Hubungan antara Pemberian Asi Eksklusif dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Anak Usia 6-24 Bulan di RS. âXâ Kabupaten Bandung Tahun 2016.
iv ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN
AKUT (ISPA) PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI RS. X KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016
Ika Dewi Wiyanti, 2016; Pembimbing I : dr. Dani, M.kes
Pembimbing II : dr.Frecillia Regina,Sp.A
Latar belakang : Infeksi saluran pernafasan akut merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada anak dan merupakan penyebab utama kunjungan pasien ke Puskesmas (40-60%) dan rumah sakit (15-30%). Salah satu cara pencegahan ISPA adalah dengan pemberian air susu ibu secara eksklusif yaitu pemberian ASI pada bayi baru lahir sampai usia enam bulan. ASI eksklusif menurunkan kematian bayi dan kejadian sakit pada anak yaitu diare atau ISPA, dan membantu kesembuhan dari penyakit.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada anak usia 6-24 bulan.
Metode Penelitian : Cross sectional yang bersifat analitik dengan sampel sebanyak 96 responden. Analisis data dilakukan secara bivariat menggunakan SPSS versi 22.
Hasil penelitian : Didapatkan hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA (OR= 5,44; 95% CI=1,94-15,22).
Simpulan : Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah terjadinya infeksi saluran pernapasan akut pada anak usia 6-24 bulan.
Kata kunci: ASI Eksklusif, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
(2)
v ABSTRACT
RELATION BETWEEN EXCLUSIVE BREASTFEEDING AND ACUTE RESPIRATORY INFECTIONS (ARI) IN CHILDREN 6-24 MONTHS
AT X HOSPITAL KABUPATEN BANDUNG 2016
Ika Dewi Wiyanti, 2016; Tutor I : Dani, dr., M.Kes
Tutor II: Frecillia Regina, dr., SpA.
Background : Acute respiratory infection is the most common disease in children and is a major cause of patient visits to health centers (40-60%) and hospitals (15-30%). One way of preventing ISPA is breastfeeding exclusively that breastfeeding newborns up to the age of six months. Exclusive breastfeeding lowers infant mortality and the occurrence of illness in children like diarrhea or a respiratory infection, and help recovery from illness.
Objective : To determine the relation between exclusive breastfeeding with the incidence of acute respiratory infections (ARI) in children aged 6-24 months. Method : Cross sectional analytic with a sample of 96 respondents. Data analysis was performed using bivariate by program SPSS version 22.
Results : It was found the relation between exclusive breastfeeding with ARI (OR = 5.44; 95% CI = 1.94 to 15.22).
Conclusion : Exclusive breastfeeding can prevent the occurrence of acute respiratory infections in children aged 6-24 months.
Keywords: Exclusive Breastfeeding, Acute Respiratory Tract Infections (ARI)
(3)
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN………...ii
SURAT PERNYATAAN………...iii
ABSTRAK……….……….....iv
ABSTRACT……….………. ...v
KATA PENGANTAR……….………. .vi
DAFTAR ISI……….. ...vii
DAFTAR TABEL………......x
DAFTAR GAMBAR……….....xi
DAFTAR LAMPIRAN…………..………......xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1 Manfaat Akademik ... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 3
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3
1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Payudara ... 6
2.1.1 Anatomi Payudara ... 6
2.1.2 HistologiPayudara ... 8
2.2 Air Susu Ibu (ASI) ... 10
2.2.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI) ... 10
2.2.2 Fisiologi Laktasi ... 10
(4)
viii
2.2.3 Produksi ASI ... 11
2.2.4 Komposisi ASI ... 12
2.2.5 Manfaat ASI ... 14
2.2.6 ASI Eksklusif ... 16
2.2.7 Faktor-Faktor yang Mendukung Keberhasilan ASI ... 16
2.3 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ... 18
2.3.1 Pengertian ISPA ... 18
2.3.2 Penyebab ISPA ... 19
2.3.3 Klasifikasi ISPA ... 20
2.3.4 Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian ISPA ... 20
2.3.5 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian ISPA ... 22
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian... 25
3.2 Lokaso dan Waktu Penelitian... 25
3.3 Prosedur Penelitian... 25
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 25
3.4.1 Populasi Penelitian ... 25
3.4.2 Sampel Penelitian ... 26
3.5 Cara Pemilihan Sampel ... 26
3.6 Kriteria Pemilihan Sampel ... 26
3.7 Rancangan Penelitian ... 27
3.8 Analisa Data ... 27
3.9 Variabel Penelitian ... 27
3.10 Aspek Etik ... 27
3.10 Definisi Operasional ... 28
(5)
ix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden ... 29
4.1.1 Data Usia Ibu ... 29
4.1.2 Data Pendidikan Terakhir Ibu ... 30
2.3.3 Data pekerjaan Ibu ... 30
2.3.4 Data Usia Anak ... 31
2.3.5 Data Jenis Kelamin Anak ... 31
4.2 Data Statistik Penelitian ... 32
4.3 Data Analisa Statistik ... 33
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 35
5.2 Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
LAMPIRAN ... 40
RIWAYAT HIDUP ... 57
(6)
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi ISPA ... 20
Tabel 3.1 Definisi Operasional... ……….27
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif ... 32
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian ISPA ... ……….32
Tabel 4.3 Tabulasi Silang Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dan Kejadian ISPA ... 33
Tabel 4.4 Distribusi Usia Ibu ... 28
Tabel 4.5 Distribusi Pendidikan Terakhir Ibu ... 29
Tabel 4.6 Distribusi Pekerjaan Ibu ... 29
Tabel 4.7 Distribusi Usia Anak ... 30
Tabel 4.8 Distribusi Jenis Kelamin Anak... 31
(7)
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Struktur Payudara ... 7 Gambar 2.2 Glandula Mamae Masa Istirahat dan Masa Aktif ... ……….9
(8)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian ...40
Lampiran 2 Surat perijinan melakukan penelitian...41
Lampiran 3 Surat jawaban perijinan melakukan penelitian...42
Lampiran 4 Informed consent...43
Lampiran 5 Hasil Uji Chi Square...44
Lampiran 6 Data Sampel...46
Lampiran 7 Kuesioner ...55
(9)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak menurut rekomendasi WHO adalah memberikan hanya ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur 24 bulan dan memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) kepada bayi mulai usia 6 bulan (Depkes RI, 2011).
Di Indonesia, mengacu pada target program pada tahun 2014 sebesar 80%, maka secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 52,3% belum mencapai target. Menurut provinsi, hanya terdapat satu provinsi yang berhasil mencapai target yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 84,7%. Provinsi Jawa Barat, Papua Barat, dan Sumatera Utara merupakan tiga provinsi dengan capaian terendah (Depkes RI, 2015).
Masalah utama penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakat akan pentingnya ASI, serta jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung peningkatan pemberian ASI. Masalah ini diperparah dengan gencarnya promosi susu formula dan kurangnya dukungan masyarakat, termasuk institusi yang memperkerjakan perempuan yang belum memberikan tempat dan kesempatan bagi ibu menyusui di tempat kerja seperti ruang ASI (Riskesdes, 2010).
Sistem kekebalan tubuh pada bayi sangat terbatas dan akan berkembang sesuai dengan meningkatnya paparan mikroorganisme di dalam saluran cernanya (Tumbelaka & Karyani, 2009). Berbagai faktor pelindung didapatkan di dalam ASI, salah satunya antibodi IgA sekretori (sIgA) yang terbentuk dalam payudara ibu setelah ibu terekspos terhadap antigen di saluran pencernaan dan saluran pernafasan disebut BALT ( bronchus associated immunocompetent lymphoid
(10)
tissue) dan GALT (gut associated immunocompetent lymphoid tissue) (Sulistyowati, 2009).
Efektifitas ASI dalam mengendalikan infeksi dapat dibuktikan dengan bayi lebih terjaga dari penyakit infeksi terutama infeksi saluran pernapasan akut dan diare (Lawrence, 2005). Penelitian oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) membuktikan bahwa ASI sampai usia 2 tahun dapat menurunkan angka kematiaan anak akibat penyakit diare dan infeksi saluran pernafasan akut (Tumbeleka & Karyanti, 2009).
Infeksi saluran pernapasan akut merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada anak terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien ke puskesmas (40-60%) dan rumah sakit (15-30%) (Kemenkes RI, 2011).
Berdasarkan cakupan penemuan ISPA tahun 2014 belum mencapai target nasional 86%. Berdasarkan penemuan kasus pneumonia tahun 2014 berdasarkan golongan umur banyak ditemukan pada 1-4 tahun yaitu sebanyak 23.940 kasus (Depkes Kab.Bandung, 2014).
Anak berumur di bawah 2 tahun mempunyai risiko terserang infeksi saluran pernafasan akut lebih besar dari pada anak di atas 2 tahun sampai 5 tahun, keadaan ini karena pada anak di bawah umur 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran napasnya relatif sempit (Hartono, 2012).
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian infeksi saluran pernapasan akut pada anak usia 6-24 bulan di RS. Bina Sehat Kabupaten Bandung
1.2Identifikasi Masalah
Adakah hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian infeksi saluran pernapasan akut pada anak usia 6-24 bulan.
(11)
1.3Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada anak usia 6-24 bulan.
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademik
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat akan pentingnya pemberian ASI eksklusif dalam mencegah kejadian infeksi saluran pernapasan akut.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat penelitiaan ini dapat digunakan sebagai masukkan dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan infeksi saluran pernapasan akut pada anak usia 6-24 bulan serta upaya penggalakan program pemberiaan ASI eksklusif.
1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Anak berumur di bawah 2 tahun memiliki risiko terserang infeksi saluran pernafasan akut lebih besar dari pada anak di atas 2 tahun sampai 5 tahun, keadaan ini karena pada anak di bawah umur 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran napasnya relatif sempit (Hartono, 2012).
Dari beberapa studi diketahui bahwa banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko kejadian ISPA. Penelitian (Broor et al, 2001) menyebutkan bahwa faktor risiko terjadinya ISPA di negara sedang berkembang adalah pemberian air susu ibu yang tidak memadai, bayi dengan berat lahir rendah, gizi buruk, ketidak tepatan usia pada saat imunisasi.
(12)
Di negara berkembang, kematian akibat pneumonia berhubungan dengan berat badan lahir rendah (Wantania,2008). Pada bayi dengan berat badan lahir rendah, pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi terutama pneumonia dan sakit saluran pernapasan lainnya (Sukmawati, 2010). Menurut (Ranantha, 2014) insidensi ISPA lebih tinggi pada anak laki-laki disebabkan anak laki-laki lebih banyak berada diluar rumah dibandingkan anak perempuan.
Campak, pertusis, dan beberapa penyakit lain dapat meningkatkan risiko atau memperberat ISPA. Meningkatkan cakupan imunisasi campak dan pertusis telah mengurangi angka kematian ISPA akibat kedua penyakit ini (Wantania,2008). Polusi udara, asap pembakaran dan adanya perokok yang tinggal serumah dengan bayi dan balita dapat mengakibatkan rusaknya mekanisme pertahanan paru sehingga mempermudah terjadinya ISPA (Gunardi, 2012).
Salah satu cara pencegahan ISPA adalah dengan pemberian air susu ibu secara eksklusif yaitu pemberian ASI pada bayi baru lahir sampai usia enam bulan. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh kebutuhan gizi dan cairan pada enam bulan pertama kehidupan. Pemberian ASI merupakan hal penting pada bayi terutama pemberian ASI awal (kolostrum) karena kaya dengan antibodi yang mempunyai efek terhadap penurunan risiko kematian. ASI berguna untuk perkembangan sensorik dan kognitif, mencegah bayi terserang penyakit infeksi dan kronis. ASI eksklusif menurunkan kematian bayi dan kejadian sakit pada anak yaitu diare atau ISPA dan membantu kesembuhan dari penyakit (WHO, 2004). Bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif (Ernawati, 2013).
Efektifitas ASI dalam mengendalikan infeksi dapat dibuktikan dengan berkurangnya kejadian beberapa penyakit spesifik pada bayi yang mendapat ASI dibandingkan bayi yang mendapat susu formula. Penelitian oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) membuktikan bahwa ASI sampai usia 2 tahun dapat menurunkan angka kematiaan anak akibat penyakit diare dan infeksi saluran pernapasan akut (Tumbeleka & Karyanti, 2009).
(13)
Menurut (Sulistyowati, 2009) ASI mengandung anti infeksi terhadap berbagai macam penyakit seperti penyakit saluran pernapasan atas, diare dan penyakit saluran pencernaan. Immunoglobulin merupakan protein yang dihasilkan oleh sel plasma sebagai respon terhadap adanya imunogen atau antigen (zat yang menstimulasi tubuh untuk memproduksi antibodi). Ada 5 macam immunoglobulin : IgA, IgM, IgE, IgD, dan IgG. Dari kelimanya, secretory IgA (sIgA) disekresi oleh makrofag (disintesa dan disimpan dalam payudara), yang berperan dalam fungsi antibodi IgA yang terbentuk dalam payudara ibu (melalui ASI) setelah ibu terekspos terhadap antigen di saluran pencernaan dan saluran pernafasan disebut BALT ( bronchus associated immunocompetent lymphoid tissue) dan GALT (gut associated immunocompetent lymphoid tissue). Bayi baru lahir memiliki cadangan IgA sedikit dan karena itulah ia sangat memerlukan tambahan proteksi sIgA dalam ASI terhadap penyakit infeksi.
1.5.2 Hipotesis Penelitian
H0 : tidak ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian infeksi saluran pernapasan akut.
H1 : Ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian infeksi saluran pernapasan akut.
(14)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5
.1Simpulan
Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah terjadinya infeksi saluran pernapasan akut pada anak usia 6-24 bulan.
5
.2Saran
Kepada peneliti lain agar dapat meneliti hubungan pemberian ASI eksklusif dengan penyakit infeksi yang lain (otitis media, asma, faringitis dan tonsilitis). Bagi pemerintah, lebih meningkatkan promosi ASI mengingat banyaknya manfaat ASI.
(15)
HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN
AKUT (ISPA) PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI RS. X
KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
IKA DEWI WIYANTI
1310182
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
(16)
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah dan nikmat-Nya yang telah membukakan jalan petunjuk dan kemudahan hingga membuat saya mampu merasakan luasnya ilmu pengetahuan dan mampu menyelesaikan penelitian yang berjudul Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA) Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di RS. X Kabupaten Bandung. Saya menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan rasa terima kasih kepada yang terhormat:
1) dr. Dani, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I dan dr.Frecillia Regina,Sp.A selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
2) Seluruh staf RS. Bina Sehat, khususnya Direktur RS. Bina sehat yang telah memberikan ijin kepada saya untuk mengadakan penelitian di RS. Bina Sehat.
3) Kedua orang tua saya yang sangat saya cintai, hormati dan kagumi dengan penuh pengorbanan dan perjuangan telah membesarkan, mendidik, membekali, serta tak pernah lepas menyertai saya dalam doa dan pengharapan.
4) Seluruh teman dan sahabat, khususnya R. Gatri Andini dan seluruh teman Antidote, bersama hidup ini menjadi lebih berarti. Terima kasih.
Bandung, 30 November 2016
(17)
(18)
(19)
(1)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5
.1Simpulan
Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah terjadinya infeksi saluran pernapasan akut pada anak usia 6-24 bulan.
5
.2Saran
Kepada peneliti lain agar dapat meneliti hubungan pemberian ASI eksklusif dengan penyakit infeksi yang lain (otitis media, asma, faringitis dan tonsilitis). Bagi pemerintah, lebih meningkatkan promosi ASI mengingat banyaknya manfaat ASI.
(2)
HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN
AKUT (ISPA) PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI RS. X
KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
IKA DEWI WIYANTI
1310182
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
(3)
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah dan nikmat-Nya yang telah membukakan jalan petunjuk dan kemudahan hingga membuat saya mampu merasakan luasnya ilmu pengetahuan dan mampu menyelesaikan penelitian yang berjudul Hubungan Antara Pemberian ASI
Eksklusif Dengan Kejadian Infeksi Saluran Napas Akut (ISPA) Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di RS. X Kabupaten Bandung. Saya menyadari tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan rasa terima kasih kepada yang terhormat:
1) dr. Dani, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I dan dr.Frecillia Regina,Sp.A selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan saya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
2) Seluruh staf RS. Bina Sehat, khususnya Direktur RS. Bina sehat yang telah memberikan ijin kepada saya untuk mengadakan penelitian di RS. Bina Sehat.
3) Kedua orang tua saya yang sangat saya cintai, hormati dan kagumi dengan penuh pengorbanan dan perjuangan telah membesarkan, mendidik, membekali, serta tak pernah lepas menyertai saya dalam doa dan pengharapan.
4) Seluruh teman dan sahabat, khususnya R. Gatri Andini dan seluruh teman Antidote, bersama hidup ini menjadi lebih berarti. Terima kasih.
Bandung, 30 November 2016
(4)
(5)
(6)