Mekanika Bahan Bab I
BAB I
TEGANGAN DAN REGANGAN
1.1. Tegangan
Dalam mekanika bahan, pengertian tegangan tidak sama
dengan vektor tegangan. Tegangan merupakan tensor derajat
dua, sedangkan vektor, vektor apapun, merupakan tensor
derajat satu. Besaran skalar merupakan tensor derajat nol.
Tensor ialah besaran fisik yang keadaannya pada suatu titik
dalam ruang, tiga dimensi, dapat dideskripsikan dengan 3n
komponennya, dengan n ialah derajat tensor tersebut. Dengan
demikian, untuk persoalan tegangan tiga dimensi pada suatu
titik dalam ruang dapat dideskripsikan dengan 3 2 komponennya.
Pada sistem koordinat sumbu silang, tegangan tersebut adalah
xx , yy , zz , txy , tyx , txz , tzx , tyz , dan tzy seperti ditunjukkan
pada Gambar 1.1(a). Namun demikian, karena txy = tyx , txz =
tzx dan tyz = tzy , maka keadaan tegangan tersebut dapat
dinyatakan dengan enam komponennya, xx , yy , zz , txy , txz ,
tyz. Sedangkan untuk tegangan bidang, dua dimensi, pada suatu
titik dapat dideskripsikan dengan 22 komponennya, Gambar
Pada dasarnya, tegangan secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yakni tegangan normal, dengan
notasi sij , i = j, serta tegangan geser dengan notasi tij , .
Perhatikan penulisan pada paragrap di atas. Karakter indek
yang pertama menyatakan bidang tempat bekerjanya gaya,
sedangkan karekter indek yang kedua menyatakan arah
bekerjanya vektor tegangan tersebut. Tegangan normal ialah
pembebanan. Sedangkan tegangan geser ialah tegangan
yang bekerja sejajar dengan bidang pembebanan. Jadi keenam
tegangan yang mendeskripsikan tegangan pada suatu titik
terdiri atas tiga tegangan normal, xx , yy , dan zz , serta tiga
tegangan geser, txy , tyz , dan tzx. Nilai tegangan bisa positif
dan bisa pula negatif.
Tegangan bernilai positif bila
tegangan tersebut bekerja pada bidang positif dengan arah
positif, atau bekerja pada bidang negatif dengan arah negatif.
Selain itu, nilainya negatif.
Besar tegangan rata-rata pada suatu bidang dapat didefinisikan
sebagai intensitas gaya yang bekerja pada bidang tersebut.
Sehingga secara matematis tegangan normal rata-rata dapat
F sebagai
dinyatakan
i=j
ij n
A
(1a)
ij
Fn
= tegangan normal rata-rata (N/mm2 = MPa)
= gaya normal yang bekerja (N)
A
= luas bidang (mm2)
i, j = sumbu koordinat pada sistem sumbu silang, x, y, z
Sedangkan tegangan geser rata-rata dapat dinyatakan sebagai
F
ij t ,
A
(1b)
i j
2
ij = tegangan geser rata-rata (N/mm = MPa)
Ft
= gaya tangensial atau sejajar bidang yang bekerja ( N)
A
= luas bidang (mm2)
i, j = x, y, z
Bila bidang yang menerima pembebanan tersebut dipersempit
sampai akhirnya mendekati nol, dalam artian limit maka akan
didapat tegangan pada suatu titik. Sehingga secara matematis
tegangan normal pada suatu titik dapat dinyatakan
Fn d Fn
A 0 A
dA
ij lim
i=j
(2a)
Sedangkan tegangan geser pada suatu titik, secara matematis
dapat dinyatakan sebagai
Ft d Ft
,
ij lim
A 0 A
dA
1.2. Regangan
i j
(2b)
Seperti halnya tegangan, regangan juga merupakan
tensor derajat dua. Dengan demikian keadaan regangan
ruang, tiga dimensi, pada suatu titik dapat dideskripsikan
dengan kesembilan komponennya.
Pada sistem koordinat
sumbu silang, regangan tersebut adalah e xx , eyy , ezz , gxy , gyx ,
gxz , gzx , gyz , dan gzy , sebagaimana ditunjukkan pada Gambar
1.2(a). Regangan juga dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni
regangan normal, dengan notasi eij , i = j, serta regangan
geser dengan simbul ij , . Sebagaimana dengan tegangan,
gxy = gyx , gxz = gzx dan gyz = gzy , maka keadaan regangan
ruang pada suatu titik dapat dinyatakan oleh enam komponen,
yakni exx , eyy , ezz , gxy , gyz , gzx. Sedangkan regangan bidang,
dua dimensi, dapat dideskripsikan dengan 2 2 komponennya, dan
karena gij = gji maka regangan bidang pada suatu titik dapat
dideskripsikan dengan hanya tiga komponen, Gambar 1.2(b).
Regangan normal merupakan perubahan panjang spesifik.
Regangan normal rata-rata dinyatakan oleh perubahan panjang
dibagi dengan panjang awal, atau secara matematis dapat
dituliskan
li ui
ij
li
li
,
i=j
(3)
ij
= regangan normal rata-rata
l = u = perubahan panjang pada arah (mm)
l = panjang awal pada arah (mm)
i, j = sumbu koordinat pada sistem sumbu silang, x, y, z.
Sedangkan regangan geser merupakan perubahan sudut
dalam radial. Regangan geser bernilai positif bila sudut pada
kuadran I dan atau kuadran III pada sistem koordinat sumbu
silang mengecil, Gambar 1.3(a), sedangkan selain itu bernilai
negatif.
1.3. Transformasi Tegangan Bidang
Tegangan dapat ditransformasi dari suatu set sumbu
koordinat ke set sumbu koordinat lainnya. Dengan transformasi
pula dapat dicari set sumbu koordinat pada suatu titik yang
memberikan tegangan utama dari kondisi tegangan yang telah
diketahui di titik itu. Yang dimaksud dengan tegangan utama
ialah tegangan yang hanya memiliki nilai tidak nol untuk
tegangan normal saja, sedangkan nilai tegangan gesernya nol.
Dengan demikian juga dimungkinkan transformasi tegangan
dari sistem koordinat sumbu silang (x, y, z), Gambar 1.4(a), ke
Transformasi tegangan bidang berdasarkan pada keseimbangan
gaya-gaya yang bekerja pada elemen. Perhatikan Gambar
1.5(b) berikut.
