Buku Pegangan Guru dan Siswa Kurikulum 2013 (Silakan Unduh) K4 BG Hindu Press
(2)
ii
ii
Kelas IV SDii
Kelas IV SDii
Kelas IV SDii
Kelas IV SDHak Cipta © 2014 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang
MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN
Disklaimer: Buku ini merupakan buku guru yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi Kurikulum 2013. Buku guru ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekeri : buku guru / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- Edisi Revisi. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan , 2014.
iv, 104 hlm. : ilus. ; 25 cm. Untuk SD Kelas IV
ISBN 978-602-282-231-8 (jilid lengkap) ISBN 978-602-282-235-6 (jilid 4)
1. Hindu - Studi dan Pengajaran I. Judul
II. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
294.5
Kontributor Naskah : Komang Susila dan Duwijo.
Penelaah : I Made Sujana dan I Made Titib.
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Cetakan Ke-1, 2013
Cetakan Ke-2, 2014 (Edisi Revisi) Disusun dengan huruf Georgia, 11 pt.
(3)
iii
iii
Buku Panduan Guru Agama Hinduiii
Buku Panduan Guru Agama Hinduiii
Buku Panduan Guru Agama Hinduiii
Buku Panduan Guru Agama HinduKata Pengantar
Kurikulum 2013 dirancang agar peserta didik tidak hanya bertambah pengetahuannya, tetapi juga meningkat keterampilannya dan semakin mulia kepribadiannya. Dengan demikian, ada kesatuan utuh antara kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Keutuhan ini dicerminkan dalam pendidikan agama dan budi pekerti. Melalui pembelajaran agama diharapkan akan terbentuk keterampilan beragama dan terwujud sikap beragama peserta didik yang berimbang, mencakup hubungan manusia dengan Penciptanya, sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Pengetahuan agama yang dipelajari para peserta didik menjadi sumber nilai dan penggerak perilaku mereka. Sekadar contoh, di antara nilai budi pekerti dalam agama Hindu dikenal dengan Tri Marga (bakti kepada Tuhan, orang tua, dan guru; karma, bekerja sebaik-baiknya untuk dipersembahkan kepada orang lain dan Tuhan; Jnana, menuntut ilmu sebanyak-banyaknya untuk bekal hidup dan penuntun hidup), dan Tri Warga (dharma, berbuat berdasarkan atas kebenaran; artha, memenuhi harta benda kebutuhan hidup berdasarkan kebenaran, dan kama, memenuhi keinginan sesuai dengan norma-norma yang berlaku). Dalam pembentukan budi pekerti, proses pembelajarannya mesti mengantar mereka dari pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan.
Buku Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti ini ditulis dengan semangat itu. Pembelajarannya dibagi ke dalam beberapa kegiatan keagamaan yang harus dilakukan peserta didik dalam usaha memahami pengetahuan agamanya dan mengaktualisasikannya dalam tindakan nyata dan sikap keseharian, baik dalam bentuk ibadah ritual maupun ibadah sosial.
Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersediaan kegiatan yang ada pada buku ini. Guru dapat memperkayanya secara kreatif dengan kegiatan-kegiatan lain yang bersumber dari lingkungan alam, sosial, dan budaya sekitar.
Buku ini merupakan edisi kedua sebagai penyempurnaan dari edisi pertama. Buku ini sangat terbuka untuk terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, kami mengundang para pembaca memberikan kritik, saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya. Atas kontribusi itu, kami mengucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045).
Jakarta, Januari 2014
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(4)
iv
iv
Kelas IV SDiv
Kelas IV SDiv
Kelas IV SDiv
Kelas IV SDDaftar Isi
Kata Pengantar ………...
Daftar Isi ………...
Bab I Pendahuluan ...
A. Latar Belakang ... B. Dasar Hukum ………... C. Tujuan ... D. Ruang Lingkup ... E. Sasaran ...Bab II Bagian Umum ...
A. Gambaran Umum tentang Buku Panduan Guru …………... B. SKL yang Ingin Dicapai ………... C. KI dan KD yang Ingin Dicapai ………...Bab III Bagian Khusus ...
A. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti …………... 1. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti ………….. 2. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti ... 3. Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti ... 4. Penilaian Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti ………... B. Tujuan dan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Hindudan Budi Pekerti ... 1. Komponen Indikator dan Tujuan Pembelajaran ………... 2. Komponen Proses Pembelajaran dan Materi Pembelajaran ………... 3. Komponen Pengayaan dan Remedial ………... 4. Komponen Evaluasi ………...………... 5. Kerjasama dengan Orang Tua Peserta Didik ………...
Bab IV Penutup ...
Glosarium ………...
Daftar Pustaka ………...
iii iv 1 1 2 3 4 4 6 6 9 10 12 12 12 15 16 19 30 30 33 88 98 99 100 101 102
(5)
1
1
Buku Panduan Guru Agama Hindu1
Buku Panduan Guru Agama Hindu1
Buku Panduan Guru Agama Hindu1
Buku Panduan Guru Agama HinduBab
1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Pasal 19 dijelaskan bahwa “Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan isik serta psikologis peserta didik”.
Dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran sesuai Kurikulum 2013 perlu disusun Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Buku Panduan Guru adalah pedoman bagi guru yang memuat strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, dan sistem penilaian untuk setiap matapelajaran dan/atau tema pembelajaran.
Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti disusun untuk dijadikan acuan bagi guru untuk memahami Kurikulum dalam implementasinya di sekolah. Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dipengaruhi oleh keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, sarana dan prasarana yang mendukung, juga dipengaruhi oleh kompetensi dan profesionalisme guru dalam mengajar. Guru yang profesional dituntut mampu menerapkan dan melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, sesuai dengan Kurikulum 2013. Guru memiliki peran penting pada proses pembelajaran, adapun peran guru dalam pembelajaran, yakni sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu, teladan, pribadi, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pembawa cerita, peneliti, aktor, emansipator, inovator, motivator, dinamisator, evaluator, dan penguat. Proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti hendaknya berpegang teguh pada Kurikulum 2013, dan menggunakan
(6)
2
2
Kelas IV SD2
Kelas IV SD2
Kelas IV SD2
Kelas IV SDbuku-buku penunjang sebagai referensi. Guru sebagai pendidik yang profesional membutuhkan buku panduan operasional untuk memahami Kurikulum 2013, dan cara melaksanakan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti di lapangan.
Dalam implementasinya di lapangan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti memiliki karakteristik khas dan mengakomodir budaya-budaya setempat menjadi bahan dan media belajar, sehingga diperlukan upaya-upaya maksimal dan semangat yang kuat bagi seorang guru dalam mengimplementasikan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti ke dalam proses pembelajaran.
Buku Panduan Guru mengacu pada Kurikulum 2013, yang berisi standar isi, desain pembelajaran, model-model pembelajaran, media pelajaran, dan budaya belajar yang dapat menumbuhkan dan meningkatkan kualitas beragama peserta didik.
B. Dasar Hukum
Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti sebagai acuan pendidik dalam mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang mengacu pada peraturan dan perundang-undangan meliputi:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan.
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidayah. 9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 71 Tahun 2013 tentang
Buku Teks Pelajaran dan Buku Pegangan Guru Untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81a Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum.
(7)
3
3
Buku Panduan Guru Agama Hindu3
Buku Panduan Guru Agama Hindu3
Buku Panduan Guru Agama Hindu3
Buku Panduan Guru Agama Hindu11. Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama.
12. Surat Keputusan Dirjen Bimas Hindu Nomor DJ.V/92/SK/2003, tanggal 30 September 2003 tentang Penunjukkan Parisada Hindu Dharma Indonesia, Pasraman, dan Sekolah Minggu Agama Hindu sebagai Penyelenggara Pendidikan Agama Hindu di Tingkat SD sampai dengan Perguruan Tinggi.
C. Tujuan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Pasal 3 menegaskan bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Untuk mencapai kualiikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan peserta didik dalam suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, guru hendaknya memahami paradigma abad 21 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang meliputi:
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung-jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesiik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
(8)
4
4
Kelas IV SD4
Kelas IV SD4
Kelas IV SD4
Kelas IV SDD. Ruang Lingkup Buku Panduan Guru
Ruang lingkup Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti meliputi:
1. Pendahuluan, yang memuat, latar belakang, dasar hukum, tujuan, ruang lingkup, dan sasaran.
2. Bagian umum, yang memuat panduan umum penggunaan buku pegangan guru, SKL yang ingin dicapai, dan KI yang ingin dicapai.
3. Bagian khusus, meliputi:
• Desain Pembelajaran seperti: strategi pembelajaran, metode pembelajaran, pendekatan pembelajaran, dan penilaian.
• Tujuan Pembelajaran seperti; indikator dan tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, pengayaan dan remedial, evaluasi, interaksi sekolah, siswa, guru dan orang tua.
