Masa pemerintahan Sukarno menjadi presiden seumur hidup 1963-1966.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MASA PEMERINTAHAN SUKARNO
MENJADI PRESIDEN SEUMUR HIDUP
1963-1966
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:
Thomas Cahyo Susmawanto
NIM : 081314020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MASA PEMERINTAHAN SUKARNO
MENJADI PRESIDEN SEUMUR HIDUP
1963-1966
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah


Oleh:
Thomas Cahyo Susmawanto
NIM : 081314020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada:

x

Orang tuaku, kakak-kakakku, saudara-saudaraku, dan semua orang di
sekitarku yang ingin melihat aku kelak menjadi orang yang sukses.

x

Semua pahlawan dan pejuang demokrasi Indonesia yang tersingkirkan.

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN MOTTO


 Jika kamu berada di suatu ruangan yang tidak berpintu bukan berarti tidak
ada jalan keluar. (Hitam Putih)

 Seseorang itu dapat mencapai sukses di segala kehidupan, apabila dia
menaruh antusiasme pada setiap pekerjaan yang dilakukannya. (Charles
M. Schwab)

 Aku tidak pernah bertanya kapan aku mati, tetapi aku selalu bertanya
berapa banyak yang dapat kuperbuat selama aku masih hidup. (George
Washington)

 Setiap orang memiliki literatur pribadi, yaitu pengalaman hidupnya.
(Aldous Huxley)

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 Juli 2013
Penulis

Thomas Cahyo Susmawanto

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK

TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama

: Thomas Cahyo Susmawanto

Nomor Mahasiswa

: 081314020

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
MASA PEMERINTAHAN SUKARNO
MENJADI PRESIDEN SEUMUR HIDUP 1963-1966
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 5 Juli 2013

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
MASA PEMERINTAHAN SUKARNO

MENJADI PRESIDEN SEUMUR HIDUP 1963-1966
Oleh:
Thomas Cahyo Susmawanto
Universitas Sanata Dharma
2013
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tiga
permasalahan pokok, yaitu: 1. Mengapa Sukarno diangkat menjadi presiden
seumur hidup; 2. Bagaimana tindakan Sukarno selama menjadi presiden seumur
hidup; 3. Apa dampak pemerintahan Sukarno menjadi presiden seumur hidup.
Penelitian ini disusun berdasarkan metode penelitian historis faktual
dengan tahapan: pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi
dan historiografi. Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan multidimensional
yaitu historis, psikologis, dan politik. Sedangkan model penulisannya bersifat
deskriptif analitis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) pribadi Bung Karno
merupakan pemersatu dari seluruh kekuatan Rakyat Revolusioner dan hasrat kuat
dari berbagai golongan Rakyat dan Daerah Republik agar Bung Karno Pemimpin
Besar Revolusi Indonesia diangkat menjadi Presiden Seumur Hidup. (2) Tindakan
Presiden Sukarno selama menjadi presiden seumur hidup cenderung otoriter. (3)
Dampak pemerintahan Sukarno menjadi presiden seumur hidup adalah kehidupan

politik yang sentralistik pada Presiden Sukarno dan perkembangan organisasi
sosial menurun serta merosotnya perekonomian Indonesia.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
THE REGIME OF SUKARNO
BEING A LIFETIME PRESIDENT 1963-1966
By:
Thomas Cahyo Susmawanto
Sanata Dharma University
The objectives of this researchwere to answer three problems formulated,
which are: 1. Why was Sukarno appointed to be a lifetime president; 2. What were

Sukarno’s actions during his regime; 3. What were the effects of Sukarno’s
regime.
This research was written based on factual historic research, which applied
these steps: choosing the topic, collecting the sources, verifying, interpreting, and
learning historically. The approach used was multi-dimensional approach which
are historical, psychological, and political. In addition, the writing model was
analytical and descriptive.
The results of this research were: (1) Bung Karno was the unifier of all the
power of Revolution Society, and it was the strong desire of groups of society and
republic that Bung Karno the leader of Indonesian Revolution be appointed as a
lifetime president. (2) Sukarno’s actions during his regime as a lifetime president
tended to be authoritative. (3) The effects of Sukarno’s regime as a lifetime
president were a) the political situation was centralized to Sukarno and b) the
development of social organization was decreasing and Indonesia’s Economy was
also.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi berkat dan rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Masa Pemerintahan Sukarno Menjadi Presiden Seumur Hidup 19631966”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar
Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi
Pendidikan Sejarah.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang
telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. A. Kardiyat Wiharyanto, M.M. dan Drs. B. Musidi, M.Pd., selaku
dosen pembimbing yang telah sabar membimbing, membantu, dan
memberikan banyak pengarahan, saran serta masukan selama penyusunan
skripsi ini.
4. Dra. Th. Sumini, M.Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik membimbing,
membantu, dan memberikan pengarahan kepada penulis selama proses
studi.

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5. Seluruh dosen dan sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah
memberikan dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di
Universitas Sanata Dharma.
6. Kedua orang tua penulis yang telah banyak memberi dorongan spiritual dan
material sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Sanata
Dharma.
7. Kedua kakak penulis Fr. Yohanes Andi Sumaryono O.Carm dan F.X. Bari
Dwi Admoko yang baru menikah dengan Lusiana yang memberi dukungan
untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Sejarah tahun angkatan 2008
yang telah memberikan dukungan,

bantuan,

dan inspirasi dalam

menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman HMPS Pendidikan Sejarah yang telah memberikan semangat
pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 5 Juli 2013
Penulis

Thomas Cahyo Susmawanto
xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ii

HALAMAN PENGESAHAN

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

vi

HALAMAN MOTTO

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

vii

ABSTRAK

viii

ABSTRACT

ix

KATA PENGANTAR

x

DAFTAR ISI

xii

DAFTAR GAMBAR

xv

DAFTAR TABEL

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang

1

B. Rumusan Masalah

7

C. Tujuan Penelitian

9

D. Manfaat Penelitian

9

E. Tinjauan Kepustakaan

10

F. Landasan Teori

13

G. Metodologi Penelitian dan Pendekatan

22

H. Model dan Sistematika Penulisan

28

BAB II

PENGANGKATAN SUKARNO MENJADI
PRESIDEN SEUMUR HIDUP

30
30

A. Kondisi Politik Indonesia
1. Penyingkiran Lawan Politik Presiden Sukarno
a. Kelompok PRRI

36
36

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

b. Komplotan Subversi Terhadap Negara
2. Hubungan Presiden Sukarno Dengan Partai Politik
a. Partai Politik Yang Disingkirkan

