TINGKAT PENGETAHUAN PEREMPUAN SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEGISLATIF PADA MEDIA MASSA ( STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF TINGKAT PENGETAHUAN PEREMPUAN SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEGISLATIF PEMILU 2014 PAD

TINGKAT PENGETAHUAN PEREMPUAN SURABAYA TENTANG
PEMBERITAAN KETERWAKILAN PEREMPUAN DI
LEGISLATIF PADA MEDIA MASSA
( STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF TINGKAT PENGETAHUAN PEREMPUAN
SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN KETERWAKILAN PEREMPUAN DI
LEGISLATIF PEMILU 2014 PADA MEDIA MASSA)

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syar at Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Pada UPN “Veter an” J awa Timur

EKO SETIONO
NPM: 0943010067
J URUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


TINGKAT PENGETAHUAN PEREMPUAN SURABAYA TENTANG
PEMBERITAAN KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEGISLATIF PADA MEDIA
MASSA
(Studi Dekriptif Kuantitatif Tingkat Pengetahuan Perempuan Surabaya Tentang
Pemberitaan Keterwakilan Per empuan Di Legislatif Pada Media Massa)
Disusun Oleh :
EKO SETIONO
NPM:0943010067
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi J urusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal 19 J uli 2013
PEMBIMBING UTAMA

TIM PENGUJ I
1.Ketua

Dra.Dyva Clar etta,M.Si
NPT.36601900251


Ir.H. Didiek Tranggono,M.Si
NIP. 195812251990011001
2.Sekertaris

Dra.Her linaSukmawati,M.Si
NIP.196412251993092001
3.Anggota

Dra.Dyva Clar etta,M.Si
NPT.36601900251
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 19550718 198302 2001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas segala limpahan
kasihNya dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
TINGKAT

PENGETAHUAN

PEMBERITAAN

PEREMPUAN

KETERWAKILAN

SURABAYA

PEREMPUAN

DI


TENTANG
LEGISLATIF

MELALUI MEDIA MASSA.
Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang mendalam atas bantuan dari
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Dalam
kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra. Dyva Claretta, Msi. Selaku dosen pembimbing skripsi, terima
kasih atas bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan selama proses
pembuatan skripsi ini.
3. Bapak Juwito, S.Sos., M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi.
4. Orang Tua, terutama Ibu, serta kakak yang telah banyak memberikan
dukungan dan pengorbanan, baik secara moral maupun material sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Ciciek “Puchikuu” Ekawati, buat semua dukungan dari segala sisi
kehidupan peneliti.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6. Teman – teman mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2009
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur,
khususnya NUKE SONY ARDY RENDI DIO OKI SALIS UJANG
MIKE GILANG, terima kasih atas dukungan semangat dan kerjasama
selama ini.
7. iwakE resto+crew buat kesempatan bekerjanya selama 3 tahun.
8. Seluruh team AstraWorld buat kesempatan magang yang diberikan
penulis.
9. Saint Loco, Andra The Backbone, Mr. Big, Bon Jovi yang tiada lelah
bernyanyi menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
segala keterbatasan yang ada. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diperlukan penulis agar skripsi menjadi lebih sempurna.
Terakhir penulis harapkan agar skripsi dapat berguna sebagai salah satu fasilitas
dari bahan informasi bagi penulis lain maupun pembaca.

Surabaya, 1 Juli 2013


Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN J UDUL

................................................................

i

....................................................

ii

PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................


iii

KATA PENGANTAR

.................................................................

iv

DAFTAR ISI

.............................................................................

vi

DAFTAR TABEL

..............................................................................

ix


.................................................................

xi

.............................................................................

x

PERSETUJ UAN SKRIPSI

DAFTAR GAMBAR
ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN

................................................................

1

1.1


Latar Belakang

....................................................

1

1.2

Rumusan Masalah

....................................................

11

1.3

Tujuan Penelitian

....................................................


11

1.4

Manfaat Penelitian

....................................................

11

....................................................

12

2.1 Penelitian Terdahulu

....................................................

12


2.2

....................................................

13

BAB II KAJ IAN PUSTAKA

Landasan Teori

2.2.1 Definisi Media Massa
2.2.2 Peran Media Massa

.............................

13

.........................................

15

2.2.3 Jenis – jenis Media Massa
2.2.3.1 Televisi

..............................

17

..........................................

17

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.3.2 Radio ......................................................

17

2.2.3.3 Surat Kabar

...........................................

18

2.2.3.4 Majalah

...........................................

18

.......................................................

18

2.2.3.5 Film

2.2.3.6 Internet

...........................................

19

2.2.4 Media Massa Sebagai Kontrol Sosial ...................

19

2.2.5 Definisi Berita

...........................................

21

.......................................................

21

2.2.6 Jenis Berita
2.2.7

Berita Mengenai 30% Keterwakilan Perempuan
di Legislatif

.......................................................

22

2.2.8

Pengetahuan .......................................................

24

2.2.9

Perempuan Sebagai Khalayak

...................

27

...................

27

2.2.11 Teori S-O-R ......................................................

36

2.2.10 Tentang Perempuan Di Legislatif

2.3

Kerangka Berfikir

........................................................ 38

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 41
3.1

Metode Penelitian

........................................................ 41

3.2

Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel.

.......

41

3.2.1 Definisi Operasional ............................................ 41
3.2.2

Berita Tentang 30% Keterwakilan Perempuan
Di Legislatif

3.2.3

...........................................