• Penutup meliputi; kesimpulan dan saran-saran.
E. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti mencakup:
1. Guru mampu memahami dan menerapkan Kurikulum 2013 dengan lebih baik. 2. Guru memiliki pemahaman yang mendalam tentang Kurikulum 2013 dan
komponen-komponennya.
3. Guru mampu menyusun rencana kegiatan pembelajaran dengan baik.
4. Guru mampu memiliki wawasan yang luas dan mendalam mengenai model-model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
5. Guru memiliki kemampuan menanamkan budaya belajar positif kepada peserta didik dengan pembelajaran.
a. Menyediakan sumber belajar yang memadai;
b. Mendorong peserta didik aktif berinteraksi dengan sumber belajar; c. Mengajukan pertanyaan agar peserta didik memikirkan hasil interaksinya; d. Mendorong peserta didik berdialog/berbagi hasil pemikirannya;
e. Mengkonirmasi pemahaman yang diperoleh;
f. Mendorong peserta didik untuk mereleksikan pengalaman belajarnya; g. Ranah sikap, ranah keterampilan, dan ranah pengetahuan;
(9)
5
5
Buku Panduan Guru Agama Hindu5
Buku Panduan Guru Agama Hindu5
Buku Panduan Guru Agama Hindu5
Buku Panduan Guru Agama Hinduh. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan; i. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pemb-elajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
j. Pendekatan ilmiah (scientiic approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi: mengamati, menanya, mengumpulkan, mengasosiasi, dan mengomunikasikan informasi untuk semua matapelajaran.
(10)
6
6
Kelas IV SD6
Kelas IV SD6
Kelas IV SD6
Kelas IV SDA. Gambaran Umum tentang Buku Panduan Guru
Ruang lingkup Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti meliputi; Latar Belakang, Dasar Hukum, Tujuan, Ruang Lingkup, Sasaran, Gambaran umum, Penggunaan Buku Guru, Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), Strategi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Teknik Pembelajaran, Penilaian, Evaluasi, Pengayaan, Remedial, Kerjasama dengan Orang Tua, Kesimpulan dan Saran-saran.
Guru Mata Pelajaran Agama Hindu dan Budi Pekerti dalam melaksanakan proses pembelajaran harus memperhatikan alokasi jam selama 2 (dua) semester yang seluruhnya berjumlah 34 kali tatap muka, setiap tatap muka memerlukan alokasi waktu 4 X 35 menit untuk Sekolah Dasar. Jadi, selama 2 semester hanya memiliki alokasi waktu 79,3 jam.
Untuk pendalaman dan pengetahuan tentang alokasi waktu dimaksud maka berikut ini kami tampilkan tabel sebaran waktu tatap muka dan jumlah jam pembelajaran Matapelajaran Agama Hindu dan Budi Pekerti.
Bab
2
(11)
7
7
Buku Panduan Guru Agama Hindu7
Buku Panduan Guru Agama Hindu7
Buku Panduan Guru Agama Hindu7
Buku Panduan Guru Agama HinduTabel: 1
Sebaran Waktu Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Kelas I s/d XII
No. Kelas
Semester (Tatap Muka/Kegt) Jumlah Alokasi
Tatap Muka (Kali)
Jml Jam / Hari /
Bln
I II
KBM UTS UAS KBM UTS UAS
1 I 16 1 1 17 1 1 33
462 Jam / 19,25
Hari
2 II 17 1 1 17 1 1 34
3 III 17 1 1 17 1 1 34
4 IV 17 1 1 17 1 1 34
5 V 17 1 1 17 1 1 34
6 VI 17 1 1 12 1 1 29
Tabel: 2
Sebaran Kompetensi Dasar (KD) Jumlah Tatap Muka
Kurikulum 2013
No. Kelas
Jumlah Alokasi Tatap Muka
(Kali) Semester (K B M)
I II
KBM KD WAKTU KBM KD WAKTU
1. I 16 7 4 x 35 ‘ 17 7 4 x 35 ‘ 33
2. II 17 4 4 x 35 ‘ 17 4 4 x 35 ‘ 34
3. III 17 4 4 x 35 ‘ 17 4 4 x 35 ‘ 34
4. IV 17 4 4 x 35 ‘ 17 4 4 x 35 ‘ 34
5. V 17 4 4 x 35 ‘ 17 4 4 x 35 ‘ 34
6. VI 17 4 4 x 35 ‘ 12 3 4 x 35 ‘ 29
Sub Total 101 24 4 x 35’ 97 22 4 x 35’ 198
Guru Matapelajaran Agama Hindu dan Budi Pekerti pada saat memilih metode pembelajaran dapat mempertimbangkan penggunaan metode-metode lainnya seperti memilih silent setting (meditasi), group of singing (menyanyi), prayer (doa), fragmen (seni drama), history (bercerita). Dan dapat juga menggunakan alat peraga lainnya berkaitan dengan materi Matapelajaran Agama Hindu dan Budi Pekerti dari 5 (lima) aspek yang ada.
(12)
8
8
Kelas IV SD8
Kelas IV SD8
Kelas IV SD8
Kelas IV SDAspek Materi Kompetensi (KI)
dan Bobot Kompetensi Dasar (KD)
(13)
9
9
Buku Panduan Guru Agama Hindu9
Buku Panduan Guru Agama Hindu9
Buku Panduan Guru Agama Hindu9
Buku Panduan Guru Agama HinduGuru Matapelajaran Agama Hindu dan Budi Pekerti perlu mamahami alur pikir dari penyebaran aspek materi dalam Pendidikan Agama Hindu, sehingga dapat memahami dan menjalankan proses pembelajaran sesuai Standar Kurikulum 2013.
B. SKL yang Ingin Dicapai
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 35 menyebutkan bahwa
“Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan kualiikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan Pendidikan pada jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah”.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang ingin dicapai meliputi; dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Adapun SKL yang menjadi pencapaian dalam buku ini antara lain:
No
Dimensi
Kualiikasi Kemampuan
1 Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.
2 Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.
3 Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkrit sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.
(14)
10
10
Kelas IV SD10
Kelas IV SD10
Kelas IV SD10
Kelas IV SDC. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
yang Ingin Dicapai
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) disebutkan bahwa:
1. Kompetensi adalah seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh peserta didik setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran, menamatkan suatu program, atau menyelesaikan satuan Pendidikan tertentu.
2. Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program.
3. Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup: sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang berfungsi sebagai pengintegrasi muatan pembelajaran, mata pelajaran atau program dalam mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi landasan pengembangan Kompetensi Dasar (KD).
Lebih lanjut dalam pasal 77H ayat (1) penjelasan dari Kompetenisi Inti (KI) seabagi berikut:
a. Yang dimaksud dengan “Pengembangan Kompetensi spiritual keagamaan” mencakup perwujudan suasana belajar untuk meletakkan dasar perilaku baik yang bersumber dari nilai-nilai agama dan moral dalam konteks belajar dan berinteraksi sosial.
a. Yang dimaksud dengan “Pengembangan sikap personal dan sosial” mencakup perwujudan suasana untuk meletakkan dasar kematangan sikap personal dan sosial dalam konteks belajar dan berinteraksi sosial.
a. Yang dimaksud dengan “Pengembangan pengetahuan” mencakup perwujudan suasana untuk meletakkan dasar kematangan proses berpikir dalam konteks belajar dan berinteraksi sosial.
a. Yang dimaksud dengan “Pengembangan keterampilan” mencakup perwujudan suasana untuk meletakkan dasar keterampilan dalam konteks belajar dan berinteraksi sosial
4. Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang harus diperoleh Peserta Didik melalui pembelajaran
(15)
11
11
Buku Panduan Guru Agama Hindu11
Buku Panduan Guru Agama Hindu11
Buku Panduan Guru Agama Hindu11
Buku Panduan Guru Agama HinduAdapun KI dan KD yang menjadi pencapaian dalam buku ini antara lain:
Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
1. Memahami, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
1.2. Membiasakan mengucapkan salam agama Hindu
1.3. Membiasakan mengucapkan Dainika Upasana (doa sehari-hari)
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air
2.1. Toleran terhadap sesama, keluarga, dan lingkungan dengan cara menyayangi ciptaan Sang Hyang Widhi (Ahimsa). 2.2. Berperilaku jujur (Satya), menghargai dan
menghormati (Tat Tvam Asi) makhluk ciptaan Sang Hyang Widhi.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
3.1. Mengenal ajaran Punarbhawa sebagai
bagian dari Śraddhā.
3.2. Mengenal orang suci agama Hindu yang patut dihormati.
3.3. Mengenal empat jenis dosa (Catur Pataka) yang harus dihindari.
3.4. Mengenal Maharsi penerima wahyu dan penyusun kitab suci Veda.
3.5. Mengenal hari-hari suci agama Hindu. 3.6. Memahami sejarah perkembangan agama
Hindu di Indonesia secara singkat 4. Menyajikan pengetahuan
faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
4.1. Menceritakan ciri-ciri kelahiran Sorga dan kelahiran Neraka.
4.2. Menunjukkan cara menghargai orang suci agama Hindu yang patut dihormati. 4.3. Menunjukkan contoh empat jenis dosa
(Catur Pātaka) yang harus dihindari.
