MANAJEMEN BURSA KERJA KHUSUS (BKK) DALAM PEMASARAN LULUSAN.

(1)

MANAJEMEN BURSA KERJA KHUSUS (BKK) DALAM

PEMASARAN LULUSAN

(STUDI KASUS DI SMK NEGERI 8 BANDUNG)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Administrasi Pendidikan

Oleh :

SHINTA ARYANTI 0906423

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

MANAJEMEN BURSA KERJA KHUSUS

(BKK) DALAM PEMASARAN

LULUSAN

(STUDI KASUS DI SMK NEGERI 8

BANDUNG)

Oleh Shinta Aryanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Shinta Aryanti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) Dalam Pemasaran Lulusan”. Bursa Kerja Khusus merupakan salah satu lembaga yang ada didalam instansi pendidikan jenjang menengah kejuruan, pendidikan tinggi dan lembaga – lembaga pelatihan baik swasta ataupun negeri. BKK berfungsi sebagai penyalur lulusan kedunia kerja dan penyedia informasi mengenai lowongan pekerjaan. Penelitian ini berfokus pada tiga permasalahan utama, yaitu (1) menganalisis manajemen BKK dilihat dari fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian, (2) mengidentifikasi subjek – subjek yang terlibat dalam pemasaran lulusan di BKK, dan (3) mengidentifikasi faktor penghambat dan faktor pendukung dalam proses pemasaran lulusan oleh BKK. Lokasi pelaksanaan penelitian ini dilakukan di BKK SMKN 8 Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data adalah dengan cara wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan member check, pengamatan dan teknik triangulasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa manajemen dilihat dari fungsi perenecanaan kerja yang dilaksanakan oleh BKK SMKN 8 Bandung terdiri dari penyusunan program kerja, pemetaan kerja dan instruksi kerja. Sedangkan untuk fungsi pengorganisasian ditemukan data adanya struktur ganda yang dimiliki oleh BKK. Selain BKK merupakan lembaga yang ada disekolah dibawah naungan Waka Hubin, dalam struktur lainnya BKK langsung dibawah naungan Disnakertrans. Sedangkan untuk fungsi pelaksanaan diperoleh data yang menunjukkan bahwa kegiatan BKK dilakukan secara bersama–sama oleh seluruh staff Hubin. Selanjutnya fungsi pengendalian dilakukan oleh Disnakertrans, Kepala Sekolah dan Waka Hubin dengan teknik pelaporan yang harus diserahkan oleh BKK sebanyak dua kali dalam setahun. Adapun subjek yang terllibat adalah kepala sekolah, waka hubin, disnakertrans, DU/DI dan BKK sekolah lain. Sedangkan faktor penghambat dan pendukung datang dari anggota BKK dan DU/DI. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa proses manajemen yang dilakukan cukup baik namun masih perlu ada penyesuaian – penyesuaian demi perbaikan dari fungsi – fungsi manajemen tersebut sehingga proses kerja BKK dapat terlaksana secara optimal.


(5)

ABSTRACT

The study is titled " Special Employment Exchange Management ( BKK ) in Marketing Graduates ". Special Employment Exchange is one of the institutions that are in secondary level vocational education institutions, higher education and institutions - both private training institutions or countries. BKK serves as a drain for graduates into the world of work and providing information on job vacancies. This research focuses on three main issues, namely ( 1 ) analyze the views of BKK management functions of planning, organizing, implementation and control, ( 2 ) identify the subject - a subject involved in marketing graduates in BKK, and ( 3 ) identify factors inhibiting factors and support in the process of marketing graduates by BKK. Locations of the study conducted in BKK SMKN 8 Bandung. The method used in this research is descriptive method with qualitative approach. Techniques used in data collection is by interview, observation and documentation. In testing the validity of the data the researcher used member checks, observation and triangulation techniques. Results of research that has been done shows that management views of the functions carried out by the working perenecanaan BKK SMKN 8 Bandung consists of the preparation of the work program, the mapping work and work instructions. As for the function of organizing the data found a double structure owned by BKK. Besides BKK school is an institution that is under the auspices of Waka Hubin, in other structures directly under the auspices of the Manpower BKK. As for the implementation of the function obtained data showing that BKK activities conducted jointly by the entire staff Hubin . Further control functions carried out by Manpower, Principal and Waka Hubin with reporting techniques to be submitted by BKK twice a year. The subject is the principal, waka Hubin, Manpower, DU / DI and other school BKK. While inhibiting factor and supporters come from BKK members and DU / DI. The conclusion of this study that the management process is done fairly well, but still needs to be an adjustment for the improvement of the function - the management function so that the work can be done in an optimal BKK .


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………

PERNYATAAN ………

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Penjelasan Istilah ... 10

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 12

A. Kajian Pustaka ... 12

1. Konsep Manajemen ... 12

a. Pengertian Manajemen ... 12

b. Fungsi Manajemen Sekolah... 13

1) Perencanaan (Planning) ………. 15

2) Pengorganisasian (Organizing) ……….. 18

3) Kepemimpinan (Leading) ……… 20

4) Motivasi (Motivating) ……….. 24

5) Komunikasi (Communication) ………. 27

6) Pengendalian (Controlling) ………. 28


(7)

a. Latar Belakang Bursa Kerja Khusus (BKK) ... 31

b. Fungsi BKK ... 32

c. Landasan Hukum dibentuknya BKK di SMK ... 32

3. Konsep Pemasaran Jasa Lulusan Pendidikan ... 32

a. Konsep Pemasaran ... 32

b. Konsep Jasa ... 33

c. Konsep Pemasaran Jasa ... 37

d. Pemasaran Jasa Pendidikan ... 37

e. Strategi Pemasaran ……… 39

4. Konsep Manajemen BKK dalam Pemasaran Lulusan ... 42

B. Kerangka Pemikiran ... 45

C. Penelitian Terdahulu ……… . 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 49

A. Desain Penelitian ... 49

1. Lokasi Penelitian ... 49

2. Sumber Data ... 50

B. Metode Penelitian dan Pendektan Penelitian ... 51

C. Definsi Operasional ... 52

D. Instrumen Penelitian... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 54

1. Teknik Observasi ... 54

2. Teknik Wawancara... 56

3. Teknik Dokumentasi ... 59

4. Triangulasi ... 59

F. Analisis Data ... 61

1. Reduksi Data ... 61

2. Display Data ... 62

3. Kesimpulan/Verifikasi ... 62

G. Uji Keabsahan Data... 62


(8)

2. Uji Keteralihan (Transferability) ... 64

3. Uji Ketergantungan (Dependability) ... 64

4. Uji Kepastian (Konfirmability) ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Hasil Penelitian ... 65

1. Temuan Umum (Deskripsi Lokasi Penelitian) ... 65

a. Profil SMK Negeri 8 Bandung ... 65

2. Temuan Khusus (Data Temuan Penelitian) ... 74

1) Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK)... 74

a. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi Perencanaan ... 74

b. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi Pengorganisasian ... 81

c. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi Pelaksanaan ... 86

d. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi Pengendalian ... 95

2) Subjek yang Terlibat dalam Pemasaran Lulusan ... 97

3) Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung ... 99

a. Faktor Penghambat ……….. 99

b. Faktor Pendukung ………. 101

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... …. 101

1. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK)... 101

a. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi Perencanaan... 101

b. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi Pengorganisasian ... 104

c. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi Pelaksanaan ... 106


(9)

d. Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dilihat dari fungsi

Pengendalian ... 109

2. Subjek yang Terlibat dalam Pemasaran Lulusan ... 111

3. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 115

A. Kesimpulan ... 115

B. Saran ... 117

1. Bagi Sekolah ... 117

2. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 123


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Beberapa Pandangan Mengenai Fungsi –Fungsi Manajemen … 13

Tabel 2.2 Tipe Kepemimpinan ………. 23

Tabel 2.3 Elemen Penggerak Motivasi ……… 25

Tabel 2.4 Tipe – Tipe Komunikasi ……….. 28

Tabel 2.5 Konsep Pemasaran ………...……… 33

Tabel 4.1 Data Tenaga Kependidikan ………... 71

Tabel 4.2 Data Tenaga Pendidik ………. 72

Tabel 4.3 Data Status Lahan ……… 73

Tabel 4.4 Data Prasarana SMK ……… 73

Tabel 4.5 Pemetaan Program Kerja BKK SMKN 8 Bandung ……… 78

Tabel 4.6 Data Jumlah Lulusan Program Keahlian yang Diterima Bekerja/ Disalurkan Melalui BKK ………. 92

Tabel 4.7 Data Perusahaan di BKK ………. 93


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Proses Kegiatan BKK ……… 4

Gambar 2.1 Proses Perencanaan (1) ...……….. 16

Gambar 2.2 Proses Perencanaan (2) ………. 17

Gambar 2.3 Tahap Kunci dan Elemen-Elemen Fundamental dari Pengorganisasian………... 19

