Peran Hukum Dalam Rangka Memberdayakan Kelembagaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Untuk Mewujudkan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup (Studi Tentang Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo).
Peran Hukum Dalam Rangka Memberdayakan Kelembagaan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai Untuk Mewujudkan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup (Studi Tentang Daerah Aliran
Sungai Bengawan Solo)
Al. Sentot Sudarwanto
Permasalahan utama dalam studi ini adalah kenyataan bahwa DAS Bengawan Solo telah
mengalami kerusakan dan pada tahapan kritis. Sementara itu hukum yang mengatur tentang
DAS belum mampu secara optimal mendorong pemberdayaan kelembagaan pengelola DAS.
Oleh karena itu perlu kajian kritis atas peraturan perundang undangan, kelembagaan yang
mengatur tentang pengelolaan DAS. Melihat kenyataan DAS Bengawan Solo maka dirumuskan
permasalahan : Bagaimana peraturan yang mengatur tentang kelembagaan DAS seharusnya
berperan dalam mewujudkan pelestarian fungsi lingkungan hidup? Mengapa sistem
kelembagaan DAS Bengawan Solo dewasa ini perlu dilakukan rekonstruksi dalam mewujudkan
pelestarian fungsi lingkungan hidup? Bagaimanakah model rekonstruksi kelembagaan DAS
Bengawan Solo? Penelitian ini dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, dan diskusi
kelompok terfokus. Analisis data yang digunakan menggunakan empat alur kegiatan, yaitu :
reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi, dan pengumpulan data. Temuan
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah belum sinkronnya Payung Hukum yang
mengintegrasikan pengelolaan DAS Bengawan Solo secara terpadu. Sebagai contoh pengaturan
sistem kewenangan wajib kepada pemerintah (pemerintah dan Pemerintah daerah yang terdiri
dari Pemerintah Kabupaten/Kota) yang diatur dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Terjadinya Ego Sektoral akibat adanya
Otonomi Daerah dimana DAS merupakan ekosistem yang tidak mengenal batas wilayah
Administrasi. Pengelolaan DAS dilakukan dengan multi management baik Instansi Pusat dan
Daerah (Kabupaten/Kota) serta belum adanya koordinasi yang baik dalam pengelolaan DAS
Bengawan Solo. Peningkatan partisipasi masyarakat untuk menjaga keterpaduan dengan jalan
membentuk rumah komunikasi DAS. Rumah komunikasi yang dibentuk harus
merepresentasikan stakeholders yang ada di wilayah DAS dari hulu sampai hilir, seperti unsure
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat. Rumah komunikasi DAS
diarahkan sebagai organisasi non struktural, dan bersifat independen yang berfungsi untuk
memecahkan persoalan, dan merumuskannya solusi secara bersama-sama seperti konflik
kepentingan antar sektor atau antar pemerintah daerah.
Kata Kunci : Peran hukum, rekonstruksi kelembagaan, pengelolaan DAS
Sungai Untuk Mewujudkan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup (Studi Tentang Daerah Aliran
Sungai Bengawan Solo)
Al. Sentot Sudarwanto
Permasalahan utama dalam studi ini adalah kenyataan bahwa DAS Bengawan Solo telah
mengalami kerusakan dan pada tahapan kritis. Sementara itu hukum yang mengatur tentang
DAS belum mampu secara optimal mendorong pemberdayaan kelembagaan pengelola DAS.
Oleh karena itu perlu kajian kritis atas peraturan perundang undangan, kelembagaan yang
mengatur tentang pengelolaan DAS. Melihat kenyataan DAS Bengawan Solo maka dirumuskan
permasalahan : Bagaimana peraturan yang mengatur tentang kelembagaan DAS seharusnya
berperan dalam mewujudkan pelestarian fungsi lingkungan hidup? Mengapa sistem
kelembagaan DAS Bengawan Solo dewasa ini perlu dilakukan rekonstruksi dalam mewujudkan
pelestarian fungsi lingkungan hidup? Bagaimanakah model rekonstruksi kelembagaan DAS
Bengawan Solo? Penelitian ini dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam, dan diskusi
kelompok terfokus. Analisis data yang digunakan menggunakan empat alur kegiatan, yaitu :
reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi, dan pengumpulan data. Temuan
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah belum sinkronnya Payung Hukum yang
mengintegrasikan pengelolaan DAS Bengawan Solo secara terpadu. Sebagai contoh pengaturan
sistem kewenangan wajib kepada pemerintah (pemerintah dan Pemerintah daerah yang terdiri
dari Pemerintah Kabupaten/Kota) yang diatur dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Terjadinya Ego Sektoral akibat adanya
Otonomi Daerah dimana DAS merupakan ekosistem yang tidak mengenal batas wilayah
Administrasi. Pengelolaan DAS dilakukan dengan multi management baik Instansi Pusat dan
Daerah (Kabupaten/Kota) serta belum adanya koordinasi yang baik dalam pengelolaan DAS
Bengawan Solo. Peningkatan partisipasi masyarakat untuk menjaga keterpaduan dengan jalan
membentuk rumah komunikasi DAS. Rumah komunikasi yang dibentuk harus
merepresentasikan stakeholders yang ada di wilayah DAS dari hulu sampai hilir, seperti unsure
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat. Rumah komunikasi DAS
diarahkan sebagai organisasi non struktural, dan bersifat independen yang berfungsi untuk
memecahkan persoalan, dan merumuskannya solusi secara bersama-sama seperti konflik
kepentingan antar sektor atau antar pemerintah daerah.
Kata Kunci : Peran hukum, rekonstruksi kelembagaan, pengelolaan DAS