PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI PADA TOPIK SIFAT KOLOID DALAM PEMBUATAN TAHU.

(1)

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI PADA TOPIK SIFAT KOLOID DALAM PEMBUATAN TAHU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh:

GRACE ANGELINE S 1002565

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI PADA TOPIK SIFAT KOLOID DALAM PEMBUATAN TAHU

Oleh

Grace Angeline Siregar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam

© Grace Angeline Siregar 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN GRACE ANGELINE SIREGAR

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI PADA TOPIK SIFAT KOLOID DALAM PEMBUATAN TAHU

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dra. Gebi Dwiyanti, M.Si. NIP. 195612061983032002

Pembimbing II

Dr. Yayan Sunarya, M.Si. NIP. 196102081990031004

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Kimia

Dr. rer. nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si NIP. 196611211991031002


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Lembar Kerja Siswa Praktikum berdasarkan model inkuiri terbimbing serta untuk memperoleh informasi mengenai kelayakan LKS yang dikembangkan. Langkah penelitian yang dilakukan yaitu studi pendahuluan terdiri atas studi kepustakaan, survei lapangan, penyusunan produk awal serta pengembangan model berupa uji coba terbatas. Sumber data penelitian ini adalah bahan ajar praktikum yang digunakan oleh siswa SMA kelas XII di Kota Bandung, guru kimia SMA, serta dosen Departemen Kimia Universitas Pendidikan Indonesia. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar analisis LKS praktikum, pedoman wawancara, lembar observasi keterlaksanaan praktikum, lembar penilaian LKS oleh guru dan dosen, pedoman penilaian jawaban siswa terhadap tugas LKS, serta angket respon siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 bahan ajar yang dikaji ada 7 bahan ajar yang menyediakan LKS praktikum pada topik sifat koagulasi dengan karakteristik berupa cookbook. LKS praktikum yang dikembangkan berisi percobaan koagulasi melalui pembuatan tahu dengan kondisi optimum suhu air yang ditambahkan pada suhu 90 oC, volume asam asetat yang digunakan sebanyak 13 mL, serta waktu penggumpalan selama 5 menit. Kelayakan LKS praktikum yang dikembangkan berdasarkan keterlaksanaan tahap-tahap inkuiri siswa (100%), jawaban siswa (93,53%), penilaian guru terhadap kelayakan LKS praktikum yang dikembangkan berdasarkan aspek kesesuaian konsep (97,5%), aspek kesesuaian tata bahasa (83,33%), serta respon siswa terhadap penggunaan LKS praktikum yang dikembangkan (81,84%) termasuk dalam kategori sangat baik.

Kata kunci: LKS praktikum, inkuiri terbimbing, sifat koloid, koagulasi, pembuatan tahu


(5)

ABSTRACT

This research aims to develop Student Laboratory Worksheet based on guided inquiry model as well as to obtain information about properness the developed laboratory worksheet. Research steps include preliminary research that consists of literature study, area survey, prototype model and further development based on limited trial. Source of the research data based on laboratory teaching module that are widely used by grade XII senior high school students, chemistry teachers and lecturers in Chemistry Department at Education University of Indonesia. This research use instrument such as analysis reports of Student Laboratory Worksheet, interview guidelines, working laboratory observation sheets, scoring sheets of Student Laboratory Worksheet done by teachers and lecturers, guidelines in scoring student answer for Student Laboratory Worksheet as well as student questionnaire responses. The result of this research is within 10 teaching materials that were reviewed, 7 out of 10 were showing coagulation behavioral topic with cookbook characteristic in the Student Laboratory Worksheet. The developed Student Laboratory Worksheet in coagulation experimentation of making tofu process includes using optimum water temperature condition that was added at 90˚C, 13 mL of acetic acid and coagulation time for 5 minutes. The properness of Student Laboratory Worksheets developed based on student inquiry is 100% whereas when it is based on student answer, the score is 93.53%. The score given by teachers on the worksheets that were developed on concept compatibility is 97.5%, whereas on language compatibility, the score is at 83.33%, and student response on using Student Laboratory Worksheets that were developed is at 81.84% which is highly satisfactory.

Keywords: Student Laboratory Worksheet, guided inquiry, colloid characteristic, coagulation, tofu production process


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Pembatasan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Penjelasan Istilah ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Metode Praktikum ... 8

B. Lembar Kerja Siswa ... 9

C. Model Inkuiri ... 14

D. Koagulasi ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

A. Metode Penelitian ... 21

B. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan ... 24

C. Objek Penelitian ... 28

D. Sumber Data ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 29


(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Karakteristik LKS Praktikum ... 35

B. Hasil Optimasi ... 39

C. Kelayakan LKS Praktikum ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan LKS cookbook dan LKS inkuiri ... 12

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian ... 29

Tabel 3.2 Tafsiran Presentase Lembar Observasi ... 31

Tabel 3.3 Pemberian Skor Angket berdasarkan skala Likert ... 31

Tabel 3.4 Skor lembar penilaian berdasarkan skala Likert ... 32

Tabel 4.1 Hasil Analisis Keberadaan, Tipe, serta Alat dan Bahan LKS Praktikum di Sekolah ... 36

Table 4.2 Hasil Optimasi Volume Asam Asetat pada Pembuatan Tahu ... 40

Table 4.3 Hasil Optimasi Suhu Air pada Pembuatan Tahu ... 41

Table 4.4 Hasil Optimasi Waktu Penggumpalan pada Pembuatan Tahu ... 41

Table 4.5 Hasil Optimasi Semua Variabel pada Pembuatan Tahu ... 42

Tabel 4.6 Hasil Observasi Keterlaksanaan Praktikum Menggunakan LKS Berbasis Inkuiri yang Dikembangkan ... 47

Tabel 4.7 Persentase Skor Siswa Terhadap Tugas-tugas pada LKS ... 49

Tabel 4.8 Persentase Skor Aspek Respon Siswa terhadap Penggunaan LKS Praktikum... 55