Fx ' 0
x ' x ' . A ( xy . A sin ) cos ( yy . A sin ) sin ( xy . A cos ) sin
xx . A cos cos 0
2
2
x ' x ' xx cos
yy sin 2 xy sin cos
(1.4a
)
Dengan memasukkan harga (90o + ) untuk harga
pada persamaan (1.4a), sehingga dengan identitas-identitas:
2
2
o
o
o
2
cos (9 0 ) (cos9 0 cos sin 9 0 sin ) si n
2
o
o
o
(
9
)
(sin
9
cos
cos
9
sin
co s2
)
sin 0
0
0
2
sin(9 0o ) cos(9 0o ) (sin 9 0o cos cos 9 0o sin )(cos 9 0o cos sin 9 0o sin )
= sin cos
akan didapat
y ' y ' yy cos2 xx sin2 2 xy sin cos
(1.4b)
Fy ' 0
x ' y ' . A ( xy . A sin ) sin ( yy . A sin ) cos ( xy . A cos ) cos
xx . A cos sin 0
x ' y ' xy (cos2 sin2 ) ( xx yy) sin cos
(1.4c)
Dengan substitusi identitas trigonometri, persamaan (1.4a, b, c)
bisa ditulis
xx yy xx yy
cos 2 xy sin 2
x'x'
2
2
xx yy xx yy
cos 2 xy sin 2
y'y'
2
2
xx yy
sin 2 xy cos 2
x' y '
2
(1.5a)
(1.5b)
(1.5c)
1.4. Transformasi Regangan Bidang
Perhatikan Gambar 1.6(a) pada halaman berikut. Elemen
OABC
pada keadaan awal tanpa beban, lalu mengalami
deformasi dan distorsi menjadi O’A’B’C’ akibat mendapat
beban sxx , syy dan txy. Analisis transformasi regangannya
ditunjukkan pada Gambar 1.6(b, c, d) yang berturut-turut
untuk regangan normal arah sumbu x, regangan normal arah
sumbu y serta regangan geser pada bidang xy. Dari Gambar
1.6(b) didapat
dx '
dx
dy
,
cos sin
x1 ' x.cos ,
Dari Gambar 1.6(c) akan didapat
x2 ' y.sin ,
Dan dari Gambar 1.6(d) diperoleh
x 3 ' xy . dy.cos ,
Dengan demikian total perubahan panjang dx’ akibat adanya
regangan pada sistem koordinat awalnya adalah
x’ = x1’ + x2’ + x3’
Sedangkan
Sehingga
x' x.cos y.sin xy . dy.cos
x' x'
dy
dy
dx' dx
cos
sin
sin
x ' x ' xx . cos2 yy . sin2 xy .cos .sin
(1.6a)
Selanjutnya, y’ dapat diperoleh dengan mensubstitusikan
harga (90o + ) untuk harga pada persamaan (1.6) di atas,
kemudian menerapkan identitas trigonometri. Sehingga akan
didapat
y ' y ' xx . cos2 ( 9 0o ) yy . sin2 ( 9 0o ) .cos(9 0o ).sin(9 0o )
xy
y ' y ' yy . cos2 xx . sin2 xy .cos .sin
(1.6b
)
Analisis transformasi regangan gesernya ditunjukkan pada
Gambar 1.7 di bawah. Sebagaimana pada regangan normal,
dalam hal ini perubahan regangan geser oleh masing-masing
regangan yang terjadi ditinjau satu per satu. Pada analisis ini,
panjang dx dibagi dua oleh sumbu y menjadi dx 1 dan dx2.
d y'1
Dari Gambar 1.7 didapat
d x1
dy
sin cos
Selanjutnya perhatikan Gambar 1.7(a),
deformasi normal pada arah sumbu x saja.
dx2
dy
d x'2dan
cos sin
akibat
AD x1 .cos x1
sin .cos xx .sin .cos
'1a
d
x
1
d x1
dy '1
sin
CE x 2 .sin x 2
'1b
sin .cos xx .sin .cos
d
x
2
d x2
dx '2
cos
'x ' y '1 1a 1b 2 xx .sin .cos
terjadinya
Gambar. 1.7. Transformasi Regangan Geser
Akibat deformasi normal arah sumbu y saja seperti ditunjukkan
pada Gambar 1.7(b) akan diperoleh
AD y.sin y
.sin .cos yy .sin .cos
dy
dy
dy '1
cos
CE y.cos y
.sin .cos yy .sin .cos
'2 b
dy
dy
dx '2
sin
'2 a
'x ' y '2 2 a 2 b 2 yy .sin .cos
Sedangkan dari Gambar 1.7(c), akibat terjadinya regangan
geser saja, akan didapat
A ' D AA '.cos xy . dy
. cos2 xy . cos2
3a
dy
d y '1
dy
cos
xy . dy
CE
CC ''.sin
. sin2 xy . sin2
3b
dy
d x'2
dy
sin
x ' y '3 3a 3b xy (cos2 sin2 )
Dengan demikian akan diperoleh besarnya regangan geser pada
set sumbu koordinat yang baru, sebagai berikut
x ' y ' x ' y '1 x ' y '2 x ' y '3 ( xx yy ) sin .cos xy (cos2 sin 2 )
...(1.6c)
Selanjutnya, dengan menggunakan identitas trigonometri
persamaan-persamaan (1.6a, b, c) dapat ditulis dalam bentuk
lain sebagai berikut
xy
yy
cos 2
.sin 2
x'x'
2
2
2
xx yy
xx yy xy
cos 2
.sin 2
y'y'
2
2
2
x' y'
xx
x ' y '
2
yy
xx
xx
xy
yy
sin 2
.cos 2
2
2
(1.7a)
(1.7b)
(1.7c)
1.5. Tegangan dan Regangan Utama (Principal Stress
and Strain)
serta Tegangan dan Regangan Geser
Maksimum
Tegangan Utama (Principal Stress) dan Tegangan Geser
Maksimum
Tegangan Utama (principal stress) adalah tegangan
normal yang terjadi pada set sumbu koordinat baru setelah
transformasi yang menghasilkan tegangan geser nol.
Tegangan-tegangan tersebut ditunjukkan sebagai s 1 dan s2
pada Gambar 1.10. Perlu dicatat bahwa s1 selalu diambil lebih
besar dari
s2.
Sudut transformasi yang menghasilkan
tegangan utama tersebut dengan sudut utama (principal
angle). Secara analitik, besar tegangan utama dan sudut
utama dapat diturunkan dari persamaan-persamaan (1.5a, b,
c).
yy
xx pengertian
Menurut
tegangan utama, dari
0
.sin 2 tentang
xy .cos 2
persamaan (1.5c)2akan didapat
atau
2 xy
sin 2 p
tan 2 p
cos 2 p
xx yy
(1.8)
Dari persamaan di atas dapat dilukiskan segitiganya sebagai
berikut
Dengan substitusi harga-harga sin 2q dan cos 2q
gambar di atas ke persamaan (1.5a) akan didapat
pada
2
2 xy
xx yy xx yy
xx yy
x' x'
2
2
2
2
2
2
( xx yy ) 4 xy
( xx yy ) 4 xy
1
xx yy
2
2
( xx yy ) 4 xy
x' x'
2
2
2
2. ( xx yy ) 4 xy
Sehingga
xx yy 1
x'x'
2
2.
2
( xx yy ) 4 xy
2
Substitusi dan penerapan prosedur
persamaan (1.5b), akan didapat
xx yy 1
y'y'
2
2.
2
( xx yy ) 4 xy
yang
sama
terhadap
2
Dengan mengingat bahwa secara matematik haruslah 1 2 ,
maka kedua persamaan tersebut di atas dapat dituliskan
menjadi satu dengan
1, 2
xx yy 1
2
2.
( xx yy ) 2 4 xy 2
(1.9)
Selanjutnya, perhatikan persamaan (1.5c). Untuk suatu titik
dan jenis pembebanan tertentu dari suatu bagian konstruksi,
harga-harga xx , yy dan xy adalah tetap atau konstan,
sehingga x’y’ merupakan suatu fungsi , atau x’y’ =
f().Harga ekstrim fungsi tersebut akan diperoleh bila turunan
pertama fungsi tersebut terhadap sama dengan nol. Jadi
d x ' y '
xx yy
.sin 2 xy .cos 2 0
d
2
atau
sin 2 max
xx yy
tan 2 max
(1.10)
cos 2 max
2 xy
Dari persamaan di atas dapat dilukiskan segitiganya sebagai
berikut:
Dengan substitusi harga-harga sin 2 dan cos 2
gambar di atas ke persamaan (1.5c) akan didapat
2
( xx yy )
2 xy
xx yy
x' y'
2
2
2
2
2
( xx yy ) 4 xy
( xx yy ) 4 xy
1
2
2. ( xx yy ) 4 xy
2
2
( xx yy ) 4 xy
2
pada
Sehingga
x'y'
1
2.
