babad manik angkeran

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

1

BABAD MANIK ANGKERAN
Sebagai pendahuluan ceritera, tersebutlah di kawasan Jawa,
ada pendeta maha sakti bernama Danghyang Bajrasatwa. Ada
putranya Iakilaki seorang bernama Danghyang Tanuhun atau
Mpu Lampita, beliau memang pendeta Budha, memiliki
kepandaian luar biasa serta bijaksana dan mahasakti seperti
ayahnya Danghyang Bajrasatwa. Ida Danghyang Tanuhun
berputra lima orang, dikenal dengan sebutan Panca Tirtha.
Beliau Sang Panca Tirtha sangat terkenal keutamaan beliau
semuanya.
Beliau yang sulung bernama Mpu Gnijaya. Beliau membuat
pasraman di Gunung Lempuyang Madya, Bali Timur, datang di
Bali pada tahun Isaka 971 atau tahun Masehi 1049. Beliaulah
yang menurunkan Sang Sapta Resi – tujuh pendeta yang
kemudian menurunkan keluarga besar Pasek di Bali. Adik
beliau bernama Mpu Semeru, membangun pasraman di

Besakih, turun ke Bali tahun Isaka 921, tahun Masehi 999.
Beliau mengangkat putra yakni Mpu Kamareka atau Mpu
Dryakah yang kemudian menurunkan keluarga Pasek
Kayuselem. Yang nomor tiga bernama Mpu Ghana, membangun
pasraman di Dasar Gelgel, Klungkung datang di Bali pada tahun
Isaka 922 atau tahun Masehi 1000. Yang nomor empat,
bernama Ida Empu Kuturan atau Mpu Rajakretha, datang di
Bali tahun Isaka 923 atau tahun Masehi 1001, membangun
pasraman di Silayukti, Teluk Padang atau Padangbai,
Karangasem. Nomor lima bernama Ida Mpu Bharadah atau Mpu
Pradah, menjadi pendeta kerajaan Prabu Airlangga di Kediri,
Daha, Jawa Timur, berdiam di Lemah Tulis, Pajarakan, sekitar
tahun Masehi 1000.
Beliau Mpu Kuturan demikian tersohornya di kawasan Bali,
dikenal sebagai Pendeta pendamping Maharaja Sri Dharma
Udayana Warmadewa, serta dikenal sebagai perancang
pertemuan tiga sekte agama Hindu di Bali, yang disatukan di
Samuan Tiga , Gianyar. Beliau pula yang merancang
keberadaan desa pakraman – desa adat serta Kahyangan Tiga –
tiga pura desa di Bali, yang sampai kini diwarisi masyarakat.

Demikian banyaknya pura sebagai sthana Bhatara dibangun di
Bali semasa beliau menjabat pendeta negara, termasuk Sad
Kahyangan serta Kahyangan Jagat dan Dhang Kahyangan di
kawasan Bali ini. Nama beliau tercantum di dalam berbagai
prasasti dan lontar yang memuat tentang pura, upacara dan
upakara atau sesajen serta Asta Kosala – kosali yang memuat
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

2

tata cara membangun bangunan di Bali. Tercantum dalam
lempengan prasasti seperti ini.
“Ida sane ngawentenang pawarah – warah silakramaning bwana
rwa nista madhya utama. lwirnya ngawangun kahyangan,
mahayu palinggih Bhatara – Bhatari ring Bali lwirnya Puseh
desa Walyagung Ulunswi Dalem sopana hana tata krama maring

Bali, ayun sapara Bhatara lumingga maring Sad Kahyangan,
neher sira umike sila krama” yang artinya: Beliau Mpu Kuturan
yang mengadakan aturan tentang tatacara di dunia ini yang
berhubungan dengan mikro dan makrokosmos dalam tingkat
nista madya utama (sederhana, menengah dan utama), seperti
membangun pura kahyangan, menyelenggarakan upacara
sthana Bhatara-bhatari di Bali. Seperti Pura Puseh Desa,
Baleagung, Ulunswi, Dalem, dan karena ada tata cara di Bali
seperti itu berkenanlah para Bhatara bersthana di Sad
Kahyangan, karena beliau yang mengadakan tata aturan
tersebut.
Adiknya bernama Danghyang Mpu Bharadah mempunyai putra
Iaki-laki dan keutamaan yoga beliau bernama Mpu Bahula.
Bahula berarti utama. Kepandaian dan kesaktian beliau di
dunia sama dengan ayahandanya Mpu Bharadah. Beliau
memperistri putri dari Rangdeng Jirah – janda di Jirah atau
Girah yang bernama Ni Dyah Ratna Manggali. Kisah ini terkenal
dalam ceritera Calonarang. Beliau Empu Bahula berputra Iaki
bernama Mpu Tantular, yang sangat pandai di dalam berbagai
ilmu filsafat. Tidak ada menyamai dalam soal kependetaan,

sama keutamaannya dengan Mpu Bahula, ayahandanya. Mpu
Tantular adalah yang dikenal sebagai penyusun Kakawin
Sutasoma di mana di dalamnya tercantum “Bhinneka Tunggal
lka” yang menjadi semboyan negara Indonesia. Beliau juga
bergelar Danghyang Angsokanata. Keberadaan beliau di Bali
diperkirakan sejaman dengan pemerintahan raja Bali, Sri Haji
Wungsu pada tahun Masehi 1049.
Ida Mpu Tantular atau Danghyang Angsokanata, berputra
empat orang semuanya Iaki-laki. Yang sulung bernama Mpu
Danghyang Panawasikan. Yang nomor dua bergelar Mpu
Bekung atau Danghyang Siddhimantra. Yang nomor tiga
bernama Mpu Danghyang Smaranatha. Yang terkecil bernama
Mpu Danghyang Soma Kapakisan.
Ida Danghyang Panawasikan, bagaikan Sanghyang Jagatpathi
wibawa beliau, Ida Danghyang Siddhimantra bagaikan Dewa
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir


3

Brahma wibawa serta kesaktian beliau. Ida Danghyang
Asmaranatha bagaikan Dewa Manobawa yang menjelma,
terkenal kebijaksanaan dan kesaktian beliau, serta Danghyang
Soma Kapakisan, yang menjadi guru dari Mahapatih Gajahmada
di Majapahit, bagaikan Dewa Wisnu menjelma, pendeta yang
pandai dan bijaksana. Ida Danghyang Panawasikan memiliki
putri seorang, demikian cantiknya, diperistri oleh Danghyang
Nirartha.
Ida Danghyang Smaranatha, memiliki dua orang putra, yang
sulung bernama Danghyang Angsoka, berdiam di Jawa
melaksanakan paham Budha. Adik beliau bernama Danghyang
Nirartha, atau Danghyang Dwijendra, Peranda Sakti Wawu
Rawuh dan dikenal juga dengan sebutan Tuan Semeru. Beliau
melaksanakan paham Siwa, serta menurunkan keluarga besar
Brahmana Siwa di Bali yakni, Ida Kemenuh, Ida Manuaba, Ida
Keniten, Ida Mas serta Ida Patapan. Danghyang Angsoka sendiri
berputra Danghyang Astapaka, yang membangun pasraman di