47

Tingkat Pengetahuan Perempuan Surabaya
Tentang Keterwakilan Perempuan Di Legislatif......50

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.2.4
3.3

Pengukuran Variabel ............................................. 52

Populasi, Sampel dan Penarikan Sampel
3.3.1 Populasi

.................... 54

........................................................ 54

3.3.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

......... 55

3.4

Teknik Pengumpulan Data

3.5

Teknik Analisis Data .......................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

4.2

............................................. 58
58

..........................................

60

Gambaran Umum Objek Penelitian ..............................

60

4.1.1 Keterwakilan Perempuan Di Legislatif ...................

60

Penyajian Data dan Analisa Data

...............................

61

4.2.1 Identitas Responden

...........................................

61

4.2.2 Penggunaa Media

...........................................

65

.......................................................

68

4.2.3 Pengetahuan

4.2.4 Tingkat Pengetahuan Perempuan Surabaya Tentang
Pemberitaan Keterwakilan Perempuan Di Legislatif
Melalui Media Massa ...........................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

...........................................

81

.................................................................... 81

...............................................................................

DAFTAR PUSTAKA

77

82

..................................................................

83

LAMPIRAN ...........................................................................................

85

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2. 1 Jumlah Anggota Legislatif Perempuan DPR RI 1955-2004.........33
Tabel 4.1 Karakteristik respoden berdasarkan usia........................................62
Tabel 4.2 Karakteristik respoden berdasarkan pendidikan akhir...................63
Tabel 4.3 Karakteristik respoden berdasarkan pekerjaan...............................64
Tabel 4.4 Karakteristik respoden yang mengetahui pemberitaan
keterwakilan perempuan...............................................................65
Tabel 4.5 Karakteristik media massa yang menjadi sumber informasi........66
Tabel 4.6 Frekuensi responden dalam seminggu..........................................67
Tabel 4.7 Pengetahuan tentang pelaksanaan pemuli 2014...........................68
Tabel 4.8 Pengetahuan tentang jumlah partai yang mengikuti
pemilu 2014.................................................................................68
Tabel 4.9 Pengetahuan keberadaan keterwakilan perempuan
di partai politik............................................................................69
Tabel 4.10 Pengetahuan tentang kuota perempuan dilegislatif..................70
Tabel 4.11 Pengetahuan tentang manfaat anggota legislatif perempuan....70
Tabel 4.12 Pengetahuan peran anggota legislatif perempuan di DPR........71
Tabel 4.13 Pengetahuan tentang latar belakang pendidikan anggota
legislatif perempuan.................................................................72
Tabel 4.14 Pengetahuan tentang keuntungan seorang calon anggota
legislatif dari kalangan artis perempuan..................................72
Tabel 4.15 Pengetahuan tentang syarat untuk menjadi anggota

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

legislatif perempuan.................................................................73
Tabel 4.16 Pengetahuan tentang tingkatan di lembaga legislatif
Perempuan................................................................................74
Tabel 4.17 Pengetahuan tentang fungsi lembaga legislatif
bagi perempuan........................................................................74
Tabel 4.18 Pengetahuan tentang proses rekruitmen anggota
legislatif perempuan.................................................................75
Tabel 4.19 Pengetahuan tentang halangan perempuan untuk
menjadi aggota legislatif.........................................................75
Tabel 4.20 Pengetahuan tentang penomoran pada calon anggota
legislatif perempuan...............................................................76
Tabel 4.21 Pengetahuan tentang pertambahan jumlah calon anggota
legislatif perempuan di pemilu 2014......................................77
Tabel 4.22 Tingkat Pengetahuan Perempuan Surabaya Tentang
Pemberitaan Keterwakilan Perempuan Di Legislatif
Melalui Media Massa.............................................................78

x
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Teori S-O-R

.................................................................... 35

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

........................................................ 37

Gambar 3.1 Bagan Cluster Random Sampling

...............................

