

Psychology 18.

Nurmi, J.E, 1991, The Development of the Future Orientation in A Life-Span Context, Research Report no.13, Helsinki, University of Helsinki : Dept. of Psychology.

Nurmi, J.E, and Pulliainen, H, 1991, The Changing Parent-Child Relationship, Self-Esteem, and Intelligence as Determinants of Orientation to the Future During Early Adolescence, Journal of Adolescence.


(5)

64

Universitas Kristen Maranatha Hartanto, H, 2002, Suatu Penelitian Mengenai Gambaran Orientasi Masa Depan

BidangPekerjaanPadaAnakJalananBerusiaRemaja di Kota Bandung, SkripsiFakultasPsikologiUniversitas Kristen Maranatha


(6)

65

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

(http://www.infobdg.com) (http://www.kompas.org.com)

Kuswanto, Hani. 2013. Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan

Pada Narapidana Yang Telah Menjalani 2/3 dari masa hukuman di Lapas “X” Bandung.

Skripsi. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Setiawati, Noni E. 2012. Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Pada Anak Jalanan Usia Remaja Akhir Di SMK “X” LSM “Y” Kota Bandung. Skripsi. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Silvia, Mega. 2015. Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pernikahan Pada Narapidana di Lapas ‘X’ Bandung. Skripsi. Bandung : Universitas Kristen Maranatha. Wijayanto, Dwi. 2012. Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan

Pada Narapidana Remaja Berusia 15-20 Tahun di Lembaga Pemasyarakatan “X” Di Kota Sukabumi. Skripsi. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.


Dokumen yang terkait

Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Studi Deskriptif mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Siswa SMK Kelas XI Jurusan Administrasi Perkantoran SMK "X" Bandung.

0 0 34

Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Mahasiswa Fakultas Psikologi yang Sedang Mengambil Skripsi di Universitas "X" Bandung.

0 0 34

Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Pekerja Kontrak Cabang Perusahaan Outsourcing "X" di Kota Bandung.

0 0 38

Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Remaja Tunarungu di Kota Bandung (Suatu Penelitian di SMALB-B Cicendo di Kota Bandung).

0 3 31

Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Pekerja Seks Komersial Lokalisasi "X" di Kota "Y".

0 0 31

Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan pada Mahasiswa Online Gamers di Warung Internet di Jalan Surya Sumantri Kota Bandung.

1 2 35

Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Pada Mahasiswa Yang Sedang Mengerjakan Skripsi di Fakultas Psikologi Universitas "X" Bandung.

2 2 41

Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Pada Remaja Putus Sekolah di Kota Makassar.

1 4 38

Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Domain Pekerjaan Pada Mahasiswa Angkatan '08 Universitas "X" Bandung.

2 7 26

Studi Deskriptif Mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pekerjaan Pada Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Semester 8 Universitas 'X' di Kota Bandung.

0 0 32