40
42
44

1) Masyumi

44

2) PSI

46

b. Partai Politik Yang Dibiarkan Hidup

48

1) NU

48

2) PNI

51

3) PKI

53

4) Murba, Parkindo, IPKI, Partai Katolik

55

3. Hubungan Presiden Sukarno Dengan Militer

56

B. Hubungan Presiden Sukarno Dengan MPRS

59

C. Pengangkatan Sukarno Menjadi Presiden Seumur Hidup

62

BAB III PEMERINTAHAN SUKARNO MENJADI
PRESIDEN SEUMUR HIDUP
A. Tindakan Presiden Sukarno Dalam Bidang Politik

68
70

1. Sikap Presiden Sukarno Terhadap Ketetapan
70

MPRS No. III/MPRS/1963
2. Tindakan Presiden Sukarno Terhadap Lawan-lawan Politiknya

71

3. Tindakan Presiden Sukarno Terhadap Militer

75

4. Tindakan Presiden Sukarno Terhadap Partai Politik

79

a. PNI

79

b. PKI

84

c. NU

87

d. Murba

89

B. Tindakan Presiden Sukarno Dalam Bidang Sosial

91

1. Gerakan Pemuda Islam Indonesia

91

2. Gerakan Anti Sukarno

93

3. Manifes Kebudayaan

95

4. Badan Pendukung Sukarno

96

5. Himpunan Mahasiswa Islam

99

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6. Lembaga Kebudayaan Rakyat

101

7. Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia

104

C. Tindakan Presiden Sukarno Dalam Bidang Ekonomi

105

BAB IV DAMPAK PEMERINTAHAN SUKARNO MENJADI
PRESIDEN SEUMUR HIDUP

109
110

A. Dampak dalam Bidang Politik
1. Bagi Lawan-Lawan politik Presiden Sukarno

110

2. Bagi Militer

112

3. Bagi Partai-Partai Politik

115

a. PNI

115

b. NU

118

c. PKI

120

4. Perombakan Anggota MPRS

122

5. Kejatuhan Kekuasaan Presiden Sukarno

124

B. Dampak Dalam Bidang Sosial

129

C. Dampak Dalam Bidang Ekonomi

131

BAB V

KESIMPULAN

137

DAFTAR PUSTAKA

140

LAMPIRAN

145

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kerangka Konseptual Masa Pemerintahan Sukarno
Menjadi Presiden Seumur hidup

21

Gambar 2 : Kerangka Pengangkatan Sukarno menjadi
presiden seumur hidup

66

Gambar 3 : Masa pemerintahan Sukarno menjadi presiden
107

seumur hidup
Gambar 4 : Dampak pemerintahan Sukarno menjadi presiden

135

Seumur hidup

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Penerimaan dan pengeluaran negara tahun 1963-1966

134

Tabel 2: Peredaran uang tahun 1963-1966

134

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Kriteria Demokrasi

145

Silabus

147

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

150

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada sebuah ungkapan “janganlah sekali-kali meninggalkan sejarah”.
Ungkapan tersebut berasal dari seorang tokoh besar dari Indonesia yaitu Sukarno.
Ungkapan Sukarno mau mengingatkan bangsa Indonesia untuk tidak melupakan
sejarah. Sejarah harus menjadi pelajaran untuk masa depan yang lebih baik.
Sukarno kemudian tidak hanya menjadi tokoh besar dalam perjalanan bangsa
Indonesia tetapi juga sebagai founding father bagi Indonesia.
Sukarno adalah putra dari Raden Soekemi dan Ida Ayu Nyoman Rai
Serimben. Sukarno dilahirkan pada waktu fajar tepatnya hari Kamis 6 Juni 1901.
Saat dilahirkan sang ibunya mengatakan pada Sukarno bahwa “jangan pernah kau
lupakan bahwa kau anak fajar. Kau akan menjadi pemimpin besar bangsa ini
karena ibumu melahirkan dirimu pada waktu fajar”. Kemudian pernyataan ini
ditambah oleh Sukarno sendiri dengan mengatakan “kelahiranku bukan hanya
fajar permulaan hari yang baru melainkan juga fajar suatu abad yang baru”.1 Pada
kenyataannya apa yang dikatakan oleh Sukarno memang bukan hanya merupakan
awal abad baru tetapi juga menjadi masa yang baru bagi bangsa Indonesia di mana
Indonesia menjadi merdeka.
Sukarno dilahirkan dengan diberi nama Koesno. Tetapi masa kecilnya
ternyata Koesno penyakitan. Kemudian kedua orang tuanya mengganti nama
Koesno menjadi Karno atau Sukarno. Karno berarti terbaik. Dengan demikian
1

Bob Hering, Soekarno Arsitek Bangsa, Jakarta: Kompas, 2012, hlm. 3

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
diharapkan agar kelak Sukarno tumbuh menjadi seorang kesatria kuat bagaikan
tokoh-tokoh legendaris dalam lakon-lakon dan pertunjukan wayang Bharata
Yudha serta Ramayana.2
Sukarno memang seseorang yang sangat anti terhadap kolonialisme.
Aksinya dalam melawan kolonialisme menimbulkan kegelisahan bagi HindiaBelanda sehingga kemudian dia ditahan. Namun hal ini tidak membuat Sukarno
menjadi lemah melainkan membuatnya menjadi semakin semangat dalam
menentang kolonialisme. Perjuangannya pun memberikan kontribusi yang besar
dalam membawa Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945.
Setelah membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945, keesokan harinya Sukarno diangkat menjadi presiden Indonesia
dengan wakilnya Moh. Hatta. Kemudian setelah diangkat menjadi presiden,
Sukarno segera membentuk alat perlengkapan lembaga-lembaga negara. Namun
ternyata perjuangan kemerdekaan belum selesai. Belanda belum mengakui
kemerdekaan Indonesia dan ingin kembali menduduki Indonesia. Belanda
melakukan agresi mititer di Indonesia serta menangkap pemimpin bangsa
Indonesia. Keadaan ini semakin diperparah dengan adanya pemberontakan dari
dalam negeri.3
Perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dari Belanda akhirnya
membuahkan hasil. Pada Desember 1949 Belanda mengakui kemerdekaan
Indonesia dengan bentuk negara Republik Indonesia Serikat di mana Indonesia
2
3

