PERBEDAAN TINGKAT KONSENTRASI PADA SISWA YANG MELAKUKAN SARAPAN PAGI DENGAN YANG Perbedaan Tingkat Konsentrasi Pada Siswa Yang Melakukan Sarapan Pagi Dengan Yang Tidak Melakukan Sarapan Pagi Di SDN Gondang III Kecamatan Nawangan Pacitan.

PERBEDAAN TINGKAT KONSENTRASI PADA SISWA YANG
MELAKUKAN SARAPAN PAGI DENGAN YANG
TIDAK MELAKUKAN SARAPAN PAGI DI
SDN GONDANG III KECAMATAN
NAWANGAN PACITAN

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :

FEBRINA MAHARDHIKA SUWARDHANI
J 210.090.035

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN TINGKAT KONSENTRASI PADA SISWA YANG
MELAKUKAN SARAPAN PAGI DENGAN YANG
TIDAK MELAKUKAN SARAPAN PAGI DI

SDN GONDANG III KECAMATAN
NAWANGAN PACITAN
Febrina Mahardhika Suwardhani*
Irdawati, S.Kp, Ns., MSi., Med**
Dewi Suryandari, S.Kep., Ns**
Abstrak
Sarapan pagi sebelum beraktivitas ke sekolah dapat membantu kemampuan
siswa dalam mengikuti proses belajar di kelas. Dengan sarapan pagi siswa
mempunyai energi yang diperlukan tubuh dan otak untuk meningkatkan
konsentrasi belajar. Namun pada kenyataanya tidak semua siswa yang berangkat
ke sekolah mempunyai kebiasaan sarapan pagi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan tingkat konsentrasi pada siswa yang melakukan sarapan
pagi, dengan yang tidak melakukan sarapan pagi di SDN Gondang III, Kecamatan
Nawangan Pacitan. Jenis penelitian ini adalah Non eksperimental dengan desain
deskriptif komparatif, pengukuran variabel dilakukan secara cross sectional.
Sampel penelitian adalah 39 siswa dari kelas IV sampai kelas VI yang diambil
dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Proportional stratified Random
Sampling. Instrument penelitian menggunakan lembar soal Weshler Intelegency
Scale for Children, dan kuesioner tentang sarapan pagi. Analisis data penelitian
menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian diketahui 14 siswa (35,9%)

melakukan sarapan pagi dan 25 siswa (64,1%) tidak melakukan sarapan pagi.
Sebanyak 21 siswa (53,8%) mempunyai konsentrasi yang baik dan 18 siswa
(46,2%) kurang konsentrasi. Hasil analisis data diperoleh nilai 2 = 13,374
dengan p = 0,001 dan dapat disimpulkan ada perbedaan tingkat konsentrasi pada
siswa yang melakukan sarapan pagi dengan yang tidak melakukan sarapan pagi di
SDN Gondang III, Kecamatan Nawangan Pacitan
Kata kunci : konsentrasi, sarapan pagi, siswa SD

Perbedaan Tingkat Konsentrasi Pada Siswa Yang Melakukan Sarapan Pagi Dengan Yang Tidak
Melakukan Sarapan Pagi Di SDN Gondang III Kecamatan Nawangan Pacitan

DIFFERENCES FROM CONCENTRATION LEVEL BETWEEN
STUDENTS WITH BREAKFAST AND NO BREAKFAST
AT SDN III GONDANG OF NAWANGAN
PACITAN SUBDISTRICT
ABSTRACT
Breakfast morning before activity to school can help students ' ability in
following the process of learning in the classroom. With breakfast the morning the
students have the necessary energy to the body and brain to enhance
concentration studied. But in fact not all of the students who went to school has a