2
( xx yy ) 4 xy
2
Persamaan (1.10) juga dipenuhi bila panjang sisi di depan
sudut 2 adalah (xx yy) dan panjang sisi di sampingnya
adalah -2xy. Kondisi ini akan memberikan
1
( xx yy ) 2 4 xy 2
x' y'
2.
Dengan demikian kedua persamaan tersebut dapat dituliskan
menjadi satu sebagai
max
1
2.
( xx yy ) 2 4 xy 2
Regangan Utama dan Regangan Geser Maksimum
(1.11)
Sebagaimana pengertian tentang tegangan utama, maka
regangan utama (principal strain) adalah regangan normal yang
terjadi pada set sumbu koordinat baru setelah transformasi
yang menghasilkan setengah regangan geser nol. Reganganregangan tersebut ditunjukkan sebagai 1 dan 2 pada
Gambar 1.11. Demikian juga, 1 selalu diambil lebih besar dari
2 , serta sudut transformasinya juga disebut sudut utama
(principal angle). Secara analitik, dengan penerapan prosedur
yang sama dengan yang diterapkan untuk persamaanpersamaan
(1.7a, b,xy c), maka akan didapat hasil-hasil berikut.
sin 2 p
(1.12a)
tan 2 p
cos 2 p
xx yy
xx yy 1
1,2
2
2.
( xx yy ) 2 xy
2
qp = sudut utama
e1,2 = regangan-regangan utama
gxy = 2exy = regangan geser
(1.12b)
sin 2 max
xx yy
tan 2 max
cos 2 max
xy
(1.13a)
max
1
2
2.
(1.13b)
2
( xx yy ) xy
2
max = sudut regangan geser maksimum
xy = 2xy = regangan geser
1.6. Lingkaran Mohr untuk Tegangan Bidang dan
Regangan Bidang
Lingkaran Mohr diperkenalkan oleh seorang insinyur Jerman,
Otto Mohr (1835-1913). Lingkaran ini digunakan untuk melukis
transformasi tegangan maupun regangan, baik untuk persoalanpersoalan tiga dimensi maupun dua dimensi. Yang perlu dicatat
adalah bahwa perputaran sumbu elemen sebesar q ditunjukkan
oleh perputaran sumbu pada lingkaran Mohr sebesar 2q, .dan
sumbu tegangan geser positif adalah menunjuk ke arah bawah.
Pengukuran dimulai dari titik A, positif bila berlawanan arah
jarum jam, dan negatif bila sebaliknya. Pada bagian ini kita
Lingkaran Mohr untuk Tegangan Bidang
x y
Pada persamaan (1.5a), bila suku
dipindahkan ke
2
ruas
2
2
kiri dan kemudian
kedua
ruasnya dikuadratkan, maka akan
x y
x y
2
2
2
didapat
x '
co s 2 xy si n 2 x y xy sin 2 cos 2
2
2
………(1.14a)
2
2
2
x y
2
2
2 persamaan
x
sin 2 cos 2
x ' y ' xy co spada
Sedangkan
bila
akan
si n 2(1.5c),
y xy dikuadratkan
2
didapat
2
2
x y
x y
2
2
x'
x'y'
xy
2
2
Penjumlahan persamaan-persamaan
………(1.14b)
(1.14a)
dan
(1.14b)
menghasilkan
(1.15)
1. Buatlah sumbu ij , horisontal.
2. Periksa harga tegangan normal, xx atau yy , yang secara
matematis lebih kecil. Bila bernilai negatif jadikanlah
tegangan tersebut sebagai titik yang mendekati tepi kiri batas
melukis, sedangkan bila positif maka titik yang
mendekati
batas kiri adalah titik ij = 0.
3. Periksa harga tegangan normal, xx atau yy , yang secara
matematis lebih besar. Bila bernilai positif jadikanlah tegangan
tersebut sebagai titik yang mendekati tepi kanan batas melukis,
sedangkan bila negatif maka titik yang mendekati batas
kanan adalah titik ij = 0.
4. Tentukan skala yang akan digunakan sehingga tempat
melukis bisa
memuat kedua titik tersebut dan masih tersisa
ruangan di sebelah
kiri dan kanannya. Tentukan titik-titik
batas tersebut sesuai dengan skala yang telah ditentukan.
5. Tentukan letak titik-titik ij = 0 dan sumbu , serta ij
terkecil
dan ij terbesar bila belum terlukis pada sumbu ij .
6. Bagi dua jarak antara tegangan terkecil dan tegangan
terbesar
sehingga diperoleh pusat lingkaran, P.
7. Tentukan letak titik A pada koordinat (ij terbesar , xy ).
8. Lukis lingkaran Mohr dengan pusat P dan jari-jari PA.
9. Tarik garis dari A melalui P sehingga memotong lingkaran
Mohr di
B. Maka titik B akan terletak pada koordinat (ij
terkecil , xy ). Garis AB menunjukkan sumbu asli, = 0,
elemen tersebut.
Contoh 1.1: Sebuah elemen dari bagian konstruksi yang
dibebani, menerima tegangan tarik pada arah sumbu x sebesar
280 MPa, tegangan tekan pada arah sumbu y sebesar 40 MPa
serta tegangan geser pada bidang tersebut sebesar 120 MPa.
Diminta:
a. Lukisan lingkaran Mohr.
b. Besar
mendapatkan
lingkaran Mohr.
persamaan (1.10).
rotasi
mengelilingi sumbu
z
untuk
tegangan geser maksimum, menurut
Periksa hasil tersebut dari
c. Besar tegangan geser maksimum menurut lingkaran
Mohr.
Periksa hasil tersebut dengan rumus (1.11)
dan hasil yang
didapat pada b. di atas.
d. Besar perputaran mengelilingi sumbu z untuk
mendapatkan tegangan geser bernilai nol,
menurut
lingkaran Mohr.
Periksa hasil ini
dengan persamaan (1.8).
e. Besar tegangan-tegangan utama menurut lingkaran
Mohr.
Periksa hasil tersebut dengan persamaanpersamaan (1.9)
dan dari hasil pada pada d. di
atas.
Penyelesaian:
a. Lingkaran Mohr:
1) Buat sumbu sij , horisontal.
2) Tegangan normal terkecil, syy = -40 MPa, negatif,
sehingga
digunakan sebagai titik di dekat batas
kiri.
3) Tegangan normal terbesar
sxx = 280 MPa, positif,
sehingga
digunakan sebagai titik di dekat batas
kanan.
4) Diambil skala 1cm = 40 MPa. Kemudian ditentukan
titik syy = 40 MPa di sebelah kiri, dan sxx = 280 MPa di
sebelah kanan yang
berjarak (sxx + syy) dari titik syy di
sebelah kiri.
5) Lukis sumbu t yang berjarak 40 MPa di sebelah kanan
titik syy .
6) Dengan membagi dua sama panjang jarak syy ke sxx
akan
didapat titik P.
7) Menentukan letak titik A pada koordinat (sxx
,
txy ) =
Gambar 1.8. Lingkaran Mohr untuk Tegangan Bidang
b. Besar rotasi mengellilingi sumbu z menurut lingkaran Mohr,
dengan mengukur, didapat
max = 0,5 x 2max = 0,5 x (-53o) = 26o 30’.
Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
tan 2max = (280 + 40) / (2 x 120) = 43
2max = 53o 08’
atau
max = 26o 34’
c. Besar tegangan geser maksimum menurut lingkaran Mohr
max = 5 x 40 MPa = 200 MPa.
Sedangkan menurut persamaan (1.11) akan didapat
d. Besar rotasi mengellilingi sumbu z menurut lingkaran Mohr,
dengan mengukur, didapat
p = 0,5 x 2p = 0,5 x 37o = 18o 30’.
Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
tan 2p = (2 x 120) / (280 + 40) =
2p = 36o 52’
atau
max = 18o 26’
e. Besar tegangan-tegangan utama menurut lingkaran Mohr
1 = 8 x 40 MPa = 320 MPa.
2 = -2 x 40 MPa = -80 MPa.
Sedangkan
menurut
persamaan
(1.11) akan didapat
280 40
1
2
2
1
2
2
280 40 1
2
2
2
280 40
120 320MPa
280 40 2 1202 80 MPa
Lingkaran Mohr untuk Regangan Bidang
xx yy
Pada persamaan (1.7a), bila suku
2
kiri
dipindahkan ke ruas
dan kemudian kedua ruasnya dikuadratkan, maka akan didapat
2
2
2
xy
xy
xx yy
xx yy
2
2
sin 2 xx yy
sin 2 cos 2
x' x'
cos 2
2
2
2
2
………
(1.16a)
2
2
2
x ' y '
xy
x ' y '
xx yy (1.7c),
Sedangkan
pada
bila
dikuadratkan
akan
2
cos2 2persamaan
2
sin
2
cos
2
sin
xx
yy
didapat
2
2
2
2
………
2
2
2
x' y'
xx yy
x' y'
xx yy
x' x'
2
2
2
2
2
(1.17)
Persamaan (1.17) merupakan persamaan lingkaran pada bidang
2
xx yy
,0
2
yang pusatnya di
2
xy
xx yy
dengan jari-jari 2 2
2
Lingkaran tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.9 di bawah ini,
yang dilukis dengan prosedur sebagaimana melukis lingkaran
Mohr untuk tegangan dengan menggantixx , yy dan xy
berturut-turut menjadi xx , yy dan xy / 2. Penerapannya, lihat
1.7. Hubungan Antara Tegangan Dengan Regangan
Contoh 1.2 pada halaman 21.
Untuk deformasi normal, geser maupun gabungan keduanya,
hubungan antara tegangan dan regangan untuk bahan-bahan
isotropis pada pembebanan dalam batas proporsional diberikan
oleh hukum Hooke. Jadi hukum Hooke tidak berlaku untuk
pembebanan di luar batas proporsional.
Hukum Hooke
diturunkan dengan berdasarkan pada analisis tentang energi
Apabila besar tegangan-tegangannya yang diketahui, maka
hukum Hooke untuk persoalan-persoalan tiga dimensi,
hubungan antara tegangan normal dengan regangan normal
dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut:
1
xx yy zz
E
1
yy yy xx zz
E
1
zz
zz xx yy
E
xx
(1.18)
Dengan E dan v berturut-turut adalah modulus alastis atau
modulus Young dan angka perbandingan Poisson. Sedangkan
pada deformasi geser untuk
G
adalah modulus geser ,
hubungannya
xy xy adalah:
1 xy
xy
2
2G
E
xz xz 1 xz
xz
2
2G
E
yz yz 1 yz
yz
2
2G
E
(1.19)
Sedangkan untuk mencari tegangan normal yang terjadi bila
regangan normal dan sifat-sifat mekanis bahannya diketahui,
digunakan persamaan-persamaan:
xx
E
1 xx yy zz
1 1 2
yy
E
1 yy xx zz
1
1
2
zz
E
1 zz xx yy
1 1 2
(1.20)
Selanjutnya untuk deformasi geser, bentuk hukum Hooke
E
E
adalah:
xy G xy
xy
xy
1
2 1
xz
E
E
xz G xz
xz
1
2 1
yz
E
E
yz G yz
yz
1
2 1
(1.21)
Persamaan-persamaan (1.18) sampai dengan (1.21) dapat juga
diberlakukan untuk persoalan-persoalan dua dan satu dimensi,
yakni dengan memasukkan harga nol untuk besaran-besaran di
luar dimensi yang dimaksud.
Contoh 2: Pembebanan seperti pada Contoh 1, untuk bahan
dengan sifat-sifat mekanis: modulus Young, E = 200 GPa dan
angka
perbanding-an Poisson, n = 0,29. Modulus geser
ditentukan dengan,
G = E / 2(1 + n).
Diminta:
a. Hitunglah regangan-regangan yang terjadi.
b. Lukisan lingkaran Mohr untuk regangan yang
terjadi.
c. Besar rotasi mengelilingi sumbu z untuk
mendapatkan
regangan geser maksimum, menurut
lingkaran Mohr.
Periksa hasil tersebut dari
persamaan (1.10).
d. Besar regangan geser maksimum menurut
lingkaran
Mohr. Periksa hasil tersebut dengan
rumus (1.11) dan
hasil yang didapat pada b. di
e. Besar perputaran mengelilingi sumbu z untuk
mendapatkan regangan geser bernilai nol,
menurut
lingkaran Mohr. Periksa hasil ini
dengan persamaan
(1.8).
f.
Besar regangan-regangan utama menurut
lingkaran
Mohr. Periksa hasil tersebut dengan
persamaanpersamaan (1.9) dan dari hasil
pada pada d. di atas.
Penyelesaian:
a) Dari persamaan (1.18) dan (1.19) akan didapat:
xx
yy
1
280 0,29.40 0,29.0 0,001458 1458
200000
1
40 0,29.280 0,29.0 0,000606 606
200000
xy
xy
2
10,29 .120
200000
0,000774 774
atau
xy 1548
b. Lingkaran Mohr:
1) Buat sumbu eij horisontal.
2) Regangan normal terkecil, eyy = -606me, sehingga
merupakan titik di dekat batas kiri.
3)
Regangan normal terbesar
exx = 1458me,
sehingga
merupakan titik di dekat batas kanan.
4) Diambil skala 1cm = 250me. Kemudian
ditentukan titik
eyy = -606me di sebelah kiri, exx =
1458me di sebelah
kanan dan berjarak (exx +
eyy) dari titik eyy di sebelah
kiri.
kanan
5) Lukis sumbu t yang berjarak 606me di sebelah
titik eyy .
exx
6) Dengan membagi dua sama panjang jarak e yy ke
akan didapat titik P.
=
7) Menentukan letak titik A pada koordinat (exx , exy )
(1458,774).
8) Dengan mengambil titik pusat di P dan jari-jari
sepanjang PA, lingkaran Mohr dapat di-lukis.
9) Dengan menarik garis dari A lewat P yang
memotong
lingkaran Mohr di B, akan di dapat
kedudukan titik (eyy ,
exy ) = (-606,-774).
c. Besar rotasi mengelilingi sumbu z menurut lingkaran
Mohr,
dengan mengukur, didapat
max = 0,5 x 2max = 0,5 x (-53o) = 26o 30’.
Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
tan 2max = (1458 + 606) / (2 x 774) = 43
2max = 53o 08’
atau
max = 26o 34’
d. Besar regangan geser maksimum menurut lingkaran
Mohr
xy-max = 5,2 x 250 = 1300.
1 persamaan
max
Sedangkan
(1.11)
2 akan
didapat
xy menurut
1290
(1458 606)2 1548
max
2
2
e. Besar rotasi mengellilingi sumbu z menurut lingkaran
Mohr,
dengan mengukur, didapat
p = 0,5 x 2p = 0,5 x 37o = 18o 30’.
Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
tan 2p = (2 x 120) / (280 + 40) =
f. Besar regangan-regangan dasar menurut lingkaran
Mohr
1 = 6,9 x 250 = 1725.