xi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

51

ABSTRAKSI
Penelitian ini didasarakan pada fenomena perjuangan perempuan dalam mempertahankan
haknya sebagai warga Negara Indonesia, khususnya dilembaga legislative. Budaya patriaki yang
masih ada dari sesudah reformasi sampai sekarang. Kaum perempuanyang selalu dipandang
lemah dan tidak dapat memimpin suatu organisasi, selalu kalah dengan laki – laki dalam
kedudukan di pemerintahan. Dalam undang – undang pemilu nomor 7 tahun 2013 mengatakan
bahwa setiap partai politik yang mengikuti pemilu harus terdapat sedikitnya 30% calon
legislative perempuan di setiap daerah pemilihan. Kuota 30% tersebut tidak berjalan baik di tiga
tahun terakhir diadakannya pemilu, pemilu 1999 hanya 45 perempuan yang terpilih menjadi
anggota DPR sebanyak 9%. Pemilu tahun 2004 hanya 62 perempuan atau sekitar 11,3%. Pada
tahun 2009 yang terpilih menjadi 102 orang atau 18%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan perempuan Surabaya tentyang pemberitaan keterwakilan perempuan di
legislative di media massa.
Metode yang digunakan dalah deskriptif kuantitaif. Metode ini menggunakan teori S- O – R
dengan responden perempuan Surabaya. Karena Surabaya begitu luas maka digunakan Cluster
Random Sampling untuk menentukan sampel penelitian.
Penelitian ini dalam pengumpulan datanya menggunakan kuisioner yang dijawab oleh
responden. Data yang didapat akan di analisa untuk lebih mudah dalam membacanya.
Hasil penelitian ini dalah tingkat pengetashuan perempuan Surabaya tentang pemberitaan
keterwakilan perempuan di legislative di media massa di kategorikan sedang. Factor pendidikan
yang rat- rata SMA dan kurangnya keteratrikan terhadap duian politik membuat perempuan
Suarabaya kurang memahami dan mengerti pemberitaan keterwakilan perempuan di legislative.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRACT
EKO SETIONO.Surabaya women's level of knowledge about the r epresentation of women
in legislative news in the mass media. (quantitative descr iptive study of women's level of
knowledge about Surabaya repr esentation of women in legislative news in the mass media).
this study are based on the phenomenon of women's struggles in defending his right as a
citizen of Indonesia, especially in the legislature. Culture of patriarchy that still exist after the
reforms until now. women are always viewed as weak and unable to lead an organization, were
disappointed by the men - men in positions in government. In law - election law number 7 of
2013 says that any political party should mengeikuti elections are at least 30% women candidates
in each electoral district. but this does not have the effect that the government signifikandidalam,
men - men always be the majority who sit in the legislature. quota of 30% is not going well in
the last three years the holding of elections, the election terpilith 1999hanya 45 women who
became members of the House as much as 9%. in the 2004 election, the number of women who
terpilith of 62 people or 11.3%. then the 2009 election, the number of women increased by 102
or 18%. This study aims to determine the knowledge tigkat women Surabaya on the
representation of women in legislative news in the mass media.
Method used is descriptive quantitative. This method uses the theory of S - O - R with
female respondents Surabaya. karean Suarabaya so widely it is used cluster random sampling to
determine the study sample.
This research in data collection using a questionnaire which was answered by the
respondents. analysis of the data obtained will be easier for her to read. with 100 female
respondents conducted research in order to know the level of knowledge about women's news
women's representation in the legislature.
The results of this study is the level of knowledge about Surabaya women representation
in legislative news in the mass media is being categorized. average respondent education factor the average high school and the lack of political dinia Ketertarikkan to make women less
surabaya comprehend and understand the representation of women in legislative news.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Di dalam kehidupan masyarakat yang modern saat ini, komunikasi
merupakan suatu kebutuhan yang memegang perana yang penting terutama di
dalam proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada pihak lain. Menurut
Mulyana(2001) “Komunikasi pada dasarnya adalah proses pengiriman pesan
yang bersifat dinamis yang secara sinambungan mengubah pihak-pihak yang
berkomunikasi. Keseluruhan proses komunikasi ditujukan untuk dapat
memaksimalkan perubahan yang terjadi pada penerima sesuai dengan keinginan
dari pengirim, contoh dari perubahan ini adalah terjadi penambahan pengetahuan
(dari tidak tahu menjadi tahu), perubahan sikap(dari tidak bersedia membeli
barang yang ditawarkan menjadi bersedia membelinya), dan yang lainnya.
Dengan

adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada, telah

memudahkan

masyarakat

dalam

menerima

informasi-informasi

tentang

peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu pengetahuan, dan yang
lainnya.
Untuk menyebarkan informasi-informasi kepada khlayak yang bersifat
massal diperlukan sebuah media. Media yang dapat menyampaikan informasi
kepada masyarakat yang bersifat heterogen dapat disebut media massa. “Media
massa memilki kemampuan untuk menimbulkan keserempakan kepada pihak
khlayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.”(Effendi, 1993)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Media massa juga dapat dibagi menjadi dua yaitu media cetak dan media
eletronik. Media yang bersifat sebagai penyampaian pesan yaitu televisi dan
radio sangat penting bagi kehidupan masyarakat saat ini. Namun pemberitaan di
surat

kabar

juga

mempunyai

kelebihan

yaitu

merekam

atau

dapat

didokumentasikan, tidak demikian dengan televisi atau radio yang begitu dilihat,
didengar, begitu juga hilang dari pendengaran dan penglihatan khlayak karena
sifatnya sekilas.(Effendy, 2005)
Sebagai bentuk salah satu dari media massa, surat kabar juga dapat
membawa dampak bagi masyarakat baik dilihat dari segi pengetahuan, persepsi
atau sikap. Hal ini dapat diketahui dari pendapat Dominick (Arianto dan
Erdinaya, 2005) bahwa “Media massa salah satunya surat kabar memiliki
dampak pada pengetahuan, persepsi, dan sikap. Meneliti efek media massa
melalui berbagai pendekatan yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi
pada diri khalayak massa seperti penerimaan informasi, perubahan perasaan atau
sikap dan perubahan perilaku”. Ada beberapa efek yang timbul pada komunikan
dari penerimaan pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa
sebagai sasaran komunikasi. Salah satu efek dari penerimaan pesan tersebut
adalah pengetahuan yang berkaitan dengan efek kognitif. Efek kognitif terjadi
bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khlayak.
Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau
informasi. Pengetahuan merupakan wujud dari kenyataan yang dimiliki umaat
manusia (Kincaid dan Schramm, 1987).
Sistem media massa di Indonesia merupakan sub sistem dari sistem politik
yang ada. Artinya bahwa sistem media massa berada dibawah sistem politik dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