Taman Sari, yang kemudian menurunkan Brahmana Budha di
Pulau Bali.
Ida Danghyang Soma Kapakisan yang berdiam di kawasan
kerajaan Majapahit. berputra Ida Kresna Wang Bang Kapakisan,
ketika Sri Maharaja Kala Gemet memegang kekuasaan di
Majapahit. Ida Kresna Wang Bang Kapakisan mempunyai putra
empat orang, semuanya diberi kekuasaan oleh Raja Majapahit,
yakni beliau yang sulung menjadi raja di Blambangan, adiknya
di Pasuruhan, yang wanita di Sumbawa. dan yang paling
bungsu di kawasan Bali. Yang menjadi raja di Bali bernama
Dalem Ketut Kresna Kapakisan menurunkan para raja yang
bergelar Dalem keturunan Kresna Kepakisan di Bali. Dalem
Ketut Kresna Kepakisan datang di Bali, menjadi raja dikawal
oleh Arya Kanuruhan, Arya Wangbang – Arya Demung, Arya
Kepakisan, Arya Temenggung, Arya Kenceng. Arya Dalancang,
Arya Belog, Arya Manguri, Arya Pangalasan, dan Arya
Kutawaringin, Arya Gajah Para serta Arya Getas dan tiga wesya:
Si Tan Kober, Si Tan Kawur, Si Tan Mundur. Ida Dalem
beristana di Samprangan, didampingi oleh l Gusti Nyuh Aya di
Nyuh Aya sebagai mahapatih Dalem. Tatkala itu Ida Dalem

memerintahkan para menterinya untuk mengambil tempat
masing-masing. Ida Arya Demung Wang Bang asal Kediri di
Kertalangu, Arya Kanuruhan di Tangkas, Arya Temenggung di
Patemon, Arya Kenceng di Tabanan, Arya Dalancang di Kapal,
Arya Belog di Kaba-Kaba, Arya Kutawaringin di Klungkung, Arya
Gajah Para dan adiknya Arya Getas di Toya Anyar, Arya
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

4

Belentong di Pacung, Arya Sentong di Carangsari, Kriyan Punta
di Mambal, Arya Jerudeh di Tamukti , Arya Sura Wang Bang
asal Lasem di Sukahet, Arya Wang Bang asal Mataram tidak
berdiam di mana-mana. Arya Melel Cengkrong di Jembrana,
Arya Pamacekan di Bondalem, Sang Tri Wesya: Si Tan Kober di
Pacung, Si Tan Kawur di Abiansemal dan Si Tan Mundur di

Cegahan Demikian dikatakan di Babad Dalem.
IDA DANGHYANG SIDDHIMANTRA BERPUTRA IDA BANG
MANIK ANGKERAN
Diceriterakan kembali putra Ida Danghyang Angsokanata atau
Danghyang Mpu Tantular yang nomor dua yakni Ida Mpu
Bekung atau Danghyang Siddhimantra Beliau bernama Mpu
Bekung karena beliau tidak bisa mempunyai putra. Kemudian
beliau bergelar Danghyang Siddhimantra disebabkan memang
beliau pendeta atau Bhujangga yang sakti serta bijaksana.
Beliau menjadi sesuhunan sakti Bhujangga luwih (Junjungan
sakti, pendeta yang bijaksana) di kawasan Bali ini tatkala itu.
Perihal
gelar
Ida
Mpu
Bekung
menjadi
Danghyang
Siddhimantra, akan diceriterakan di bawah ini
Diceriterakan, Ida Mpu Bekung berkeinginan untuk memiliki

putra yang akan menjadi penerusnya kelak. Karena itu beliau
melaksanakan
upacara
homa,
memuja
Sanghyang
Brahmakunda Wijaya.
Karena kesaktian beliau, dan karena permohonannya itu, beliau
dianugerahi manik besar yang keluar dari api homa tersebut.
Kemudian nampak keluar bayi dari tengah-tengah api pahoman
itu. Anak itu kemudian diberi nama Ida Bang Manik Angkeran.
Artinya: Bang dari merah warna api itu. Manik dari manik mutu
manikam yang menjadi anugerah, dan Angkeran dari
keangkeran pemujaan sang pendeta yang demikian makbulnya.
Demikian asal mulanya Ida Mpu Bekung memiliki putera.
Setelah beliau memiliki putera, sangat sukacita beliau Mpu
Bekung, diperhatikan dan dimanjakan betul putera beliau.
Setiap yang diinginkan putranya dipenuhi.
Setelah Ida Bang Manik Angkeran menginjak remaja, mungkin
diakibatkan oleh kehendak Yang Maha Kuasa, agar supaya Ida

Mpu Bekung menemui ganjalan pikiran atau kesusahan,
ternyata kemudian putra beliau sehari-hari pekerjaannya hanya
berjudi melulu, tidak pernah tinggal diam di rumah, selalu
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

5

berada di tempat perjudian semata. Di mana saja ada perjudian,
di sana Ida Bang Manik Angkeran bermalam. Diceriterakan
perjalanan beliau berjudi tidak pernah menang. Selalu kalah
saja.
Hingga habis milik ayahnya dipergunakan untuk berjudi. Yang
membuat Mpu Bekung duka cita tiada lain karena putranya
tidak pernah pulang ke Griya. itu menyebabkan resah gelisah
perasaan beliau, seraya pergi mencari putra beliau Ida Bang
Manik Angkeran ke desa-desa. Setiap ada orang yang dijumpai

di tengah jalan, ditanyai oleh beliau apakah ada menemui putra
beliau yang bernama Ida Bang Manik Angkeran. Namun
semuanya
mengatakan
tidak
pernah
mengetahui dan
menemuinya.
Diceriterakan, konon, sudah lama beliau mengembara mencari
putra beliau itu tidak juga dijumpai, sampai akhirnya tiba di
kawasan Tohlangkir pengembaraan beliau Setibanya di
Tohlangkir – Gunung Agung, di sana beliau baru merasa lesu
lelah kemudian duduk seraya bersamadi menyatukan pikiran
beliau, memuja Dewa seraya membunyikan genta beliau yang
bernama Ki Brahmara .
Karena keutamaan puja mantra beliau diiringi dengan suara
genta beliau Ki Brahmara yang demikian menakjubkan, menjadi
heboh keluar Ida Sanghyang Basukih, seraya berkata: “Ah Mpu
Bekung yang datang, apa keinginan Mpu, memuja saya ? Segera
katakan. agar saya menjadi tahu !”.
Berkatalah Ida Mpu Bekung: “Singgih paduka Sanghyang,
hamba memiliki anak seorang tidak pernah sama sekali pulang,
sejak lama hamba mencarinya, namun belum juga ketemu.
Maksud hamba agar dengan senang hati pukulun Sanghyang
memberitahu keadaan sebenarnya, apakah dia masih hidup,
atau apakah dia sudah .mati. Kalau misalnya dia masih hidup
agar supaya pukulun Sanghyang sudi memberi tahu, di mana
dia berada”.
Dengan sukacita Ida Bhatara Basukih berkata: “Ah Mpu,
hendaknya Mpu jangan bersedih hati, sebenarnya putra Mpu
masih hidup berada di desa-desa, bermalam di sana. Sekarang
saya yang akan mengarad (menarik) Jiwa – putra Mpu, agar
segera pulang kembali. Namun, Mpu saya minta sarinya susu
lembu, sebagai imbalan saya mengarad putra sang Mpu”.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