Lambert Giebels, Soekarno Biografi 1901-1950, Jakarta: Grasindo, 2001, hlm. 10-11
Pemberontakan PKI di Madiun yang dipimpin oleh Muso dan pemberontakan DI/TII di Jawa
Barat yang dipimpin oleh Kartosuwiryo.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
terdiri dari negara-negara bagian. Delegasi RIS yang berangkat ke Nederland
untuk penyerahan kedaulatan dipimpin oleh Moh. Hatta. Namun bentuk negara
Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama. Pada tanggal 19 Mei 1950
disepakati pembentukan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia.4 Setelah
terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia kemudian Indonesia memasuki
masa demokrasi liberal. Pada masa demokrasi liberal sering terjadi pergantian
kabinet karena partai-partai besar sangat menentukan suara mayoritas di DPR.
Bila kebijaksanaan kabinet tidak disetujui DPR maka dapat dengan mudah kabinet
tersebut dijatuhkan.
Pada tahun 1955 diadakan pemilu di Indonesia. Rakyat diberikan hak pilih
dengan ketentuan untuk yang laki-laki sudah berumur 18 tahun, sedangkan yang
perempuan sudah berumur 18 tahun atau sudah menikah. Pemilu ini diadakan
untuk memilih anggota DPR dan memilih anggota Dewan Konstituante. Suara
yang dihasilkan dari pemilu tersebut yaitu: partai Masyumi mendapat 60 wakil,
PNI 58 wakil, NU 47 wakil, PKI 32 wakil, dan partai-partai lainnya hanya
memperoleh masing-masing kurang dari 12 kursi. Konstituante yang sudah dipilih
memiliki tugas yaitu membuat UUD.5
Pembentukan Konstituante ternyata belum membuahkan hasil. Konstituante
yang telah dibentuk pada tahun 1955 belum dapat menghasilkan UUD. Selain itu,
kabinet yang dibentuk sering mengalami pembubaran yang disebabkan tidak ada
partai yang mayoritas menguasai dewan itu. Keadaan yang demikian menjadikan
4
5

P.J. Suwarno, Tatanegara Indonesia dari Sriwijaya sampai Indonesia Modern, Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma, 2003, hlm. 157
A Kardiyat Wiharyanto, Sejarah Indonesia dari Proklamasi sampai Pemilu 2009, Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma, 2011, hlm. 85

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
keadaan negara menjadi bahaya. Berbagai macam pemberontakan terjadi yang
mengancam kesatuan. Pada masa Kabinet Djuanda pernah terjadi rencana
pembunuhan terhadap Sukarno saat Sukarno menghadiri pesta sekolah di Cikini.
Masalah yang lebih pokok lagi adalah Dewan Konstituante yang tidak dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik yaitu membuat Undang Undang Dasar.
Selama dua tahun dalam sidang Dewan Konstituante terjadi perdebatan mengenai
dasar negara yang tidak menemui ujungnya. Perdebatan mengenai dasar negara di
mana terdapat dua pandangan yaitu dasar negara Pancasila dan dasar negara
Islam6. Banyak partai yang bertentangan dan bersaing dengan keras untuk
menentukan dasar negara berdasarkan ideologi partai. Dengan situasi yang seperti
ini kemudian Jenderal A. H. Nasution mengusulkan kepada Sukarno supaya UUD
1945 diundangkan kembali. Sukarno yang menerima usulan itu kemudian
mengundangkan UUD 1945 melalui Dewan Konstituante. Namun ternyata usulan
Sukarno oleh Dewan Konstituante ditolak. Keputusan oleh konstituante ini tidak
mematahkan semangat Sukarno. Akhirnya Sukarno mengundangkan UUD 1945
melalui Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959.7
Dekrit Presiden berisi tentang pembubaran Konstituante dan pemberlakuan
kembali UUD 1945.8 Kekuatan hukum diberlakukannya dekrit tersebut bersumber
pada dukungan sebagian besar rakyat dan pengakuan anggota-anggota DPR hasil
pemilihan umum tahun 1955 secara aklamasi. Hukum yang demikian disebut
hukum darurat negara subyektif karena tidak mempunyai dasar hukum pada UUD
6
7
8

Kohar Hari Sumarno, Manusia Indonesia Manusia Pancasila, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984,
hlm. 81
Sartono Kartodirdjo dkk, Sejarah Nasional Indonesia VI, Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1975, hlm. 103
P.J. Suwarno, op. cit., hlm. 177

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
atau disebut hukum darurat negara yang ekstra konstitusional. Selain itu secara
material dekrit tersebut dinyatakan sah karena berdasar pada Pasal 1 ayat 2 UUDS
yang berbunyi Kedaulatan Republik Indonesia adalah di tangan rakyat dan
dilakukan oleh Pemerintah bersama-sama dengan DPR. Dengan dilaksanakannya
Dekrit Presiden pada 5 juli 1959 maka Indonesia memulai dengan sistem
pemerintahan demokrasi terpimpin.9
Ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 lebih menjamin
terlaksananya prinsip demokrasi terpimpin karena ketentuan dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 yang disebutkan dalam pokok pikiran tentang
kerakyatan-demokrasi dan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.10 Sejak
diberlakukannya sistem pemerintahan demokrasi terpimpin kedudukan Sukarno
sebagai presiden semakin kuat. Sukarno diangkat menjadi Pemimpin Besar
Revolusi. Selain itu ada pergeseran kekuasaan, yang semula MPRS berada di atas
presiden, namun setelah dekrit kedudukan MPRS berada di bawah presiden.
Pemilihan dan pemberhentian anggota MPRS ditentukan oleh presiden. Sehingga
keadaan menjadi berbalik, presiden yang semula bertanggung jawab pada MPRS
kini berubah menjadi MPRS bertanggung jawab kepada presiden. Dengan
kedudukan presiden yang sangat kuat ini membuat presiden menjadi sangat
dominan dalam politik kenegaraan.
Kehidupan politik Indonesia pada masa demokrasi terpimpin bergantung
pada Sukarno di mana Sukarno memiliki kekuasaan tertinggi. Sukarno sendiri
9
10

Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi di segala soal kenegaraan dan kemasyarakatan yang
meliputi bidang-bidang politik, ekonomi, dan sosial.
Notosoetardjo, Kembali Kepada Djiwa Proklamasi 1945 Apakah Demokrasi Terpimpin Itu ?,
Jakarta: Harian Pemuda, 1959, hlm. 108

