SUPERVISI PEMBINAAN REMAJA PENYALAHGUNA NARKOTIKA DIINABAH VI BANDUNG.

SUPERVISI PEMBINAAN REMAJA
PENYALAHGUNA NARKOTIKA
DIINABAH VI BANDUNG

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat
memperoleh gelar Magister Pendidikan
HOP Bandung Bidang Studi
Pendidikan Luar Sekolah

Oleh :

DUROTUL YATIMAH
Nomor Pokok : 9232031

PROGRAM PASCA SARJANA

ISTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1995


Tesis ini sudah disetujui dan
disahkan oleh Pembinbing I

I)

(PttOF.SAHAYU HANAFIAH M.Sc)

bimbing II

(PHOF.NinrsID SUMAATMADJA)

ABSTRAK

Kesinambungan
suatu bangsa,

dalam

harkat


derajat

pembangunan

diukur antara lain oleh kesiapan bangsa

membina para generasi muanya, sehingga

menjadi

sumber

daya

datang.

Remaja

merupakan


potensi-potensi

daya

yang

berkualitas
generasi

tertentu,

tumpuan harapan

sumber

dan

bangsa


manusia

sehingga

yang

jarang

bersifat negatif

dan

luar sekolah yang

pada

sebagian

masa


narkotika,

yang saling

berinteraksi

dapat

menjadi
menjadi

salah satu

yang

krisis

normatif,

mereka


misalnya

menyelenggarakan

penyalahguna

memiliki

mampu

diantara

destruktif,

narkotika. Inabah merupakan

akan

berkualitas dimasa depan. Namun


demikian, remaja juga berada
sehingga tidak

ia

dapat

yang

yang

diharapkan

yang

mereka

dimasa


muda

itu

ada

penyalahguna

lembaga

pendidikan

pembinaan

mempunyai

mempengaruhi

yan


remaja

komponen
proses

sistem

pembinaan

tersebut.

Dari

beberapa

Inabah, terdapat
proses

komponen


sistem

yang

pelaksana
efektifitas

di

komponen yang dominan berpengaruh terhadap

pembinaan remaja penyalahguna narkotika

komponen

ada

sarana,
program


khususnya
pembinaan

mereka

dalam

kualitas

pembina

tersebut
melaksanakan

individual dan kelompok.

IV

itu,

dan

yaitu

sebagai
pada

tanggungjawab

Pertanyaan yang muncul dalam

Bagaimana
program
dan

perilaku

penelitian

yang dilakukan Kyai

ini

adalah:

sebagai

pengelola

agar dapat membantu pembina meningkatkan

kemampuan

keterampilannya

Penelitian

dalam

melaksanakan pembinaan remaja.

bertujuan

mendeskripsikan,

dan mencari makna baru tentang

perilaku

menganalisis,

pengelola

Inabah.

Manfaat penelitian bagi PLS adalah menguji keberlakuan teori

supervisi PLS, agar
Pengelola

pembina

merupakan

mempunyai

sumbangan

supervisi dengan efektif.

arah

pemikiran

Bagi

Pembina

diri.

Bagi

agar

melakukan

untuk

memperkaya

wawasan dan metoda pembinaan, bagi pemerintah dan masyarakat
adalah

sumbangan

pemikiran

menciptakan

kesehatan

mental

masyarakat.

Temuannya :

1.

Persepsi pengelola tentang peranannya sebagai supervisor
sebagai

hal

yang

sangat

penting

untuk

memajukan

tentang

andragogi

adalah

pembina

merupakan

orang dewasa yang

mempunyai

konsep

diri,

pembinaan.

2-

Persepsi

nilai dan

3.

Penyusunan

kebutuhan.

supervisi

pelaksanaan dan tindak

4.

pengalaman,

diawali

dengan

perencanaan,

lanjut.

Teknik supervisi dilakukan

dengan

diskusi,

kunjungan,

dan pertemuan pribadi.

5.

Hal yang dibicarakan adalah hasil hasil
kesulitan-kesulitan pembina.

observasi,

dan

6.

Hubungan

Pengelola

dengan

Pembina

cukup

terbuka,

kerjasama dan kasih sayang.

7.

Supervisor Yayasan dapat memberikan bimbingan, informasi
dan motivasi kepada pengelola dan Pembina.

8.

Penghambat terutama fasilitas yang terbatas.

Disimpulkan

bahwa

perilaku

pengelola

sebagai

supervisor mempengaruhi pembina dalam pembinaan remaja.

VI

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL TESIS

i

LEMBAR PENGESAHAN

ii

MOTTO

in

ABSTRAKSI

.

iv

KATA PENGANTAR

vii

DAFTAR ISI.

>:iv

DAFTAR GAMBAR

xviii

DAFTAR TABEL

xix

DAFTAR LAMPIRAN

BAB. I.

xx

: PENDAHULUAN
A.

l

LATAR BELAKAN6 MASALAH

1

1. Generasi Muda sebagai calon Sumber Daya
Manusia Masa Yang Akan Datang

1

2. Penyimpangan Perilaku

2

3. Upaya Penanggulangan Bahaya Penyalahgunaan

Narkotika

4

4. Peranan Supervisi PLS Dalam Menangani
Penyalahguna

BAB.

II.

i Narkotika.

6

B.

PERMASALAHAN

8

C.

RUMUSAN MASALAH

15

D.

TUJUAN PENELITIAN

17

E.

PENTIN6NYA PENELITIAN

18

F.

DEFINISI

20

ISTILAH

: PERANAN SUPERVISI PLS DALAM PEMBINAAN REMAJA
PENYALAHGUNA NARKOTIKA

A.

LANDASAN EMPIRIS DARI
PENELITIAN

23

HASIL-HASIL
2o

>: l v

B. REMAJA PENYALAHGUNA NARKOTIKA
1. Pengertian Remaja
2. Ciri-Ciri Masa Remaja

28
29
30

3. Latar Belakang Penyalahguna Narkotika....
a. Sudut Pandang Psikologi
b. Sudut Pandang Agama Islam

33
33
34

C.

PERANAN INABAH VI DALAM MEMBINA REMAJA
PENYALAHGUNA NARKOTIKA

1.

38

Pengertian dan Kedudukan PLS Dalam
Sistem Pendidikan Nasional

39

a.

39

b.

Pengertian
Kedudukan PLS Dalam Sistem Pen
didikan Nasional

42

1) Pengertian Keluarga Sebagai
Satuan LPS

.

42

2) Peranan Keluarga Dalam Pembinaan
Anak

44

2. Pendekatan Andragogi Dalam PLS
3. PLS Sebagai Proses Empowering

D.

47
51

a. Pengertian

51

b. Pendekatan Proses Empowering
c. Karakteristik PLS Sebagai Proses
Empowering

53
54

PERANAN SUPERVISI PEMBINAAN REMAJA
PENYALAHGUNA NARKOTIKA

57

1.
2.
3.
4.

57
63
65
70

Peri 1aku Supervisi
Tujuan Supervisi
Peranan Supervisi
Kompetensi Supervisi

5. Langkah-langkah Penyusunan Program
Supervisi
6. Teknik—Teknik Supervisi
a.

Teknik

Tertulis

75
77
77

b. Teknik Kunjungan

78

c.