6

Demikian wacana Ida Bhatara Nagaraja, seraya meminta Ida
Mpu Bekung agar pulang ke rumahnya .
Singkat ceritera. pulanglah Ida Mpu memohon diri dari
Tohlangkir. Tidak diceriterakan perjalanan beliau, maka
sampailah beliau kembali di rumahnya di Griya Daha, dan
dilihatnya sang putera telah berada di rumah. ltu sebabnya
sangat sukacita beliau Mpu Bekung, seraya berkata: “Duh,
putraku Sang Bang, dengarkanlah apa yang ayah katakan
sekarang. Jangan lagi ananda mengulangi perbuatan yang
sudah – sudah. Ayah tidak sama sekali melarang ananda untuk
bermain judi, namun agar ananda ingat juga dengan rumah
Ananda. Payah Ayah mencari ananda keluar masuk desa-desa”.
Kemudian berkatalah putranya: “Singgih palungguh Mpu,
ayahandaku, janganlah sekali-kali palungguh Mpu marah serta
duka ananda sudah menginjak dewasa sejak dahulu, ananda
tidak pernah sama sekali berani ingkar, karena ananda ingin
sekali dengan keberadaan diri sebagai seorang putra
Brahmana”. Demikian kata putranya Sang Bang Manik
Angkeran.
Setelah usai Ida Mpu Bekung memberikan nasihat kepada
putranya, ingat beliau kepada permintaan Ida Bhatara Naga
Basukih yang menginginkan susu lembu.
Pada hari yang baik. lengkap dengan gentanya, beliau
melakukan perjalanan menuju Tohlangkir. Sesampainya di
Tohlangkir, kemudian
beliau
mempersiapkan
diri dan
melakukan yoga semadi memuja Ida Sanghyang Nagaraja seraya
membunyikan genta beliau. Karena kemakbulan weda mantra
beliau memuja Ida Sanghyang Naga raja, segera Ida Bhatara
keluar seraya bersabda: “Ah, Mpu Bekung yang datang.

Apa keinginan sang Mpu datang lagi?”.
Kemudian berkatalah Ida Mpu Bekung: “Singgih pukulun
Sanghyang, hamba menghadap pada paduka Bhatara,
bermaksud menghaturkan sarinya susu, sesuai dengan
keinginan Sanghyang. Anak hamba sudah ketemu, ada di
rumah”. Tatkala didengarnya kata-kata Mpu Bekung seperti itu,
sangat sukacita perasaan Ida Bhatara Basukih seraya berganti
rupa menjadi Nagaraja Agung, kemudian meminum sarinya
susu, sampai beliau kenyang.
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

7

Setelah beliau kenyang meminum susu lembu itu, seraya
berbalik, beliau mengeluarkan emas, saat itu diminta Ida Mpu
Bekung agar mengambil emas itu.
Singkat ceritera, setelah beliau mengambil emas itu yang
kemudian dibungkus sebesar kelapa besarnya, lalu beliau
memohon diri kepada Ida Sanghyang Basukih Tidak
diceriterakan perjalanan Ida Mpu Bekung, akhirnya tiba jugalah
beliau di Griya Daha seraya membawa emas. Diketahui emas itu
oleh putranya. Ida Bang Manik Angkeran yang gencar bertanya,
meminta kepada ayahandanya agar diberi tahu di mana
memperoleh emas itu
Ida Mpu Bekung sangat merahasiakan perihal kepergian beliau
mendapat emas itu. Putra beliau tetap saja gencar mencari
tahu. Lalu Ida Mpu berkata kepada putranya. “Aduh ananda,
jangan hendaknya ananda gencar bertanya seperti itu akan
perihal ayah mendapat emas ini. Kalau ada keinginan ananda
untuk mengambil, Ayahanda berikan”. Walaupun demikian
kasih sayang beliau kepada putranya, tetap saja Sang Bang
memohon kepada ayahandanya untuk diberi tahu di mana
memperoleh emas itu Karena tidak sampai hati dan rasa kasih
sayang yang amat sangat, lalu Ida Mpu memberitahukan perihal
beliau mendapatkan harta itu.
Karena sekarang sudah memiliki emas, maka pergilah Ida Bang
Manik Angkeran bermain judi. Mungkin memang sudah menjadi
kehendak Yang Maha Kuasa, sehari-harinya beliau selalu kalah
berjudi. Akhirnya tidak sampai satu bulan habislah sudah emas
yang diberikan ayahandanya dijual, dipakai modal di tempat
perjudian.
Karena keadaannya demikian, lalu beliau berpikir keras, dan
kemudian
Ingat beliau
pada
perjalanan
ayahandanya
mendapatkan emas itu, yang merupakan anugerah dari Bhatara
di Tohlangkir. Segera beliau pulang, tetapi secara sembunyi –
sembunyi agar tidak diketahui ayahandanya, beliau bertolak
menuju Tohlangkir seraya membawa susu lembu, serta genta
milik ayahandanya, Ki Brahmara.
Tidak diceriterakan perjalanannya, sampailah beliau di
Tohlangkir, di depan gua. Lalu beliau duduk mengheningkan
cipta, memuja Dewa, seraya membunyikan genta.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

8

Rupanya pemujaan beliau yang khusuk, serta diiringi dengan
bunyi genta yang Utama itu, membuat geger, keluar Bhatara
Naga Basukih dari gua itu seraya berkata “Ah siapa anda ini
datang, segera katakan !”.
Segera Ida Bang Manik Angkeran menyembah: “Singgih paduka
Sanghyang, hamba bernama Sang Bang Manik Angkeran.
Hamba mengikuti jalan Ayahanda hamba, menghaturkan
sarinya susu lembu ke hadapan paduka Sanghyang. “Demikian
hatur beliau. Karena demikian, sangat sukacitalah perasaan Ida
Bhatara Basukih. Lalu diminumlah susu itu, setelah berganti
rupa menjadi ular naga besar berwibawa, seraya meminum susu
itu. Seusai meminum susu itu, bersabdalah beliau kepada Ida
Bang Manik Angkeran: “lh, Sang Bang, sekarang apa yang kamu
inginkan, apapun yang ananda minta akan kuberikan .”
Berkatalah Ida Bang Manik Angkeran: “Singgih paduka Bhatara,
hamba bermaksud untuk memohon modal, nista sekali hamba
berjudi, selalu kalah setiap hari “.
Saat itu Ida Bhatara Basukih mengambil emas, bagaikan sebutir
kelapa besarnya. diberikan kepada Ida Bang Manik Angkeran,
seraya bersabda: “Ambillah emas ini, segera ananda pulang,
poma, poma”. Lalu diambil emas itu, disertai sembah bakti
sekaligus memohon pamit ke hadapan Ida Bhatara Nagaraja.
Singkat ceritera. tibalah Ida Bang Manik Angkeran kembali di
rumah di Griya Daha, menyimpan genta saja, lalu beliau pergi
lagi untuk bermain judi. Atas kehendak Hyang Widhi, tidak
sampai satu bulan, habis juga modalnya, itu sebabnya kembali
beliau mengelana, berhutang di perjudian tidak dapat,
meminjam tidak diberi. Karena itu, lalu beliau mengambil lagi
genta milik ayahandanya, seraya mencari sarinya Susu lembu,
dan menyengkelit pedang yang bernama Ki Gepang, lalu segera
menuju Tohlangkir.
Setibanya beliau di Tohlangkir, lalu beliau duduk seperti yang
dilakukan sebelumnya, mengheningkan cipta, memuja Dewa,
serta membunyikan gentanya. Karena genta itu betul-betul
genta utama, gegerlah Ida Sanghyang Basukih ke luar guanya
seraya bersabda: “Ah Sang Bang Manik Angkeran kiranya yang
datang. Datang lagi ananda membawa susu. Apa lagi
permintaanmu, katakan, semaumu akan kuberikan”.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

9

Karena kewibawaan Ida Bhatara Basukih demikian mempesona
dan menggetarkan perasaan, menjadi tak enak perasaan Ida
Sang Bang, lalu mengatakan tidak memohon apa-apa. Karena
demikian kata Ida Sang Bang, lalu Ida Bhatara berganti rupa
kembali menjadi ular naga yang besar, seraya meminum susu
lembu tersebut Setelah menyantap susu lembu itu, Ida Bhatara
kembali ke gua . Karena beliau berbadan panjang, ketika bagian
kepala beliau sudah tiba di tempat peraduan, maka bagian ekor
beliau masih berada di luar gua. Dilihat oleh Ida Bang Manik
Angkeran ekor Ida Bhatara menyala karena di tempat itu
terdapat intan besar bagai ratna mutu manikam beralaskan
emas dan mirah yang menyala gemerlapan.
Ketika itulah muncul rasa angkara loba Ida Bang Manik
Angkeran, disusupi oleh niat tamak untuk memiliki permata itu.
Lalu beliau menghunus pedang Ki Gepang yang dibawanya
segera memenggal ekor Ida Sanghyang Nagaraja, sehingga
terputus mata intan yang ada di bagian ekor yang segera
diambil dan dilarikan oleh Ida Manik Angkeran.
Karena demikian tingkah Sang Bang Manik Angkeran, tak
terkira murka Ida Bhatara Nagaraja, sebab merasa ekor beliau
terluka, lalu beliau kembali bergerak ke luar gua. Dilihat oleh
beliau busana beliau dilarikan oleh Ida Bang Manik Angkeran.