2 = -3,5 x 250 = -875
1458 606
1
Sedangkan
menurut
(1.11)
akan didapat
606 2 15482 1716
1
1458persamaan
2
2
1458 606 1
2
2
2
1458606 2 15482
864
TEGANGAN DAN REGANGAN
1.1. Tegangan
Dalam mekanika bahan, pengertian tegangan tidak sama
dengan vektor tegangan. Tegangan merupakan tensor derajat
dua, sedangkan vektor, vektor apapun, merupakan tensor
derajat satu. Besaran skalar merupakan tensor derajat nol.
Tensor ialah besaran fisik yang keadaannya pada suatu titik
dalam ruang, tiga dimensi, dapat dideskripsikan dengan 3n
komponennya, dengan n ialah derajat tensor tersebut. Dengan
demikian, untuk persoalan tegangan tiga dimensi pada suatu
titik dalam ruang dapat dideskripsikan dengan 3 2 komponennya.
Pada sistem koordinat sumbu silang, tegangan tersebut adalah
xx , yy , zz , txy , tyx , txz , tzx , tyz , dan tzy seperti ditunjukkan
pada Gambar 1.1(a). Namun demikian, karena txy = tyx , txz =
tzx dan tyz = tzy , maka keadaan tegangan tersebut dapat
dinyatakan dengan enam komponennya, xx , yy , zz , txy , txz ,
tyz. Sedangkan untuk tegangan bidang, dua dimensi, pada suatu
titik dapat dideskripsikan dengan 22 komponennya, Gambar
Pada dasarnya, tegangan secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yakni tegangan normal, dengan
notasi sij , i = j, serta tegangan geser dengan notasi tij , .
Perhatikan penulisan pada paragrap di atas. Karakter indek
yang pertama menyatakan bidang tempat bekerjanya gaya,
sedangkan karekter indek yang kedua menyatakan arah
bekerjanya vektor tegangan tersebut. Tegangan normal ialah
pembebanan. Sedangkan tegangan geser ialah tegangan
yang bekerja sejajar dengan bidang pembebanan. Jadi keenam
tegangan yang mendeskripsikan tegangan pada suatu titik
terdiri atas tiga tegangan normal, xx , yy , dan zz , serta tiga
tegangan geser, txy , tyz , dan tzx. Nilai tegangan bisa positif
dan bisa pula negatif.
Tegangan bernilai positif bila
tegangan tersebut bekerja pada bidang positif dengan arah
positif, atau bekerja pada bidang negatif dengan arah negatif.
Selain itu, nilainya negatif.
Besar tegangan rata-rata pada suatu bidang dapat didefinisikan
sebagai intensitas gaya yang bekerja pada bidang tersebut.
Sehingga secara matematis tegangan normal rata-rata dapat
F sebagai
dinyatakan
i=j
ij n
A
(1a)
ij
Fn
= tegangan normal rata-rata (N/mm2 = MPa)
= gaya normal yang bekerja (N)
A
= luas bidang (mm2)
i, j = sumbu koordinat pada sistem sumbu silang, x, y, z
Sedangkan tegangan geser rata-rata dapat dinyatakan sebagai
F
ij t ,
A
(1b)
i j
2
ij = tegangan geser rata-rata (N/mm = MPa)
Ft
= gaya tangensial atau sejajar bidang yang bekerja ( N)
A
= luas bidang (mm2)
i, j = x, y, z
Bila bidang yang menerima pembebanan tersebut dipersempit
sampai akhirnya mendekati nol, dalam artian limit maka akan
didapat tegangan pada suatu titik. Sehingga secara matematis
tegangan normal pada suatu titik dapat dinyatakan
Fn d Fn
A 0 A
dA
ij lim
i=j
(2a)
Sedangkan tegangan geser pada suatu titik, secara matematis
dapat dinyatakan sebagai
Ft d Ft
,
ij lim
A 0 A
dA
1.2. Regangan
i j
(2b)
Seperti halnya tegangan, regangan juga merupakan
tensor derajat dua. Dengan demikian keadaan regangan
ruang, tiga dimensi, pada suatu titik dapat dideskripsikan
dengan kesembilan komponennya.
Pada sistem koordinat
sumbu silang, regangan tersebut adalah e xx , eyy , ezz , gxy , gyx ,
gxz , gzx , gyz , dan gzy , sebagaimana ditunjukkan pada Gambar
1.2(a). Regangan juga dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni
regangan normal, dengan notasi eij , i = j, serta regangan
geser dengan simbul ij , . Sebagaimana dengan tegangan,
gxy = gyx , gxz = gzx dan gyz = gzy , maka keadaan regangan
ruang pada suatu titik dapat dinyatakan oleh enam komponen,
yakni exx , eyy , ezz , gxy , gyz , gzx. Sedangkan regangan bidang,
dua dimensi, dapat dideskripsikan dengan 2 2 komponennya, dan
karena gij = gji maka regangan bidang pada suatu titik dapat
dideskripsikan dengan hanya tiga komponen, Gambar 1.2(b).
Regangan normal merupakan perubahan panjang spesifik.
Regangan normal rata-rata dinyatakan oleh perubahan panjang
dibagi dengan panjang awal, atau secara matematis dapat
dituliskan
li ui
ij
li
li
,
i=j
(3)
ij
= regangan normal rata-rata
l = u = perubahan panjang pada arah (mm)
l = panjang awal pada arah (mm)
i, j = sumbu koordinat pada sistem sumbu silang, x, y, z.
Sedangkan regangan geser merupakan perubahan sudut
dalam radial. Regangan geser bernilai positif bila sudut pada
kuadran I dan atau kuadran III pada sistem koordinat sumbu
silang mengecil, Gambar 1.3(a), sedangkan selain itu bernilai
negatif.
1.3. Transformasi Tegangan Bidang
Tegangan dapat ditransformasi dari suatu set sumbu
koordinat ke set sumbu koordinat lainnya. Dengan transformasi
pula dapat dicari set sumbu koordinat pada suatu titik yang
memberikan tegangan utama dari kondisi tegangan yang telah
diketahui di titik itu. Yang dimaksud dengan tegangan utama
ialah tegangan yang hanya memiliki nilai tidak nol untuk
tegangan normal saja, sedangkan nilai tegangan gesernya nol.
Dengan demikian juga dimungkinkan transformasi tegangan
dari sistem koordinat sumbu silang (x, y, z), Gambar 1.4(a), ke
Transformasi tegangan bidang berdasarkan pada keseimbangan
gaya-gaya yang bekerja pada elemen. Perhatikan Gambar
1.5(b) berikut.