81

Teknik

Diskusi

7. Supervisi Sebagai Kepemimpinan Pembelajaran Partisifatif .......

E.

86

8. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Supervisi.

91

PERANAN PONDOK REMAJA

93

INABAH

1. Pengertian Inabah
2. Kyai (Pengelola Program), Pembina,
Tarekat dan Tarekat Qodiriah Naqsya-

93

bandiyah (TON)

94

a.

94

Kyai (Pengelola Program)

>:v

b. Pembina
c. Tarekat
1) Pengertian Tarekat
2) Jenis-Jenis Tarekat
d. Tarekat Qodiriah Nagsyabandiyah ...
1) Pengertian TQN
2) Tuj uan TQN
3) Pengamalan TQN di Inabah

95
95
95
96
97
97
99
107

3. Inabah Sebagai Satuan PLS yang
Menyelenggarakan Pendidikan Rasa

BAB III

: PROSEDUR PENELITIAN

117

123

A. POPULASI

123

B. METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Metode Penelitian
2. Teknik Pengumpulan Data

124
124
126

a. Teknk Wawancara
b. Observasi
c. Studi Dokumentasi

3. Pelaksanaan Pengumpulan Data
a. Tahap Orientasi
b. Tahap Eksplorasi
c. Tahap Member Check

126
128
130

130
131
131
132

C. CARA MEMPEROLEH TINGKAT KEPERCAYAAN
HASIL PENELITIAN

BAB IV.

133

D. PEDOMAN PENGOLAHAN DATA

136

E. KERAN6KA PENELITIAN

139

HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI

144

A. HASIL PENELITIAN

144

1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ......
2. Keadaan Lingkungan Pondok Inabah

144
145

3. Susunan Pengurus Inabah VI Bandung ...
4. Kondisi Obyektif Pengelola Program
a- Persepsi Pengelola Program Tentang

146
147

Peranannya Sebagai Supervisor
Pembinaan

147

b. Persepsi Pengelola Program Tentang
Pendekatan Andragogi
c. Kegiatan Pengelola Program Sebagai
Supervisor Pembinaan Dalam

;;vi

ISO

Menyusun Program Supervisi
Pembinaan

152

d. Kegiatan Pengelola Program Sebagai
Supervisor Pembinaan Dalam
Pembimbingan Para Pembina .........
1) Diskusi Kelompok
2) Kunjungan ke Ruang Pembinaan ...

154
154
155

3)

157

Pertemuan Pribadi

e. Hal-hal yang Umumya Dibahas
Pengelola Program Dengan Pembina
Dalam Kegiatan Supervisi
1) Pertemuan Individual
2) Diskusi Inabah

157
158
159

f. Pola Hubungan Pengelola Program
Dengan Para Pembina

162

g. Keterlibatan Pengurus Yayasan
Sebagai Supervisor Pembinaan
1) Kunjungan ke Inabah

2) Pertemuan Kelompok
h. Faktor Penghambat yang Dihadapi
Kyai dalam Melaksanakan Supervisi
Pembinaan

B.
BAB V.

DISKUSI HASIL PENELITIAN

163
164

166

167

167

KESIMPULAN DAN SARAN

193

A.

KESIMPULAN

193

B.

SARAN-SARAN

198

DAFTAR PUSTAKA

201

LAMP IRAN-LAMPIRAN

205

>:vi l

DAFTAR GAMBAR

Halaman

i-

Perilaku Supervisi Pembelajaran, Sumber, Arah
dan Tuj uan

2.

6j

Sistem Perilaku Organisasi Pendidikan dan

Bidang Teori yang diambil untuk diimplementasikan
kepada perilaku Supervisi Pembelajaran

62

3.

Prosedur Pengolahan Data

134

4.

Prosedur dan Ruang Lingkup Penelitian

135

5.

Kerangka Penelitian

140

>:v 1 1 1

DAFTAR TABEL

Halaman

1.

Pedoman Pengumpulan Data

13g

MIX

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1.

Ibadah Sebagai Metoda Pembiaan Korban

Penyalahguna Narkotika dan Kenakalan Remaja
•7

205

Nama Inabah, Nama Pengelola, Tahun Berdiri dan

Alamat/Lokasi Inabah

.

216

3.

Si 1si 1ah TQN

m

2l2

4.

Struktur Organisasi Pondok Pesantren Suryalaya

220

5.

Insan Kami 1 Mukammi1

221

6.

Lapisan-lapisan yang Terdapat dalam Diri Manusia

7.

Menurutt Hadis Qudsyi

2.22.

Proses Peningkatan Iman Menurut Konsep TQN

223

>: >:

pp.

BAB

I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG MASALAH

1. Generasi Muda sebagai Calon Sumber Daya

Manusia

Masa

yang Akan Datang.
Kesinambungan
bangsa,
dalam

harkat derajat

pembangunan

diukur antara lain oleh kesiapan

suatu

bangsa

membina para generasi mudanya, sehingga

itu

mereka

menjadi sumber daya yang berkualitas di masa yang akan
datang.

Generasi
Pola

Dasar

1970:20)

muda,

sebagaimana tercantum

Pengembangan
mempunyai

ber—gairah,
terdidik,

Generasi

ciri-ciri

bersemangat,

Muda

di

(Depdikbud:

:"idealis,

mandiri,

patriotisme, nasionalisme,

dalam

kritis,

berdisiplin,

sikap ksatria dan

kemampuan penguasaan ilmu dan tekriologi".
Dengan

jelas

potensi-potensi tersebut,

merupakan

diharapkan

tumpuan

harapan

generasi

muda

bangsa,

yang

mampu meneruskan gerak kesinambungan peran

aktif para pendahulunya. Gerak mereka diharapkan mampu

meneladani para pendahulunya dan
bahwa adanya
hasil

mengartikan

hari ini yang lebih baik, karena

perjuangan

daya manusia

dapat

hari

dengan

kemarin. Mereka adalah

segenap potensinya

yang

adanya
sumber

dapat

dikembangkan,
mendukung

sehingga

berbagai

mereka

aspek

diharapkan

pembangunan

mampu

yang

sedang

dilaksanakan.

2. Penyimpangan Perilaku

Remaja merupakan umur

umur anak

yang

menjembatani

dengan umur dewasa. Sebagaimana

oleh Daradjat (1982:28) bahwa

tingkat umur,

yaitu

"remaja

antara

dikatakan

adalah

suatu

anak-anak tidak lagi anak,

akan

tetapi dapat dipandang dewasa".

Meier

(1978:118)

Erickson,
berada

mengemukakan

yang meninjau remaja sebagai

nya

diskrepansi

antara

tujuan

berada

bahwa

pada

pemikiran,

masyarakat.

sebagai

perilaku

behavior"

dari

Istilah

kenakalan remaja.

tujuan

dan

dirinya

pertumbuhan

dan

perilaku,

bersifat

norma—norma

Perilaku

atau

pertumbuhan

dan

umum

lebih

norma—
disebut

"deviated

perkembangan
dikenal

yang

dan

agama dan
itu

dan

yang

negatif

mereka

menyimpang,

dan
dapat

di antara mereka ada

sikap

yang

proses

tidak

proses

menjurus kepada hal-hal yang
destruktif, melanggar

pada

yang

distansi

sehingga

perkembangan itu, sebagian
mempunyai

dalam

pola-pola

masyarakat,

dipungkiri,

sehat.

makhluk

di dalam krisis normatif. Remaja

pertumbuhan

norma

pendapat

yang
adalah

Kenakalan
yang

remaja ini merupakan masalah

sudah lama menjadi bahan

Masalah

ini memiliki

berkembang
nilai-nilai
tersendiri

pemikiran

kecenderungan

sejalan

masyarakat.

untuk

perubahan

kehidupan,

sosial,

dan

dan

tumbuh,
pergeseran

membawa

akibat

sepanjang masa.