Gambar 2.4 Gaya Kepemimpinan dan Tingkat Kematangan ……….. 22

Gambar 2.5 Proses Motivasi (Chung & Megginson, 1981) …………. 25

Gambar 2.6 Model Dasar Dalam Proses Komunikasi ……….. 27

Gambar 2.7 Empat Tahap dalam Proses Kontrol Manajemen ………. 29

Gambar 2.8 Kerangka Pemikiran ……….. 45

Gambar 3.1 Macam – macam Teknik Pengumpulan Data ………….. 54

Gambar 3.2 Triangulasi Sumber ………... 60

Gambar 3.3 Triangulasi Teknik ……… 60

Gambar 3.4 Triangulasi Waktu ………. 61

Gambar 3.5 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) ….. 62

Gambar 4.1 Langkah – Langkah Sasaran Mutu BKK SMKN 8 Bandung .. 79

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Bidang Hubin ……… 81

Gambar 4.3 Struktur Organisasi BKK ……….. 82

Gambar 4.4 Penelusuran Minat Siswa ……….. 88


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I ... 125

1. Kisi – Kisi Penelitian ………... 126

2. Pedoman Wawancara ………..……… ... 128

3. Dokumentasi yang Dibutuhkan ………. 131

LAMPIRAN II ……… 132

1. Catatan Harian ……… ... 133

2. Catatan Pengamatan ……… 153

3. Data Temuan ……… 156

LAMPIRAN III ……….. 168

1. Dokumen Sekolah dan BKK ……… 168

LAMPIRAN IV ……… 169

1. Surat –surat Penelitian ……….…..…. ... 169

LAMPIRAN V ………... 170


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah yang bertujuan menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan dan keahlian agar dapat langsung bekerja sesuai dengan minat dan bakatnya. Menurut UU Sisdiknas No 20 Tahun

2003 “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang

mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.” Sedangkan Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 1990 menyatakan dalam Bab 1

pasal 1 ayat 3 bahwa “pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada

jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjan tertentu.” Dari pengertian tersebut jelas bahwa pendidikan menengah kejuruan meyediakan program keahlian tertentu bagi para peserta didik untuk dapat langsung bekerja sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan.

Idealnya, lulusan sekolah menengah kejuruan dapat diserap langsung oleh lapangan pekerjaan. Namun banyaknya lembaga sekolah menengah kejuruan yang ada, memunculkan persaingan yang cukup ketat bagi sekolah untuk menyalurkan lulusannya dapat diserap langsung oleh lapangan pekerjaan. Apabila dalam satu tahun 10 sekolah meluluskan 300 maka minimal satu tahun ada 3000 lulusan SMK dengan jurusan dan keahlian yang sama. Sedangkan kita tahu bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan yang ada tidak selalu dapat menyerap semua lulusan dari SMK. Belum lagi permasalahan keberagaman kompetensi yang dimiliki oleh lulusan, mereka pun harus bersaing ketat dengan para lulusan lain untuk dapat memasuki lahan pekerjaan.

Data BPS yang dikeluarkan pada February 2012 memperlihatkan angka pengangguran di Indonesia berada pada kisaran 6,32 % dan 7,61 % dan sebagian merupakan lulusan SMK. Koran Pendidikan edisi 355/V/30 Maret - 5 April 2011 memeberitakan bahwa satuan pendidikan kejuruan maupun lembaga diklat ternyata belum sepenuhnya memiliki relevansi lulusan yang tepat, baik secara


(14)

2

kuantitas maupun kualitas. Penyediaan lulusan mereka masih rendah dan belum mampu memenuhi kebutuhan ketenagakerjaan yang ada di tengah masyarakat. Hal ini berdasarkan dari tim penelitian Universitas Negeri Malang (UM) yang disponsori Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional. Hasil penelitian yang dilakukan dari November 2010 hingga Februari 2011 ini menyatakan bahwa lembaga SMK, balai diklat, dan lembaga kursus ternyata belum sepenuhnya mampu memenuhi penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini dikarenakan mereka belum memiliki gambaran yang jelas tentang sisi jumlah lulusan yang dihasilkan, selain gambaran tentang permintaan lapangan kerja itu sendiri. Nampak belum adanya sinkronisasi antara lembaga pendidikan dengan kebutuhan lapangan pekerjaan (DU/DI) yang menyebabkan tidak meratanya lulusan dari lembaga sekolah dengan penyerapan pekerjaan di lapangan.

Sebenarnya upaya dalam menanggulangi permasalahan tersebut telah dilaksanakan sejak Mendiknas yang pada tahun 1990 memperkenalkan konsep

link and match atau konsep keterkaitan dan kesepadanan yang bertujuan adanya suatu jalinan hubungan antara dunia pendidikan dengan Dunia Usaha/ Dunia Industri (DU/DI). Sebagai tindak lanjut dari penerapan konsep link and match

antara SMK dengan DU/DI, pemerintahpun telah membuat kebijakan yang dikenal dengan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) atau Praktek Kerja Lapangan (PKL) atau juga diistilahkan dengan On The Job Training (OJT) dan sekarang dikenal menjadi Praktik Kerja Industri (Prakerin). Program tersebut dikelola oleh bidang Humas sekolah atau sering diistilahkan Hubungan Industri (Hubin) bagi sekolah kejuruan. Tugas utama Hubin ini yaitu menjembatani dan memfasilitasi segala bentuk kegiatan sekolah yang berhubungan dengan Dunia Usaha/ Dunia Industri. Adapun salah satu bidang dalam Hubin adalah Bursa Kerja Khusus (BKK) yang berfungsi sebagai badan penyalur lulusan ke Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI) yaitu sebagai unit penyelenggara pemberian fasilitas pelayanan dan informasi mengenai lowongan kerja, pelaksana pemasaran lulusan, penyaluran dan penempatan lulusan, serta merupakan mitra Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Hal ini tertuang dalam Keputusan Bersama Dirjen Pendidikan


(15)

3

Dasar dan Menengah Depdikbud RI dan Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja RI nomor: 009/C/KEP/U/1994 dan nomor: KEP.02/BP/1994 tentang Pembentukan Bursa Kerja di satuan Pendidikan Menengah dan Pemanduan Penyelenggaraan Bursa Kerja.

Dengan adanya bursa kerja khusus maka sekolah akan terbantu dalam penyaluran secara tepat bagi lulusannya. Selain itu juga, bursa kerja khusus disekolah memiliki peranan yang cukup penting dan strategis untuk mempercepat penempatan lulusan secara praktis, efisien dan efektif serta membantu para lulusan untuk menemukan pekerjaan yang sesuai keinginan dan keahliannya. Dengan adanya penyelenggraan bursa kerja khusus ini pula diharapkan dapat menjembatani antara sekolah dengan Dunia Usaha dan Dunia Indusri (DU/DI) dalam penjalinan kerjasama secara intens dan lebih baik lagi sehingga terjalin kerjasama secara sinergi dan berkelanjutan. Oleh karena itu, efektivitas pengelolaan BKK sangat diandalkan bagi optimalisasi penyaluran lulusan sehingga dapat dikatakan pula bahwa BKK adalah point inti dalam pemasaran lulusan ke Dunia Usaha dan Dunia Industri.

Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan, ditemukan salah satu contoh manajemen BKK yang dianggap sudah cukup baik yaitu terdapat di SMK N 8 Bandung. Proses pemasaran yang dilakukan oleh BKK tersebut salah satunya adalah menjalin kerjasama dengan salah satu perusahaan yang relevan dengan kompetensi lulusan sehingga lulusan nantinya dapat langsung tersalurkan. Adapun tahapan proses kegiatan BKK yang secara umum dilakukan di SMK N 8 Bandung dapat tergambar sebagai berikut:


(16)

4

Dilihat dari gambar diatas tugas utama dari BKK SMK 8 adalah mengupayakan pelaksanaan penyaluran alumni/lulusan ke dalam Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI). Dilihat dari prosesnya, BKK terdiri dari 3 kegiatan inti, yaitu (1) Pemetaan (alumni/lulusan dan DU/DI), (2) pemasaran alumni/lulusan, dan (3) jalinan kerjasama dengan pihak DU/DI. Adapun tahapan prosesnya diawali dengan pemetaan DU/DI yaitu melihat dan mencari lapangan kerja yang tersedia yang mungkin dapat dimasuki oleh lulusan. Selanjutnya berupaya melakukan kontak dengan DU/DI untuk menjalin kerjasama dalam penyaluran lulusan bagi perekrutan pekerja yang dibutuhkan. Apabila respon yang diterima positif dari pihak DU/DI maka selanjutnya diadakan perjanjian mengenai perekrutan yang sebelumnya pihak BKK menghubungi para alumni/ lulusan yang telah ditetapkan untuk mengikuti perekrutan tersebut, dan selanjutnya mengirim mereka untuk mengikuti tes seleksi. Namun biasanya ada beberapa juga dari pihak DU/DI yang terkadang secara inisiatif datang langsung ke sekolah untuk melaksanakan perekrutan dan tes seleksi bagi calon pegawainya. Apabila telah disepakati jumlah dan calon pegawai yang diminati untuk selanjutnya pihak sekolah menyerahkan wewenang pada pihak DU/DI.

Pemberitahuan hasil seleksi

Serah terima dari pihak DU/DI Menghubungi DU/DI

Merespon surat masuk

Pelaksanaan Pemetaan DU/DI

Mengirim peserta tes ke DU/DI Menghubungi alumni

Permintaan DU/DI

Gambar 1.1 Proses Kegiatan BKK Sumber: Arsip sie. BKK SMK N 8 Bandung


(17)

5

Sasaran utama dari proses BKK tersebut adalah keterserapan anggota BKK (alumni/lulusan) ke Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI). Sehingga dapat dikatakan bahwa tugas utama dari BKK adalah melakukan pemasaran lulusan untuk dapat tersalurkan kepada DU/DI. Data dari BKK SMKN 8 Bandung juga menunjukkan bahwa terdapat 32 perusahaan yang telah bekerjasama dengan BKK dalam penyaluran lulusan dan rata-rata minimal SMKN 8 Bandung meluluskan 400 lulusan setiap tahunnya. Sehingga dalam hal ini BKK harus mampu memasarkan para lulusannya secara efektif. Adapun menurut Effendi

(2010: 17) “konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan

organisasi yang ditetapkan adalah perusahaan (organisasi) tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan pada pasar yang terpilih.” Selain itu juga,

Effendi (2010: 17) menyatakan “beberapa pakar menemukan bahwa organisasi -organisasi yang menganut konsep pemasaran mencapai kinerja yang superior.” Rivai dan Basri (2005) dalam Kaswan (2012: 187) menyatakan bahwa kinerja yaitu:

hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Dapat dikatakan bahwa apabila suatu kinerja dinilai baik maka akan mencapai sasaran atau tujuan dengan maksimal. Sehingga apabila BKK dapat melaksanakan tugasnya dengan optimal yaitu melaksanakan pemasaran dengan baik, maka sasarannya pun akan tercapai, yaitu lulusan pendidikan dapat terserap di DU/DI secara maksimal.

