Empat Jam sebagai Langkah Awal.

o Senin
17

1

2

18

3

19

~ibun Jabar
0
G>

20

o


Selasa
6

5
21

OJan OPeb o Mar OApr

Pi.1bu

7
22

8
23

OMei

.


8Jun

Kamis
0 Jumat
9
10
1'/
24
25
26
OJul

0 Ags

o Sabtu
12

13
27


OSep

28
OOkt

Empat Jam Sebagai Langkah Awal
EMPAT jam memang terlalu
singkat untuk menjadikan
kawasan bebas polusi dan
masyarakat peduli
lingkungan, Hasilnya betum
bisa langsung dirasakan,
dan terkesan mengagetkan, Bisa jadi perasaan
terganggu akan muncul,
karena adanya rutinitas
masyarakat yang terusik
dengan kegiqtan Car Free
Day'dan Festival Lingkungan itu.
Namun, sebagai
terobosan awal, kegiatan itu

harus terus digulirkan agar
rutinitas masyarakat sedikit
demi sedikit terbiasa
dengan rutinitas yang positif
bagi lingkungan.
"Kita memangmerencanakan program ini
sebagai program yang
berkelanjutan. Karena
kalau hanya sekali saja
akan seperti yang semua
orang perkirakan, yakni
hanya sebagai .seremonial
saja," kata Dodi, koordinator Balad Kuring.
Pantauan sebelum Car
Free Day dimulai, trotoar
sepanjang Jalan Dago
hingga Diponegoro tampak
bersih. Pemkot Bandung
tak hanya mengandalkan
petugas kebersihan untuk

menyapu, tapi Dinas
Pemadam Kebakaran
(Damkar) Kota Bandung
malam sebelumnya
melakukan penyemprotan
jalan dengan air. Pagi
harinya, masyarakat
bersama pejabat bisa
menggunakan Jalan Dago,
khususnya Jalan Diponegoro, selama empat jam
untuk berjalan-jalan,
bersepeda, bahkan ada
yang memainkan egrang.
Suasana Jalan Diponegoro memang terasa

--- -..-

WURI

berbeda pas\! Sabtu pagi

itu. Tak ada mobil ataupun
kendaraan lainnya yang
melintas di ruas jalan
tersebut. Sepanjang jalan
dipenuhi pejalan kaki dan
orang-orang yang mengayuh sepeda. Di tepi kanankiri jalan berdiri beberapa
tenda, tempat berbagai
kegiatan yang bertema
cinta lingkungan.
Pengunjung dari warga
sekitar pun ramai memadati tenda-tenda prolingkungan. Ada yang bermain
ular tangga raksasa,
mendaur ulang kertas,
serta membuat mobilmobilan dari kertas kardus.
Banyak pula pengunjung
yang tertarik gerakan tiga
pemain egrang dan tiga
penari yang diiringi
gamelan dan kendang.
Yang bermain egrang

mengenakan pakaian adat
Sunda, sedangkan empat
penari berkostum silat.
"Ini merupakan penggabungan antara permainan
tradisional, egrang, dengan
gamelan Sunda ketuk
tiluan. Kami ingin menunjukkan bahwa egrang

adalah aset budaya. Tak
hanya sebagai hiburan,
namun permaianan egrang
merupakan hiburan sambil
berolahraga,"
ungkap Abo,
seorang anggota Tim
Kesenian Unpad.
Bukan hanya berjalan dan
bergoyang di atas egrang.
Seorang pemain egrang
perempuan sesekali

mengeluarkan suara
melengking yang berirama.
Ini membuat suasana makin
ramal. Beberapa pengunjung
tampak bergerak semakin
mendekat. Mereka mulai
terbawa suasana dan ikut
bergoyang menirukan tiga
penari yang bergoyang

mengikuti irama ketuk
tiluan.
"Suara melengking yang
dikelurkan pemain egrang
tadi merupakan vokal beluk.
Vokal beluk ini harus
memperhatikan irama
gamelan. Karena hanya
beberapa bagian dari irama
gamelan yangbisa

dimasuki atau disisipi vokal
beluk. Seorang pemain
beluk harus kuat dalam
memainkan suara keras
panjang," papar Abo. (*)

---------Kliping

Hum as

Unpod

2009