PENGARUH STORE ATSMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI DI INTAKO TANGGULANGIN.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada allah swt, atas rahmat dan
hidayah-nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul :
“PENGARUH STORE ATSMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI DI
INTAKO TANGGULANGIN”
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian
Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil
maupun materiil, khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dra. Ec. Nuruni Ika K. MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini.

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Para Dosen dan asistennya yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan
kepada penulis selama menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran “Jawa Timur.
6. Kepada kedua orang tuaku beserta adikku yang telah memberikan dukungan
baik moril ataupun material.
7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam

skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran
dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan

Surabaya, Oktober 2013
Penulis

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv
ABSTRAKSI ............................................................................................... viii
BAB I


PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 6
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................. 6

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ............................................................... 7
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ....................................................... 7
2.2. Landasan Teori......................................................................... 8
2.2.1. Store Atmosphere. ......................................................... 8
2.2.2. Minat Beli..................................................................... 15
2.2.3. Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat beli .......... 18
2.3. Kerangka Konseptual ............................................................... 20
2.4. Hipotesis .................................................................................. 20
BAB

III METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ..................


i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

3.1.1. Pengukuran Variabel ...............................................

22

3.2 Teknik Pengambilan Sampel ..............................................

23

3.3 Teknik Pengumpulan Data ..................................................

24

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ......................................


25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ..................................................... 29
4.1.1 Sejarah Perusahaan........................................................ 29
4.2. Hasil Penelitian Dan Pembahasan .......................................... 32
4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif .......................................... 32
4.2.2. Deskriptif Hasil Penelitian............................................ 33
4.2.3. Inner Model.................................................................. 38
4.3. Hasil Pengujian Hipotesis ...................................................... 39
4.4. Pembahasan ........................................................................... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 42
5.1. Kesimpulan ............................................................................. 42
5.2. Saran

.................................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin ................................. 32
Tabel 4.2. Identitas Responden Menurut Umur .............................................. 33
Tabel 4.3. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Store
Atsmosphere ................................................................................. 33
Tabel 4.4. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Minat Beli ... 34
Tabel 4.5. Outer Loadings (Mean, STDEV, T-Values) .................................... 35
Tabel 4.6. Average variance extracted (AVE) ................................................. 36
Tabel 4.7. Composite Reliability ..................................................................... 37
Tabel 4.8. Outer Weights (Mean, STDEV, T-Values) ..................................... 38
Tabel 4.9. R-Square ....................................................................................... 39
Tabel 4.10. Results For Inner Weights ............................................................ 39

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3. Kerangka Konseptual .................................................................. 20

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PENGARUH STORE ATSMOSPHERE
TERHADAP MINAT BELI DI INTAKO
TANGGULANGIN
Endik Wahyuono

ABSTRAK
Tumbuhnya sentra industri tas dan koper di Tanggulangin juga
dipengaruhi oleh keberadaan Show Room penjualan produk tas, koper dan
aksesoris yang dihasilkan para pengrajin. Untuk itulah diperlukan strategi
pemasaran yang efektif yang berorientasi utama kepada konsumen. Salah satu
strategi pemasaran pada toko/gerai ritel adalah pendesainan store atmosphere

atau atmosfir toko. Demikian juga dengan Intako Tanggulangin yang mengalami
penurunan jumlah pengunjung. Salah satu indikasi penurunan pelanggan dan
pendapatan adalah kurang ketertarikan konsumen untuk mengunjungi showroom di
INTAKO Tanggulangain Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh store atsmosphere terhadap minat beli.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung Intaco
Tanggulangin, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling yaitu sampel yang dipilih berdasarkan atas ciri-ciri atau karakteristik
yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu.adalah sebesar
100 responden. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLS.
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan PLS dan pembahasan
hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal untuk
menjawab permasalahan sebagai berikut : Store atsmosphere berpengaruh
terhadap minat beli
Keywords :

Store Atmosphere dan Minat beli

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PENGARUH STORE ATSMOSPHERE
TERHADAP MINAT BELI DI INTAKO
TANGGULANGIN
Endik Wahyuono

ABSTRAK
Tumbuhnya sentra industri tas dan koper di Tanggulangin juga
dipengaruhi oleh keberadaan Show Room penjualan produk tas, koper dan
aksesoris yang dihasilkan para pengrajin. Untuk itulah diperlukan strategi
pemasaran yang efektif yang berorientasi utama kepada konsumen. Salah satu
strategi pemasaran pada toko/gerai ritel adalah pendesainan store atmosphere
atau atmosfir toko. Demikian juga dengan Intako Tanggulangin yang mengalami
penurunan jumlah pengunjung. Salah satu indikasi penurunan pelanggan dan
pendapatan adalah kurang ketertarikan konsumen untuk mengunjungi showroom di
INTAKO Tanggulangain Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh store atsmosphere terhadap minat beli.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung Intaco
Tanggulangin, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive

sampling yaitu sampel yang dipilih berdasarkan atas ciri-ciri atau karakteristik
yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu.adalah sebesar
100 responden. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah PLS.
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan PLS dan pembahasan
hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan hal-hal untuk
menjawab permasalahan sebagai berikut : Store atsmosphere berpengaruh
terhadap minat beli
Keywords :