Fx ' 0
x ' x ' . A ( xy . A sin ) cos ( yy . A sin ) sin ( xy . A cos ) sin
xx . A cos cos 0
2
2
x ' x ' xx cos
yy sin 2 xy sin cos
(1.4a
)
Dengan memasukkan harga (90o + ) untuk harga
pada persamaan (1.4a), sehingga dengan identitas-identitas:
2
2
o
o
o
2
cos (9 0 ) (cos9 0 cos sin 9 0 sin ) si n
2
o
o
o
(
9
)
(sin
9
cos
cos
9
sin
co s2
)
sin 0
0
0
2
sin(9 0o ) cos(9 0o ) (sin 9 0o cos cos 9 0o sin )(cos 9 0o cos sin 9 0o sin )
= sin cos
akan didapat
y ' y ' yy cos2 xx sin2 2 xy sin cos
(1.4b)
Fy ' 0
x ' y ' . A ( xy . A sin ) sin ( yy . A sin ) cos ( xy . A cos ) cos
xx . A cos sin 0
x ' y ' xy (cos2 sin2 ) ( xx yy) sin cos
(1.4c)
Dengan substitusi identitas trigonometri, persamaan (1.4a, b, c)
bisa ditulis
xx yy xx yy
cos 2 xy sin 2
x'x'
2
2
xx yy xx yy
cos 2 xy sin 2
y'y'
2
2
xx yy
sin 2 xy cos 2
x' y '
2
(1.5a)
(1.5b)
(1.5c)
1.4. Transformasi Regangan Bidang
Perhatikan Gambar 1.6(a) pada halaman berikut. Elemen
OABC
pada keadaan awal tanpa beban, lalu mengalami
deformasi dan distorsi menjadi O’A’B’C’ akibat mendapat
beban sxx , syy dan txy. Analisis transformasi regangannya
ditunjukkan pada Gambar 1.6(b, c, d) yang berturut-turut
untuk regangan normal arah sumbu x, regangan normal arah
sumbu y serta regangan geser pada bidang xy. Dari Gambar
1.6(b) didapat
dx '
dx
dy
,
cos sin
x1 ' x.cos ,
Dari Gambar 1.6(c) akan didapat
x2 ' y.sin ,
Dan dari Gambar 1.6(d) diperoleh
x 3 ' xy . dy.cos ,
Dengan demikian total perubahan panjang dx’ akibat adanya
regangan pada sistem koordinat awalnya adalah
x’ = x1’ + x2’ + x3’
Sedangkan
Sehingga
x' x.cos y.sin xy . dy.cos
x' x'
dy
dy
dx' dx
cos
sin
sin
x ' x ' xx . cos2 yy . sin2 xy .cos .sin
(1.6a)
Selanjutnya, y’ dapat diperoleh dengan mensubstitusikan
harga (90o + ) untuk harga pada persamaan (1.6) di atas,
kemudian menerapkan identitas trigonometri. Sehingga akan
didapat
y ' y ' xx . cos2 ( 9 0o ) yy . sin2 ( 9 0o ) .cos(9 0o ).sin(9 0o )
xy
y ' y ' yy . cos2 xx . sin2 xy .cos .sin
(1.6b
)
Analisis transformasi regangan gesernya ditunjukkan pada
Gambar 1.7 di bawah. Sebagaimana pada regangan normal,
dalam hal ini perubahan regangan geser oleh masing-masing
regangan yang terjadi ditinjau satu per satu. Pada analisis ini,
panjang dx dibagi dua oleh sumbu y menjadi dx 1 dan dx2.
d y'1
Dari Gambar 1.7 didapat
d x1
dy
sin cos
Selanjutnya perhatikan Gambar 1.7(a),
deformasi normal pada arah sumbu x saja.
dx2
dy
d x'2dan
cos sin
akibat
AD x1 .cos x1
sin .cos xx .sin .cos
'1a
d
x
1
d x1
dy '1
sin
CE x 2 .sin x 2
'1b
sin .cos xx .sin .cos
d
x
2
d x2
dx '2
cos
'x ' y '1 1a 1b 2 xx .sin .cos
terjadinya
Gambar. 1.7. Transformasi Regangan Geser
Akibat deformasi normal arah sumbu y saja seperti ditunjukkan
pada Gambar 1.7(b) akan diperoleh
AD y.sin y
.sin .cos yy .sin .cos
dy
dy
dy '1
cos
CE y.cos y
.sin .cos yy .sin .cos
'2 b
dy
dy
dx '2
sin
'2 a
'x ' y '2 2 a 2 b 2 yy .sin .cos
Sedangkan dari Gambar 1.7(c), akibat terjadinya regangan
geser saja, akan didapat
A ' D AA '.cos xy . dy
. cos2 xy . cos2
3a
dy
d y '1
dy
cos
xy . dy
CE
CC ''.sin
. sin2 xy . sin2
3b
dy
d x'2
dy
sin
x ' y '3 3a 3b xy (cos2 sin2 )
Dengan demikian akan diperoleh besarnya regangan geser pada
set sumbu koordinat yang baru, sebagai berikut
x ' y ' x ' y '1 x ' y '2 x ' y '3 ( xx yy ) sin .cos xy (cos2 sin 2 )
...(1.6c)
Selanjutnya, dengan menggunakan identitas trigonometri
persamaan-persamaan (1.6a, b, c) dapat ditulis dalam bentuk
lain sebagai berikut
xy
yy
cos 2
.sin 2
x'x'
2
2
2
xx yy
xx yy xy
cos 2
.sin 2
y'y'
2
2
2
x' y'
xx
x ' y '
2
yy
xx
xx
xy
yy
sin 2
.cos 2
2
2
(1.7a)
(1.7b)
(1.7c)
1.5. Tegangan dan Regangan Utama (Principal Stress
and Strain)
serta Tegangan dan Regangan Geser
Maksimum
Tegangan Utama (Principal Stress) dan Tegangan Geser
Maksimum
Tegangan Utama (principal stress) adalah tegangan
normal yang terjadi pada set sumbu koordinat baru setelah
transformasi yang menghasilkan tegangan geser nol.
Tegangan-tegangan tersebut ditunjukkan sebagai s 1 dan s2
pada Gambar 1.10. Perlu dicatat bahwa s1 selalu diambil lebih
besar dari
s2.
Sudut transformasi yang menghasilkan
tegangan utama tersebut dengan sudut utama (principal
angle). Secara analitik, besar tegangan utama dan sudut
utama dapat diturunkan dari persamaan-persamaan (1.5a, b,
c).
yy
xx pengertian
Menurut
tegangan utama, dari
0
.sin 2 tentang
xy .cos 2
persamaan (1.5c)2akan didapat
atau
2 xy
sin 2 p
tan 2 p
cos 2 p
xx yy
(1.8)
Dari persamaan di atas dapat dilukiskan segitiganya sebagai
berikut
Dengan substitusi harga-harga sin 2q dan cos 2q
gambar di atas ke persamaan (1.5a) akan didapat
pada
2
2 xy
xx yy xx yy
xx yy
x' x'
2
2
2
2
2
2
( xx yy ) 4 xy
( xx yy ) 4 xy
1
xx yy
2
2
( xx yy ) 4 xy
x' x'
2
2
2
2. ( xx yy ) 4 xy
Sehingga
xx yy 1
x'x'
2
2.
2
( xx yy ) 4 xy
2
Substitusi dan penerapan prosedur
persamaan (1.5b), akan didapat
xx yy 1
y'y'
2
2.
2
( xx yy ) 4 xy
yang
sama
terhadap
2
Dengan mengingat bahwa secara matematik haruslah 1 2 ,
maka kedua persamaan tersebut di atas dapat dituliskan
menjadi satu dengan
1, 2
xx yy 1
2
2.
( xx yy ) 2 4 xy 2
(1.9)
Selanjutnya, perhatikan persamaan (1.5c). Untuk suatu titik
dan jenis pembebanan tertentu dari suatu bagian konstruksi,
harga-harga xx , yy dan xy adalah tetap atau konstan,
sehingga x’y’ merupakan suatu fungsi , atau x’y’ =
f().Harga ekstrim fungsi tersebut akan diperoleh bila turunan
pertama fungsi tersebut terhadap sama dengan nol. Jadi
d x ' y '
xx yy
.sin 2 xy .cos 2 0
d
2
atau
sin 2 max
xx yy
tan 2 max
(1.10)
cos 2 max
2 xy
Dari persamaan di atas dapat dilukiskan segitiganya sebagai
berikut:
Dengan substitusi harga-harga sin 2 dan cos 2
gambar di atas ke persamaan (1.5c) akan didapat
2
( xx yy )
2 xy
xx yy
x' y'
2
2
2
2
2
( xx yy ) 4 xy
( xx yy ) 4 xy
1
2
2. ( xx yy ) 4 xy
2
2
( xx yy ) 4 xy
2
pada
Sehingga
x'y'
1
2.