harus mengikuti kemana sistem politik itu berarah. Hal ini menyebabkan
hubungan antara pers dan penguasa mempunyai kecenderungan yang bersifat
paternalistik, seperti halnya pemilu 2014 sehingga perkembangan media di satu
pihak mengikuti arus politik yang ada.
Kondisi pada kehidupan sosial, politik, budaya di Indonesia mengalami
perubahan yang dinamis dari masa ke masa. Hal itu merupakan imbas dari
demokrasi yang diterapkan. Perubahan tersebut diantaranya tidak terlepas dari
keterkaitan erat antara peran yang dimainkan oleh pemerintah yang berkuasa,
pers dan masyarakat. Sebagai institusi, pers dalam perkembangannya secara
dominan tidak lepas dari pengaruh kekuasaan di luar institusinya, seperti
kekuasaan ekonomi, politik dimana pers tersebut berada. Sistem pers Indonesia
di masa lampau adalah otoritarian, melalui sejarah dapat diketahui bahwa pers
disalahgunakan dalam pemerintahan orde lama dan orde baru sebagai aktor dan
sarana untuk melegitimasikan kekuasaan atas masyarakat.
Seiring dengan runtuhnya orde baru dan bergulir ke era reformasi, pers
mendapatkan kebebasan dalam pemberitaannya serta bebas menjalankan fungsi
dan perannya tanpa khawatir dengan segala bentuk tindakan represif dari
pemerintah. Upaya untuk mewujudkan kebebasan pers ini sangat penting, karena
pers merupakan alat yang digunakan oleh masyarakat untuk menyatakan
berbagai pikirannya. Dengan demikian diharapkan pers dapat mengabdi pada
masyarakat dan membantu terciptannya kebebasan yang lain. Menurut
Effendy(2000:155-156), surat kabar mempunyai sifat:
1. Terekam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Ini berarti bahwa berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar
tersusun dalam alinea, kalimat, dan kata-kata yang terdiri atas hurufhuruf yang dicetak pada kertas. Dengan demikian setiap peristiwa
atau hal yang diberitakan sedemikian rupa, sehingga dapat dibaca
setiap saat dapat dikaji ulang, bisa dijadikan dokumentasi dan bisa
dipakai sebagai bukti untuk keprluan tertentu.
2. Menimbulkan perangkat mental secara aktif
Karena berita surat kabar yang di dokumentasikan kepada khalayak
menggunakan bahasa dengan huruf yang tercetak “mati” di kertas,
maka dapat mengerti maknanya pembaca harus menggunakan
perangkat mentalnya untuk mengerti.
Dalam teori agenda setting bahwa apa yang di anggap penting media,
maka dianggap penting pula oleh khalayak. Pada pemberitaan pemilu 2014
media cetak memberikan informasi sekaligus pengetahuan baru kepada khalayak
bahwa pemilu 2014 setiap parai politik yang ikut dalam pemilu diwajibkan
untuk memenuhi kuota perempuan sebanyak 30% disetiap daerah pemilihan. Hal
ini dilakukan oleh media cetak agar perempuan di Surabaya yang memiliki
potensi di dunia politik dapat membuka pikirannya untuk ikut dalam pemilu
legislatif di setiap tahunnya.
Berbicara mengenai politik, peristiwa pemilu yang akan diadakan pada
tahun 2014 merupakan momen yang sangat representatif dan mutakhir dalam
konteks tersebut. Pelaksanaan Pemilu 2014 mengandung parameter sebagai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

bentuk penerapan demokrasi di Indonesia, dan secara representatif dapat
mewakili kondisi sosial, politik, dan budaya dewasa ini.
Pemilu 2014 adalah potret demokrasi saat ini. Seluruh wilayah di
Indonesia telah mempersiapkan calon-calon anggota legislatifnya, termasuk kota
Surabaya yang merupakan kota terpadat di seluruh Jawa Timur, dengan luas
wilayah 374,36 km persegi yang dihuni penduduk kurang lebih 3.282.157 jiwa
dengan jumlah pemilih tetap sebanyak 2.460.320 jiwa. Jadilah kota Surabaya
sebagai

wilayah

terpadat

kedua

setelah

Jakarta

di

Indonesia.(

http://dispendukcapil.surabaya.go.id/index.php )
Fenomena perempuan di politik berawal dari R.A Kartini, kemudian
Kemenangan PDI-P dan majunya Megawati sebagai Presiden di awal reformasi
menunjukkan hal itu. Di sisi lain, Hariyadi juga menyebutkan dalam proses
pendewasaan politik perempuan, kamu perempuan perlu waspada dengan
fenomena queen-bee syndrome, yaitu ketidakrelaan sesame kaum perempuan
bila melihat kaumnya berprestasi. Juga kecenderungan komunitas, semisal,
perempuan NU akan sulit untuk menopang perempuan Muhammadiyah (
file://localhost/C:/Users/TOSHIBA/Documents/data%20skripsi/Perempuan%20
di%20Parlemen_%20Apa%20Saja%20Kendalanya.mht).
Partai politik menurut undang-undang nomor 31 tahun 2002 Republik
Indonesia dinatakan bahwa “ partai politik adalah organisasi politik yang
dibentuk oelh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas
dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan
anggota, masyarakat, bangsa dan negara melalui pemilihinan umum.” Dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

melakukan rekruitmen anggotanya, cara yang paling banyak dilakukan ialah
melalui personel kontak dengan teman-teman dikalangan para aktivis. Menurut
Sorauf dalam Dan Nimmo (1973) hanya 10% anggota partai yang datang atas
keinginan sendiri, sementara lainnya melalui informal kontak.
Bila dilihat kebelakang setelah tiga kali pemilu pasca reformasi, target
mencapai kuota 30% itu tidak kunjung terealisasi. Pada pemilu 1999, yang
notabene pemilu pertama di era reformasi, hanya 45 perempuan yang terpilih
menjadi anggota DPR atau hanya 9%. Lalu, pada pemilu 2004, jumlah
perempuan yang terpilih menjadi anggota DPR sebanyak 62 orang atau sekitar
11,3 persen. Kemudian, pada pemilu 2009 lalu, jumlah perempuan terpilih
sebagai