Store Atmosphere dan Minat beli

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang Masalah
Tuntutan untuk dapat memahami perilaku konsumen merupakan
konsekwensi logis implementasi konsep pemasaran. Pengetahuan dan
informasi yang luas tentang konsumen merupakan sarana yang sangat
berguna bagi manajemen untuk mengembangkan strategi pemasaran yang
efektif karena dengan demikian manajemen akan semakin jeli melihat
pasar – pasar baru dan segera memanfaatkannya.
Kemunculan teknologi di Indonesia telah membuka peluang di
berbagai bidang industri. Produk yang ditawarkan bisnis pun sebenarnya
tidak jauh berbeda secara fisik. Namun, untuk dapat bersaing dan bertahan
di pasaran, produsen harus kreatif dalam mengkomunikasikan produknya
dengan menanamkan suatu persepsi tertentu kepada konsumen, seolaholah produk yang ditawarkan memang berbeda dari produk lain yang
sejenis. Untuk itu dibutuhkan peran komunikasi pemasaran yang tidak
hanya berfungsi untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan
khalayak tetapi juga membedakan suatu produk dengan produk lain yang
sejenis.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Dalam menghadapi persaingan bisnis, banyak upaya yang
dimunculkan produsen untuk menghadapi pesaing dan mendorong minat
beli

konsumen terhadap produk tertentu. Salah satunya dengan

meningkatkan kreatifitas iklan secara maksimal dimana memunculkan
iklan secara berbeda dan unik dari iklan-iklan yang sudah ada di pasaran.
Hal ini disebabkan karena iklan merupakan bentuk komunikasi pemasaran
sebagai bentuk dari kegiatan promosi agar terjadi tindakan atau perubahan
sikap dalam mendorong minat beli sesuai

keinginan pengiklan.

(Machfoedz, 2005:130).
Store atmosphere mereupakan salah satu bagian yang cukup penting
dalam mempengaruhi minat beli konsumen, karena dalam proses minat beli
konsumen tidak hanya menimbulkan minat beli konsumen terhadap barang
yang ditawarkan tetapi juga memberikan respon terhadap lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan store atmosphere adalah
suasana emosional yang diciptakan melalui ciri-ciri fisik dari toko diamana
semuanya berhubungan dengan panca indera konsumen. (Kurniawati, 2009 :
5)
Sejarah industri tas dan koper di Tanggulangin di mulai pada tahun
1960-an ditandai dengan pola pemesanan yang dilakukan buyer/pembeli
koper di Surabaya pada pengrajin di Tanggulangin. Dan industri koper terus
berkembang seiring dengan makin meningkatnya nilai pemesanan dari
buyer. Untuk industri kerajinan tas di Tanggulangin ditandai dengan
pemesanan yang dilakukan oleh Penerbangan Garuda untuk kebutuhan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Jama’ah Haji.

Munculnya sebuah ide dari masyarakat pengerajin atas

ramainya kunjungan konsumen ke INTAKO, yaitu dengan memdirikan
toko-toko/showroom hasil produksi mereka sendiri. Hingga tahun 2000
telah muncul sekitar 250 toko sepanjang 2,5 km jalan sampai menuju
Showroomnya INTAKO.Tumbuhnya sentra industri tas dan koper di
Tanggulangin juga dipengaruhi oleh keberadaan Show Room penjualan
produk tas, koper dan aksesoris yang dihasilkan para pengrajin.
Industri tas dan koper Tanggulangin Sidoarjo sesungguhnya
merupakan salah satu ikon wisata Sidoarjo. Produk yang dihasilkan antara
lain tas, koper, dompet, ikat pinggang dan sepatu. Produk ini telah
memiliki brand dan mutu yang cukup bagus yang sudah diakui oleh
konsumen. Tetapi setelah terpuruk karena hempasan badai krisis moneter,
dilanjut dengan serbuan barang-barang produk Cina yang harganya sangat
kompetitif, namun kualitasnya buruk. Belum sembuh, muncul bencana
semburan Sidoarjo, yang juga ikut andil dalam keterpurukan tersebut.
Praktis, hampir 2 tahun lamanya sentra industri tas dan koper
Tanggulangin sepi pengujung, sebagian besar memang wisatawan dari luar
daerah yang sedang transit.
Untuk itulah diperlukan strategi pemasaran yang efektif yang
berorientasi utama kepada konsumen. Salah satu strategi pemasaran pada
toko/gerai ritel adalah pendesainan store atmosphere atau atmosfir toko.
Perancangan tersebut dilakukan diantaranya untuk dapat menarik
konsumen, memicu pembelian oleh konsumen, menciptakan suasana

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

tertentu yang kemudian dapat mempengaruhi emosi konsumen, dan untuk
dapat mempengaruhi bagaimana konsumen berperilaku. Peter dan Olson
(2000) menyatakan bahwa tiga keputusan utama dalam mendesain
lingkungan fisik suatu usaha adalah lokasi, tata letak, serta rangsangan
atau atmosphere yang ditimbulkannya.
Tabel 1. Data Pendapatan Intako Tanggulangin

