Analisis Perbandingan Pajak Penghasilan (PPh) Terutang Sebelum dan Setelah Penerapan Perencanaan Pajak: Studi Kasus pada PT Pupuk Kujang.

(1)

vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

The purpose of this research is to examine the difference of income tax before and after tax planning applied. This research uses descriptive method with paired sample t-test analysis. Data are collected from fiscal reconciliation for the period of 2010-2011 (2years). The conclusion of this research shows that income tax before tax planning applied is bigger than income tax after tax planning applied. This tax planning could effectively minimize tax liability.


(2)

viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata PPh terutang sebelum dan setelah diterapkannya perencanaan pajak (tax planning). Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang dilakukan pada PT Pupuk Kujang dengan menggunakan sampel penelitian untuk periode tahun 2010-2011. Data yang diperlukan berupa data kuantitatif, yaitu laporan Laba-Rugi dan laporan koreksi fiskal dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011. Pengolahan data dilakukan dengan uji beda rata-rata berpasangan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata besarnya PPh terutang PT Pupuk Kujang sebelum penerapan perencanaan pajak lebih besar dibandingkan dengan besarnya PPh terutang setelah penerapan perencanaan pajak.


(3)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...iii

KATA PENGANTAR...iv

ABSTRACT...vii

ABSTRAK...viii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR GAMBAR...xv

DAFTAR TABEL...xvi

DAFTAR LAMPIRAN...xvii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Identifikasi Masalah...6

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian...6

1.4 Kegunaan Penelitian...6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS...8

2.1 Pajak………...8

2.1.1 Definisi Pajak...…..…...8


(4)

x Universitas Kristen Maranatha

2.1.2 Pengelompokkan Pajak ... 10

2.1.3 Tarif Pajak..………..…..….….. 11

2.2 Pajak Penghasilan ... 12

2.2.2 Subjek Pajak ... 13

2.2.2.1 Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri ... 14

2.2.3 Objek Pajak ... 18

2.2.3.1 Penghasilan yang Termasuk Sebagai Objek Pajak ... 19

2.2.3.2 Penghasilan yang dikenai Pajak Bersifat Final ... 21

2.2.3.3 Penghasilan yang Tidak Termasuk Objek Pajak ... 22

2.2.2.4 Pengurangan Penghasilan (Biaya) ... 25

2.2.2.5 Biaya yang diperkenankan Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap ... 26

2.2.2.6 Pengeluaran yang Tidak Boleh dibebankan Sebagai Biaya ... 29

2.2.4 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)... 33

2.2.5 Cara Perhitungan Pajak Penghasilan ... 35

2.2.5.1 Perhitungan PPh dengan Dasar Pembukuan ... 35

2.2.4.2 Perhitungan PPh dengan Dasar Pencatatan ... 39

2.2.5 Tarif Pajak Penghasilan ... 41

2.3 Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 43


(5)

xi Universitas Kristen Maranatha

2.3.2 Subjek Pajak PPh Pasal 21 ... 45

2.3.3 Objek, Tarif, Dasar Perhitungan, dan Sifat PPh Pasal 21 ... 47

2.4 Pajak Penghasilan Pasal 22 ... 50

2.4.1 Pemungut PPh Pasal 22 ... 51

2.4.2 Objek, Tarif, Dasar Perhitungan, dan Sifat PPh Pasal 22 ... 53

2.5 Pajak Penghasilan Pasal 23 ... 54

2.5.1 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 ... 55

2.5.2 Objek, Tarif, Dasar Perhitungan, dan Sifat PPh Pasal 23 ... 55

2.6 Pajak Penghasilan Pasal 24 ... 60

2.6.1 Objek dan Tarif Pajak Penghasilan Pasal 24 ... 61

2.6.2 Kredit Pajak Penghasilan Pasal 24 ... 62

2.7 Pajak Penghasilan Pasal 25 ... 62

2.7.1 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 25 ... 64

2.7.2 Dasar Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 ... 64

2.8 Pajak Penghasilan Pasal 26 ... 66

2.8.1 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 26 ... 67

2.8.2 Objek, Tarif, Dasar Perhitungan, dan Sifat PPh Pasal 26 ... 67

2.9 Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) ... 69

2.9.1 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) ... 69 2.9.2 Objek, Tarif, Dasar Perhitungan, dan Sifat