anggota

DPR

meningkat,

yakni

102

orang

atau

18%.(file://localhost/C:/Users/TOSHIBA/Documents/data%20skripsi/Keterwaki
lan%20Perempuan%20Di%20Parlemen_Berdikari%20Online.mht )
Undang-undang yang diatur dalam peraturan KPU nomor 7 tahun 2013
tentang pencalonan perempuan minimal 30 persen. Hal ini sangat bertentangan
dengan parpol yang telah mendaftarkan calon legislatifnya, misalya dengan
Partai Demokrat harus memeras otak untuk mencari caleg perempuan, menurut
Dadik Risdaryanto selaku ketua DPC Patai Demokrat Surabaya “maklum,
selama ini perempuan memiliki pandangan tersendiri soal politik. Misalnya,
mengatakan politik itu keras dan penuh persaingan.”(Jawa Pos, sabtu 30 Maret
2013)
Berbeda dengan Partai Demokrat, PKB yang justru mengandalkan aktivis
perempuan Nahdlatul Ulama (NU) yang mau bergabung dengan PKB. Di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

jelaskan oleh Wakil Ketua DPC PKB Surabaya Masduki Toha “ Kami nggak
kesulitan untuk mencari kader perempuan. Di antara mereka (aktivis perempuan
NU,red). Fusi parpol atau melebur dengan parpol yang telah lolos, yakni siasat
yg dilakukan oleh partai-partai yang tidak lolos verifikasi Bawaslu. (Jawa Pos,
sabtu 30 Maret 2013)
Parpol yang ikut dalam pemilu tidak serius dalam memenuhi kuota 30%
perempuan di setiap parpol, hal ini dikarena kan tidak adanya sanksi yang tegas
bagi yang tidak memenuhi. Sehingga KPU berulang kali mengingatkan parpol
untuk memenuhi kuota tersebut sebagai salah satu syarat maju ke pemilu
legislatif.
Ada beberapa halangan bagi perempuan untuk maju ke dalam legisatif,
Parpol-parpol ini masih dihinggapi anggapan patriarkal, yang meremehkan
kapasitas perempuan untuk terjun ke politik. Hal ini makin diperparah oleh
kenyataan bahwa parpol tidak serius melakukan kaderisasi politik di tingkatan
massa. Inilah hambatan pertamanya. Kedua, UU pemilu yang mengatur soal
kuota 30% caleg perempuan itu belum dilengkapi dengan ketentuan sanksi bagi
parpol yang mengabaikan atau tidak menjalankan ketentuan itu. Hal ini,
misalnya, terjadi pada pemilu 2009 lalu, dimana ada 13 partai politik yang tidak
memenuhi kuota 30% keterwakilan perempuan dalam daftar calon anggota
legislatif. Ketiga, masih kuatnya hambatan ideologis, terutama patriarkhi, yang
menghalangi langkah perempuan terjun ke politik. Dunia politik masih
diasosiasikan sebagai “dunia laki-laki”. Ini tercermin jelas dari pandangan yang
mengidentikkan pemimpin politik dengan “pemimpin kuat, tegas, dan berani”.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

Akibatnya, ketika perempuan ini terjun ke politik, tak jarang hambatan itu justru
berasal dari keluarga. Keempat, tidak adanya organisasi massa perempuan yang
berhasil

menjembatani

antara

penyelesaian

problem-problem

mendasar

perempuan, seperti pekerjaan, pendidikan, kesehatan, perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi, dan lain-lain, dengan kebutuhan perjuangan politik
perempuan. Padahal, organisasi massa semacam ini sangat berguna sebagai
sekolah politik bagi massa perempuan. Kelima, mahalnya biaya politik dalam
sistem demokrasi liberal. Akibatnya, kalaupun perempuan bisa mendapat tiket
sebagai calon legislatif, tetapi mereka kesulitan untuk membiayai kampanye dan
segala kebutuhan logistik pada saat pemilu. Jadinya, yang banyak lolos dan
menduduki jabatan di DPR adalah perempuan dari kalangan menengah ke atas
atau dari rumpun pejabat/elit politik. Masalahnya, perempuan dari kalangan atas
ini biasanya hanya punya ambisi kekuasaan, tetapi tidak punya perhatian pada
agenda

politik

kaum

perempuan

dan

rakyat

secara

keseluruhan.(

file://localhost/C:/Users/TOSHIBA/Documents/data%20skripsi/Keterwakilan%2
0Perempuan%20Di%20Parlemen_Berdikari%20Online.mht )
Berdasarkan pentingnya surat kabar bagi partai politik sebagai media
untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat, dan besarnya perhatian
yang diberikan terhadap peristiwa ini, serta untuk mengetahui kecenderungan
pemberitaan surat kabar dalam memuat berita pemilu 2014, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan perempuan
Surabaya tentang 30% keterwakilan perempuan di legislatif. Liputan berita

