PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK JARIMATIKA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN ANAK TUNANETRA.

(1)

ANAK TUNANETRA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus

Oleh

KARINA PURBININGTYAS 0805621

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

ANAK TUNANETRA

Oleh

Karina Purbiningtyas

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Khusus

© Karina Purbiningtyas 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang – undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, dengan dicetak ulang, diphotocopy atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

(4)

KARINA PURBININGTYAS 0805621

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK JARIMATIKA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN

ANAK TUNANETRA

Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing I,

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed NIP 19590414 198503 1 005

Pembimbing II,

Dr. Hj. Ehan, M.Pd NIP 19570712 198403 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus

Drs. Sunaryo, M.Pd. NIP. 19560722 198503 1 001


(5)

ABSTRAK

Anak tunanetra mengalami hambatan atau gangguan dalam proses penglihatannya sehingga membutuhkan alat kompensasi berupa media pembelajaran dan penerapan berbagai metode dan teknik pengajaran yang lebih menarik dan variatif untuk memudahkan aktivitas belajar siswa. Siswa hanya menggunakan ingatan atau hafalannya saja masih jarang siswa yang menggunakan media untuk membantu melakukan perhitungan dalam proses belajar. Untuk meningkatkan kemampuan berhitung siswa berbagai metode atau teknik yang lebih menarik, mudah dimengerti anak, menyenangkan dalam pelaksanaan, salah satunya dengan menerapkan teknik jarimatika. Teknik jarimatika adalah suatu cara menghitung matematika dengan menggunakan alat bantu jari. Penelitian ini merupakan

penelitian eksperimen dengan desain “one group pretest-posttest”. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa SDLB di SLB N A Kota Bandung dengan sampelnya yaitu siswa kelas IV yang berjumlah 8 orang, teknik yang digunakan dalam penentuan sampel ini adalah dengan cara purposive sampling. Instrumen yang digunakan berupa tes. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan statistik nonparametrik yaitu menggunakan uji wilcoxon. Berdasarkan analisis data diperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian yakni teknik jarimatika efektif meningkatkan kemampuan berhitung perkalian siswa tunanetra. Sehubungan dengan hasil penelitian ini peneliti merekomendasikan kepada guru bahwa teknik jarimatika dapat dijadikan alternatif teknik pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan kemampuan berhitung anak tunanetra, khususnya materi pelajaran perkalian bilangan 5 sampai dengan 20.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan

Pernyataan Keaslian Skripsi ... i

Abstrak... ii

Kata pengantar ... iii

Ucapan Terimakasih ... iv

Daftar isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Grafik ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 8

A. Konsep Dasar Tunanetra ... 8

B. Jarimatika ... 13

C. Pengertian Matematika ... 19

D. Penelitian yang Relevan ... 20


(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. Variabel Penelitian ... 22

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 23

C. Populasi dan Sampel ... 25

D. Analisis Data Hasil Penelitian ... 34

E. Prosedur Penelitian ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN D AN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

B. Pembahasan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 49

A. Kesimpulan ... 49

B. Rekomendasi ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tunanetra didefinisikan sebagai individu yang indera penglihatannya tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas. Dampak dari tidak berfungsiannya indera penglihatan pada anak tunanetra mengakibatkan hambatan dalam penerimaan informasi, karena hambatan yang dimiliki pada indera penglihatannya maka anak tunanetra bergantung pada pada indera-indera lain yang masih berfungsi dengan baik pada dirinya untuk membantunya memperoleh informasi dan pengetahuan saat dia belajar. Kehilangan penglihatan pada anak tunanetra mengakibatkan hambatan khusus dalam mengakses pendidikan. Hal ini sejalan dengan Hosni (1996), tentang definisi ketunanetraan dilihat dari

kacamata pendidikan bahwa, “siswa tunanetra itu adalah mereka yang

penglihatannya terganggu sehingga menghalangi dirinya untuk berfungsi dalam pendidikan tanpa menggunakan alat khusus, material khusus, latihan

khusus dan atau bantuan lain secara khusus”.

Anak tunanetra mengalami hambatan atau gangguan dalam proses penglihatannya sehingga membutuhkan alat kompensasi berupa media pembelajaran dan penerapan berbagai metode dan teknik pengajaran yang lebih menarik dan variatif untuk memudahkan aktivitas belajarnya.

Penggunaan metode dan teknik pengajaran dengan menggunakan objek secara langsung akan menambah daya abstraksi siswa. Agar daya abstraksi siswa dapat berkembang hendaknya dalam proses belajar mengajar menggunakan metode pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran.


(9)

Pada dasarnya perkembangan kognitif yang terjadi pada anak tunanetra sama seperti perkembangan anak pada umumnya. Siswa Sekolah Dasar (SD) yang umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.

Usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran mata pelajaran yang bersifat abstrak seperti matematika, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak.

Matematika merupakan pelajaran yang wajib dipelajari di setiap jenjang pendidikan. Mulai dari sekolah dasar sampai tingkat lanjutan. Pelajaran matematika ini sangat penting karena pelajaran matematika dapat mengasah logical mathematical (kemampuan dalam berfikir secara induktif dan deduktif) seseorang, yaitu kemampuan berpikir menurut aturan logika, memahami, menganalisis pola angka-angka serta memecahkan masalah dengan kemampuan berpikir.

Pelajaran matematika sangat penting untuk dikuasai oleh siswa, karena pelajaran matematika merupakan suatu disiplin ilmu yang praktis dan aplikatif. Aplikasi matematika sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam kegiatan jual beli, kegiatan pengukuran berat dan panjang, menghitung jarak dan lain sebagainya. Meskipun matematika sangat penting tetapi minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika masih rendah, banyak siswa yang mengalami kesulitan saat mengikuti pelajaran tersebut. Bahkan bagi anak pada umumnya pelajaran matematika terasa sulit begitu pula bagi anak yang mengalami hambatan dalam penglihatannya. Hal-hal


(10)

yang abstrak dalam mata pelajaran matematika sulit dipahami oleh anak tunanetra, dikarenakan banyaknya penggunaan simbol-simbol yang abstrak.