Segera beliau menyemburkan api, yang mengikuti arah
perjalanan Ida Bang Manik Angkeran yang kemudian terbakar
habis menjadi abu. Tempat itu belakangan bernama Cemara
Geseng dan menjadi lokasi Pura Manik Mas Besakih. Sementara
itu permata milik Ida Bang Manik Angkeran ditempatkan
sebagai pusaka junjungan di Pura Dalem Lagaan, Bebalang,
Bangli.
Diceriterakan Ida Mpu Bekung gundah perasaan beliau, karena
putranya tidak pernah pulang ke rumah. Desa-desa diselusuri
mencari putranya, namun tiada juga ditemukan. Segera beliau
mengheningkan cipta. Karena kesaktian beliau, terlihat oleh
beliau putranya sudah menjadi abu. Segera beliau pergi menuju
Bali, Besakih yang ditujunya, berkehendak mengikuti
perjalanan putranya. Tidak diceriterakan di jalan tibalah beliau
di Besakih. Di sana beliau melihat onggokan abu, sementara
buah genta berada di sebelah abu itu. Segera diketahui dengan
jelas, bahwa genta itu adalah milik beliau yang bernama Ki
Brahmara. Jelas sudah abu itu merupakan jasad putranya. Di
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

10

sana beliau kemudian menumpahkan rasa duka-citanya, seraya
berpikir-pikir, jelas meninggalnya Ida Bang Manik Angkeran
disebabkan perbuatannya yang tak terpuji, disembur api oleh
Ida Sanghyang Nagaraja. Kemudian diambilnya genta Ki
Brahmara yang sakti itu.
Karena sudah jelas diketahui, maka beliau kemudian
melanjutkan perjalanan berkehendak untuk menghadap Ida
Sanghyang Basukih. Setibanya di depan gua, seperti
sebelumnya, beliau kemudian duduk melakukan pemujaan
utama memohon ke hadapan Ida Sanghyang Basukih.
Lama sudah beliau melakukan pemujaan. Lama beliau
menunggu, tidak juga keluar Ida Sanghyang Basukih,
disebabkan demikian besar amarahnya, ingat diperdaya oleh
suara genta.
ltu sebabnya beliau Mpu Bekung melanjutkan lagi pujastutinya
dengan mengujarkan Asta Puja, Basukih Stawa dan Utpeti, Stiti
Mantra diiringi dengan suara genta beliau. Karenanya, barulah
Ida Bhatara keluar dan dilihatnya Ida Mpu ada di sana yang
kemudian merangkul, seraya menghaturkan sembah panganjali
agar Ida Bhatara memberikan anugrah dan berkata: “Om
paduka Bhatara, ampunilah anak hamba. Tahu betul hamba
akan perbuatan anakku yang demikian tak berbudi dan tak
terpuji. Bila mana berkenan, sudilah Bhatara menceriterakan
perbuatan anak hamba itu . Lama Ida Bhatara berdiam diri.
Mukanya cemberut, menunjukkan kekesalan perasaannya yang
tak terhingga. Namun, karena Ida Sang Mpu sudah memohon
maaf dengan tulus dan suci, maka Ida Bhatara berkata
perlahan. Menceriterakan segala perbuatan yang dilakukan Ida
Sang Bang Manik Angkeran yang mengatakan diutus oleh Sang
Mpu untuk menghaturkan susu lembu, sampai akhirnya
dihanguskan menjadi abu oleh beliau.
Mana kala Ida Mpu mendengar ceritera Ida Bhatara, meleleh air
mata Ida Sang Mpu Bekung, dan sesudah Ida Bhatara selesai
bersabda, beliau kemudian kembali menghaturkan sembah
seraya berkata: “Singgih pukulun paduka Bhatara, demikian
memang dosa anakku itu, namun rupanya dia sudah menjalani
kematian, habis sudah dosanya. Inggih, hamba sekarang
memohon anugerah pukulun Bhatara, sudilah kiranya paduka
Bhatara menghidupkan kembali Manik Angkeran, karena dialah
anak hamba satu-satunya, sebagai pewaris keturunan yang
akan melanjutkan keberadaan hamba kelak. Bila mana dia
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

11

nanti hidup kembali, hamba akan menyerahkan dirinya kepada
paduka Bhatara, agar menghamba di sini sampai kelak
kemudian hari”.
Mendengar hatur Ida Sang Mpu Bekung sedemikian itu, merasa
sedikit malu Ida Bhatara seraya bersabda: “Ah, Sang Mpu, bila
demikian permintaanmu, aku dengan suka rela menghidupkan
anakmu, namun agar sudi kiranya Sang Mpu menyambung
kembali ekorku”.
Lalu menyembah Mpu Bekung: “Singgih paduka Sanghyang,
bila demikian keinginan paduka hamba bersedia untuk
menyambung
kembali
ekor
paduka
Bhatara:
Namun,
sebelumnya, maafkanlah hamba berani berhatur sembah bila
mana paduka Bhatara berkenan, permata intan yang
sebelumnya berada di ekor paduka, sebaiknya ditempatkan saja
di bagian mahkota paduka Bhatara, karena akan nampak
sangat maha utama, dan pula mereka yang jahat tidak akan
tergoda untuk ingin memilikinya Dan juga bila mana masih di
bagian ekor, di samping terlihat nista, juga membuat paduka
Bhatara tidak bisa terbang karena keberatan di bagian ekor”.
Demikian sukacita perasaan Ida Sanghyang Nagaraja tatkala
mendengar hatur Ida Mpu Bekung. Setelah usai bertemu wirasa,
lalu Sang Mpu melaksanakan yoga samadhi menghaturkan puja
mantra, menyatukan batin beliau memuja Ida Bhagawan
Wiswakarma sebagai Dewanya sangging dan undagi (pekerja
khusus bangunan tradisional) di Surga.
Seusai sempurna pujastuti serta permohonan beliau, segera
beliau membuat gelung mahkota, dengan hiasan candi kurung,
garuda mungkur, dengan anting anting, bergundala dan
memakai sekar taji. Demikian indahnya memang kalau dilihat.
Singkat ceritera, selesai sudah gelung agung itu, kemudian
dipakai oleh Ida Bhatara. Memang, demikian menakjubkan.
Nampak semakin mempesona prabawa Ida Bhatara, dan juga
beliau sekarang bisa terbang. Demikian sukacita hati Ida
Bhatara Nagaraja.
Karena itu, segera pula Ida Bhatara menghidupkan jasad Sang
Bang Manik Angkeran, didahului dengan pujastuti weda
mantra. Perlahan, Ida Sang Bang Manik Angkeran bangun,
seperti baru habis tidur layaknya, hidup seperti semula, dan