Tabel 4.9 Persentase Skor Kesesuaian LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan Kompetensi Dasar... 59

Tabel 4.10 Perolehan Persentase Skor Terhadap Subindikator Komposisi ... 62


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 23 Gambar 4.1 Diagram Perolehan Skor Persentase Penilaian Guru Terhadap

Keefektifan Kalimat ... 57 Gambar 4.2 Diagram Persentase Skor Penilaian Guru Terhadap Tata Letak dan

Perwajahan LKS ... 64 Gambar 4.3 Diagram persentase skor kesesuaian konsep LKS berbasis inkuiri

dengan pembuatan tahu ... 65 Gambar 4.4 Diagram Persentase Skor Penilaian Guru Terhadap LKS berbasis


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Lembar Analisis LKS Praktikum di Sekolah ... 73

Lampiran 1.2 Pedoman Wawancara ... 74

Lampiran 1.3 Lembar Optimasi Prosedur Praktikum ... 75

Lampiran 1.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 77

Lampiran 1.5 Lembar Penilaian Guru Terhadap Keefektifan Kalimat pada LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing ... 85

Lampiran 1.6 Penilaian Guru Terhadap Kesesuaian LKS Berbasis Inkuiri terbimbing dengan Kompetensi Dasar ………. 87

Lampiran 1.7 Lembar Penilaian Guru Terhadap Tata letak dan Perwajahan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing ... 89

Lampiran 1.8 Lembar Penilaian Guru Terhadap Kesesuaian LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan Subpokok Materi Koagulasi ... 91

Lampiran 1.9 Lembar Observasi Terhadap Kesesuaian Pelaksanaan Praktikum dengan LKS Berbasis Inkuri Terbimbing ... 93

Lampiran 1.10 Angket Respon Siswa Terhadap Penggunaan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing ... 95

Lampiran 1.11 Pedoman Penilaian Jawaban Siswa Terhadap Tugas-Tugas Dalam LKS ... 97

Lampiran 2.1 Hasil Analisis LKS Praktikum di Sekolah ...106

Lampiran 2.2 Hasil Wawancara ...113

Lampiran 2.3 Lembar Kerja Siswa ...115

Lampiran 2.4 Pengolahan Skor Penilaian Guru dan Dosen Terhadap Keefektifan Kalimat dalam LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing ...125


(11)

Lampiran 2.5 Pengolahan Skor Penilaian Guru dan Dosen Terhadap Keterlaksanaan LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Dengan Kompetensi Dasar dan Subpokok Materi Sifat

Koloid………... 130

Lampiran 2.6 Pengolahan Skor Penilaian Guru dan Dosen Terhadap Tata Letak dan Perwajahan LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing ....134

Lampiran 2.7 Pengolahan Skor Penilaian Guru dan Dosen Terhadap Keterlaksanaan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan Subpokok Materi Sifat Koloid ...136

Lampiran 2.8 Pengolahan Skor Keterlaksanaan Praktikum Menggunakan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing ...141

Lampiran 2.9 Pengolahan Angket Respon Peserta Didik terhadap Penggunaan LKS Berdasarkan Inkuiri Terbimbing ...143

Lampiran 2.10 Pengolahan Skor Jawaban Siswa Terhadap Tugas-tugas yang Ada pada LKS ...146

Lampiran 3.1 Daftar Guru dan Dosen Penilai LKS ...151

Lampiran 3.2 Surat Penelitian ...152


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kurikulum yang digunakan pada saat ini ialah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembentukan karakter siswa dan dimensi pedagogik menggunakan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Kurikulum 2013 memiliki tujuan yaitu mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Kemendikbud, 2013). Pendekatan ilmiah atau scientific approach dalam pembelajaran kurikulum 2013 mencakup beberapa bagian di dalamnya yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring (Hosnan, 2014).

Dengan adanya kurikulum yang baru di Indonesia maka pembelajaran kimia di sekolah harus disesuaikan dengan kurikulum 2013. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Prinsip pembelajaran yang digunakan disesuaikan dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yaitu dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah serta dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang digunakan maka salah satu metode yang tepat pada kurikulum 2013 ialah metode praktikum. Metode praktikum memberikan pengalaman belajar pada siswa saat proses pembelajaran sehingga siswa dapat mengembangkan proses pembelajaran dalam dirinya. Pengalaman


(13)

2

belajar yang didapatkan oleh siswa hendaknya menjadi sarana pengembangan karakter siswa sehingga sesuai dengan kurikulum baru yang lebih menekankan pada pembentukan karakter siswa.

Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk Sekolah Menengah Atas pada dimensi pengetahuan, kualifikasi kemampuan yang diharapkan ialah memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian (Kemendikbud, 2013). Pasal 3 memiliki tujuan pendidikan untuk mengembangkan potensi serta mengembangkan kemampuan siswa. Praktikum adalah suatu metode pembelajaran yang menuntut siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati proses, serta menuliskan hasil percobaan, kemudian hasil pengamatan disampaikan di kelas dan dilakukan evaluasi oleh guru (Arifin, 2003). Hal ini yang menjadikan praktikum menunjang fungsi serta tujuan yang telah ditentukan pada Pasal 3 karena mengembangkan potensi dalam cara berpikir.

Metode praktikum tidak dapat dipisahkan dengan media yang digunakan untuk membantu pada saat praktikum yaitu LKS. Berdasarkan hasil survey lapangan yang telah dilaksanakan pada bulan November 2014 maka diperoleh informasi bahwa pelaksanaan praktikum di sekolah lebih banyak menggunakan LKS cookbook. Pelaksanaan praktikum dengan menggunakan LKS yang berisi instruksi langsung (cookbook) tidak memberikan pengalaman belajar pada siswa untuk bekerja secara ilmiah. Oleh karena itu siswa memerlukan LKS yang dapat memberikan


(14)

3

pengalaman belajar untuk dapat bekerja secara ilmiah. LKS yang dimaksud adalah LKS berbasis inkuiri. LKS berbasis inkuiri dapat membuat siswa lebih aktif dalam menemukan konsep-konsep kimia karena peran guru dalam model inkuiri ialah sebagai fasilitator. Dengan adanya LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing, guru dapat melatih siswa merumuskan masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, menganalisis data hingga mengambil kesimpulan dari praktikum yang dilakukan dengan bimbingan guru (Colburn, 2000).