(6)

xii Universitas Kristen Maranatha

PPh Pasal 4 Ayat (2) ... 72

2.10 Resiko dan Pengaruh Pajak Atas Perusahaan ... 75

2.10.1 Resiko Perusahaan ... 75

2.10.2 Pengaruh Pajak Terhadap Perusahaan ... 76

2.11 Manajemen Pajak ... 77

2.11.1 Definisi dan Tujuan Manajemen Pajak.. ... 77

2.11.2 Perencanaan Pajak ... 79

2.11.3 Motivasi dilakukannya Perencanaan Pajak ... 81

2.11.4 Langkah-langkah dalam Melakukan Perencanaan Pajak ... 84

2.12 Laporan Keuangan Fiskal ... 91

2.12.1 Definisi Laporan Keuangan Fiskal... 91

2.12.2 Rekonsiliasi Laporan Keuangan Akuntansi dengan Laporan Keuangan Fiskal ... 92

2.13 Rerangka Pemikiran & Pengembangan Hipotesis ... 93

BAB III METODE PENELITIAN ... 100

3.1 Objek Penelitian ... 100

3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan... 100

3.1.2 Visi, Misi dan Budaya Perusahaan ... 103

3.1.3 Maksud dan Tujuan Perusahaan ... 104

3.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan ... 105

3.2 Metode Penelitian... 110

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ... 110


(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha

3.2.3 Operasionalisasi Variabel ... 112

3.2.4 Pemilihan Sampel yang diuji ... 112

3.2.5 Rancangan Pengujian Hipotesis ... 113

3.2.5.1 Penetapan Hipotesis ... 113

3.2.5.2 Pemilihan Uji Statistik ... 114

3.2.5.3 Penetapan Tingkat Signifikansi ... 117

3.2.5.4 Penarikan Kesimpulan ... 117

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 119

4.1 Penyajian Laporan Keuangan ... 119

4.2 Kebijakan Akuntansi Perusahaan ... 119

4.2.1 Dasar Pengukuran dan Penyajian Laporan Keuangan .... 119

4.2.2 Piutang dan Penyisihan Piutang ... 120

4.2.3 Persediaan Barang Jadi ... 121

4.2.4 Persediaan Barang Jadi, Setengah Jadi, Bahan Baku dan Bahan Pembantu ... 121

4.2.5 Persediaan Suku Cadang Penyangga ... 121

4.2.6 Aktiva Tetap ... 122

4.2.7 Masa Manfaat, Tarif, dan Metode Penyusutan Aktiva Tetap ... 124

4.2.8 Pajak Penghasilan ... 125

4.2.9 Hutang Pajak ... 126

4.2.10 Kewajiban Imbalan Pasca Kerja ... 126


(8)

xiv Universitas Kristen Maranatha

4.2.12 Pengakuan Beban ... 127

4.3 Penjelasan dilakukan Koreksi Fiskal Negatif dan Positif ... 140

4.3.1 Koreksi Fiskal Positif ... 140

4.3.2 Koreksi Fiskal Negatif ... 144

4.4 Penerapan Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada Perusahaan ... 159

4.5 Perbandingan PPh Terutang Sebelum dan Sesudah Penerapan Perencanaan Pajak ... 162

4.5.1 Uji Normalitas ... 163

4.5.2 Uji Beda (Uji t) ... 164

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 166

5.1 Kesimpulan... 166

5.2 Saran... 168

DAFTAR PUSTAKA...xviii LAMPIRAN


(9)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran ... 98 Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Pupuk Kujang ... 109


(10)

xvi Universitas Kristen Maranatha Halaman

Tabel 2.1 Tarif Pajak WPOP ... 41

Tabel 2.2 Objek, Tarif, Dasar Perhitungan, dan Sifat PPh Pasal 21 ... 47

Tabel 2.3 Objek, Tarif, Dasar Perhitungan, dan Sifat PPh Pasal 22 ... 53

Tabel 2.4 Objek, Tarif, Dasar Perhitungan, dan Sifat PPh Pasal 23 ... 56

Tabel 2.5 Objek, Tarif, Dasar Perhitungan, dan Sifat PPh Pasal 26 ... 68

Tabel 2.6 Objek, Tarif, Dasar Perhitungan, dan Sifat PPh Pasal 4 Ayat (2) ... 72

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 112

Tabel 4.1 Masa Manfaat, Tarif, dan Metode Penyusutan Aset Tetap ... 124

Tabel 4.2 Rekonsiliasi Fiskal Sebelum Perencanaan Pajak Tahun 2010 ... 128

Tabel 4.3 Rekonsiliasi Fiskal Sebelum Perencanaan Pajak Tahun 2011 ... 134

Tabel 4.4 Rekonsiliasi Fiskal Setelah Perencanaan Pajak Tahun 2010 ... 147

Tabel 4.5 Rekonsiliasi Fiskal Setelah Perencanaan Pajak Tahun 2011 ... 153

Tabel 4.6 Data Komparatif PPh Terutang ... 163

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ... 163


(11)

xvii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Surat Pengantar Riset Lampiran B Surat Riset Data