4.4. Menunjukkan perilaku Maharsi penerima wahyu dan penyusun kitab suci Veda. 4.5. Menceritakan prosesi melaksanakan hari
suci agama Hindu.
4.6. Menceritakan sejarah perkembangan agama Hindu di Indonesia secara singkat.
(16)
12
12
Kelas IV SD12
Kelas IV SD12
Kelas IV SD12
Kelas IV SDBab
3
Bagian Khusus
A. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama
Hindu dan Budi Pekerti
1.
Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan
Budi Pekerti
Strategi dalam melaksanakan pembelajaran merupakan yang sangat penting mendapat perhatian pendidik. Strategi dalam pembelajaran terdapat 3 jenis, yakni: strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran.
a. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
Reigeluth, Bunderson dan Meril (1977) menyatakan strategi mengorganisasi isi pelajaran disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur, dan prinsip yang berkaitan.
Strategi pengorganisasian, lebih lanjut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi mikro dan strategi makro. Startegi mikro mengacu kepada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur atau prinsip. Strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip. b. Strategi Penyampaian Pembelajaran
Strategi penyampaian isi pembelajaran merupakan komponen variabel, metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran adalah:
1) menyampaikan isi pembelajaran kepada peserta didik,
2) menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan peserta didik untuk menampilkan unjuk kerja.
c. Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara peserta didik dengan variabel metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan
(17)
13
13
13
13
13
pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling tidak, ada
3 (tiga) klasiikasi penting variabel strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan,
pembuatan catatan kemajuan belajar peserta didik, dan motivasi.
Dalam Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada beberapa strategi pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, yaitu:
a. Strategi Dharma Wacana adalah pelaksanaan mengajar dengan ceramah secara oral, lisan, dan tulisan diperkuat dengan menggunakan media visual. Dalam hal ini peran pendidik sebagai sumber pengetahuan sangat dominan. Belajar agama dengan strategi Dharma Wacana dapat memperoleh ilmu
agama dengan mendengarkan wejangan dari pendidik. Strategi Dharma Wacana termasuk dalam ranah pengetahuan dalam dimensi Kompetensi Inti 3.
b. Strategi Dharmagītā adalah pelaksanaan mengajar dengan pola
melantunkan sloka, palawakya, dan tembang. pendidik dalam proses
pembelajaran dengan pola Dharmagītā, melibatkan rasa seni yang dimiliki setiap peserta didik, terutama seni suara atau menyanyi, sehingga dapat menghaluskan budi pekertinya.
c. Strategi Dharma Tula adalah pelaksanaan mengajar dengan cara mengadakan diskusi di dalam kelas. Strategi Dharma Tula digunakan karena tiap peserta didik memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Dengan menggunakan strategi Dharma Tula peserta didik dapat memberikan kontribusi dalam pembelajaran.
d. Strategi Dharma Yatra adalah pelaksanaan pembelajaran dengan cara mengunjungi tempat-tempat suci. Strategi Dharma Yatra baik digunakan pada saat menjelaskan materi tempat suci, hari suci, budaya dan sejarah perkembangan Agama Hindu.
e. Strategi Dharma Shanti adalah pelaksanaan pembelajaran untuk menanamkan sikap saling asah, saling asih, dan saling asuh yang penuh dengan rasa toleransi. Strategi Dharma Shanti dalam pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta didik, untuk saling mengenali teman kelasnya, sehingga menumbuhkan rasa saling menyayangi.
f. Strategi Dharma Sadhana adalah pelaksanaan pembelajaran untuk menumbuhkan kepekaan sosial peserta didik melalui pemberian atau pertolongan yang tulus ikhlas dan mengembangkan sikap berbagi kepada sesamanya.
(18)
14
14
Kelas IV SD14
Kelas IV SD14
Kelas IV SD14
Kelas IV SDDalam KBM guru dapat menyesuaikan antara KD dengan Strategi Pembelajarannya, misalnya:
Kompetensi Dasar:
1. Membiasakan mengucapkan salam agama Hindu.
Dapat menggunakan strategi Dharmagītā, Dharma Santi dan Dharma Sadhana.
2. Membiasakan mengucapkan Dainika Upasana (doa sehari-hari).
Dapat menggunakan strategi Dharmagītā, Dharma Santi, dan Dharma sadana.
3. Toleran terhadap sesama, keluarga, dan lingkungan dengan cara menyayangi ciptaan Sang Hyang Widhi (Ahimsa).
Dapat menggunakan strategi Dharma Tula, dan Dharma Santi
4. Berperilaku jujur (Satya), menghargai dan menghormati (Tat Tvam Asi) makhluk ciptaan Sang Hyang Widhi.
Dapat menggunakan strategi Dharma Tula, Dharma Wacana, dan Dharma Santi
5. Mengenal ajaran Punarbhawa sebagai bagian dari Śraddhā.
Dapat menggunakan strategi Dharma Tula, Dharma Wacana, dan Dharma Sadana.
6. Mengenal orang suci agama Hindu yang patut dihormati.
Dapat menggunakan strategi Dharma Wacana, Dharma Santi, dan Dharma Yatra.
7. Mengenal empat jenis dosa (Catur Pataka) yang harus dihindari.
Dapat menggunakan strategi Dharma Tula, Dharma Santi, dan Dharma Yatra.
8. Mengenal Maharsi penerima wahyu dan penyusun kitab suci Veda.
Dapat menggunakan strategi Dharma Tula, Dharma Wacana, Dharma Yatra dan Dharma Sadana.
9. Mengenal hari-hari suci agama Hindu.
Dapat menggunakan strategi Dharma Tula, Dharma Wacana, dan Dharma Sadana.
10.Memahami sejarah perkembangan agama Hindu di Indonesia secara singkat Dapat menggunakan strategi Dharma Wacana, dan Dharma Yatra.
11. Menceritakan ciri-ciri kelahiran Sorga dan kelahiran Neraka.
Dapat menggunakan strategi Dharma Tula, Dharma Wacana, dan Dharma Sadana.
12. Menunjukkan cara menghargai orang suci agama Hindu yang patut dihormati. Dapat menggunakan strategi Dharma Tula, Dharma Wacana, dan Dharma Sadana.
13.Menunjukkan contoh empat jenis dosa (Catur Pātaka) yang harus dihindari,
dapat menggunakan strategi Dharma Tula, dan Dharma Sadana.
14.Menunjukkan perilaku Maharsi penerima wahyu dan penyusun kitab suci Veda, dapat menggunakan strategi Dharma Tula, Dharma Wacana, dan
(19)
15
15
15
15
15
15. Menceritakan prosesi melaksanakan hari suci agama Hindu, dapat
menggunakan strategi Dharma Wacana, Dharmagītā, Dharma Santi, Dharma
Yatra dan Dharma Sadana.
16. Menceritakan sejarah perkembangan agama Hindu di Indonesia secara singkat, dapat menggunakan strategi Dharma Wacana, Dharma Santi, Dharma Yatra dan Dharma Sadana.
2.
Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan
Budi Pekerti
Metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik dalam menyampaikan materi Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti di SD kelas
Adapun jenis-jenis metode pembelajaran antara lain:
a. Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar.
b. Metode Diskusi adalah metode mengajar dengan melibatkan dua atau lebih peserta didik untuk berinteraksi seperti; saling bertukar pendapat, dan saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka.
c. Metode Demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif
untuk menolong peserta didik mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya.
d. Metode Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya.
e. Metode Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan peserta didik membuat rangkuman dengan kalimat sendiri.
f. Metode Eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana peserta didik melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri.
g. Metode Study Tour (Karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak
peserta didik mengunjungi suatu objek wisata guna menambah wawasan
peserta didik, kemudian membuat laporan dan membukukan hasil kunjungan tersebut dalam bentuk tugas.
h. Metode Latihan Keterampilan adalah suatu metode mengajar dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya langsung ke tempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu.
(20)
16
16
Kelas IV SD16
Kelas IV SD16
Kelas IV SD16
Kelas IV SDi. Metode Pengajaran Beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.
j. Peer Theaching Method sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.
k. Metode Pemecahan Masalah bukan hanya sekadar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan berbagai metode.
l. Project Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai objek kajian.
m. Taileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian, misalnya sloka per sloka kemudian disambung lagi dengan sloka lain yang masih terkait dengan masalah yang diangkat.
Dalam rangka mencapai tujuan pengajaran, pemahaman, penghayatan dan keyakinan peserta didik terhadap ajaran agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari. Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tercapai proses pembelajaran secara optimal
3.