LKS berbasis inkuiri tepat digunakan untuk melatih siswa dalam menemukan suatu konsep melalui langkah-langkah seperti yang dilakukan oleh seorang peneliti. Dari beberapa tipe model inkuiri, inkuiri terbimbing ialah model yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran karena menuntut siswa secara aktif dan dibimbing oleh guru. Menurut Colburn (2000) menyatakan bahwa inkuiri terbimbing ialah salah satu jenis inkuiri yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki suatu permasalahan yang diajukan oleh guru dan siswa diminta untuk merancang suatu percobaan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilaksanakan oleh Kurniati dan Wahyuningrum (2011) menyatakan bahwa dengan menggunakan modul praktikum inkuiri terbimbing menggunakan alat dan bahan yang relatif mudah diperoleh di laboratorium SMA, siswa menjadi tertarik melakukan praktikum secara mandiri dan terbimbing. Namun kenyataan di lapangan, hasil penelitian yang dilakukan oleh Susiwi (2009) pada umumnya kegiatan praktikum di laboratorium sekolah masih bersifat verifikasi sehingga kurang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menemukan konsep sendiri. Hasil penelitian Pavelich dan Abraham (Susiwi, 2009) juga menyatakan bahwa perkembangan intelektual siswa menjadi lebih lambat bila pembelajaran dilakukan secara informatif atau praktikum yang bersifat verifikasi.

Salah satu upaya untuk menghubungkan antara materi yang sedang dipelajari dengan kejadian dalam kehidupan sehari-hari ialah menggunakan material dalam kehidupan yang disesuaikan dengan materi


(15)

4

kimia yang sedang dipelajari. Praktikum dapat dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari atau dengan alat laboratorium dengan tidak menghilangkan makna dari praktikum tersebut.

Salah satu contoh dalam kehidupan yang dijadikan topik pada praktikum inkuiri ini ialah tentang pembuatan tahu yang berhubungan dengan materi koloid khususnya sifat koagulasi. Pembuatan tahu digunakan sebagai contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari karena banyaknya produsen tahu di kota Bandung dan menjadi daya pikat tersendiri bagi kota tersebut (Fathia, 2015). Tahu terbuat dari susu kedelai yang dipanaskan dan ditambah dengan zat penggumpal sehingga terbentuk gumpalan.

Sifat koloid merupakan salah satu materi yang harus dipelajari siswa kelas XI. Kurikulum 2013 menuntut siswa SMA/MA kelas XI untuk menganalisis peran koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya. Hal ini tertuang dalam Kompetensi Dasar (KD) kelas XI no. 3. 15 “Menganalisis peran koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya”.

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti menemukan bahwa penggunaan LKS inkuiri yang mengangkat tema-tema seputar fenomena yang terjadi di kehidupan masih jarang ditemukan. Kurikulum 2013 mulai tahun ajaran 2013/2014 secara tidak langsung akan menuntut ketersediaan jenis LKS inkuiri untuk digunakan sebagai salah satu bahan ajar yang digunakan saat pembelajaran di sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan LKS Praktikum Inkuiri pada Topik Koloid dalam Pembuatan Tahu.”


(16)

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan survey lapangan yang telah dilaksanakan pada bulan November 2014 diperoleh informasi bahwa 8 dari 10 SMA di Kota Bandung maupun Kabupaten Bandung menggunakan LKS cookbook. LKS cookbook tidak menunjang siswa untuk aktif karena tahap-tahap yang harus dilaksanakan pada saat praktikum telah dijabarkan pada LKS cookbook. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan LKS berdasarkan inkuiri terbimbing yang dapat membuat siswa menjadi aktif dalam pembelajaran.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah secara umum pada penelitian ini adalah “Bagaimana kelayakan LKS praktikum inkuiri pada topik sifat koloid dalam pembuatan tahu”. Masalah penelitian LKS yang diteliti dijabarkan melalui pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik LKS praktikum sifat-sifat koloid yang digunakan saat ini?

2. Bagaimana kondisi optimum prosedur praktikum sifat koloid melalui pembuatan tahu?

3. Bagaimana kelayakan LKS praktikum pada topik koloid melalui pembuatan tahu yang dibuat?

4. Bagaimana respon siswa terhadap LKS praktikum pada topik koloid melalui pembuatan tahu?

5. Bagaimana penilaian guru terhadap LKS praktikum pada topik koloid melalui pembuatan tahu?


(17)

6

D. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan memberikan gambaran yang jelas, maka permasalahan dalam penelitian ini perlu dibatasi. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dalam penelitian ini yang dilakukan ialah pengembangan LKS

praktikum berbasis inkuiri yaitu inkuiri terbimbing

2. LKS praktikum inkuiri terbimbing pada pokok bahasan sifat koloid yang dikembangkan dibatasi pada pokok bahasan koagulasi.

3. Pengembangan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada pokok bahasan sifat koloid dilakukan hingga tahap uji coba terbatas.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini:

1. LKS Praktikum yang dibuat berupa LKS praktikum inkuiri terbimbing. 2. Mengembangkan LKS praktikum berdasarkan model inkuiri

terbimbing pada topik koagulasi melalui praktikum pembuatan tahu. 3. Mengetahui kelayakan dan penilaian guru terhadap LKS yang

dikembangkan pada subpokok koagulasi melalui praktikum pembuatan tahu.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi guru kimia dapat menjadi masukan untuk meningkatkan aktifitas

siswa dalam pembelajaran dengan metode praktikum dan menggunakan LKS berdasarkan inkuiri terbimbing yang dikembangkan pada pokok bahasan sifat koloid. Penelitian ini pun diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan LKS berdasarkan model inkuiri terbimbing pada materi lainnya.