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

12

ketika sadar, beliau cepat lari. Tempat itu kemudian bernama
Pura Bangun Sakti.
Segera Ida Sang Bang diikuti oleh ayahandanya, kemudian
dipegang dan diajak untuk menghadap Ida Bhatara Hyang
Basukih. Sesuai perjanjian, maka Ida Sang Bang Manik
Angkeran dihaturkan kepada Ida Bhatara untuk mengabdi di
Basukih sampai kelak di kemudian hari.
Demikian suka citanya beliau berdua, karena semuanya sudah
berhasil, disebabkan kesaktian beliau masing-masing. Ida Sang
Nagaraja sudah menghidupkan kembali Ida Sang Bang Manik
Angkeran. Juga Ida Mpu Bekung demikian saktinya bisa
menyambung kembali ekor Ida Bhatara Nagaraja. Ida Mpu
Bekung kemudian menghaturkan sembah terimakasih kepada
Ida Sanghyang Basukih. Ida Sanghyang Basukih kemudian
bersabda: “Duh, Mpu Bekung, memang demikian saktinya anda
ini. Pantas anda bergelar Siddhimantra. demikian sakti dan
makbulnya japa – mantra anda. Sejak sekarang, tidak lagi Mpu
Bekung nama anda, namun Danghyang Siddhimantra nama
anda sang pandita. Silakan, pulanglah sahabat karibku, semoga
Dirgahayu, panjang usia anda !” lalu Ida Sanghyang Nagaraja
terbang menuju Surga Loka. Sejak saat itu Ida Mpu Bekung
bergelar Danghyang Siddhimantra.
Sebelum Ida Danghyang Siddhimantra kembali ke Griya Daha,
tidak lupa beliau memberikan petuah kepada putranya Ida Sang
Bang Manik Angkeran: ” Uduh mas juwita permata hati ayah,
engkau anakku Manik Angkeran. Ananda akan ayah tinggal
sekarang ini. Sebab Ayahanda akan kembali ke Jawa. l Dewa
akan ayahanda haturkan kepada Ida Sanghyang Basukih,
sesuai dengan janji ayah kepada Ida Bhatara. Mungkin ananda
belum jelas tahu perihal keberadaan ananda sendiri yang
sebelumnya dihanguskan oleh Ida Bhatara sampai habis
menjadi abu, disebabkan karena marah beliau tak terhingga,
perilaku ananda sungguh tak terpuji, memenggal ekor Ida
Bhatara. Lalu ayahandamu ini memohon kepada Ida Bhatara,
agar beliau dengan senang hati menghidupkan kembali ananda,
dengan janji, kalau ananda bisa hidup kembali, ananda akan
ayah haturkan kepada Ida Bhatara untuk mengabdi di sini di
Besakih. Selain itu, kalau ananda kembali ke Jawa, jelas
perilaku ananda akan kembali seperti yang sudah-sudah, sebab
lingkungan ananda di sana sudah demikian rupa. Diamlah dan
tinggal ananda di sini, ayahanda akan kembali ke Jawa. Jangan
ananda salah terima dan salah paham, sebab sebenarnya,
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

13

perihal perasaan ayahanda dan kasih sayang ayahanda kepada
ananda, tidak pernah kurang sejak dahulu sampai kapanpun.
Ada petuah ayahanda ini yang sangat Penting, agar diteruskan
dharma bakti ananda ke hadapan Ida Bhatara di sini di
Tohlangkir, Besakih. Jangan sampai menurun, sebab kalau
demikian, menjadi ingkar ayahanda dengan janji ayahanda,
sangat nista disebut orang. Kemudian ada lagi nasehat
ayahanda, sebab ananda sudah pernah pralina atau wafat
menjadi abu kemudian disucikan menjadi hidup kembali, hidup
untuk keduakalinya, berdwijati namanya, sekarang ananda
berwenang
menjadi
pendeta,
agar
ananda
senantiasa
menyelenggarakan, mengatur dan memimpin penyelenggaraan
segenap upakara dan upacara di sini di Besakih. Juga agar
ananda mengatur semua masyarakat umat di seluruh Bali, agar
semakin meningkat bhakti dan sradha imannya, kepada Ida
Bhatara serta kepada sthana Ida Bhatara semuanya”.
Ida Sang Bang Manik Angkeran mengiakan semua yang
disampaikan oleh ayahandanya. Di samping petuah tersebut,
Ida Sang Bang juga diberikan pengetahuan suci yang
memberikan wewenang Ida Sang Bang untuk mengucapkan
weda mantra, menyelesaikan upacara, di samping diberikan
pengetahuan kerohanian daya kebathinan yang tinggi.
Seusai Ida Sang Bang Manik Angkeran mendapat pengetahuan
suci dan kerohanian, beliau ditinggalkan oleh ayahandanya
yang kemudian melakukan perjalanan pulang kembali ke Jawa.
Tidak diceriterakan perjalanan beliau, tibalah beliau di tanah
genting – tempat perbatasan antara Jawa dan Bali. Di sana
beliau termenung -menung. teringat beliau akan kelakuan
putranya yang tak senonoh. ltu sebabnya timbul kekhawatiran
dalam perasaan beliau. seandainya Ida Sang Bang Manik
Angkeran kembali lagi ke Jawa, sehingga beliau berkeinginan
mengupayakan bagai mana caranya agar putranya tidak bisa
lagi kembali, sebab janji beliau sudah demikian pasti. ltu
sebabnya kawasan itu akan diubah agar menjadi laut. Di sana
kemudian beliau menggelar yoga semadinya. Menyatukan
batinnya, memuja Bhatara di pegunungan agar berkenan dan
tidak beliau menjadi kualat. Sudah bersatu pikiran beliau dan
juga sudah mendapatkan ijin anugrah, lalu tanah genting itu
digores dengan tongkat beliau. Bergetar dengan dahsyat
kawasan Bali dan Jawa, lindu dan gempa terjadi, kilat dan
halilintar bertubi – tubi ! Terpisah dan putuslah kawasan Bali
dengan Jawa ! Laut memisahkan keduanya. Lalu laut itu
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

14

dinamakan dengan Segara Rupek. Tidak terhingga sukacita
Dang Hyang Siddhimantra. karena yakin putranya tidak akan
bisa kembali lagi ke Jawa. Lalu beliau kembali pulang ke Griya
Daha di Jawa.
IDA BANG MANIK ANGKERAN BERJUMPA DUKUH SAKTI
BELATUNG
Kembali diceriterakan keberadaan Ida Bang Manik Angkeran di
Besakih. Beliau membuat pasraman di sebelah Utara gua,
sekitar 300 depa jaraknya dari Gua itu. pekerjaan beliau seharihari melaksanakan tapa brata yoga samadhi, serta menjaga
kebersihan dan kesucian kawasan Pura Besakih. Tak sekalipun
beliau lalai. Perilaku beliau berbeda benar jika dibandingkan
dengan sebelum beliau wafat dibakar oleh Ida Bhatara Nagaraja.
Beliau melaksanakan Kadharmaan, mengikuti ajaran dan
perilaku seorang pendeta pura yang suci. Setiap hari beliau
menggelar Surya Sewana, memuja Sanghyang Parama Wisesa.
Suatu ketika tatkala hari sukla paksa pananggalan menjelang
purnama, beliau bermaksud untuk membersihkan diri dengan
mandi di Toya Sah, Besakih. Setelah membersihkan diri,
berkeinginan beliau berjalan-jalan meninjau kawasan Besakih.
Lalu terlihat oleh beliau seorang Iaki-laki tua sedang bekerja di
ladang, membersihkan padi gaga, membersihkan rumput dan
menyiangi. Orang tua itu bernama Ki Dukuh Belatung yang
demikian saktinya, namun tindak-tanduknya bagaikan anak
kecil senang dipuji serta senang pamer. Baru dilihat seseorang
datang ke tempat beliau dan menyaksikan beliau bekerja,
keluarlah keisengannya untuk pamer, sengaja berhenti bekerja
kemudian menaruh alat siangnya dan melompat duduk di atas
alat itu seraya mengambil sirih dan melumatkan sirih itu di atas
alat siang tadi.
Pikir Ki Dukuh ingin supaya yang baru datang menjadi kagum.
Namun Sang Bang Manik Angkeran malahan menjadi sangat
jengkel melihat aksi pamer Ki Dukuh, karena jelas maksudnya
untuk mencoba diri beliau. Lalu, dihampirinya Ki Dukuh seraya
berkata: “lh Bapak, kalau begini cara Bapak bekerja, sepertinya
bermain-main, sebanyak apa yang bisa Bapak hasilkan?”.
Lalu berkata Ki Dukuh sedikit gugup: “Siapa pula anda yang
bertanya ? Kok rasanya Bapak tidak jelas tahu?”.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