Pendekatan Pembelajaran atau Medel Pembelajaran
Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi
Pekerti
1. Pendekatan Konstektual
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik serta mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupannya. pendekatan ini dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen-komponen pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan,
(21)
17
17
17
17
17
2. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan yang lebih menekankan
pada tingkat kreatiitas peserta didik dalam menyalurkan ide-ide baru yang
dapat diperlukan bagi pengembangan diri peserta didik yang didasarkan pada pengetahuan. Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru lebih mengutamakan keaktifan peserta didik dan menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan. Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan pengalaman langsung dan keterlibatan
siswa dalam kegiatan pembelajaran.
3. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus.
4. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum.
5. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep
(miskonsepsi). Konsep adalah klasiikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri
tertentu yang sama. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
6. Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan
(22)
18
18
Kelas IV SD18
Kelas IV SD18
Kelas IV SD18
Kelas IV SDDisamping Pendekatan pembelajaran di atas guru juga dapat memilih antara pendekatan atau model.
Adapun jenis-jenis model pembelajaran antara lain: 1. Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat peserta didik aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab peserta didik berusaha mempelajar konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkan dengan dunia nyata.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) :
a. Kegiatan Awal
• Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan isik untuk mengikuti
proses pembelajaran,
• Apersepsi, sebagai penggalian pengetahuan awal siswa terhadap materi
yang akan diajarkan.
• Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan dipelajari
• Penjelasan tentang pembagian kelompok dan cara belajar. b. Kegiatan Inti
• peserta didik bekerja dalam kelompok menyelesaikan permasalahan yang diajukan guru. Guru berkeliling untuk
• peserta didik wakil kelompok mempresentasikan hasil penyelesaian dan alasan atas jawaban permasalahan yang diajukan guru.
• peserta didik dalam kelompok menyelesaikan lembar kerja (LKS: soal cerita perkalian terlampir) yang diajukan guru. Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, dan memfasilitasi kerja sama,
• peserta didik wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok
dan kelompok yang lain menanggapi hasil kerja kelompok yang mendapat tugas,
• Dengan mengacu pada jawaban , peserta didik melalui tanya jawab, guru
dan peserta didik membahas cara penyelesaian masalah yang tepat,
• Guru mengadakan releksi dengan menanyakan kepada peserta didik
tentang hal-hal yang dirasakan peserta didik, materi yang belum dipahami dengan baik, kesan dan pesan selama mengikuti pembelajaran.
c. Kegiatan Akhir
• Guru dan peserta didik membuat kesimpulan cara menyelesaikan soal cerita perkalian bilangan,
• Peserta didik mengerjakan lembar tugas (LTS: soal cerita perkalian terlampir),
• Peserta didik menukarkan lembar tugas satu dengan yang lain, kemudian, guru bersama peserta didik membahas penyelesaian lembar tugas dan sekaligus dapat memberi nilai pada lembar tugas sesuai kesepakatan yang
(23)
19
19
19
19
19
2. Model Pembelajaran Kooperatif*Pembelajaran Kooperatif adalah suatu pendekatan dimana peserta didik harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang komplek. Dalam pembelajaran model ini guru harus lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi.
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah model pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengoptimalkan kemampuan berpikirnya melalui kerja kelompok atau tim secara sistematis, sehingga peserta didik dapat mengoptimalkan kemampuannya.
4. Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaran Tematik merupakan model pembelajaran dengan membuatkan
tema-tema yang dapat menjadi wadah atau wahana untuk mengenalkan
berbagai materi pada peserta didik secara menyeluruh. Tujuan pembelajaran ini agar peserta didik dapat memahami pembelajaran dengan mudah.
5. Model Pembelajaran PAKEM
Pembelajaran PAKEM adalah model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Model pembelajaran ini menggiring peserta didik untuk berpartisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga proses pembelajaran menjadi menarik. 6. Model Pembelajaran Lesson Study
Pembelajaran Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksananakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. Manfaat yang dapat diperoleh menggunakan model ini yakni, dapat mendokumenkan kinerja peserta
didik, dapat memperoleh feed back dari teman sejawatnya, dan dapat
menyebarluaskan hasil akhirnya.
*Sumber: Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan profesionalisme guru, Rajawali Pers, Jakarta, 2011
4.
Penilaian Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Penilaian proses pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti menggunakan pendekatan penilaian outentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh.(24)
20
20
Kelas IV SD20
Kelas IV SD20
Kelas IV SD20
Kelas IV SDPenilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Dalam Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, penilaian yang dilakukan adalah penilaian proses dan outcome yang dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper
and pencil test), penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portofolio), dan penilaian diri.
Dalam Kurikulum 2013 penilaian menekankan pada ranah Sikap, Kognitif, dan Keterampilan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 66 Tahun 2013 menjelaskan jenis-jenis penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar meliputi; Penilaian Otentik, Penilaian Diri, Penilaian Berbasis Portofolio, Ulangan, Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir, Semester, Ujian Tingkat Kompetensi, Ujian Mutu Tingkat Kompetensi, Ujian Nasional, Ujian Sekolah. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dalam pencapaian Standar Kompetensi Lususan (SKL) menggunakan beberapa metode penilaian, diantaranya:
1) Penilaian Sikap a. Observasi
Pendidik dapat melakukan observasi secara langsung terhadap peserta didik yang dibinanya. Hasil pengamatan yang diperoleh dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi peserta didik dalam pembinaan. Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Berikut contoh lembar observasi.
Contoh: Lembar Observasi
No
Nama
Sikap
Spiritual
Sikap Sosial
Total
Skor
Mensyukuri
Santun
Peduli
Jujur
1-4
1-4
1-4
1-4
1
2
3
Keterangan :
Skor = Skor perolehan
(25)
21
21
21
21
21
b. Penilaian diri
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajari. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, affektif, dan psikomotor.
Contoh format penilaian diri
Nama : _________________ Kelas: _________________ Pelajaran : _________________
No
Aspek Sikap
Skor Perolehan
Penilaian diri
Penilaian oleh
pen-didik
1
2
3
4
1
2
3
4
1 Kedisiplinan 2 Kejujuran 3 Tanggungjawab 4 Kerajinan 5 Kemandirian 6 Ketekunan 7 Kerjasama
Total Keterangan :
c. Penilaian antarpeserta didik
Penilaian antarpeserta didik adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta menilai peserta didik yang lain, pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Skor = Skor perolehan
(26)
22
22
Kelas IV SD22
Kelas IV SD22
Kelas IV SD22
Kelas IV SDContoh format penilaian antarpeserta didik
Nama: _________________ Kelas: _________________ Pelajaran : _________________
No
Aspek
Skor Penilaian
1
2
3
4
1 Kedisiplinan 2 Kejujuran 3 Tanggungjawab 4 Kerajinan 5 Kemandirian 6 Ketekunan 7 Kerjasama 8 Kesopanan
9 Penguasaan materi
Total
Keterangan :
d. Jurnal
Teknik penilaian jurnal merupakan kegiatan penilaian terhadap jurnal yang
dihasilkan peserta didik dalam periode/waktu tertentu.
Contoh Format Penilaian Jurnal Judul Jurnal :
Nama peserta didik: ________ Kelas: _____
Aspek
Indikator Keberhasilan
Skor maks
Skor
perolehan
Pesiapan PerencanaanBahan dan alat yang digunakan
Lokasi Skor = Skor perolehan
(27)
23
23
23
23
23
Proses Metode/langkah kerja Waktu
Desain Hasil Isi pelaporan
Kerapihan pelaporan Keterangan :
2)Penilaian Pengetahuan a) Tes Tertulis
Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban
secara tertulis, baik berupa pilihan maupun isian. Tes tertulis dapat digunakan pada ulangan harian atau ulangan tengah semester, akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian tingkat kompetensi (UTK), dan ujian sekolah. Tes tertulis dapat berbentuk pilihan ganda, menjodohkan, isian singkat, atau uraian (essay). Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut.
• Karakteristik matapelajaran dan keluasan ruang lingkup materi yang akan diuji
• Materi, misalnya kesesuian soal dengan Kopentensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator pencapaian pada kurikulum
• Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas
• Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata atau kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
Contoh Penilaian Tertulis :
1) Pilihan Ganda
Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, atau c pada jawaban yang benar!
1. Kata Punarbhava berasal dari bahasa …. a. Indonesia
b. Inggris c. Pali
d. Sansekerta
Skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 jika jawaban salah.
Skor = Skor perolehan
(28)
24
24
Kelas IV SD24
Kelas IV SD24
Kelas IV SD24
Kelas IV SD 2) MenjodohkanCarilah jawaban dari pertanyaan di bawah ini dengan pilihan jawaban di samping!
Carilah jawaban dari pertanyaan di bawah ini dengan pilihan jawaban di
samping.