Kenakalan

remaja,

menurut

Bakolak

Inpres

No.6/1971 Pedoman 8 yang dikutif oleh Willis (1986:59)
yaitu:

Kelainan tingkah laku, perbuatan atau
tindakan
remaja yang bersifat asosial, bahkan anti
sosial
yang melanggar norma-norma sosial,
agama serta
ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.

Kenakalan

tatanan

hidup

menganiaya,

remaja sering mengganggu

masyarakat

memperkosa,

seperti

keharmonisan

halnya

berkelahi,

merampok,

mengisap

ganja,

morphine dan jenis narkotika lainnya.

Sejak
menderita

dekade tahun 1960-an, banyak
gangguan

penggunaan

zat.

remaja

Menurut

yang
Satya

Joewana (1989:2) ganggunan penggunaan zat itu adalah :

Suatu
gangguan
jiwa,
berupa
penyimpangan
perilaku yang berhubungan dengan
pemakaian zat,
yang dapat mempengaruhi susunan syaraf
pusat
secara kurang lebih teratur, sehingga menimbulkan
gang-guan fungsi sosial.

Adapun
yaitu

narkotika (Tugas Prakasa Siliwangi TT
:

zat—zat

menidurkan/nar-kose, yang

yang

membiuskan

menyebabkan

atau

ketidaksadaran

sebagai pengaruh zat-zat tersebut pada susunan
sentral.

5)

syaraf

3. Upaya Penanggulangan Bahaya Penyalahgunaan Narkotika

Berbagai
bahaya

upaya

dilakukan

sektoral,

artinya

bahwa

lintas
upaya

disipliner

tersebut

melibatkan berbagai instansi,

Kesehatan,

Dalam

terpadu,
dengan

Departemen

dan

Keamanan,

Kebudayaan, Agama, Sosial,

Penerangan

Negri.

Pertahanan

Selain

itu

juga

berbagai

kalangan keluarga
serta

dan

profesi,

dilibatkan
keagamaan,

meliputi
pembina

melibatkan

Demikian

lapisan
melalui

pendekatan serta disiplin keilmuan.

Upaya

dan

misalnya

swasta dalam pelaksanaannya.

hukum,

bersifat

dilakukan

instansi

masyarakat,

itu

:

Kehakiman,

Pendidikan dan

yang

menanggulangi

penyalahgunaan narkotika. Upaya

lintas

dan

untuk

anggota

macam-macam

Adapun

kedokteran,

pula

profesi

kependidikan,

sosial dan psikologi.

yang dilakukan untuk menanggulangi

penyalahgunaan narkotika menurut Ike Siregar

bahaya
(1986:6-

12)

pada dasarnya "terdiri dari tiga kegiatan,

a)

upaya

preventif-represif;

b)

upaya

yaitu

promotif,

prevent!f-edukatif; c) upaya kuratif-rehabilitatif*.

Dalam
macam

upaya kuratif-rehabilitatif, ditempuh

pendekatan utama baik dilakukan secara

maupun secara sendiri-sendiri. Kedua macam
itu adalah:

dua

terpadu

pendekatan

a.

Pendekatan medis.

Menurut

Ike Siregar (1990:11-15),

dilakukan

pendekatan

dengan cara: "...pengobatan:

ini

terdiri

:1) Tahap inisial (awal) selama

1-3

terapi lepas

komplikasi-komplikasi

medik

obat

selama

dan

terapi

1-3

stabilisasi/pemantapan

minggu;

selama

3-9

persiapan kembali ke masya-rakat
5)
3

Tahap

hari;

2)

dari

3)

Tahap

bulan;

selama

Tahap

4)

3-12

tahap
bulan;

resosialisasi/ kembali ke masyarakat selama

tahun.

Pendekatan

Rasyid
lama,

medis

ini

menurut

Ny.H.L.

(1991:35) "relatif mahal, juga
bahkan

diperkuat

tidak

oleh

membawa

pendapat

memakan

hasil".

Soedjono

Hal

(1977:14B)

Raslim

waktu
ini

yang

menyatakan bahwa :

penyalahguna
narkotika
di
Penanggulangan
rumah-rumah sakit,
ternyata
sifatnya
hanya
menghilang-kan
sementara.
Selama
proses
perawatan,
mereka tidak
mengenal narkotika,
tetapi setelah
keluar rumah sakit mereka kembali
mencicipi narkotika.

b.

Pendekatan non medis

Proses

yang

ditempuh

obat-obatan, tetapi bersifat

tidak

memberi

menggunakan

bantuan

kepada

indivi-du untuk menyembuhkan diri sendiri.

Salah satu pendekatan non medis adalah

menggunakan metode Torekat

Qodiriyah

pembinaan

Naqsyabandiyah,

yang berpusat di Pondok Pesantren. Terhadap metode TQN

ini Moch.Ali (1988;17) berpendapat bahwa:

Proses perawatan penyalahgunaan narkotika dengan
menggunakan TQN mempunyai dampak efektif pada
hilangnya gejala ketergantungan. Dampak
yang
terjadi, bukan hanya terhadap hilangnya gejala
kelainan
tingkah laku, tapi juga
terhadap
hilangnya

penyebab

munculnya

gejala,

yaitu

hilangnya penyakit kalbu.

Demikian pula pendapat Emo Kartomo (1989;30) yang
melakukan penelitian di Inabah berkesimpulan bahwa
"tingkat keberhasilan

di

Inabah,

jauh

lebih

dibandingkan dengan pembinaan di RSKO dan

4. Peranan

Supervisi PLS Dalam Menangani

:

besar

RS Jiwa".

Penyalahgunaan

Narkotika

Untuk perkembangan kegiatan pembinaan di
diperlukan manajemen yang sesuai dengan

Inabah,

kepentingan

lembaga pendidikan Islam tersebut. Menurut H.D.Sudjana
(1992;3)

fungsi-fungsi

"perencanaan,

menajemen

terdiri

pengorganisasian,

dari

penggerakan,

pembinaan, penilaian, dan pengembangan".

Dalam kaitannya dengan judul penelitian ini yaitu
pelaksanaan

supervisi,

maka di bawah

ini

diuraikan

selintas mengenai supervisi tersebut.

Menurut H.D. Sudjana (1992;169) supervisi PLS adalah:

Kegiatan

memberikan

pelak-sana

program PLS,

bantuan
didalam

teknis

kepada

melaksanakan

tugas-tugas yang telah diberikan dalam mencapai
tujuan organisasi atau lembaga
penyelenggara
program PLS.