Schermerhorn (2003:11) mengungkapkan bahwa:

Apabila produktivitas merupakan perwujudan efektivitas kinerja dan efisiensi kinerja merupakan tolok ukur utama atas keberhasilan menajerial maka manajemen adalah apa yang harus dilakukan manajer untuk mencapai itu semua.

Dari kutipan diatas dapat diasumsikan bahwa suatu kinerja organisasi yang baik tidak terlepas dari proses manajemen yang dapat diartikan sebagai pengelolaan segala sumber daya yang ada dalam suatu organisasi yang dimulai dari


(18)

6

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian secara sistematis sehingga sasaran dan tujuan organisasi dapat tercapai. Adapun menurut Griffin (2004:8) menjelaskan istilah manajemen sebagai berikut:

Manajemen yaitu suatu rangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manuasia, finansial, fisik, dan informasi) untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien.

Melihat permasalahan yang muncul dilapangan terkait pengangguran lulusan setara SMK, maka pemasaran lulusan kedunia kerja harus lebih dioptimalkan. Selain itu data yang menunjukkan banyaknya perusahaan yang telah bekerjasama dengan BKK SMKN 8 Bandung harus mampu dikelola secara maksimal. Maka dapat ditelusuri salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah manajemen BKK yang terkait secara langsung dalam pemasaran lulusan harus terselenggara dengan baik. Hal ini berdasarkan bahwa dengan manajemen yang efektif dalam suatu organisasi maka tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dalam hal ini, BKK yang mempunyai tujuan inti yaitu lulusan sekolah dapat terserap di Dunia Kerja dan Dunia Industri (DU/DI) maka yang menjadi fokus perhatian adalah bagaimana manajemen yang terlaksana di BKK tersebut.

Melihat adanya keterkaitan antara proses kerja BKK yang diselenggarakan oleh sekolah khususnya sekolah kejuruan terhadap penyaluran dan pemasaran lulusan ke dunia usaha dan dunia industri (DU/DI) dan juga adanya penelitian

skripsi terdahulu yang hampir serupa yaitu tentang “Kontribusi Manajemen Hubungan Masyarakat terhadap Pemasaran Jasa Lulusan Pendidikan” yang menunjukkan bahwa kontribusi dari manajemen Humas terhadap pemasaran jasa lulusan pendidikan termasuk dalam kategori kuat. Kontribusi tersebut salah satunya dipengaruhi oleh proses kegiatan BKK yang ada didalam Humas yang juga menjadi populasi dari penelitian yang telah dilakukan. Selanjutnya adapula penelitian Skripsi yang senada yaitu mengenai “Pengaruh Manajemen Hubungan

Masyarakat Terhadap Kualitas Mutu Hasil Pemasaran lulusan Ke Dunia Kerja”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa mannajemen hubungan masyarakat


(19)

7

memiliki pengaruh yang positif dan signifikan dalam memasarkan lulusan ke dunia kerja. Besarnya pengaruh dari manajemen hubungan masyarakat berdampak sebesar 76% terhadap mutu hasil pemasaran lulusan ke dunia kerja. Dari kedua penelitian tersebut terlihat bahwa BKK mempunyai peranan penting dalam pemasaran lulusan sehingga penulis tertarik untuk mengidentifikasi pengelolaan BKK yang ada di sekolah kejuruan. Adapun dalam melakukan penelitian, penulis tertarik mengambil judul “Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dalam Pemasaran Lulusan”.

B. Fokus Penelitian

Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 1990 menyatakan dalam Bab 1 pasal 1

ayat 3 bahwa “pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang

menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjan tertentu.” Undang–Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 mengemukakan bahwa “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.” Substansi dari pengertian tersebut bahwa pendidikan menengah kejuruan merupakan proses pendidikan yang bertujuan untuk mencetak lulusan yang mempunyai kompetensi untuk siap bekerja setelah lulus dari pendidikan menengah. Salah satu upaya dalam mencapai tujuan tersebut melahirkan Keputusan Bersama Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdikbud RI dan Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja RI nomor: 009/C/KEP/U/1994 dan nomor: KEP.02/BP/1994 tentang Pembentukan Bursa Kerja di satuan Pendidikan Menengah dan Pemanduan Penyelenggaraan Bursa Kerja Khusus.

Pembentukan Bursa Kerja Khusus (BKK) di SMK bertujuan sebagai unit penyelenggara pemberian fasilitas pelayanan dan informasi mengenai lowongan kerja, pelaksana pemasaran lulusan, penyaluran dan penempatan lulusan, serta merupakan mitra Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Dengan adanya layanan BKK ini memudahkan bagi sekolah untuk dapat mengupayakan para lulusannya secara efektif dapat terserap di DU/DI.


(20)

8

Pada kenyataanya, ditemukan data yang bersumber dari BPS yang telah dipaparkan diatas yang memperlihatkan masih adanya pengangguran di Indonesia yang merupakan lulusan SMK. Merujuk pada hal itu, BKK sebagai badan penyalur lulusan di sekolah seharusnya mampu mengupayakan untuk meminimalisir jumlah angka pengangguran yang mencuat tersebut. Bahwa apabila pelaksanaan BKK berjalan dengan baik maka proses penyerapan lulusan oleh DU/DI pun dapat terlakasana secara optimal. Adapun salah satu pengukuran keberhasilan setiap kegiatan termasuk kegiatan BKK dapat terlihat dari hasil kinerjanya. Apabila kinerja BKK baik maka dapat dipastikan bahwa keterserapan lulusan di DU/DI dapat terlaksanan secara efektif. Hal ini juga akan menunjukkan bahwa BKK telah melaksanakan pemasaran lulusan secara optimal. Adapun yang paling mempengaruhi baik atau tidaknya suatu organisasi adalah proses manajemen yang ada di dalamnya. Para ahli telah sepakat bahwa manajemen merupakan proses yang mampu mengarahkan organisasi untuk dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah pokok sebagai fokus kajian penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses manajemen yang ada di BKK dilihat dari fungsinya yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian? 2. Bagaimana peran dan fungsi subjek yang terlibat dalam proses pemasaran

lulusan?

3. Faktor-faktor penghambat atau pendukung apa saja yang mempengaruhi pencapaian tujuan BKK?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran atau harapan yang akan dicapai dari pelaksanaan penelitian ini. Dengan kata lain bahwa tujuan penelitian merupakan arah yang akan dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun tujuan penelitian yang diharapkan terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran umum mengenai proses manajemen BKK yang dilaksanakan


(21)

9

dalam kegiatan pemasaran lulusan melalui proses pengumpulan, pengolahan, dan analisis data dengan cara atau prosedur tertentu yang telah ditetapkan.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menganalisis proses manajemen BKK di SMKN 8 Bandung.

b. Mengetahui subjek yang terlibat dalam proses pemasaran lulusan pendidikan yang dilaksanakan oleh BKK di SMK N 8 Bandung.

c. Mengidentifikasi faktor penghambat dan pendukung yang ada dalam lembaga BKK di SMKN 8 Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis

Dengan dilaksanakan penelitian ini, diharapkan memunculkan suatu pencerahan mengenai kajian ilmu Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) yang diselenggarakan di sekolah kejuruan/ SMK terkait dalam pelaksanaan pemasaran lulusan pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat memberikan sumbang saran keilmuan yang bersifat praktis kepada praktisi organisasi pendidikan khususnya di SMKN 8 Bandung terkait pada bidang Bursa Kerja Khusus (BKK) sekolah.

b. Dengan adanya pelaksanaan penelitian ini, diharapkan dapat menunjukkan hasil yang memperlihatkan bahwa proses manajemen BKK merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam keberhasilan pemasaran lulusan pendidikan yang berdampak pada keterserapan lulusan secara optimal di dunia pekerjaan (DU/DI).

c. Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan pula akan memberikan sumbangsih solusi perbaikan dalam setiap proses manajemen di dalam BKK terkait pemasaran lulusan pendidikan ke DU/DI agar lebih baik.


(22)

10

d. Manfaat bagi peneliti dari hasil melaksanakan penelitian ini adalah menambahnya pengalaman serta tambahan ilmu pengetahuan. Selain itu, peneliti dapat secara langsung mengimplementasikan hasil studi mengenai teori keadministrasian yang telah dipelajari selama perkuliahan di lingkungan yang sebenarnya.