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
sebenarnya tidak memiliki kekuatan politik karena Sukarno tidak memiliki partai
yang mendukungnya. Oleh karena itu, kekuatan-kekuatan politik yang
bertentangan saling bersaing untuk mendapatkan tempat di hadapan Sukarno.11
Maka tidak heran muncul kebijakan yang menguntungkan Sukarno karena ada
kekuatan politik yang ingin mendapatkan tempat di hadapan Sukarno. Mereka
yang tidak mendapatkan tempat dihadapan Sukarno cepat atau lambat pasti akan
tersingkir.
Pada bulan Mei 1963 MPRS menetapkan “pengangkatan Sukarno menjadi
presiden seumur hidup”.12 Ketetapan MPRS ini tentu membuat kejanggalan.
Dalam negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi, rakyat memiliki
kedaulatan di mana rakyat memiliki suara untuk menentukan keputusan.
Keputusan pengangkatan Sukarno menjadi presiden seumur hidup tentu tidak
berdasarkan aspirasi rakyat. Hal ini dapat dikatakan keputusan tersebut melukai
demokrasi itu sendiri. Selain itu, demokrasi terpimpin yang dipimpin oleh
Sukarno terkesan belum dapat dikatakan demokrasi yang utuh karena segala
kebijakan banyak ditentukan oleh Sukarno. Namun ternyata masa pemerintahan
Sukarno menjadi presiden seumur hidup hanya berlangsung 3 tahun. Ketetapan
MPRS mengangkat Sukarno menjadi presiden seumur hidup terjadi pada tahun
1963, namun pada tahun 1966 Sukarno jatuh dari kekuasaannya. Dapat dilihat
bahwa pengangkatan keputusan Sukarno menjadi presiden seumur hidup hanya
berlangsung selama 3 tahun. Padahal Sukarno sendiri pada tahun 1966 hidupnya
belum berakhir.
11
12

Alfian, Komunikasi Politik dan Sistem Politik Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
1991, hlm. 36
Ismail Suny, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, Jakarta: Aksara Baru, 1981, hlm. 230

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
Bertolak dari uraian tersebut, topik pengangkatan Sukarno menjadi presiden
seumur hidup 1963-1966 sangat menarik bagi penulis untuk diteliti lebih jauh.
Keputusan pengangkatan Sukarno menjadi presiden seumur hidup oleh MPRS
memang tergolong aneh. Padahal bentuk pemerintahan adalah republik dan
menganut sistim pemerintahan demokrasi seharusnya tidak ada jabatan presiden
seumur hidup. Selain itu, masa pemerintahan Sukarno menjadi presiden seumur
hidup hanya berlangsung 3 tahun. Padahal hidup Sukarno belum berakhir. Penulis
mencoba untuk mendalami latar belakang pengangkatan Sukarno menjadi
presiden seumur hidup dan tindakannya hingga pada kejatuhannya dari jabatan
presiden.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Mengapa Sukarno diangkat menjadi presiden seumur hidup?
2. Bagaimana tindakan Sukarno selama menjadi presiden seumur hidup?
3. Apa dampak pemerintahan Sukarno selama menjadi presiden seumur
hidup?
Skripsi ini mengidentifikasi dan menganalisis masa pemerintahan Sukarno
selama diangkat menjadi presiden seumur hidup. Permasalahan pertama yang
dibahas dalam penelitian ini adalah mengapa Sukarno diangkat menjadi presiden
seumur hidup? Permasalahan ini dijawab dengan menjelaskan keadaan politik di
Indonesia pada saat sebelum pengangkatan Sukarno menjadi presiden seumur

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
hidup. Keadaan politik pada saat itu terpusat pada Sukarno. Sukarno memiliki
wewenang yang sangat tinggi. Selain itu dijelaskan pula terkait hubungan antara
Sukarno dengan partai-partai politik dan hubungan antara Sukarno dengan MPRS
serta hubungan Sukarno dengan militer.
Pada permasalahan kedua yang dijawab dalam penelitian ini adalah tindakan
Sukarno selama menjadi presiden seumur hidup. Permasalahan ini dijawab
dengan menjelaskan tindakan Sukarno dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi.
Dalam bidang politik dijelaskan sikap Sukarno terhadap keputusan MPRS yang
mengangkat dirinya menjadi presiden seumur hidup. Selain itu dijelaskan pula
tindakan Sukarno terhadap lawan-lawan politiknya dan tindakan terhadap partaipartai politik. Dalam bidang sosial dijelaskan tindakan Sukarno terhadap ormasormas. Dalam bidang ekonomi dijelaskan tindakan Sukarno dalam mengatasi
kemerosotan ekonomi dan kebijakan Sukarno dalam program berdikari.
Pada permasalahan ketiga dijawab dampak pemerintahan Sukarno selama
menjadi presiden seumur hidup. Permasalahan ini dijawab dengan menjelaskan
dampak kebijakan yang diambil oleh Sukarno dalam bidang politik, sosial, dan
ekonomi. Pada bidang politik dijelaskan dampak kebijakannya terhadap lawanlawan politiknya dan terhadap partai-partai politik serta kejatuhan Sukarno dari
panggung politik. Pada bidang sosial dijelaskan dampak tindakannya terhadap
organisasi masyarakat. Pada bidang ekonomi dijelaskan dampak kebijakan dalam
program berdikari.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1.

Untuk mendeskripsikan dan menganalisis latar belakang pengangkatan
Sukarno menjadi presiden seumur hidup dengan melihat keadaan Indonesia
pada bidang politik.

2.

Untuk mendeskripsikan dan menganalisis sikap dan tindakan Sukarno selama
menjadi presiden seumur hidup dalam bidang politik, sosial dan ekonomi.

3.

Untuk menganalisis dampak pemerintahan Sukarno menjadi presiden seumur
hidup pada bidang politik, sosial dan ekonomi.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1.

Bagi dunia keguruan dan Ilmu Pendidikan
Penelitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan sejarah nasional
khususnya tentang pengangkatan Sukarno menjadi presiden seumur hidup
1963-1966 di mana keputusan tersebut terjadi saat Indonesia menganut sistem
pemerintahan

demokrasi

terpimpin.

Penelitian

i ni

akan

menambah

pengetahuan secara mendalam tentang masa pemerintahan Sukarno selama
menjadi presiden seumur hidup.
2.

Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini akan menambah kasanah pengetahuan civitas akademika
mengenai masa pemerintahan Sukarno selama menjadi presiden seumur
hidup 1963-1966. Penelitian ini dapat juga dimanfaatkan sebagai sumber

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
referensi bagi rekan-rekan mahasiswa. Selain itu juga dapat dimanfaatkan
untuk contoh dalam penulisan skripsi bagi mahasiswa selanjutnya.
3.