habit of breakfast. Objective aim to know differences from concentration level
between students with breakfast and no breakfast at SDN III Gondang of
Nawangan Pacitan Subdistrict. This type of research is Non-experimental
comparative descriptive design, variable measurements done in cross sectional.
The research sample is 39 students from class IV to class VI with using sampling
technique is Proportional stratified Random Sampling. Instrument research use
Weshler Intelegency Scale for Children questionnaire, and habits and breakfast
questionnaire. Analysis research data use Chi Square test. Research results are
14 students (35,9%) with breakfast and 25 students (64,1%) did not have
breakfast. 21 students (53.8%) have a good concentration and 18 students
(46,2%) less concentration. results of Data analysis obtained the value x2 13,374
with p = 0.001 and concludes there is a differences from concentration level
between students’s breakfast and no breakfast at SDN III Gondang of Nawangan
Pacitan Subdistrict

keyword: concentration, breakfast, students

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konsentrasi belajar merupakan

kemampuan memusatkan perhatian
yang erat kaitannya dengan memori
(ingatan)
(Santrock,
2008).
Konsentrasi
memegang
peranan
penting bagi seorang anak untuk
mengingat, merekam, melanjutkan,
dan mengembangkan materi pelajaran
yang
diperoleh
di
sekolah.
Kemampuan
untuk
mengingat,
merekam, dan mengembangkan materi


pelajaran yang baik memungkinkan
anak memperoleh prestasi yang
optimal (Hakim, 2005).
Meninggalkan makan pagi akan
menyebabkan
tubuh
kekurangan
glukosa dan hal ini menyebabkan
tubuh lemah sehingga konsentrasi
berkurang karena tidak adanya suplai
energi di dalam tubuh. Apabila hal ini
terjadi, maka tubuh akan membongkar
persediaan tenaga yang ada dari
jaringan lemak tubuh, bahkan bisa
mengalami penurunan kadar glukosa

Perbedaan Tingkat Konsentrasi Pada Siswa Yang Melakukan Sarapan Pagi Dengan Yang Tidak
Melakukan Sarapan Pagi Di SDN Gondang III Kecamatan Nawangan Pacitan

(hipoglikemi)

(Kartasapoetra
&
Marsetyo, 2005).
Perkembangan intelektual anak
dimulai ketika anak sudah dapat
berfikir atau mencapai hubungan antar
kesan secara logis serta membuat
keputusan tentamng apa
yang
dihubungkan secara logis, masa kelaskelas tinggi sekolah dasar terjadi pada
umur 11-13 tahun yang biasanya
duduk di kelas 4-6, anak akan mampu
untuk berkonsentrasi secara lebih
matang dan dapat berfikir secara
kongkret (Djamarah, 2011).
Dari hasil wawancara dan
observasi dengan siswa-siswa dan
pihak sekolah, 33 dari 65 siswa pagi
ini melakukan sarapan pagi, 38 dari 65
siswa terbiasa makan pagi sebelum

berangkat kesekolah, dan 35 dari 65
siswa tidak bisa berkonsentrasi ketika
sedang diberi pelajaran dikelas. Dari
hasil observasi dan wawancara dengan
para siswa, mereka mengatakan sulit
untuk berkonsentrasi karena tidak
sarapan, mengantuk, sakit, dan lelah.
Salah satu alasan mereka tidak sarapan
pagi karena orang tua mereka
beranggapan kalau sarapan pagi akan
membuat anak mengantuk, dan anak
tidak sarapan karena mereka harus
berangkat pagi-pagi dan tidak sempat
untuk sarapan. Dari fenomena ini
peneliti tertarik untuk meneliti
perbedaan tingkat konsentrasi pada
siswa yang melakukan sarapan pagi
dengan yang tidak melakukan sarapan
pagi di SDN Gondang III Kecamatan
Nawangan Pacitan.