1. Seseorang sebelum diangkat menjadi sulinggih harus terlebih dahulu melaksanakan upacara ….
2. Sulinggih yang bertugas menjadi pendidik bagi orang yang berkeinginan menjadi pandita disebut ….
a. madiksa b. dwi jati c. nabe
Cara Penskoran:
Skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 jika jawaban salah.
3) Bentuk isian
Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
2. Tingkah laku orang suci perlu kita ….. 3. ….
Cara Penskoran:
Skor 2 untuk jawaban benar, skor 1 untuk jawaban mendekati benar dan skor 0 jika jawaban salah.
4) Bentuk Uraian
Jawablah pertanyan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
4. Coba sebutkan tugas dan kewajiban orang suci! 5. …..
Cara Penskoran:
Skor diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan
kelengkapan jawaban yang diberikan/ditetapkan pendidik. Semakin lengkap dan tepat jawabannya, semakin tinggi perolehan skor.
b) Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan
tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes lisan
dapat berupa daftar Cek, Skala Penilaian, Pertanyaan langsung, dan Penilaian Tugas.
1. Daftar Cek (Check-list)
Penilaian unjuk kerja Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (baik-tidak baik). Dengan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai.
(29)
25
25
25
25
25
Contoh Check list
Format Penilaian Praktek Palawakya dalam Dharmagītā Nama peserta didik: ________ Kelas: _____
No
Aspek yang Dinilai
Baik
Tidak Baik
1 Kebersihan Pakaian 2 Gerakan
3 Bacaan a. Kelancaran b. Kebenaran
4 Keserasian bacaan dan gerakan 5 Ketertiban
6 Kesopanan Skor yang dicapai Skor maksimum 21 Keterangan:
- Baik mendapat skor 3 - Tidak baik mendapat skor 1 2. Skala Penilaian (Rating Scale)
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan penilaian skala yang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum mampu memberikan pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna.
Nama peserta didik: ________ Kelas: _____
No
Aspek yang Dinilai
Sangat
Baik
(4)
Baik
(3)
Cukup
(2)
Kurang
(1)
1 Kebersihan Pakaian2 Perilaku 3 Bacaan
a. Kelancaran b. Kebenaran 4 Keserasian bacaan
dan gerakan 5 Ketertiban
(30)
26
26
Kelas IV SD26
Kelas IV SD26
Kelas IV SD26
Kelas IV SD Keterangan:Kriteria penilaian dapat dilakukan sebagai berikut:
• Jika seorang peserta didik memperoleh skor 18-24 dapat ditetapkan sangat baik
• Jika seorang peserta didik memperoleh skor 12-18 dapat ditetapkan baik
• Jika seorang peserta didik memperoleh skor 6-12 dapat ditetapkan cukup
• Jika seorang peserta didik memperoleh skor 1-6 dapat ditetapkan kurang
3. Pertanyaan langsung
Peserta didik dan pendidik dapat menanyakan secara langsung atau
melakukan wawancara tentang sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu
hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai “Peningkatan Ketertiban”.
Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban
dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah, pendidik juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik.
4. Penilaian Tugas
Teknik penilaian tugas merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Macam-macam
tugas peserta didik dapat berupa makalah, kliping, observasi, karya ilmiah serta yang lain.
Contoh Format Penilaian Tugas Judul Tugas :
Nama peserta didik: ________ Kelas: _____
Aspek
Indikator
Keberhasilan
Skor maks
(1-4)
Skor
perolehan
(1-4)
PesiapanPerencanaan
Bahan dan alat yang digunakan
(31)
27
27
27
27
27
Proses Metode/langkah kerja Waktu
Desain Hasil Isi pelaporan
Kerapihan pelaporan Keterangan :
3) Penilaian Keterampilan a) Tes Praktik
Teknik penilaian praktik merupakan kegiatan penilaian terhadap peserta didik untuk mengetahui sejauhmana kemampuan yang dimilikinya terkait materi Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Materi-materi yang dapat dipraktikkan seperti materi Dharmagītā, Sloka, Budaya, serta yang lain.
Format Penilaian tes Praktek
Judul tes Praktik: __________________________________ Nama peserta didik: ________ Kelas: _____
No Aspek yang Dinilai Nilai
(1-4) 1 Kebersihan Pakaian
2 Sikap 3 Bacaan
a. Kelancaran b. Kebenaran
4 Keserasian bacaan dan gerakan 5 Ketertiban
Keterangan:
Pemberian nilai pada kolom nilai dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan.
Skor = Skor perolehan
Skor maks x 100
Skor = Skor perolehan
(32)
28
28
Kelas IV SD28
Kelas IV SD28
Kelas IV SD28
Kelas IV SD b) ProjekPenilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut
berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada matapelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti.
Contoh format penilaian Projek
Nama: _________________ Kelas: ________________
Aspek
Kriteria dan Skor Lengkap
(3)
Kurang Lengkap
(2)
Tidak Lengkap
(1) Persiapan
Pengumpulan Data Pengolahan Data Pelaporan Tertulis Keterangan:
c) Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu pada satu periode untuk matapelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh pendidik dan peserta didik sendiri. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, pendidik dan peserta didik dapat menilai sendiri perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan sebagainya.
Skor = Skor perolehan
(33)
29
29
29
29
29
Contoh Format Penilaian Portofolio
Nama : _________________ Kelas : ________________
No
KD
Minggu
Kriteria
Ket
Tata
bahasa
(1-4)
Kelengkapan
gagasan
(1-4)
Sistematika
Penulisan
(1-4)
1 ... 12 dst. Keterangan:
Skor = Skor perolehan
(34)
30
30
Kelas IV SD30
Kelas IV SD30
Kelas IV SD30
Kelas IV SDB. Tujuan dan Pendekatan Pembelajaran Pendidikan
Agama Hindu Dan Budi Pekerti
1. Komponen Indikator dan Tujuan Pembelajaran
a. Kompetensi Dasar3.1. Mengenal ajaran Punarbhawa sebagai bagian dari Sraddha Indikator pencapaian kompetensi:
3.1.1. Menjelaskan pengertian Punarbhava 3.1.2 menguraikan arti kata Punarbhava.
4.1. Menceritakan ciri-ciri kelahiran Surga dan kelahiran Neraka Indikator pencapaian kompetensi:
4.1.1. Menjelaskan pengertian Surga Çyuta dan Neraka Çyuta
4.1.2. Menyebutkan ciri-ciri kelahiran Surga Çyuta dan Neraka Çyuta 4.1.3. Menceritakan cerita terkait dengan Punarbhava
3.2. Mengenal orang suci agama Hindu yang patut dihormati. Indikator pencapaian kompetensi:
3.2.1. Menjelaskan pengertian orang suci 3.2.2. Menyebutkan jenis-jenis orang suci 3.2.3. Menyebutkan syarat-syarat orang suci
3.2.4. Menyebutkan tugas dan kewajiban orang suci
3.2.5. Menyebutkan larangan-larangan orang suci
4.2. Menunjukkan cara menghargai orang suci agama Hindu yang patut dihormati.
Indikator pencapaian kompetensi:
4.2.1. Menjelaskan upaya-upaya menjaga kesucian diri
4.2.2. Menjelaskan upaya-upaya dalam menghargai orang suci
3.3. Mengenal empat jenis dosa (Catur Pātaka) yang harus dihindari.
Indikator pencapaian kompetensi:
3.3.1. Menjelaskan pengertian Catur Pātaka 3.3.2. Menjelaskan pengertian Pātaka 3.3.3. Menjelaskan pengertian Ūpa Pātaka 3.3.4. Menjelaskan pengertian Māha Pātaka 3.3.5. Menjelaskan pengertian Ãti Pātaka
4.3. Menunjukkan contoh empat jenis dosa (Catur Pātaka) yang harus
dihindari.
Indikator pencapaian kompetensi:
4.3.1. Menyebutkan contoh-contoh perilaku Pātaka 4.3.2. Menyebutkan contoh Ūpa Pātaka
(35)
31
31
31
31
31
4.3.3. Menyebutkan contoh Māha Pātaka 4.3.4. Menyebutkan contoh Ãti Pātaka
4.3.5. Menyebutkan upaya-upaya untuk menghindari perilaku Catur
Pātaka
4.3.6. Menceritakan cerita terkait perilaku Catur Pātaka
3.4. Mengenal Maharsi penerima wahyu dan penyusun kitab suci Veda.
Indikator pencapaian kompetensi: 3.4.1. Menjelaskan pengertian Sapta Rsi
3.4.2. Menyebutkan nama-nama maharsi penerima wahyu Veda
4.4. Menunjukkan perilaku Maharsi penerima wahyu dan penyusun kitab suci Veda.
Indikator pencapaian kompetensi:
4.4.1. Menyebutkan maharsi penyusun Catur Veda
4.4.2. Menjelaskan cerita tentang Sapta Rsi 3.5. Mengenal hari-hari suci agama Hindu.
Indikator pencapaian kompetensi:
3.5.1. Menjelaskan pengertian hari suci Hindu 3.5.2. Menyebutkan jenis-jenis hari suci Hindu
4.5 Menceritakan prosesi melaksanakan hari suci agama Hindu. Indikator pencapaian kompetensi:
4.5.1. Menceritakan cerita-cerita yang terkait dengan hari suci agama Hindu
4.5.2. Membuat kliping atau foto-foto kegiatan pada hari suci agama Hindu
4.5.3. Menjelaskan manfaat hari suci bagi umat Hindu
3.6. Memahami sejarah perkembangan agama Hindu di Indonesia secara singkat .
Indikator pencapaian kompetensi:
3.6.1. Menjelaskan sejarah perkembangan agama Hindu di Jawa Barat
3.6.2. Menjelaskan sejarah perkembangan agama Hindu di Kutai
3.6.3. Menjelaskan sejarah perkembangan agama Hindu di Jawa Tengah 3.6.4. Menjelaskan sejarah perkembangan agama Hindu di Jawa Timur
3.6.5. Menjelaskan sejarah perkembangan agama Hindu di Bali 3.6.6. Menjelaskan sejarah perkembangan agama Hindu di daerahnya 4.6. Menceritakan sejarah perkembangan agama Hindu di Indonesia secara singkat.
Indikator pencapaian kompetensi:
4.6.1. Menjelaskan sejarah kejayaan agama Hindu di Indonesia
(36)
32
32
Kelas IV SD32
Kelas IV SD32
Kelas IV SD32
Kelas IV SDa. Tujuan Pembelajaran Agama Hindu dan Budi Pekerti kelas IV antara lain
1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian punarbhava dalam agama Hindu
2. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian Surga Çyuta dan Neraka Çyuta
3. Peserta didik dapat menyebutkan ciri-ciri kelahiran Surga Çyuta dan Neraka Çyuta
4. Peserta didik dapat menjelaskan cerita terkait dengan punarbhava 5. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian orang suci
6. Peserta didik dapat menyebutkan jenis-jenis orang suci 7. Peserta didik dapat menyebutkan syarat-syarat orang suci
8. Peserta didik dapat menyebutkan tugas dan kewajiban orang suci 9. Peserta didik dapat menyebutkan larangan-larangan orang suci 10. Peserta didik dapat menjelaskan upaya-upaya menjaga kesucian diri 11. Peserta didik dapat menjelaskan upaya-upaya menghargai orang suci 12. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian Catur Pātaka
13. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian Pātaka 14. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian Ūpa Pātaka 15. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian Māha Pātaka 16. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian Ãti Pātaka 17. Peserta didik dapat menyebutkan contoh perilaku Pātaka 18. Peserta didik dapat menyebutkan contoh perilaku Ūpa Pātaka 19. Peserta didik dapat menyebutkan contoh perilaku Māha Pātaka 20. Peserta didik dapat menyebutkan contoh perilaku Ãti Pātaka
21. Peserta didik dapat menyebutkan upaya-upaya untuk menghindari
perilaku Catur Pātaka
22. Peserta didik dapat menceritakan cerita terkait Catur Pātaka 23. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian Sapta Rsi
24. Peserta didik dapat menyebutkan nama-nama maharsi penerima
wahyu Veda
25. Peserta didik dapat menyebutkan maharsi penyusun Catur Veda 26. Peserta didik dapat menjelaskan cerita tentang Sapta Rsi
27. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian hari suci Hindu 28. Peserta didik dapat menyebutkan jenis-jenis hari suci Hindu
29. Peserta didik dapat menjelaskan cerita-cerita yang terkait dengan hari suci agama Hindu
30. Peserta didik dapat membuat kliping atau foto-foto kegiatan pada hari suci agama Hindu
(37)
33
33
33
33
33
31. Peserta didik dapat menjelaskan manfaat hari suci bagi umat Hindu 32. Peserta didik dapat menjelaskan sejarah perkembangan agama Hindu
di Jawa Barat
33. Peserta didik dapat menjelaskan sejarah perkembangan agama Hindu di Kutai
34. Peserta didik dapat menjelaskan sejarah perkembangan agama Hindu
di Jawa Tengah
35. Peserta didik dapat menjelaskan sejarah perkembangan agama Hindu
di Jawa Timur
36. Peserta didik dapat menjelaskan sejarah perkembangan agama Hindu di Bali
37. Peserta didik dapat menjelaskan sejarah perkembangan agama Hindu di daerahnya
38. Peserta didik dapat menjelaskan kejayaan agama Hindu di Indonesia 39. Peserta didik dapat menjelaskan sebab-sebab keruntuhan agama
Hindu di Indonesia
40. Peserta didik dapat menjelaskan salam Agama Hindu
41. Peserta didik mampu mencontohkan pengucapan salam Agama Hindu 42. Peserta didik mampu mengucapkan salam Om Swastyastu
43. Peserta didik mampu mencontohkan mengucapkan Dainika Upasana 44. Peserta didik dapat melaksanakan puja Tri Sandhya, pada pagi, siang
dan sore hari.
45. Peserta didik mampu mengucapkan doa setiap memulai suatu pelajaran. 46. Peserta didik dapat menjelaskan sikap toleransi sesama keluarga, dan
lingkungan.
47. Peserta didik mampu menyebutkan contoh-contoh sikap toleransi antar sesama
48. Peserta didik dapat menjelaskan rasa bhakti dan hormat, jujur pada orang tua, guru dan orang yang lebih tua.
49. Peserta didik mampu menyebutkan contoh rasa bhakti, hormat dan jujur.
2. Komponen Proses Pembelajaran dan Materi
Pembelajaran
a. Komponen Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti diawali
dengan membuat perencanaan seperti; tujuan pembelajaran agama Hindu yakni untuk menciptakan keharmonisan antara manusia dengan Sang Hyang
(38)
34
34
Kelas IV SD34
Kelas IV SD34
Kelas IV SD34
Kelas IV SDWidhi, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam lingkung. Proses
pembelajaran agama Hindu dalam seminggu diberikan alokasi waktu 4 x 35 menit, dengan waktu efektif selama 1 semester 17 s/d 20 minggu efektif,
dengan 2 kali test harian dan 1 kali test akhir semester. Setelah itu baru dibuat menyusun tujuan pembelajaran, penentuan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), Evaluasi, dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Kemudian pembelajaran dikelas diawali dengan mengucapkan salam agama
Hindu, menanyakan kondisi dan kesiapan peserta didik dan menjelaskan secara singkat mengenai tujuan pembelajaran yang akan diajarkan pada hari itu. Pendidik memberikan pertanyaan kepada peserta didik untuk mengetahui sejauhmana peserta didik mengingat pelajaran yang telah berlalu, kemudian pendidik melakukan kegiatan inti dari pembelajaran yang menekankan pada 5K(mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan) materi pelajaran kepada peserta didik, guna mencapai kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang ingin dicapai dalam pembelajaran agama Hindu dan Budi Pekerti. Setelah mengadakan kegiatan inti pendidik melaksankan evaluasi dan penilaian terhadap pelajaran yang diajarkan, sehingga pendidik dapat mengetahui mempersiapkan diri untuk pertemuan yang akan datang.
Berikut adalah silabus kelas 4 SD.
Silabus Mata Pelajaran
Agama Hindu dan Budi Pekerti
Satuan Pendidikan : SD
Kelas : IV (Empat)
Kompetensi Inti :
KI 1 :
Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, santun, peduli, dan percayadiri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
(39)
35 35353535
35
Pendidik
an A
gama Hindu dan Budi P
ek
er
ti
Sumber belajar Alokasi
Waktu Penilaian
Kegiatan Pembelajaran Materi
Pokok Kompetensi dasar
1.1 Membiasakan mengucapkan salam agama Hindu
1.2 Membiasakan mengucapkan Dainika Upasana (doa sehari-hari).
2.1 Toleran terhadap sesama, keluarga, dan lingkungan dengan cara
menyayangi ciptaan Sang Hyang Widhi (Ahimsa).
2.2 Berperilaku jujur (Satya), menghargai dan menghormati (Tat Tvam Asi) makhluk ciptaan Sang Hyang Widhi.
(40)
36
Kelas IV SD
36
Kelas IV SD
36
Kelas IV SD
36
Kelas IV SD
36
Kelas IV SD
36
Buk
u Guru K
elas IV SD
• Buku Teks
pelajaran Agama Hindu
• Kitab
Bhagavata Purana.
• Kitab
Sarasamuscaya Buku Slokantara 24 JP Tugas: Peserta didik diminta mengerjakan latihan pada buku teks pelajaran di rumah. Tes: Pendidik memberikan pertanyaan baik secara lisan dan tertulis tentang ciri-ciri Surga Çyuta dan Neraka Çyuta. Mengamati:
• Membaca pengertian
Punarbhava pada buku teks pelajaran agama Hindu.
• Menyimak paparan
tentang Surga Çyuta dan Neraka Çyuta.
• Mengamati lingkungan
sekitar ciri-ciri orang kelahiran Surga Çyuta dan Neraka Çyuta.
Bertanya:
• Menanyakan pengertian
Surga Çyuta dan Neraka Çyuta.
• Menanyakan ciri-ciri
kelahiran Surga Çyuta dan Neraka Çyuta.
• Mengumpulkan
gambar-gambar kelahiran Surga Çyuta dan Neraka Çyuta. Punarbhava
3.1 Mengenal ajaran Punarbhava
sebagai bagian dari Sraddha. Sumber belajar Alokasi Waktu Penilaian Kegiatan Pembelajaran Materi Pokok Kompetensi dasar
(41)
37 37373737
37
Pendidik
an A
gama Hindu dan Budi P
ek
er
ti
Observasi:
Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan pengamatan,
wawancara
tentang ciri-ciri Surga Çyuta dan Neraka Çyuta, kemudian membuat laporannya.
Portofolio:
Peserta didik diminta untuk berkunjung ketempat
wisata,
kemudian membuat laporan
Mengasosiasi:
• Mengelompokkan
ciri-ciri kelahiran Surga Çyuta dan Neraka Çyuta.
• Menyimpulkan akibat
perbuatan kita menjadi sebab terjadinya Punarbhava.
Mengomunikasikan: • Mengungkapkan
pengertian
Punarbhawa.
• Menceritakan secara
singkat ciri kelahiran Surga.
• Menceritakan secara
singkat ciri kelahiran Neraka.
• Meyebutkan ciri-ciri
kelahiran Surga (Surga Çyuta).
Meyebutkan ciri-ciri kelahiran kelahiran Neraka (Neraka Çyuta).
(42)
38
Kelas IV SD
38
Kelas IV SD
38
Kelas IV SD
38
Kelas IV SD
38
Kelas IV SD
38
Buk
u Guru K
elas IV SD
• Buku Teks
pelajaran Agama Hindu
• Contoh
Gambar-gambar orang suci 24 JP Tugas: Peserta didik diminta mengerjakan soal-soal latihan pada buku teks pelajaran, di rumah. Tes: Pendidik meminta kepada peserta didik menyebutkan kelompok orang suci dari golongan Eka
Jati dan Dwi
Jati.
Mengamati: • Mendengarkan
pengertian orang suci menurut agama Hindu.
• Mengamati
gambar-gambar orang suci agama Hindu.
• Membaca syarat-syarat
menjadi orang suci agama Hindu.
• Menyimak
larangan-larangan menjadi orang suci.
• Membaca upaya-upaya
menghormati orang suci.
Bertanya:
• Menanyakan orang suci
dalam agama Hindu.
• Menanyakan
syarat-syarat menjadi orang suci.
• Menanyakan
larangan-larangan menjadi orang suci.
Orang Suci 3.2 Mengenal orang
suci agama Hindu yang patut dihormati.
4.2 Menunjukkan cara menghargai orang suci agama Hindu yang patut dihormati. Sumber belajar Alokasi Waktu Penilaian Kegiatan Pembelajaran Materi Pokok Kompetensi dasar
(43)
39 39393939
39
Pendidik
an A
gama Hindu dan Budi P
ek
er
ti
Observasi:
Pendidik meminta kepada peserta didik melakukan
wawancara
kepada sulinggih kemudian melaporkan hasil
wawancara
-nya.
Portofolio:
Peserta didik diminta untuk membuat cerita
pengalaman-nya bertemu dengan orang suci agama Hindu.
• Menanyakan
upaya-upaya menghormati orang suci.
Mengumpulkan informasi: • Mengumpulkan
gambar-gambar orang suci agama Hindu.
• Mencari informasi
syarat-syarat menjadi orang suci dalam agama Hindu.
• Mencari informasi
larangan-larangan menjadi orang suci.
• Melakukan wawancara
kepada tokoh Hindu tentang upaya-upaya menghormati orang suci.
Mengasosiasi: • Mengelompokkan
gambar-gambar orang suci tergolong Eka Jati
(44)
40
Kelas IV SD
40
Kelas IV SD
40
Kelas IV SD
40
Kelas IV SD
40
Kelas IV SD
40
Buk
u Guru K
elas IV SD
• Menyimpulkan
syarat-syarat menjadi orang suci agama Hindu.
• Menganalisis larangan-larangan menjadi orang suci.
• Menyimpulkan
upaya-upaya menghormati orang suci.
Mengomunikasikan: • Menyebutkan perilaku
menghargai orang suci.
• Menyebutkan
jasa-jasa orang suci agama Hindu.
• Menyebutkan
syarat-syarat menjadi orang suci agama Hindu.
• Menyebutkan
larangan-larangan menjadi orang suci.
• Menunjukkan
upaya-upaya menghormati orang suci.
Sumber belajar Alokasi
Waktu Penilaian
Kegiatan Pembelajaran Materi
Pokok Kompetensi dasar
(45)
41 41414141
41
Pendidik
an A
gama Hindu dan Budi P
ek
er
ti
• Buku Teks
pelajaran Agama Hindu
• Contoh
Gambar-gambar perilaku Catur
Pātaka • Kitab
Arasamuscaya
• Buku
Slokantara 24 JP Tugas: Peserta didik diminta mencatat mengamati perilaku-perilaku Catur Pātaka
yang ada di lingkungan sekolah dan rumah, kemudian menuliskan hasilnya. Tes: Pendidik memberikan soal-soal yang terkait dengan materi Catur Pātaka. Mengamati:
• Menyimak pengertian Catur Pātaka yang
harus dihindari.
• Membaca buku teks
pelajaran agama Hindu terkait materi Catur
Pātaka.
• Mengamati contoh perilaku Catur Pātaka
dilingkungan Rumah.
Bertanya:
• Menayakan cara
menghindari ajaran
Catur Pātaka dalam
kehidupan.
• Menanyakan dampak
yang ditimbulkan dari
perilaku Catur Pātaka. Mengumpulkan informasi: • Mencari cara
menghindari ajaran
Catur Pātaka dalam
kehidupan.
• Mencari artikel contoh
perilaku Catur Pātaka. Catur Pātaka
3.3 Mengenal empat jenis dosa (Catur
Pātaka) yang harus
dihindari.
4.3. Menunjukkan contoh empat jenis dosa (Catur
Pātaka) yang harus
(46)
42
Kelas IV SD
42
Kelas IV SD
42
Kelas IV SD
42
Kelas IV SD
42
Kelas IV SD
42
Buk
u Guru K
elas IV SD
Observasi: Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan pengamatan, dan mengumpulkan data terkait cara menghindari perilaku Catur Pātaka. Portofolio: Peserta didik diminta untuk membuat kliping cara menhindari dari perilaku Catur Pātaka • Mengumpulkan
bukti-bukti dampak yang ditimbulkan dari
perilaku Catur Pātaka.
Mengasosiasi:
• Menyimpulkan cara
menghindari ajaran
Catur Pātaka dalam
kehidupan.
• Menyimpulkan dampak
yang ditimbulkan dari
perilaku Catur Pātaka. • Mengelompokkan
contoh perilaku Catur
Pātaka dalam kehidupan.
Mengomunikasikan:
• Menyebutkan bagian-bagian Catur Pātaka. • Menunjukkan
contoh-contoh perilaku Catur
Pātaka dalam kehidupan. • Menyebutkan
upaya-upaya mengindari
perilaku catur Pātaka
dalam kehidupan. Sumber belajar Alokasi Waktu Penilaian Kegiatan Pembelajaran Materi Pokok Kompetensi dasar
(47)
43 43434343
43
Pendidik
an A
gama Hindu dan Budi P
ek
er
ti
• Buku Teks
pelajaran Agama Hindu
•
Gambar-gambar Maharsi
• Kitab Catur Veda 24 JP Tugas: Peserta didik diminta mengerjakan latihan pada buku teks pelajaran di rumah. Tes: Pendidik memberikan pertanyaan baik secara lisan dan tertulis tentang Sapta Rsi dan Maharsi penyusun Catur Veda. Mengamati:
• Menyimak pengertian
Sapta Rsi penerima
wahyu Sang Hyang
Widhi.
• Membaca uraian
perilaku Maharsi-maharsi penerima
wahyu Sang Hyang
Widhi.
• Menyimak paparan
Maharsi penulis catur
Veda. Menanya:
• Menanyakan Sapta Rsi penerima wahyu Sang
Hyang Widhi.
• Menanyakan perilaku
Maharsi-maharsi
penerima wahyu Sang
Hyang Widhi.
• Menanyakan
Maharsi-maharsi penulis kitab
Catur Veda.
Sapta Rsi Penerima
wahyu
3.4 Mengenal Maharsi
penerima wahyu dan
penyusun kitab suci
Veda.