Dua faktor yang menjadikan matematika sulit untuk dipelajari. Pertama berasal dari intern siswa itu sendiri yang menganggap bahwa matematika itu pelajaran yang sulit. Pelajaran matematika ditakuti bukan karena sulitnya pelajaran tersebut tetapi karena dalam mempelajarinya memerlukan ketekunan dan ketelitian. Faktor kedua adalah dari segi materi pelajaran matematika itu sendiri, matematika merupakan pelajaran yang

abstrak, “pada hakekatnya pengajaran berhitung merupakan suatu

kemampuan berpikir abstrak, karena pada dasarnya berhitung merupakan

hubungan antara relasi dua bilangan atau lebih” (Pakasi,1970: 16), sehingga

dalam pembelajarannya hanya menekankan pada kegiatan berhitung belaka. Berdasarkan studi pendahuluan di lapangan, pada proses pembelajaran mengenai operasi hitung perkalian di kelas IV SDLB guru menjelaskan kepada siswa secara verbal dan memberikan soal-soal latihan tentang perkalian. Dalam proses pembelajaran siswa hanya menggunakan ingatan atau hafalannya saja masih jarang siswa yang menggunakan media untuk membantunya melakukan perhitungan. Siswa diharuskan menghafal perkalian agar dia mampu menyelesaikan soal-soal yang diberikan padanya. Sebagian siswa hanya hafal dan tidak mengerti seperti apa konsepnya. Kesulitan yang dialami anak dalam menyelesaikan operasi perkalian yaitu anak kesulitan menyelesaikan soal perkalian yang hasilnya lebih dari 100, anak cenderung menghafal jawaban bukan memahami sifat operasi perkalian, anak mudah kehilangan konsentrasi dan ceroboh dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan padanya, dan anak memerlukan waktu yang lama dalam menyelesaikan soal sehingga anak sering kekurangan waktu pada saat diberikan tugas.

Berdasarkan permasalahan diatas, untuk mencoba meningkatkan kemampuan berhitung siswa terutama pada operasi hitung perkalian diperlukan penggunaan media atau penerapan berbagai metode dan teknik yang lebih menarik. Metode dan teknik yang mudah dimengerti anak,


(11)

menyenangkan dalam pelaksanaanya, tidak menggunakan media yang sulit ditemukan dan memakan banyak biaya seperti dengan cara melakukan operasi hitung dengan menggunakan jari tangan. Teknik berhitung dengan menggunakan jari tangan yang digunakan dalah penelitian ini adalah jarimatika. Beberapa teknik berhitung dengan menggunakan jari tangan diantaranya adalah Jarimagic yang ditemukan oleh M. Fajar Auliya, Jari Aljabar yang ditemukan oleh oleh Bahruddin MD, Kalkulator Jari Tangan yang ditemukan oleh Drs. Hendra Bc., dan Jarimatika yang ditemukan oleh Septi Peni W.

Teknik jarimatika adalah suatu cara berhitung (operasi KaBaTaKu/ Kali,Bagi,Tambah, Kurang) dengan menggunakan jari dan ruas jari-jari tangan (Septi Peni Wulandari : 2008). Di sisi lain jarimatika terdengar akrab bagi orang Indonesia akan lebih mudah menangkap maksud bahwa jarimatika adalah menggunakan jari untuk matematika. Dalam pelaksanaanya nanti siswa akan menghitung perkalian dengan menggunakan jari – jari tangannya masing –masing. Manfaat utama belajar jarimatika diantaranya; berhitung dengan mudah,tidak memberatkan memori otak, alatnya senantiasa tersedia, tidak akan tertinggal atau disita saat ujian, dan cara berhitungnya menyenangkan. Metode ini sangat mudah diterima anak. Mempelajarinya pun sangat mengasyikkan, karena jarimatika tidak membebani memori otak dan

“alat”nya selalu tersedia. Bahkan saat ujian kita tidak perlu khawatir

“alat”nya akan disita atau ketinggalan karena alatnya adalah jari tangan kita

sendiri.

Menurut Septi Peni Wulandari (2008) jarimatika dapat dipelajari dan digunakan oleh siapapun termasuk orang tunanetra. Keuntungan mempelajari jarimatika bagi tunanetra yaitu:

1. Jarimatika dapat dipelajari oleh siapapun, karena dalam menggunakannya tidak terlalu perlu menggunakan penglihatan sebab dapat dirasakan langsung oleh indera perabaan sehingga memungkinkan tunanetra untuk mempelajarinya.


(12)

2. Jarimatika dapat melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian.

3. Alat yang digunakan yaitu jari tangan kita sendiri yang tidak akan pernah habis, karena akan selalu ada sepanjang yang menggunakannya masih hidup.

4. Alat ini dapat digunakan kapanpun dan dimanapun kita perlukan.

Kemampuan matematika anak tunanetra dapat ditingkatkan dengan menggunakan objek secara langsung, maka daya abstraksinya akan bertambah, agar daya abstraksinya berkembang hendaknya digunakan metode pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Teknik Jarimatika Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung Perkalian Anak Tunanetra. Peneliti berharap penelitian ini dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa dalam kemampuan berhitung.

B. Identifikasi Masalah

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan berhitung anak tunanetra, oleh karena itu dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Anak tunanetra mendapatkan informasi secara verbal.