Bulan (Tahun)

J umlah
Pelanggan

Pendapatan

438 orang

Rp. 183,745,200

Juli 2010 – Desember 2010

459 orang

Rp. 131,936,400

Januari 2011 – Juni 2011

412 orang

Rp. 156,101,000

Juli 2011 – Desember 2011

381 orang

Rp. 124,376,000

Januari 2012 – Juni 2012

335 orang

Rp. 117,587,000

Juli 2012 – Desember 2012

304 orang

Rp. 96,966,000

Januari 20010 – Juni 2010

Sumber : Intako Tanggulangin, 2013
Dari data tersebut diatas, maka dilihat dari pendapatan

yang

setiap tahunnya mengalami penurunan yang berturut – turut. Penurunan
tersebut tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidup industri tas,
karena hal ini akan berdampak pada penurunan pendapatan. Salah satu
indikasi penurunan pelanggan dan pendapatan adalah kurang ketertarikan
konsumen untuk mengunjungi showroom di INTAKO Tanggulangain. Hal

ini dapat dilihat dari suasana monoton di dalam toko dan kurang
keterawatan toko membuat konsumen kurang tertarik berbelanja di Intaco.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Hal ini yang membuat perlunya atmosphere yang menyenangkan bagi
kosumen pada saat berada di dalam toko, karena konsumen yang merasa
nyaman diharapkan akan melakukan pembelian. Untuk dapat menciptakan
atmosphere yang menyenangkan, maka perlu perencanaan store atmosphere
yang baik yang didesain secara unik dan menarik secara fisik seperti
pemilihan warna dominan ruangan, penataan display, pencahayaan, aroma
dan sebagainya.

Store atmosphere mempunyai hubungan yang erat terhadap minat
beli konsumen. Apabila suasanya tokonya menyenangkan serta melalui
sentuhan atmosphere yang menarik dibangun dengan menggunakan isyarat
yang dapat menarik perasaan konsumen melalui penglihatan, pendengaran,
penciuman sentuhan maka konsumen akan merasa betah dan nyaman
untuk berbelanja karena terpuaskan dan lambat laun akan menjadi
konsumen setianya. (Karmela, 2009 : 99)
Bagi konsumen yang mempunyai niat membeli setidaknya
dengan adanya suasana toko yang menarik dan menyenangkan dapat
mencegah konsumen untuk membatalkan pembeliannya dan membantu
mereka untuk menuntaskan transaksinya. Sebaliknya suasana toko yang
tidak teratur dan penataan produk yang kurang menarik, lantainya kotor
dan pelayanan para karyawan yang kurang memuaskan akan menimbulkan
minat konsumen untuk membeli suatu barang berkurang atau segan untuk
berbelanja di toko yang bersangkutan. (Karmela, 2009 : 99).
Pada umumnya konsumen bersedia untuk membeli apabila produk
sesuai dengan harapan mereka, ketika akan mengkonsumsinya. Sesuai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

dengan pendapat Parasuraman (1991), konsumen mau mengorbankan uang
yang dimilikinya untuk membeli produk tertentu bila produk tersebut
mampu memenuhi harapannya. Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian
ini peneliti mengambil judul “Pengaruh Store Atsmosphere Terhadap
Minat beli”.

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
Apakah store atsmosphere berpengaruh terhadap minat beli ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini:
Untuk menganalisis pengaruh store atsmosphere terhadap minat beli.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian tersebut diharapkan akan diperoleh manfaat :
1. Bagi ilmu pengetahuan
Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya Manajemen
Pemasaran terutama bagi akademisi yang ingin menganalisis pengaruh iklan
dan store atmosphere yang bermuara pada pembelian.
2. Bagi perusahaan
Sebagai bahan informasi tambahan untuk penyempurnaan dalam perbaikan
atau peningkatan minat beli, serta penngkatan inovasi di setiap produknya agar
dapat diminati oleh masyarakat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

PENGARUH STORE ATSMOSPHERE
TERHADAP MINAT BELI DI INTAKO
TANGGULANGIN

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Untuk Menyusun Skripsi S-1 J urusan Manajemen

Oleh :
ENDIK WAHYUONO
0712010196 / EM

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

USULAN PENELITIAN

PENGARUH STORE ATSMOSPHERE
TERHADAP MINAT BELI DI INTAKO
TANGGULANGIN

Yan g diajukan

ENDIK WAHYUONO
0712010196 / EM

Telah disetujui diseminar kan dan disetujui untuk menyusun skr ipsi

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Nuruni Ika K. MM

Tanggal………………

Mengetahui
Ketua Pr ogr am Studi
Manajemen

Dr . Muhadjir Anwar , MM
NIP. 19650907 1991031001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