Adapun

pengertian

supervisi

pembinaan

di

Inabah

ada-lah:

Kegiatan
pembina

pemberian
dalam

mencapai

tujuan

pembinaan

inabah,

pe-nyalahgunaan
potensi diri

bantuan teknis

proses

yaitu

narkotika

menuju

kepada

para

remaja

untuk

terlepas

dan

dari

pengembangan

perwujudan diri

disertai

mahabbah kepadaNya. (Kyai Sutan Ali, 1994:10).

Pihak-pihak

adalah:

"supervisor

tugas supervisi
yang

yang

terlibat

yaitu

didalam

pihak

supervisi

yang

melayani

yaitu : pengelola program, dan

disupervisi

yaitu

sumber

belajar,

pihak
tutor,

fasilitator". (HD.Sudjana, 1992:169).

Adapun

Inabah,
Inabah
sebagai

pihak-pihak yang terlibat didalam

adalah

"Pengelola Program

sebagai

dan sebagai wakil guru tarekat
supervisor,

sedangkan

supervisi

pembina

yang

pimpinan
bertugas

adalah pihak

yang disupervisi" (Kyai Sutan Ali,1994:19).

Berdasarkan konsep ini, maka pimpinan Inabah

ini

bertanggung jawab terhadap supervisi yang dilakukannya
kepada para pembina di Inabah yang dikelolanya. Secara
vertikal koordinasi

pembinaan

di

Inabah

tersebut

adalah:

a. Organisasi Majelis bina Pondok Pesantren Suryalaya.
b. Kantor Yayasan Serba Bakti PP Suryalaya.

c. Pengelola Program Pembinaan Inabah VI Bandung
d. Para Pembina sebagai pelaksana pembinaan.

Secara horisontal pembinaan nonformal yang tumbuh dari

8

para pelaksana di lapangan adalah:

a. KHA. Shohibul Wafa Tajul Arifin atau Pangersa

Abah

Anom

b. Supervisi Yayasan Ser'ba

Bakti

c. Pengelola Program melalui Kelompok Kerja

Pengelola

Program.

d. Pusat

Kegiatan Pembina (PKP), yang

kelompok

Pembina

dan

terdiri

Pengelola

Program

dari
serta

Supervisor Yayasan Serba Bakti.

Pembimbingan
peningkatan

para

proses

sebuah

wadah,

sesuai

dengan fungsi

Serba Bakti,

dan

dan

pembina

pembinaan

merupakan
dan

tugas

dalam

dilakukan

pembinaan

tugas

melalui

fungsional

supervisor

pengelola

rangka

program

Yayasan

sebagai

pimpinan Inabah kepada pembina.

B.

PERMASALAHAN

Pembinaan
dikembangkan

remaja
didalam

sebagai
penelitian

suatu
ini,

konsep

yang

diangkat

dari

konsep Nani Sudarsono (1982:18) yang menyatakan bahwa:

Manusia sebagai
makhluk
Allah
mempunyai
kelebihan dibandingkan makhluk lainnya,
yaitu
karena adanya *akal
budi dan pikiran
yang
menjadikan manusia berwatak, bersikap...

Selain

itu

juga didasarkan kepada konsep

J.F.

Herbart

(1^76-1341) yang mengatakan bahwa:

Jika 'akal budi seseorang dilatih dengan baik,
dan jiwanya diisi dengan ide-ide kebaikan, maka
orang tersebut akan menggunakan pengetahuan untuk
membimbing tingkah lakurrya.

Garis-garis

memberikan

utama

gambaran

yang hendak

panjang

25 tahun

keenam,

Haitian

yang

Negara

1993

telah

jelas

bahwa

sasaran

melalui pembangunan

jangka

cukup

dicapai
kedua,

ialah

masyarakat
1993

Besar

yang

berawal

terciptanya

hakekat

kualitas

pembangunan

Indonesia. Semua

dicapai melalui kerja

manusia

nasional

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya

seluruh masyarakat

Repelita

keras

dan

ini

hanya

dapat

dan pendidikan.

pembangunan nasional dilakukan oleh berbagai

organisasi

adalah

pembangunan

Upaya untuk mewujudkan manusia seutuhnya

Kolombia,

dan

maju. Ditegaskan didalam GBHN

Indonesia yang

bahwa

pada

ACPO bergerak di

melalui

negara.

dalam

Di

pelayanan

pendidikan (swasta non profit) untuk masyarakat pedesaan.

Organisasi

itu

berhasil mewujudkan

manusia

utuh

yang

memahami; bagaimana meningkatkan kesejahteraan

material,

intelektual,

melakukan

spiritual,

peranan-peranan

bukansaja

sosial. Dampak

dalam bentuk ekses

belajarterhadap
kabar,

kreativitas,

siaran

dari

dan

radio,

dan
program

kerangsangan
buka

paket

dan

warga
surat

tapijuga pada perubahan sikap dan perilaku mereka

yang tampakdalam meningkatkan taraf hidup

tentu

tersebut,

bahwasumber

sangatberperan
diungkapkan

"sumber daya

daya

manusia

dalam

oleh

Sudah

berkualitas

pembangunan,

Santoso S.

manusia yang

yang

mereka.

ini

sebagaimana

Hamijoyo

(1992:25)

bahwa

berkualitas

merupakan

modal

10

yang mendatangkan

laba dalam

bentuk meningkatnya

pengetahuan, keterampilan dan sikap

yang layak yang

pada gilirannya akan memperlancar pembangunan bangsa".
Di

Indonesia adanya Surat Keputusan

Presiden

No.4

tahun 1984 tentang Hari Anak Nasional, adalah salah satu

upaya untuk menggugah kesadaran dan mengingatkan

pikiran

kita agar semua memperhatikan, dan berusaha meningkatkan
kesejahteraan generasi yang akan menggantikan

kita.

Tantangan yang akan dihadapi generasi yang akan datang
jauh lebih

berat dibandingkan dengan tantangan yang

dihadapi generasi

hendaknya

dipersiapkan

zamannya,

dirinya

di

sebelumnya.

sehingga

sebagai

tengah

tata

agar

mereka

bangsa yang

Oleh karena itu

mampu
mampu

mengantisipasi

mengembangkan

merdeka

dan

Kegiatan
nilai

luhur

Immanuel

berdaulat

pesat,

pendidikan

dan

terutama dapat dicapai melalui pendidikan.

Pendidikan selalu mengarah
manusia dan kemanusiaan.

Kant yang

dikutif

oleh

kepada
Oleh

karena

pendidikan".

itu

B.S.Martadiatmaja

Demikianlah

bertujuan untuk menumbuhkembangkan

manusia di dalam kehidupannya.

nilai-

karena

(1986:19) berpendapat bahwa "Manusia hanya dapat

manusia

jati

pegaulan bangsa-bangsa lainnya didalam

pembangunan ilmu dan teknologi yang semakin
semuanya ini

remaja

menjadi

kegiatan
manusia-

11

Tujuan

Pendidikan

Nasional

menurut

UU

Sistem

Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 yaitu:
....mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia

yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa., berkualitas, mandiri, sehingga mampu
membangun dirinya serta masyarakat sekelilingnya,
serta
dapat memenuhi
kebutuhan
pembangunan
nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa.

