PERSEPSI REMAJA SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN GENG MOTOR DI MEDIA MASSA ONLINE (Studi Deskriptif Persepsi Remaja Surabaya Tentang Pemberitaan Geng Motor Di Media Massa Online).

PERSEPSI REMAJ A SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN
GENG MOTOR DI MEDIA MASSA ONLINE
(Studi Deskriptif Per sepsi Remaja Surabaya Tentang Pemberitaan
Geng Motor Di Media Massa Online)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan Memper oleh Gelar Sar jana
Pada Pr ogr am Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veter an” Jawa Timur

Oleh:

FERRY SRI KURNIAWATI
NPM: 0843010227

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2013


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PERSEPSI REMAJ A SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN
GENG MOTOR DI MEDIA MASSA ONLINE
(Studi Deskriptif Per sepsi Remaja Surabaya Tentang Pemberitaan
Geng Motor Di Media Massa Online)

Disusun Oleh :

FERRY SRI KURNIAWATI
NPM : 0843010227
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional " Veteran" J awa Timur
Pada Tanggal 20 J uni 2013
TIM PENGUJ I :
Pembimbing Utama

1. Ketua


Dr s. Kusnarto, M.Si
NIP. 195808011984021001

J uwito, S.sos, M.Si
NPT. 367049500361
2. Sekretaris

Dr s. Saifuddin Zuhri, M.Si
NPT. 3700694 00351
3. Anggota

Dr s. Kusnarto, M.Si
NPT. 1958080 1198 4021 001
Mengetahui
DEKAN

DRA. HJ . SUPARWATI, M.Si
NIP. 195597181983022001
iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PERSEPSI REMAJ A SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN
GENG MOTOR DI MEDIA MASSA ONLINE
(Studi Deskriptif Per sepsi Remaja Surabaya Tentang Pemberitaan
Geng Motor Di Media Massa Online)

Disusun Oleh :

FERRY SRI KURNIAWATI

NPM. 0843010227

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,
Pembimbing Utama

Dr s. Kusnarto, M.Si

NIP. 1950808011984021001

Mengetahui
Dekan

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 19550718 198302 2001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PERSEPSI REMAJ A SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN
GENG MOTOR DI MEDIA MASSA ONLINE
(Studi Deskriptif Per sepsi Remaja Surabaya Tentang Pemberitaan
Geng Motor Di Media Massa Online)

Disusun Oleh :

FERRY SRI KURNIAWATI
NPM : 0843010227

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional " Veteran" J awa Timur
Pada Tanggal 20 J uni 2013
TIM PENGUJ I :
Pembimbing Utama

1. Ketua

Dr s. Kusnarto, M.Si
NIP. 195808011984021001

J uwito, S.sos, M.Si
NPT. 367049500361
2. Sekretaris

Dr s. Saifuddin Zuhri, M.Si
NPT. 3700694 00351
3. Anggota


Dr s. Kusnarto, M.Si
NIP. 1958080 1198 4021 001
Mengetahui
WS. DEKAN

Dra. Sumardjijati, M.Si
NIP. 196203231993092001
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karuniaNya kepada penulis sehingga Proposal dengan judul PERSEPSI REMAJ A
SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN GENG MOTOR DI MEDIA
CETAK (Studi Deskriptif Per sepsi Remaja Surabaya Tentang Pemberitaan
Geng Motor Di Media Cetak) dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Kusnarto, M.Si
selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan banyak waktunya untuk
memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Selain itu penulis
juga menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual

maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ec. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra. Sumardjijati, M.Si selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
3. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
4. Dosen-dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, terima kasih untuk segala
ilmunya.

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Kedua Orang Tuaku dan adik, yang selalu memberikan dukungan pada
penyelesaian Proposal ini.


Surabaya, 01 Oktober 2012

Penulis

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

HALAMAN J UDUL ....................................................................................

i

LEMBAR PERSETUJ UAN ........................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
ABSTRAKSI ................................................................................................. vii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN ........................................................................

1

1.1

Latar Belakang Masalah.........................................................

1

1.2


Perumusan Masalah ..............................................................

8

1.3

Tujuan Penelitian ..................................................................

8

1.4

Kegunaan Penelitian .............................................................

9

KAJ IAN PUSTAKA ................................................................... 10
2.1

Landasan Teori ..................................................................... 10

2.1.1 Pengertian Persepsi ..................................................... 10
2.1.2 Karakter Persepsi ........................................................ 12
2.1.3 Jenis Persepsi .............................................................. 13
2.1.4 Komponen Persepsi ..................................................... 15
2.1.5 Proses Terjadinya Persepsi ........................................... 17
2.1.6 Hal-hal yang Mempengaruhi Persepsi .......................... 19
2.1.7 Media Massa ............................................................... 22
2.1.8 Jenis Media Massa ....................................................... 24
2.1.9 Fungsi Media Massa .................................................... 25
2.1.10 Pengertian Remaja ..................................................... 27
2.1.11 Ciri-Ciri Remaja ........................................................ 29
2.1.12 Tugas Perkembangan Remaja .................................... 30
2.1.13 Pengertian Geng Motor ............................................. 32
2.1.14 Penyebab Remaja Terlibat Geng Motor ..................... 34
vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2

Kerangka Berpikir ................................................................. 39