SKRIPSI

PENGARUH STORE ATSMOSPHERE
TERHADAP MINAT BELI DI INTAKO
TANGGULANGIN

Yang diajukan

ENDIK WAHYUONO
0712010196 / EM

disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Nuruni Ika K. MM

Tanggal………………

Mengetahui
Wakil Dekan I

Dr s. Rahman A. Suwaidi, MS
NIP. 19600330 198603 1001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Junaedi, 2009, Pengaruh Store Athmosphere Terhadap Minat Beli
Konsumen Pada Toserba Griya Kuningan
Keberadaan ritel saat ini tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan masyarakat
yang semakin berkembang dan juga mengalami perubahan. Ritel-ritel yang
ada jelas akan berusaha memenuhi kebutuhan konsumen, antara lain
menyediakan fasilitas berbelanja yang nyaman dan menyenangkan.
Suasana toko yang nyaman akan mendorong konsumen untuk berbelanja
menyenangkan.
2. Budiastuti, 2011, Analisis Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Proses
Keputusan Pembelian Pelanggan Dan Dampaknya Terhadap Minat Beli
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Store Atmosphere
terhadap Proses Keputusan Pembelian Pelanggan dan dampaknya terhadap
Minat Pembelian Ulang pelanggan Restoran Radja Ketjil Plaza Semanggi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode asosiatif
dengan teknik analisis jalur, dengan menggunakan data yang diperoleh
dari penyebaran kuesioner kepada 100 sampel pelanggan Restoran Radja
Ketjil Plaza Semanggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa Store
Atmosphere

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Proses

Keputusan Pembelian Pelanggan dan berdampak positif juga terhadap
Minat Pembelian Ulang pelanggan RestoranRadja Ketjil Plaza Semanggi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

2.2. Landasan Teori
2.2.1. Store Atmosphere
Pengertian Store Atmosphere menurut Kotler, yang di kutip
oleh Bob Foster (2008:61) adalah:
“Suasana (amosphere) setiap toko mempunyai tata letak fisik yang
memudahkan atau menyulitkan untuk berputar-putar didalamnya”.
Setiap toko mempunyai penampilan yang berbeda-beda baik
itu kotor, menarik, megah, dan suram. Suatu toko harus membentuk
suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan dapat
menarik konsumen untuk membeli di toko tersebut.
Pengertian Store Atmosphere menurut Hendri Ma’ruf (2005:201)
adalah:
“Store atmosphere adalah salah satu marketing mix dalam gerai
yang berperan penting dalam memikat pembeli, membuat mereka
nyaman dalam memilih barang belanjaan, dan mengingatkan mereka
produk apa yang ingin dimiliki baik untuk keperluan pribadi, maupun
untuk keperluan rumah tangga”.
Store Atmosphere menurut Berman dan Evan (2007:454) adalah:
“Atmospheric refers to the store’s phsycal characteistics that project an
image and draw costumer”.
Pengertian

Store

Atmosphere

menurut

levy

(2007:434) yaitu sebagai berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

&

Weitz

9

“Store atmosphere reflects the combination of store phsycal caracteristics,
such as it architecture,layout, sign and display,color, lighting, temperature,
sound and smells, wich together create and image in the costumers mind”.
Dari keempat pengertian diatas, penulis dapat mengambil
keputusan bahwa store atmosphere suatu karakteristik yang sangat
fisik dan sangat penting bagi setiap bisnis hal ini berperan bagi
setiap

penciptaan

suasana

yang

nyaman untuk

konsumen

dan

membuat konsumen ingin berlama-lama berada didalam toko dan
secara

tidak

langsung

merangsang

konsumen

untuk

melakukan

pembelian.

2.2.1.1. Elemen-Elemen Stor e Atmosphere
Store Atmosphere memiliki elemen-elemen yang semuanya
berpengaruh terhadap suasana toko yang ingin diciptakan. Elemenelemen Store Atmosphere terdiri dair exterior, general exterior, store
layout, dan interior display

1. Exterior
Menurut Berman dan Evan (2007-545) mengemukakan penjelasan dari
exterior sebagai berikut: Exterior sebuah toko mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap image toko dan harus direncanakan secara matang.
Konsumen terkadang menilai sebuah toko dari tampilan depannya saja.
Bagian depan sebuah toko merupakan keseluruhan phsycal exterior

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

sebuah toko, dan konstruksi material lainnya. Yang termasuk exterior
toko ialah pintu masuk toko, pintu masuk toko harus memperlihatkan
tiga hal utama yaitu:
a.

Jumlah pintu masuk yang dibutuhkan, sebuah toko diharapkan
harus bisa mengatur antara pntu keluar dan pntu masuk toko,
pintu masuk toko juga harus dapat menghalangi terjadinya potensi
pencurian.

b.

Tipe dari pintu masuk yang dipilih, apakah dapat secara otomatis
membuka sendiri atau yang bersifat manual. Lantai jalan masuk
dapat menggunakan keramik, semen atau karpet.

c.

Jalan masuknya, jalan yang lebar dan lapang dapat menciptakan
atmosphere yang baik dibanding dengan jalan yang kecil dan sempit.