E. Penjelasan Istilah

Terdapat beberapa istilah yang muncul dalam penelitian ini yaitu Bursa Kerja Khusus (BKK), manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK), dan Pemasaran lulusan. Untuk menyatukan satu pemahaman antara penulis dan pembaca maka penjelasan dari istilah tersebut adalah sebagai berikut:

Bursa Kerja Khusus yaitu suatu lembaga yang ada di satuan pendidikan menengah Kejuruan Negeri dan Swasta, perguruan tinggi serta Lembaga Pelatihan Kerja (LPK), sebagai unit pelaksana yang memberikan pelayanan dan informasi lowongan kerja, pelaksana pemasaran, penyaluran dan penempatan tenaga kerja, atau mempertemukan antara pencari kerja/alumni dan pengguna tenaga kerja (perusahaan/industri/instansi) yang merupakan mitra Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) yaitu segala proses pengelolaan sumber daya yang ada di BKK yang didalamnya terdiri dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian untuk mencapai tujuan BKK yaitu terserapnya lulusan kedunia kerja secara optimal.

Pemasaran Lulusan merupakan suatu bentuk kegiatan untuk memperkenalkan dan menyalurkan para lulusan ke DU/DI sesuai dengan kebutuhannya.

Subjek yang terlibat dalam pemasaran lulusan yaitu orang atau sekelompok orang ataupun lembaga yang memiliki keterkaitan dengan proses pelaksanaan pemasaran lulusan yang dilakukan oleh BKK.

Faktor pendukung yaitu segala sesuatu yang dapat mendorong ataupun mempengaruhi secara positif setiap kegiatan yang ada dalam proses manajemen di BKK.


(23)

11

Faktor penghambat yaitu segala sesuatu yang dapat menghambat ataupun mempengaruhi secara negatif setiap kegiatan yang ada dalam proses manajemen di BKK.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Penyususan skripsi yang dilakukan oleh peneliti mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah UPI 2012. Adapun struktur organisasi skripsi ini secara sistematis terbagi pada 3 unsur utama yaitu awalan, initi dan penutup. Pada bagian awal berisi mengenai judul (cover), halaman pengesahan yang ditandatangani oleh pembimbing dan ketua jurusan/ prodi, pernyataan mengenai keaslian karya ilmiah dan bebas plagiarisme, kata pengantar, ucapan terima kasih, abstrak yang merupakan uraian singkat mengenai isi keseluruhan dari skripsi, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel dan lampiran.

Pada bagian inti terdari dari lima Bab utama, yaitu Bab I Pendahuluan yang meliputi latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab II yaitu mengenai Kajian pustaka, kerangka pemikiran dan penelitian terdahulu. Bab III yang berisi mengenai penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk didalamnya yaitu tentang desain penelitian, lokasi penelitian, sumber data, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data, dan uji keabsahan data. Bab IV memuat hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari dua hal utama, yaitu analisis data dan analisis temuan. Terakhir yaitu Bab V yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Bagian penutup dari skripsi terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang merupakan dokumen sebagai hasil dan bukti pelaksanaan dari penelitian yang telah dilakukan. Dengan adanya struktur organisasi yang disusun secara sistematis, diharapkan dapat memperjelas dan mempermudah para pembaca dalam memahami hasil penelitian yang telah dilakukan serta diharapkan pula agar peneliti dapat memiliki acuan yang jelas mengenai isi dan bahasan yang harus dimasukkan kedalam dokumen skripsi.


(24)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini didalamnya didukung oleh desain penelitian yang terdiri dari komponen-komponen yang berdasarkan pada lokasi penelitian dan sumber data yang dipilih melalui teknik sampling. Cara yang dipakai dalam pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purpossive Sampling

dan Snowball Sampling. Teknik ini dilakukan dengan melakukan pertimbangan-pertimbangan dari peneliti sendiri dalam rangka memperoleh kebutuhan informasi sesuai dengan tujuan atau masalah yang dikaji. Atau dengan kata lain, teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah penarikan sampel sesuai tujuan (Satori, 2011:52). Desain penelitian yang dibuat diawali dari tahap pengamatan dan temuan permasalahan dilapangan yang selanjutnya dijadikan fokus kajian penelitian. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini terkait keterserapan lulusan pendidikan menengah kejuruan yang masih belum terserap secara optimal didunia kerja atau dengan istilah lain adalah dunia usaha dan dunia industri (DU/DI). Tahap penelitian selanjutnya yaitu memformulasikan penelitian pada focus penelitian yang seterusnya peneliti langsung kelapangan/lokasi penelitian untuk mengumpulkan data dengan cara wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Selanjutnya data yang diperoleh diklasifikasikan, diolah dan dianalisis hingga seterusnya data tersebut dijadikan temuan penelitian pada permasalahan yang diambil sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan yang selanjutnya dijadikan sebagai bahan rekomendasi untuk pihak-pihak yang terkait sebagai bahan perbaikan dan solusi pemecahan masalah.

1. Lokasi Penelitian

Yang dimaksud dengan lokasi penelitian menurut Sukardi (2009:53) yaitu

“tempat dimana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan

masalah penelitian berlangsung.” Pemilihan lokasi penelitian sangat berpengaruh terhadap hasil data dari penelitian tersebut Lokasi penelitian yang menjadi objek penelitian ini adalah satuan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah


(25)

50

Kejuruan. Hal ini berdasarkan pada kajian penelitian mengenai analisis manajemen BKK yang berada disatuan pendidikan kejuruan. Karena keberadaan BKK yang hampir ada disetiap SMK, maka peneliti harus menentukan objek kajian secara lebih spesifik agar penelitian dapat terfokus. Adapun penetapan lokasi yang dipilih oleh peneliti adalah di SMK Negeri 8 Kota Bandung. Penetapan lokasi penelitian ini berdasarkan dari perspektif permasalahan yang ingin diteliti yaitu mengenai manajemen BKK dalam pemasaran lulusan pendidikan. Adapun kondisi yang ada di SMK Negeri 8 diangap sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti. Penetapan lokasi penelitian ini dibuat dan dibentuk berdasarkan teknik pengumpulan data Purposive Sampling dimana pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pada kesesuaian dengan tujuan yang diharapkan oleh peneliti.

2. Sumber Data

Pada dasarnya, kegiatan penelitian harus memiliki sumber data yang jelas agar data yang diperoleh tersebut valid. Dalam penelitian kualitatif, sampel penelitian atau sumber data tidak dapat ditentukan dengan rumus seperti dalam penelitian kuantitatif. Lofland dan Lofland dalam Basrowi (2008:169)

mengemukakan bahwa „sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain‟. Satori dan Komariah (2011:49) menyatakan bahwa sampel dan populasi dalam penelitian kualitatif lebih tepat disebut dengan sumber data pada situasi social (social situation) tertentu. Spradley (Sugiyono, 2011:297) mengemukakan bahwa social situation terdiri atas tiga elemen, yaitu: tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity) yang berhubungan secara bersinergis. Penentuan sumber data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara purposive sampling, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu ataupun dengan cara

snowball sampling yaitu teknik pengambilan sumber data yang pada mulanya berjumlah sedikit dan lama-lama bertambah semakin banyak sesuai dengan kebutuhan data dalam penelitian (Sugiyono, 2009: 54). Teknik pengambilan sampel pada penelitian kualitatif adalah penarikan sampel sesuai tujuan (Satori


(26)

51

dan Komariah, 2011:52). Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini mengenai keseluruhan informasi manajemen BKK yang terkait pada proses pemasaran lulusan. Berdasarkan hal tersebut, maka yang dijadikan partisan oleh peneliti adalah objek data dari manusia yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian hubungan industri, ketua BKK dan alumni yang menjadi anggota BKK. Selain itu sumber data diperoleh pula dari dokumen-dokumen, dan benda – benda lainnya yang mengandung informasi mengenai manajemen BKK.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang dilakukan oleh peneliti dalam memperoleh data untuk kebutuhan penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Hal tersebut berarti bahwa suatu penelitan harus dilakukan secara rasional, empiris dan sistematis dan data yang diperoleh dari suatu metode penelitian adalah data empiris yang mempunyai kriteria valid (Sugiyono, 2011:3). Adapun pengertian metode penelitian pendidikan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011:6) yaitu:

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Penelitian yang dikaji adalah manajemen BKK yang terkait dalam pemasaran lulusan pendidikan. Adapun metode yang dipilih untuk dilaksanakan oleh peneliti adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menekankan pada kualitas atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa yang berupa kejadian/fenomena sosial yang yang makna dibalik kejadiannya dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu pengembangan konsep teori (Satori, 2011:22). Sugiyono (2011:15) mengartikan metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sumber data


(27)

52

dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Penggunaan dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini diharapkan mampu mendukung peneliti agar memperoleh data secara menyeluruh dan mendalam sehingga dapat memperlihatkan gambaran mengenai Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) dalam pemasaran lulusan pendidikan terkait tingkat optimalisasi keterserapan lulusan di dunia kerja.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional penting dan diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman dalam memandang konsep kajian teori yang diteliti antara pembaca dan peneliti. Nazir (1988:152) mengemukakan bahwa definisi operasional adalah “suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti atau mempersepsikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut.”

Untuk meminimalisir perbedaan pemahaman antara peneliti dan pihak lainnnya maka peneliti merumuskan definisi operasional mengenai konsep kajian teori dari judul Manajemen BKK dalam Pemasaran Lulusan adalah sebagai berikut:

Manajemen Bursa Kerja Khusus (BKK) yaitu segala proses pengelolaan sumber daya yang ada di BKK yang didalamnya terdiri dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian untuk mencapai tujuan BKK yaitu terserapnya lulusan kedunia kerja secara efektif dan efisien.

Pemasaran Lulusan merupakan suatu bentuk kegiatan untuk memperkenalkan dan menyalurkan para lulusan ke DU/DI sesuai dengan kebutuhannya.


(28)

53

D. Instrumen Penelitian

Pada dasarnya penelitian merupakan kegiatan untuk mencari suatu pembenaran dalam pemecahan fenomena suatu objek. Kegiatan tersebut membutuhkan beberapa faktor pendukung sebagai penunjang keberhasilan penelitian. Salah satu faktor terpenting adalah instrumen penelitian. Hal ini sesuai

dengan apa yang dikemukakan Sugiyono (2011:305) bahwa “terdapat dua hal

utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.” Adapun pengertian instrumen yang

dikemukakan oleh Satori (2007:9) yaitu “instrumen penelitian merupakan tumpahan teori dan pengetahuan yang dimiliki si peneliti mengenai fenomena yang diharapkan mampu mengungkap informasi-informasi penting dari fenomena yang diteliti.”

Instrumen dari penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, sehingga faktor yang berperan penting dalam penggalian data adalah peneliti, Satori (2011:61) menyebutkan bahwa “peneliti dalam penelitian kualitatif, merupakan orang yang membuka kunci, menelaah dan mengeksplorasi seluruh ruang secara cermat, tertib dan leluasa, dan bahkan ada yang menyebutnya sebagai key instrument”. Lebih lanjut Satori (2011:62) juga menjelaskan bahwa “sebagai key instrument, peneliti membuat sendiri seperangkat alat observasi, pedoman wawancara, dan pedoman penilaian dokumentasi yang digunakan sebagai

panduan umum dalam proses pencatatan”. Dari penjelasan tersebut, terlihat bahwa

kualitas data yang akan didapat dari penelitian tergantung pada kemampuan peneliti dalam menggali data. Sehingga dalam penelitian kualitatif peneliti harus memiliki wawasan luas terhadap bidang yang diteliti dan juga harus memiliki kesiapan dalam memasuki obyek dilapangan secara akademik maupun logistiknya.

Perihal peneliti sebagai instrumen dalam penelitian kualitatif, Sugiyono

(2011:306) menyebutkan bahwa “peneliti berfungsi menetapkan fokus penelitian,

memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas


(29)

54

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam penelitian, karena proses utama dalam penelitian adalah mencari data. Penelitian dengan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi berperanserta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi (Sugiyono, 2011:309). Adapun beberapa macam teknik pengumpulan data untuk penelitian kualitatif digambarkan oleh Sugiyono (2011:309) seperti berikut:

1. Observasi

Observasi atau observation dalam Bahasa Inggris diartikan didalam Kamus besar Bahasa Indonesia sebagai pengamatan atau peninjauan secara cermat. Penelitian yang dilakukan ini adalah bersifat kualitatif, sehingga observasi dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian (Satori & Komariah (2011:105).

Beberapa macam teknik pengumpulan data dengan observasi dilakukan dengan tiga cara seperti yang dikemukakan oleh Faisal (1990) dalam Sugiyono (2011:310 yaitu:

Macam – macam teknik pengumpulan data

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Triangulasi/ Gabungan Gambar 3.1 Macam – macam Teknik Pengumpulan Data Sumber: Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. (2011:309)


(30)

55

1) Observasi Partisipatif (Participant Observation)

Dengan teknik observasi ini peneliti langsung terlibat dalam kegitan yang dilakukan oleh sumber data. Sehingga peneliti lebih interaktif dengan para narasumber dan diharapkan data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak. Pada teknik observasi ini terbagi menjadi empat, yaitu:

a. Partisipasi pasif (passive participation) yaitu peneliti datang ke tempat kegiatan sumber data tetapi tidak terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh sumber data tersebut. Peneliti hanya melakukan pengamatan terhadap apa yang dilakukan oleh sumber data.

b. Partisipasi moderat (moderate participation) yaitu peneliti ikut terlibat secara langsung pada kegiatan yang dilakukan oleh sumber data yang diamati, namun hanya beberapa kegiatan saja tidak melingkup semua kegiatan dari sumber data. Sehingga dengan teknik ini ada keseimbangan dalam penelitian yaitu pengamatan dan partisipasi secara langsung dapat terlaksana.

c. Partisipasi aktif (active participation) yaitu peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan narasumber, namun belum sepenuhnya lengkap.

d. Partisipasi lengkap (complete participation) yaitu peneliti terlibat sepenuhnya dengan kegiatan yang dilakukan oleh sumber data. Hal ini dilakukan secara natural hingga tidak nampak lagi seperti melakukan penelitian. Partisipasi lengkap merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.

2) Observasi Terus Terang dan Tersamar

Peneliti secara terus terang mengatakan langsung pada sumber data bahwa sedang melakukan penelitian sehingga setiap narasumber yang diteliti mengetahui setiap aktivitas penelitian yang dilakukan dari awal hingga akhir. Tetapi pada saat-saat tertentu peneliti tidak berterus terang atau tersamar pada narasumber perihal kegiatan penelitiannya hal ini dimaksudkan untuk mencari data yang


(31)

56

mungkin dirahasiakan sehingga menghindari kemungkinan untuk tidak diijinkan dalam melakukan observasi.

3) Observasi Tak Berstruktur

Pelaksanaan observasi yang dilakukan oleh peneliti tidak terstruktur secara sistematis, hal ini karena dalam penelitian kualitatif fokus penelitian belum jelas dan akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan instrument secara baku tetapi hanya berupa rambu – rambu pengamatan.

Adapun tahapan dalam melaksanakan observasi dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yang disandur dari Spradley (1980) dalam Satori dan Komariah (2011:120) yaitu:

(1) Observasi Deskriptif, merupakan tahapan awal untuk datang ke lapangan dengan kegiatan mengamati secara menyeluruh situasi objek yang diteliti. Peneliti melakukan penjelajahan umum dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar dan dirasakan. Adapun data yang dihasilkan masih belum tertata karena pencarian masih gambaran secara umum dari fokus kajian yang ingin diteliti.

(2) Observasi Reduksi/Terfokus, merupakan kegiatan observasi tahapan kedua yaitu dengan melakukan pengamatan pada aspek kajian tertentu. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis subkategori sehingga dapat menemukan fokus. (3) Observasi Terseleksi, merupakan langkah peneliti untuk mengobservasi situasi sosial yang lebih terfokus. Data yang dihasilkan dari tahapan ini akan lebih terperinci karena peneliti melakukan analisis komponensial terhadap subkategori dan menemukan karakteristik, kontras-kontras/perbedaan dan kesamaan antar kategori serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain.

2. Wawancara

Penelitian merupakan aktivitas yang lebih banyak dengan aktivitas pencarian data. Adapun dalam penelitian kualitatif, teknik wawancara sering digunakan dalam pengumpulan data. Pengertian wawancara menurut Sudjana


(32)

57

pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab (interviewee).” Sedangkan Susan Stainback (1988) dalam Sugiyono (2011:318) mengemukakan bahwa

interviewing provide the researcher a mean to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation along.‟ Jadi dengan wawancara maka peneliti akan mengetahui secara mendalam mengenai hal-hal tentang partisipan dalam menginterpretasikan suatu situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan dengan hanya observasi. Sehingga melalui wawancara, informasi yang mendalam dapat ditemukan dan pemikiran dari informan dapat tergali melalui sikap yang diperlihatkan dan jawaban yang dikeluarkan.

Ada beberapa macam teknik wawancara yang dipakai dalam penelitian kualitatif, salah satunya yaitu disandur dari Satori dan Komariah (2011:130) yang menyebutkan bahwa ada dua tipe wawancara, yaitu wawancara mendalam dan wawancara bertahap. Wawancara mendalam dilakukan oleh peneliti dalam konteks observasi partisipatif, hal ini dilakukan untuk memperoleh data dari partisipan/ informan mengenai bagaimana mereka menggambarkan apa yang mereka rasakan dan lalui dari setiap kejadian dari proses kajian yang akan diteliti. Sedangkan wawancara bertahap yaitu kegiatan wawancara yang khusus terjadwal oleh peneliti untuk secara langsung melakukan wawancara dengan para informan tanpa proses observasi didalamnya, kegiatan wawancara ini merujuk pada pokok – pokok wawancara yang dipandu dengan pertanyaan – pertanyaan pokok.

Macam-macam wawancara yang lebih terperinci dikemukakan oleh Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2011:319) yaitu wawancara terstruktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur.

1) Wawancara Terstruktur (Structured Interview)

Proses wawancara yang dilakukan peneliti dipersiapkan dengan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang didalamnya alternative jawaban telah dipersiapkan. Isi dari pertanyaan ataupun pernyataan berupa fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi responden berkenaan dengan fokus masalah yang dikaji dalam penelitian. Dengan wawancara


(33)

58

terstruktur ini, setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti mencatat dari setiap jawabannya.

2) Wawancara Semiterstruktur (Semistructure interview)

Jenis wawancara ini termasuk pada kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Wawancara ini bertujuan untuk menemukan permasalahan dengan lebih terbuka yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang memicu pendapat dan ide-ide dari informan. Sehingga dalam proses wawancara ini, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat setiap apa yang dikemukakan oleh informan.

3) Wawancara Tidak Terstruktur (Unstructured Interview)

Praktik wawancara yang dilakukan oleh peneliti dilakukan secara bebas tanpa menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Peneliti hanya berpedoman pada pokok-pokok kajian yang menjadi permasalahan penelitian yang akan ditanyakan. Teknik wawancara jenis ini dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang responden. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti tentang data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan dari apa yag disampaikan oleh responden.

Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara semistruktur yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dengan responden/sumber data penelitian yaitu Wakil Kepala Sekolah Hubungan Industri, Ketua dan para pengurus BKK serta beberapa alumni yang menjadi anggota BKK. Wawancara dengan jenis ini diharapkan mampu melengkapi data mengenai manajemen BKK dan informasi dapat tergali lebih rinci serta mendalam.

Dalam melakukan proses wawancara, peneliti merujuk pada langkah-langkah wawancara yang dikemukakan oleh Satori dan Komariah (2011:141) sebagai berikut:

(a) Membuat kisi-kisi untuk mengembangkan kategori/ subkategori yang akan memeberikan gambaran siapa orang yang tepat mengungkapkannya; (b) Menetapkan informan kunci (gatekeepers)


(34)

59

(c) Membuat pedoman wawancara yang berisi pokok – pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan;

(d) Menghubungi dan melakukan perjanjian wawancara (e) Mengawali atau membuka alur wawancara;

(f) Melangsungkan alur wawancara dan mencatat pokok – pokoknya atau merekam pembicaraan;

(g) Mengkonfirmasi ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya; (h) Menuangkan hasil wawancara kedalam catatan lapangan;

(i) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh. 3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Satori dan Komariah (2011:149) mengemukakan pengertian studi dokumentasi yaitu

“mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.” Dengan adanya studi dokumentasi maka hasil observasi dan wawancara akan lebih kredibel/ dapat dipercaya. Hal ini karena didukung oleh adanya dokumen-dokumen sebagai bukti yang dapat berbentuk gambar, tulisan dan karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto-foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehiduan (life history), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Sedangkan dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat berupa patung, gambar, patung, film, dan lain – lain (Sugiyono, 2011:329).

4. Triangulasi/ Gabungan

Sugiyono (2011:330) mengartikan triangulasi sebagai “teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.” Teknik triangulasi juga merupakan teknik untuk menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Adapun beberapa triangulasi yang terdiri dari sumber/informan, triangulasi dari teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu (Satori dan Komariah, 2011:170).

1) Triangulasi sumber merupakan praktik triangulasi sebagai cara meningkatkan kepercayaan penelitian dengan mencari data dari sumber


(35)

60

yang beragam yang masih terkait satu sama lain. Peneliti melakukan ekspolarasi untuk mengecek kebenaran data dari berbagai sumber yang ada. Teknik triangulasi sumber tergambar seperti berikut:

Gambar 3.2 Triangulasi Sumber

Sumber: Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (2011:331)

2) Triangulasi teknik yaitu menguji kredibilitas data dengan mengecek data kepada sumber dengan teknik yang berbeda. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam dan studi dokumentasi pada sumber yang sama secara serempak. Triangulasi teknik tergambar seperti berikut:

Gambar 3.3 Triangulasi Teknik

Sumber: Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (2011:331)

3) Triangulasi waktu, yaitu aktivitas triangulasi yang menguji kredibilitas dengan cara mengumpulkan data pada waktu yang berbeda. Peneliti dapat melakukan wawancara dan observasi dimulai pada pagi hari, bisa mengulangnya di siang hari dan mengeceknya di sore hari. Triangulai waktu tergambar seperti berikut:

Wawancara mendalam

Wawancara mendalam Observasi partisipatif

Studi dokumentasi

A

B

C

Sumber data sama


(36)

61

Informan

Treatment waktu Pagi

Sore Siang

Gambar 3.4 Triangulasi Waktu

Sumber: Satori, Djam‟an & Aan Komariah. Metode Penelitian Kualitatif (2011:171) Mathinson (1988) dalam Sugiyono (2011:332) mengemukakan bahwa

the value of triangulation lies in providing evidence – whether convergent, inconsistent, or contradictory‟. Yaitu bahwa nilai dari teknik triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh tersebut meluas, tidak konsisten atau kontradiksi. Sehingga dengan triangulasi, data yang diperoleh akan lebih tentu dan pasti kejelasannya.

F. Analisis Data

Penelitian merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan secara sistematis, yang didalamnya terdiri dari beberapa kegiatan – kegiatan yang saling berkaitan, mempengaruhi satu sama lain untuk menghasilkan informasi dan data yang absah dan dapat diterima. Untuk menghasilkan data yang absah, maka pada tahap pengumpulan data, informasi yang didapat harus teruji keabsahannya dan harus menjawab permasalahan penelitian, hal ini dilakukan dengan analisis data.

Analisis data merupakan langkah atau tahapan penelitian yang dilakukan secara terus menerus yang dimulai dari sebelum masuk ke lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai dilapangan hingga data terkumpul dan dianggap sudah jenuh dan telah menjawab atau memenuhi kebutuhan informasi untuk fokus kajian dari permasalahan yang diteliti. Analisis data sangat menentukan kualitas penjabaran dari hasil data yang diperoleh. Sugiyono (2011:335) mengartikan analisis data sebagai:

Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit – unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.


(37)

62

Analisis data dalam penelitian ini menggunaka model Miles dan Huberman, dimana proses analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles

dan Huberman dalam Sugiyono (2011:337) mengemukakan bahwa „aktivitas

dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, hingga datanya sudah jenuh‟. Adapun langkah -langkah analisis data dalam model Miles dan Huberman terdiri dari data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Model interaktif dalam analisis data tergambar seperti berikut:

a. Data Reduction (Reduksi data)

Analisis data pada langkah reduksi data yaitu merangkum, memilih hal -hal yang pokok, memfokuskan pada -hal--hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Sehingga hal ini memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

b. Data Display (Penyajian data)

Penyajian data merupakan langkah yang dilakukan setelah mereduksi data. Hasil reduksi data kemudian di organisasikan dan disusun dalam pola hubungan untuk mudah dipahami dan memudahkan dalam merencanakan kerja selanjutnya. Display data dapat berupa teks yang naratif, grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart.

c. Conclusion: Drawing/ Verifying

Dari model diatas, langkah ketiga dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Apabila pada langkah penyajian data yang didapat

Data

collection DisplayData

Data

reduction Conclusion: drawing/ verifying

Gambar 3.5 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) Sumber: Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (2011:331)


(38)

63

merupakan data yang sudah mantap, maka selanjutnya dapat dijadikan kesimpulan yang kredibel. Namum karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara terkadang kesimpulan awal masih belum kredibel sehingga peneliti harus mengulang lagi ke lapangan untuk kembali mengumpulkan data dan bukti-bukti yang valid.

G. Uji Keabsahan Data

Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka proses pengujian keabsahan data dilakukan dengan pengujian kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability) (Satori dan Komariah, 2011:164).

1) Uji Keterpercayaan (Credibility)

Keterpercayaan/kredibilitas merupakan ukuran kebenaran data yang dikumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian. Kredibilitas data diperiksa melalui kelengkapan data yang diperoleh dari berbagai sumber (Satori dan Komariah, 2011:164). Menurut Sugiyono (2011:368). Uji kredibilitas dilakukan dengan cara:

(a) Perpanjang pengamatan, yaitu peneliti kembali kelapangan untuk memeriksa kebenaran data yang telah ditemukan;

(b) Meningkatkan ketekunan, yaitu melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan untuk memeriksa kebenaran suatu data yang telah ditemukan;

(c) Triangulasi;

(d) Analisis kasus negatif yaitu menelusuri kebenaran data yang berbeda dan bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan;

(e) Menggunakan bahan referensi, yaitu menggunakan bahan pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Bahan pendukung yang digunakan yaitu alat rekaman, kamera untuk memotret dan dokumen yang otentik;

(f) Mengadakan member check, yaitu melakukan pengecekan kepada pemberi data terkait kesesuain antara interpretasi peneliti dengan informasi yang telah diberikan pemberi data.


(39)

64

2) Uji Keteralihan (Transferability)

Pengujian transferability merupakan validitas eksternal yang menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel diambil atau digunakan dalam situasi lain. Sehingga dalam hal ini, peneliti membuat laporan dengan pemberian uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Hal ini juga dimaksudkan agar pembaca mampu memahami secara jelas atas hasil penelitian yang telah dilakukan.

3) Uji kebergantungan (Dependability/ Realibilitas)

Dalam penelitian ini, pengujian dependability/ realibilitas dilakukan oleh pembimbing dengan mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian dimulai dari bagaimana peneliti menentukan masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data dan membuat kesimpulan. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kebenaran data yang dihasilkan oleh peneliti dilihat dari jejak aktivitas lapangannya.

4) Uji Kepastian (Confirmability)

Untuk memenuhi keabsahan data dari uji konfirmabilitas, peneliti melaporkan setiap rangkaian aktivitas yang dilakukan dilapangan. Uji konfirmabilitas hampir sama dengan uji realibilitas, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Uji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmabilitas.


(40)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dari semua hasil temuan data dilapangan serta saran dari penulis yang diharapkan mampu menjadi perbaikan untuk selanjutnya. Secara umum penelitian ini telah menjawab semua permasalahan yang menjadi fokus penelitian.

A. Kesimpulan

BKK merupakan lembaga khusus yang dibentuk bertujuan untuk memfasilitasi para lulusan sehingga mempermudah dalam pencarian kerja. Sehingga tugas utama BKK adalah memasarkan lulusan untuk terserap di dunia kerja. Segala proses kegiatan dalam suatu organisasi termasuk BKK tidak akan terlepas proses manajemen yang ada didalamnya. Adapun kegiatan manajemen yang ada di BKK SMKN 8 Bandung cukup terlaksana dengan baik. Kesimpulan dari segala proses manajemen tersebut adalah:

1. Manajemen BKK dilihat dari fungsi perencanaan yaitu bahwa dalam penyusunan rencana kerja BKK SMKN 8 Bandung terdiri dari tiga tahapan utama, yaitu diawali dengan membuat program kerja yang penyusunannya didasarkan pada landasan hukum terkait fungsi dan tujuan dari BKK. Untuk selanjutnya adalah memetakan semua program kerja tersebut untuk disesuaikan penjadwalan kerjanya kemudian membuat IK sehingga dalam proses kegiatan tergambar secara jelas langkah – langkahnya. Perencanaan kerja ini dibuat dari hasil diskusi semua staff dan penetapannya dibawah keputusan Waka Hubin. Perencanaan kerja yang dibuat termasuk pada rencana kerja jangka pendek yaitu berlangsung untuk satu tahun pelajaran yang dimulai dari bulan Juli hingga Juni. 2. Manajemen BKK dilihat dari fungsi pengorganisasian yaitu didapat data

yang menunjukkan bahwa BKK SMKN 8 Bandung masuk kedalam dua struktur organisasi yang berbeda. Selain berada dibawah organisasi Hubin, BKK SMKN 8 Bandung memiliki struktur organisasi tersendiri yang berada langsung dibawah Disnakertrans dan Disdik Prov. Jawa Barat dan


(41)

116

kota Bandung. Akan tetapi pada pelaksanaanya BKK tetap berada dibawah wewenang Waka Hubin namun langsung memepertanggungjwabkan segala kegiatannya pada Disnakertrans. Setiap pekerjaan yang ada didalam struktur Hubin termasuk didalamnya adalah BKK telah terdepartementalisasi yaitu setiap orang atau seksi memiliki tugas dan tanggung jawab masing – masing. Adapun penempatan orang – orang dalam struktur organisasi tersebut dipilih berdasarkan wewenang Waka Hubin begitu pula dengan pembagian tugas pada setiap orangnya.

3. Manajemen BKK dilihat dari fungsi pelaksanaan yaitu didapat data yang menunjukkan bahwa program kerja BKK berlangsung setiap bulan per satu tahun ajaran. Akan tetapi banyak diantara kegiatan BKK dikerjakan oleh ketua BKK. Hal ini dikarenakan bahwa struktur organisasi BKK tidak berjalan secara semestinya sehingga pembagian tugas tidak terlaksana secara optimal. Wewenang yang dimiliki oleh ketuapun menjadi bias karena double job yang diemban oleh seluruh staff hubin. Tugas yang seharusnya menjadi kewajiban staff lain hanya bersifat membantu dengan prinsip kerjasama dan tidak terpaku pada struktur yang ada. Akan tetapi diskusi dan sharing antar staff dan ketua BKK selalu terjalin terkait kegiatan yang berlangsung. Dalam proses pemasaran lulusan terlihat bahwa BKK SMKN 8 Bandung banyak menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan untuk melaksanakan perekrutan bagi anggota BKKnya. Selain itu, BKK SMKN 8 Bandung tidak menjalankan tugas pemasaran secara tersendiri melainkan menjalin kerjasama dengan BKK sekolah lain.

4. Manajemen BKK dilihat dari fungsi pengendalian dilakukan oleh tiga pihak, yaitu Disnakertrans kota Bandung, kepala sekolah dan oleh Waka Hubin. Proses pengendalian hanya dilakukan dengan pelaporan pertanggungjawaban dari ketua BKK akan setiap kegiatan yang telah dilakukan kepada tiga pihak tersebut. Adapun pelaporan dilakukan setiap akhir semester sebanyak dua kali dalam setahun per tahun ajaran.


(42)

117

5. Subjek yang terlibat dalam kegiatan pemasaran lulusan terdiri dari subjek internal dan subjek eksternal. Subjek internal disini yaitu beraal dari dalam sekolah diantaranya adalah seluruh staff di Hubin termasuk Waka Hubin, kepala sekolah dan para guru yang terlibat. Adapun pihak eksternal adalah pihak diluar sekolah yaitu Disnakertrans, DU/DI dan BKK sekolah lain. Dari masing - masing subjek tersebut mempunyai keterlibatan kerja yang berbeda – beda sesuai dengan perannya didalam BKK.

6. Faktor penghambat dan pendukung yang terungkap dari hasil wawancara hanya terdapat tiga faktor penghambat yaitu berasal dari DU/DI dan para anggota BKK. Hambatan yang muncul dari pihak DU/DI yaitu terdapat diantara perusahaan yang melakukan rekruitmen di SMKN 8 Bandung tidak sesuai dengan kompetensi keahlian dari para lulusan. Selain itu juga terdapat diantara industi yang kurang berkomitmen dalam pengangkatan tenaga kerja dari para lulusan yang telah lulus seleksi. Sedangkan hambatan yang datang dari anggota BKK yaitu banyak diantara anggota BKK yang sering mengganti nomer kontaknya sehingga penyampaian informasi terkait lowongan kerja sedikit terhambat.

Adapun faktor pendukung yang dirasakan oleh BKK SMKN 8 Bandung berasal dari para guru atau individu yang memiliki keterhubungan dengan pihak industri sehingga mampu mempermudah pihak BKK untuk menjalin kerjasama dengan industri tersebut dalam proses perekrutan lulusan SMKN 8 Bandung.

B. Saran

Dari hasil data yang telah peneliti bahas terkait manajemen BKK dalam pemasaran lulusan di SMKN 8 Bandung, memunculkan beberapa saran yang ingin penulis berikan bagi pihak – pihak yang terkait dalam proses ini. Penulis berharap ini menjadi sebuah informasi yang mampu dijadikan perbaikan dalam kegiatan – kegiatan yang akan dijalankan setelahnya. Beberapa saran perbaikan yang mampu penulis berikan yaitu:


(43)

118

1. Bagi sekolah

Proses pengelolaan yang baik dari suatu organisasi tidak akan terlepas dari fungsi – fungsi manajemen. Dengan proses manajemen yang baik maka tujuan organisasi akan tercapai secara efektif dan efisien. Begitu pula halnya dalam proses kegiatan BKK, ada beberapa yang menjadi fokus perhatian penulis untuk bisa diperbaiki, yaitu:

a) Fungsi perencanaan

Pada dasarnya perencanaan kerja yang ada di BKK telah dirancang dengan baik. Penyusunan program kerja dilengkapi dengan pemetaan kerja sehingga penjadwalan tersusun dengan baik. Selain itu ada instruksi kerja yang memperlihatkan langkah – langkah kerja yang dilalui dari setiap proses kegiatan yang akan dilakukan. Namun melihat dari fungsi perencanaan yang baik menurut teori yaitu bahwa akan lebih baik lagi apabila penyusunan program kerja disempurnakan dengan analisis kebutuhan terlebih dahulu. Selanjutnya indikator ketercapaian kerja diterapkan pada setiap kegiatan yang akan dilaksanakan. Sehingga tahapan pencapaian kerja pada setiap kegiatan tersebut akan terlihat secara jelas.

b) Fungsi pengorganisasian

Dari data yang diperoleh ditemukan bahwa terdapat dua struktur organisasi yang berbeda yang dimiliki oleh BKK. Dari dasar hukum mengenai BKK telah jelas diungkapkan bahwa BKK merupakan lembaga disekolah yang mempunyai tugas sebagai penyalur lulusan kedunia kerja.

Adapun saran pembentukan struktur organisasi yang mampu penulis anjurkan yaitu:


(44)

119

Keterangan:

Garis Komando Garis Koordinasi

Dengan mengacu pada prosedur operasional standar BKK pada poin

tanggung jawab dan wewenang, disebutkan bahwa “Bursa Kerja Khusus berada

dibawah naungan Wakasek Hubungan Industri, memiliki izin pendirian dan dalam melaksanakan pelayanan penempatan kerja wajib memiliki izin dari Walikota atau

pejabat yang ditunjuk (Dinas Pendidikan Kota Bandung)” dan pada struktur BKK

sebelumnya. Struktur organisasi diatas memperlihatkan keterikatan hubungan antara BKK dengan Disnakertrans ataupun dengan sekolah tidak ada lagi kesenjangan. Walaupun ada dua garis komando langsung dari Disnakertrans dan kepala sekolah, namun dengan struktur diatas menunjukkan bahwa BKK masih berada dalam satu kesatuan dengan lembaga yang ada disekolah dibawah Waka

ADMINISTRASI BKK

PEMETAAN DU/DI

BIMBINGAN CALON NAKER Pelindung

Kadisnaker prov. Jawa barat Kadisdik prov. Jawa barat

Pembina

Kadisnaker kota bandung Kadisdik kota bandung

Kepala Sekolah

Wakasek Hubin


(1)

120

Hubin. Sehingga ketimpangan wewenang yang sebelumnya terjadi dapat dihindari.

c) Fungsi Pelaksanaan

Dalam konsep pemasaran terdapat didalamnya mengenai strategi pemasaran. Mengacu dari teori tersebut, maka penulis berasumsi bahwa dengan menerapkan salah satu strategi pemasaran maka akan menunjang peningkatan kinerja BKK dalam pemasaran lulusan demi mengoptimalkan keterserapan lulusan didunia kerja. Adapun salah satu strategi pemasaran yang bisa diterapkan adalah strategi pemasaran relasional (relationship marketing) dan bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari 7P, yaitu product (produk), place (lokasi), price (harga), promotion (promosi termasuk didalamnya, berupa iklan, hubungan masyarakat, relasi hubungan individu), process (proses), physical evidence (sarana dan prasarana) dan people (orang – orang).