2
( xx yy ) 4 xy
2
Persamaan (1.10) juga dipenuhi bila panjang sisi di depan
sudut 2 adalah (xx yy) dan panjang sisi di sampingnya
adalah -2xy. Kondisi ini akan memberikan
1
( xx yy ) 2 4 xy 2
x' y'
2.
Dengan demikian kedua persamaan tersebut dapat dituliskan
menjadi satu sebagai
max
1
2.
( xx yy ) 2 4 xy 2
Regangan Utama dan Regangan Geser Maksimum
(1.11)
Sebagaimana pengertian tentang tegangan utama, maka
regangan utama (principal strain) adalah regangan normal yang
terjadi pada set sumbu koordinat baru setelah transformasi
yang menghasilkan setengah regangan geser nol. Reganganregangan tersebut ditunjukkan sebagai 1 dan 2 pada
Gambar 1.11. Demikian juga, 1 selalu diambil lebih besar dari
2 , serta sudut transformasinya juga disebut sudut utama
(principal angle). Secara analitik, dengan penerapan prosedur
yang sama dengan yang diterapkan untuk persamaanpersamaan
(1.7a, b,xy c), maka akan didapat hasil-hasil berikut.
sin 2 p
(1.12a)
tan 2 p
cos 2 p
xx yy
xx yy 1
1,2
2
2.
( xx yy ) 2 xy
2
qp = sudut utama
e1,2 = regangan-regangan utama
gxy = 2exy = regangan geser
(1.12b)
sin 2 max
xx yy
tan 2 max
cos 2 max
xy
(1.13a)
max
1
2
2.
(1.13b)
2
( xx yy ) xy
2
max = sudut regangan geser maksimum
xy = 2xy = regangan geser
1.6. Lingkaran Mohr untuk Tegangan Bidang dan
Regangan Bidang
Lingkaran Mohr diperkenalkan oleh seorang insinyur Jerman,
Otto Mohr (1835-1913). Lingkaran ini digunakan untuk melukis
transformasi tegangan maupun regangan, baik untuk persoalanpersoalan tiga dimensi maupun dua dimensi. Yang perlu dicatat
adalah bahwa perputaran sumbu elemen sebesar q ditunjukkan
oleh perputaran sumbu pada lingkaran Mohr sebesar 2q, .dan
sumbu tegangan geser positif adalah menunjuk ke arah bawah.
Pengukuran dimulai dari titik A, positif bila berlawanan arah
jarum jam, dan negatif bila sebaliknya. Pada bagian ini kita
Lingkaran Mohr untuk Tegangan Bidang
x y
Pada persamaan (1.5a), bila suku
dipindahkan ke
2
ruas
2
2
kiri dan kemudian
kedua
ruasnya dikuadratkan, maka akan
x y
x y
2
2
2
didapat
x '
co s 2 xy si n 2 x y xy sin 2 cos 2
2
2
………(1.14a)
2
2
2
x y
2
2
2 persamaan
x
sin 2 cos 2
x ' y ' xy co spada
Sedangkan
bila
akan
si n 2(1.5c),
y xy dikuadratkan
2
didapat
2
2
x y
x y
2
2
x'
x'y'
xy
2
2
Penjumlahan persamaan-persamaan
………(1.14b)
(1.14a)
dan
(1.14b)
menghasilkan
(1.15)
1. Buatlah sumbu ij , horisontal.
2. Periksa harga tegangan normal, xx atau yy , yang secara
matematis lebih kecil. Bila bernilai negatif jadikanlah
tegangan tersebut sebagai titik yang mendekati tepi kiri batas
melukis, sedangkan bila positif maka titik yang
mendekati
batas kiri adalah titik ij = 0.
3. Periksa harga tegangan normal, xx atau yy , yang secara
matematis lebih besar. Bila bernilai positif jadikanlah tegangan
tersebut sebagai titik yang mendekati tepi kanan batas melukis,
sedangkan bila negatif maka titik yang mendekati batas
kanan adalah titik ij = 0.
4. Tentukan skala yang akan digunakan sehingga tempat
melukis bisa
memuat kedua titik tersebut dan masih tersisa
ruangan di sebelah
kiri dan kanannya. Tentukan titik-titik
batas tersebut sesuai dengan skala yang telah ditentukan.
5. Tentukan letak titik-titik ij = 0 dan sumbu , serta ij
terkecil
dan ij terbesar bila belum terlukis pada sumbu ij .
6. Bagi dua jarak antara tegangan terkecil dan tegangan
terbesar
sehingga diperoleh pusat lingkaran, P.
7. Tentukan letak titik A pada koordinat (ij terbesar , xy ).
8. Lukis lingkaran Mohr dengan pusat P dan jari-jari PA.
9. Tarik garis dari A melalui P sehingga memotong lingkaran
Mohr di
B. Maka titik B akan terletak pada koordinat (ij
terkecil , xy ). Garis AB menunjukkan sumbu asli, = 0,
elemen tersebut.
Contoh 1.1: Sebuah elemen dari bagian konstruksi yang
dibebani, menerima tegangan tarik pada arah sumbu x sebesar
280 MPa, tegangan tekan pada arah sumbu y sebesar 40 MPa
serta tegangan geser pada bidang tersebut sebesar 120 MPa.
Diminta:
a. Lukisan lingkaran Mohr.
b. Besar
mendapatkan
lingkaran Mohr.
persamaan (1.10).
rotasi
mengelilingi sumbu
z
untuk
tegangan geser maksimum, menurut
Periksa hasil tersebut dari
c. Besar tegangan geser maksimum menurut lingkaran
Mohr.
Periksa hasil tersebut dengan rumus (1.11)
dan hasil yang
didapat pada b. di atas.
d. Besar perputaran mengelilingi sumbu z untuk
mendapatkan tegangan geser bernilai nol,
menurut
lingkaran Mohr.
Periksa hasil ini
dengan persamaan (1.8).
e. Besar tegangan-tegangan utama menurut lingkaran
Mohr.
Periksa hasil tersebut dengan persamaanpersamaan (1.9)
dan dari hasil pada pada d. di
atas.
Penyelesaian:
a. Lingkaran Mohr:
1) Buat sumbu sij , horisontal.
2) Tegangan normal terkecil, syy = -40 MPa, negatif,
sehingga
digunakan sebagai titik di dekat batas
kiri.
3) Tegangan normal terbesar
sxx = 280 MPa, positif,
sehingga
digunakan sebagai titik di dekat batas
kanan.
4) Diambil skala 1cm = 40 MPa. Kemudian ditentukan
titik syy = 40 MPa di sebelah kiri, dan sxx = 280 MPa di
sebelah kanan yang
berjarak (sxx + syy) dari titik syy di
sebelah kiri.
5) Lukis sumbu t yang berjarak 40 MPa di sebelah kanan
titik syy .
6) Dengan membagi dua sama panjang jarak syy ke sxx
akan
didapat titik P.
7) Menentukan letak titik A pada koordinat (sxx
,
txy ) =
Gambar 1.8. Lingkaran Mohr untuk Tegangan Bidang
b. Besar rotasi mengellilingi sumbu z menurut lingkaran Mohr,
dengan mengukur, didapat
max = 0,5 x 2max = 0,5 x (-53o) = 26o 30’.
Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
tan 2max = (280 + 40) / (2 x 120) = 43
2max = 53o 08’
atau
max = 26o 34’
c. Besar tegangan geser maksimum menurut lingkaran Mohr
max = 5 x 40 MPa = 200 MPa.
Sedangkan menurut persamaan (1.11) akan didapat
d. Besar rotasi mengellilingi sumbu z menurut lingkaran Mohr,
dengan mengukur, didapat
p = 0,5 x 2p = 0,5 x 37o = 18o 30’.
Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
tan 2p = (2 x 120) / (280 + 40) =
2p = 36o 52’
atau
max = 18o 26’
e. Besar tegangan-tegangan utama menurut lingkaran Mohr
1 = 8 x 40 MPa = 320 MPa.
2 = -2 x 40 MPa = -80 MPa.
Sedangkan
menurut
persamaan
(1.11) akan didapat
280 40
1
2
2
1
2
2
280 40 1
2
2
2
280 40
120 320MPa
280 40 2 1202 80 MPa
Lingkaran Mohr untuk Regangan Bidang
xx yy
Pada persamaan (1.7a), bila suku
2
kiri
dipindahkan ke ruas
dan kemudian kedua ruasnya dikuadratkan, maka akan didapat
2
2
2
xy
xy
xx yy
xx yy
2
2
sin 2 xx yy
sin 2 cos 2
x' x'
cos 2
2
2
2
2
………
(1.16a)
2
2
2
x ' y '
xy
x ' y '
xx yy (1.7c),
Sedangkan
pada
bila
dikuadratkan
akan
2
cos2 2persamaan
2
sin
2
cos
2
sin
xx
yy
didapat
2
2
2
2
………
2
2
2
x' y'
xx yy
x' y'
xx yy
x' x'
2
2
2
2
2
(1.17)
Persamaan (1.17) merupakan persamaan lingkaran pada bidang
2
xx yy
,0
2
yang pusatnya di
2
xy
xx yy
dengan jari-jari 2 2
2
Lingkaran tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.9 di bawah ini,
yang dilukis dengan prosedur sebagaimana melukis lingkaran
Mohr untuk tegangan dengan menggantixx , yy dan xy
berturut-turut menjadi xx , yy dan xy / 2. Penerapannya, lihat
1.7. Hubungan Antara Tegangan Dengan Regangan
Contoh 1.2 pada halaman 21.
Untuk deformasi normal, geser maupun gabungan keduanya,
hubungan antara tegangan dan regangan untuk bahan-bahan
isotropis pada pembebanan dalam batas proporsional diberikan
oleh hukum Hooke. Jadi hukum Hooke tidak berlaku untuk
pembebanan di luar batas proporsional.
Hukum Hooke
diturunkan dengan berdasarkan pada analisis tentang energi
Apabila besar tegangan-tegangannya yang diketahui, maka
hukum Hooke untuk persoalan-persoalan tiga dimensi,
hubungan antara tegangan normal dengan regangan normal
dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut:
1
xx yy zz
E
1
yy yy xx zz
E
1
zz
zz xx yy
E
xx
(1.18)
Dengan E dan v berturut-turut adalah modulus alastis atau
modulus Young dan angka perbandingan Poisson. Sedangkan
pada deformasi geser untuk
G
adalah modulus geser ,
hubungannya
xy xy adalah:
1 xy
xy
2
2G
E
xz xz 1 xz
xz
2
2G
E
yz yz 1 yz
yz
2
2G
E
(1.19)
Sedangkan untuk mencari tegangan normal yang terjadi bila
regangan normal dan sifat-sifat mekanis bahannya diketahui,
digunakan persamaan-persamaan:
xx
E
1 xx yy zz
1 1 2
yy
E
1 yy xx zz
1
1
2
zz
E
1 zz xx yy
1 1 2
(1.20)
Selanjutnya untuk deformasi geser, bentuk hukum Hooke
E
E
adalah:
xy G xy
xy
xy
1
2 1
xz
E
E
xz G xz
xz
1
2 1
yz
E
E
yz G yz
yz
1
2 1
(1.21)
Persamaan-persamaan (1.18) sampai dengan (1.21) dapat juga
diberlakukan untuk persoalan-persoalan dua dan satu dimensi,
yakni dengan memasukkan harga nol untuk besaran-besaran di
luar dimensi yang dimaksud.
Contoh 2: Pembebanan seperti pada Contoh 1, untuk bahan
dengan sifat-sifat mekanis: modulus Young, E = 200 GPa dan
angka
perbanding-an Poisson, n = 0,29. Modulus geser
ditentukan dengan,
G = E / 2(1 + n).
Diminta:
a. Hitunglah regangan-regangan yang terjadi.
b. Lukisan lingkaran Mohr untuk regangan yang
terjadi.
c. Besar rotasi mengelilingi sumbu z untuk
mendapatkan
regangan geser maksimum, menurut
lingkaran Mohr.
Periksa hasil tersebut dari
persamaan (1.10).
d. Besar regangan geser maksimum menurut
lingkaran
Mohr. Periksa hasil tersebut dengan
rumus (1.11) dan
hasil yang didapat pada b. di
e. Besar perputaran mengelilingi sumbu z untuk
mendapatkan regangan geser bernilai nol,
menurut
lingkaran Mohr. Periksa hasil ini
dengan persamaan
(1.8).
f.
Besar regangan-regangan utama menurut
lingkaran
Mohr. Periksa hasil tersebut dengan
persamaanpersamaan (1.9) dan dari hasil
pada pada d. di atas.
Penyelesaian:
a) Dari persamaan (1.18) dan (1.19) akan didapat:
xx
yy
1
280 0,29.40 0,29.0 0,001458 1458
200000
1
40 0,29.280 0,29.0 0,000606 606
200000
xy
xy
2
10,29 .120
200000
0,000774 774
atau
xy 1548
b. Lingkaran Mohr:
1) Buat sumbu eij horisontal.
2) Regangan normal terkecil, eyy = -606me, sehingga
merupakan titik di dekat batas kiri.
3)
Regangan normal terbesar
exx = 1458me,
sehingga
merupakan titik di dekat batas kanan.
4) Diambil skala 1cm = 250me. Kemudian
ditentukan titik
eyy = -606me di sebelah kiri, exx =
1458me di sebelah
kanan dan berjarak (exx +
eyy) dari titik eyy di sebelah
kiri.
kanan
5) Lukis sumbu t yang berjarak 606me di sebelah
titik eyy .
exx
6) Dengan membagi dua sama panjang jarak e yy ke
akan didapat titik P.
=
7) Menentukan letak titik A pada koordinat (exx , exy )
(1458,774).
8) Dengan mengambil titik pusat di P dan jari-jari
sepanjang PA, lingkaran Mohr dapat di-lukis.
9) Dengan menarik garis dari A lewat P yang
memotong
lingkaran Mohr di B, akan di dapat
kedudukan titik (eyy ,
exy ) = (-606,-774).
c. Besar rotasi mengelilingi sumbu z menurut lingkaran
Mohr,
dengan mengukur, didapat
max = 0,5 x 2max = 0,5 x (-53o) = 26o 30’.
Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
tan 2max = (1458 + 606) / (2 x 774) = 43
2max = 53o 08’
atau
max = 26o 34’
d. Besar regangan geser maksimum menurut lingkaran
Mohr
xy-max = 5,2 x 250 = 1300.
1 persamaan
max
Sedangkan
(1.11)
2 akan
didapat
xy menurut
1290
(1458 606)2 1548
max
2
2
e. Besar rotasi mengellilingi sumbu z menurut lingkaran
Mohr,
dengan mengukur, didapat
p = 0,5 x 2p = 0,5 x 37o = 18o 30’.
Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
tan 2p = (2 x 120) / (280 + 40) =
f. Besar regangan-regangan dasar menurut lingkaran
Mohr
1 = 6,9 x 250 = 1725.
2 = -3,5 x 250 = -875
1458 606
1
Sedangkan
menurut
(1.11)
akan didapat
606 2 15482 1716
1
1458persamaan
2
2
1458 606 1
2
2
2
1458606 2 15482
864