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 41
3.1 Metode Penelitian..................................................................... 41
3.2 Definisi Operasional ................................................................. 42
3.2.1 Persepsi ......................................................................... 42
3.2.2 Remaja ......................................................................... 44
3.2.3 Geng Motor ................................................................... 45
3.3 Informan Penelitian ................................................................. 45
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 46
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
FERRY SRI KURNIAWATI PERSEPSI REMAJ A SURABAYA TENTANG
PEMBERITAAN GENG MOTOR DI MEDIA MASSA ONLINE (Studi
Deskriptif Per sepsi Remaja Surabaya Tentang Pemberitaan Geng Motor Di
Media Massa Online)
Tujuan dalam penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimanakah
persepsi remaja tentang pemberitaan geng motor di media cetak. Berbagai macam
kenakalan remaja muncul akhir-akhir ini seperti perkelahian secara perorangan
atau kelompok,dan tindakan-tindakan kriminalitas lainnya. Saat ini beberapa
media cetak kerap memberitakan tentang aksi kekerasan yang dilakukan para
remaja terutama yang lebih dikenal masyarakat dengan istilah geng motor.
Metode penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan pengambilan data
primer melalui wawancara in depth interview serta observasi dari informan terkait.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa para narasumber ini dari segi
pemberitaan informasi yang diperoleh para informan yang berinisial MR, JN dan
DN menyatakan bahwa mereka yang tidak termotivasi terhadap pemberitaan
tersebut. Beda halnya yang disampaikan oleh informan yang berinisia doel,
informan ini mengatakan bahwa mencari informasi itu bukan hanya di media
massa saja, namun alangkah baiknya jika kita belajar dari hal-hal di sekitar kita,
sebab lebih baik mengungkap realitas yang sebenarnya mengenai geng motor
khususnya yang ada di Surabaya.
Kata Kunci : Geng Motor, Pemberitaaan Media Online
ABSTRAC
FERRY SRI KURNIAWATI SURABAYA PERCEPTION OF YOUTH GANGS
OF NEWS ONLINE MOTOR IN MASS MEDIA (Descriptive Study of
Adolescent Perceptions about Preaching Surabaya Motorcycle Gang in Mass
Media Online).
The purpose of this research which is to determine how the perception of
adolescents about motorcycle gangs news in online media. Wide range of juvenile
delinquency emerged lately as a fight as individuals or groups, and other criminal
acts. Currently several print media often preach about violence committed by the
youth especially, better known to the public as a motorcycle gang.
This research method is descriptive qualitative primary data collection
through interviews in depth interviews and observations of informants related.
Based on the results of this study that the sources of news in terms of
information obtained by the informant whose initials MR, DN and JN stated that
they aren’t motivated and there is no on the news. Unlike the case presented by
informants who name DN, this informant said that it was not just looking for
information in the mass media, but it would be nice if we learn from the things
around us, for better disclosure reality which is in effect on a particular
motorcycle gang in.

Keywords: Motorcycle Gang, Online Media News
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah masa akan beralihnya ketergantungan hidup
kepada orang lain (Hurlock, 1993). Dia mulai menentukan jalan hidupnya.
Selama menjalani pembentukan kematangan dalam sikap, berbagai perubahan
kejiwaan terjadi, bahkan mungkin kegoncangan. Kondisi semacam ini sangat
dipengaruhi oleh lingkungan di mana dia tinggal. Masa remaja adalah masa
transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada
umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir
belasan tahun atau awal dua puluh tahunan. Masa remaja merupakan masa
antara kanak-kanak dan dewasa. Transisi perkembangan pada masa remaja
berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun
sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai. (Hurlock, 1993)
Pada sisi lain remaja seringkali tidak mempunyai tempat mengadu
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Sehingga sebagai pelarian
remaja seringkali terjerumus, seperti mabuk-mabukan, narkotika dan tindak
kriminalitas.Kenakalan remaja sudah menjadi masalah di semua negara.
Setiap tahun tingkat kenakalan remaja ini menunjukan peningkatan, sehingga
mengakibatkan terjadinya problema sosial. Lingkungan sangat berpengaruh
besar dalam pembentukan jiwa remaja. Bagi remaja yang ternyata salah
memilih tempat atau kawan dalam bergaulnya, maka yang akan terjadi

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

kemudian adalah berdampak negatif terhadap perkembangan pribadinya. Akan
tetapi, bila dia memasuki lingkungan pergaulan yang sehat seperti memasuki
organisasi pemuda yang resmi diakui oleh pemerintah maka sudah tentu
berdampak positif bagi perkembangan kepribadiannya.
Kenakalan remaja akhir-akhir ini yang sangat mengkhawatirkan adalah
akibat pengaruh dari lingkungan sosial. Gejala-gejala kejahatan yang muncul
merupakan akibat dari proses perkembangan pribadi remaja yang sedang
berupaya mencari identitas diri. Yang dimaksud dengan perkembangan adalah
sebuah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan. Perkembangan dalam
kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Dalam bukunya
yang berjudul Human Development Papalia & Olds menjelaskan bahwa
terdapat tiga aspek perkembangan yakni : perkembangan fisik, perkembagan
kognitif, dan perkembangan kepribadian atau sosial. (Papalia & Olds, 2001)
Dalam berhubungan dengan orang lain serta dengan duninya, remaja
memiliki beberapa masalah yang harus dihadapinya. Permasalahan yang
dihadapi oleh remaja saat ini sangatlah kompleks seperti yang banyak
diberitakan oleh media belakangan ini, seperti perilaku penarikan diri dari
lingkungan social, tawuran, seks diluar nikah, mengkonsumsi narkoba, dan
perilaku-perilaku lainnya. Perilaku

remaja yang sedang berproses untuk

mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
Kata media berasal dari bahasa latin yakni ”Medius” yang berarti
tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media diartikan
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Pegertian media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, persaan, perhatian dan minat seseorang.
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua yakni
media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun
media massa elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh
masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di masyarakat kota.
Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film dan lain-lain.
Tidak terlepas kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam
masyarakat. Media massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan
anatara komunikastor dan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan
lapisan sosial dalam masyarakat. (Sugiharti dalam Oermana, 2009:14)
Kenakalan remaja yang diberitakan dalam berbagai forum dan media
dianggap semakin membahayakan, berbagai macam kenakalan remaja muncul
akhir-akhir ini seperti perkelahian secara perorangan atau kelompok,
penggunaan obat-obatan berbahaya seperti narkoba, pemerkosaan, dan
tindakan-tindakan kriminalitas lainnya. Saat ini beberapa media cetak kerap
memberitakan tentang aksi kekerasan yang dilakukan para remaja terutama
anggota dari klub motor atau yang lebih dikenal masyarakat dengan istilah
geng motor. Geng motor menjadi momok yang menakutkan bagi warga
beberapa waktu belakangan. Berita mengenai sekumpulan "manusia
bermotor" ini belakangan bukan lagi mengenai hobi touring atau aksi sosial