Etalase toko memilik arti yang sangat penting bagi exterior toko.
Etalase toko mempunyai dua tujuan utama yaitu:
1. Sebagai identifikasi dari sebuah toko
2. Sebagai alat untuk menarik orang agar masuk kedalam toko
Dibutuhkan perencanaan yang lebih matang dalam membuat etalase toko.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat etalase toko adalah
mengenai jumlah,

ukuran,

warna dan tema

yang

digunakan serta

frekuensi pergantiannya pertahun.
Dalam beberapa kasus, tercapainya tujuan store atmosphere adalah
melalui penataan yang unik dan menarik perhatian. Bagian depan toko

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

yang berbeda, papan nama toko yank menarik, sirkulasi udara yang
menarik, dekorasi etalase yang baik dan bangunan toko yang tidak
biasa adalah merupakan kelengkapan-kelengkapan yang dapay menarik
perhatian karena keunikannya.
Lingkungan disekitar toko perlu diperhatikan. Lingkungan luar toko dapat
berpengaruh

terhadap

citra

mengenai

harga

produk,

level,

serta

pelayanan toko menunjukan menunjukan keadan demografi dan gaya
hidup serta orang-orang yang tinggal disekitar toko.
Fasilitas parkir berpengaruh terhadap atmosphere. Tempat parkir yang
dekat dengan toko serta gratis mencitrakan kesan yang lebih positif dari
pada tempat parkir yang memungiut biaya pembeli potensial tidak mau
memasuki toko apabila harus bersusah payah memarkir kendaraannya.
Atmosphere toko dapat berkurang kenyamannya apabila tempat parkir
sempit dan padat.

2. General Exterior
Saat konsumen berada dalam sebuah toko, maka banyak elemen-elemen
yang mempengaruhi persepsi mereka. Lampu yang terang dengan
vibrant colors dapat memberikan dapat memberikan kontribusi terhadap
atmosphere yang berbeda dari pada penerangan dengan lampu yang remang.
Suara dan aroma dapat mempengaruhi perasaan konsumen. Sebuah restoran
dapat merangsang konsumen dengan aroma makanan, toko kosmetik dapat
menggunakan aroma parfum untuk menarik konsumen, salon kecantikan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

dapat memainkan musik sesuai dengan permintaan pelangganya. Musik
dengan tempo yang lambat dapat membuat orang

berbeda dalam

supermarket yang bergerak lebih lambat.
Perlengkapan

toko

dapat

direncanakan

berdasarkan

kegunaan

dan

estetikanya. Meja, rak barang, merupakan bagian dari dekorasi interior.
Toko

untuk

perlengkapannya

kalangan
dengan

atas
berkelas.

akan

benar-benar

Dinding

mendandani

toko

juga

dapat

mempengaruhi atmosphere. Pemilihan wallpaper pada setiap toko harus
berbeda sesuai dengan keadaani toko. Konsumen juga dapat dipengaruhi
dengan temperatur udara yang ada didalam toko, kurang sejuknya udara
dapat mempercepat keberadaan konsumen didalam toko. Ruangan yang
luas dan tidak padat dapat menciptakan suasana yang

berbeda

dengan

ruangan yang sempit dan padat, konsumen dapat berlama-lama apabila
mereka tidak terganggu oleh orang lain ketika mereka sedang membeli
dan melihat-lihat produk yang dijual.
Toko dengan bentuk bangunan yang modern serta perlengkapan yang baru
akan mendukung atmosphere. Remodelling bangunan serta penggantian
perlengkapan lama dengan perlengkapan yang baru dapat meningkatkan citra
toko

serta meningkatkan penjualan dan keuntungan.

Yang

perlu

diperhatikan dari semua hal diatas adalah bagaimana perawatannya agar
dapat selalu terlihat bersih. Tidak peduli bagaimana mahalnya

interior

sebuah toko tetapi apabila terlihat kotor akan menimbulkan kesan yang
jelek.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

3. Store layout
Dalam poin ini, perencanaan store layout meliputi penataan penempatan
ruang untuk mengisi luas lantai yang tersedia, mengklasifikasikan
produk

yang

akan ditawarkan, pengaturan lalulintas didalam toko,

pengaturan lebar ruang yang

dibutuhkan,

pemetaan ruang

toko

dan

menyusun produk yang ditawarkan secara individu.
Pembagian ruang toko meliputi ruangan-ruangan sebagai berikut:
a.

Ruang penjualan yang merupakan tempat produk-produk dipajang
serta merupakan interaksi antara penjual dan pembeli.

b.

Rusng merchandise ysng merupakan ruang untuk produk-produk
dengan kategori nondisplay items.

c.

Ruang karyawan merupakan ruang khusus unutk karyawan.

d.

Ruang untuk konsumen yang meliputi kursi, restroom, restoran dan
lainnya.