2. Keterbatasan anak tunanetra dalam penglihatan berpengaruh terhadap kemampuan menangkap materi pelajaran matematika.

3. Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap kemampuan berhitung pada anak tunanetra.

4. Konsentrasi anak yang kurang fokus ketika melakukan perhitungan pada saat kegiatan pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian tidak terlalu meluas dan penelitian dapat dilakukan lebih mendalam, maka dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada


(13)

penggunaan jarimatika untuk meningkatkan kemampuan berhitung perkalian satuan dengan puluhan (5-20) pada siswa tunanetra kelas IV SDLB.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian

ini adalah “Apakah penggunaan Teknik Jarimatika berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berhitung perkalian siswa tunanetra kelas IV di

SDLB?”

E. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan hasil penelitian ini diharapkan menjadi metode yang bisa digunakan dalam belajar, untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak tunanetra.

1. Tujuan

a. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengaruh penggunaan teknik jarimatika dalam peningkatan kemampuan berhitung anak tunanetra kelas IV di SDLB.

b. Tujuan Khusus

1) Mengetahui gambaran kemampuan berhitung anak tunanetra sebelum belajar dengan menggunakan teknik jarimatika.

2) Mengetahui gambaran kemampuan berhitung anak tunanetra setelah belajar dengan menggunakan teknik jarimatika.

2. Kegunaan

a. Dalam tataran teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, terutama bagi yang berhubungan dengan pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus.

b. Dalam tataran praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi:


(14)

1) Pendidik; dapat menjadi metode alternanif yang bisa digunakan ketika menghadapi anak yang berkebutuhan khusus, dalam hal untuk meningkatkan kemampuan berhitungnya.

2) Lembaga; menjadi suatu program yang bisa diterapkan di lembaga, agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik, karena akan terjadinya interaksi antara pendidik dengan peserta didik.

3) Peneliti selanjutnya; dapat dijadikan patokan untuk meneliti hal yang baru dengan subjek yang berbeda.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Menurut F. N. Kerlinger (Sugiyono, 2010) variabel adalah konstrak (construck) atau sifat yang akan dipelajari. Berdasarkan hal tersebut, Sugiyono (2010:61) menyimpulkan variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 60).

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yaitu: 1. Variabel Bebas

Variabel independen; variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2010:61). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik jarimatika.

2. Variabel Terikat

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006:61). Variabel terikat atau variabel dependen yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu kemampuan berhitung perkalian siswa tunanetra.

Definisi Operasional Variabel 1. Jarimatika

Jarimatika adalah teknik berhitung dengan menggunakan jari-jari-tangan. Menurut Septi Peni Wulandari (2008) jarimatika adalah suatu cara


(16)

berhitung (operasi KaBaTaKu/ Kali, Bagi,Tambah, Kurang) dengan menggunakan jari dan ruas jari-jari tangan.

2. Kemampuan Berhitung Perkalian

Pengertian kemampuan berhitung atau yang dimaksud kemampuan untuk menghitung adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menjumlah, mengurangkan, maupun melakukan segala hal yang berkaitan dengan perhitungan atau ilmu matematika. Kemampuan berhitung ialah kemampuan untuk menalar dengan menggunakan angka dan konsep berhitung lainnya, sedangkan kemampuan berhitung perkalian adalah kecakapan dalam mengerjakan operasi hitung untuk memperoleh hasil perkalian.

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010: 3). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui ada dan tidaknya pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat, dengan kata lain metode eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan. Menurut Sugiyono (2010: 107) definisi metode eksperimen adalah “metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.

Arikunto (2010: 9) mengemukakan pendapatnya mengenai penelitian eksperimen sebagai berikut:

Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeleminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.

Adapun bentuk eksperimen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah eksperimen quasi (quasi experiment) atau eksperimen semu, karena


(17)

dalam penelitian ini tidak dimungkinkan untuk melakukan seleksi subjek penelitian secara acak, subjek penelitian diambil secara alami yang telah terbentuk dalam satu kelompok utuh, dari subjek penelitian ini diberi perlakuan (treatment) mengenai penggunaan teknik jarimatika pada topik operasi hitung perkalian, sedangkan akibat dari penggunaan teknik jarimatika ini yaitu meningkatkan kemampuan dalam berhitung perkalian. 2. Desain Penelitian

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah “One Group Pretest-Posttest Design”, yaitu desain pra eksperimen tanpa kelompok pembanding atau desain kelompok tunggal.

Langkah-langkah yang dilakukan, pertama pengukuran sebelum eksperimen (O1) disebut pre-test kemudian dikenakan perlakuan berupa

pengajaran matematika pada topik operasi hitung perkalian dengan menggunakan teknik jarimatika (X) untuk jangka waku tertentu dan dilakukkan secara berulang-ulang, kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya (O2) disebut post-test.

Dalam penelitian ini, dilaksanakan pre-test sebanyak dua kali kepada subjek penelitian, dilakukan sebanyak dua kali dengan pertimbangan untuk mengetahui konsistensi dari kemampuan subjek penelitian, setelah itu dilaksanakan treatment sebanyak empat kali pertemuan, yang disesuaikan dengan bobot materi dan disesuaikan dengan SKKD, selanjutnya untuk melihat hasil akhir atau melihat pengaruh dari penggunaan teknik jarimatika maka dilaksanakan post-test sebanyak dua kali, dengan pertimbangan melihat konsistensi kemampuan berhitung subjek penelitian.

Setelah hasil pengukuran dilakukan kemudian dibuat perbandingan antara rata-rata pre-test dan rata-rata post-test, hal ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh dari perlakuan yang diberikan pada kelompok tersebut.