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

positif yang mereka lakukan, tapi aksi brutal dan kekerasan yang menciptakan
teror bagi masyarakat. (www.antaranews.com)
Geng Motor pada mulanya disebut sebagai sekumpulan manusia yang
memiliki hobi bersepeda motor yang membuat kegiatan berkendara sepeda
motor secara bersama sama baik tujuan konvoi maupun touring dengan sepeda
motor. Berawal dari kecenderungan hobi yang sama dari beberapa orang,
kemudian membentuk perkumpulan. Beberapa geng motor belakangan telah
berubah dari kumpulan hobi mengendarai motor menjadi hobi menganiaya
orang, hingga hobi melakukan aksi perampokan. Bicara lebih lanjut mengenai
gang motor, keresahan mengenai aksi brutal dan kekerasan geng motor
ternyata

telah

lebih

dahulu

dirasakan

di

Surabaya.

(http://id.wikipedia.org./wiki/Geng_Motor)

Keberadaan kelompok-kelompok pelaku balapan liar ini memicu
mereka berkomplot ke dalam geng motor. Tidak perlu mereka membuat secara
resmi perkumpulan ini. Tinggal buat kesepakatan, maka jadilah berbagai
kegiatan yang mereka lakukan tanpa pikir panjang akibatnya. Apalagi jika di
dalamnya sudah dilatarbelakangi oleh orang-orang berkepentingan khusus
untuk menyetir anak-anak muda ini.
Belakangan ini istilah geng motor dan klub motor ini mengalami
pergeseran arti. Beberapa rekan yang masih aktif dalam klub motor tidak mau
disamakan dengan geng motor. Klub motor biasanya berijin resmi dari
kepolisian dan mempunyai AD ART sendiri. Beberapa ciri dikemukakan oleh
salah seorang anggota klub motor, semisal mereka mengendarai motor harus

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

memperhatikan keamanan (safety riding). Klub motor juga melakukan
aktivitas di siang hari. Aktivitas yang sering dilakukan biasanya berkumpul
dalam satu komunitas dan mendiskusikan hal-hal yang bermanfaat. Bahan
diskusi biasanya seputar motor, semisal bagaimana memperbaiki atau
modifikasi motor. Bahkan mereka juga kadang melakukan charity event,
misalnya ketika bulan ramadhan membagikan makan sahur kepada para
gelandangan. Paling sering dilakukan oleh klub motor adalah konvoi motor ke
tempat wisata dengan sanak keluarga. Sehingga, bisa jadi hal inilah yang juga
membuat

anggota

klub

motor

sangat

solid

satu

dengan

lainnya.

(www.republika.co.id)
Perbandingan istilah geng motor dan klub motor yakni dilihat dari
jumlah anggota yang banyak dan merupakan gabungan anak muda yang
berasal dari berbagai tempat. Menurut hasil bacaan dari berbagai sumber,
kebanyakan dari orang-orang anggota geng motor adalah anak muda yang
berstatus jobless ataupun sedang menduduki bangku sekolah menengah dan
sedang bingung mencari identitas diri. Aksi yang dilakukan geng motor
biasanya brutal dan semakin anarkhis. Menjarah serta berkelahi dengan
anggota geng motor yang lainnya juga kerap menghiasi kebiasaan anggota
geng motor. Herannya, beberapa waktu lalupun geng motor pernah berjaya di
beberapa kota besar semisal Bandung dan Jakarta, dan sekarang kejadiannya
terulang lagi. Kejahatan yang dilakukanpun dirasa semakin berani, bahkan
aksi menjambret juga dilakukan oleh anggota geng motor yang notabene

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

masih berstatus sebagai pelajar disalah satu sebuah sekolahan pada waktu
siang hari. (www.republika.co.id)
Aksi Geng Motor memang benar-benar meresahkan, kejadian ini
terjadi di salah satu tempat nongkrong remaja di Surabaya. Aksi tersebut juga
pernah terjadi sebelumnya di Surabaya pada tahun 2011, berita yang
bersumber dari Harian Pos Kota menyatakan :
“Dua geng motor di Surabaya terlibat aksi
kekerasan. Kali ini terjadi di Jalan Kerto Menanggal
Surabaya. Empat anggota salah satu anggota geng
motor di Surabaya yang usianya masih belasan tahun
menghajar
ramai-ramai
korbannya.
Ironisnya
pengeroyokan itu dipicu karena rebutan cewek. Namun
akibat ulah kriminalnya itu, keempat pelaku ditangkap
anggota Polsek Gayungan dan dijebloskan ke tahanan.”
(www.republika.co.id)