Mengklasifikasi produk yang ditawarkan untuk menentukan penempatan
produk, dilakukan berdasarkan karakteristik dari masing-masing produk.
Klasifikasi produk dilakukan berdasarkan pada pembagian sebagai berikut:
a. Produk yang menjadi kebutuhan.
b. Produk yang dapat memotivasi konsumen untuk melakukan pembelian.
c. Produk untuk target pasar tertentu.
d. Produk yang membutuhkan penanganan khusus.
Mengatur lalu lintas didalam toko dilakukan dengan menggunakan dua

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

pola yaitu; straight (gridiron) traffic flow dan curving (free-flowing) traffic
flow.
Masing-masing pola memiliki kelebihan sendiri.
Pola straight (gridiron) traffic flow memiliki kelebihan sebagai berikut:
a. Dapat menciptakan atmosphere yang efisien.
b. Menciptakan ruang yang lebih banyak untuk memajang produk.
c. Menghemat waktu belanja.
d. Mempermudah mengtrol barang dan dapat menerapkan self service.
Pola curving (free-flowing) traffic flow memiliki kelebihan sebagai
berikut:
a. Dapat menciptakan atmosphere yang lebih bersahabat.
b. Mengurangi rasa terburu-buru konsumen.
c. Konsumen dapat berjalan-jalan keliling toko dengan pola yangb
berbeda-beda.
d. Merangsang pembelian yang tidak direncanakan.
Pengaturan luas ruangan yang dibutuhkan diatur berdasarkan antara ruang
penjualan dan ruang non penjualan. Pemetaan ruang toko dimaksudkan
untuk mempermudah penempatan produk yang ditawarkan. Hasil terakhir
yang menyangkut store layout adalah menyusun produk-produk yang
ditawarkan sesuai dengan karakteristik produk. Produk dan merk yang
paling menguntungkan harus ditempatkan dilokasi yang paling baik. Produk
harus disusun berdasarkan ukuran, harga, warna, merk dan produk yang
paling digemari konsumen.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

4. Interior Display
Poster, papan petunjuk dan ragam interior display lainnya dapat
mempengaruhi atmosphere toko, karena memberikan petunjuk bagi
konsumen. Selain memberikan petunjuk bagi konsumen,
juga

dapat

juga dapat

merangsang

konsumen

interior display

untuk

melakukan

pembelian.

2.2.2. Minat beli
Minat adalah selera masing-masing orang yang menjadi dasar
pemilihan sesuatu, minat membeli menunjukkan pada kecenderungan
seseorang untuk lebih menyukai produk dengan merek tertentu.
Menurut Sukardi (1994) minat adalah suatu perangkat mental yang
terdiri dari kombinasi perpaduan dan campuran dari perasaan, harapan,
prasangka, cemas, takut dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa
mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.
Menurut Aiken (1983) pada umumnya minat beli sebagai salah
satu aspek tingkah laku afektif memiliki ciri-ciri antara lain bersosialisasi
dengan aktivitas, bersifat tetap dan terus menerus, mempunyai intensitas
dan kecenderungannya untuk menerima atau menolak untuk melakukan
suatu aktivitas.
Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli
suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan
pembelian

yang

diukur

dengan

tingkat

kemungkinan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

konsumen

16

melakukan pembelian (Assael, 2001). Mehta (1994: 66) mendefinisikan
minat beli sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek
atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang
diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.
Pengertian minat beli menurut Howard (1994) (Durianto dan Liana, 2004:
44) adalah minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan
rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak
unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Dapat dikatakan
bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari dari konsumen yang
merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu.
Hal ini sangat diperlukan oleh para pemesar untuk mengetahui minat beli
konsumen terhadap suatu produk, baik para pemasar maupun ahli ekonomi
menggunakan variabel minat untuk memprediksi perilaku konsumen
dimasa yang akan datang.
Pada kebanyakan orang, perilaku pembelian konsumen seringkali
diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan (stimuli) dari luar
dirinya, baik

berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan dari

lingkungannya. Rangsangan tersebut kemudian diproses dalam diri sesuai
dengan karakteristik

pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan

pembelian. Karakteristik pribadi

konsumen yang dipergunakan untuk

memproses rangsangan tersebut sangat komplek, dan salah satunya adalah
motivasi konsumen untuk membeli.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Menurut Keller (1998), minat konsumen adalah seberapa besar
kemungkinan konsumen membeli suatu merek atau seberapa besar
kemungkinan

konsumen untuk berpindah dari satu merek ke merek

lainnya. Sedangkan Mittal (1999) menemukan bahwa fungsi dari minat
dari minat konsumen merupakan

fungsi dari mutu produk dan mutu

layanan.
Minat
bertindak

beli adalah tahap kecenderungan responden untuk

sebelum

keputusan

membeli

benar-benar

dilaksanakan.

Terdapat perbedaan antara pembelian aktual dan minat pembelian.
Bila pembelian aktual adalah pembelian yang benar-benar dilakukan
oleh konsumen, maka minat pembelian adalah niat untuk melakukan
pembelian

pada

kesempatan

mendatang.

Meskipun

merupakan

pembelian yang belum tentu akan dilakukan pada masa mendatang
namun pengukuran terhadap minat pembelian umumnya dilakukan
guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian aktual itu sendiri
(Kinnear dan Taylor, 1995). Intention juga didefinisikan sebagai
pernyataan yang berkaitan dengan batin yang mencerminkan rencana
dari pembeli untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode
waktu tertentu
Sedangkan definisi minat beli menurut Kinnear dan Taylor (1995)
(Thamrin, 2003: 142) adalah merupakan bagian dari komponen perilaku
konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk
bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Rossiter

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

dan Percy (1998: 126) mengemukakan bahwa minat beli merupakan
instruksi diri konsumen untuk melakukan pembelian atas suatu produk,
melakukan perencanaan, mengambil tindakan-tindakan yang relevan
seperti

mengusulkan

(pemrakarsa)

merekomendasikan

(influencer),

memilih, dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.
Menurut Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Albari (2002) menyatakan
bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri individu yang
memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Jika seseorang mempunyai
motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong
untuk berperilaku menguasai produk tersebut. Sebaliknya jika motivasinya
rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang
bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk kemungkinan
orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang
ditawarkan pemasaran atau tidak.