Di dalam UU Sistem Pendidikan Nasional tersebut juga
ditegaskan

dari

bahwa Sistem Pendidikan Nasional itu

dua

subsistem

pendidi-kan

sekolah

pendidikan,

dan

sekolah. Dengan kata

itu

subsistem

lain

harus bertanggung jawab

sesuai

dengan kehendak

yaitu

yang

kedua

sub

sistem

pendidikan

subsistem

menghasilkan
telah

terdiri

luar

pendidikan

lulusan

digariskan

yang

didalam

tujuan Pendidikan Nasional.

Sehubungan

(1962:255)

dengan

pendidikan,

Herman

H.

Home

dengan berpangkal pendapat kepada William

Mc

Gucken SJ menyatakan bahwa:

Pendidikan
adalah
suatu
perkembangan
dan
kelengkapan
dari
fcemampuan-kemampuan
manusia
baik moral, intelektual, maupun jasmaniah yang
diorganisasikan terhadap kepentingan

individual

atau
sosial
dan
diarahkan
kepada
kegiatan-kegiatan yang bersatu dengan PenciptaNya
sebagai tujuan akhirnya.

Berdasarkan

uraian di atas, dapat

dikatakan

bahwa

pendidikan hendaknya mampu mengarahkan kesadaran individu

terhadap

hukum-hukum Allah, agar individu itu

kepribadian
melalui

yang seimbang, dan dapat mencapai

latihan-latihan rohani, intelektual,

mempunyai
ma'rifat,
emosi

dan

12

jasmani,

dan kegiatan-kegiatan lain baik

yang

bersifat

pribadi maupun sosial yang bernilai ilahiyah.
Pendidikan

sifat

hendaknya dikonsepsikan

Allah

pada

manusia,

diper-tanggungjawabkan

sebagai

sebagai

aktualisasi

sikap

yang

kepada Allah, dirinya

dapat

sendiri,

sesama manusia dan masyarakat.

Sudah

tentu

pendidikan

sebagai

bahwa

diperlukan

pembina

untuk

manusia

atau

mencapai

lain

pendidik

keberhasilan

yang

terhadap

berfungsi

para

warga

belajar.

Manusia menurut Allah SWT. adalah khalifah Allah di

muka

bumi, sebagaimana di tegaskan di dalam Al Qur'an surat Al

Baqoroh

ayat

30 yaitu: ...dan

ketika

tuhanmu

kepada para Malaikat, sesungguhnya aku hendak

berkata

menjadikan

seseorang khalifah di muka bumi.

Maksudnya

bahwa

bumi,

yang

bumi,

dan

kehidupan

manusia adalah khalifah Allah

di dalam

kehidupannya

manusia

dalam waktu yang sama menjiwai
manusia

di

muka

memakmurkan
dan

lain dengan norma-norma

mewarnai

dan

nilai-

nilai.

Dalam

kaitannya

nurture

dengan pendidikan

sebagai

nature

dan

sebagaimana pendapat KH.Dewantara, para

pembina

hendaknya secara langsung ataupun tidak langsung

dapat

meningkatkan
dapat

cipta, rasa dan

meningkatkan

permasa1ahan.

kemampuan

karsa

remaja,

dirinya

dalam

sehingga
mengatasi

13

Demikianlah, tingkat keberhasilan proses

itu

sebagian besar tergantung kepada

yang mengelola proses

efektivitas
individual

mereka
dan

pendidikan

dalam

kelompok.

pendidikan

kualitas

tersebut,

personil

dan

pada

melaksanakan

tanggung

jawab

Sebagaimana

dinyatakan

oleh

Soepardjo Adikusumo (1988:9) bahwa:

Aspek permasalahan aspek mikro masih banyak yang
harus dibenahi dan ditangani secara menyeluruh
dan
membutuhkan
pakar-pakar
yang
canggih,
khusus-nya di tingkat pelaksana di
lapangan.
Karena kebijaksanaan
mikro yang diyakini dan
dijadikan
andalan
sebagai
kunci-kunci
keberhasilan dari suatu
upaya "fcutak-katik"
para pakar pendidikan selama
ini, memerlukan
perenungan yang terinci dan cermat dari banyak

out put

base

line

studies,

mengenai

profil

competencies dan performances guru dari proses
yang sedang berjalan dalam skala permasalahan
mikro kependidikan, yaitu di tingkat lapangan.

Sarana dan prasarana, dana dan program pembelajaran

yang

dirancang

demikian

dari

dengan

proses

adalah

unsur

sumber

dapat

mengakibatkan

adalah

esensial,

keseluru-han tugas-tugas
pembelajaran itu

belajarnya,

yang

yang

terjadinya perubahan-

namun

yang

berkenaan

terpenting

diharapkan
perubahan

yang

dikehendaki

pada

warga belajar.

Pemikiran

di atas melahirkan satu pertanyaan

bagaimana perilaku pengelola

para

pembina

gilirannya

yaitu

program agar dapat membantu

meningkatkan

kemampuannya,

menciptakan terjadinya

yang

pada

perubahan-perubahan

yang dikehendaki pada warga belajar?

Masalah

ini

menyangkut

pentingnya

supervisi

yang

14

dilaku-kan
menjadi

pimpinan Inabah terhadap para pembina

pokok

pembimbingan
proses

penelitian
terhadap

pembinaan

kemampuannya,
meningkatkan

meliputi

hendaknya

kualitas

pembinaan,

mengutamakan

itu,

mengelola

pengembangan

gilirannya

dapat

proses pembinaan.

ini

selalu

perencanaan,

pelaksanaan

dan kegiatan

karena

bertugas

pada

pembinaan

kegiatan

Oleh

pembina yang

sehingga

Supervisi

ini.

yang

menentukan

program

penilaian

diprogramkan,

supervisi

untuk feedback,

materi

pembinaan,

yang

disusun

oleh pimpinan Inabah dan pembina.

Berdasarkan

dalam

pemikiran di atas, maka

penelitian

pimpi-nan

ini

adalah

Inabah sebagai

menyusun dan melaksanakan

dalam upaya mengembangkan
dalam

topik

bagaimanakah

supervisor

program

masalah

perilaku

pembinaan

supervisi

kemampuan

dalam

pembinaan,

para

pembina

mengelola proses pembinaannya.

Penelitian

ini ingin mempelajari upaya apakah

yang

dilakukan

pengelila program untuk meningkatkan

kualitas

pembinaan

di Inabah melalui kegiatan pembinaan

terhadap

para

pembina.

pimpinan Inabah

Pertanyaan

telah

yang

muncul

melaksanakan

adalah,

kegiatan

apakah

supervisi

pembinaan dalam upaya meningkatkan mut proses pembinaan?
Penelitiain ini diharapkan akan mengungkapkan jawaban
atas pertanyaan tersebut, dan selanjutnya memperhatikan
kendala-kendala yang ada di dalam proses pembinaan
tersebut.

15

Berdasarkan

dipahami

perlunya

efekti-vitas
pembina

latar belakang masalah tersebut,

dilakukan

pelaksanaan

dari

pimpinan

penelitiin

pembimbingan
Inabah

VI

dapat

terhadap

terhadap

Bandung,

* para
melalui

supervisi pembinaan, mengungkapkan makna-makna baru
diperlukan untuk

pengembangan

informasi untuk

meningkatkan

pembina, sehingga
pembinaan

generasi

narkotika di

C.

mampu
muda

selanjutnya

dan

yang

sebagai

kualitas pembinaan

meningkatkan
khsusnya

para

kualitas

pemuda

proses

penyalahguna

Inabah VI.

