HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN KESEGARAN JASMANI

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN
KESEGARAN JASMANI PADA MURID SMP ST. THOMAS 3 MEDAN
TAHUN 2011
SKRIPSI

Oleh:
RANI GARTIKA HOLIVIA SILALAHI
NIM : 071000094

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN
KESEGARAN JASMANI PADA MURID SMP ST. THOMAS 3 MEDAN
TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

RANI GARTIKA HOLIVIA SILALAHI
NIM : 07100094

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul
HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN
KESEGARAN JASMANI PADA MURID SMP ST. THOMAS 3 MEDAN
TAHUN 2011
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
RANI GARTIKA HOLIVIA SILALAHI

NIM : 071000094
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi
Pada Tanggal 06 Juli 2011 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji

Penguji I

(Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi)
NIP. 19670613 199303 1 004
Penguji II

(Ferry, SH, SSi, AMG, DC. Nutri, MKes)
NIP. 19690524 199301 1 001
Penguji III

(Ernawati Nasution, SKM, MKes)
NIP. 19700212 199501 2 001


(Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, MSi)
NIP. 19680616 199303 2 003

Medan, 06 Juli 2011
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS)
NIP. 19610831 198903 1 001

ABSTRAK
Kebiasaan sarapan pagi bermanfaat untuk menjaga daya tahan tubuh dan
dapat melakukan aktivitas secara maksimal. Sarapan pagi berpengaruh pada tubuh
karena makanan yang telah dimakan akan diproses menjadi kalori sebagai sumber
energi, sehingga murid-murid mampu melakukan aktivitasnya tanpa merasa kelelahan
atau memiliki kesegaran jasmani yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani pada murid
SMP St. Thomas 3 Medan tahun 2011.
Jenis penelitian ini adalah observasional yang bersifat deskriptif dengan

desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah murid-murid
kelas III SMP St. Thomas 3 Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah 64 murid
SMP St. Thomas 3 Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sengaja,
yaitu murid-murid kelas III SMP St. Thomas 3 Medan. Kebiasaan sarapan pagi
diukur dengan dengan menggunakan kuesioner. Kesegaran jasmani diukur dengan
menggunakan tes Harvard Step. Hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran
jasmani dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa murid-murid yang memiliki kebiasaan
sarapan pagi yang baik sebanyak 73,4% dan kebiasaan sarapan pagi yang sedang
sebanyak 26,6%. Murid yang memiliki kesegaran jasmani yang kurang sebanyak
93,8% dan kesegaran jasmani sedang sebanyak 6,2%. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran jasmani pada murid
SMP St. Thomas 3 Medan, dengan taraf signifikan p= 1,000 (p>0,05).
Disarankan bagi guru-guru untuk mengingatkan muri-murid untuk
mengonsumsi sarapan pagi dengan menu lengkap (nasi, lauk-pauk dan sayur) dan
melakukan aktivitas fisik/olah raga yang sering untuk meningkatkan kesegaran
jasmani.

Kata Kunci: kebiasaan sarapan pagi, kesegaran jasmani, murid SMP


ABSTRACT
Breakfast habits is usefull to keep immunity of body and to do the actitvies
maximally. Breakfast have influence to body because foods, that we eat, will be
processed to be calori as source of energy, so the students can do their activites
without feel tired or have good physical fitness.This study aims to know relationship
between breakfast habits and physical fitness of students in Junior High School St.
Thomas 3 Medan.
This study was observational, descriptive, with cross sectional design.
Population in this study are students in third grade in Junior High School St. Thomas
3 Medan. Samples consisted of 64 students of Junior High School St. Thomas 3
Medan. Sampling methods was done by purposive sampling, students in third grade
in Junior High School St. Thomas 3 Medan. Breakfast habits was measured by
quetionnaire. Physical fitness was measured by Harvard Step Test. Relationship
between breakfast habits and physical fitness was analyzed by using Chi-Square test.
The result showed that students, who have ‘good’ breakfast habits73,4% and
‘medium’ habiual of breakfast 26,6%. Students, who have ‘less’ physical fitness
93,8% and ‘medium’ physical fitness 6,2%. It is concluded that there is not
significant relationship between breakfast habits and physical fitness of students in
Junior High School St. Thomas 3 Medan, with significant level p= 1,000 (p>0,05).
It is recommended that teachers to remember students to get breakfast with

full menu (rice, side dishes and vegetables) and often do exercise or sports to
increase physical fitness.

Keyword: breakfast habits, physical fitness, students of junior high school

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama

: Rani Gartika Holivia Silalahi

Tempat/ Tanggal Lahir

: Medan/ 30 April 1990

Agama

: Kristen Protestan

Status


: Belum Kawin

Jumlah Bersaudara

: 6 orang

Alamat Rumah

: Jl. Sakura Raya No. 5 Helvetia-Medan

Riwayat Pendidikan

: 1. SD Swasta St. Yoseph I Medan
2. SMP Swasta St. Thomas 3 Medan
3. SMA Negeri 12 Medan
4. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

1995-2001
2001-2004
2004-2007

2007-2011

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan atas rahmat dari Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan kelapangan dan kemudahan kepada saya dalam menyelesaikan
penelitian dan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya. Dalam penulisan skripsi
ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara moril
maupun material. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan FKM USU.
2. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Pembantu Dekan I.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi. selaku Ketua Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara dan Dosen Pembimbing I.
4. Bapak Ferry, S.H., S.Si, AMG, DC.Nutri, M.Kes selaku Dosen Pembimbing
II.
5. Ibu Dra. Lina Tarigan, MS. Selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan saran dan bimbingan untuk memperbaiki penelitian ini.
7. Ibu Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, MS selaku Dosen Penguji III yang telah

memberikan saran dan bimbingan untuk memperbaiki penelitian ini.
8. Bapak Drs. U. Silaen selaku Kepala Sekolah SMP St. Thomas 3 Medan dan
seluruh guru, staff dan murid-murid SMP St. Thomas 3 Medan.