15

Berkata Ida Bang Manik Angkeran: “Ah saya ini Sang Bang
Manik Angkeran, putra beliau Mpu Bekung dari tanah Jawa.
Namun saya ini sekarang menghamba kepada Ida Bhatara di
Besakih, menjadi tukang sapu”.
Berkata lagi Ki Dukuh: “Tidak mengerti saya, kalau demikian
halnya. Sebab janggal keberadaan sang brahmana seperti itu.
Baru sekarang saya mendengar orang bekung (tak punya anak)
memiliki putera. Dan lagi ada brahmana menjadi tukang sapu,
kalau tidak anda ini brahmana hina”.
Sedikit marah Sang Bang berkata: “lh Bapak, jangan berbicara
sembarangan! Ayah saya memang bekung, namun karena
kesaktian beliau, berhasil beliau mengadakan putera. Saya ini
memang benar putra seorang Mpu, bukan brahmana hina.
Serta saya berhak diperintah oleh Ida Bhatara, walaupun
pekerjaan yang diperintahkan itu menyapu, itu juga pekerjaan
utama, kalau sudah Ida Bhatara yang memerintahkan.
Sekarang saya balik bertanya. Kakek ini siapa, serta dari
golongan apa ?”
Ki Dukuh kemudian berkata: “Saya ini bernama Ki Dukuh
Belatung, sebagai penua di desa Bukcabe, namun saya
membuat tempat tinggal di sini”.
Berkata lagi Sang Bang, masih perasaannya jengkel: “lh Bapak
Dukuh, saya bertanya lagi Itu ada sampah bertimbun akan
Bapak bagaimanakan ? Tidak akan Bapak bersihkan ? “
“Akan
saya
bersihkan
“Bagaimana
cara
Bapak
membersihkan
“Akan
saya
bakar
“Apa yang akan Bapak pakai membakar ?”

!”.
?”
!”

“Wah, ini benar-benar brahmana aneh”. Ki Dukuh menjawab
agak marah, apa lagi dipakai membakar, kalau bukan api. Lalu
kalau Ida Bagus apa yang dipakai membakar ?”.
“Wah” demikian Sang Bang menjawab seperti mencibir, “kalau
Bapak Dukuh masih membakar sampah dengan memakai
prakpak daun kelapa kering jelas tidak benar Bapak Dukuh
tahu dengan falsafah Tri Agni, yang berada di dalam diri

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

16

sebenarnya. Kalau saya, melalui air kencing saya saja sampah
ini akan terbakar tidak bersisa”
Tatkala didengarnya kata Ida Sang Bang demikian itu, menjadi
terhenyak Dukuh, berdiam diri, seraya lama termenung,
kemudian menghaturkan sembah “Singgih, Ratu Sang Bang,
kalau benar seperti perkataan l Ratu, bisa membakar sampah
ini dengan air kencing l Ratu, hamba akan menghaturkan diri,
serta semua milik hamba beserta rakyat, serta pula anak hamba
akan hamba serahkan semuanya kepada Cokor I Ratu”
Usai Sang Bang mendengar hatur Ki Dukuh, menjadi pulih
kembali perasaan beliau. Lalu beliau berkata perlahan: “Nah,
kalau
benar
seperti
perkataan
Bapak
saya
akan
memperlihatkan bukti. Namun agar semuanya sanggup datang
dan hadir serta disaksikan oleh Ida Sanghyang Triyodasa Saksi”.
“Jangan sekali-kali l Ratu ragu. Memang dari lubuk hati hamba
yang ikhlas tidak akan ingkar dengan janji”. Demikian hatur Ki
Dukuh.
“Nah, kalau begitu, ke sana Bapak pulang, beritahu sanak
keluarga serta rakyat Bapak agar datang manakala saya
memberikan bukti di hadapan Bapak”. Demikian perjanjian Ida
Sang Bang Manik Angkeran.
Setelah selesai janji itu, Ki Dukuh lalu memberitahukan kepada
anak, isteri serta keluarganya, perihal janjinya kepada Ida Bang
Manik Angkeran, serta imbalan yang dimasukkan ke dalam janji
itu sebagai taruhan. Yang mendengar semuanya sama-sama
paham di dalam hatinya menjadi taruhan.
Tersebutlah pada hari yang telah disepakati, pagi – pagi hari Ida
Sang Bang sudah membersihkan diri dengan mandi di Tirtha
Mas, serta kemudian melakukan yoga samadhi memuja
Sanghyang Agni agar memberikan anugrah. Setelah melakukan
yoga dan samadhi, lalu beliau berjalan menuju tempat tinggal Ki
Dukuh.
Setelah dekat dengan tempat Ki Dukuh, nampaknya semuanya
lengkap hadir, Ki Dukuh dengan isterinya, keduanya memakai
pakaian putih-putih, ditemani dengan anak dan kerabatnya,
hanya tinggal menunggu kedatangan Ida Sang Bang. Setelah
tepat benar matahari di atas kepala, lalu beliau menuju tempat
sampah yang bertimbun, di sana beliau mengheningkan ciptawww.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