(12)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pajak bagi pemerintah merupakan sumber pendapatan yang digunakan untuk membiayai sarana dan prasarana publik di seluruh sektor kehidupan dan untuk memenuhi kebutuhan pemerintahan dan pembangunan. Semakin besar pajak yang dibayarkan perusahaan, maka pendapatan negara semakin banyak. Namun sebaliknya bagi perusahaan, pajak merupakan biaya atau beban yang akan mengurangi laba bersih. Tujuan pemerintah untuk memaksimalkan penerimaan dari sektor pajak bertentangan dengan tujuan dari Wajib Pajak (WP), dimana WP berusaha untuk mengefisiensikan beban pajaknya sehingga memperoleh keuntungan yang lebih besar dalam rangka mensejahterakan pemilik dan melanjutkan kelangsungan hidup perusahaannya.

Setiap perusahaan berusaha untuk mencapai tingkat laba yang maksimal, karena itu perusahaan dituntut untuk dapat selalu mengantisipasi setiap kebutuhan dari pada pelanggan, misalnya saja dengan menyediakan produk dengan barang yang berkualitas dan pelayanan yang memuaskan, sehingga diharapkan penjualan/pelayanan dapat ditingkatkan dan biaya dapat ditekan seminimal mungkin (cost reduction). Dalam upaya menekan biaya tersebut diperlukan adanya suatu perencanaan yang baik terhadap dimensi-dimensi biaya agar dapat dicapai tingkat laba yang optimal.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 2

Universitas Kristen Maranatha Pajak merupakan perwujudan pengabdian dan peran serta WP untuk membiayai penyelenggaraan negara dan pembangunan. Pajak bukan iuran yang bersifat sukarela melainkan iuran yang dipaksakan. Pada dasarnya tidak seorangpun juga suka membayar pajak dan berpotensi untuk bertahan membayar pajak meskipun status WP sudah melekat, sehingga selalu berusaha meminimalkan pembayaran pajak terutang (tax avoidance) dan cenderung melakukan penyeludupan pajak (tax evasion). Sehingga dalam hal ini sangat wajar jika pemerintah mencegah terjadinya kerugian pajak (tax losses) dan mendorong kepatuhan WP. Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan usaha yang dilakukan WP untuk mengurangi pajak tanpa melanggar ketentuan perpajakan dengan cara mengeksploitasi celah-celah yang terdapat dalam ketentuan perpajakan. Penyelundupan pajak (tax evasion) merupakan usaha yang dilakukan oleh WP untuk mengurangi pajak atau sama sekali menghapuskan utang pajak dengan cara melanggar ketentuan perpajakan.

Terdapat perbedaan kepentingan antara WP dengan pemerintah dalam perpajakan. Menurut Suandy (2011:2), perbedaan kepentingan ini menyebabkan WP cenderung untuk mengurangi jumlah pembayaran pajak, baik secara legal maupun ilegal. Hal ini dimungkinkan jika ada peluang yang dimanfaatkan, baik karena kelemahan peraturan pajak maupun sumber daya manusia (fiskus). Beberapa faktor yang memotivasi wajib pajak untuk melakukan penghematan pajak secara ilegal adalah sebagai berikut:

1. Jumlah pajak yang harus dibayar (tax required to pay). Besarnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh WP. Semakin besar pajak yang harus dibayar, semakin besar pula kecenderungan WP untuk melakukan pelanggaran.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 3

Universitas Kristen Maranatha 2. Biaya untuk menyuap fiskus (cost of bribe). Semakin kecil biaya untuk

menyuap fiskus, semakin besar kecenderungan Wajib Pajak untuk melakukan pelanggaran.

3. Kemungkinan untuk ketahuan (probability of detection). Semakin kecil kemungkinan suatu pelanggaran terdeteksi, semakin besar kecenderungan WP untuk melakukan pelanggaran.