(18)

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kelompok tunggal pre-test dan post-test. Yang digambarkan sebagai berikut:

(Sugiono, 2010: 111) Gambar 3.1 Desain Penelitian

O1 = nilai pre-test (sebelum dilaksanakan perlakuan)

O2 = nilai post-test (setelah dilaksanakan perlakuan)

X = treatment (perlakuan)

C. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel dalam penelitian ini yaitu: 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya”. (Sugiyono, 2006:89). Populasi pada penelitian ini adalah siswa tunanetra yang bersekolah di SLB N A Kota Bandung.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”, (Sugiyono, 2006:90). Sedangkan salah satu ahli berpendapat bahwa sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti. “(Arikunto, 2010:174). Adapun penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu dalam hal ini sampel yang diambil yaitu siswa yang telah mengenal operasi hitung perkalian sehingga dapat memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa tunanetra


(19)

kelas 4 (empat) SDLB, sebanyak delapan orang. Adapun data sampelnya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Tabel Data Sampel

No Inisial Nama Sampel Kelas

1 DW IV

2 AG IV

3 CT IV

4 AD IV

5 MT IV

6 AN IV

7 ZE IV

8 AR IV

D. Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes. “Tes adalah serentetan pertanyaan dalam latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan yang dimiliki kelompok atau individu.” (Arikunto, 2010:193), Adapun tes yang dipakai dalam penelitian ini adalah tes prestasi atau achievement test. “Achievement test yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu” (Arikunto, 2010: 194). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pengetahuan siswa


(20)

sebelum dan sesudah diterapkannya penggunaan teknik jarimatika dalam meningkatkan kemampuan berhitung perkalian siswa tunanetra.

2. Instrumen Penelitian

Pada prisipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka dari itu, memerlukan alat ukur yang baik dalam penelitian, yang biasa disebut dengan instrumen penelitian. Instrumen Penelitian adalah “suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian”. (Sugiyono, 2006:148).

Untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji dalam penelitian, maka dibuatlah seperangkat instrumen. Dalam pembuatan instrumen, terlebih dulu peneliti membuat kisi-kisi instrumen, membuat butir soal dan menyusun rencana pembelajarannya. Pembuatan instrumen didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menyusun instrumen atau tes adalah sebagai berikut:

a. Membuat Kisi-kisi

Kisi-kisi merupakan gambaran yang disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat di kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kisi-kisi ini dibuat untuk memudahkan guru dalam penyusunan butir soal, meliputi: tujuan, aspek yang dinilai, bobot nilai serta jumlah butir soal pada setiap aspek.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Tes

Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Tunanetra

Variabel Indikator Tujuan Soal

Melakukan operasi perkalian

Menghitung hasil perkalian dua bilangan

Anak mampu menghitung hasil


(21)

5 sampai 20 dari 5 sampai 10 perkalian 5 sampai 10 dengan benar

Menghitung hasil perkalian dua bilangan dari 11 sampai 15

Anak mampu menghitung hasil perkalian 11 sampai 15 dengan benar

8 - 14

Menghitung hasil perkalian dua bilangan dari 16 sampai 20

Anak mampu menghitung hasil perkalian 15 sampai 20 dengan benar

15 – 20

Tabel 3.3 Instrumen Tes

Kemampuan Berhitung Perkalian Siswa Tunanetra

No Indikator Tujuan Butir Soal

1 Menghitung hasil perkalian dua bilangan dari 5 sampai 10

Anak mampu menghitung hasil perkalian 5 sampai 10 dengan benar

1. 6 x 7 = .... 2. 8 x 9 = .... 3. 7 x 8 = .... 4. 9 x 7 = .... 5. 8 x 8 = .... 6. 9 x 5 = .... 7. 10 x 6 = .... 2 Menghitung hasil

perkalian dua bilangan dari 11 sampai 15

Anak mampu menghitung hasil perkalian 11 sampai 15 dengan benar

8. 11 x 12 = .... 9. 14 x 13 = .... 10.12 x 15 = .... 11.15 x 15 = .... 12.13 x 13 = .... 13.14 x 12 = ....


(22)

14.15 x 14 = .... 3 Menghitung hasil

perkalian dua bilangan dari 16 sampai 20

Anak mampu menghitung hasil perkalian 15 sampai 20 dengan benar

15.16 x 15 = .... 16.15 x 19 = .... 17.19 x 17 = .... 18.18 x 18 = .... 19.16 x 19 = .... 20.20 x 16 = ....

b. Penyusunan butir soal

Butir soal disesuaikan dengan indikator yang telah ditentukan pada kisi-kisi soal, soal yang dibuat berjumlah 20 soal.

c. Membuat Rencana Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar yang baik, maka diperlukan suatu acuan atau pegangan. Hal ini yang dikatakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP dibuat berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan kelas IV SDLB-A tahun 2006.

d. Kriteria penilaian butir soal

Kriteria penilaian dibuat untuk menetapkan skor atau nilai hasil belajar sehingga dapat diketahui seberapa besar hasil atau nilai yang dicapai oleh sampel. Kriteria penilaian butir soal dilakukan dengan sederhana yaitu nilai satu untuk jawaban yang benar serta nilai nol untuk jawaban yang salah.


(23)

Tabel 3.4

Kriteria Penilaian untuk Soal Tes

Pernyataan Nilai

1. Anak menjawab pertanyaan dengan benar

2. Anak menjawab pertanyaan salah

1

0

2. Hasil Pengujian Persyaratan Instrumen

Instrumen yang telah di judgement kemudian diujicobakan kepada siswa yang memiliki kemampuan yang sama dengan subjek penelitian. Dari hasil uji coba dapat diketahui validitas dan reliabilitas, sehingga dapat diketahui apakah instrumen tersebut masih perlu diperbaiki atau sudah cocok. Kegiatan Uji coba instrumen ini dilakukan di SLBN A Citeureup Kota Cimahi.

1) Menentukan Validitas Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang baik tentunya adalah instrumen yang telah teruji kevaliditasannya. Susetyo (2011:88) mengemukakan suatu alat tes dinyatakan valid jika perangkat tes dan butir-butirnya benar-benar mengukur sasaran tes yang berupa kemampuan dalam bidang tertentu dan bukan kemampuan yang lainnya. Arikunto (2010:211) menyatakan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan untuk mengetahui validitas instrumen yaitu dengan uji validitas isi berupa expert-judgement dengan teknik penilaian oleh para ahli. Penilaian validitas instrumen ini dilakukan oleh satu orang Dosen Pendidikan Luar Biasa di Universitas Pendidikan Indonesia, dan dua orang guru


(24)

SLB N A Kota Bandung. Hasil Judgement dihitung dengan menggunakan rumus:

� = �

�× 100%

Keterangan: P = Persentase F = Jumlah Cocok N = Jumlah Penilai Ahli Kriteria Butir Validitas:

Dalam melakukan judgement, jumlah ahli ialah tiga orang dan jumlah instrumen penelitiannya ialah 20 soal.

Skor 3 = bila semua ahli menjawab cocok pada setiap butir soal.

Skor 2 = bila dua ahli menjawab cocok pada setiap butir soal. Skor 1= bila satu ahli menjawab cocok pada setiap butir soal. Skor 0 = bila semua ahli menjawab tidak cocok pada setiap

butir soal. Sehingga :

Skor max pada setiap butir soal = (3 : 3) x 100% = 100% Skor min pada setiap butir soal = (0 : 3) x 100% = 0%

Tabel 3.5

Hasil Uji Validasi Instrument No.

Soal Penilai I Penilai II Penilai III Presentase

1. 1 1 1 P = 3/3 x 100% = 100%

2. 1 1 1 P = 3/3 x 100% = 100%


(25)

4. 1 1 1 P = 3/3 x 100% = 100%

5. 1 1 1 P = 3/3 x 100% = 100%

6. 1 1 1 P = 3/3 x 100% = 100%

7. 1 1 1 P = 3/3 x 100% = 100%

8. 1 1 1 P = 3/3 x 100% = 100%

9. 1 1 1 P = 3/3 x 100% = 100%

10. 1 1 1 P = 3/3 x 100% = 100%

11. 1 1 1 P = 3/3 x 100% = 100%

12. 1 1 1 P = 3/3 x 100% = 100%

13. 1 1 1 P = 3/3 x 100% = 100%

14. 1 1 1 P = 3/3 x 100% = 100%

15. 1 1 1 P = 3/3 x 100% = 100%

16. 1 1 1 P = 3/3 x 100% = 100%

17. 1 1 1 P = 3/3 x 100% = 100%

18. 1 1 1 P = 3/3 x 100% = 100%

19. 1 1 1 P = 3/3 x 100% = 100%

20. 1 1 1 P = 3/3 x 100% = 100%

Berdasarkan hasil hitungan tentang uji validitas instrumen di atas yang dinilai oleh penilai ahli dapat dikatakan bahwasanya instrumen penelitian yang peneliti buat dikatakan valid 100%. Maka, instrumen tersebut dapat dikatakan layak untuk digunakan di lapangan untuk penelitian.


(26)

2) Menentukan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian semakin dikatakan layak untuk digunakan di lapangan sebagai instrumen yang baik, setelah di uji validitas maka langkah selanjutnya adalah menguji reliabilitas instrumen tersebut. Hal ini bertujuan agar keampuhan instrumen yang akan digunakan dapat dapat teruji dan terpercaya. Arikunto (2010:221) menyatakan reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Menurut Budi (2011:105), mengatakan bahwa: ”Suatu perangkat alat ukur yang dapat dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya tidak berubah atau hasilnya relatif sama jika dilakukan pengetesan secara berulang-ulang dan alat ukur yang demikian dinamakan dengan reliabel.”.

Untuk mengetahui reliabilitasnya digunakan rumus Rulon yaitu: 11= 1−

2

�′2

2 =

2

2

2 =

2

− � 2 � Keterangan:

11=� � � �

2 =� �

2 = ,� �

d= difference, yaitu perbedaan antara skor belahan pertama dengan skor belahan kedua

Tolak ukur menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan dapat digunakan tolak ukur Guilford sebagai berikut:


(27)

0,800 – 1,000 : sangat timggi 0,600 – 0,799 : tinggi

0,400 – 0,599 : cukup 0,200 – 0,399 : rendah

0,000 – 0,199 : sangat rendah

Berdasarkan klasifikasi reliabilitas, bahwa instrumen penelitian ini diinterpretasikan sebagai instrumen yang memiliki reliabilitas sangat tinggi, maka instrumen tersebut dapat dipakai. (untuk lebih jelas lihat lampiran).

E. Analisis Data Hasil Penelitian

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data terkumpul sebelum penarikan kesimpulan. Pada pengolahan dan analisis data, hipotesis dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yang dilakukan untuk mengukur fenomena penelitian dengan menggunakan alat bantu statistik. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis data non parametris dengan uji jenjang bertanda wilcoxon (wilcoxon signed rank test). Untuk pengolahan data ini, tes bertanda Wilcoxon dianggap cocok dengan alasan bahwa penelitian ini ingin melihat adanya perbandingan kemampuan berhitung perkalian siswa tunanetra kelas 4 (empat) SDLB dalam mata pelajaran matematika sebelum dan sesudah digunakannya teknik jarimatika.