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah ada
perbedaan tingkat konsentrasi pada

siswa yang melakukan sarapan pagi,
dengan yang tidak melakukan sarapan
pagi di SDN Gondang 3, Kecamatan
Nawangan Pacitan.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsentrasi
Konsentrasi belajar merupakan
kemampuan memusatkan perhatian
pada sesuatu yang berkaitan dengan
memori (ingatan), merupakan suatu
proses sentral dalam perkembangan
kognitif.
Ingatan
meliputi
penyimpanan informasi yang terus
menerus, kecepatan dan efesiensi,

pemrosesan informasi khususnya
kecepatan untuk mengidentifikasi
masing-masing
item.
Ingatan
merupakan peramal yang sangat
akurat dan merupakan aspek penting
dari kemampuan kognitif (Santrock,
2008).
konsentrasi
belajar
adalah
kemampuan
untuk
memusatkan
perhatian pada sesuatu yang berkaitan
dengan memori atau ingatan pada saat
menerima informasi.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi
konsentrasi.

Dari beberapa ahli mencoba
menjelaskan beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi konsentrasi,
antara lain :
a. Usia
Kemampuan konsentrasi
akan berkembang sesuai dengan
usia dan pada anak-anak
kemampuan konsentrasi terbatas
bila dibandingkan dengan orang
dewasa (Djamarah, 2011).
b. Pengetahuan dan pengalaman
Anak
akan
lebih
memusatkan perhatian pada

Perbedaan Tingkat Konsentrasi Pada Siswa Yang Melakukan Sarapan Pagi Dengan Yang Tidak
Melakukan Sarapan Pagi Di SDN Gondang III Kecamatan Nawangan Pacitan


sesuatu yang baru dan menarik
perhatian. Akan berbeda bila
yang diperhatikan sudah sering
dilihat maka anak-anak akan
malas untuk memperhatikan
(Hakim, 2005).
c. Gizi yang cukup
Pada dasarnya ketrampilan
berkonsentrasi pada anak seperti
orang dewasa, konsentrasi ini
amat tergantung pada suatu
pemikiran. Komposisi dan porsi
makan pagi pada anak lebih
sedikit
jika
dibandingkan
dengan orang dewasa. Konsumsi
makanan yang mengandung
karbohidrat di pagi hari akan
sangat
membantu
dalam
meningkatkatnya kadar glukosa
darah. Dimana glukosa penting
untuk fungsi otak dan membantu
dalam proses berfikir dan
konsentrasi (Mahoney, Taylor,
Kanarek and Samuel, 2005).
2. Alat Ukur Konsentrasi Belajar
Ada beberapa alat ukur yang
digunakan untuk mengukur tingkat
konsentrasi, antara lain : Digit
symbol test, Arithmetic dan LetterNumber Sequencing
Digit Simbol Test
Digit Symbol Test berupa test
yang terdiri atas kotak-kotak dan
bidang-bidang yang terbagi-bagi,
dalam kotak atas terdapat angka dan
kotak bawahnya terdapat tanda-tanda
(simbol) (Boyle, Saklofske and
Matthews,
2012).
Test
untuk
mengukur koordinasi visual motorik,
meliputi
ketelitian,
kecepatan,
konsentrasi,
ingatan
mekanis,
pengenalan kembali (Lezak , 2004).

Sarapan pagi
Sarapan pagi adalah makanan
atau minuman yang memberikan
energi dan zat gizi lain yang
dikonsumsi pada waktu pagi, sarapan
pagi bisa dilakukan antara pukul
06.00-08.00, jenis makanan yang
dihidangkan dapat dipilih serta
disusun sesuai dengan keadaan,
namun akan lebih baik bila sarapan
pagi terdiri dari makanan sumber
tenaga, sumber zat pembangun, dan
sumber zat pengatur (Khomsan,
2006).
1. Manfaat Sarapan Pagi
Sarapan
pagi
sangat
bermanfaat bagi setiap orang. Bagi
orang dewasa, sarapan pagi dapat
memelihara
ketahanan
fisik,
mempertahankan daya tahan tubuh
saat bekerja dan meningkatkan
produktivitas kerja. Bagi anak
sekolah, sarapan pagi dapat
meningkatkan konsentrasi belajar
dan
emudahkan
penyerapan
pelajaran sehingga prestasi belajar
lebih baik (Khomsan, 2010).
Karakteristik Anak Usia Sekolah
Dasar
Menurut Santrock (2008) usia
sekolah merupakan saat pertumbuhan
yang signifikan pada kehidupan sosial,
kognitif
dan
emosi,
terjadi
peningkatan berat badan anak yang
lebih banyak daripada panjangnya
badan. Peningkatan berat badan ini
terjadi karena bertambahnya ukuran
rangka dan otot serta beberapa organ
tubuh.