RUHUSAN MASALAH

Secara

empiris

penulis dapat memberikan

umum

tentang

kegiatan pelaksanaan

yang

dilakukan pengelola program terhadap

gambaran

supervisi

pembinaan

para

pembina

Inabah VI Bandung. Hasil wawancara dan pengamatan penulis
pada

saat penjajagan

terhadap

pesbinaan di Inabah ini adalah
belum mampu

pelaksanaan
bahwa

supervisi

pengelola

menyusun suatu rencana supervisi

program
pembinaan

dalam bentuk program pembinaan terhadap para pembina.
Atas

dasar

bermaksud

hal

membahas

pengelola program
mengembangkan

di

atas,

masalah

sebagai

kemampuan

maka

pokok

penelitian

tentang

supervisor
para

pembina

perilaku

pembinaan,
dalam

dalam

mengelola

proses pembinaan dengan pendekatan andragogi pada
VI Bandung.

ini

Inabah

16

Fokus

penelitian ini adalah

efektivitas

pelaksanaan

bentuk

pembinaan

Kyai/pengelola

APAKAH

di

PROGRAM

TUGASNYA

DALAM MELAKSANAKAN

pembinaan

didalam

para

pembina

oleh

VI

Bandung.

Dengan

Inabah

SETELAH
SEBAGAI

PROGRAM

PADA INABAH

VI BANDUNG ?

Pokok-pokok

pertanyaan

persepsi

DITATAR

TELAH

SUPERVISOR

PEMBINAAN

penelitian

rumusan masalah tersebut di

a. Bagaimana

mendeskripsikan

masalah yang diteliti adalah :

PENGELOLA

MELAKSANAKAN

supervisi

terhadap

program

demikian rumusan

untuk

PEMBINAAN

TERHADAP

yang

PEMBINA

muncul

dari

atas adalah:

pengelola

program

tentang

peranannya sebagai supevisor pembinaan ?

b. Bagaimana

persepsi

pendekatan andragogi

pengelola
dalam proses

program

tentang

pembinaan

setelah

mendapatkan penataran ?

c. Kegiatan-kegiatan
program

apakah

yang

dilakukan

sebagai supervisor pembinaan

pengelola

dalam

menyusun

program pembinaan terhadap para pembina ?

d. Teknik Supervisi apakah
program

dalam

yang

upaya

dilakukan

pengelola

mengembangkan

kemampuan

bawahannya ?

e. Hal-hal

apakah

yang biasanya

dibicarakan

program, jifca mengadakan per.temuan dengan

baik secara individual maupun kelompok ?

pengelola
bawahannya,

17

f. Pola hubungan apakah yang

diterapkan

oleh

pengelola

didalam proses pembinaan terhadap pembina ?
g. Sejauhmana

keterlibatan

supervisor

Yayasan

Serba

Bakti Pondok Pesantren Suryalaya dalam pembinaan

para

pembina Inabah?

h. Apakah faktor penghambat yang dihadapi oleh supervisor
dalam melaksanakan proses

pembimbingan

terhadap para

pembina ?

D.

TUJUAN PENELITIAN

Secara

umum

mendapatkan

penelitian

gambaran

jelas

bertujuan

untuk

mengenai

kegiatan

Kyai/pengelola program atau sebagai supervisor

pembinaan

dalam memberikan

yang

ini

bimbingan

terhadap

pembina,

mereka mendapatkan pening-katan didalam
mengelola

proses

pembinaan

sehingga

kemampuan

penyalahguna

untuk

narkotika

di

Inabah VI.

Sedangkan
untuk

secara

mendeskripsikan,

mengenai

khusus penelitian

ini

menganalisis dan

perilaku pengelola program

mencari

dalam

tugasnya sebagai supervisor pembinaan,

bertujuan
makna

melaksanakan

khususnya

dalam

menyusun dan melaksanakan program pembinaan terhadap para
pembina

di Inabah

VI

Bandung,

dengan

tujuan

untuk

mendeskripsikan, menganalisis s

a- Persepsi

Pimpinan

Inabah

sebagai supervisor pembinaan

tentang

peranannya

18

b- Persepsi Pimpinan Inabah tentang pendekatan

Andragogi

dalam proses pembinaan

c. Teknik Supervisi yang

dilakukan

Pimpinan

Inabah

sebagai supervisor pembinaan dalam upaya mengembangkan
kemampuan para pembina.

d. Kegiatan-kegiatan

sebagai

yang

dilakukan

Pimpinan

Inabah

supervisor pembinaan dalam

menyusun

program

dibicarakan

apabila

pembinaan para pembina.

e. Masalah

atau hal-hal yang biasa

Pimpinan

Inabah

mengadakan

pertemuan

dengan

para

pembina, baik dalam bentuk pertemuan individual maupun
kelompok.

f. Pola

hubungan

antara

pimpinan

Inabah

dengan

para

pembina dalam upaya perbaikan pembinaan.

g. Keterlibatan

supervisor

Yayasan

dalam

proses

pembinaan para pembina di Inabah VI Bandung.

h. Faktor-faktor

penghambat

yang

dihadapai

Pimpinan

Inabah didalam pelaksanaan pembinaan para pembina.

E.

PENTINGNYA PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif, dan yang menjadi
sasaran

utamanya adalah profil perilaku Pimpinan

Inabah

dalam melaksanakan tugasnya sebagai supervisor pembinaan,
khususnya

dalam

pembimbingan

kemampuan
proses

upaya

kepada

para

para

pembina

pembinaan.

Dengan

menyusun

dan

melaksanakan

pembina

untuk

meningkatkan

tersebut,
mengadakan

didalam

mengelola

penelitian

ini,

19

diharapkan

makna-makna

dapat berguna

bagi

kegiatan supervisi

baru dapat diungkapkan

peningkatan
bagi

dan

sehingga

penyempurnaan

peningkatan dan

penyempurnaan

kegiatan supervisi pembinaan terhadap para pembina, dalam
mengelola

proses pembinaannya.

Secara lebih tegas, penelitian ini diharapkan

dapat

bermanfaat untuk mengu ji keberlakuan teori supervisi

dalam upaya meningkatkan kemampuan para
khalifah

di mufca bumi, yang bertugas

pembina

lain

dengan

das-

nonna-r.orma

hadapi

dengan

tinggi,

diri

sehingga

dan

^elanjui'Vys

issajinatif, inisiatif, dan

kreatif

yang pada gilirannya berpengaruh terhadap

hasilan pencapaian tujuan

Pemahaman

para

pembina

pimpinan

terhadap

sebagai

Inabah

pelaksanaan

ditampilkan,

keberlakuan

dapat

teori

aspek

suatu

hipotesis,

ditemukan,
implikasi

penting

tapi

dapat

kefaer

pembinaan
untuk

pembelajaran

dari

pengelola

supervisor

diandalkan

supervisi

diharapkan
yang

dan

proses

demikian, penelitian ini

yang

pembinaan tersebut.

fceseluruhan kegiatan pengelolaan dan pemahaman
sebagai

bumx,

manusia-manu&.ia

nilai-r.i lai,

memungklnKannya sTsemperol eh arah

sebagai

memakmurkan

dalam waktu yang sama mewarnai kehidupan

PLS

inabah,

yang
menguji

PLS.