Aksi yang dilakukan geng motor tidak hanya terjadi di Surabaya saja,
pada bulan April 2012 masyarakat Ibu Kota juga dihebohkan dengan berita
mengenai aksi sekumpulan geng motor tersebut., sebagaimana yang diliput
oleh wartawan TEMPO berikut ini :
“TEMPO, Jakarta melaporkan bawa belasan
pelajar yang notabene merupakan anggota geng motor
menyerang gerai 7-Eleven di Jalan Salemba Raya,
Jakarta Pusat. Kejadian berlangsung Jum’at dini hari,
13 April 2012, pukul 02.30. Mereka membawa samurai
dan tongkat. Menurut saksi mata ada sekitar 50 sepeda
motor yang dikendarai gerombolan itu. Ciri-ciri fisik
penyerang saat itu adalah badan besar dan berambut
cepat. Begitu sampai di 7-Eleven mereka mengobrakabrik meja-meja di luar bangunan 7-Eleven.
(www.tempo.com)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Masalah geng motor belakangan ini adalah masalah kenakalan remaja
yang banyak diperbincangkan di setiap kalangan. Adapun penyebab
keikutsertaan remaja dalam geng motor terkhususnya di berbagai kota besar di
Indonesia adalah ketidak harmonisan keluarga, kesetiakawanan antar teman,
pencarian jati diri, dan tren yang dianggap remaja saat ini adalah bentuk
pertemanan yang paling baik.
Adapun hambatan-hambatan dalam menanggulangi kenakalan remaja
adalah terdapat dalam diri pribadi remaja itu sendiri dan terdapat pada
keluarga dan lingkungan tempat tinggal remaja itu. Dan adapun upaya-upaya
dalam penanggulangan kenakalan remaja, khususnya kenakalan remaja geng
motor seperti yang marak diberitakan belakangan ini adalah dengan
melakukan pendekatan pada pribadi remaja yang telah terjerumus ke dalam
geng motor baik secara prefentif, represif, dan rehabilitatif.
Banyak pihak yang sebenarnya bisa membantu menyelesaikan
permasalahan geng motor:
1. Bebaskan jalanan dari aksi-aksi balapan liar yang sering ditemui, karena
aksi ini juga sudah meresahkan dan memakan korban jiwa. Apalagi
perkembangan komunitas balapan liar lebih mudah menjurus kepada geng
motor.
2. Aktifkan kembali karang taruna yang ada dengan aksi-aksi yang
bermanfaat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

3. Berikan ruang aktifitas fisik dan olah raga umum seperti lapangan sepak
bola, lapangan bulu tangkis
4. Libatkan anak-anak muda dalam setiap kegiatan yang dilakukan RT, RW,
kelurahan, kecamatan
5. Berikan bekal pelatihan-pelatihan khusus dan pendampingan untuk bekal
mereka berwirausaha.
6. Pengawasan harus terintegrasi dilakukan semua pihak baik orang tua, guru
di sekolah, kepolisian, pejabat dari tingkat terendah hingga tinggi.
(http://muda.kompasiana.com/2012/balapan-liar-cikal-bakal-geng-motor)

1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
yakni mengenai bagaimana persepsi remaja tentang pemberitaan geng motor
di media cetak ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimanakah
persepsi remaja tentang pemberitaan geng motor di media cetak.

1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan guna baik secara teoritis
maupun secara praktis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

1. Kegunaan teoritis yakni untuk dapat menambah wacana serta memberikan
informasi dan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi
sebagai bahan masukan maupun referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan praktis yakni untuk dapat memberikan masukan pada pihak
Kepolisian untuk selalu memberikan fasilitas kenyamanan kepada
masayarakat agar tidak resah akan pemberitaan dan aksi geng motor,
sehngga tidak terjadi aksi balas dendam ataupun aksi-aksi main hakim
sendiri atas perilaku yang dilakukan oleh anggota geng motor.
3. Kegunaan umum yakni untuk dapat memberikan pertimbangan dan
masukan pada orang tua yang memiliki anak remaja untuk selalu
mengawasi perilaku anak-anaknya agar anak-anak

mereka tidak

terjerumus pada kenakalan-kenakalan remaja yang mengarah pada
tindakan kriminal.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh gambaran mengenai sesuatu melalui tahap pemilihan,
pengelolahan, dan pengertian dari informasi mengenai sesuatu tersebut.
Tindakan seseorang ajan sesuatu hal banyak dipengaruhi oleh hal tersebut.
Dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar
(2001:167), Mulyana mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses internal
yang memungkinkan kita untuk memilih, mengorganisasikan serta
menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan dari proses tersebut dapat
mempengaruhi perilaku kita nantinya. Persepsi merupakan sebuah inti dari
komunikasi, karena

jika persepsi tidak akurat

maka tidak akan

memungkinkan kita berkomunikasi secara efektif. Dari persepsilah yang
menentukan kita untuk memiliki suatu pesan dan mengabaikan pesan yang
lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antara individu, dan sebagai
konsekuensinya maka semakin cenderung membentuk suatu kelompok
budaya ataupun kelompok identitas. Berikut ini beberapa pengertian
persepsi yang didefinisikan oleh beberapa pakar komunikasi untuk
memperjelas pengertian dari persepsi itu sendiri, antara lain :
1) Rudolf R. Verdeber
“Persepsi adalah suatu proses dalam menafsirkan informasi indrawi”.

10
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

2) J.Cohen
“Persepsi didefinisikan sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai
penerimaan objek eksternal. Persepsi adalah pengetahuan yang tampak
mengenai apa yang ada diluar sana”.
3) Brian Fellows
“Persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme dalam
menerima dan menganalisis sebuah informasi”.
4) Kenneth A. Sereno dan Edward M. Bodaken
“Persepsi adalah proses mental yang digunakan untuk menggali sebuah
rangsangan”.
5) Joseph A. Devito
“Persepsi adalah proses dengan mana kita menjadi sadar akan banyaknya
stimulus yang dapat mempengaruhi indera kita”. (Mulyana, 2001: 167168)
Dari pengertian-pengertian mengenai persepsi diatas pada dasarnya
telah disimpulkan oleh Dedy Mulyana dengan sempurna, seperti yang
dituliskan sebelumnya. Dan dari pengertian-pengertian persepsi diatas juga
dapat diketahui bahwa persepsi merupakan inti dari sebuah komunikasi,
sedangkan penafsiran atau interpretasi merupakan inti dari persepsi yang
identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi.
Liliweru dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Komunikasi Antar
Budaya (2003:137) menyatakan bahwa persepsi yang dimiliki oleh
seseorang merupakan frame of reference seseorang yang dapat menjadi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

sebuah saringan untuk menyaring pesan yang dikirim dan disandi balik.
Persepsi disebut inti dari komunikasi karena jika persepsi itu sendiri sifatnya
tidak akurat maka tidak akan tercipta pula sebuah komunikasi yang efektif.
Persepsilah yang menentukan seseorang memilih suatu pesan dan
mengabaikan pesan yang lain. Jadi dapat disimpulkan secara sederhana
bahwa untuk membentuk sebuah persepsi maka setiap individu harus
melakukan

tahap

atau

proses

pemilihan,

pengorganisasian,

serta

penginterpretasian sebagai stimuli yang diterimanya mengenai suatu hal,
yang selanjutnya mengungkapkan pandangan, pendapat, ataupun tanggapan
mengenai hal tersebut.