Bagi Masyarakat Luas
Penelitian ini menambah pengetahuan bagi pembaca tentang sosok Sukarno
dan tindakan politik Sukarno selama menjadi presiden seumur hidup pada
tahun 1963-1966 di Indonesia pada masa demokrasi terpimpin. Masyarakat
dapat mengetahui bagaimana tindakan Sukarno dalam bidang politik, sosial,
dan ekonomi pada masa itu.

E. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini tentu menggunakan sumber buku. Buku-buku pokok yang
menunjang dalam penulisan skripsi ini adalah:
Soekarno-Militer dalam Demokrasi Terpimpin, buku karangan Herbert
Feith berisi tentang kegiatan politik Sukarno pada masa pemerintahannya dalam
demokrasi terpimpin secara terkhusus dalam bidang militer. Buku ini akan
membantu menjawab pada permasalahan kedua tentang tindakan Sukarno dalam
bidang politik. Pada masa sistem pemerintahan demokrasi terpimpin Sukarno
memberikan kesempatan pada militer (golongan fungsional) untuk ikut berperan
dalam kegiatan politik pemerintahan. Pada masa itu kekuatan politik militer dalam
pemerintahan bergantung pada Sukarno. Kebergantungan militer dalam bidang
politik pada Sukarno membuat Sukarno semakin menguasai panggung politik.
Selain itu penguasaan Sukarno pada bidang militer dapat membuat situasi
permusuhan antara Tentara dan PKI untuk sementara dapat diatasi.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
Sukarno Sebuah Biografi Politik, buku karangan John D. Legge berisi
tentang kegiatan politik dan tindakan politik Soekarno pada masa demokrasi
terpimpin sampai pada kejatuhan kekuasaan Sukarno. Buku ini membantu
menjawab permasalahan pertama, kedua dan ketiga. Dalam buku ini dijelaskan
keadaan politik Indonesia sebelum pengangkatan Sukarno menjadi presiden
seumur hidup dan hubungan antara Sukarno dengan partai politik dan hubungan
antara Sukarno dengan MPRS. Buku ini juga membahas tentang tindakan Sukarno
terhadap lawan-lawan politiknya yang dapat menjatuhkan kedudukannya. Media
komunikasi pun yang dianggap bertentangan dengan Sukarno dibubarkan. Selain
itu buku ini juga berisi tentang dampak tindakan Sukarno serta kejatuhan Sukarno
dalam panggung politik.
Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, buku karangan Ismail Suny ini berisi
tentang kebijakan Sukarno yang mengambil alih kekuasaan eksekutif yang semula
dari MPRS menjadi kekuasaannya. Buku ini membantu menjawab pada
permasalahan kedua. Kekuasaan Sukarno yang leluasa dalam demokrasi terpimpin
membuat Sukarno dapat mengambil alih kekuasaan MPR(S) dimana segala
kebijakan pada akhirnya yang berhak menentukan adalah Sukarno. Pada tahun
1963 Indonesia meninggalkan gagasan trias politica. Hal ini diucapkan oleh
Sukarno pada tahun 1963 yang menyatakan bahwa ‘setelah kita kembali ke
Undang Undang Dasar 1945, trias politica kita tinggalkan’. Dengan demikian
presiden memiliki wewenang yang sangat tinggi. Tindakan-tindakan dalam bidang
politik, sosial, dan ekonomi yang akan diambil berdasarkan pada wewenang
presiden.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
Ketetapan MPR(S) sebagai Salah Satu Sumber Hukum Tata Negara, buku
karangan Sri Soemantri membantu dalam menjawab permasalahan pertama yang
berisi tentang ketetapan MPRS yang memutuskan pengangkatan Soekarno
menjadi presiden seumur hidup. Dalam buku ini juga dijelaskan sedikit alasan
MPRS dalam memutuskan untuk mengangkat Sukarno menjadi presiden seumur
hidup. Dalam buku ini juga membantu menjawab permasalahan kedua yang berisi
bentuk-bentuk peraturan perundang-undangan dalam periode 5 juli 1959 sampai
11 maret 1966 di mana kebijakan yang diputuskan lebih banyak menguntungkan
Sukarno. Sukarno menjadi penguasa segala kebijakan politik.
Soekarno, Tentara, PKI Segitiga Kekuasaan sebelum Prahara Politik 19611965, buku karangan H. Rosihan Anwar ini membantu dalam menjawab
permasalahan kedua dan ketiga. Beberapa bab dalam buku ini berisi tentang
tindakan politik Sukarno yang berusaha menguasai Tentara dan PKI. Antara
tentara dan PKI sebenarnya sangat berlawanan atau bermusuhan namun oleh
Sukarno dapat dikuasai. Tentara sebagai garda depan dalam mempertahankan
ideologi Pancasila. Sebaliknya PKI berusaha mengganti ideologi Pancasila dengan
ideologi komunis. Sikap Sukarno dipersepsikan sangat menguntungkan PKI.
Bung Karno Penjambung Lidah Rakyat Indonesia, buku karangan Cindy
Adams berisi tentang biografi Sukarno. Pada beberapa bab dalam buku ini berisi
tentang pemerintahan Sukarno pada masa menjadi presiden seumur hidup. Secara
terkhusus

buku ini membantu

dalam

menjawab permasalahan tentang

pengangkatan Sukarno menjadi presiden seumur hidup, tindakan Sukarno selama

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
menjadi presiden seumur hidup dan dampak tindakan Sukarno selama menjadi
presiden seumur hidup.