2. Bagi siswa dapat membangkitkan semangat belajar, meningkatkan sikap ilmiah siswa dalam proses pembelajaran.

3. Bagi peneliti lain dapat memberikan wawasan untuk pengembangan LKS praktikum berdasarkan inkuiri terbimbing.


(18)

7

G. Penjelasan Istilah 1. Metode Praktikum

Metode praktikum ialah suatu metode mengajar yang mencakup beberapa kegiatan yaitu, menganalisis masalah, mengumpulkan informasi, menyusun hipotesis, merencanakan percobaan dan menarik kesimpulan. (Wardani, 2008).

2. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah panduan yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah (Trianto, 2009).

3. Inkuiri Terbimbing

Inkuiri terbimbing ialah salah satu jenis inkuiri yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki suatu permasalahan yang diajukan oleh guru dan siswa diminta untuk merancang suatu percobaan untuk mengatasi permasalahan tersebut (Colburn, 2000). 4. Koagulasi

Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan partikel-partikel koloid (Yazid, 2005).


(19)

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sukmadinata (2012) metode penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah – langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada sebelumnya sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2012) merumuskan langkah – langkah metode penelitian dan pengambangan sebagai berikut:

a. Penelitian dan pengumpulan data

b. Perencanaan

c. Pengembangan draft produk

d. Uji coba lapangan awal

e. Merevisi hasil uji coba

f. Uji coba lapangan

g. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan

h. Uji pelaksanaan lapangan

i. Penyempurnaan produk akhir

j. Diseminasi dan implementasi

Sukmadinata (2012) kemudian memodifikasi langkah – langkah metode penelitian dan pengembangan berdasarkan tiga tahap penelitian yang telah dilakukannya, yaitu:

a. Studi pendahuluan b. Pengembangan model c. Uji model

Pada penelitian ini tidak semua langkah – langkah penelitian menurut Sukmadinata dilakukan. Penelitian ini dibatasi hingga tahap pengembangan model. Tahap tersebut terdiri dari dua langkah, yaitu


(20)

22

langkah uji coba terbatas dan uji coba lebih luas. Tahapan penelitian yang dilakukan dibatasi hingga langkah uji coba terbatas. Menurut Sukmadinata (2012) ada dua metode yang digunakan untuk melaksanakan tahap-tahap tersebut, yaitu metode deskriptif pada tahap studi pendahuluan dan metode evaluatif pada tahap pengembangan model.

Tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan melalui alur penelitian pada Gambar 3.1


(21)

23

Uji coba terbatas Penyusunan produk awal Studi kepustakaan Survei lapangan

Gambar 3.1: Alur Penelitian

Pengembangan Model Studi Pendahuluan

Pembuatan instrumen untuk survei lapangan: Pedoman wawancara.

Penyusunan Lembar Kerja Siswa Penyusunan Instrumen: Lembar observasi, lembar penilaian ahli, pedoman penililaian jawaban LKS dan angket respons siswa

Pembuatan lembar analisis LKS praktikum yang beredar di sekolah.

Penyusunan RPP

Penyusunan prosedur praktikum

Validasi dan optimasi prosedur praktikum

Hasil optimasi prosedur praktikum

Validasi Lembar Kerja Siswa

Validasi Instrumen Penelitian

Penjaringan Penilaian oleh Ahli

Uji Keterlaksanaan

Uji coba terbatas LKS praktikum inkuiri terbimbing

Pengolahan Data

Kesimpulan

Perbaikan Perbaikan

Analisis standar isi dan proses pembelajaran pada KI 3 serta KD 3.15

kelas XI Semester 2 Kurikulum 2013

Validasi lembar analisis LKS praktikum Validasi instrumen

Perbaikan

Ya

Tidak Ya Tidak

Perbaikan

Survey lapangan

Analisis LKS praktikum pada pokok bahasan sifat koloid yang beredar di sekolah

Perbaikan

Penjaringan Respons Siswa


(22)

24

B. Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan

Berikut ini adalah langkah – langkah yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Studi Pendahuluan

Menurut Sukmadinata (2012) tahap ini merupakan tahap awal atau persiapan. Tahap ini terdiri atas tiga langkah, yaitu studi kepustakaan, survei lapangan, dan penyusunan produk awal atau draf model.

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan digunakan untuk mempelajari konsep atau teori yang berhubungan dengan hasil yang hendak dikembangkan. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis materi terhadap subpokok bahasan peran koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya melalui pembuatan tahu pada topik sifat koloid sesuai dengan Standar Isi pada Kurikulum 2013. Dalam Standar Isi Kurikulum 2013 untuk kelas XI, cakupan materi tersebut terdapat pada Kompetensi Inti 3 yaitu “Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, procedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah” dengan

Kompetensi Dasar 3.15 yaitu “Menganalisis peran koloid dalam

kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya” dan 4.15 yaitu “Menunjukkan keterampilan berinkuiri untuk sifat koloid (koagulasi)”. Selain itu, peneliti juga melakukan analisis terhadap bahan ajar yang digunakan oleh siswa SMA/MA seperti buku, dan LKS praktikum, yang terkait dengan LKS praktikum pada subpokok bahasan sifat koloid (koagulasi).