2.1.2 Karakter Per sepsi
Menurut Busch dan Houston (1985) yang dikutip oleh Ujang
Sumarwan (2000:113), karakteristik persepsi dapat didefinisikan sebagai
berikut :
1. Bersifat selektif
Manusia

mempunyai

keterbatasan

dalam

hal

kapasitas

atau

kemampuan mereka dalam memperoleh semua informasi dari
lingkungan. Seseorang pasti berhadapan dengan sub kumpulan yang
terbatas dari objek-objek maupun perisriwa yang banyak sekali dalam
lingkungan mereka. Masyarakat cenderung memperhatikan aspek
lingkungan yang berhubungan dengan urusan pribadi mereka. Mereka

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

mengesampingkan urusan-urusan lain yang tidak memiliki kaitan
dengan urusan pribadi mereka.
2. Terorganisir dan teratur
Suatu perangsang atau pendorong tidak bisa dianggap terisolasi dari
perangsang lain. Rangsangan-rangsangan dikelompokan ke dalam
suatu pola ataupun informasi yang membentuk keseluruhan, Jadi
ketika seseorang memperhatikan sesuatu, perangsang harus berusaha
untuk mengatur. Stimulus adalah apa yang dirasakan dan arti yang
terdapat didalamnya adalah fungsi dari perangsang tersebut atau
pendorong itu sendiri.
3. Subyektif
Persepsi merupakam fungsi dari factor pribadi hal-hal yang berasal
dari sifat penikmat atau perasa, kebutuhan, nilai-nilai, motif,
pengalaman, masa lalu, pola pikir, dan kepribadian seseorang dalam
individu dalam memainkan sebuah peran dala persepsi.

2.1.3 J enis Persepsi
Dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (2001:171),
Deddy Mulyana mengemukakan bahwa pada dasarnya persepsi manusia
terbagi menjadua yakni:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

1. Persepsi terhadap objek lingkungan fisik
Persepsi tiap orang dalam menilai suatu objek atau lingkungan fisik
seseorang dapat melakukan kekeliruan, sebab terkadang indera
seseorang menipu diri orang tersebut. Hal tersebut disebabkan karena:
a. Kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang seperti keadaan
cuaca yang membuat fatamorgana, pembiasan cahaya seperti dalam
peristiwa ketika seseorang melihat bahwa tongkat yang dimasukkan
ke dalam

air akan terlihat bengkok padahal sebenarnya tongkat

tersebut berposisi lurus. Hal inilah yang biasa disebut dengan ilusi.
b. Latar belakang pengalaman yang berbeda antara seseorang dengan
orang lain
c. Budaya yang berbeda
d. Suasana psikologis yang berbeda juga dapat menimbulkan
perbedaan

persepsi

seseorang

dengan

orang

lain

didalam

mempersepsikan suatu objek.
2. Persepsi terhadap manusia atau persepsi sosial
Yang dimaksud dengan persepsi sosial adalah proses menangkap arti
objek-objek sosial dan kejadian yang dialami seseorang didalam
lingkungan orang tersebut. Sedangkan menurut Brehm dan Kassin,
persepsi sosial adalah penilaian-penilaian yang terjadi dalam upaya
manusia dalam memahami orang lain. Persepsi sosial dikatakan lebih
sulit dan kompleks disebabkan karena :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

a. Manusia bersikap dinamis oleh karena itu persepsi terhadap manusia
dapat berubah dari waktu ke waktu dan lebih cepat dari pada
persepsi terhadap objek.
b. Persepsi sosial tidak hanya menanggapi sifat-sifat yang tampak dari
luar, namun juga sifat-sifat ataupun alasan-alasan internalnya.
c. Persepsi sosial bersifat interaktif karena pada saat seseorang
mempersepsikan orang lain,maka orang lain tersebut tidak diam saja
melainkan turut mempersepsikan orang tersebut.

2.1.4 Komponen Persepsi
Seperti telah diuraikan pada sub-bab sebelumnya bahwa inti dari
komunikasi adalah persepsi, sedangkan inti dari persepsi itu sendiri adalah
interpretasi atau penafsiran. Berikut ini penguraian mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan persepsi selain dari penafsiran itu sendiri. Adapun hal-hal
yang berhubungan dengan persepsi atau komponen dari persepsi antara lain
:
1. Penginderaan (Sensasi)
Penginderaan dapat ditangkap melalui alat-alat indera kita antara lain :
a. Mata sebagai indera penglihatan dalam menyampaikan pesan
nonverbal ke otak untuk kemudian diinterpretasikan. Otak
menerima kira-kira dua pertiga pesan melalui rangsangan visual
sehhingga dapat dikatakan penglihatan sebagai indera yang paling
utama.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