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Pemilu 2014 yang diteliti adalah yang terdapat di rubrik Politik pada surat kabar
Jawa Pos.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori S-O-R, dimana
teori ini stimuli berupa pesan yaitu rubrik politik di media massa, khususnya
Jawa Pos dalam hal ini bagaimana fungsi media untuk memberikan informasi
terkait pemberitaan peraturan KPU no 7 tahun 2013 pada pemilu 2014
mendatang, maka masyarakat akan menganggap bahwa permasalahan yang
berkaitan dengan pemilu 2014 merupakan permalasahan yang patut mendapat
perhatian dari lapisan masyarakat, khususnya perempuan.
Alasan peneliti mengambil surat kabar Jawa Pos dikarenakan sebagai salah
satu media cetak terbesar yang terbit di Pulau Jawa dan beredar di seluruh
pelosok Jawa Timur. Selain itu, Jawa Pos yang mengedepankan keterbukaan,
meninggalkan

pengkotakan

latar

belakang

suku,

agama,

ras

dan

golongan.(www.jawapos.co.id). Jawa Pos merupakan surat kabar yang sifatnya
menasionalkan dengan peredaran lebih dari 1 juta eksemplar per hari yanag
paling berpengaruh. Oleh karena peredarannya yang luas maka Jawa Pos
menjadi sangat diakui keberadaannya di Indonesia. Selain itu, surat kabar Jawa
Pos juga memberikan perhatian khusus terhadap peristiwa politik pemilu 2014.
Hal ini dibuktikan dengan dimuatnya berita tersebut di dalam satu rubrik tentang
pemilu 2014.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap rubri politik pemilu 2014 dalam harian Jawa Pos, telah
terjadi peristiwa-peristiwa menarik dari pemberitaan tersebut. Berita yang di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

tayangkan sempat menyibukkan partai politik dalam mempersiapkan pemilu
2014.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasrakan latar belakang masalah yang telah dikemukakan dan
diuraikan diatas, maka penelitian dirumuskan sebagai berikut : “bagaimanakah
tingkat pengetahuan perempuan Surabaya tentang keterwakilan perempuan di
legislatif ?”

1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimanakah tingkat pengetahuan perempuan
Surabaya tentang keterwakilan perempuan di legislatif.

1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian yaitu:
1. Kegunaan secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana dan memberikan
informasi serta sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu
komunikasi sebagai bahan masukan atau referensi untuk penelitian
selanjutnya.
2. Kegunaan secara praktis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan pengetahuan kepada
masyarakat, khususnya perempuan tentang peraturan KPU no 7 tahun
2013 mengenai keterwakilan perempuan di legislatif sebanyak 30%.
Sehingga masyarakat, khususnya perempuan, termotivasi untuk dapat
ikut dalam pemilu-pemilu selanjutnya demi kepentingan bersama
membangun kota Surabaya dan negara Indonesia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Definisi Media Massa
Komunikasi massa merupakan proses komunikasi melalui media massa
modern, dengan kata lain komunikasi dapt diartikan sebagai suatu proses dimana
komunikator secara profesional menggunakan media massa dalam menyebarkan
pesannya

untuk

mempengaruhi

khalayak

banyak.

Komunikasi

massa

menyiarkan informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam
pada jumlah banyak dengan menggunakan media.(Effendi, 2003:79-80)
Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat kontrol manajemen
da inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti
kekuatan atau sumber daya yang lain. Media merupakan lokasi (forum) yang
semakin

berperan untuk

menampilkan peristiwa –peristiwa kehidupan

masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Media seringkali
berpaeran sebagai wahana pengembangan kebudayaan bukan saja dalam
pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian
pengembangan tata cara, mode,gaya hidup dan norma- norma. Media telah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

menjadi sumber dominan bukan saja bai individu untuk memperoleh gambaran
dan citra realitas sosial tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara
kolektif. Media menyuguhkan nilai- nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan
dengan berita dan hiburan.(Mc. Quail,2005:3)
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media
massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun media
massa elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh
masyarakat di berbagai lapisan sosial, terutama di masyarakat kota. Keberadaan
media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film dan lain – lain, tidak
terlepas kaitannya dengan perubahan – perubahan yang terjadi dalam
masyarakat. Media massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan
komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan
sosial dalam masyarakat.
Media komunikasi massa bersifat tidak langsung dn oleh karenanya
perencanaan, pengolahan, dan penyampaian pesan baik itu bersifat informasi,
edukasi, persuasi dan hiburan kepada khalayak dibuat sedemikian rupa
senghingga mencapai sasran yang dikehendaki. Komunikasi massa bersifat satu
arah (one way traffic). Begitu pesan dosebarkan komunikator, tidak diketahuinya
pesan itu di terima, dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan.(Effendi,
2003:314)
Media massa yang digunakan sebagai sumber berita tentang peraturan
KPU nomor 7 tahun 2013 dalam penelitian ini yaitu media cetak berupa surat
kabar yang menginformasikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

peraturan KPU nomor 7 tahun 2013 baik berupa informasi, himbauan ataupun
iklan layanan masyarakat.
2.1.2 Peran Media Massa
Media massa adalah intitusi yang berperan sebagai agent of change, yaitu
sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma utama media massa.
Dalam

menjalankan

paradigmanya,

peran

media

massa

adalah

(Bungin,2006:85):
1. Sebagai institusi pencerahan, yaitu perannya sebagai media edukasi.
Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat
supaya cerdas, terbuka pikirannya dan menjadi masyarakat yang maju.
2. Selain itu media massa juga menjadi media informasi, yaitu media
yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dengan
informasi yang terbuka, jujur dan benar disampaikan media massa
kepada masyarakat, maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang
kaya dengan informasi, masyarakat yang terbuka dengan informasi,
sebaliknya pula masyarakat akan menjadi masyarakat yang informatif,
masyarakat yang dapat menyampaikan informasi dengan jujur kepada
media massa. Selain itu, informasi yang banyak dimiliki oleh
masyarakat, menjadikan masyarakat dunia yang dapat berpatisipasi
dengan berbagai kemampuannya.
3. Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of
change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi
yang