(23)

25

b. Survei Lapangan

Survei lapangan dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai keterlaksanaan praktikum pada mata pelajaran kimia di SMA/MA khususnya pada subpokok bahasan sifat koloid (koagulasi) melalui pembuatan tahu. Selain itu survey lapangan juga dilakukan untuk mengetahui jenis LKS praktikum yang digunakan di sekolah. Peneliti membuat instrumen untuk melakukan survei lapangan berupa pedoman wawancara.

c. Penyusunan Produk Awal

Sukmadinata (2012) menyatakan penyusunan produk awal berpegang pada data yang didapat dari survei lapangan dan mengacu pada dasar-dasar teori atau konsep yang disimpulkan dari hasil studi kepustakaan. Berikut ini adalah tahapan penyusunan produk awal.

1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Sebelum membuat produk awal berupa LKS praktikum berdasarkan inkuiri, terlebih dahulu disusun RPP yang akan digunakan untuk pembelajaran. RPP yang dibuat mengacu pada kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah dianalisis. Strategi pembelajaran yang digunakan dalam RPP ini menggunakan metode praktikum dengan model ketetampilan proses sains dan menggunakan pendekatan inkuiri. RPP yang telah dirancang dapat dilihat pada Lampiran 1.4 halaman 80. LKS praktikum berdasarkan inkuiri yang dikembangkan disusun berdasarkan RPP yang telah dibuat. LKS merupakan salah satu bagian dari RPP yaitu sebagai media atau alat bantu pembelajaran.

2) Pembuatan Rancangan Prosedur Praktikum

Sebelum membuat lembar kerja siswa terlebih dahulu dilakukan pembuatan rancangan prosedur praktikum. Rancangan prosedur praktikum dibuat berdasarkan hasil analisis dari beberapa buku yang telah dikaji meliputi analisis


(24)

26

keberadaan LKS praktikum sifat koloid (koagulasi), alat dan bahan yang digunakan, dan jenis LKS yang digunakan.

3) Melakukan Optimasi dan Validasi Prosedur Praktikum

Optimasi yang dilakukan pada prosedur praktikum ialah untuk mengetahui keefektifan penggunaan alat dan bahan serta waktu yang dibutuhkan dari percobaan yang dilakukan. Optimasi dilakukan karena banyaknya perbedaan penggunaan alat dan bahan dari sumber-sumber yang telah dianalisis. Pelaksanaan optimasi dilakukan berulang kali hingga mendapatkan hasil yang optimum pada prosedur praktikum sifat koloid (koagulasi) melalui pembuatan tahu. Setelah diperoleh prosedur praktikum berdasarkan hasil optimasi, selanjutnya prosedur praktikum divalidasi oleh dosen pembimbing dan dilakukan revisi.

4) Pembuatan Lembar Kerja Siswa Berdasarkan Inkuiri Terbimbing

Setelah melakukan optimasi prosedur praktikum, lembar kerja siswa dibuat dengan memperhatikan syarat-syarat pembuatan LKS yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. LKS yang dibuat adalah lembar kerja siswa yang berdasarkan inkuiri terbimbing sehingga dalam pembuatannya perlu memperhatikan langkah-langkah dalam model inkuiri, yaitu adanya pembuatan rumusan masalah, pembuatan hipotesis, pengumpulan data, pengujian hipotesis, dan merumuskan kesimpulan.

Terhadap LKS yang telah dibuat perlu dilakukan validasi terlebih dahulu oleh dosen pembimbing sebelum digunakan untuk penelitian. Validasi LKS ialah proses mengkoreksi lembar kerja siswa agar mengacu pada model inkuiri terbimbing. Revisi dilakukan setelah mendapat hasil validasi dari dosen pembimbing (validator).


(25)

27

5) Penyusunan Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dibuat pada tahapan ini ialah lembar observasi, angket siswa, pedoman penilaian jawaban siswa dan format penilaian guru. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan LKS praktikum berdasarkan inkuiri dalam praktikum. Angket siswa berisi pernyataan-pernyataan respons siswa terhadap LKS praktikum berdasarkan inkuiri. Pedoman penilaian jawaban siswa digunakan untuk menilai jawaban siswa pada setiap tugas dalam LKS praktikum berdasarkan inkuiri yang dikembangkan. Lembar penilaian guru bertujuan untuk mengetahui penilaian guru terhadap kesesuaian LKS dengan kompetensi dasar, kesesuaian LKS praktikum dengan subpokok sifat koloid (koagulasi), keefektifan kalimat, serta tata letak dan perwajahan LKS. Instrumen penelitian yang telah dibuat kemudian di validasi oleh dosen pembimbing dan dilakukan perbaikan.

2. Pengembangan Model

Dalam penelitian ini tahap pengembangan model yang dilakukan dibatasi pada langkah uji coba terbatas. Adapun langkah – langkah yang dilakukan dalam pengembangan model ini adalah sebagai berikut: a. Uji Keterlaksanaan Praktikum Mengunakan LKS Berdasarkan

Inkuiri Terbimbing

Tingkat keterlaksanaan praktikum dengan menggunakan LKS yang dikembangkan diuji melalui keterlaksanaan tahap-tahap inkuiri yang dilakukan siswa menggunakan lembar observasi. Uji keterlaksanaan praktikum dilakukan dengan uji coba terbatas. Uji keterlaksanaan digunakan sebagai alat ukur untuk kelayakan. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok saat melakukan praktikum dan setiap kelompok diobservasi oleh seorang observer. Observer tersebut diberi lembar observasi uji keterlaksanaan tahap inkuiri yang sebelumnya sudah divalidasi. Jawaban siswa terhadap


(26)

28

pertanyaan - pertanyaan yang ada pada LKS yang dikembangkan akan digunakan sebagai alat ukur kelayakan LKS tersebut apabila digunakan. Penilaian LKS dianalisis berdasarkan instrumen pedoman penilaian jawaban siswa.

b. Penjaringan Respon Siswa

Setelah melakukan praktikum, siswa diminta untuk memberi tanggapan mengenai penggunaan LKS berdasarkan inkuiri terbimbing yang dikembangkan. Instrumen yang digunakan dalam langkah ini berupa angket yang berisi beberapa pernyataan.

c. Penjaringan Penilaian Guru

Penilaian guru terhadap LKS praktikum berbasis inkuiri dilakukan oleh 7 orang guru kimia SMA swasta dan negeri di Kota Bandung dan 3 orang dosen UPI Departemen Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Penilaian digunakan untuk memperoleh informasi mengenai topik koloid LKS yang dikembangkan yaitu kesesuaian LKS dengan kompetensi dasar, kesesuaian LKS praktikum dengan subpokok sifat koloid (koagulasi), keefektifan kalimat, serta tata letak dan perwajahan LKS.

C. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) berdasarkan inkuiri terbimbing pada pokok bahasan koloid melalui praktikum pembuatan tahu.

D. Sumber Data

Sumber data dari tahapan studi pendahuluan yaitu 10 buku kimia SMA/MA Kelas XI sedangkan pada tahapan pengembangan model yang menjadi sumber data penelitian adalah 18 orang siswa yang dijadikan dalam 4 kelompok di salah satu SMA negeri kelas XII di kota Bandung dan 3 orang dosen kimia serta 7 orang guru kimia yang mengajar di SMA negeri maupun swasta di Bandung.


(27)

29

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian

No. Rumusan

Masalah

Instrumen Penelitian Data yang Diperoleh

1. Karakteristik LKS

Lembar analisis LKS Karakteristik LKS yang digunakan di SMA 2. Prosedur

praktikum

Alat

1. Gelas kimia 100 mL 2. Gelas kimia 500 mL 3. Gelas ukur 10 mL 4. Batang Pengaduk 5. Kain saring 6. Pemanas 7. Pipet tetes

Bahan

1. Bubur kedelai 2. Aquades

3. Asam asetat pH 4

a. Volume asam asetat b. Suhu air yang

ditambahkan

c. Waktu pengendapan d. Massa tahu

3. Menyusun LKS Lembar observasi dan lembar penilaian siswa

Kelayakan LKS 4. Penilaian guru Lembar penilaian guru


(28)

30

F. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data lembar pedoman wawancara dan lembar penilaian LKS diolah secara kualitatif, sedangkan data lembar observasi keterlaksanaan praktikum, lembar penilaian jawaban siswa dan angket diolah secara kuantitatif. Berikut ini adalah pengolahan data secara kuantitatif:

1. Pengolahan Data Lembar Observasi

Pengolahan hasil lembar observasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Memberikan Skor

Pemberian skor untuk lembar observasi adalah sebagai berikut 1 = Melakukan dengan baik, sesuai dengan petunjuk praktikum 0 = Tidak melakukan

b. Menghitung Persentase Skor

1) Menjumlahkan skor seluruh kelompok pada setiap aspek penilaian dalam tahapan inkuiri.

2) Menentukan skor maksimal

Skor maksimal = skor tertinggi x jumlah responsden

3) Menghitung persentase keterlaksanaan seluruh komponen pada setiap aspek penilaian dalam tahapan inkuiri

4) Menghitung rata-rata persentase keterlaksanaan LKS praktikum

berdasarkan inkuiri untuk seluruh kelompok. Rata – rata

5) Melakukan interpretasi persentase keterlaksanaan LKS


(29)

31

c. Interpretasi Nilai Persentase

Kriteria interpretasi persentase skor keterlaksanaan LKS menggunakan tafsiran persentase pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Tafsiran Persentase Lembar Observasi Rentang persentase skor (%) Kategori

81 – 100 Sangat kuat

61 – 80 Kuat

41 – 60 Cukup

21 – 40 Lemah

0 – 20 Sangat lemah (Riduwan, 2007) 2. Pengolahan Data Angket Respon Siswa

a. Pemberian Skor

Pemberian skor pada jawaban setiap item respons siswa dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Pernyataan dalam angket dapat dikategorikan ke dalam bentuk SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Cara memberikan skor dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3 Pemberian Skor Angket berdasarkan skala Likert Skor

SS S TS STS

4 3 2 1

(Riduwan, 2007) b. Pengolahan Skor

Pengolahan skor angket respon siswa dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Menjumlahkan skor seluruh responden pada setiap item pernyataan yang terdapat dalam angket respons siswa.

b) Menentukan skor maksimal


(30)

32

c) Menghitung persentase skor setiap item pernyataan

d) Menghitung rata-rata persentase respons siswa terhadap

LKS.

Rata – rata

e) Melakukan interpretasi persentase respons siswa c. Interpretasi Data

Kriteria interpretasi persentase skor menurut Riduwan (2007) sesuai Tabel 3.2.

3. Pengolahan Data Penilaian Guru a. Pemberian Skor

Pemberian skor pada setiap item dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Adapun pemberian skor berdasarkan skala Likert dapat terlihat pada Tabel 3.4:

Tabel 3.4 Skor lembar penilaian berdasarkan skala Likert No Jawaban Item Instrumen Lembar Penilaian Skor

1 Sangat sesuai / Sangat Layak 4

2 Sesuai / Layak 3

3 Tidak sesuai / Tidak Layak 2

4 Sangat tidak sesuai / Sangat tidak layak 1 (Riduwan, 2007) b. Pengolahan Skor

Pengolahan skor dapat dilakukan dengan mengikuti tahapan-tahapan yang dikemukakan oleh Riduwan (2007) sebagai berikut:

1) Menjumlahkan skor seluruh responsden pada setiap komponen yang dianalisis.

2) Menjumlahkan skor total keseluruhan komponen yang dianalisis pada setiap indikator.

3) Menentukan skor maksimal

Skor maksimal = skor tertinggi x jumlah penilai x komponen yang dianalisis


(31)

33

4) Menghitung persentase skor setiap indikator

5) Menghitung rata-rata persentase skor aspek penilaian

6) Melakukan interpretasi persentase penilaian guru c. Interpretasi Data

Kriteria interpretasi persentase skor penilaian guru menggunakan tafsiran persentase pada Tabel 3.2.

4. Pengolahan Jawaban Siswa

Langkah-langkah untuk mengolah jawaban siswa adalah sebagai berikut:

a. Memberi Skor

Memberikan skor setiap kelompok siswa sesuai dengan jawaban tugas-tugas pada LKS. Pemberian skor untuk setiap tugas pada LKS sesuai dengan pedoman penilaian jawaban siswa yang telah dibuat pada Lampiran 1.11 halam 97 dengan skala penilaian terrbesar adalah 5 apabila siswa menjawab dengan benar dan lengkap. Pemberian skor 4, 3, 2 diberikan kepada siswa yang menjawab tugas-tugas pada LKS dengan benar tetapi tidak lengkap dan skor 0 apabila siswa memberikan jawaban yang tidak tepat. b. Mengolah Skor

Pengolahan skor digunakan dengan menggunakan cara sebagai berikut:

1) Menjumlahkan setiap skor semua jawaban tugas-tugas pada LKS yang dijawab oleh masing-masing kelompok siswa. 2) Menentukan skor maksimal (jika siswa menjawab sesuai

dengan jawaban yang diharapkan).

3) Menghitung persentase skor dari setiap aspek yang dinilai


(32)

34

4) Menentukan rata-rata persentase penilaian jawaban siswa terhadap tugas-tugas pada LKS

c. Menafsirkan Skor

Menafsirkan persentasse skor yang diperoleh, maka digunakan kriteria interpretasi skor yang tertera pada Tabel 3.2.


(33)

68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan-temuan penelitian ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut yaitu:

1. Sebesar 70% buku kimia SMA/MA yang dianalisis telah mencantumkan lembar kerja siswa praktikum pada materi sifat koloid dan tipe lembar kerja siswa praktikum tersebut masih berbentuk cookbook (buku resep).

2. Kondisi optimum dalam percobaan koagulasi dengan pembuatan tahu adalah menggunakan volume bubur kedelai sebanyak 10 mL, suhu pemanasan bubur kedelai 90oC, volume asam asetat sebanyak 13 mL, dan waktu yang dibutuhkan untuk penggumpalan selama 5 menit. 3. Hasil observasi keterlaksanaan praktikum menggunakan LKS berbasis

inkuiri yang dikembangkan serta persentase skor siswa terhadap tugas-tugas pada LKS tergolong sangat baik.

4. Respon siswa terhadap pembuatan LKS praktikum berbasis model inkuiri terbimbing pada topik sifat koloid melalui praktikum pembuatan tahu tergolong sangat baik.

5. Penilaian oleh guru terhadap LKS siswa berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan pada pokok bahasan koloid sangat baik.


(34)

69

B. Saran

Terdapat beberapa saran yang dapat peneliti kemukakan berdasarkan temuan dan pembahasan yaitu sebagai berikut:

1. Huruf yang digunakan jenis “Verdana” agar lebih jelas bagi siswa saat membaca LKS

2. Spasi yang dipakai sebaiknya 1,5 agar ada jarak antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya

3. Kurangi ruang kosong untuk mengisi jawaban dari beberapa pertanyaan pada LKS

4. Lembar observasi keterlakssanaan ditambah dengan observasi kualitas keterlaksanaan tahapan inkuiri


(35)

70

Daftar Pustaka

Abidin, Yunus. (2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum

2013. Bandung : Refika Aditama.

Arifin dkk. (2003). Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press.

Brunner, J. (1996). The Cultural of Education. London: Harvard University Press.

Colburn, A. (2000). “An Inquiry Primer”. Science Scope. 23, (6), 42-44 Djamarah, S. B. dan Aswani Z. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rineka Cipta

Fathia, Annisa. (2015). Jajanan Unik Berbahan Dasar Tahu. [Online]. Tersedia:

http://www.infobdg.com/v2/7-jajanan-unik-berbahan-dasar-tahu/ [30 Maret 2015].

Hart, H dkk. (2003). Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga.

Hamiyah, Nur dan Jauhar, Mohammad. (2014). Strategi Belajar-Mengajar di

Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad

21. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Kemendikbud, (2013). Standar Proses SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA dan SMK/MAK. Jakarta: Depdikbud.


(36)

71

Koswara, S. (2002). Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadi Makanan Bermutu.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Kurniati dan Wahyuningrum. (2011). Pengembangan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing di SMA/MA melalui Penyusunan Modul Praktikum Isolasi dan Identifikasi Senyawa Daun Tanaman Mint (Mentha cordifolia opiz)”. Prosiding SNIPS. ITB, Bandung.

Newman, Catherine. (2006). What Is Tofu. [Online]. Tersedia: http://www.oprah.com/health/The-Health-Benefits-of-Tofu-and-Soy-Products [4 Juni 2014].

Riduwan. (2007). Belajar Mudah Penelitian : Untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sarjono et al. (2006). Profil Kandungan Protein dan Tekstur Tahu Akibat

Penambahan Fitat pada Proses Pembuatan Tahu. (Skripsi). Sekolah Sarjana,

Universitas Diponegoro, Semarang.

Sudirman, dkk. (1990). Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Suprapti, Lies. (2005). Tepung Tapioka Pembuatan dan Pemanfaatannya.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Susiwi. (2009). “Alternative Worksheet for Enhancing Studens’ Formal Thinking In Chemistry Laboratory Activities”. The 2nd International Conference on Lesson Study. UPI, Bandung.


(37)

72

Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Syamsir, Elsevira. (2008). Pengaruh Koagulan Terhadap Karakter Fisik. [Online].

Tersedia:http://id.shvoong.com/exact-sciences/1799309-pengaruh-koagulan-terhadap-karakter-fisik/ [14 April 2014].

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :

Kencana.

Wardani, S. (2008). “Pengembangan keterampilan proses sains dalam pembelajaran kromatografi lapis tipis melalui praktikum skala mikro.” Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. 2, (2), hlm. 317-322.