b. Telinga sebagai indera pendengaran juga dalam menyampaikan
pesan nonverbal ke otak untuk kemudian ditafsirkan dan suara ini
dapat diterima dari semua arah.
c. Hidung sebagai indera penciuman
d. Kulit sebagai indera peraba
e. Lidah sebagai indera pengecap maupun perasa
2. Atensi
Dalam proses persepsi, atensi sangat tidak terhindarkan sebab sebelum
seseorang memberikan respon atau menafsirkan kejadian ataupun
rangsangan apapun, orang tersebut terlebih dahulu memperhatikan
kejadian atau rangsangan tersebut. Dalam hal ini rangsangan yang
menarik perhatian seseorang akan dianggap lebih penting oleh orang
tersebut, dari pada rangsangan yang tidak menarik perhatiannya.
Rangsangan yang tidak menarik perhatian seseorang akan cenderung
diabaikan oleh orang tersebut.
3. Interpretasi
Interpretasi sebuah pesan yang diperoleh seseorang melalui salah satu
atau lebih indera orang tersebut merupakan tahap terpenting dalam
proses persepsi. Namun tidak semua pesan atau rangsangan yang
ditangkap oleh indera seseorang akan diinterpretasikan semuanya oleh
orang tersebut, karena berbagai alasan antar lain : tidak sesuai dengan
kepentingannya, keterbatasan kemampuan panca indera dalam
menangkap rangsangan yang terlampau banyak dalam satu waktu yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

sama, dan tidak semua rangsangan memiliki daya tarik yang sama bagi
orang tersebut. (Mulyana, 2001:168-170)
Tubbs dan Moss dalam bukunya Human Communication (2003:3940) mengemukakan bahwa komponen persepsi terdiri dari seleksi atau
selektif, organisasi dan penafsiran. Persepsi adalah suatu proses aktif
dimana setiap orang memperhatikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan
semua

pengalamannua

secara

selektif.

Pemilihan

stimuli

tersebut

bergantung pada minat, motivasi, keinginan, dan harapan. Manusia
cenderung mengorganisasikan stimuli secara efektif, berarti bahwa stimuli
diurutkan dan disajikan dalam sebuah gambaran yang menyeluruh, lengkap,
dan dapat diindera. Stimuli dipersepsi dan diorganisasi secara selektif,
selanjutnya stimuli ditafsirkan secara selektif pula. Artinya stimuli diberikan
makna secara unik oleh orang yang menerimanya sesuai masa lalu, asumsi
perilaku, suasana hati, dan harapan orang tersebut. Oleh Mulyana
(2001:169) dikatakan bahwa tiga tahap ataupun komponen persepsi baik
sensasi, atensi, dan interpretasi atau seleksi (mencakup sensasi dan atensi),
organisasi dan interpretasi pada dasarnya adalah sama.

2.1.5 Proses Terjadinya Persepsi
Proses persepsi secara umum terbagi dalam empat tahap, yakni :
1. Perhatian dan Seleksi (Attention and Selection)
Pemilihan secara selektif hanya memberikan kesempatan pada proporsi
yang kecil dari seluruh informasi yang ada. Proses seleksi ini berasal

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

dari proses yang terkontrol, yaitu individu secara sadar memutuskan
informasi mana yang akan diperhatikan dan mana yang diabaikan.
2. Organisasi (Organization)
Pada tahap ini seluruh informasi yang telah masuk seleksi pada tahap
sebelumnya akan diorganisasikan. Adapun cara untuk mengorganisasi
informasi secara efisien adalah schema. Schema adalah kerangka
kognitif yang menggambarkan pengetahuan yang diorganisasi dengan
pemberian konsep atau stimulus yang dibangun melalui pengalaman.
3. Interpretasi (Interpretation)
Setelah perhatian digambarkan pada stimulus tertentu dan informasi
telah diorganisasi maka individu akan mencoba untuk memperoleh
jawaban tentang makna dari informasi tersebut. Tahap ini sangat
dipengaruhi oleh causal attribution, yaitu sebuah percobaan untuk
menjelaskan mengapa sesuatu itu terjadi seperti itu.
4. Pencarian Kembali (Retrieval)
Informasi yang telah disimpan dalam memori harus dicari kembali bila
informasi tersebut digunakan. Individu akan lebih mudah mendapatkan
kembali informasi yang telah tersimpan bila telah terskema dan
terorganisir.
Jadi proses persepsi diawali dengan perhatian dan seleksi terhadap
informasi yang ada, kemudian informasi yang telah terseleksi tersebut
tersebut diorganisir, setelah itu mulailah tahap interpretasi yaitu individu
mencoba

memahami

makna

informasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

tersebut.

Ketika

individu

19

membutuhkan informasi tersebut, maka dilakukan tahap pencarian kembali.
(Schermerhorn, 1994:153-155)

2.1.6 Hal-hal Yang Mempengaruhi Persepsi
Dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (2001:176),
Mulyana menjelaskan bahwa setiap orang memiliki gambaran yang berbeda
mengenai realitas disekelilingnya. Berikut ini beberapa prinsip penting
mengenai persepsi terutama yang berkaitan dengan persepsi sosial, yang
dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip ini mempengaruhi persepsi yang
dilakukan manusia antara lain :
1. Persepsi berdasarkan pengalaman
Pola-pola perilaku manusia berdasarkan persepsi mereka mengenai
realitas (sosial) yang telah dipelajaru sebelumnya. Menurut Gudy
Kunst dan Kim dalam Mulyana (2001:158) bahwa persepsi manusia
terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman dan pembelajaran masa
lalu mereka berkaitan dengan orang, objek atau kejadian yang
serupa. Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu
objek jelas akan membuat seseorang akan menafsirkan objek
tersebut berdasarkan dugaan semata atau pengalaman yang mirip.
Hal tersebut membuat seseorang terbiasa merespon suatu objek
dengan cara tertentu, sehingga seseorang sering kali gagal
mempersepsikan perbedaan yang sama dalam suatu objek lain yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

mirip. Manusia cenderung memperlakukan objek tersebut seperti
sebelumnya, padahal terdapat rincian lain dalam objek tersebut.
2. Persepsi bersifat selektif
Jika setiap saat seseorang diserbu dengan jutaan rangsangan indrawi
dan diharuskan menafsirkan rangsangan tersebut semuanya, pastilah
seseorang tersebut tidak mampu melakukannya, sebab adanya
keterbatasan kemampuan indrawi setiap orang dalam menangkap
rangsangan disekitarnya.