F. Landasan Teori
Untuk memudahkan penjelasan dalam penelitian ini, penulis menjelaskan
konsep-konsep terlebih dahulu. Kekuasaan politik merupakan “kemampuan untuk
mempengaruhi kebijaksanaan umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun
akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan sendiri”.13
Pada dasarnya kekuasaan berbentuk hubungan di mana ada satu pihak yang
memerintah dan ada pihak yang diperintah. Dari dasar hubungan kekuasaan itu
maka ada pihak yang memberi perintah dan ada pihak yang diberi perintah.
Sosiolog terkenal, Talcott Parsons melihat kekuasaan sebagai upaya untuk
mencapai tujuan kolektif dengan jalan membuat keputusan-keputusan yang
mengikat. Kekuasaan adalah kemampuan untuk menyebabkan kesatuan-kesatuan
dalam suatu sistem organisasi kolektif melaksanakan kewajiban-kewajiban yang
mengikat. Kewajiban dianggap sah sejauh menyangkut tujuan-tujuan kolektif.
Jika ada perlawanan maka ada pemaksaan melalui sanksi-sanksi negatif . Dengan
demikian tidak ada persamaan martabat dalam kekuasaan politik karena selalu
yang satu lebih tinggi daripada yang lain. Dari hal ini pihak yang memberi
perintah adalah penguasa politik.14
Sumber kekuasaan bermacam-macam sifatnya. Pertama, sumber kekuasaan
dapat berupa kedudukan. Misalnya seorang menteri terhadap pegawainya. Dalam
13
14

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: P T Gramedia, 1977, hlm. 37
Miriam Budiardjo, Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa, Jakarta: Sinar Harapan,
1984, hlm. 18

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
kasus ini bawahan dapat ditindak jika melanggar disiplin kerja atau melakukan
korupsi. Kedua, sumber kekuasaan dapat berupa kekayaan. Misalnya seorang
pengusaha kaya mempunyai kekuasaan atas seorang politikus atau seorang
bawahan yang mempunyai utang yang tidak dapat dibayar kembali. Ketiga,
sumber kekuasaan dapat berupa kepercayaan atau agama. Di desa sering kali alim
ulama atau pendeta mempunyai kekuasaan atas umatnya sehingga mereka
dianggap sebagai pemimpin informal. Keempat, sumber-sumber lain kekuasaan
adalah kepandaian dan keterampilan.
Upaya untuk menyelenggarakan kekuasaan ada dua cara. Pertama, upaya
yang paling ampuh adalah kekerasan. Seorang penjahat yang bersenjatakan clurit
yang memaksa seseorang untuk menyerahkan miliknya merupakan suatu contoh
dari upaya menyelenggarakan kekuasaan dengan kekerasan. Si penjahat
mempersempit alternatif bertindak sehingga bagi korbannya hanya ada satu
alternatif yaitu mengikuti kemauan si penjahat dan menyerahkan miliknya. Kedua,
kekuasaan dapat pula diselenggarakan dengan upaya yang lunak yaitu persuasi.
Upaya ini sering dipakai oleh pelaku yang mempunyai pengaruh, akan tetapi
dapat juga dipakai oleh pelaku yang mempunyai kekuasaan.
Dalam buku karangan Miriam Budiardjo yang berjudul Aneka Pemikiran
tentang Kuasa dan Wibawa mengatakan bahwa ada beberapa pengertian yang erat
kaitannya dengan kekuasaan yaitu otoritas atau wewenang dan legitimasi.
Wewenang adalah kekuasaan yang dilembagakan. Harold D. Laswell dan
Abraham Kaplan berpendapat bahwa wewenang adalah kekuasaan formal.
Dianggap bahwa orang yang mempunyai wewenang berhak untuk mengeluarkan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
perintah dan membuat peraturan-peraturan serta berhak untuk mengharapkan
kepatuhan terhadap peraturan-peraturannya.
Sosiolog terkenal Max Weber membagi wewenang menjadi tiga macam
yaitu tradisional, kharismatik, dan rasional legal. Wewenang tradisional
berdasarkan kepercayaan di antara anggota masyarakat bahwa tradisi lama serta
kedudukan kekuasaan yang dilandasi oleh tradisi itu merupakan wajar dan patut
dihormati. Wewenang kharismatik berdasarkan kepercayaan anggota masyarakat
pada kesaktian dan kekuatan mistik atau religius seorang pemimpin. Contoh orang
yang dianggap pemimpin yang kharismatik adalah Hitler dan Mao Tse Tung
sekalipun mereka juga memiliki unsur wewenang rasional-legal. Wewenang
rasional legal berdasarkan kepercayaan pada tatanan hukum rasional yang
melandasi kedudukan seseorang pemimpin. Yang ditekankan bukan orangnya
akan tetapi aturan-aturan yang mendasari tingkah lakunya.
Keabsahan (legitimasi) berfungsi untuk menjaga kekuasaan politik.
Keabsahan adalah konsep bahwa kedudukan seseorang atau sekelompok penguasa
diterima baik oleh masyarakat oleh karena sesuai dengan azas-azas dan prosedur
yang berlaku dan dianggap wajar. Jadi mereka yang diperintah menganggap
bahwa

sudah

wajar

peraturan-peraturan

da n

keputusan-keputusan

yang

dikeluarkan oleh penguasa dipatuhi. Maka David Easton berpendapat bahwa
keabsahan adalah keyakinan dari pihak anggota (masyarakat) bahwa sudah wajar
bagi dia untuk menerima baik dan menaati penguasa dan memenuhi tuntutantuntutan dari rezim itu15.
15