setiap

saat

menjadi

corong

kebudayaan,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

katalisator

15

perkembangan kebudayaan. Sebagai agent of change yang dimaksud
adalah juga mendorong agar perkembangan budaya itu bemanfaat bagi
manusia bermoral dan masyarakat sakinah. Dengan demikian media
massa juga berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya
yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakat.
Dalam penelitian ini, media massa yang digunakan adalah media cetak
berperan sebagai media edukasi dan media informasi bagi masyarakat sebagai
khalayak, artinya media massa berperan sebagai media yang setiap saat
mendidik masyarakat supaya lebih cerdas dan terbuka pikirannya akan berbagai
informasi seperti halnya informasi tentang peraturan KPU nomor 7 tahun 2013.
Diharapakan media massa dapat menjadi media yang dapat menyalurkan
berbagai informasi penting kepada masyarakat tentang peraturan KPU yang baru
sehingga pada akhirnyadapat merubah perilaku dan pemikiran masyarakat
tentang keterwakilan perempuan di legislatif sebanyak 30%.
2.1.3 Definisi Surat Kabar
Menurut Junaedhie (2002:12) pers disebut sebagai surat kabar, sebutan
bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak seperti lembaran
kerja berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan dan diterbitkan secara
berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta dierdarkan secara umum.
Sedangkan surat kabar menurut Sutisna (2003:289) merupakan salah satu media
penyampai pesan yang mempunyai daya jangkau yang luas dan massal. Surat
kabar berfungsi sebagai penyampai berita kepada para pembacanya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

2.1.4 Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial
Kontrol sosial menurut J.S Roucek dalam pengendalian sosial (1987:2)
adalah sekelompok proses yang direncanakan atau tidak yang man individu
diajarkan atau dipaksa untuk menerima cara-cara dan nilai kehidupan kelompok.
Dari definisi ini menonjol sifat kolektif dan usaha kelompok untuk
mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh kelompok
dinilai sangat baik. Dalam hubungan ini individu bahkan dapat dipaksa untuk
kalau perlu bertindak bertentangan dengan keinginannya untuk mengikuti nilainilai yang benar menurut kepentingan bersama.
Sedangkan pengertian lain dari kontrol sosial adalah tekanan mental
terhadap

individu

dalam

bersikap

dan

bertindak

sesuai

penilaian

kelompok.(Susanto, 2000:115). Dalam hal ini sebenarnya kontrol sosial
bertujuan:
1. Menyadarkan individu tentang apa yang dilakukannya.
2. Mengadakan himbauan kepada individu untuk mengubah sikap diri.
3. Perubahan sikap yang kemudian diusahakan untuk menjadi norma baru
(Susanto,2000:116)
Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan
fungsinya, selain menyiarkan informasi yang objektif dan edukatif, menghibur,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

melakukan kontrol sosial yang kontruktif dengan menyalurkan segala aspirasi
masyaarakat, serta mempengaruhi masyarakat dengan melakukan komunikasi
dan peran serta positif dari masyarakat itu sendiri.(Effendy, 2003:149)
Sementara

Sumadiria

(2005;32-35)

dalam

Jurnalistik

Indonesia

menunjukan 5 fungsi dari pers :
1. Fungsi informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi
secepat- cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang aktual,
akurat, faktual, dan bermanfaat.
2. Fungsi Edukasi, maksudnya disini informasi yang disebar luaskan pers
hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers
harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.
3. Fungsi hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai
wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi
semua lapisan masyarakat.
4. Fungsi kontrol sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai
pengawas

pemerintah

dan

masyarakat.

Pers

akan

senantiasa

menyalahkan ketika melihat penyimpangan dan ketidakadilan dalam
suatu masyarakat atau negara.
5. Fungsi mediasi, dengan fungsi mediasi pers mampu menjadi fasilitator
atau mediator menghubungkan tempat satu dengan yang lain, peristiwa
yang satu dengan yang lain, atau orang yang satu dengan yang lain.
2.1.5 Ciri-Ciri Surat Kabar

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Ciri –ciri surat kabar menurut Effendy (2003:91) adalah sebagai berikut:
a. Publisitas
Yaitu penyebaran kepada publik atau khalayak dan bersifat umum.
Dengan ciri ini, maka penerbitan yang bentuk dan fisiknya sama
dengan surat kabar tidak bisa disebut surat kabar apabila diperuntukan
untuk sekelompok orang atau segolongan orang. Penerbitan yang
sifatnya khusus, tidak termasuk sura kabar.
b. Periodesitas
Yaitu keteraturan terbitnya surat kabar, bisa satu kali sehari, dua kali
sehari, dapat pula satu kali atau dua kali dalam seminggu. Kalaupun
ada yang terbitnya lebih dari satu kali, terbinya tidak teratur.
c. Universalitas
Yaitu kesemastaan isinya, beraneka ragam dari seluruh dunia. Isi surat
kabar haruslah berita-berita yang mencakup berita yang ada dari dalam
maupun luar negeri, sehingga khalayak (audience) mengetahui segala
jenis kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi di seluruh dunia.
d. Aktualitas
Yaitu laporan mengenai peristiwa yang terjadi dan dilaporkan harus
benar atau bisa juga kecepatan laporan tanpa mengesampingkan
pentingnya kebenaran berita.
2.1.6 Definisi Berita

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Menurut Mitchel V. Charnley, berita adalah laporan yang tepat waktu
mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau keduaduanya bagi masyarakat luas.(Deddy Iskandar, 2005:22)