Faktor

utama

yang

mempengaruhi

selektifitas adalah atensi, dimana atensi ini sendiri dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
a. Faktor internal seperti :
1) Faktor biologis antara lain rasa lapar dan haus, yang
berhubungan dengan kebutuhan
2) Faktor fisiologis yaitu bentuk fisik yang tampak
3) Faktor sosial seperti : gender, agama, tingkat pendidikan,
pekerjaan, pengalaman, penghasilan, peranan, status sosial,
masa lalu ataupun kebiasaan
b. Faktor psikologis seperti kemauan, keinginan, motivasi, emosi dan
harapan. Faktor eksternal adalah atribut-atribut objek yang
dipersepsi seperti gerakan, kontras, kebaruan, ataupun perulangan.
3. Persepsi bersifat dugaan
Sama seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena
seseorang tidak mungkin memperoleh rincian yang jelas melalui

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

kelima inderanya. Proses persepsi yang bersifat dugaan ini
memungkinkan seseorang menafsirkan suatu objek dengan makna
yang lebih lengkap dari sudut pandang manapun. Hal tersebut
disebabkan karena keterbatasan informasi yang diperoleh melalui
alat-alat indera yang dimiliki manusia, menyebabkan terjadinya
ruang kosong sehingga perlu menciptakan persepsi yang bersifat
dugaan agar dapat menyediakan informasi yang lengkap bagi ruang
kosong tersebut.
4. Persepsi bersifat evaluatif
Tidak pernah ada persepsi yang seratus persen objektif, setiap orang
perlu

melakukan

interpretasi

berdasarkan

masa

lalu

dan

kepentingannya ketika melakukan interpretasi pesan, seseorang
harus melakukan evaluasi pesan berdasarkan pengalaman terdahulu
yang pernah dialaminya, begitu pula setelah melakukan interpretasi
pesan seseorang akan tetap melakukan evaluasi berdasarkan
pengalaman yang pernah dialami terdahulu untuk mencocokan
apakah kejadiannya sama. Dengan demikian persepsi bersifat pribadi
dan subjektif.
5. Persepsi bersifat kontekstual
Setiap rangsangan dari luar harus diorganisasikan. Mulyana dalam
bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (2001-191) menyatakan
bahwa dari semua pengaruh yang ada dalam persepsi seseorang,
konteks merupakan salah satu pengaruh yang paling kuat. Dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

mengorganisasikan suatu objek, seseorang biasanya meletakkan
dalam suatu konteks tertentu dengan prinsip-prinsip :
a. Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau
kedekatan dan kelengkapan
b. Kecenderungan seseorang dalam mempersepsi suatu rangsangan
atau kejadian berdasarkan latar belakangnya

2.1.7 Media Massa
Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai digunakan
pada tahun 1920 untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus
didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan
sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media. Masyarakat dengan
tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap
media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi
tinggi karena pilihan mereka yang terbatas.
Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih
banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung
pada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka
dapat dari media massa tertentu. Berikut ini adalah pengertian media massa
menurut beberapa ahli :
1) Menurut UU No. 40 tahun 1999
Media massa adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik
dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan
grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak,
media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
2) Menurut Oemar Seno Adji
Media massa dalam arti sempit, yaitu penyiaran-penyiaran pikiran,
gagasan, atau berita-berita dengan kata tertulis. Sedangkan media massa
dalam arti luas, yaitu memasukkan di dalamnya semua media mass
communications yang memancarkan pikiran dan perasaan seseorang
baik dengan kata-kata tertulis maupun dengan lisan.
3) Menurut Kustadi Suhandang
Media massa adalah seni atau ketrampilan mencari, mengumpulkan,
mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang
terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala
kebutuhan hati nurani khalayaknya.
4) Menurut Wilbur Schramm
Dalam bukunya Four Theories of the Press yang ditulis oleh Wilbur
Schramm mengemukakan empat teori terbesar pers, yaitu the
authotarian, the libertarian, the social responsibility dan the soviet
communist theory. Keempat teori tersebut mengacu pada satu pengertian
pers sebagai pengamat, guru, dan forum yang menyampaikan
pandangannya tentang banyak hal yang mengemuka ditengah tengah
mesyarakat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

5) Menurut McLuhan
Dalam bukunya Understanding Media terbitan tahun 1996 mengenai
media massa sebagai the extended man, yaitu yang menghubungkan satu
tempat dengan tempat lain dan peristiwa satu dengan peristiwa lain pada
moment yang bersamaan.
6) Menurut Raden Mas Djokomono
Menurut Bapak Pers Nasional, media massa adalah yang membentuk
pendapat umum melalui tulisan dalam surat kabar. Pendapatnya ini yang
mampu membakar semangat para pejuang dalam memperjuangkan hak
hak Bangsa Indonesia masa penjajahan Belanda.

2.1.8 J enis Media Massa
Adapun jenis-jenis media massa dibagi sebagai berikut :
1. Media Massa Cetak (Printed Media).
Media massa yang dicetak dalam lembaran kertas, dari segi formatnya
dan ukuran kertas, media massa cetak secara rinci meliputi : koran atau
suratkabar (ukuran kertas broadsheet atau 1/2 plano), tabloid (1/2
broadsheet), majalah (1/2 tabloid atau kertas ukuran folio/kwarto), buku
(1/2 majalah), newsletter (folio atau kwarto, jumlah halaman lazimnya 48), dan buletin (1/2 majalah, jumlah halaman lazimnya 4-8). Isi media
massa umumnya terbagi tiga bagian atau tiga jenis tulisan: berita, opini,
dan feature.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

2. Media Massa Elektronik (Electronic Media)
Jenis media massa yang isinya disebarluaskan melalui suara atau gambar
dan suara dengan menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi,
dan film.
3. Media Online (Online Media, Cybermedia)
Jenis media massa yang dapat kita temukan di internet (situs web).