Ibid., hlm. 15

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
A.M Lipset berpendapat bahwa legitimasi mencakup kemampuan untuk
membentuk dan mempertahankan kepercayaan bahwa lembaga-lembaga atau
bentuk-bentuk politik yang ada adalah yang paling wajar untuk masyarakat itu.
Jika dalam suatu sistem politik terdapat konsensus mengenai dasar dan tujuantujuan masyarakat, keabsahan dapat tumbuh dengan kukuh sehingga unsur
paksaan serta kekerasan yang dipakai oleh setiap rezim dapat ditetapkan dampak
minimum. Maka dari itu pimpinan dari suatu sistem politik akan selalu mencoba
untuk membangun dan mempertahankan keabsahannya di kalangan rakyat karena
hal itu merupakan dukungan yang paling kuat.
Penguasa politik yang tidak mendapat keabsahan maka di dalam wilayah
yang dikuasai akan sering terjadi gejolak atau konflik. Penyebab runtuhnya
penguasa politik di antara lain karena perpecahan intern dalam kekuasaan politik
dan mendapat gangguan dari penguasa lain serta tidak mendapat dukungan dari
pihak lain. Dari intern kekuasaan biasanya yang terjadi adalah perebutan
kekuasaan di mana pihak yang berebut saling mengklaim bahwa dirinya yang
paling berhak dan sah menjadi penguasa. Sedangkan gangguan dari penguasa lain
adalah pihak dari luar yang menghendaki penguasa politik tersebut runtuh.
Sementara itu penguasa politik dapat runtuh tatkala penguasa politik tidak lagi
mendapat dukungan dari pihak lain. Hal ini dikarenakan penguasa politik tidak
memperhatikan kepentingan pihak lain yang diperintah atau dikuasai. Berakhirnya
penguasa politik dalam kekuasaan ada dua bentuk yakni kekerasan dan secara
damai. Namun kebanyakan dalam kekuasaan politik berakhir dengan kekerasan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
Negara yang menganut sistim pemerintahan demokrasi, kekuasaan politik
biasanya berbentuk oligarki. Oligarki merupakan bentuk pemerintahan yang
dipegang oleh cendekiawan demi kepentingan kelompoknya. Oligarki penguasa
dalam suatu negara sering menghasilkan kebijakan politik yang inkonstitusional.
Hal ini diungkapkan oleh tokoh politik Michels yang menjelaskan bahwa hukum
besi oligarki tetap sulit dihindarkan dalam suatu negara demokrasi. Bila para
wakil rakyat yang terpilih sampai berkonspirasi dengan tokoh-tokoh yang duduk
di eksekutif dan membentuk elite yang mempunyai kepentingan-kepentingan
khusus yang berbeda jauh dengan kepentingan rakyat, maka mereka secara tidak
disadari telah membangun kelompok oligarki tersendiri. Mereka inilah yang
kemudian membuat keputusan-keputusan penting menyangkut kepentingan rakyat
tanpa memperhatikan lagi aspirasi rakyatnya. Akibatnya keputusan di bidang
politik, sosial, dan ekonomi seringkali bertabrakan dengan kemauan kebanyakan
rakyat. Meski demokrasi belum dapat mengatasi hukum besi oligarki, harus diakui
bahwa dalam suatu pemilihan umum yang benar-benar bebas dan adil rakyat dapat
menggusur para pemimpin yang dianggap gagal menjadi wakil yang baik. Rakyat
barangkali saja tidak merasa ikut membuat keputusan tetapi mereka dapat
mengontrol atau mengawasi para pemimpin dan dapat menolak mengangkat lagi
pemimpin-pemimpin yang dinilai gagal lewat pemilihan umum yang bebas.16
Kekuasaan politik dalam suatu negara pada dasarnya berbeda-beda. Negara
yang menganut sistim pemerintahan demokrasi mengatur kekuasaan berdasarkan
konsep trias politica yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsi. Berdasarkan

16

M. Amien Rais, Demokrasi dan Proses Politik, Jakarta: LP3ES. 1986, hlm. xvii-xix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
konsep trias politica kekuasaan negara dibagi menjadi tiga yaitu kekuasaan
legislatif yang berfungsi membuat undang-undang dipegang oleh MPR dan DPR,
kekuasaan eksekutif yang berfungsi melaksanakan undang-undang yang dipegang
oleh Presiden, dan kekuasaan yudikatif yang berfungsi mengadili atas pelanggaran
terhadap undang-undang yang dipegang oleh Mahkamah Agung.17
Setelah melihat konsep tentang kekuasaan, marilah melihat dari segi
otoriterisme. Otoriterisme diartikan sebagai serangkaian hubungan sosial yang
meresapi ruang publik maupun privat, di mana penyebarab kekuasaan sangat
timpang tetapi kendati sosok lahirnya bisa mengecoh sehingga kekuasaan itu tidak
pernah seluruhnya terhimpun pada satu atau sekelompok orang. Otoriterisme tidak
sepenuhnya dibentuk dengan tatanan sosial yang sewenang-wenang, yang
dirancang oleh sekelompok kecil elite dan dipaksakan pada masyarakat tanpa
dukungan mereka.18
Rezim otoriter memiliki sistem nilai yang baru. Hal itu sangat mencolok
dari dua segi. Pertama, rezim-rezim itu bukan hanya sering melanggar hak-hak
asasi manusia dan melakukan penindasan yang kasar, melainkan mereka tanpa
malu-malu melakukan tindakan yang jahat. Mereka merampas hak milik,
memfitnah, membunuh, dan menyangkal hak hidup lawan. Kedua, mereka hampir
tidak memperhatikan pertimbangan akal sehat dan prinsip manfaat.19 Menurut
George Orwell, penguasa otoriter memimpin tanpa mau ada gangguan dari bawah
dan memiliki monopoli kekuasaan.
17
18
19

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, op. cit., hlm. 151
Ariel Heryanto dan Sumit K. Mandal, Menggugat Otoriterisme di Asia Tenggara, Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia. 2004, hlm. 3
Hannah Arendt, Asal-Usul Totalitarisme Jilid III Totalitarisme, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1995, hlm. xiv.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
Abraham Lincoln seorang tokoh yang berasal dari Amerika Serikat
berpendapat bahwa demokrasi sebagai pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat.
Maka suatu negara dengan lembaga-lembaganya adalah milik rakyat sebagai
penghuni negara itu. Adapun kriteria demokrasi sebagai berikut20:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Partisipasi dalam pembuatan keputusan
Persamaan di depan hukum
Distribusi pendapatan secara adil
Kesempatan pendidikan yang sama
Empat macam kebebasan
Ketersediaan dan keterbukaan informasi
Mengindahkan fatsoen
Kebebasan individu
Semangat kerjasama
Hak untuk protes

Dalam negara demokrasi menganut sistim pergantian pemimpin atau
presiden. Maka presiden memiliki masa jabatan yang diatur menurut undangundang negara tersebut. Jabatan kepresidenan tentu tidaklah seumur hidup. Di
Indonesia pergantian undang-undang terjadi sebanyak tiga kali yaitu, Undang
Undang Dasar 1945, Undang Undang Dasar 1949 dan Undang Undang Dasar
1950. Pada masa pengangkatan Sukarno menjadi presiden seumur hidup
menggunakan Undang Dasar 1945 yang dijadikan pedoman secara terkhusus
untuk mengatur masa jabatan presiden. Pada pasal 7 Undang Undang Dasar 1945
dikatakan bahwa presiden dan wakil presiden memegang jabatannya selama masa
lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Dengan ini jelas bahwa jabatan
presiden selama lima tahun dan setelah lima tahun dapat dipilih kembali menjadi
presiden. Maka setelah habis masa jabatan presiden bila akan menjadi presiden
20