Perbedaan Tingkat Konsentrasi Pada Siswa Yang Melakukan Sarapan Pagi Dengan Yang Tidak
Melakukan Sarapan Pagi Di SDN Gondang III Kecamatan Nawangan Pacitan

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Non
eksperimental
dengan
desain
deskriptif komparatif, yaitu penelitian
yang membandingkan dua atau tiga
kejadian dengan melihat penyebabnya
(Notoadmodjo,
2010).
Dalam
penelitian ini pengukuran variabel
dilakukan secara cross sectional,
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua siswa kelas 4, 5, 6 di SDN
Gondang III Kecamatan Nawangan
Pacitan yang berjumlah 65 siswa,
yang terdiri dari 15 siswa kelas 4, 25
siswa kelas 5 dan 25 siswa kelas 6.
Sampel ini berjumlah 39 orang.
Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini Proportional
stratified Random Sampling.
Kriteria Penelitian
1) Kriteria inklusi
a) Siswa SDN Gondang III, kelas
IV, V dan VI
b) Bisa membaca dan menulis
c) Bersedia menjadi responden
2) Kriteria eklusi
a) Siswa SDN Gondang III, kelas
I, II, dan III
b) Siswa yang sedang mengalami
sakit
c) Siswa yang tidak kooperatif
Tehnik Analisa Data
Analisa data dilakukan untuk
menguji hipotesis dan menjawab
rumusan masalah yang diajukan.
Pengujian hipotesis data penelitian ini
menggunakan uji chi Square
Kuesioner untuk konsentrasi
menggunakan lembar soal Weshler
Intelegency Scale for Children, yaitu :
dengan penilaian ”ya” dan ”tidak”,

nilai 1 apabila jawaban ”ya” dan nilai
0 apabila jawaban ”tidak”
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
Distribusi
frekuensi
responden
berdasarkan jenis kelamin ditampilkan
dalam tabel 1
Tabel 1. distribusi berdasarkan jenis
kelamin
Jenis kelamin
Jumlah
%
Laki-laki
16
41.0
Perempuan
23
59,0
Jumlah
39
100,0
Tabel 1 menunjukkan responden
penelitian banyak perempuan dengan
jumlah 23 orang siswa (59%).
Distribusi
frekuensi
responden
berdasarkan usia ditampilkan dalam
tabel 2
Tabel 2. Distribusi berdasarkan usia
Usia/Umur
Jumlah
%
9,1 - 10 tahun
3
7.7
10,1 - 11 tahun
12
30.8
11,1 - 12 tahun
24
61.5
Jumlah
39
100.0
Tabel 2 menunjukkan responden
penelitian banyak yang berusia 11,112 tahun (61,5%)
Distribusi
frekuensi
responden
berdasarkan kelas ditampilkan dalam
tabel 3
Tabel 3. Distribusi berdasarkan kelas
Kelas
Jumlah
%
IV
9
23.0
V
15
38.5
VI
15
38.5
Jumlah
39
100.0

Perbedaan Tingkat Konsentrasi Pada Siswa Yang Melakukan Sarapan Pagi Dengan Yang Tidak
Melakukan Sarapan Pagi Di SDN Gondang III Kecamatan Nawangan Pacitan

Tabel 3 menunjukkan responden
penelitian pada kelas V dan VI
masing-masing sebesar 38,5%
Analisis univariat
Sarapan pagi
Tabel
4
Distribusi
responden
berdasarkan kebiasaan sarapan
Sarapan pagi
Jumlah
(%)
Ya
14
35.9
Tidak
25
64.1
Total
39
100.0
Tabel 4 menunjukkan sebagian besar
responden tidak melakukan sarapan
pagi, yaitu sebesar 64,1%.
Jenis asupan makan sarapan pagi
responden
Tabel
5
Distribusi
responden
berdasarkan jenis asupan sarapan pagi
Jenis sarapan
Tidak sarapan
Nasi, sayur
Nasi, sayur, lauk
Mie goreng/instant
Jumlah

Jumlah
25
6
5
3
39

(%)
64.1
15.4
12.8
7.7
100.0

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa
sebagai sebagian besar responden
yang
sarapan
pagi
dengan
menggunakan menu nasi dan sayur.
Jenis menu minuman respoden
Tabel
6
Distribusi
responden
berdasarkan jenis menu minuman
Jenis minuman
Jumlah
%
Teh manis
20
51.3
Air putih
12
30.8
Susu
7
17.9
Jumlah
39
100,0
Berdasarkan tabel 6 diketahui
sebagian besar responden minum teh
manis sebelum berangkat ke sekolah,
yaitu 51,3%
Konsentrasi belajar
Tabel
7
Distribusi
responden
berdasarkan tingkat konsentrasi
Konsentrasi
Frekuensi (%)
Baik
21
53.8
Kurang
18
46.2
Jumlah
39
100.
0
Berdasarkan tabel 7 diketahui
sebagian besar responden mempunyai
konsentrasi pada kategori baik, yaitu
sebesar 53,8 %.

Perbedaan tingkat konsentrasi pada anak yang melakukan sarapan pagi
dengan yang tidak melakukan sarapan pagi di SD Negeri Gondang 3,
Kecamatan Nawangan Pacitan
Tabel 8
Uji perbedaan tingkat konsentrasi pada anak yang melakukan
sarapan pagi dengan yang tidak melakukan sarapan pagi
Sarapan
Konsentrasi
Total
P
2
pagi
Baik
Kurang
N
%
N
%
N
%
13,374 0,001
Ya
13
33,3 1
2,6
14
35,9
Tidak
8
20,5 17
43,6 25
64,1
Total
21
53,8 18
46,2 39
100

Perbedaan Tingkat Konsentrasi Pada Siswa Yang Melakukan Sarapan Pagi Dengan Yang Tidak
Melakukan Sarapan Pagi Di SDN Gondang III Kecamatan Nawangan Pacitan

Tabel 8 menunjukkan dari 14
siswa (35,9%) yang sarapan pagi
terdapat 13 siswa (33,3%) yang dapat
berkonsentrasi
dengan
baik,
sedangkan 1 siswa (2,6%) kurang
dapat berkonsentrasi. Dari 25 siswa
yang tidak sarapan pagi (64,1%),
terdapat 8 siswa (20,5%) tetap dapat
berkonsentrasi, sementara 17 siswa
(43,6%) kurang dapat berkonsentrasi.
Berdasarkan hasil analisis data,
diperoleh nilai 2 = 13,374 dengan p
= 0,00. Hasil ini dapat diartikan ada
perbedaan tingkat konsentrasi pada
anak yang melakukan sarapan pagi
dengan yang tidak melakukan sarapan
pagi di SD Negeri Gondang 3,
Kecamatan Nawangan Pacitan
PEMBAHASAN
Analisis Univariat
1. Sarapan pagi
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai sarapan pagi diketahui
sebagian besar responden tidak
melakukan sarapan pagi (64,1%).
Berdasarkan penelitian di lapangan,
responden mengatakan jarang sarapan
pagi karena tidak terbiasa dengan
sarapan pagi. Menurut responden
dirinya lebih suka jajan pada jam
istirahat pertama, yaitu pada pukul
9.00 WIB, selain itu menurut
responden alasan tidak sarapan pagi
karena tidak tersedianya sarapan pagi
dirumahnya, mengingat orang tuanya
sudah berangkat bekerja pagi-pagi dan
adanya anggapan orang tua bahwa
sarapan pagi akan membuat anak
mengantuk ketika disekolah