2.1.9 Fungsi Media Massa
Fungsi media massa sejalan dengan fungsi komunikasi massa yakni
sebagaimana dikemukakan para ahli sebagai berikut :
1) Harold D. Laswell :
a. Media massa sebagai media untuk menginformasikan segala sesuatu
yang layak untuk diinformasikan (to inform)
b. Media massa sebagai media untuk pendidikan (to educate)
c. Media massa sebagai media untuk mengibur khalayak las (to entertain)
2) Wright :
a. Pengawasan (Surveillance)
Terhadap ragam peristiwa yang dijalankan melalui proses peliputan
dan pemberitaan dengan berbagai dampaknya –tahu, panik,
terancam, gelisah, apatis, dan sebagainya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

b. Menghubungkan (Correlation)
Mobilisasi massa untuk berpikir dan bersikap atas suatu peristiwa
atau masalah.
c. Transmisi Kultural (Cultural Transmission)
Berfungsi sebagai pewarisan budaya, sosialisasi.
d. Hiburan (Entertainment).
3) De Vito :
a. Media massa sebagai media menghibur
b. Media massa sebagai media untuk meyakinkan
c. Media massa sebagai media untuk menginformasikan
d. Media massa sebagai media untuk menganugerahkan
e. Media massa sebagai media untuk membius
f. Menciptakan rasa kebersatuan
4) UU No. 40/1999 :
a. Menginformasikan (to inform)
b. Mendidik (to educate)
c. Menghibur (to entertain)
d.

Pengawasan Sosial (social control) –pengawas perilaku publik dan
penguasa.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

2.1.10 Pengertian Remaja
Remaja atau adolescene berasal dari bahasa latin adolescere yang
berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa.” Istilah ini mencakup
kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Menurut Piaget, secara
psikologis masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa. Masa remaja adalah usia di mana anak tidak lagi merasa
di bawah tingkat orang dewasa melainkan berada dalam tingkatan yang
sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam masyarakat,
mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa
puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok, tranformasi
yang khas dari cara berpikir remaja memungkinkan untuk mencapai
integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya
merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan.
Monks membagi masa remaja menjadi tiga kelompok tahap usia
perkembangan, yaitu early adolescence (remaja awal) yang berada pada
rentang usia 11 sampai 15 tahun, middle adolescence (remaja pertengahan)
yang berada pada rentang usia 15 sampai 18 tahun, dan late adolescence
(remaja akhir) yang berada pada usia 18 sampai 21 tahun. Sarwono
menyatakan

definisi

remaja

untuk

masyarakat

Indonesia

adalah

menggunakan batasan usia 11-21 tahun dan belum menikah dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Usia 11 tahun adalah usia di mana pada umumnya tanda-tanda seksual
sekunder mulai tampak (kriteria fisik)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

2. Di banyak masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap akil
balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak
lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak
3. Pada

usia

tersebut

mulai

ada

tanda-tanda

penyempurnaan

perkembangan jiwaseperti tercapainya identitas diri (ego identity,
menurut Erick Erikson), tercapainya fase genital dari perkembangan
psikoseksual (menurut Freud), dan tercapainya puncak perkembangan
kognitif (menurut Piaget) maupun moral
4. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi
peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih
menggantungkan diri pada orang tua
Dari definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan karena arti
perkawinan masih sangat penting di masyarakat kita secara menyeluruh.
Seorang yang sudah menikah, pada usia berapapun dianggap dan
diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun
kehidupan bermasyarakat dan keluarga. Karena itu defenisi remaja di sini
dibatasi khusus untuk orang y

Dokumen yang terkait

Analisis Framing Pemberitaan Kekerasan Geng Motor

1 3 1

EFEK PEMBERITAAN MEDIA MASSA TERHADAPPEMBENTUKAN PERSEPSI PELAJAR SMA DI EFEK PEMBERITAAN MEDIA MASSA TERHADAP PEMBENTUKAN PERSEPSI PELAJAR SMA DI YOGYAKARTA.

0 3 18

PENGARUH PEMBERITAAN KASUS PENYERANGAN LAPAS CEBONGAN SLEMAN DI MEDIA MASSA TERHADAP PERSEPSI Pengaruh Pemberitaan Kasus Penyerangan Lapas Cebongan Sleman Di Media Massa Terhadap Persepsi Masyarakat Tentang Kopassus.

0 5 17

PENGARUH PEMBERITAAN KASUS PENYERANGAN LAPAS CEBONGAN SLEMAN DI MEDIA MASSA TERHADAP PERSEPSI Pengaruh Pemberitaan Kasus Penyerangan Lapas Cebongan Sleman Di Media Massa Terhadap Persepsi Masyarakat Tentang Kopassus.

0 4 15

Geng Motor ( Studi Deskriptif Mengenai 'Geng Motor' Di Kota Bandung ).

0 0 11

TINGKAT PENGETAHUAN PEREMPUAN SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEGISLATIF PADA MEDIA MASSA ( STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF TINGKAT PENGETAHUAN PEREMPUAN SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEGISLATIF PEMILU 2014 PAD

1 1 68

PERSEPSI REMAJA SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN GENG MOTOR DI MEDIA MASSA ONLINE (Studi Deskriptif Persepsi Remaja Surabaya Tentang Pemberitaan Geng Motor Di Media Massa Online).

0 0 81

Pengaruh Pemberitaan Media Massa Tentang

0 0 11

PERSEPSI REMAJA SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN GENG MOTOR DI MEDIA MASSA ONLINE (Studi Deskriptif Persepsi Remaja Surabaya Tentang Pemberitaan Geng Motor Di Media Massa Online)

0 0 18

Pemaknaan pengguna jalan raya terhadap pemberitaan aktivitas geng motor di media online Surabayapagi.com - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 8