Langkah – langkah yang ditempuh dalam penggunaan tes rangking bertanda Wilcoxon adalah sebagai berikut:

1. Membuat skor pre-test dan post-test dari setiap penilaian 2. Menstabulasikan skor pre-test dan post-test

3. Membuat tabel perhitungan skor pre-test dan post-test 4. Menghitung selisih skor pre-test dan post-test

5. Menyusun rangking

6. Membubuhkan pada setiap rangking tanda positif (+) atau negatif (-) ke dalam tabel


(28)

7. Menjumlahkan semua rangking bertanda positif (+) dan negatif (-) 8. Untuk jumlah rangking yang di dapat, maka diambil jumlah yang

paling kecil dari kedua kelompok rangking untuk menetapkan tanda (T)

9. Membandingkan nilai T yang diperoleh dengan T dari tabel nilai-nilai kritis T untuk uji Wilcoxon

10.Menguji hipotesis dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Ho : ditolak jika Thitung ≥ Ttabel

Ho : diterima jika Thitung < Ttabel

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

Sebelum pelaksanaan penelitian, ada beberapa hal yang peneliti lakukan sebagai bentuk tertib administrasi. Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut

a. Melakukan studi pendahuluan atau observasi, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran secara jelas tentang subjek penelitian yang ada di lapangan.

b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu SLB Negeri A Kota Bandung.

c. Mengurus surat perizinan yang berguna untuk kelancaran penelitian. Permohonan izin dilakukan sebelum melaksanakan penelitian. Pengurusan surat izin penelitian yang bertujuan untuk memenuhi kelengkapan administrasi penelitian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

1) Persiapan surat pengantar dari Jurusan PLB kepada Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) untuk pengangkatan dosen pembimbing.

2) Permohonan surat keputusan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan mengenai pengangkatan dosen pembimbing.

3) Mengurus surat perizinan untuk mengadakan penelitian melalui BAAK UPI Bandung.


(29)

4) Surat pengantar dari BAAK diteruskan ke Badan Kesatuan dan Perlindungan Masyarakat daerah (KESBANG) yang dilanjutkan ke Dinas Provinsi Kota Bandung.

5) Dari Dinas Provinsi Kota Bandung, dilanjutkan kepada Dinas Pendidikan Kota Bandung Jawa Barat tersebut peneliti dapat menyerahkan surat pengantar kepada Kepala Sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu SLB Negeri A Kota Bandung d. Menyusun instrumen penelitian mengenai kemampuan berhitung anak

tunanetra. Instrumen penelitian ini meliputi kisi-kisi instrumen, pembuatan butir soal, pembuatan RPP.

e. Melakukan uji coba instrumen penelitian, uji coba instrumen ini meliputi uji validitas dan reliabilitas.

1) Uji Validitas

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Instrumen yang valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid, (Sugiyono, 2009: 173) “Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Pengujian validitas dilakukan pada 3 orang guru SLB.

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. “Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut memberikan hasil yang tetap” (Arikunto, 2010: 221). Uji reliabilitas dilakukan terhadap siswa tunanetra di SLBN A Citeureup Kota Cimahi.


(30)

f. Menganalisis hasil uji coba instrumen.

Setelah dianalisa, soal uji coba memiliki kriteria validitas tinggi, reliabilitas tinggi.

2. Pelaksanaan Penelitian

Adapun langkah-langkah pelaksanaan penelitian ini, adalah sebagai berikut:

a. Melakukan Pre-Test (Evaluasi Awal)

Pelaksanaan pre-test ini dilaksanakan sebanyak dua kali, pre-test yang diberikan yaitu berupa soal perkalian sebanyak 20 soal. Waktu yang digunakan untuk melaksanakan pre-test adalah 30 menit, siswa yang mengikuti pelaksanaan pre-test ini sebanyak delapan orang.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan pre-test ini adalah sebagai berikut:

1) Mempersiapkan kelas untuk pelaksanaan tes.

2) Mempersiapkan siswa untuk duduk di bangkunya masing-masing. 3) Membagikan soal tes.

4) Memberikan penjelasan mengenai pengerjaan soal. 5) Mengumpulkan soal yang telah diisi oleh siswa. b. Pelaksanaan Treatment

Proses treatment dilaksanakan setelah pelaksanaan pre-test selesai. Pelaksanaan treatment ini dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan, dan setiap pertemuan sebanyak dua jam pelajaran. Dalam pelaksanaan treatment ini peneliti mengajarkan cara menghitung hasil perkalian dengan menggunakan teknik jarimatika. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan treatment adalah sebagai berikut:

1) Mempersiapkan kelas untuk dilakukan proses belajar mengajar. 2) Melakukan apersepsi mengenai tes yang telah dilaksanakan.

3) Peneliti memberi penjelasan mengenai jarimatika dan cara penghitungan hasil perkalian menggunakan teknik jarimatika. c. Melakukan Post-Test


(31)

Pelaksanaan post-test dilakukan untuk mengukur kembali kemampuan berhitung siswa setelah dilaksanakan treatment. Langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan post test adalah sebagai berikut: 1) Mempersiapkan kelas untuk pelaksanaan tes.

2) Mempersiapkan siswa untuk duduk di bangkunya masing-masing. 3) Membagikan soal tes.

4) Memberikan penjelasan mengenai pengerjaan soal. 5) Mengumpulkan soal yang telah diisi oleh siswa. d. Tahap Akhir

1) Melakukan analisis data penelitian. 2) Membahas hasil temuan penelitian. 3) Menyimpulkan hasil penelitian.

4) Menyusun agenda pelaksanaan penelitian

Untuk mendukung penelitian eksperimen ini, peneliti menyusun jadwal kegiatan penelitian.