2.2.3.Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat beli
Store atmosphere sebagai salah satu sarana komunikasi dapat
berakibat positif dan menguntungkan dibuat sedemikian menarik. Suatu
proses pemasaran yang dilakukan retail karena konsumen akan merasa
nyaman berbelanja, jika store atsmosphere atau suasana tampilan tokonya
mendukung. Minimal konsumen akan merasa betah berlama-lama
berbelanja didalam toko dan semakin memperbesar peluang konsumen
untuk melakukan pembelian. (Karmela, 2009 : 94)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Bagi konsumen yang mempunyai niat membeli setidaknya
dengan adanya suasana toko yang menarik dan menyenangkan dapat
mencegah konsumen untuk membatalkan pembeliannya dan membantu
mereka untuk menuntaskan transaksinya. Sebaliknya suasana toko yang
tidak teratur dan penataan produk yang kurang menarik, lantainya kotor
dan pelayanan para karyawan yang kurang memuaskan akan menimbulkan
minat konsumen untuk membeli suatu barang berkurang atau segan untuk
berbelanja di toko yang bersangkutan. (Karmela, 2009 : 99). Seperti yang
diungkapkan Juhana (1999:36) bahwa para pelanggan meninggalkan
pedagang tetapnya dikarenakan factor kurangnya pelayanan yang baik dan
suasana yang menyenangkan dari pihak pedagang yang dapat membuat
kecewa dan akhirnya tidak mau berbelanja lagi.
Store atmosphere mempunyai hubungan yang erat terhadap minat
beli konsumen. Apabila suasanya tokonya menyenangkan serta melalui
sentuhan atmosphere yang menarik dibangun dengan menggunakan isyarat
yang dapat menarik perasaan konsumen melalui penglihatan, pendengaran,
penciuman sentuhan maka konsumen akan merasa betah dan nyaman
untuk berbelanja karena terpuaskan dan lambat laun akan menjadi
konsumen setianya. (Karmela, 2009 : 99)
Berdasarkan uraian diatas bahwa store atmosphere berpengaruh
positif terhadap minat beli konsumen.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

2.3. Kerangka Konseptual

Store
Atmosphere
(X)

Minat Beli
(Y)

2.4. Hipotesis
1. Didiuga bahwa Store Atmosphere berpengaruh positif terhadap minat beli.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang
pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan
satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut:
1. Store Atmposhere (X1)
Store Atmposhere adalah kegiatan mendesain lingkungan fisik toko
sedemikian rupa sehingga membuat nyaman konsumen. . Pengukuran tersebut
dapat dilakukan dengan indicator (Junaedi, 2009 : 101) :
X1.1 =

Eksterior adalah bagian depan toko adalah bagian muka yang
memiliki pengaruh kuat pada citra toko tersebut, maka hendaknya
memberikan kesan yang menarik dan sebaik mungkin.

X1.2 =

Interior adalah penataan display, yang dapat menarik perhatian
pengunjung dan membantu mereka agar mudah mengamati,
memeriksa dan memilih barang-barang itu dan akhirnya melakukan
pembelian ketika konsumen masuk ke dalam toko.

X1.3 = Store layout adalah merupakan rencana untuk menentukan lokasi
tertentu dan pengaturan dari peralatan barang dagangan di dalam
toko serta fasilitas toko.
X1.4 = Interior Display adalah menyediakan informasi kepada pelanggan
untuk mempengaruhi suasana lingkungan toko. Tujuan utamanya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

adalah untuk meningkatkan penjualan dan laba toko. Yang termasuk
di dalamnya antara lain : poster, tanda penunjuk lokasi, display
barang
4. Minat Beli (Y) :
Minat pembelian suatu proses perencanaan
produk

yang

akan

mempertimbangakan

dilakukan

oleh

pembelian suatu

konsumen

dengan

beberapa hal, diantaranya adalah banyak unit

produk yang dibutuhkan dalam periode waktu tertentu, merek, dan sikap
konsumen dalam mengkonsumsi produk tersebut. Ada beberapa indikator
dari minat beli konsumen yaitu (Ferdinand, 2006) :
a. Y1 = Intensitas Pencarian Informasi adalah frekuensi pencarian dan
lamanya pencarian informasi.
b. Y2 = Keinginan Segera Membeli adalah keinginan yang kuat untuk
membeli dengan segera pada saat di dalam toko tanpa adanya
suatu pertimbangan untuk konsekuensi yang akan diterimanya
c. Y3 = Keinginan Preferensial dimaksudkan orang berpreferensi bahwa
produk tertentu yang diinginkan maka seseorang bersedia
mengabaikan pilihan lain.