9. Seluruh keluarga (Bapak, Mama, kakak, abang dan adik-adik) yang telah
memberikan dukungan baik moral, material maupun spiritual selama
penulisan mengikuti pendidikan ini.
10. Teman-teman (Anyek, Pitha, Memei, Bunda Ika, Yenny dan yang lainnya
yang tidak dapat saya sebutkan) yang turut membantu penulisan selama
melakukan penelitian hingga penulisan skripsi selesai.
Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai kita semua
dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan,

Juli 2011

Penulis,

(Rani G. H. Silalahi)


DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ......................................................................................... i
Abstrak ............................................................................................................... ii
Abstract .............................................................................................................. iii
Riwayat Hidup Penulis ....................................................................................... iv
Kata Pengantar ................................................................................................... v
Daftar Isi ............................................................................................................. vii
Daftar Tabel ........................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
1.3.1. Tujuan Umum ................................................................... 4
1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................. 4
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6
2.1. Sarapan Pagi ................................................................................. 6
2.1.1. Manfaat Sarapan Pagi ......................................................... 7
2.1.2. Kerugian Tidak Sarapan Pagi ............................................. 8

2.2. Kebiasaan Makan Anak Sekolah ................................................. 9
2.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan ...... 9
2.3. Kesegaran Jasmani ....................................................................... 12
2.3.1. Pengertian Kesegaran Jasmani ............................................ 12
2.3.2. Komponen Kesegaran Jasmani ........................................... 13
2.3.3. Manfaat Kesegaran Jasmani ............................................... 18
2.3.4. Tes Kesegaran Jasmani ....................................................... 18
2.3.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani .... 22
2.4. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Kesegaran Jasmani 25
2.5. Kerangka Konsep ......................................................................... 26
2.6. Hipotesis ....................................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 27
3.1. Jenis Penelitian ............................................................................. 27
3.2. Lokasi Penelitian .......................................................................... 27
3.2.1. Lokasi Penelitian ................................................................ 27
3.2.2. Waktu Penelitian ................................................................ 28
3.3. Populasi dan Sampel .................................................................... 28
3.3.1. Populasi .............................................................................. 28
3.3.2. Sampel ............................................................................... 28
3.4. Metode Penelitian ........................................................................ 29
3.4.1. Data Primer ........................................................................ 29
3.4.2. Data Sekunder .................................................................... 29
3.5. Instrumen Penelitian .................................................................... 29

3.6. Defenisi Operasional .................................................................... 30
3.7. Aspek Pengukuran ....................................................................... 30
3.8. Teknik Analisa Data ..................................................................... 34
3.8.1. Pengolahan Data ................................................................ 34
3.8.2. Analisa Data ....................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 36
4.1. Gambaran Umum Sekolah ........................................................... 36
4.2. Gambaran Umum Responden ...................................................... 37
4.3. Tipe Tubuh ................................................................................... 38
4.4. Olah Raga ..................................................................................... 38
4.5. Perilaku Merokok ......................................................................... 39
4.6. Kebiasaan Sarapan Pagi ............................................................... 39
4.7. Kesegaran Jasmani ....................................................................... 40
4.8. Hubungan Umur dengan Kesegaran Jasmani .............................. 40
4.9. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kesegaran Jasmani ................. 41
4.10. Hubungan Tipe Tubuh dengan Kesegaran Jasmani ................... 42
4.11. Hubungan Olah Raga dengan Kesegaran Jasmani...................... 43
4.12. Hubungan Perilaku Merokok dengan Kesegaran Jasmani ......... 44
4.13. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan ............................... 45
Kesegaran Jasmani
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 46
5.1. Hubungan Umur dengan Kesegaran Jasmani............................... 46
5.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kesegaran Jasmani ................. 47
5.3. Hubungan Tipe Tubuh dengan Kesegaran Jasmani ..................... 48
5.4. Hubungan Olah Raga dengan Kesegaran Jasmani ....................... 48
5.5. Hubungan Perilaku Merokok dengan Kesegaran Jasmani ........... 49
5.6. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan ................................. 50
Kesegaran Jasmani
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ................................................................................. 52
6.2. Saran ............................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Kebiasaan Sarapan Pagi
Lampiran 2. Formulir Harvard Step Test
Lampiran 3. Master Data
Lampiran 4. Hasil Pengolahan Data
Lampiran 5. Surat Keputusan Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 6. Surat Keputusan Telah Selesai Penelitian
Lampiran 7. Dokumentasi

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Standar Kesegaran Jasmani Pada Perhitungan Denyut Nadi ............... 20
Dengan Cara Lambat
Tabel 2.2. Standar Kesegaran Jasmani Pada Perhitungan Denyut Nadi ............... 20
Dengan Cara Cepat
Tabel 3.1. Standar Kategori Kesegaran Jasmani Pada Harvard Step Test ............ 32
Tabel 4.1. Distribusi Murid Berdasarkan Jenis Kelamin di SMP ......................... 37
St. Thomas 3 Medan Tahun 2011
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di SMP St. Thomas 3 ......... 37
Medan Tahun 2011
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tipe Tubuh Pada Murid ............... 38
SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Olah Raga Pada Murid ................ 38
SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok ........................ 39
Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Sarapan Pagi .............. 39
Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011
Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kesegaran Jasmani ....... 40
Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011
Tabel 4.8. Tabulasi Silang Umur dengan Kesegaran Jasmani Pada Murid ........... 41
SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011
Tabel 4.9. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Kesegaran Jasmani ................. 41
Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011
Tabel 4.10. Tabulasi Silang Tipe Tubuh dengan Kesegaran Jasmani ..................... 42
Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011
Tabel 4.11. Tabulasi Silang Olah Raga dengan Kesegaran Jasmani ....................... 43
Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

Tabel 4.12. Tabulasi Silang Perilaku Merokok dengan Kesegaran.......................... 44
Jasmani Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011
Tabel 4.13. Tabulasi Silang Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Kesegaran ............... 45
Jasmani Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan Tahun 2011

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang,
bergerak dan memelihara kesehatan. Kebutuhan zat gizi tidak sama bagi semua
orang, tetapi tergantung pada banyak hal antara lain umur, kelamin, dan pekerjaan
(Soekirman, 2000).
Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,
menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari
karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Kandungan
karbohidrat, lemak dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya
(Almatsier,2004).
Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik
kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam
menjalankan kehidupannya. Manusia harus memperoleh makanan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan semua zat yang diperlukan untuk pertumbuhan, perbaikan dan
pemeliharaan jaringan tubuh serta terlaksananya fungsi normal dalam tubuh. Selain
itu, manusia mendapatkan makanan yang cukup untuk memperoleh energi yang
cukup untuk memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).
Setiap orang sebaiknya memperhatikan kebiasaan makan mereka dengan
membiasakan makan tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan sore secara teratur.
Terutama kebiasaan makan pagi sangat penting karena kegiatan kita pada siang hari
sangat banyak membutuhkan energi (Irianto, 2007).