Tabel 3.6

Jadwal Penelitian di SLB N A Kota Bandung

No. Hari/Tanggal Kegiatan

1. Senin, 04 Februari 2013

Meminta ijin untuk

melaksanakan penelitian di SLB N A Kota Bandung 2. Selasa, 05 Februari 2013 Observasi kelas untuk

penelitian


(32)

3. Sabtu, 09 Februari 2013 Melaksanakan pre-test II

4. Senin, 11 Februari 2013

Melaksanakan treatment Materi pengenalaan simbol jarimatika dan formasi jarimatika perkalian bilangan 5 sampai dengan10

5. Selasa, 12 Februari 2013

Melaksanakan treatment Materi formasi jarimatika bilangan 11 sampai dengan 15

6. Rabu, 13 Februari 2013

Melaksanakan treatment Materi formasi jarimatika bilangan 15 sampai dengan 20

7. Kamis, 14 Februari 2013

Melaksanakan treatment Materi formasi jarimatika bilangan 5 sampai 20

8. Jumat, 15 Februari 2013 Melaksanakan post-test I


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan secara menyeluruh bahwa penggunaan teknik jarimatika efektif meningkatkan kemampuan berhitung perkalian anak tunanetra. Penggunaan teknik jarimatika membantu siswa dalam menyelesaikan operasi perkalian dengan lebih tepat dan cepat, sehingga dapat dikatakan ada peningkatan kemampuan berhitung perkalian. Penggunaan teknik jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian bilangan 5 sampai dengan 20. Teknik jarimatika dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran sebagai alat bantu hitung dalam mata pelajaran matematika terutama dalam pokok bahasan perkalian karena dengan menggunakan teknik jarimatika hasil belajar siswa dapat mengalami peningkatan.

B.Rekomendasi

Dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa “Terdapat Pengaruh

Penggunaan Teknik Jarimatika Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung Perkalian Anak Tunanaetra Kelas IV di SDLB”. Terkait mengenai hasil penelitian ini maka disarankan :

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi para guru untuk meningkatan mutu belajar anak. Sehingga akan menjadi suatu metode alternatif atau solusi yang dapat digunakan untuk menghadapi anak berkebutuhan khusus terutama anak tunanetra yang mengalami permasalahan dalam berhitung. Maka disarankan para guru untuk mencoba menggunakan teknik jarimatika ini. Penerapan jarimatika sebaiknya dikenalkan dan diterapkan sedini mungkin oleh guru sebagai alat bantu dalam pelajaran matematika.


(34)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian mengenai penerapan jarimatika masih terbatas mengenai operasi perkalian, oleh karena itu perlu dilakuakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan jarimatika dengan mempertimbangkan variabel yang berbeda.


(35)

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdikbud (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Efendi, M. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta :

PT Bumi Aksara.

Emzir. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Fajar, M. (2012). Jarimagic Penambahan dan Pengurangan. Yogyakarta : Pustaka Widyatama.

Fajar, M. (2012). Jarimagic Perkalian dan Pembagian. Yogyakarta : Pustaka Widyatama. Hosni, I. (tanpa tahun). Buku Ajar Orientasi dan Mobilitas. Jakarta: Departemen

pendidikan dan Kebudayaan.

Karso, dkk, (1995). Pendidikan Matematika 4. Jakarta: Depdikbud.

Lisnawati, S, dkk. (1992). Metode Mengajar Matematika I. Jakarta: Rineka Cipta.

Meiyani, N. (1990). Orthopedagogik A-1. Bandung: IKIP. Prasetyono, D. (2008). Pintar Jarimatika. Yogyakarta : Diva Press.

Prasetyono, D. (2009). Memahami Jarimatika untuk Pemula. Yogyakarta : Diva Press. Somantri, S. (2007). Psikologi anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Sugiyono. (2006) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : CV ALFABET.

Susetyo, Budi. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Susetyo, Budi. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung: Cakra. UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung.

Widdjajantin, A, Hitipeuw,I. (1990). Ortopedagogik Tunanetra I. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Akbar, R. (2001).

Pengertian Tunanetra. [online]. Tersedia :http://kartunet.com/pengertian-tunanetra-656.[5 Juli 2012].


(36)

http://www.dj-rahardja.blogspot.com/.

Sunanto,J.(2010). Prinsip Pengajaran Anak Tunanetra. [online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR._BIASA/196105151987031-JUANG_SUNANTO/Pendidikan_Anak_Tunanetra. [9 Agustus 2011].

Wulandari, S.P. ( _____ ). Jarimatika. [online]. Tersedia : www.ibuprofesional.org [27 Juli 2012].


(1)

39

Pelaksanaan post-test dilakukan untuk mengukur kembali kemampuan berhitung siswa setelah dilaksanakan treatment. Langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan post test adalah sebagai berikut: 1) Mempersiapkan kelas untuk pelaksanaan tes.

2) Mempersiapkan siswa untuk duduk di bangkunya masing-masing. 3) Membagikan soal tes.

4) Memberikan penjelasan mengenai pengerjaan soal. 5) Mengumpulkan soal yang telah diisi oleh siswa. d. Tahap Akhir

1) Melakukan analisis data penelitian. 2) Membahas hasil temuan penelitian. 3) Menyimpulkan hasil penelitian.

4) Menyusun agenda pelaksanaan penelitian

Untuk mendukung penelitian eksperimen ini, peneliti menyusun jadwal kegiatan penelitian.