3.1.1. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
interval dengan menggunakan teknik pembobotan skala (semantic differential
scale). Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

pendapatnya tentang serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang
diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi. Dalam penelitian
ini, setiap pernyataan masing-masing diukur dalam 7 skala dan ujung-ujung
ditetapkan dengan kata sifat yang tidak secara kontras berlawanan. sebagai
berikut:

1
Sangat Jelek

7
Sangat Bagus

3.2.Teknik Pengambilan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung Intaco Tanggulangin.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik
yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus representative
dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 45). Dalam penelitian ini teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu sampel yang
dipilih berdasarkan atas ciri-ciri atau karakteristik yang sudah ditetapkan
untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu. Dengan kriteria antara lain :
-

Merupakan pelanggan Intaco Tanggulangin

-

Berusia 18 tahun ke atas
Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan

pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002:48), antara lain :
1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.
2. Pedomannya adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh
variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila
terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.
Karena terdapat 7 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
(7X 10 = 70) maka sampel yang digunakan adalah minimal sebesar 100
responden.

3.3.Teknik Pengumpulan Data
3.3.1.


J enis Data
Data Primer

Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan
kuesioner kepada pengunjung Intaco Tanggulangin.

3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil
langsung kepada konsumen yang hendak membeli di Intaco Tanggulangin dengan
cara menyebarkan kuesioner.

3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa cara berikut:
a. Observasi
Merupakan pengamatan langsung pada perusahaan untuk mendapatkan bukti bukti yang berkaitan dengan obyek penelitian.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

b. Kuisioner
Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar
pertanyaan kepada konsumen di Intaco Tanggulangin.
c. Dokumentasi
Yaitu dengan mengumpulkan data, menggali data dokumen atau arsip-arsip
aturan yang disepakati, misalnya keberadaan perusahaan dan struktur
manajemen perusahaan.

3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis
3.4.1. Teknik Analisis
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis multivariate dengan PLS.
Dalam penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan Partial
Least Square (PLS). PLS adalah model persamaan Structural Equation
Modeling (SEM) yang berbasis komponen atau varian. Menurut Ghozali
(2006), PLS merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari
pendekatan SEM berbasis kovarian menjadi berbasis varian. SEM yang
berbasis kovarian umumnya menguji kausalitas/teori sedangkan PLS lebih
bersifat predictive model. PLS merupakan metode analisis yang powerfull
(Ghozali, 2006), karena tidak didasarkan pada banyak asumsi. Misalnya,
data harus terdistribusi normal, sampel tidak harus besar. Selain dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi teori, PLS juga dapat digunakan untuk
menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten. PLS dapat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

sekaligus menganalisis konstruk yang dibentuk dengan indikator reflektif
dan formatif.
Menurut Ghozali (2006) tujuan PLS adalah membantu peneliti untuk
tujuan prediksi. Model formalnya mendefinisikan variabel laten adalah
linear agregat dari indikator-indikatornya. Weight estimate untuk
menciptakan komponen skor variable laten didapat berdasarkan bagaimana
inner model (model struktural yang menghubungkan antar variabel laten)
dan outer model (model pengukuran yaitu hubungan antara indikator
dengan konstruknya) dispesifikasi. Hasilnya adalah residual variance dari
variabel dependen.
Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan
menjadi tiga. Pertama, adalah weight estimate yang digunakan untuk
menciptakan skor variable laten. Kedua, mencerminkan estimasi jalur
(path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel
laten dan indikatornya (loading). Ketiga, berkaitan dengan means dan
lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel
laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses
iterasi 3 tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap
pertama, menghasilkan weight estimate, tahap kedua menghasilkan
estimasi untuk inner model dan outer model, dan tahap ketiga
menghasilkan estimasi means dan lokasi (Ghozali, 2006).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

3.4.2. Model Struktural atau Inner Model
Inner model (inner relation, structural model dan substantive theory)
menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan pada teori
substantif. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square
untuk konstruk dependen, Stone-GeisserQ-square test untuk predictive
relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur
struktural. Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat Rsquare untuk setiap variabel laten dependen. Interpretasinya sama dengan
interpretasi pada regresi.
Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh
variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen
apakah mempunyai pengaruh yang substantif (Ghozali, 2006). Di samping
melihat nilai R-square, model PLS jugadievaluasi dengan melihat Qsquare prediktif relevansi untuk model konstruktif. Qsquare mengukur
seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi
parameternya.

3.4.3. Model Pengukuran atau Outer Model
Convergent validity dari model pengukuran dengan model reflektif
indicator dinilai berdasarkan korelasi antara item score/component score
dengan construct score yang dihitung dengan PLS. Ukuran reflektif
dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang
ingin diukur. Namun demikian untuk penelitian tahap awal dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,60 dianggap
cukup (Chin, 1998 dalam Ghozali, 2006). Discriminant validity dari model
pengukuran dengan reflektif indikator dinilai berdasarkan cross loading
pengukuran dengan konstruk. Jika korelasi konstruk dengan item
pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya, maka akan
menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok yang
lebih baik daripada ukuran blok lainnya. Metode lain untuk menilai
d