17

mamusti, menyatukan pikirannya, menegakkan keteguhan
batin Iaksana Gunung Mahameru. Tidak berapa lama, matang
sudah yoga beliau, seraya mengeluarkan air kencing di sampah
itu. Dan sekejap air kencing itu menjadi api yang menyalanyala, berkobar. Terbakar semua sampah kebun di tempat itu,
hampir-hampir terbakar seluruh hutan di sana.
Keadaan itu dilihat oleh Ki Dukuh serta semua iringannya,
sangat kagum mereka pada kesaktian Ida Sang Bang. Ki Dukuh
merasa kalah, namun sekaligus merasa untung, karena merasa
mendapatkan jalan baik untuk pulang ke Sorga Loka. Tatkala
api itu berkobar. saat itu pula Ida Sang Bang Manik Angkeran
membelokkan ujung api itu ke arah timur laut. Lalu beliau
berkata kepada Ki Dukuh: “Bapak Dukuh, saya memberi bekal
Bapak dengan ganten. Turuti asap itu ke arah timur laut”
Saat itu Ki Dukuh menemukan jalan baik seraya melihat ada
Meru bertingkat 11 (sebelas). Ki Dukuh menuju api itu serta
mengheningkan
cipta
dengan
sikap
angeranasika
mengheningkan cipta dengan melihat hidung, lalu beliau
melompat ke tengah-tengah api yang sedang memuncak
kobarannya itu. Ki Dukuh naik moksa seiring dengan asap yang
mengepul tinggi itu serta kemudian tidak nampak lagi. Keadaan
itu diikuti oleh isteri Ki Dukuh yang memakai kerudung dan
berkain putih, kemudian mamusti, selanjutnya melompat juga
ke api, sebagai tanda setia bhakti kepada suami serta
berkeinginan juga menemui jalan terbaik menuju Sorga. Beliau
berdua pulang ke Nirwana, melalui Jalan ke Sorga Loka yang
utama, serta Juga berdasarkan sasupatan – penyucian oleh Ida
Bang Manik Angkeran, yang telah menjadi pendeta yang bijak.
Sejak saat itu Ki Dukuh Sakti dikenal dengan gelar Dukuh
Lepas atau Dukuh Sorga. Lama kelamaan tempat Ida Sang Bang
Manik Angkeran bersengketa dengan Ki Dukuh Sakti itu
dinamai Gumawang,
Sekarang diceriterakan yang masih hidup. Sesudah Ki Dukuh
Sakti meninggal semua milik Ki Dukuh serta rakyat se kawasan
Desa Bukcabe, diserahkan kepada lda Sang Bang, termasuk
putri beliau yang merupakan seorang dara yang bijak, cantik
tiada bandingnya, bernama Ni Luh Warsiki. Kedua beliau itu
sama-sama saling mencintai, disebabkan yang satunya
merupakan seorang jejaka yang tampan bersanding dengan
seorang dara yang jelita. Kemudian diselenggarakan Upacara
Perkawinan.

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

18

Setelah upacara selesai, lalu keduanya kembali ke Pasraman di
Besakih. Sesampai di Tegehing Munduk-tempat ketinggian, Ni
Luh Warsiki menoleh ke tempat bekas sampah dibakar,
terhenyak beliau, lalu menangis, teringat akan ayah ibunya
yang sudah berpulang. Beliau tidak mau melanjutkan
perjalanan sebelum pulih perasaan beliau. Rakyat beliau
kemudian membuatkan tempat beristirahat di sana. Lama
kelamaan tempat itu dikenal dengan nama Munduk Jengis.
Diceriterakan kemudian rakyat semuanya sangat gembira pada
perasaan mereka, disebabkan sekarang mereka memiliki pujaan
yang tampan serta sakti, pintar, bijaksana serta dibya caksu,
memiliki kesaktian bisa melihat kejadian tanpa hadir langsung.
Setelah lama beliau berdua bersuami isteri saling mencintai,
saling mengasihi maka lahirlah seorang putra Iaki-laki, rupanya
tampan serta memiliki prabawa yang agung dinamai Ida Wang
Bang Banyak Wide.
IDA BANG MANIK ANGKERAN BERJUMPA DENGAN BIDADARI
Tidak terasa berapa tahun lamanya beliau bersuami-isteri,
tatkala hari Purnama bulan ke sepuluh, Ida Sang Pendeta
keluar dari pasraman, membawa tempat air serta seperangkat
alat untuk mandi. Memang sudah menjadi kebiasaan beliau
setiap hari baik atau pada hari Purnama-Tilem, selalu beliau
bepergian ke Tirtha Pingit untuk mandi. Beliau berjalan naik
perlahan sebab merasa senang beliau melihat segala bunga
yang tumbuh di tepi jurang, serta pula di berbagai tempat di
daerah Besakih. Banyak jenis bunganya serta beraneka rupa
warnanya. Demikian senang perasaan Ida Sang Pendeta melihat
keadaan seperti itu, sampai beliau menggumam bagaikan
berbincang dengan bunga itu semua.
Setelah beliau memasuki hutan, terdengar oleh beliau suara
burung semakin ramai saling bersahutan, Iaksana menyambut
kedatangan Sang Pendeta. Beraneka macam memang suara
burung itu. Semua itu menambah gembira hati sang pendeta.
Tahu-tahu beliau sudah berada dekat dengan tempat Tirtha
Pingit yang akan dituju.
Tiba-tiba beliau berhenti. Karena terlihat oleh beliau seorang
wanita sudah ada lebih dahulu di tempat air suci itu,
kemungkinan juga akan mandi. Beliau Sang Pendeta lalu
memperhatikan wanita itu. Demikian cantiknya serta berwibawa
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

19

wanita itu. Kemudian beliau merasa-rasa. Sepertinya beliau
sudah pernah bertemu dengan wanita itu, namun tidak ingat
lagi beliau, di mana, siapa gerangan wanita itu. Ingat lagi,
kemudian lupa kembali. Tatkala itu, wanita itu juga diam
menunduk, sepertinya acuh.
Setelah agak lama mengingat-ingat, juga tidak bisa beliau
mengingat, maka didekatinya wanita itu, seraya menyampaikan
pertanyaan: “Inggih, tuan puteri yang bijak, siapakah gerangan
tuan puteri ini, Kok sendiri di tengah hutan begini. Dari mana
tuan puteri, apakah tuan puteri benar manusia, apa Wong
samar orang maya, ataukah Dewa ?”
Menjawab wanita itu: “Inggih Sang Pendeta, yang sangat
bijaksana, hamba ini bukanlah manusia maya, dan juga bukan
manusia”.
“Kalau demikian, sebenarnya tuan puteri Bidadari ?”.
“Ya, benar sekali seperti yang Sang Pendeta katakan, hamba
memang
bidadari
dari
Sorga”.
“Aduh, sudah hamba sangka, tentu tuan puteri adalah Bidadari,
karena kagum benar hamba melihat kecantikan paras tuan
puteri”.
“Inggih, memang demikian Sang Pendeta. Kalau wanita,
kecantikannya yang menyebabkan orang itu kagum. Kalau Iakilaki jelas kebijaksanaan dan keperwiraannya yang membuat
orang kagum serta bertekuk lutut di kakinya”. Demikian kata
Sang Bidadari.
Ketika mendengar perkataan Sang Bidadari sedemikian itu,
seperti terkena sindiran Sang Pendeta. Seraya menyembunyikan
rasa gugupnya, lalu beliau berkata: “Apa yang mungkin tuan
puteri cari, datang ke sini di tengah hutan seorang diri ?”
Menjawab Sang Bidadari: “Tidak ada yang hamba cari.
Kedatangan hamba ke sini, hanya bersenang-senang”.
Apa yang menyebabkan tuan puteri datang ke sini untuk
bersenang-senang. Apakah di Sorga kurang tempat yang indah
untuk bersenang-senang?” “Ya, memang demikian Sang
Pendeta. Di Sorga, memang tidak kurang tempat yang indah.
Tetapi sebenarnya sekali, yang membuat hati ini senang, tidak
tempat yang indah saja, namun senang atau sedih, suka atau
duka, hanya tergantung pada hati perasaan kita masingmasing. Kalau seperti hamba, sekarang ini, hanya tempat ini
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