Dengan

tidak dimaksudkan untuk menguji

berdasarkan
dapat

fakta-fakta yang

manangkap

dikembangkan

menjadi

berbagai
suatu

20

hupotesis,

berbagai

dan

juga

konsep

pengembangan

dapat

yang

dicoba

untuk

berkenaan

mengevaluasi

dengan

sumber daya manusia dalam

supervisi

suatu

lembaga

pendidikan, khsusunya PLS.

Dari

segi

diharapkan
para

praktis,

Inabah

kualitas proses

di

dalam

pembinaannya.

1. Remaja

meningkatkan

program hasil penelitian ini diharapkan

melaksanakan

DEFINT3I

upaya

ini

terhadap

Secara lebih tegas,

merupakan sumbangan pemikiran,

F.

penelitian

dapat meningkatkan sistem bantuan

pembina

pengelola

kepentingan

sehingga

bagi
dapat

ia

dapat

supervisi pembinaan secara efektif.

ISTILAH :

penyalahguna

narkotika,

yang menggunakan jenis bahan

tidak sah.

adalah

narkotika

individu.'remaja
tertentu

Penggunaan narkotika secara tidak

jangka waktu tertentu dapat

menimbulkan

sah

: 5).

dalam

ketergantungan,

yang dapat dikatagorikan sebagai gejala gangguan

(Tugas Prakarsa Siliwangi

secara

Adapun

mental.

remaja

yang

menjadi penyalahguna narkotika dalam penelitian ini

yang

sedang dibina di Inabah VI berjumlah 56 orang,

40 orang

laki—laki, 16 orang wanita.

2. Pembina adalah "pemandu

kegiatan

pembinaan

di

Pondok

Inabah" (Tajul Arifin, 1985 : 27).

Pembina dalam proses pembinaan remaja korban penyalahguna
narkotika

ini

bertugas

membimbing

anak

binaan

dalam

21

kegiatan-kegiatan di Inabah

VI

fardhu

mandi

dan

sunat

serta

seperti

dzikir,

taubat,

shalat

memberikan

pengetahuan agama dan olah raga.
3.

Supervisi Pembinaan

Supervisi

adalah

usaha

yang

dilakukan

pendidikan, dalam upaya menumbuhkan

pengelola

kepemimpinan

sumber

belajar dalam melaksanakan pembinaan (Good, 1973 : 539).

Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar,
berencana dan

terarah

untuk

meningkatkan

sikap serta k.eterarrrpi Ian subyek didik,

tindakan bimbingan,
mencapai
1978

i

pengarahan

dan

tujuan yanq diharapkan.

pengetahuan,

dengan

tindakan-

pengembangan
'Departemer-

untuk

p

*-

20),

Supervisi pembinaan di

Inabah

adalah

riirencanakan, dan terarah oleh

Kyai

pembimbingan
(Pengelola

yang

Inabah}

terhadap pembina Inabah untuk meningkatkan kemampuan
keterampilan pembina

dalam

membimbing

kegiatan

penyalahguna narkotika, yang intinya terdiri
taubat5

K,.

shalat fardhu dan

sunat

serta

dan

remaja

dari

mandi

berdzikir

jahar

sekurang-kurangnya 165 kali.

4.

Inabah mengacu kepada fungsi pondok, yaitu

remaja

penyalahguna

narkotika

dilandasi akhlaqul karimah,

kepada

mengembalikan

kehidupan

yang

berpedoman pada ajaran

Islam

(Tajul Arifin, 1985 : 3).

Inabah VI

adalah

suatu

pondok

bagian dari pesantren Suryalaya

Inabah
yang

yang

khusus

merupakan
menangani,

membina

dan

merubah

perilaku

remaja

narkotika, yang bertempat di jalan Babakan

penyalahguna

Ciparay

H. Ishak Wijaya No 404, RT 08, RW 06, Kelurahan

Gang

Sukahaji

Kecamatan Babakan Ciparay Kotamadya DT II Bandung.

5. Persepsi menurut ahli

geografi

merupakan

meliputi segala sesuatu sebagai jumiah

istilah

yang

keseluruhan

dari

pengamatan, ingatan, sikap, preferensi dan

faktor-faktor

psikologis lain yang membentuk kognisi lingkungan
1973

(Down,

: 53).

Persepsi

pengeola

program

keseluruhan dari pengamatan

PLS
dan

di

Inabah

adalah

ingatan

serta

faktor-

faktor psikologis lain dari Kyai yang membentu> keyak i.r.^.n
ier

Leniu.

BAB

III

PROSEDUR PENELITIAN

A.

POPULASI

Populasi

fcarak teristik;

dalam

penelitian

ini

adalah seluruh

yang menyangkut pelaksanaan

supervisi

pembinaan di Inabah, khususnya berkenaan dengan supervisi

pengelola terhadap para pelaksana pembinaan, dalam upaya
meningkatkan

kemampuannya mengelola

pembinaan,

unsur-

unsur atau nilai-nilai yang berhubungan dengan penyusunan
program

sifat

supervisi, materi supervisi,

teknifc

supervisi,

hubungan pengelola program dan penampilan

pembina

dalam mengelola pembinaan.

Anggota

dari

Pengelola

belajar

populasi

dalam penelitian

program sebagai pimpinan

ini

terdiri

Inabah

sumber

dan para Pembina di lingkungan Pondok

Remaja

Inabah VI Bandung.

Pengambilan

penelitian

ini

sumber

data

menggunakan

(informan)

"purposive

dalam

sampling".

Menurut S. Nasution (1988: 29) purposive sampling yaitu:
Pilihan peneliti aspek apa dan siapa yang
dijadifcan fofcus pada saat situasi tertentu,
dan
karena itu terus menerus
sepanjang
penelitian.
sampling
bersifat
purposif
tergantung

kepada

tujuan

focus

pada

suatu

saat.

Pilihan

informan dalam teknifc ini dicari subyek yang

benar-benar

menguasai permasalahan,

pelaksanaan

supervisi

pembinaan dan
1 TT

J. jfL •__'

memiliki

proses

ciri-ciri

pembinaan,

124

terhadap

pemuda penyalahguna narkotika. Oleh karena

informan

yang dipilih adalah Pengelola program dan

itu

para

Pembina.

Penelitian
kualitatif

berprinsip,

mementingkan

informasinya. Sumber

pegangan

ini,

penelitian

dan

bukan

jumiah

ini

menjadi

awal

sedangkan

data

dapat

dari banyak informan (menggelinding), sehingga

mencapai

B.

konteks

data (informan)

dalam penelitian

diperoleh

bahwa

taraf konsisten.

METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1.

Metode Penelitian

Penelitian ini berbentuk deskriptif analisis

dengan

menggunakan pendekatan penelitian kualitatif (qualitative
research).

Data

(soft-data),
mengenai

yang dikumpulkan berbentuk

data

ini

berbentuk

uraian

data

(deskriptif)

kegiatan subyek yang diteliti, pendapatnya

aspek-aspek

lain

yang

berkaitan

lemah

dengan

masalah

dan

yang

diteliti.