4. Besar sanksi (size of penalty). Semakin ringan sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran, semakin besar kecenderungan WP untuk melakukan pelanggaran. Meminimalkan jumlah pajak terutang seharusnya tidak perlu menggunakan cara-cara ilegal seperti menyembunyikan atau memanipulasi data penghasilan yang sebenarnya seperti yang selama ini dilakukan oleh beberapa wajib pajak terutama Wajib Pajak badan. Ada cara lain yang dilegalkan oleh aparat perpajakan yaitu melalui penerapan perencanaan pajak (tax planning).

Pada dasarnya ada dua hal yang perlu dilakukan perusahaan yang berkaitan dengan perpajakan. Pertama adalah kegiatan administrasi pajak, yaitu menyeleggarakan administrasi perpajakan misalnya memperoleh NPWP, mengisi SPT dan seterusnya. Hal ini berkaitan dengan aktivitas masa lalu. Kedua adalah Perencanaan Pajak yang intinya ialah pengaruh yang dihadapi oleh perusahaan terhadap pajak bila mengambil keputusan tertentu dan keputusan apa yang akan perusahaan ambil setelah mengetahui dampak pajaknya. Ini berkaitan dengan masa yang akan datang.

Umumnya perencanaan pajak merujuk pada proses merekayasa usaha dan transaksi WP supaya utang pajak berada dalam jumlah yang minimal tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun perencanaan pajak juga dapat


(15)

BAB I PENDAHULUAN 4

Universitas Kristen Maranatha berkonotasi positif sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat menghindari pemborosan sumber daya.

Dalam melakukan perencanaan pajak, perusahaan harus menyeleksi jenis tindakan penghematan yang akan dilakukan, dengan cara mengumpulkan dan meneliti peraturan perpajakan. Dengan meneliti peraturan perpajakan, perusahaan dapat mencari tahu hal-hal apa sajakah yang dapat diatur atau direncanakan, kemungkinan-kemungkinan apa yang bisa terjadi, dan juga dapat mengetahui alternatif terbaik yang dapat digunakan untuk mengurangi beban pajak. Dengan demikian, perusahaan tidak akan terjebak dalam masalah penyelundupan atau penggelapan pajak yang secara nyata melanggar hukum dan dapat mengakibatkan adanya sanksi dari pemerintah yang merupakan pemborosan bagi perusahaan. Perencanaan pajak ini penting karena pajak terutama Pajak Penghasilan merupakan salah satu faktor pengurang yang cukup besar bagi laba perusahaan. Dengan menggunakan cara ini, badan usaha dapat meminimalkan jumlah pembayaran pajak terutangnya sehingga laba yang diperoleh dapat lebih besar.

Dalam keadaan yang serba kompleks dan peraturan yang sering berubah-ubah, kebutuhan akan pentingnya tax planning secara berkala meningkat untuk semua Wajib Pajak, termasuk Wajib Pajak badan. Keterbatasan sumber daya dan informasi untuk memahami ketentuan undang-undang perpajakan serta kesadaran Wajib Pajak yang masih rendah menjadi salah satu alasan masih banyaknya perusahaan yang belum melakukan manajemen pajak untuk meminimalkan pembayaran pajak terutangnya. Hal ini menyebabkan jumlah pajak yang dibayarkan melebihi jumlah


(16)

BAB I PENDAHULUAN 5

Universitas Kristen Maranatha yang sebenarnya. Oleh karena itu, peranan tax planning sangat penting dan diperlukan.

Strategi yang digunakan dalam tax planning ini adalah memanfaatkan celah-celah yang terdapat pada peraturan dan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dengan demikian, pajak yang dibayarkan tidak melebihi jumlah yang seharusnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gracia Octaviani ( 2009 )

dengan judul “Analisis Perbandingan Pajak Penghasilan Terutang Sebelum dan Sesudah Penerapan Perencanaan Pajak (Tax Planning): Studi Kasus Pada PT “X” di Cimahi“ diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pajak penghasilan terutang sebelum dan sesudah tax planning. Dengan kata lain, perencanaan pajak (tax planning) berperan dalam mengefisiensikan pembayaran pajak penghasilan terutang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rhenna trianny

(2009) dengan judul “Analisis Perbandingan Pajak Terutang Perusahaan Sebelum

dan Sesudah Perencanaan Pajak: Studi Kasus Pada CV Puri’s Bandung“ diperoleh kesimpulan bahwa setelah dilakukannya perencanaan pajak yaitu dengan memberikan tunjangan transportasi, tunjangan kesehatan, serta tunjangan pajak

kepada karyawannya dalam rangka gross up, besarnya pajak terutang CV Puri’s mengalami penurunan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cicha Bunga Cachya

(2010) dengan judul “Penerapan Perencanaan Pajak terhadap Penghematan Beban

Pajak Terutang Perusahaan (PT. “X”)” diperoleh kesimpulan bahwa dengan menggunakan perencanaan pajak perusahaan PT “X” dapat mengurangi beban pajak terutang perusahaan.

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, penulis tertarik untuk menelaah lebih jauh bagaimana penerapan perencanaan pajak pada PT. Pupuk Kujang dan


(17)

BAB I PENDAHULUAN 6

Universitas Kristen Maranatha seberapa besar penghematan pembayaran pajak yang dapat dilakukan oleh perusahaan setelah diterapkannya perencanaan pajak. Oleh karena itu, skripsi ini diberi judul:

“Analisis Perbandingan Pajak Penghasilan (PPh) Terutang Sebelum dan

Setelah Penerapan Perencanaan Pajak: Studi Kasus pada PT. Pupuk Kujang“

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana penerapan perencanaan pajak pada PT Pupuk Kujang

2. Apakah terdapat perbedaan rata-rata PPh terutang sebelum dan setelah diterapkannya perencanaan pajak (tax planning)

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui penerapan perencanaan pajak pada PT Pupuk Kujang

2. Untuk mengetahui besarnya perbedaan rata-rata PPh terutang sebelum dan setelah diterapkannya perencanaan pajak

1.4. Kegunaan penelitian


(18)

BAB I PENDAHULUAN 7

Universitas Kristen Maranatha 1. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi perusahaan tentang pentingnya perencanaan pajak agar dapat dilakukan penghematan pajak.

2. Bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman & wawasan keilmuan penulis di bidang perpajakan sehingga dapat diperoleh gambaran nyata mengenai penerapan teori-teori dalam praktik dunia kerja khususnya mengenai perencanaan pajak.

3. Bagi pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi untuk memperluas wawasan maupun sebagai sumber acuan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian lebih lanjut tentang perencanaan pajak.


(19)

166

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Penerapan tax planning di perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai kebijakan dalam pos-pos tertentu dalam laporan laba rugi perusahaan, sehingga biaya-biaya yang sebelumnya tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto menjadi biaya yang secara ketentuan perundang-undangan perpajakan boleh untuk dikurangkan. Pemberian kebijakan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

a. Kenikmatan fasilitas perumahan

Biaya ini dapat dibiayakan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan oleh perusahaan dengan cara mengambil kebijakan untuk memberikannya dalam bentuk tunjangan perumahan yang diberikan kepada karyawannya.

b. Kenikmatan mendapatkan fasilitas pendidikan dan pelatihan Biaya untuk fasilitas pendidikan dan pelatihan dapat menjadi biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto oleh perusahaan dengan cara mengambil kebijakan untuk mengganti biaya tersebut dalam bentuk tunjangan bagi karyawannya.

c. Kenikmatan mendapatkan fasilitas pengobatan

Biaya untuk fasilitas klinik pengobatan karyawan dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto bagi perusahaan


(20)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 167

Universitas Kristen Maranatha dengan cara menerapkan kebijakan untuk memberikannya dalam bentuk penggantian pengobatan ataupun dalam bentuk tunjangan kesehatan bagi karyawannya.

d. Kenikmatan program umum pendidikan dan pelatihan

Biaya program umum pendidikan dapat diakui sebagai biaya yang dapat mengurangi penghasilan bruto (deductible expenses) dengan cara perusahaan harus menerapkan kebijakannya dalam bentuk pemberian tunjangan umum pendidikan

e. Pemberian kenikmatan berupa cuti karyawan

Biaya cuti karyawan yang dibayarkan oleh perusahaan merupakan biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non

deducttible expenses). Agar biaya tersebut dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto perusahaan harus mengambil kebijakan dalam bentuk tunjangan.

f. Biaya perjalanan dinas dan rekreasi

Sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 9 Ayat (1) huruf e, bahwa biaya perjalanan dinas dan rekreasi termasuk imbalan natura atau kenikmatan yang merupakan biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non deductible expenses). Agar biaya tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto menurut ketentuan perpajakan maka sebaiknya perusahaan memberikannya dalam sistem kombinasi lumpsum dan at cost yaitu pegawai yang melakukan dinas atau rekreasi menerima sejumlah uang tertentu yang


(21)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 168

Universitas Kristen Maranatha

dibayarkan sekaligus seperti uang saku dan untuk beberapa hal uang yang diberikan perusahaan disesuaikan dengan bukti yang dikeluarkan seperti biaya penginapan atau transportasi pegawai.

2. Berdasarkan hasil analisis pengujian secara statistik yang sudah dibahas

sebelumnya diperoleh hasil bahwa rata-rata PPh terutang perusahaan

sebelum penerapan perencanaan pajak (tax planning) lebih besar dibandingkan dengan rata-rata PPh terutang perusahaan setelah penerapan perencanaan pajak (tax planning). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan perencanaan pajak (tax planning) dapat meminimalkan kewajiban atau PPh terutang.

5.2 Saran

1. Bagi perusahaan

Sebaiknya perusahaan menerapkan perencanaan pajak agar dapat mengefisiensikan kewajiban pajak atau PPh terutang tanpa melanggar ketentuan perpajakan. Selain itu, diperlukan adanya peningkatan SDM yang memadai berkaitan dengan perpajakan sehingga proses perencanaan pajak dapat berjalan secara maksimal.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam periode penelitian yaitu hanya 2 tahun, bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian lebih dari 2 tahun.


(22)

xviii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Artikel non-personal. (2011). Persandingan Susunan Dalam Satu Naskah Undang-Undang Pajak Penghasilan diakses dari

http://www.pajak.go.id/sites/default/files/PersandinganUUPPh.pdf pada tanggal 20 Maret 2012

Artikel non-personal. (2011). Persandingan UU KUP diakses dari

http://www.pajak.go.id/sites/default/files/PersandinganUUKUP.pdfpada tanggal 12 April 2012

Artikel non-personal. (2009). Daftar Objek dan Tarif diakses dari

http://www.ortax.org/ortax/?mod=panduan&page=show&id=141&q=&hlm= pada tanggal 31 Mei 2012

Bunga C., Cicha. (2010).Penerapan Perencanaan Pajak terhadap Penghematan Beban Pajak Terutang Perusahaan (PT. “X”). Skripsi Strata-1, Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha, Bandung (tidak dipubikasikan). Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-537/PJ./2000 tentang Penghitungan

Besarnya Angsuran Pajak Dalam Tahun Pajak Berjalan Dalam Hal-Hal Tertentu.

Keputusan Dirjen Pajak KEP-395/PJ./2001 tentang Pengenaan Pajak Penghasilan atas Hadiah dan Penghargaan.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 164/KMK.03/2002 tentang Kredit Pajak Luar Negeri.

Octaviani, Gracia. (2009). Analisis Perbandingan Pajak Penghasilan Terutang

Sebelum dan Sesudah Penerapan Perencanaan Pajak (Tax Planning): Studi

Kasus Pada PT “X” di Cimahi. Skripsi Strata-1, Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha, Bandung (tidak dipubikasikan).

Priantara, Diaz. (2012). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per 57/Pj./2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 07/PMK.05/2008 tentang Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap.


(23)

xix

Universitas Kristen Maranatha

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96 tahun 2009 tentang Jenis-jenis Harta yang Termasuk dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan Penyusutan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008 tentang Wajib Pajak Badan Tertentu sebagai Pemungut Pajak Penghasilan dari Pembeli atas Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008 tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan Dalam Tahun Pajak Berjalan yang Harus dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak Baru, Bank, Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Wajib Pajak Masuk Bursa dan Wajib Pajak Lainnya yang Berdasarkan Ketentuan diharuskan Membuat Laporan Keuangan Berkala Termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan dibidang Impor atau Kegiatan Usaha dibidang Lain.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 244/PMK.03/2008 tentang Objek dan Besarnya Tarif PPh Pasal 23.

Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002 tentang Persewaan Tanah dan/atau Bangunan.

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997 tentang PPh atas Transaksi Saham di Bursa Efek.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Bunga atau Diskonto Obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek.

Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi.

Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2009 tentang Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Tebusan Pensiun, dan Tunjangan Hari Tua (THT) atau Jaminan Hari Tua (JHT) beserta Peraturan Pelaksanaannya telah dimuat.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008 tentang Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2007 tentang Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri.


(24)

xx

Universitas Kristen Maranatha Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000 tentang PPh atas Bunga Deposito dan

Tabungan serta Diskonto SBI.

Peraturan Pemerintah Nomor 132 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan atas Hadiah Undian.

Resmi,Siti. (2011). Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat. Suandy, Erly.(2011). Perencanaan Pajak, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Sumarsan, Thomas. 2012. Tax Review dan Strategi Perecanaan Pajak. Jakarta: PT INDEKS.

Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor-961/PJ.342/2002 tentang Perlakuan Perpajakan PPh Pasal 26.

Surat Dirjen Pajak S-1653/PJ.03/2011 tentang Penegasan atas Pelaporan Pemungutan PPh Pasal 22.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak SE-27/PJ.22/1986 tentang Biaya Entertaiment dan Sejenisnya.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak SE-1821/PJ.21/1985 tentang Jawaban Pertanyaan dari Direktorat Jenderal Pertambangan.

Trianny, Rhenna. (2009). Analisis Perbandingan Pajak Terutang Perusahaan Sebelum dan Sesudah Perencanaan Pajak: Studi Kasus Pada CV Puri’s

Bandung. Skripsi Strata-1, Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha,

Bandung (tidak dipubikasikan).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.


(1)

166

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Penerapan tax planning di perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai kebijakan dalam pos-pos tertentu dalam laporan laba rugi perusahaan, sehingga biaya-biaya yang sebelumnya tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto menjadi biaya yang secara ketentuan perundang-undangan perpajakan boleh untuk dikurangkan. Pemberian kebijakan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

a. Kenikmatan fasilitas perumahan

Biaya ini dapat dibiayakan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan oleh perusahaan dengan cara mengambil kebijakan untuk memberikannya dalam bentuk tunjangan perumahan yang diberikan kepada karyawannya.

b. Kenikmatan mendapatkan fasilitas pendidikan dan pelatihan Biaya untuk fasilitas pendidikan dan pelatihan dapat menjadi biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto oleh perusahaan dengan cara mengambil kebijakan untuk mengganti biaya tersebut dalam bentuk tunjangan bagi karyawannya.

c. Kenikmatan mendapatkan fasilitas pengobatan

Biaya untuk fasilitas klinik pengobatan karyawan dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto bagi perusahaan


(2)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 167

Universitas Kristen Maranatha dengan cara menerapkan kebijakan untuk memberikannya dalam bentuk penggantian pengobatan ataupun dalam bentuk tunjangan kesehatan bagi karyawannya.

d. Kenikmatan program umum pendidikan dan pelatihan

Biaya program umum pendidikan dapat diakui sebagai biaya yang dapat mengurangi penghasilan bruto (deductible expenses) dengan cara perusahaan harus menerapkan kebijakannya dalam bentuk pemberian tunjangan umum pendidikan

e. Pemberian kenikmatan berupa cuti karyawan

Biaya cuti karyawan yang dibayarkan oleh perusahaan merupakan biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non deducttible expenses). Agar biaya tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan harus mengambil kebijakan dalam bentuk tunjangan.

f. Biaya perjalanan dinas dan rekreasi

Sesuai dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 9 Ayat (1) huruf e, bahwa biaya perjalanan dinas dan rekreasi termasuk imbalan natura atau kenikmatan yang merupakan biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non deductible expenses). Agar biaya tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto menurut ketentuan perpajakan maka sebaiknya perusahaan memberikannya dalam sistem kombinasi lumpsum dan at cost yaitu pegawai yang melakukan dinas atau rekreasi menerima sejumlah uang tertentu yang


(3)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 168

Universitas Kristen Maranatha dibayarkan sekaligus seperti uang saku dan untuk beberapa hal uang yang diberikan perusahaan disesuaikan dengan bukti yang dikeluarkan seperti biaya penginapan atau transportasi pegawai.

2. Berdasarkan hasil analisis pengujian secara statistik yang sudah dibahas sebelumnya diperoleh hasil bahwa rata-rata PPh terutang perusahaan sebelum penerapan perencanaan pajak (tax planning) lebih besar dibandingkan dengan rata-rata PPh terutang perusahaan setelah penerapan perencanaan pajak (tax planning). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan perencanaan pajak (tax planning) dapat meminimalkan kewajiban atau PPh terutang.

5.2 Saran

1. Bagi perusahaan

Sebaiknya perusahaan menerapkan perencanaan pajak agar dapat mengefisiensikan kewajiban pajak atau PPh terutang tanpa melanggar ketentuan perpajakan. Selain itu, diperlukan adanya peningkatan SDM yang memadai berkaitan dengan perpajakan sehingga proses perencanaan pajak dapat berjalan secara maksimal.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam periode penelitian yaitu hanya 2 tahun, bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian lebih dari 2 tahun.


(4)

xviii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Artikel non-personal. (2011). Persandingan Susunan Dalam Satu Naskah Undang-Undang Pajak Penghasilan diakses dari

http://www.pajak.go.id/sites/default/files/PersandinganUUPPh.pdf pada tanggal 20 Maret 2012

Artikel non-personal. (2011). Persandingan UU KUP diakses dari

http://www.pajak.go.id/sites/default/files/PersandinganUUKUP.pdfpada tanggal 12 April 2012

Artikel non-personal. (2009). Daftar Objek dan Tarif diakses dari

http://www.ortax.org/ortax/?mod=panduan&page=show&id=141&q=&hlm= pada tanggal 31 Mei 2012

Bunga C., Cicha. (2010).Penerapan Perencanaan Pajak terhadap Penghematan Beban Pajak Terutang Perusahaan (PT. “X”). Skripsi Strata-1, Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha, Bandung (tidak dipubikasikan). Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-537/PJ./2000 tentang Penghitungan

Besarnya Angsuran Pajak Dalam Tahun Pajak Berjalan Dalam Hal-Hal Tertentu.

Keputusan Dirjen Pajak KEP-395/PJ./2001 tentang Pengenaan Pajak Penghasilan atas Hadiah dan Penghargaan.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 164/KMK.03/2002 tentang Kredit Pajak Luar Negeri.

Octaviani, Gracia. (2009). Analisis Perbandingan Pajak Penghasilan Terutang Sebelum dan Sesudah Penerapan Perencanaan Pajak (Tax Planning): Studi Kasus Pada PT “X” di Cimahi. Skripsi Strata-1, Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha, Bandung (tidak dipubikasikan).

Priantara, Diaz. (2012). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per 57/Pj./2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 07/PMK.05/2008 tentang Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri, Pegawai Negeri dan Pegawai Tidak Tetap.


(5)

xix

Universitas Kristen Maranatha Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96 tahun 2009 tentang Jenis-jenis Harta yang

Termasuk dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan Penyusutan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008 tentang Wajib Pajak Badan Tertentu sebagai Pemungut Pajak Penghasilan dari Pembeli atas Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008 tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan Dalam Tahun Pajak Berjalan yang Harus dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak Baru, Bank, Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Wajib Pajak Masuk Bursa dan Wajib Pajak Lainnya yang Berdasarkan Ketentuan diharuskan Membuat Laporan Keuangan Berkala Termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan dibidang Impor atau Kegiatan Usaha dibidang Lain.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 244/PMK.03/2008 tentang Objek dan Besarnya Tarif PPh Pasal 23.

Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002 tentang Persewaan Tanah dan/atau Bangunan.

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1997 tentang PPh atas Transaksi Saham di Bursa Efek.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Bunga atau Diskonto Obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek.

Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi.

Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2009 tentang Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Tebusan Pensiun, dan Tunjangan Hari Tua (THT) atau Jaminan Hari Tua (JHT) beserta Peraturan Pelaksanaannya telah dimuat.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008 tentang Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2007 tentang Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri.


(6)

xx

Universitas Kristen Maranatha Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000 tentang PPh atas Bunga Deposito dan

Tabungan serta Diskonto SBI.

Peraturan Pemerintah Nomor 132 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan atas Hadiah Undian.

Resmi,Siti. (2011). Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat. Suandy, Erly.(2011). Perencanaan Pajak, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Sumarsan, Thomas. 2012. Tax Review dan Strategi Perecanaan Pajak. Jakarta: PT INDEKS.

Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor-961/PJ.342/2002 tentang Perlakuan Perpajakan PPh Pasal 26.

Surat Dirjen Pajak S-1653/PJ.03/2011 tentang Penegasan atas Pelaporan Pemungutan PPh Pasal 22.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak SE-27/PJ.22/1986 tentang Biaya Entertaiment dan Sejenisnya.

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak SE-1821/PJ.21/1985 tentang Jawaban Pertanyaan dari Direktorat Jenderal Pertambangan.

Trianny, Rhenna. (2009). Analisis Perbandingan Pajak Terutang Perusahaan Sebelum dan Sesudah Perencanaan Pajak: Studi Kasus Pada CV Puri’s Bandung. Skripsi Strata-1, Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha, Bandung (tidak dipubikasikan).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.