Sarapan pagi akan menyumbangkan gizi sekitar 25%, ini jumlah yang cukup
signifikan. Apabila kecukupan energi adalah sekitar 2000 kalori dan protein 50 gram
sehari untuk orang dewasa, maka sarapan pagi menyumbangkan 500 kalori dan 12,5
gram protein. Sisa kebutuhan energi dan protein lainnya dipenuhi oleh makan siang,
makan makan malam dan makanan selingan di antara dua waktu makan (Khomsan,
2010).
Makan pagi berperan penting terutama untuk menyediakan energi serta
gairah belajar dan kerja pada awal hari baru. Oleh karena itu, pada anak usia sekolah
harus dibiasakan sarapan pagi setiap hari (Soekirman, 2000).
Pada beberapa anak usia sekolah terdapat kebiasaan tidak sarapan pagi
sehingga berdampak negatif pada ketidakseimbangan sistem saraf pusat yang diikuti
dengan rasa pusing, badan gemetar atau rasa lelah (Khomsan, 2010).
Menurut Laurence E. Morehouse yang dikutip oleh Suhendro (1994) bahwa
kesegaran bukan berarti sehat. Ia mengemukakan bahwa seseorang dapat sehat tanpa
memiliki kesegaran. Seseorang dalam keadaan kurang sehat namun unjuk kerjanya
dapat menonjol.
Kesegaran jasmani sangat perlu dimiliki oleh semua orang mulai anak usia
sekolah hingga lansia karena memiliki peranan penting dalam kegiatan sehari-hari.
Seseorang yang memiliki kesegaran jasmani dapat melakukan aktivitas sehari-hari
dalam waktu yang lebih lama (Z., Iskandar, 1999).
Studi WHO menyatakan bahwa gaya hidup duduk terus-menerus dalam
bekerja adalah 1 dari 10 penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Lebih dari dua
juta kematian setiap tahun disebabkan oleh kurangnya bergerak/aktifitas fisik. Pada

kebanyakan negara diseluruh dunia antara 60% hingga 85% orang dewasa tidak
cukup beraktifitas fisik untuk memelihara fisik mereka (Karim, 2002).
Pada anak usia sekolah, kesegaran jasmani sangat diperlukan supaya dia
mampu melakukan aktivitas tanpa alami kelelahan, terutama saat proses belajar pada
pagi hingga siang hari di sekolah. Namun, pada anak usia sekolah kesegaran jasmani
ini seringkali terlupakan. Padahal kesegaran jasmani ini sangat bermanfaat untuk
menunjang kapasitas kerja fisik anak yang pada akhirnya diharapkan dapat
meningkatkan prestasinya. Selain itu, kesegaran jasmani dapat meningkatkan
kemampuan organ tubuh, sosial emosional, sportivitas dan semangat kompetisi
(Moehji, 2009).
Seseorang membutuhkan zat gizi yang cukup sehingga dia dapat melakukan
aktivitas sehari-harinya. Oleh karena itu, setiap orang harus memperhatikan asupan
pangan yang dikonsumsinya. Pada anak usia sekolah asupan gizi ini harus sangat
diperhatikan terutama asupan pada pagi hari yaitu sarapan karena anak usia sekolah
mempunyai tingkat aktivitas yang tinggi di pagi hingga siang hari. Sarapan dapat
menyumbangkan energi yang cukup signifikan sehingga anak tersebut dapat
melakukan aktivitas di pagi hari, terutama belajar, tanpa merasa kelelahan (Z.,
Iskandar, 1999).
Bagi seorang pelajar kesegaran jasmani sangat penting di dalam peningkatan
kemampuan intelektual dan kecerdasannya. Tanpa tubuh yang segar maka seorang
siswa tidak mungkin bisa melakukan belajar dengan baik, sebab belajar juga
membutuhkan kondisi tubuh yang segar (Z., Iskandar, 1999).

Berdasarkan hasil penelitian Agus Sudrajat (2009), bahwa ada hubungan
antara sarapan dengan kesegaran jasmani. Hal ini disimpulkan dari 55 % anak
sekolah dasar memiliki kesegaran jasmani yang baik dan kontribusi energinya
sebagian besar sudah baik.
Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di SMP St.
Thomas 3 Medan pada bulan Juli 2010. Berdasarkan wawancara yang dilakukan
peneliti terhadap beberapa orang murid yang telah melakukan pemanasan sebelum
berolah raga diperoleh informasi bahwa ada murid yang merasa lelah karena mereka
tidak mengonsumsi sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Hal inilah yang
menimbulkan ketertarikan bagi peneliti untuk melakukan penelitian.

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah apakah ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran
jasmani murid SMP ST. THOMAS 3 Medan tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan
sarapan pagi dengan kesegaran jasmani murid SMP ST. THOMAS 3 Medan tahun
2011.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui tipe tubuh murid SMP ST. THOMAS 3 Medan tahun 2011.
2. Mengetahui fruekuensi olah raga murid SMP ST. THOMAS 3 Medan tahun 2011.
3. Mengetahui perilaku merokok murid SMP ST. THOMAS 3 Medan tahun 2011.
4. Mengetahui kebiasaan sarapan pagi murid SMP ST. THOMAS 3 Medan tahun
2011.
5. Mengetahui kesegaran jasmani murid SMP ST. THOMAS 3 Medan tahun 2011.