Tabel 3.6

Jadwal Penelitian di SLB N A Kota Bandung

No. Hari/Tanggal Kegiatan

1. Senin, 04 Februari 2013

Meminta ijin untuk

melaksanakan penelitian di SLB N A Kota Bandung 2. Selasa, 05 Februari 2013 Observasi kelas untuk


(2)

Karina Purbiningtyas, 2013

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK JARIMATIKA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN ANAK TUNANETRA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Sabtu, 09 Februari 2013 Melaksanakan pre-test II

4. Senin, 11 Februari 2013

Melaksanakan treatment Materi pengenalaan simbol jarimatika dan formasi jarimatika perkalian bilangan 5 sampai dengan10

5. Selasa, 12 Februari 2013

Melaksanakan treatment Materi formasi jarimatika bilangan 11 sampai dengan 15

6. Rabu, 13 Februari 2013

Melaksanakan treatment Materi formasi jarimatika bilangan 15 sampai dengan 20

7. Kamis, 14 Februari 2013

Melaksanakan treatment Materi formasi jarimatika bilangan 5 sampai 20

8. Jumat, 15 Februari 2013 Melaksanakan post-test I


(3)

49

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan secara menyeluruh bahwa penggunaan teknik jarimatika efektif meningkatkan kemampuan berhitung perkalian anak tunanetra. Penggunaan teknik jarimatika membantu siswa dalam menyelesaikan operasi perkalian dengan lebih tepat dan cepat, sehingga dapat dikatakan ada peningkatan kemampuan berhitung perkalian. Penggunaan teknik jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian bilangan 5 sampai dengan 20. Teknik jarimatika dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran sebagai alat bantu hitung dalam mata pelajaran matematika terutama dalam pokok bahasan perkalian karena dengan menggunakan teknik jarimatika hasil belajar siswa dapat mengalami peningkatan.

B.Rekomendasi

Dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa “Terdapat Pengaruh Penggunaan Teknik Jarimatika Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung Perkalian Anak Tunanaetra Kelas IV di SDLB”. Terkait mengenai hasil penelitian ini maka disarankan :

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi para guru untuk meningkatan mutu belajar anak. Sehingga akan menjadi suatu metode alternatif atau solusi yang dapat digunakan untuk menghadapi anak berkebutuhan khusus terutama anak tunanetra yang mengalami permasalahan dalam berhitung. Maka disarankan para guru untuk mencoba menggunakan teknik jarimatika


(4)

Karina Purbiningtyas, 2013

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK JARIMATIKA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN ANAK TUNANETRA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian mengenai penerapan jarimatika masih terbatas mengenai operasi perkalian, oleh karena itu perlu dilakuakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan jarimatika dengan mempertimbangkan variabel yang berbeda.


(5)

51

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Depdikbud (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Efendi, M. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta :

PT Bumi Aksara.

Emzir. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Fajar, M. (2012). Jarimagic Penambahan dan Pengurangan. Yogyakarta : Pustaka Widyatama.

Fajar, M. (2012). Jarimagic Perkalian dan Pembagian. Yogyakarta : Pustaka Widyatama. Hosni, I. (tanpa tahun). Buku Ajar Orientasi dan Mobilitas. Jakarta: Departemen

pendidikan dan Kebudayaan.

Karso, dkk, (1995). Pendidikan Matematika 4. Jakarta: Depdikbud.

Lisnawati, S, dkk. (1992). Metode Mengajar Matematika I. Jakarta: Rineka Cipta.

Meiyani, N. (1990). Orthopedagogik A-1. Bandung: IKIP. Prasetyono, D. (2008). Pintar Jarimatika. Yogyakarta : Diva Press.

Prasetyono, D. (2009). Memahami Jarimatika untuk Pemula. Yogyakarta : Diva Press. Somantri, S. (2007). Psikologi anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Sugiyono. (2006) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : CV ALFABET.

Susetyo, Budi. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Susetyo, Budi. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung: Cakra. UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung.

Widdjajantin, A, Hitipeuw,I. (1990). Ortopedagogik Tunanetra I. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Akbar, R. (2001).


(6)

Karina Purbiningtyas, 2013

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK JARIMATIKA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN ANAK TUNANETRA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rahardja, Dj. (2008). Pembelajaran bagi Anak dengan Ketunanetraan. (online):

http://www.dj-rahardja.blogspot.com/.

Sunanto,J.(2010). Prinsip Pengajaran Anak Tunanetra. [online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR._BIASA/196105151987031-JUANG_SUNANTO/Pendidikan_Anak_Tunanetra. [9 Agustus 2011].

Wulandari, S.P. ( _____ ). Jarimatika. [online]. Tersedia : www.ibuprofesional.org [27 Juli 2012].


Dokumen yang terkait

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Perkalian Dengan Teknik Jarimatika

1 20 202

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI TEKNIK JARIMATIKA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI TEKNIK JARIMATIKA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PERKALIAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI I SIMO BOYOLALI TAHU

0 4 17

PENGARUH METODE JARIMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN PADA SISWA KELAS VI DI SLBN A CITEUREUP.

1 11 44

PENGGUNAAN METODE JARIMATIKA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI OPERASI PERKALIAN 11 sd. 15 PADA ANAK TUNANETRA KELAS VI SDLB DI SLB A PERWARI KUNINGAN.

0 1 31

PENINGKATAN PEMAHAMAN OPERASI PERKALIAN DI SEKOLAHDASAR DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JARIMATIKA.

0 1 5

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA PADA ANAK TUNANETRA KELAS VI AKSELERASI DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA.

9 134 241

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kemampuan Berhitung Perkalian Menggunakan Teknik Jarimatika bagi Siswa Kelas III SD Negeri Rembes 02

0 0 6

PENGARUH METODE JARIMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN PADA SISWA KELAS VI DI SLBN A CITEUREUP - repository UPI S PLB 1006648 Title

0 0 3

Penggunaan teknik jarimatika untuk meningkatkan kemampuan berhitung perkalian pada siswa kelas ii sdn Manisharjo 01 bendosari sukoharjo tahun ajaran 2009 2010 Penulis: Esti Rejeki (X7108669) Dosen Pembimbing: 1. Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd 2. Drs. Sukar

0 1 15

PENERAPAN TEKNIK JARIMATIKA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PERKALIAN BILANGAN

0 0 14