Penelitian kualitatif menurut S. Nasution (1988:102)
pada hafcekatnya:

ialah

mengamati

orang

dalam

lingkungannya,

berinteraksi dengan mereka, berusaha

memahami

bahasa dan tafsiran tentang dunia sekitarnya.
Dapat

dikatafcan

menitikberatkan
sikap dan

karena

itu

bahwa

penelitian

kepada perilaku,

Iain-lain

dari

penelitian

subyek

kualitatif

pendapat,
yang

kualitatif

lebih

persepsi,

diteliti.

Oleh

mengumpulkan

data

125

melalui

kontak langsung

tempat

mereka

dengan

berada

subyek yang diteliti di

dan

melakufcan

afctivitas

sehari-hari.

Adapun

perbedaan antara penelitian fcuantitatif

dan

penelitian fcualitatif menurut Bogdan dan Bifclen (1982:27)
adalah:

1. Qualitative

direct

research has the natural setting

source of data and the resershers is

as

the

the

key

instrument

2. Qualitative research is descriptive.

3. Qualitative

researchers tend to analysze

their

data

inductively.

4. Meaning is of essential concern to the qualitative.
Berdasarkan

fcarafcteristik

sebagai

kutipan di atas, dapat dikatafcan

penelitian kualitatif adalah

instrumen

utama

penelitian

1)

bahwa

peneliti

untuk

mendatangi

sendiri secara langsung ke sumber data, 2) mengimplikasifcan

bahwa

lebih

data yang difcumpulfcan

dalam

penelitian

cenderung dalam bentuk fcata-kata dari pada

angka,

lebih

3) menjelaskan bahwa hasil penelitian

peneliti

kepada

akan

hasil, dan 4) melalui

mengungkapkan

makna

analisis

dari

angka-

kualitatif

menekanfcan perhatian kepada proses, tidak

semata

ini

sematainduktif

keadaan

yang

diamatinya itu.
SUMBER DATA diperoleh melalui

a. Data

:

Primer, yang diambil adalah personil di

yang berhubungan dengan kegiatan supervisi

Inabah,

pembinaan,

126

yaitu : Pengelola program dan para Pembina,

b. Data

sefcunder,

program

yang diambil

pembinaan,

laporan

dari

berbagai

pembinaan,

dofcumen

administrasi

ruangan, dan Iain-lain yang berhubungan dengan

materi

penelitian dan dapat mendufcung data primer.

Instrumen

penelitian

ini adalah

peneliti

sendiri

(human instrument), dalam penelitian fcualitatif mempunyai
rasional

yang

dapat

mempunyai

adaftasilitas

dapat menyesuaifcan

dipertanggungjawabkan,
yang tinggi,

jadi

sebab

senantiasa

diri dengan situasi yang berubah-ubah

yang dihadapi dalam penelitian ini.

2-

Tefcnik Pengumpulan Data

Menurut

Bogdan dan Bifclen

(1982:73)

"keberhasilan

penelitian kualitatif sangat tergantung kepada ketelitian

dan

kelengkapan

disusun

hasil

catatan

peneliti".

lapangan

Catatan lapangan

(fiedls notes)
itu

disusun

observasi, wawancara dan studi dofcumenter.

teknik

pengumpulan

penelitian

data

tersebut

ini untuk memperoleh

digunafcan

informasi

yang
dari

Ketiga
dalam

yang

saling

merupakan percakapan dengan suatu

mafcsud

menunjang dan melengfcapi.

a.

Wawancara

Wawancara

tertentu. Di dalam penelitian naturalistifc, wawancara ini

merupakan teknifc pengumpul data yang paling penting, yang
dapat

berdiri sendiri, dan juga "sebagai teknik penyerta

127

pada

saat melakufcan observasi dan

analisis

dofcumenter"

(Bifclen dan Bogdan, 1992:135).

Aspek

penting di dalam penggunaan teknik

berdasarkan

penelitian

naturalistik

ini

wawancara

adalah

bahwa

peneliti hendaknya "berusaha mengetahui bagaimana responden

memandang

responden
menurut

keadaan

memandang
pikiran

keadaan

dari

segi

Sehingga dengan

yang

telah

pertanyaan-pertanyaan

ditambah

dengan

dalam

informasi

demifcian

terstruktur,

wawancara

yaitu

melalui

yang telah disiapfcan dan

kemudian

pertanyaan,

yang

bila

berkembang kepada hal-hal di luar pertanyaan
masih

"emic"

pertanyaan-

pertanyaan-pertanyaan baru

persiapan

bagaimana

perspektifnya,

penelitian ini dilakukan dalam bentuk

pertanyaan

ada

mengetahui

dan perasaan —yaitu

(Nasution,1988:71).

untuk.

"berusaha

tidak

jawaban

inti,

tapi

relevan dengan masalah penelitian.
Selanjutnya perlu pula dijelaskan bahwa

wawancara

sangat

melaksanakan
Spradley

tergantung fcepada

efektivitas

bagaimana

peneliti

proses wawancara tersebut. Dijelaskan

(1980 :78-85) dan juga oleh

Willian

(1988:78)

bahwa "wawancara naturalistik. meliputi dua tahapan
: (1) developing rapport dan (2) eliciting
Suasana

peneliti

"rapport"

yaitu hubungan yang

oleh

utama

information".

harmonis

dan responden terutama menaruh saling

antara

percaya,

sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi "yang bebas".
Menurut

dari

Spradley, penciptaan suasana

"rapport"

satu lingkungan budaya ke lingkungan

berbeda

budaya

lain.

128

dimana

pemahaman

responden

peneliti

terhadap

sangat penting. Apa yang

lingkungan

disarankan

budaya

Spradley

telah menjadi bahan pertimbangan peneliti dalam melafcufcan
wawancara.

Informasi yang diperoleh dari wawancara

tat

refcaman tersebut dituangfcan fce

atau

lapangan

(field

notes) yang

disusun

dalam

lebih

dica

catatan

terperinci

untuk memudahfcan analisis selanjutnya.

b.

Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk
dalam kaitannya dengan kontefcs

informasi

yang

berfcaitan

di sefcitarnya, sehingga

mendapatkan

yaitu

hal-hal

peneliti

memperoleh makna dari informasi yang dikumpulfcan
pengelolaan

supervisi pembinaan yang

dapat
tentang
oleh

dilaksanakan

Pengelola Program terhadap para pembina di Inabah.

Menurut

Spradley

(1980:61)

dan

juga

Nasution

(1988:61) intensitas partisipasi pengamat dapat dilakufcan
dalam lima tahapan, yaitu:

Partisipasi
partisipasi

nihil
pasif

(non
(pasive

participation),
participation),

partisipasi sedang (moderate participation),
partisipasi
aktif
(active
participation)
sampai
partisipasi
penuh
(complete
participation).

Dengan mempertimbangkan kedudukan peneliti dan sifat

penelitian,

maka

peneliti

melakukan

observasi

dengan

tingkatan partisipasi kedua, yaitu partisipasi pasif
tingkat
Dalam

partisipasi fce tiga yaitu

hal

partisipasi

ini peneliti melafcufcan observasi

dan

moderat.

mulai

dari

129

kegiatan

sebagai penonton, kemudian sewaktu-waktu

turut

serta dalam situasi atau kegiatan yang berlangsung.
Observasi

dalam

penelitian

naturalistik

menurut

Spradley (1980:73) dilakufcan melalui tiga tahapan, yaitu: