(B. HUKUM) Model Rekonstruksi Kelembagaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Dalam Mewujudkan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup (Studi DAS Bengawan Solo Hulu).

(B. HUKUM)
Model Rekonstruksi Kelembagaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Dalam Mewujudkan
Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup (Studi DAS Bengawan Solo Hulu)
Kata kunci: Model rekonstruksi kelembagaan, Daerah Aliran Sungai, Pelestarian Fungsi Lingkungan, Good
Sustainable Development Governance
Sudarwanto, AL. Sentot; Wijaya, Mahendra; Nugraha, Setya
LPPM UNS, Penelitian, DP2M Dikti, Hibah Bersaing Lanjutan, 2012
Permasalahan pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu perlu dikaji dikarenakan kinerja pengelolaan DAS
Bengawan Solo Hulu yang masih rendah. Kinerja pengelolaan DAS yang rendah tersebut terutama
disebabkan oleh pengaturan atau alokasi posisi dan peran lembaga pemerintah yang kurang sesuai untuk
melaksanakan berbagai pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu, masih rendahnya kapasitas lembaga
pemerintah dalam mengatasi berbagai masalah DAS dan kualitas koordinasi antar lembaga yang ada
masih lemah dalam melaksanakan pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu. Tujuan penelitian pada tahun
ke-dua adalah memantabkan draft model kelembagaan pengelolaan DAS, dilakukan dengan (1) FGD, (2)
pendampingan kelembagaan, (3) uji coba model dan (4) evaluasi (5) rekomendasi kepada pemerintah.
Validitas model rekonstruksi kelembagaan dikembalikan pada masyarakat yang sejak awal ikut serta
terlibat merumuskan, menemukan serta mengevaluasi efektivitas model kelembagaan secara terpadu,
dengan demikian untuk menemukan dan membangun model kelembagaan lebih mementingkan proses
dengan pendekatan partisipatif terhadap para stakeholder lingkungan. Hasil penelitian memantabkan
model rekonstruksi kelembagaan pengelolaan DAS Bengawan Solo Hulu yang diberi nama Integrated
Institutional Model of Bengawan Solo Upstream Rivershed Management. Yaitu sebuah lembaga yang

menggabungkan antara lembaga formal dan lembaga nonformal (masyarakat DAS) yang tumbuh dan
berkembang di wilayah DAS Bengawan Solo. Dengan keterpaduan kelembagaan yang terkait dengan
pengelolaan Daerah Aliran Sungai serta terciptanya good governance, merupakan prasyarat dari
pengelolaan lingkungan yang efektif. Namun demikian pemerintah yang sudah mampu mewujudkan
good governance belum tentu memiliki kepedulian terhadap aspek keberlanjutan ekosistem, oleh sebab
itu pemerintah yang telah mengupayakan aktualisasi prinsip-prinsip good governance masih
memerlukan persyaratan tambahan yaitu upaya mengkaitkan seluruh kebijaksanaan pembangunan
dengan prinsip-prinsip keberlanjutan ekologis (ecological sustainability) sehingga tercipta
Good Sustainable Development Governance. Hasil dari penelitian ini merekomendasi bahwa perlu segera
dibuat Peraturan Daerah tentang Pengelolaan DAS Terpadu oleh masing-masing pemerintah Provinsi
Jawa Tengah dan kabupaten/kota sebagai pengikat sektor dan kewilayahan. Selain itu perlu juga adanya
sosialisasi PP No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.