20

yang paling indah, yang bisa memberikan kesenangan pada
perasaan hamba. Sebenarnya Sang Pendeta, bagaikan ditarik
hati hamba, jadi berkeinginan hamba untuk datang ke mari,
mungkin ada sesuatu hal yang sangat indah di sini”.
Lagi seperti dikenai sindiran, sampai Sang Pendeta menjadi
makin gugup, lalu kemudian beliau berkata lagi: “Memang betul
tuan puteri datang dari Sorga, sangat pintar dan bijak tuan
puteri berkata, semakin menjadi kagum hamba kepada tuan
puteri”.
“Janganlah berkata demikian Ratu Sang Pendeta. Terlalu
banyak l Ratu memuji diri hamba. Sebenarnya sekali, hamba
masih terlalu muda”. Demikian Sang Bidadari segera menjawab.
Setelah lama berbincang-bincang serta keduanya merasa di hati
masing -masing sudah akrab serta bersemi lagi rasa cinta, lalu
beliau Sang Pendeta memaksakan dirinya untuk berkata: “Duh
Dewa Sang Bidadari, perkenankanlah hamba memohon maaf,
kalau-kalau perkataan hamba tidak berkenan di hati, karena
tidak bisa sama sekali hamba akan menghentikan perasaan
hamba yang mungkin bisa dikatakan kurang baik, namun bisa
juga disebut baik sekali”.
Lalu menjawab Sang Bidadari: “Silakan Sang Pendeta, apa yang
akan tuan sampaikan. Hamba bersedia untuk mendengarnya.
Jangan lagi Sang Pendeta merasa ragu dan khawatir”.
Berkata Sang Pendeta: “Duh, Dewa, terlebih dahulu hamba
menghaturkan
terimakasih
yang
sebesar-besarnya
atas
anugerah Tuan Puteri. Pendek kata hamba ingin mengatakan,
jangan sekali Tuan Puteri marah, mudah-mudahan Tuan Putri
berkenan. Ya, begini …. diri hamba akan hamba serahkan ke
hadapan Tuan Putri Namun karena hamba belum bisa ikut ke
Sorga Loka mengikuti Tuan Puteri, kalau berkenan, Tuan Puteri
akan hamba ajak di sini di dunia, di kawasan Besakih ini,
menghamba dan mengabdi kepada Ida Bhatara di sini”.
Menjawab Sang Bidadari: “Ya kanda, sebelum hamba menjawab
keinginan kanda tersebut, berikan saya menceriterakan terlebih
dahulu perihal kita berdua kala berada di Kendran. Sebenarnya,
dahulu, sebelum kanda diutus untuk turun ke dunia ini, atas
permohonan Ida Danghyang Siddhimantra, dinda sudah
memilih hubungan-bertunangan dengan kanda. Namun setelah
kanda turun ke Marcapada ini dinda masih sendirian berada di
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

21

Sorga Loka. Lama dinda menunggu kedatangan kanda, tidak
juga ada datang-datang. ltu sebabnya dinda sekarang turun ke
dunia mengikuti jejak kakanda, agar bisa segera bertemu
dengan kakanda, menyatukan tali asih yang sudah bersemi di
Sorga Loka. Karena itu, kalau memang benar ada maksud
kakanda akan bersatu dengan dinda, dinda tidak lagi
berpanjang kata, dinda bersedia mendampingi kanda, walaupun
di sini di dunia, semasih kakanda berada di sini”.
Setelah mendengar perkataan Sang Bidadari demikian itu,
merasa gugup dan terhenyak perasaan Ida Sang Pendeta.
Namun di lain pihak merasa gembira perasaan beliau, seraya
berkata: “Duh, permata hati kanda, l Dewa, dindaku, barangkali
memang betul sekali apa yang dinda katakan baru saja, kanda
juga merasa-rasa dengan perihal itu. Namun terasa sangat
samar hal itu. Sekali lagi kanda ingin menyampaikan
terimakasih sebesar-besarnya, karena demikian besar kesetiaan
dinda kepada kanda, sampai-sampai dinda mau turun ke dunia
ini, meninggalkan semua keindahan yang ada di Sorgaloka. Ya,
kalau demikian, kanda sanggup, agar kanda bisa bersama
dengan dinda sampai kelak di kemudian hari, ke mana pergi
dinda, kanda akan ikut. Namun demikian ada yang kanda
ragukan dalam hati kanda, perihal keadaan dinda akan
menetap di dunia ini bersama kanda, apakah tidak akan
membuat ribut di Sorgaloka, ke sana kemari para Dewa mencari
dinda. Itu yang sangat kanda khawatirkan di hati, agar tidak
karena kanda yang menyebabkan dinda menemui kesulitan,
apalagi dinda sudah demikian berkenan memberikan anugerah
kepada kanda”.
Menjawab Sang Bidadari dengan senyum manis: “Ya kanda,
memang sepantasnya kanda memikirkan keadaan dinda.
Namun jangan kanda merasa khawatir. Sebab dinda sudah
memohon pamit kepada Ida Bhatara serta keluarga dinda
semuanya di Sorga, serta dinda sudah mendapatkan ijin dari
Ida Bhatara. Memang benar dinda sedikit bersikeras memohon
diri kepada Ida Bhatara, karena janji Ida Bhatara dahulu, konon
kanda hanya sebentar saja diutus turun ke sini ke dunia.
Namun, sesudah kanda selesai diruwat Ida Sang Nagaraja,
seyogyanya kanda sudah kembali pulang ke Sorga. Memang
kanda sudah dapat pulang sekejap, namun karena keras
permohonan Ida Sang Nagaraja, yang sudah berjanji kepada Ida
Danghyang Siddhimantra, ayah kakanda, lagi pula memang
kebetulan ada lain pekerjaan yang harus kanda selesaikan di
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

22

sini, jadi hambalah yang dikalahkan. Kanda dikembalikan lagi
ke dunia. Karena dinda tidak mau ditinggalkan oleh kanda
sedemikian lama, jadi dinda menghadap Ida Bhatara, memohon
agar dinda diperkenankan turun ke dunia ini, mengikuti
perjalanan kanda. Mungkin permohonan dinda dianggap
pantas, itu sebabnya dinda diberi ijin untuk mohon pamit serta
diberikan wara nugraha untuk bisa turun seperti ini ke dunia,
tidak lagi menjalani hal yang sudah lazim, yakni menjelma sejak
bayi seperti kelahiran kanda dahulu. Sebab bila demikian
perihalnya, jelas tidak bisa dinda bertemu dengan palungguh
kanda, seperti sekarang”.
Memang demikian kagumnya beliau Sang Pendeta pada
kadibyacaksuana wawasan Sang Bidadari, kemudian beliau
bertanya kembali: “Jadi, kalau demikian halnya, semua
perbuatan Kanda di dunia ini sudah dinda ketahui ?”
“Ya, semua dinda ketahui”.
Baru demikian Sang Bidadari berkata, menjadi merah muka Ida
Pendeta akibat malunya. Hal itu diketahui oleh Sang Bidadari.
Lalu, seraya tersenyum, Sang Bidadari melanjutkan: “Namun
semua itu merupakan titah atau kehendak dari Ida Bhatara di
Sorgaloka. Kanda hanya melaksanakan. Kalau kanda tidak
dijadikan anak yang durhaka, tidak bisa kanda akan nyupatmeruwat Ida Sang Nagaraja, sebab tidak lama kanda memenggal
ekor beliau yang menjadi tempat berkumpulnya angkara.
Namun Beliau Sang Nagaraja tidak berhutang supata kepada
kanda, karena beliau sudah pula nyupat-menyucikan diri
kanda, beliau melebur badan jasmani – stula sarira kanda yang
banyak berisikan dosa, kemudian diganti oleh beliau dengan
badan jasmani baik seperti sekarang “.
Sang Bidadari berhenti sebentar, kemudian melanjutkan lagi:
“Dinda lanjutkan sedikit lagi. Begini, perihal beliau Ki Dukuh
Belatung. Memang beliau sangat sakti matang sekali dalam hal
yoga samadhi. Namun ada kekurangan beliau sedikit. Yaitu
beliau sedikit tinggi hati dan senang pujian. ltu sebabnya beliau
bersedia diruwat pada api yang keluar dari air kencing kanda.
Namun sebenarnya, hal itu merupakan kehendak Ida Bhatara,
sebab kalau Ki Dukuh tidak tinggi hati, dan sena