Dengan bauran pemasaran diharapkan BKK mampu mengoptimalkan beberapa variable pemasaran diatas yang dapat diimplementasikan sehingga meningkatkan jumlah industri yang dapat bekerjasama dengan BKK. Setelahnya bisa diterapkan strategi pemasaran relasional bahwa BKK harus mampu menjalin kerjasama yang erat dengan para pelaku industri tersebut agar hubungan kerja dapat berlangsung secara konsisten dan terus menerus hal ini akan meningkatkan loyalitas dari para pihak industri dengan BKK.

Selain saran untuk perbaikan dalam fungsi pelaksanaan, penjabaran diatas juga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung untuk mencapai sasaran keterserapan lulusan kedunia kerja yang lebih banyak.

d) Fungsi Pengendalian

Beberapa saran untuk fungsi pengendalian adalah akan lebih baik apabila proses pengendalian dilakukan sesuai dengan asas yang menunjukan pengendalian efektif seperti yang diungkapkan oleh Silalahi (2011:396) yang menyatakan bahwa pengendalian efektif harus didasarkan pada asas – asas:

1) Orientasi rencana (plans – oriented), yaitu pengendalian harus berorientasi pada rencana. Yaitu bahwa pemantauan dan penilain dari setiap kegiatan


(2)

didasarkan pada rencana yang telah dibuat sebelumnya. Sehingga perbandingan hasil akan terlihat jelas antara kegiatan yang dilaksanakan dengan perencanaan yang dibuat.

2) Orientasi hasil (result – oriented), yaitu proses pengendalian harus mampu mendukung pencapaian tujuan organisasi seperti yang diharapkan;

3) Menyeluruh (multidimensional), yaitu sistem pengendalian harus meliputi semua hasil dan perilaku yang diinginkan; yaitu kegiatan pengendalian meliputi pemantauan dan penilaian dari setiap kegiatan yang dilaksanakan dan dari setiap perilaku kerja yang dimunculkan oleh para staff untuk tetap sesuai dengan perencanaan dibuat baik rencana kegiatan dan perencanaan kinerja yang diinginkan.

4) Akurat (accurate), yaitu proses pengendalian harus dilakukan secara akurat baik dari hasil penemuan, proses penilaian dan analisis data;

5) Tepat waktu (timely), pengendalian harus berlangsung secara terus menerus bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan agar penyediaan informasi selalu tersedia tepat pada waktu yang dibutuhkan;

6) Realistik (Realistic), yaitu bahwa sistem pengendalian harus memasukkan harapan realistik tentang apa yang dapat dicapai;

7) Adil dan objektif (fair and objective), yaitu proses pengendalian tidak boleh memihak atau membeda – bedakan perlakuan terhadap karyawan dan tidak boleh dimanipulasi baik oleh karyawan ataupun manajer untuk kepentingan pribadi;

8) Dapat dimengerti (understandable), yaitu pengendalian harus mendukung pembuatan keputusan melalui penyajian data yang dimengerti, menghindari laporan – laporan dan statistik yang rumit;

9) Dapat diterima (acceptable), sistem pengendalian yang baik berlangsung ketika hasilnya diterima oleh anggota organisasi yang dipengaruhinya; 10)Fleksibel (flexible), yaitu bahwa pengendalian harus dapat dirubah secara

cepat untuk mengukur dan melapor informasi baru;

11)Cepat dan orientasi pengecualian (prompt and exception oriented), yaitu bahwa pengendalian harus mampu mendeteksi dan melaporkan


(3)

122

penyimpangan secara cepat, mengapa hal itu terjadi dan apa yang mungkin bisa dilakukan untuk memperbaikinya, serta mengonsentrasikan pengendaliannya pada pengecualian sehingga efisiensi akan dihasilkan; 12)Biaya efektif (cost – effective), yaitu bahwa keuntungan pengendalian

harus lebih banyak dari biayanya. Sehingga pelaksanaan pengendalian harus dengan biaya minimum agar terwujud efisiensi pengendalian. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Jika dilihat dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, penelitian yang terkait dengan keterserapan lulusan di dunia kerja masih terhitung sedikit. Banyak hal yang bisa dikaji dari materi mengenai tingkat keterserapan lulusan khususnya pada jenjang sekolah menengah di dunia kerja. Adapun dalam hasil penelitian ini, penulis merasa masih banyak hal yang kurang dan perlu dikaji lebih lanjut mengenai pemasaran lulusan di dunia kerja. Salah satu yang perlu diteliti lebih mendalam lagi adalah berkenaan dengan strategi pemasaran yang efektif yang bisa diterapkan oleh BKK sehingga keterserapan lulusan khususnya SMK dapat tercapai secara optimal. Selain itu, dalam pencarian data akan lebih baik dilakukan dengan mengkaji minimal dari tiga tahun terakhir sehingga hasil pemaparan data dapat tergambar secara lebih jelas.

Oleh karena itu, penulis berharap dengan adanya penelitian ini menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya untuk mengkaji lebih dalam terkait proses pemasaran dalam bidang pendidikan khususnya bagi penyaluran lulusan ke dunia kerja.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku dan Jurnal

Alma, Buchari. (2005). Pemasaran Stratejik Jasa Pendidikan. Bandung: Alfabeta Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka

Cipta.

Dharma, Surya. (2010). Manajemen Kinerja: Falsafah Teori dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Griffin, Ricky W. (2004). Manajemen/ Ricky W. Griffin diterjemahkan oleh Gina Gania – Ed.7, Jil. 1 -. Jakarta: Erlangga.

Hasibuan, Malayu S.P. (2009). Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah. Ed. Revisi, Cet.7 -. Jakarta: Bumi Aksara.

Hurriyati, Ratih. (2010). Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung: Alfabeta.

Kartono, Kartini. (2011). Pemimpin Dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal Itu? – Ed. 1, Cet, 18 -. Jakarta: Rajawali Pers.

Kaswan. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Keunggulan Bersaing Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kotler, Philip & Karen F.A Fox 1995. Stategis Marketing for Educational Intitutions, Prentice-Hall.

Mulyasa, E. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung: Rosda.

Nazir, Moh. (1998). Metode Penelitian. Jakarta : Ghaila Indonesia.

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Robbins, Stephen P & Mary Coulter. (2010). Manajemen Jilid 1/ Stephen P

Robbins dan Mary Coulter diterjemahkan oleh Bob Sabran, Wibi Hardani. – Ed.10, Cet.13 -. Jakarta: Erlangga.

Saladin, H. Djaslim. (2007). Intisari Pemasaran dan Unsur – unsur Pemasaran (Cetakan keempat). Bandung: CV Linda Karya.

Satori, Djam’an & Aan Komariah. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.


(5)

124

Satori, Djam’an. (2007). Metode Penelitian Kualitatif (Mata Kuliah Analisis Penelitian Kualitatif). Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Schermerhorn, John R., Jr. (2003). Manajemen Buku 1/ John R Schermerhorn, Jr diterjemahkan oleh M. Parnawa Putranta, Surya Dharma Ginting, MF. Sheelyana Junaedi, Th. Diah Widiastuti. – Ed. 1, Cet. 5 - . Yogyakarta: Andi.

Siagian, Sondang P. (1989). Filsafat Administrasi. Jakarta: Haji Mas Agung. Silalahi, Ulber. (2011). Asas – Asas Manajemen. Bandung: Refika Aditama. Siswanto. (2010). Pengantar Manajemen. - Cet.6. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Peneletian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra, Uhar. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Grafindo

Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Terry, George, R. & Leslie W Rue. (2009). Dasar – dasar Manajemen/ George R Terry dan Leslie W Rue diterjemahkan oleh G.A Ticoalu. – Cet. 11 -. Jakarta: Bumi Aksara.

Tisnawati, S, Ernie & Kurniawan Saefullah. (2009). Pengantar Manajemen – Ed. 1, Cet.4 -. Jakarta: Kencana.

Usman, Husaini. (2008). Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan – Ed.2, Cet.1-. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, Husaini. (2013). Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan – Ed.4, Cet.1-. Jakarta: Bumi Aksara.

Wibowo. (2009). Manajemen Kinerja – edisi ke 2. Jakarta : Rajawali Pers. Winarno, Surakhmad. (1972). Dasar dan Teknik Research. Bandung: Tarsito.


(6)

2. Selain Buku dan Jurnal

a. Skripsi

Muhajjalina, Ivy. (2012). Evaluasi Program Pelatihan Penyusunan Bahan Ajar Berbasis TIK di Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK). Skripsi Jurusan Administrasi Pendidikan UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

b. Undang – Undang

Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 1990 UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003

Keputusan Direktur Jendral Pembinaan dan Penempatan Kerja Dalam Negeri No.KEP-49/D.PPTKDN/VI/2003 tentang Petunjuk Teknis Bursa Kerja Khusus

c. Sumber dari Internet

Asosiasi Pofesi Bursa Kerja Khusus. (2012). Petunjuk Teknis Bursa Kerja Khusus, [Online]. Tersedia: http://apbkk.blogspot.com/2012/07/petunjuk-teknis-bursa-kerja-khusus.html. (5 September 2013)

Koran Pendidikan edisi 355/V/30 Maret - 5 April 2011. Belum Merata, Pasokan

SMK pada Ketenagakerjaan. [Online]. Tersedia:

http://www.penyelarasan.kemdiknas.go.id/content/detail/233.html. (22 November 2012)

Sulistiarini, Endang. (2012). Pengaruh Kemampuan Mengolah Informasi terhadap Loyalitas Nasabah Bank Rakyat Indonesia di Sulawesi

Tenggara. [Online]. Tersedia:

http://www.damandiri.or.id/file/endangsulistiariniunairbab2.pdf (24 Oktober 2012).