1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan :
a. Bagi murid, dapat lebih memahami arti pentingnya sarapan pagi dan kesegaran
jasmani bagi dirinya.
b. Bagi sekolah, untuk menambah wawasan tentang pentingnya kebiasaan sarapan
pagi dan kesegaran jasmani pada guru sehingga dapat memberi informasi kepada
muridnya sehingga mampu melakukan aktivitas terutama belajar tanpa merasa
lelah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sarapan Pagi
Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang
pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak
dan protein yang ada di dalam bahan makanan (Almatsier,2004).
Tubuh membutuhkan asupan makanan agar dapat melakukan aktivitas dengan
baik. Pada pagi hari, tubuh membutuhkan asupan energi yang banyak karena pada
pagi hari seseorang melakukan banyak aktivitas. Oleh karena itu, setiap orang sangat
disarankan untuk sarapan pagi agar dapat melakukan aktivitas tanpa merasa
kelelahan.
Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas
fisik pada hari itu. Sarapan sehat seyogyanya mengandung unsur empat sehat lima
sempurna. Ini berarti kita benar-benar telah mempersiapkan diri untuk menghadapi
segala aktivitas dengan amunisi yang lengkap (Khomsan, 2002).
Manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam sarapan pagi diharapkan
terjadinya ketersediaan energi yang digunakan untuk jam pertama melakukan
aktivitas. Akibat tidak sarapan pagi akan menyebabkan tubuh tidak mempunyai
energi yang cukup untuk melakukan aktivitas terutama pada proses belajar karena
pada malam hari di tubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna menghasilkan
tenaga untuk menggerakkan jantung, paru-paru dan otot-otot tubuh lainnya (Moehji,
2009).

Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang disantap pada pagi hari,
waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 10.00 pagi.
Sarapan dianjurkan menyantap makanan yang ringan bagi kerja perncernaan,
sehingga dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar serat tinggi
dengan protein yang cukup namun dengan kadar lemak rendah. Selain itu,
mengonsumsi protein dan kadar serat yang tinggi juga dapat membuat seseorang tetap
merasa kenyang hingga waktu makan siang (Jetvig, 2010).
Sarapan pagi yang baik harus banyak mengandung karbohidrat karena akan
merangsang glukosa dan mikro nutrient dalam otak yang dapat menghasilkan energi,
selain itu dapat berlangsung memacu otak agar membantu memusatkan pikiran untuk
belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran (Moehji, 2009).
2.1.1. Manfaat Sarapan Pagi
Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa,
sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh
saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, sarapan pagi
dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran
sehingga prestasi belajar lebih baik (Khomsan, 2010).
Menurut Khomsan (2010) ada 2 manfaat yang diperoleh kalau seseorang
melakukan sarapan pagi, antara lain :
1. Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk
meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal,
maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif
untuk meningkatkan produktifitas.

2. Pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa
zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral.
Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam
tubuh.
Seseorang yang tidak sarapan pagi, pastilah tubuh tidak berada dalam
keadaan yang cocok untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Hal ini dikarenakan
tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah dengan mengambil cadangan
glikogen, dan jika ini habis, maka cadangan lemaklah yang diambil (Moehji, 2009)
Sarapan pagi termasuk dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang dalam pesan
kedelapan. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan memenuhi
kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan meningkatkan
produktifitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan pagi akan memudahkan
konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan (Soekirman,
2000).
2.1.2. Kerugian Tidak Sarapan Pagi
Seseorang tidak sarapan pagi berarti perutnya dalam keadaan kosong sejak
makan malam sebelumnya sampai makan siang nantinya. Bila anak sekolah yang
tidak sarapan pagi maka kadar gulanya akan menurun. Jika kondisi ini terjadi, maka
tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah dengan mengambil cadangan
glikogen. Dalam keadaan seperti ini, tubuh pasti tidak berada dalam kondisi yang
baik untuk melakukan pekerjaan yang baik.
Selain itu, bila tidak sarapan pagi dapat menyebabkan konsentrasi belajar
berkurang, kecepatan bereaksi menurun tajam, sehingga kemampuan memecahkan

suatu masalah juga menjadi sangat menurun. Dengan demikian prestasi belajar juga
ikut menurun.
Kebiasaan tidak sarapan pagi yang berlama-lama juga akan mengakibatkan
pemasukan gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang sehingga pertumbuhan anak
menjadi terganggu. Dengan demikian seorang anak yang biasa tidak sarapan pagi
dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk pada penampilan intelektualnya,
prestasi di sekolah menurun dan penampilan sosial menjadi terganggu (Khomsan,
2010).

2.2. Kebiasaan Makan Anak Sekolah
Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia
dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan
pemilihan makanan.
Membiasakan anak-anak yang belum biasa sarapan pagi untuk sarapan pagi
perlu memakai cara bertahap. Mula-mula diberikan sarapan pagi diberikan dalam
takaran (porsi) sedikit hingga secara bertahap ditambah sesuai dengan anjuran.
2.2.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan
Ada dua faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan manusia yaitu, faktor
ekstrinsik (yang berasal dari luar diri manusia) dan faktor intrinsik (yang berasal dari
dalam diri manusia).
2.2.1.1.

Faktor Ekstrinsik yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan
Adapun faktor ekstrinsik yang mempengaruhi kebiasaan makan, antara lain:

a. Lingkungan alam
Pola makan masyarakat pedesaan di Indonesia pada umumnya diwarnai oleh
jenis-jenis bahan yang umum dan dapat diproduksi setempat. Misalnya pada
masyarakat nelayan di daerah pantai, ikan merupakan makanan sehari-hari yang
dipilih karena dapat dihasilkan sendiri.
Pola pangan pokok menggambarkan salah satu ciri dari kebiasaan makan.
Selain itu, jenis/macam alat dapur, bahan bakar untuk memasak, waktu yang tersedia
bagi ibu untuk bekerja di dalam dan di luar rumah, jarak antara rumah dan tempat
bahan makanan dapat juga mempengaruhi kebiasaan makan.
b. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaanperbedaan kebiasaan makan. Tiap-tiap bangsa dan suku mempunyai kebiasaan makan
yang berbeda-beda sesuai dengan kebudayaan yang telah dianut turun-temurun.
Di dalam suatu rumah tangga, kebiasaan makan juga sering ditemukan
adanya perbedaan antara suami dan isteri, orang tua dan anak, tua dan muda.
Suami/ayah sebagai kepala rumah tangga harus diistimewakan dalam hal
makanannya terhadap anggota keluarga yang lain, kemudian baru anak-anak dan
prioritas terakhir adalah ibu.
c. Lingkungan budaya dan agama
Lingkungan budaya yang terkait dengan kebiasaan makan biasanya meliputi
nilai-nilai kehidupan rohani dan kewajiban-kewajiban sosial. Pada masyarakat Jawa
ada kepercayaan bahwa nilai-nilai spiritual yang tinggi akan dapat dicapai oleh
seorang ibu atau anaknya apabila ibu tersebut sanggup memenuhi pantangan dalam