4.4 Menunjukkan perilaku Maharsi
penerima wahyu dan
penyusun kitab suci
(48)
44
Kelas IV SD
44
Kelas IV SD
44
Kelas IV SD
44
Kelas IV SD
44
Kelas IV SD
44
Buk
u Guru K
elas IV SD
Observasi: Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan pengamatan, dan mengumpulkan data terkait cara menghindari perilaku Catur Pātaka. Portofolio: Peserta didik diminta untuk membuat kliping cara menhindari perilaku Catur Pātaka Mengunpulkan informasi:
• Mengamati foto-foto atau
gambar-gambar Maharsi
penerima wahyu Sang
Hyang Widhi.
• Mencari gambar-gambar Maharsi penerima wahyu
Sang Hyang Widhi.
• Melakukan wawancara
kepada teman tentang
Maharsi penerima wahyu
Sang Hyang Widhi.
Mengasosiasi:
• Mengelompokkan
Maharsi-maharsi penyusun kitab Catur
Veda dengan Maharsi penerima wahyu Sang
Hyang Widhi.
• Menganalisis nilai-nilai
budi pekerti yang dapat diambil dari perilaku Maharsi. Sumber belajar Alokasi Waktu Penilaian Kegiatan Pembelajaran Materi Pokok Kompetensi dasar
(1)
99
99
Buku Panduan Guru Agama Hindu99
Buku Panduan Guru Agama Hindu99
Buku Panduan Guru Agama Hindu99
Buku Panduan Guru Agama Hindu5. Kerjasama dengan Orang Tua Peserta Didik
Pelajaran Agama Hindu dan Budi Pekerti dalam meningkatkan kerjasama
yang efektif dan eisien kepada orang tua peserta didik, maka pelajaran agama
Hindu dan Budi Pekerti dilengkapi dengan memberikan ruang bagi peserta didik dan orang tua melakukan diskusi. Pada buku teks pelajaran agama Hindu dan Budi Pekerti menyediakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat didiskusikan dengan orang tua, serta memberikan kolom paraf bagi orang tua peserta didik, sehingga orang tua peserta didik mengetahui hasil kinerja putra-putrinya dalam proses pembelajaran.
Jadi secara jelas pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti sangat mendukung
terjadinya kerjasama antara orang tua, pendidik dan peserta didik, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik dan mampu menghasilkan generasi-generasi yang unggul dimasa yang akan datang.
(2)
100
Kelas IV SD100
Kelas IV SD100
Kelas IV SD100
Kelas IV SD100
Kelas IV SD100
Buku Guru Kelas IV SDPenutup
Buku Panduan Guru Sekolah Dasar kelas IV yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran di sekolah mengacu pada kurikulum 2013. Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, disusun untuk membantu Pendidik dalam mengimplementasikan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang tertuang dalam kurikulum Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti.
Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti menjelaskan karakteristik Pendidikan Agama Hindu, Kompetensi Inti, dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar kelas IV yang tertuang dalam kurikulum Agama Hindu, model-model pembelajaran yang dapat dijadikan rujukan pembelajaran, aspek-aspek materi yang termuat dalam Pendidikan Agama Hindu, strategi dan pelaporan penilaian, remedial dan pengayaan yang dapat meningkatkan pencapaian standar kelulusan minimal (SKM) pembelajaran Agama Hindu, serta menumbuhkan kerjasama yang aktif dan harmonis antara peserta didik dan orang tua.
Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti merupakan buku cerdas bagi para pendidik, sehingga Pendidik dapat mengajar dengan mudah, gampang, asyik, dan menyenangkan.
Diharapkan dengan adanya Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, tujuan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti serta tujuan Pendidikan Nasonal dapat tercapai. Tentulah buku ini memiliki kekurangan dan kelebihan. Untuk itu kiranya Bapak/Ibu dapat memberikan saran dan kritik yang membangun sehingga Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti akan menjadi lebih baik.
Bab
(3)
101
101
Buku Panduan Guru Agama Hindu
101
Buku Panduan Guru Agama Hindu101
Buku Panduan Guru Agama Hindu101
Glosarium
Catur : Empat
Neraka : Tempat bagi manusia yang melakukan perbuatan yang tidak baik
Pañca : Lima
Pātaka : Dosa atau perbuatan yang tidak baik
Punarbhava : Kepercayaan agama Hindu yang artinya kelahiran berulang-ulang
Rsi : Orang yang bijaksana
Sapta : Tujuh
Sasih : Bulan-bulan dalam tahun saka
Sraddhā : Keyakinan dalam agama Hindu
Surga : Tempat bagi manusia yang melakukan perbuatan yang baik
Veda : Kitab suci agama Hindu yang memiliki arti pengetahuan
(4)
102
Kelas IV SD102
Kelas IV SD102
Kelas IV SD102
Kelas IV SD102
Kelas IV SD102
Buku Guru Kelas IV SDArnawa, Ida Bagus. dkk, 2007. Buku Widya Dharma Agama Hindu Kelas 3. Ganeca Exact, Bandung
Azhar Arsyad, 1977, Media Pengajaran, Jakarta, PT Raja Graindo Persada.
Boediono, 2002, Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Kementerian Agama.
Budimansyah, Dasim, 2002, Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio,
Cetakan I, Bandung, PT Genesindo.
Depdiknas, 2003, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Sekolah Dasar, Jakarta, Kementerian Pendidikan Nasional. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2002, Strategi Belajar Mengajar, Cetakan
II, Jakarta, PT Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, PT Rineka Cipta. Imron Ali, 2003, Belajar dan Pembelajaran, Cetakan I, Malang, PT Dunia Pustaka Jaya. Iskandar, Yoseph. 1997. Sejarah Jawa Barat (Yuganing Rajakawasa). Bandung: CV
Geger Sunten.
Gun Gun. 2012. Sarasamuscaya Terjemahan Bergambar. Denpasar: ESBE.
Tim Penyusun. 2004. Buku Pedoman Guru Agama Hindu Tingkat SLTA Kelas 1. Surabaya: Paramita.
Kajeng, I Nyoman. dkk. 1997. Sarasamuscaya. Jakarta: Hanuman Sakti.
Maswinara, I Wayan. 2007. Panca Tantra Bacaan Siswa Tingkat SD. Surabaya: Paramita. Moeslichatoen, R., 2004, Metode Pengajaran, Jakarta, PT Rineka Cipta
Ni Wayan Sumarni dkk, 2007. Widya Dharma Agama Hindu Kls 4, Ganeca Exact, Bandung.
Oemar Hamalik, 2006, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung, PT Remaja Rosdakarya.
Prabhupada, AC Bhaktivedanta Swami. 2006. Bhagavad Gita menurut Aslinya Jakarta: Hanuman Sakti.
Pudja, Gede. 1984. Pengantar Agama Hindu Veda III. Jakarta: Mayasari. Subramaniam, Kamala. 2006. Srimad Bhagavatam. Surabaya: Paramita. Sudharta, Tjokorda Rai. 2012. Slokantara. Denpasar: ESBE.
Sumartawan, I Ketut. 2007. Widya Upadesa Buku Pelajaran Agama Hindu kelas 3.
Widya Dharma. Denpasar
(5)
103
103
Buku Panduan Guru Agama Hindu
103
Buku Panduan Guru Agama Hindu103
Buku Panduan Guru Agama Hindu103
Tim Ganeca Exact Bandung. 1994. Penuntun Belajar Agama Hindu 3. Bandung: Ganeca Exact.
Tim Kompilasi. 2006. Kompilasi Dokumen Literer 45 Tahun Parisada. Jakarta: PHDI Pusat.
Tim Penyusun, 2009. Dharma Sesana Agama Hindu Kelas 3. Dwi Jaya Mandiri. Denpasar
Tim Penyusun. 2006. Himpunan Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu. Jakarta: Suka Duka Hindu Dharma DKI Jaya. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Balai Pustaka
Tim Sejarah SLTP. 2000. Sejarah untuk SLTP Kelas 1. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega. Titib, I Made. 2006. Persepsi Umat Hindu di Bali Terhadap Svarga, Neraka, Moksa
Dalam Svargarohanaparva, Perspektif Kajian Budaya. Surabaya: PT Paramita. Sumartawan, I Ketut. dkk. 2007. Semara Ratih Pendidikan Agama Hindu 3. Denpasar:
Tri Agung.
Sivananda, Sri Svami. 2002. Hari Raya dan Puasa dalam Agama Hindu. Terjemahan Dewi Paramita. Surabaya: Paramita.
http://www.id.wikipedia.org. Diakses tanggal 23 Februari 2013. http://www.parisada.org. Diakses tanggal 23 Februari 2013.
http://www.westjavakingdom.info. Diakses tanggal 23 Februari 2013.
http://www.slideshare.net/xhareest/masuknya-hindu-buddha-ke indonesia. Diakses tanggal 23 Februari 2013.
(6)