M Amien Rais, op. cit., hlm. xvii-xxv. Penjelasan selengkapnya lihat pada lampiran halaman
146.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
kembali harus melalui prosedur pemilihan. Dengan ini juga jelas bahwa tidak ada
peraturan masa jabatan presiden seumur hidup.
Pada pemerintahan Suharto menjabat presiden di Indonesia terlihat bahwa
terdapat bentuk kekuasaan oligarki dalam pemerintahan. Presiden Suharto
mengangkat anggota pemerintahan yang memiliki kedekatan dengannya.
Sedangkan yang dianggap musuh dalam kekuasaan politik oleh Presiden Suharto
disingkirkan. Beberapa orang yang disingkirkan oleh Presiden Suharto adalah
orang-orang pendukung Sukarno atau pada masa itu disebut sukarnois. Maka
dapat

dikatakan

bahwa

Presiden

Suharto

membentuk

oligarki

dalam

pemerintahannya. Kebijakan yang diambil oleh Suharto pada awalnya memang
memandang aspirasi rakyat. Akan tetapi setelah Presiden Suharto membentuk
oligarki kekuasaan dalam pemerintahan Suharto tidak lagi memandang aspirasi
rakyat. Hal ini nampak bahwa Suharto menduduki kekuasaan selama 33 tahun21 di
mana sebenarnya rakyat menghendaki pergantian presiden. Pada dasarnya Suharto
mematuhi masa jabatan presiden menurut Undang Undang 1945 di mana masa
jabatannya lima tahun dan setelah itu dia dipilih kembali menjadi presiden. Akan
tetapi yang menjadi permasalahan dalam Undang Undang Dasar 1945 pada masa
itu adalah tidak adanya pengaturan maksimal masa jabatan presiden.
Tindakan Presiden Suharto yang menjabat presiden dalam kurun waktu
yang cukup lama dianggap melanggar prinsip demokrasi. Selain itu rakyat
memiliki pandangan yang negatif pada Presiden Suharto yang melakukan
tindakan korupsi yang menyebabkan negara mengalami kerugian yang cukup
21

P.J. Suwarno, Rajawali Kemusuk Menjelajah Nusantara, Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma, 2009, hlm. 1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
besar. Dari beberapa hal tersebut timbul reaksi dari rakyat yang menghendaki
Presiden Suharto mundur dan jabatan presidennya diganti oleh orang lain.
Perjuangan rakyat yang sangat besar akhirnya pada tahun 1998 Presiden Suharto
mundur dari jabatan presiden dan digantikan oleh B.J. Habibie. Mundurnya
Suharto dari jabatan presiden karena Suharto kurang mendapat dukungan dari
pihak lain. Pihak lain dalam hal ini adalah rakyat. Dengan ini jelas bahwa
kekuasaan politik yang tidak memiliki pendukung akan runtuh.
Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1
sebagai berikut:

1. Pengangkatan
Sukarno Menjadi
Presiden Seumur
Hidup

2. Tindakan
Sukarno Selama
Menjadi Presiden
Seumur Hidup

3. Dampak
Tindakan
Sukarno Selama
Menjadi Presiden
Seumur Hidup

4. Politik
5. Sosial
6. Ekonomi

Gambar 1:

Bagan Kerangka Konseptual Masa Pemerintahan Sukarno
Menjadi Presiden Seumur Hidup.

Keterangan bagan:
1. Pengangkatan Sukarno menjadi presiden seumur hidup dilihat dari
beberapa segi dengan mengidentifikasi keadaan politik Indonesia,
hubungan Sukarno dengan partai-partai politik, hubungan Sukarno dengan
MPR(S).
2. Tindakan Sukarno selama menjadi presiden seumur hidup yang meliputi
bidang politik, sosial, dan ekonomi.
3. Dampak tindakan Sukarno selama menjadi presiden seumur hidup.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
4. Dampak pada bidang politik yang meliputi kedudukan Sukarno dalam
panggung politik, lawan-lawan politik Sukarno, partai-partai politik, dan
tentara.
5. Dampak pada bidang sosial yang meliputi sikap ormas-ormas pada
Sukarno.
6. Dampak pada bidang ekonomi meliputi usaha mengatasi kemerosotan
ekonomi dan program berdikari.

G. Metodologi Penelitian dan Pendekatan
a.

Metodologi Penelitian
Penelitian sejarah pada dasarnya memiliki tahapan yaitu: (1) pemilihan

topik, (2) pengumpulan sumber, (3) verifikasi, (4) interpretasi, dan (5) penulisan.22
Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut:
1.

Pemilihan Topik
Pemilihan topik merupakan tahap pertama dalam penelitian sejarah. Syarat

yang penting dalam pemilihan topik yaitu kedekatan intelektual dan emosional.
Kedekatan intelektual yaitu penulis memiliki kompetensi yang memadai untuk
meneliti topik yang akan diteliti. Sedangkan kedekatan emosional adalah
kesukaan pada topik yang diambil. Apabila penulis memiliki kompetensi yang
memadai dan tingkat kesukaan pada topik sangat tinggi maka penelitian sejarah
yang akan dilakukan menjadi menyenangkan. Penulis memiliki kedekatan
emosional dan intelektual pada topik “Masa Pemerintahan Sukarno Menjadi

22

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2005, hlm. 89

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
Presiden Seumur Hidup”. Penulis merasa senang pada topik tersebut. Selain itu
penulis juga memiliki pengetahuan tentang Sukarno pada masa pemerintahannya.
Dalam pemilihan topik juga harus memiliki nilai dan orisinil. Memiliki nilai yang
dimaksudkan adalah topik yang akan diteliti harus berdasarkan pengalaman
manusia yang dianggap penting dan dapat membawa perubahan. Sedangkan
orisinil yaitu bahwa topik yang akan ditulis belum pernah ditulis oleh orang lain.
Penulis melihat bahwa topik “Masa Pemerintahan Sukarno Menjadi Presiden
Seumur Hidup 1963-1966” merupakan peristiwa yang penting. Secara terkhusus
letak pentingnya yaitu mengidentifikasi dan menganalisis pengangkatan Sukarno
menjadi presiden seumur hidup yang membawa perubahan kehidupan politik di
Indonesia. Selain itu, topik ini masih bersifat orisinil karena belum ada yang
menulis dan meneliti.
2.

Pengumpulan Sumber
Setelah pemilihan topik dilakukan, tahap yang berikutnya adalah

pengumpulan sumber (heuristic). Pengumpulan sumber harus sesuai atau relevan
berdasarkan dengan topik yang akan ditulis. Ada beragam jenis sumber yaitu
sumber tertulis, sumber lisan, Benda tinggalan, dan sumber kuantitatif.23 Pada
penelitian ini penulis menggunakan sumber tertulis yang berupa dokumen dan
buku-buku yang terkait dengan t