makanan. Misalnya, “mutih” (hanya makan nasi dan garam), “ngerowot” (hanya
makan dengan bangsa umbi-umbian) secara periodik dalam jangka waktu tertentu
agar tercapai cita-citanya hidup bahagia dan sejahtera.
Agama juga memberikan batasan-batasan dan pedoman-pedoman dan
batasan-batasan dalam kebiasaan makan. Neraca bahan makanan dapat memberikan
gambaran adanya potensi sumber daya pangan, tetapi apabila terhitung pula
persediaan daging babi maka potensi itu menjadi hukum potensial bagi negara/daerah
yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Demikian pula daging sapi untuk
daerah yang mayoritas penduduknya beragama Hindu.
d. Lingkungan ekonomi
Distribusi pangan banyak ditemukan oleh kelompok-kelompok masyarakat
menurut taraf ekonominya. Golongan masyarakat ekonomi kuat mempunyai
kebiasaan makan yang cenderung beras, dengan konsumsi rata-rata melebihi angka
kecukupannya. Sebaliknya golongan masyarakat ekonomi rendah, yang justru pada
umumnya produsen pangan, mereka mempunyai kebiasaan makan yang memberikan
nilai gizi di bawah kecukupan jumlah maupun mutunya.
2.2.1.2.

Faktor Intrinsik yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan
Adapun faktor intrinsik yang mempengaruhi kebiasaan makan antara lain:

a. Asosiasi Emosional
Seorang ibu akan memberikan ASI dan makan kepada anak-anaknya dengan
penuh cinta kasih agar anak-anaknya memiliki tumbuh kembang jasmani dan rohani
yang baik. Kenangan manis dalam bentuk cara pemberian makanan oleh si ibu akan
mendasari kebiasaan makan anak dalam kehidupan selanjutnya.

b. Keadaan Jasmani dan Kejiwaan yang Sedang Sakit
Keadaan (status) kesehatan sangat mempengaruhi kebiasaan makan. Bosan,
lelah, putus asa adalah ketidakseimbangan kejiwaan yang dapat mempengaruhi
kebiasaan makan. Pengaruhnya dapat berkurangnya nafsu makan sebagai tempat
pelarian.
c. Penilaian yang Lebih Terhadap Mutu Pangan
Pola pangan yang sudah turun-temurun mempunyai ikatan kuat dengan
tradisi kehidupan masyarakat. Dari segi gizi kebiasaan makan yang baik yaitu yang
menunjang terpenuhinya kecukupan gizi, sedangkan kebiasaan makan yang jelek
antara lain seperti anak-anak dilarang makan daging/ikan dengan alasan takut
kecacingan.

2.3. Kesegaran Jasmani
2.3.1. Pengertian Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan
tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti; untuk dapat
mencapai kondisi kesegaran jasmani yang prima seseorang perlu melakukan latihan
fisik yang melibatkan komponen kesegaran jasmani dengan metoda latihan yang
benar (Harsuki, 2003).
Menurut President’s Council on Physical Fitness and Sports

dalam Z.,

Iskandar (1999), kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan
sehari-hari dengan penuh vitalitas dan kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang

berarti, dan masih cukup energi untuk bersantai pada waktu luang dan menghadapi
hal-hal yang sifatnya darurat / emergensi.
Menurut Safrit (1981:212) yang dikutip Abdullah (1994) ada dua definisi
yang biasa digunakan. Dari sudut pandang fisiologis, kesegaran jasmani adalah
kapasitas untuk dapat menyesuaikan diri terhadap latihan yang melelahkan dan pulih
dari akibat latihan tersebut. Defenisi kesegaran jasmani yang lebih umum adalah
kemampuan untuk dapat melaksanakan tugas sehari-hari dengan semangat, tanpa rasa
lelah yang berlebihan, dan dengan penuh energi melakukan dan menikmati kegiatan
pada waktu luang, dan dapat menghadapi keadaan darurat bila datang.
Maka, dapat disimpulkan bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan
seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang
berarti sehingga masih dapat melakukan kegiatan pada waktu luang (Wahjoedi,
2001).
2.3.2. Komponen Kesegaran Jasmani
Dalam kesegaran jasmani terdapat komponen yang dibagi dalam 2
kelompok, yaitu: (Z., Iskandar, 1999)
2.1.1.1. Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan (health related
fitness)
Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan diperlukan anak
sekolah untuk mempertahankan kesehatan, mengatasi stress lingkungan dan
melakukan aktivitas sehari-hari terutama kegiatan belajar dan bermain.

Komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan terdiri
dari lima komponen dasar yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang
lain, antara lain:
a. Daya tahan jantung – paru/kardiovaskuler
Daya tahan jantung-paru adalah kesanggupan sistem jantung, paru-paru dan
pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktivitas sehari-hari,
dalam waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Daya tahan
jantung-paru sangat penting menunjang kerja otot untuk mengambil oksigen dan
menyalurkan ke otot yang aktif.
Daya tahan jantung-paru bagi anak usia sekolah, terutama ditujukan untuk
mempertahankan kemampuan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti untuk
bermain dan juga belajar (Z., Iskandar, 1999).
b. Kekuatan otot
Secara fisiologis, kekuatan otot adalah kemampuan otot atau sekelompok
otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan/beban.
Secara mekanis, kekuatan otot adalah gaya yang dapat dihasilkan oleh otot atau
sekelompok otot dalam satu kali kontraksi maksimal. Kekuatan otot merupakan hal
penting untuk setiap orang, termasuk anak usia sekolah.
Kekuatan otot banyak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama
untuk tungkai yang harus menahan berat badan. Makin tua seseorang makin
berkurang pula kekuatan otot (Harsuki, 2003).

c. Daya tahan otot
Daya tahan otot adalah kemampuan dan kesanggupan otot untuk kerja
berulang-ulang tanpa mengalami kelelahan (Harsuki, 2003).
Daya tahan otot adalah kapasitas otot untuk melakukan kontraksi secara
terus-menerus pada tingkat intensitas sub maksimal. Daya tahan otot diperlukan
untuk mempertahankan kegiatan yang sifatnya didominasi oleh penggunaan otot atau
kelompok otot ((Z., Iskandar, 1999).
d. Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah kemampuan sendi untuk melakukan gerak dalam ruang
gerak sendi secara maksimal. Fleksibilitas bagi anak sangat penting dimiliki terutama
untuk kegiatan dalam bermain, karena bermain bagi mereka tidak semata-mata dapat
bergerak cepat dan kuat, tetapi juga harus lincah dan dapat mengubah arah dengan
cepat (kelincahan) (Sutarman, 1994).
e. Komposisi tubuh
Komposisi tubuh adalah susunan tubuh yang digambarkan sebagai dua
komponen yaitu lemak tubuh dan massa/berat badan tanpa lemak. Berat badan tanpa
lemak terdiri atas massa otot (40-50%), tulang (16-18%) dan organ-organ tubuh (2939%). Komposisi menjadi begitu penting bagi anak sekolah apabila dihubungkan
dengan status gizi sebagai prediksi kecenderungan kegemukan di masa yang akan
datang (Sutarman, 1994).
Komposisi tubuh meliputi dua hal, yaitu indeks massa tubuh (IMT) dan
persentase lemak tubuh. Secara umum dikatakan bahwa makin kecil persentase
lemak, makin baik kinerja seseorang.

Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah berat badan dalam kilogram dibagi dengan
tinggi badan kuadrat dalam meter. Indeks masa tubuh dapat digunakan untuk
memprediksi status gizi anak usia sekolah yaitu keadaan obesitas.
Berat badan merupakan ukuran yang paling banyak digunakan untuk
menentukan komposisi tubuh seseorang. Tinggi badan adalah satuan jarak yang
diukur dari lantai ke kepala, tanpa memakai alas kaki pada posisi berdiri tegak
dengan membelakangi skala ukur (Z., Iskandar, 1999).
2.1.1.2. Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan (skill related
firness)
Komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan,
antara lain:
a. Kecepatan
Kecepatan adalah kemampuan berpindah dari satu tempat ke tempat lain
dalam waktu paling singkat. Kecepatan bersifat lokomotor dan gerakannya bersifat
siklik atau jenis gerak yang dilakukan berulang-ulang (Z., Iskandar, 1999).
b. Daya ledak (power)
Daya ledak adalah gabungan antara kekuatan dan kecepatan atau pengerahan
gaya otot maksimum dengan kecepatan maksimum. Anak membutuhkan komponen
tersebut untuk menunjukkan kemampuannya kepada orang lain (Z., Iskandar, 1999).
c. Kelincahan
Kelincahan adalah kemampuan mengubah arah atau posisi tubuh dengan
cepat yang dilakukan bersama kegiatan lainnya.
Bagi anak-anak, kelincahan merupaka komponen kesegaran jasmani yang
harus dimiliki. Tanpa kelincahan seorang anak dapat dikatakan dalam kondisi sakit.

Oleh karena itu, kelincahan harus menempati prioritas utama dalam melatih
kesegaran jasmani setiap anak (Z., Iskandar, 1999).
d. Keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap dan posisi tubuh
secara tepat saat berdiri (static balance) atau saat bergerak (dynamic balance) (Z.,
Iskandar, 1999).
e. Koordinasi
Koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerakan atau kerja dengan
tepat dan efisien. Kemampuan koordinatif merupakan dasar yang baik bagi
kemampuan belajar yang bersifat sensomotorik (Sutarman, 1994).
f. Kecepatan reaksi
Kecepatan reaksi adalah waktu yang dipergunakan antara munculnya
stimulus atau rangsangan dengan awal reaksi. Kecepatan reaksi tergantung dari organ
perasa dalam mengatur stimulus yang datang dan diterima melalui organ penglihatan,
pendengaran, gabungan keduanya dan sentuhan (Z., Iskandar, 1999).
g. Ketepatan
Ketepatan sebagai keterampilan motorik, berupa gerakan atau sebagai
ketepatan hasil. Ketepatan berkaitan erat dengan kematangan sistem saraf dalam
memproses input atau stimulus yang datang dari luar, seperti tepat dalam menilai
ruang dan waktu, tepat dalam mengkoordinasikan otot dan sebagainya (Z., Iskandar,
1999).

2.3.3. Manfaat Kesegaran Jasmani
Menurut Harsuki (2003) latihan kesegaran jasmani yang dilakukan secara
tepat dan benar akan memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari,antara lain:
1. Meningkatkan kemampuan fisik ditandai dengan bertambah baiknya prestasi
kerja.
2. Daya tahan tubuh meningkat.
3. Berkurangnya kemungkinan menderita beberapa macam penyakit degeneratif.
4. Terpeliharanya bentuk tubuh yang sesuai.
5. Mempertajam kekuatan mental dan menambah kapasitas individu dalam berpikir.
6. Mengurangi proses menua dan menyebabkan awet muda.
7. Menolong individu untuk tidur lebih nyenyak.
8. Memberikan keseimbangan berat badan.
9. Memelihara keharmonisan, kerukunan dan kebahagiaan rumah tangga.
2.3.4. Tes Kesegaran Jasmani
Tes kesegaran jasmani sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan peserta tidak
dalam kondisi lelah. Terdapat beberapa macam tes kesegaran jasmani, antara lain;
1. Harvard Step Test/Tes Naik Turun Bangku Harvard
Harvard Step Test merupakan tes kesegaran jasmani yang sederhana. Tes ini
bertujuan untuk mengukur kesegaran jasmani melalui komponen daya tahan
kardiovaskular. Caranya adalah dengan naik turun bangku setinggi 50 cm (pria) dan
42 cm (wanita) secara terus menerus dan mengikuti irama yang teratur sebanyak 120
kali permenit selama 5 menit (Rahadian, 2008).
Cara melakukan tes ini yaitu,:

a. Peserta berdiri menghadap bangku Harvard dengan posisi tegak.
b. Peserta diharuskan naik dan turun bangku dengan irama 120 kali / menit yang
diatur dengan metronom, selama 5 menit.
c. Peserta menaikkan kaki kanan pada bangku setelah diberi aba-aba “mulai”
(stopwatch dihidupkan), kemudian naikkan kaki kiri disamping kaki kanan, lalu
turunkan kaki kanan dan diikuti kaki kiri. Demikian seterusnya naik dan turun
sesuai dengan metronom. Bila tidak ada metronom bisa dengan cara hitungan
(aba-aba) tu,wa,ga,pat.
d. Pada saat tes berlangsung badan harus tetap tegak dan seluruh telapak kaki
menginjak di atas bangku.
e. Bila sebelum mencapai waktu 5 menit peserta sudah lelah, pengukuran dihentikan
(stopwatch dihentikan) dan catat waktu.
f. Segera setelah berhenti, peserta duduk dan istirahat selama 1 menit..
g. Setelah istirahat selama 1 menit, hitung denyut nadi dengan 2 cara:
1. Cara Lambat
Nadi dihitung sebanyak 3 kali, dengan lama perhitungan masing-masing 30
detik. Nadi dihitung pada 1 menit sampai 1 menit 30 detik, 2 menit sampai 2 menit 30
detik, dan 3 menit sampai 3 menit 30 detik. Kemudian hasil perhitungan denyut nadi
dimasukkan ke dalam rumus kesegaran jasmani. Hasil perhitungan kemudian
disesuaikan dengan standar kategori kesegaran jasmani dengan cara lambat.
Kesegaran jasmani=

waktu yang dibutuhkan ( detik ) x 100
2 x(denyut nadi perhitungan 1+ perhitungan 2+ perhitungan3)

Tabel 2.1. Standar Kategori Kesegaran Jasmani Pada Perhitungan Denyut Nadi
Dengan Cara Lambat
Hasil Perhitungan

Kesegaran Jasmani

≥ 90

Amat Baik

80-89

Baik

65-79

Cukup

55-64

Sedang

≤ 54

Kurang

2. Cara Cepat
Cara cepat dapat dilakukan dengan 2 cara:
-

Dengan menggunakan rumus.
Kesegaran jasmani=

waktu yang dibutuhkan ( detik ) x 100
5,5 x denyut nadi perhitungan 1

Tabel 2.2. Standar Kategori Kesegaran Jasmani Pada Perhitungan Denyut Nadi
Dengan Cara Cepat

-

Hasil Perhitungan

Kesegaran Jasmani

≥ 80

Amat Baik

50-80

Sedang

≤ 50

Kurang

Dengan daftar penilaian Harvard.

2. Tes ACSPFT (Asian Committe on the Standardization of Physical Fitness Test)
Tes kesegaran jasmani ACSPFT (Asian Commitee on the Standardization of
Physical Fitness Test) merupakan tes kesegaran jasmani di lapangan yang sudah
diakui secara internasional dan dibakukan di Asia. Tes ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat kesegaran jasmani seseorang. Tes ini relatif murah dan mudah dikerjakan.

Tes ACSPFT merupakan rangkaian tes yang terdiri dari (1) Lari 50 meter
untuk mengukur kecepatan, (2) Lompat jauh tanpa awalan untuk mengukur gerak
eskplosif tubuh/ daya ledak otot, (3) Bergantung angkat badan (putra) atau
bergantung siku tekuk (putri) untuk mengukur kekuatan statis dan daya tahan lengan
serta bahu, (4) Lari hilir mudik 4 x 10 m untuk mengukur ketangkasan, (5) Baring
duduk 30 detik untuk mengukur daya tahan otot-otot perut, (6) Lentuk togok ke muka
(forward flexion of trunk) mengukur kelenturan, (7)Lari jauh 800 m (putri) dan 1000
m (putra) untuk mengukur daya tahan kardiorespirasi (Z., Iskandar, 1999).
3. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI)
Tes kesegaran jasmani Indonesia dibagi dalam 4 kelompok usia, yaitu:
kelompok 6-9 tahun, kelompok 10-12 tahun, kelompok 13-15 tahun dan kelompok
16-19 tahun. Tes kesegaran jasmani ini terdiri dari 5 tes, antara lain: (Z., Iskandar,
1999)
a. Lari Cepat 50 meter
b. Gantung Angkat Tubuh (Pull Ups) selama 60 detik
c. Baring Duduk (Sit Ups)60 detik
d. Loncat Tegak (Vertical Jump)
e. Lari Jauh 1000 meter untuk putra dan 800 meter untuk putri
4. Indiana Physical Fitness Test
Tes kesegaran jasmani ini dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan pada
tingkat SLTA. Tes yang dilakukan antara lain: stardle chins, squast thrust, push up
dan vertical jump (Suntoda, 2000).
5. Tes Lari 2,4 Km