Wenning, C. J. (2004). Level of Inquiry Hierarchies of Pedagogical Practices and Inquiry Processes. Illinois: Departement of Physics Illinois State University.

Whitten et al. (2007). General Chemistry Seventh edition. London: Willey.

Widjaysuanti, E. (2008). Kualitas Lembar Kerja Siswa. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.


(1)

Grace Angeline S, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI PADA TOPIK SIFAT KOLOID DALAM PEMBUATAN TAHU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Menentukan rata-rata persentase penilaian jawaban siswa terhadap tugas-tugas pada LKS

c. Menafsirkan Skor

Menafsirkan persentasse skor yang diperoleh, maka digunakan kriteria interpretasi skor yang tertera pada Tabel 3.2.


(2)

Grace Angeline S, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI PADA TOPIK SIFAT KOLOID DALAM PEMBUATAN TAHU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan-temuan penelitian ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut yaitu:

1. Sebesar 70% buku kimia SMA/MA yang dianalisis telah mencantumkan lembar kerja siswa praktikum pada materi sifat koloid dan tipe lembar kerja siswa praktikum tersebut masih berbentuk

cookbook (buku resep).

2. Kondisi optimum dalam percobaan koagulasi dengan pembuatan tahu adalah menggunakan volume bubur kedelai sebanyak 10 mL, suhu pemanasan bubur kedelai 90oC, volume asam asetat sebanyak 13 mL, dan waktu yang dibutuhkan untuk penggumpalan selama 5 menit. 3. Hasil observasi keterlaksanaan praktikum menggunakan LKS berbasis

inkuiri yang dikembangkan serta persentase skor siswa terhadap tugas-tugas pada LKS tergolong sangat baik.

4. Respon siswa terhadap pembuatan LKS praktikum berbasis model inkuiri terbimbing pada topik sifat koloid melalui praktikum pembuatan tahu tergolong sangat baik.

5. Penilaian oleh guru terhadap LKS siswa berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan pada pokok bahasan koloid sangat baik.


(3)

Grace Angeline S, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI PADA TOPIK SIFAT KOLOID DALAM PEMBUATAN TAHU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

Terdapat beberapa saran yang dapat peneliti kemukakan berdasarkan temuan dan pembahasan yaitu sebagai berikut:

1. Huruf yang digunakan jenis “Verdana” agar lebih jelas bagi siswa saat membaca LKS

2. Spasi yang dipakai sebaiknya 1,5 agar ada jarak antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya

3. Kurangi ruang kosong untuk mengisi jawaban dari beberapa pertanyaan pada LKS

4. Lembar observasi keterlakssanaan ditambah dengan observasi kualitas keterlaksanaan tahapan inkuiri


(4)

70

Grace Angeline S, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI PADA TOPIK SIFAT KOLOID DALAM PEMBUATAN TAHU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Abidin, Yunus. (2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung : Refika Aditama.

Arifin dkk. (2003). Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press.

Brunner, J. (1996). The Cultural of Education. London: Harvard University Press.

Colburn, A. (2000). “An Inquiry Primer”. Science Scope. 23, (6), 42-44

Djamarah, S. B. dan Aswani Z. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Fathia, Annisa. (2015). Jajanan Unik Berbahan Dasar Tahu. [Online]. Tersedia: http://www.infobdg.com/v2/7-jajanan-unik-berbahan-dasar-tahu/ [30 Maret 2015].

Hart, H dkk. (2003). Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga. Hamiyah, Nur dan Jauhar, Mohammad. (2014). Strategi Belajar-Mengajar di

Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad

21. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Kemendikbud, (2013). Standar Proses SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA dan

SMK/MAK. Jakarta: Depdikbud.


(5)

71

Grace Angeline S, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI PADA TOPIK SIFAT KOLOID DALAM PEMBUATAN TAHU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Koswara, S. (2002). Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadi Makanan Bermutu.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Kurniati dan Wahyuningrum. (2011). Pengembangan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing di SMA/MA melalui Penyusunan Modul Praktikum Isolasi dan Identifikasi Senyawa Daun Tanaman Mint (Mentha cordifolia opiz)”. Prosiding SNIPS. ITB, Bandung.

Newman, Catherine. (2006). What Is Tofu. [Online]. Tersedia: http://www.oprah.com/health/The-Health-Benefits-of-Tofu-and-Soy-Products [4 Juni 2014].

Riduwan. (2007). Belajar Mudah Penelitian : Untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sarjono et al. (2006). Profil Kandungan Protein dan Tekstur Tahu Akibat

Penambahan Fitat pada Proses Pembuatan Tahu. (Skripsi). Sekolah Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang.

Sudirman, dkk. (1990). Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Suprapti, Lies. (2005). Tepung Tapioka Pembuatan dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Susiwi. (2009). “Alternative Worksheet for Enhancing Studens’ Formal Thinking In Chemistry Laboratory Activities”. The 2nd International Conference on Lesson Study. UPI, Bandung.


(6)

72

Grace Angeline S, 2015

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM INKUIRI PADA TOPIK SIFAT KOLOID DALAM PEMBUATAN TAHU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Syamsir, Elsevira. (2008). Pengaruh Koagulan Terhadap Karakter Fisik. [Online].

Tersedia:http://id.shvoong.com/exact-sciences/1799309-pengaruh-koagulan-terhadap-karakter-fisik/ [14 April 2014].

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana.

Wardani, S. (2008). “Pengembangan keterampilan proses sains dalam pembelajaran kromatografi lapis tipis melalui praktikum skala mikro.”

Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. 2, (2), hlm. 317-322.

Wenning, C. J. (2004). Level of Inquiry Hierarchies of Pedagogical Practices and Inquiry Processes. Illinois: Departement of Physics Illinois State University.

Whitten et al. (2007). General Chemistry Seventh edition. London: Willey.

Widjaysuanti, E. (2008). Kualitas Lembar Kerja Siswa. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.