Sarapan pagi sangat penting dan
bermanfaat bagi semua orang. Semua
zat gizi yang diperoleh dari makan
malam sudah diubah dan diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh. Sementara
jarak antara waktu makan malam dan
bangun pagi sekitar 8 jam. Selama
tidur metabolisme dalam tubuh tetap
berlangsung, akibatnya pada pagi hari
perut sudah kosong (Muchtar, Julia
and Gamayanti, 2011). Sarapan pagi
yang baik harus banyak mengandung
karbohidrat karena akan merangsang
glukosa dan mikro nutrient dalam otak
yang dapat menghasilkan energi,
selain itu dapat berlangsung memacu
otak agar membantu memusatkan
pikiran
untuk
belajar
dan
memudahkan penyerapan pelajaran
(Moehji, 2009).
Syahbudin (2006) anak yang
jarang sarapan pagi akan kekuarangan
zat gizi untuk memenuhi kebutuhan
tubuh dalam proses meta dan
mengalami
pembesaran
kelenjar
tiroid. efek hormon tiroid terhadap
otak dapat bersifat sekunder terhadap
meningkatnya kepekaan terhadap
katekolamin yang diikuti dengan
peningkatan
aktivitas
sistem
retikularis barrier darah otak tidak
berkembang pada saat lahir dan
hormon tiroid mempunyai efek nyata
pada perkembangan otak. Pada bayi
hipotiroid, sinaps-sinaps berkembang
tidak normal, mielinisasi terganggu,
dan perkembangan mental terhambat.
Dalam
penelitan
yang
dilakukan oleh Franklin (2007)
tentang asupan makan dimana
kandungan glukosa berperan dalam

Perbedaan Tingkat Konsentrasi Pada Siswa Yang Melakukan Sarapan Pagi Dengan Yang Tidak
Melakukan Sarapan Pagi Di SDN Gondang III Kecamatan Nawangan Pacitan

meningkatkan kinerja otak
yang
dilajkuakn dalam hewan percobaan
yaitu mencit. Ketidakcukupan glukosa
di otak memberi efek buruk terhadap
daya berfikir dan mengingat. Glukosa
memberi efek yang kuat untuk fungsi
lobus
temporal
yaitu
memori
deklaratif verbal jangka masa panjang.
Glukosa juga memberi efek kepada
memori jangka pendek, memori
prosedural, dan respon inhibisi.
Menurut
survey
Yayasan
Kusuma Buana, sebuah LSM di
Jakarta yang bergerak dibidang
kesehatan, cukup banyak anak yang
berangkat kesekolah tanpa sarapan
(16,9% dari 3.495 siswa yang diteliti).
Akibatnya mereka jajan di warung
dekat sekolah atau pedagang kaki lima
di sekitar sekolah. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan 2001/2002
di 13 SD di Jakarta, ternyata
kesibukan orang tua di pagi hari atau
belum adanya selera makan pagi
menjadi alasan anak berangkat ke
sekolah tanpa sarapan ( Andriani and
Wirjatmaji, 2012).
Konsentrasi
Berdasarkan Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
dari
39
responden, 21 responden (53,8%)
mempunyai konsentrasi yang baik.
Konsentrasi kategori baik artinya nilai
dari skornya lebih dari atau sama
dengan nilai rata-rata jawaban benar
(≥ 52,20). Dimana nilai skor
responden antara 67-100. Banyaknya
nilai 67-100 ini berdasarkan hasil
penelitian bahwa sumbangan nilai
terbesar adalah nilai skor pada test
pertama yang berisi 25 soal dari empat
test yang diberikan. Nilai jawaban
pada test pertama dapat tinggi

disebabkan
responden
masih
mempunyai motivasi tinggi untuk
dapat
mengerjakan
soal
yang
diberikan.
Sedangkan
untuk
konsentrasi kurang apabila nilai
skornya kurang dari nilai rata-rata
jawaban benar (