Tes kesegaran jasmani ini dapat dapat dilakukan oleh anak laki-laki dan
perempuan pada tingkat SMP. Tata cara melakukan tes lari 2,4 km yaitu : (Sutarman,
1994)
1. Tentukan jarak 2,4 km pada jalur yang akan digunakan dalam tes.
2. Peserta berdiri di belakang garis awal (start).
3. Gerakan:
a. Pada aba-aba “siap” peserta mengambil posisi sikap start berdiri untuk siap lari.
b. Pada aba-aba “ya” peserta lari secepat mungkin menuju garis finish sejauh 2,4
km.
4. Gunakan stopwatch untuk menghitung waktu yang dibutuhkan peserta untuk
menempuh jarak 2,4 km.
2.3.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani
Menurut Karim (2002) ada lima faktor yang mempengaruhi kesegaran
jasmani, antara lain :
1. Umur
Umur mempengaruhi hampir semua komponen kesegaran jasmani.
Kesegaran jasmani anak-anak meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-30
tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kirakira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat
dikurangi sampai separuhnya (Karim, 2002).
Umur berpengaruh pada daya tahan kardiovaskuler, hal ini dapat dilihat pada
daya tahan kardiovaskuler akan meningkat dan mencapai maksimal pada usia 20-30
tahun. Daya tahan tersebut akan menurun sejalan bertambahnya usia. Umur juga

berpengaruh pada kelenturan dan komposisi tubuh karena menurunnya daya
elastisitas otot, yang disebabkan oleh berkurangnya aktifitas dan pengapuran pada
usia tua (Sutarman, 1994).
2. Jenis Kelamin
Sampai pubertas biasanya kesegaran jasmani anak laki-laki hampir sama
dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas anak-anak laki-laki biasanya
mempunyai perbedaan yang jauh lebih besar. Perbedaan ini terlihat mutlak pada
perbedaan kekuatan otot.
Peningkatan kekuatan otot pria dan wanita sama sampai usia 12 tahun,
selanjutnya setelah usia pubertas pria lebih banyak peningkatannya. Kekuatan otot
yang maksimal dicapai pada usia 25 tahun yang secara perlahan-lahan akan menurun
dan pada usia 65 tahun kekuatan otot hanya tinggal 65-70% dari yang dimiliki
sewaktu berusia 20-25 tahun. Pada pria, kekuatan genggaman otot tangan menurun
20% dan pada wanita menurun 30%. Penurunan dipengaruhi kegiatan fisik individu
(Sutarman, 1994).
3. Tipe Tubuh
Tipe tubuh merupakan salah satu faktor genetik yang mempengaruhi
kesegaran jasmani. Seseorang yang mempunyai tipe endomorp (bentuk tubuh bulat
dan pendek) cenderung memiliki jaringan lemak yang lebih banyak bila dibandingkan
dengan tipe ektomorp (bentuk tubuh kurus dan tinggi). Seseorang yang mempunyai
tipe ektomorp akan mempunyai kesegaran jasmani lebih baik daripada yang
mempunyai tipe tubuh endomorp (Sutarman, 1994).
4. Makanan

Makanan dan gizi sangat berpengaruh pada tubuh manusia karena makanan
yang telah dimakan akan diproses untuk dijadikan kalori sebagai sumber zat tenaga
dan zat pembangun yang dibutuhkan tubuh. Daya tahan yang tinggi bila
mengkonsumsi tinggi karbohidrat (60-70 %). Diet tinggi protein terutama untuk
memperbesar otot dan untuk olah raga yang memerlukan kekuatan otot yang besar
(Karim, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian Ambler C, dkk.(2010) bahwa ada hubungan
kesegaran jasmani dengan asupan energi.
5. Aktifitas Fisik
Aktifitas fisik juga berpengaruh dalam semua komponen kesegaran jasmani.
Latihan yang secara teratur atau olah raga akan meningkatkan daya tahan
kardiovaskuler, yang merupakan salah satu komponen kesegaran jasmani, dan dapat
mengurangi lemak dalam tubuh (Sutarman, 1994).
6. Perilaku Merokok
Kebiasaan

merokok

terutama

berpengaruh

terhadap

daya

tahan

kardiovaskuler. Daya tahan kardiovaskuler merupakan salah satu kompenen
kesegaran jasmani. Kadar CO yang terhisap akan mengurangi nilai VO2 maks, yang
berpengaruh terhadap daya tahan kardiovaskuler semakin menurun. Selain itu
menurut penelitian Perkins dan Sexton, nicotine yang ada, dapat memperbesar
pengeluaran energi dan mengurangi nafsu makan (Sutarman, 1994).

2.4. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Kesegaran Jasmani

Analisis mengenai aspek-aspek yang terkandung dalam sarapan pagi dengan
kesegaran jasmani dapat memberikan kajian hubungan antara keduanya. Sarapan pagi
adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu.
Oleh karena itu, sarapan pagi sebaiknya mengandung unsur empat sehat lima
sempurna, supaya tubuh siap untuk menghadapi segala aktivitas dengan energi yang
tersedia (Khomsan, 2002).
Sarapan pagi akan menyumbangkan gizi sekitar 25%, ini jumlah yang cukup
signifikan. Apabila kecukupan energi adalah sekitar 2000 kalori dan protein 50 gram
sehari untuk orang dewasa, maka sarapan pagi menyumbangkan 500 kalori dan 12,5
gram protein. Sisa kebutuhan energi dan protein lainnya dipenuhi oleh makan siang,
makan makan malam dan makanan selingan di antara dua waktu makan (Khomsan,
2010).
Menurut President’s Council on Physical Fitness and Sports dalam Z.,
Iskandar (1999), kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan
sehari-hari dengan penuh vitalitas dan kewaspadaan tanpa mengalami kelelahan yang
berarti, dan masih cukup energi untuk bersantai pada waktu luang dan menghadapi
hal-hal yang sifatnya darurat / emergensi.
Berkaitan dengan sarapan pagi, yang menyumbangkan gizi yang cukup
signifikan, sehingga seseorang mampu melakukan kegiatan sehari-harinya tanpa
mengalami kelelahan. Maka dapat dikatakan bahwa sarapan pagi mempunyai
hubungan dengan kesegaran jasmani.
2.5. Kerangka Konsep

Kebiasaan sarapan pagi pada anak sekolah anak mempengaruhi kesegaran
jasmani anak tersebut, dan dapat dilihat pada skema di bawah ini :

Sarapan pagi

Kesegaran jasmani

-

Umur
Jenis kelamin
Tipe Tubuh
Olah Raga
Perilaku Merokok

Gambar 2.1.Kerangka konsep kaitan antara kebiasaan sarapan pagi dengan kesegaran
jasmani.
Dari skema terlihat bahwa sarapan pagi merupakan variabel independen dan
kesegaran jasmani