2.1.7 J enis Berita
Menurut Deddy Iskandar dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik
Televisi, berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Hard News (berita berat) adalah berita tentang peristiwa yang dianggap
penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok, maupun
organisasi.
b. Soft News (berita ringan) adalah berita yang tidak terikat dengan
aktualisasi namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya.
c. Investigasi Report (laporan penyelidikan) adalah jenis berita yang
eksklusif karena datanya di dapat melalui proses penyelidikan.
2.1.8 Berita Mengenai 30% Keterwakilan Perempuan Di Legislatif
Pada penelitian ini berita yang dimaksud adalah adalah berita tentang 30%
ketewakilan permpuan di legislatif yang dimuat pada harian Jawa Pos pada
tanggal 30 maret, 1 dan 2 april 2013. Dalam tanggal tersebut terdapat informasi
mengenai berbagai hal atau informasi yang berhubungan dengan 30%
keterwakilan perempuan di legislatif.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Berita mengenai 30% keterwakilan perempuan di legislatif merupakan
berita yang disajikan oleh Jawa Pos untuk memberikan informasi kepada
masyarakat secara umum, khususnya kepada perempuan Surabaya terkait
bagaimana sikap partai politik terhadap peraturan KPU tersebut, cara partai
politik menyiasati peraturan tersebut dan berbagai hal lain yang berhubungan
dengan peraturan KPU nomor 7 tahun 2013.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) akhirnya menetapkan agar setiap partai
politik

menyertakan

30%

perempuan

didalam

daftar

calon

anggota

legislatifnya(caleg). Banyak parpol yang dibuat pusing dan melayangkan protes
pada

peraturan

KPU

tersebut.

Peraturan

KPU

tersebut

dianggap

mendeskriminasi kaum pria, menurut beberapa tokoh politik hal ini tidak adil
jika calon pria tidak lolos gara-gara tidak ada calon anggota legislatif
perempuannya.
Untuk memenuhi kuota 30% perempuan dalam daftar caalon anggota
legislatif berbagai cara ditempuh partai politik, misalnya partai Demokrat
mengadakan fit and proper test yang melibatkan akademis untuk mengukur
kepantasan calon legislatif (Jawa Pos,30 maret 2013). Hal lain dilakukan
beberapa parpol untuk meloloskan calegnya dengan memasang nama anggota
keluarganya yang perempuan, misalnya memasang nama istri, saudaranya atau
keponakannya agar parpol tersebut lolos dalam verifikasi KPU.
Dari pemberitaan mengenai 30% keterwakilan perempuan di legislatif
dapat memberi informasi yang akurat kepada masyarakat, khususnya perempuan
Surabaya terkait 30% calon legislatif perempuan di tiap partai politik yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

mengikuti pemilu 2014. Sehingga masyarakat terbuka pikirannya untuk dapat
ikut dalam 30% perempuan di legislatif dan dapat menjadi jembatan bagi
masyarakat.
2.1.9 Pengetahuan
Tingkat pengetahuan merupakan proses menerima informasi atau stimulasi
dari lingkungan dan mengubahkan ke dalam kesadaran psikologis, pengetahuan
yang dimaksud adalah pengetahuan tentan obyek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan, yakni memberikan makna pada stimuli indrawi.
Definisi pengetahuan tidaklah sama dengan kepintaran,

menurut

Eriyanto(1999:238) tingkat pengetahuan lebih mengacu kepada apakah sesorang
sukup intens mengetahui informasi dari suatu isi tertentu, sehingga ia dapat
secara jelas mengambil sikap terhadap isu tersebut. Pengetahuan yang dimaksud
disini adalah pengetahuan faktual yang menuntut sesaorang untuk mengetahui
isu-isu yang aktual atau yang penting. Sikap atau pendapat seseorang terhadap
suatu isu atau masalah tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki

oleh

seseorang mengenai isu tersebut.(Eriyanto,1999:339)
Efek pengetahuan (efek kognitif)terjadi bila ada perubahan yang diketahui,
dipahami atau dipersepsi khlayak efek ini berkaitan dengan transmisi
pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau informasi.(Rakhmat,2000:29)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Tingkat pengetahuan seseorang terhadap obek tidak muncul begitu saja
akan tetapi di dahului dengan adanya beberapa proses.(Rakhmat, 1999:94)
proses-proses tersebut adalaha;
1. Sensasi
Tahap paling awal dalam penerimaan informasi adalah sensasi. Sensasi
sendiri diartikan sebagai proses menangkap stimuli. Proses sensasi
terjadi apabila alat-alat indera mengubah informasi menjadi impulsimpuls sarat, dengan bahasa yang dipahami oleh otak.(Coon, 1997:79)
Dari definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan
seseorang bergantung bagaimana kepekaan panca indera individu
dalam menerima stimuli. Proses sensasi ini tidaklah lepas dari faktor
perhatian seseorang terhadap stimuli. Perhatian disini diartikan sebagai
mental ketika stimuli lainnya melemah.(Leprancois, 1974:39)
Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat –sifat yang menonjol
seperti:
a. Gerakan
Manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak
seperti: huruf-huruf display yang bergerak, gerakan model iklan
dan lainnya.
b. Intensitas Stimuli
Individu akan memperhatikan stimuli yang menonjol dari stimuli
lain: tubuh jangkung di tengah-tengah orang pendek.
c. Kebaruan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

Berapa eksperimen membuktikan bahwa stimuli yang luar biasa
dan kebaruan lebih mudah diingat.
d. Perulangan
Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit
variasi akan dapat menarik perhatian.
2. Memori
Memori sistem yang sangat berstruktur, yang dapat menyeba