Membela petani kecil: pelaksanaan Land Reform pada masa pemerintahan Presiden Soekarno[1960-1966] - USD Repository

  

MEMBELA PETANI KECIL: PELAKSANAAN LAND REFORM

PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN SOEKARNO

(1960-1966)

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah

  

Oleh :

Darwin Awat

  NIM : 044314010 NIMR

  

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ibu, Ayah......

  Maaf kalau hanya tulisan ini yang bisa Anakda persembahkan untuk pengorbanan dan kesabaran kalian selama ini.

  Skripsi ini dedikasikan khusus untuk kakakku tercinta Alm. Riswan Awat (Iwan) (06 Mei 2007). Tenanglah engkau dalam peristirahatanmu di sisi-Nya.

  Hari ini, esok, atau lusa, Kami akan selalu merindukanmu…..

  Untuk mereka di seantero bumi ini, yang selalu meyakini dengan teguh bahwa Reforma agraria Adalah sebuah keniscayaan.

  

ABSTRAK

Darwin Awat

  UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Skripsi yang berjudul ”Membela Petani Kecil: Pelaksanaan Land

  

Reform Pada Masa Pemerintahan Presiden Soekarno (1960-1966)” ini

  beranjak dari 3 permasalahan. Pertama, proses terbentuknya UUPA dan Land

  

Reform . Kedua, pelaksanaan Land Reform pada tahun 1960-1966. Ketiga, faktor-

  faktor yang menghambat pelaksanaan Land Reform. Untuk membahas masalah itu maka skripsi ini akan mendekatinya dengan teori fungsional struktural.

  Penulisan Sejarah Agraria, terutama yang berkaitan dengan tanah, merupakan masalah yang selalu menarik dan kontekstual untuk diangkat. Dalam kehidupan masyarakat agraris, tanah adalah sumber daya yang sangat vital. Di Indonesia + 70 % penduduknya adalah petani dan sebagian besar diantaranya adalah petani tak berlahan. Di sisi lain ada polarisasi penguasaan tanah di tangan sebagian kecil golongan. Kondisi ini menyebabkan adanya ketimpangan atas penguasaan tanah. Atas dasar itulah maka Pemerintahan Presiden Soekarno mengeluarkan Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 1960 yang salah satu di dalamnya mengamanatkan adanya redistribusi tanah bagi petani yang tak memiliki tanah.

  Penulisan ini bertujuan memberikan pemahaman tentang kebijakan dan pelaksanaan Land Reform pada masa pemerintahan Soekarno. Tulisan ini memuat pembahasan serta analisa mengenai latar belakang, pelaksanaan dan faktor-faktor yang menjadi penghambat gagalnya Land Reform pada masa itu. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif-analitis. Penulisan ini didasarkan pada sumber berupa buku-buku dan artikel di internet.

  Secara garis besar, tulisan ini ingin membuka ingatan masa lalu kita bahwa pernah ada sebuah produk hukum agraria yang berusaha untuk meminimalisir ketimpangan atas struktur penguasaan tanah. Pelaksanaan Land Reform pada tahun 1960-1966 mengalami berbagai hambatan akibat sengketa antara para petani yang pro dan para tuan tanah yang kontra. Sengketa-sengketa yang terjadi antara pihak-pihak yang bertikai melahirkan konflik. Terlepas dari adanya pro- kontra yang berimplikasi pada gagalnya pelaksanaan Land Reform, pelajaran yang bisa diambil adalah gagasan untuk menata ulang struktur penguasaan tanah. Hal ini penting untuk dilakukan agar tidak lagi terjadi polarisasi penguasaan tanah yang cenderung mengakibatkan konflik agraria.

  Kata kunci : Sejarah Agraria, Land Reform

  

ABSTRACT

Darwin Awat

  UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Thesis entitled “Defending the Peasant: The Implementation of Land

  

Reform during Soekarno’s Government Era (1960-1966)” begins from three

kinds of problem. First, the process of composing UUPA and Land Reform.

  Second, the implementation of Land Reform during 1960-1966. Third, the factors which became obstacles in Land Reform’s implementation. To discuss those problems, therefore, this thesis will approach it using functional-structural theory.

  The Agrarian Historiography, particularly which related to land, always being an interesting and contextual problem to be discussed. In Agrarian society’s daily life, land becomes an vital source, especially for the peasant. On average, 70% of Indonesian society are peasants and dominated by landless peasant. On the other side, there was a polarization of land authority which committed by few of people. This condition, evoked discrepancy in land authority. Based on the problem, the government of Soekarno issued UUPA no. 5, 1960 which one of the contents was to instruct the land redistribution for the landless.

  This study intends to give comprehension about policy and implementation of Land Reform at Soekarno’s government era. It consists of discussion and analysis about the background, execution and factors which became the obstacles in Land Reform at that time. The method used in this study is analitycal-descriptive method. This study based on sources in form of books and article cited from internet which used to describe and analyze the topic.

  In general, this study aims to reveal the memory of the past that once there was a product of Agrarian law to minimalize discrepancy of land authority. The implementation of Land Reform during 1960s-1966s undergo many kinds of obstacle as the result of lawsuit between the peasant who supported and the land owner who refused Land Reform often caused conflicts. Out of the existence of pro and contra which implicated at the failure of Land Reform, the concept to reconstruct structure of land authority is one thing that we can learn. This thing is very important in order to avoid the polarization of land authority which tends to evoke agrarian conflict. Keywords : The History of Agraria, Land Reform

KATA PENGANTAR

  Akhirnya proses panjang itu selesai juga bersamaan dengan selesainya penulisan skripsi ini. Satu tahap dari sebuah proses pencarian akan ilmu pengetahuan telah dilalui. Begitu banyak tantangan yang mengiringi dinamika penulisan skripsi ini. Mulai dari keharusan untuk segera menyelesaikan studi, beban ekonomi keluarga, kebingungan akan topik skripsi, kesulitan mencari bahan-bahan untuk mendukung tulisan hingga rasa jenuh dan bosan akan situasi.

  Beruntung ada orang-orang di sekeliling, mulai dari staf pengajar dan kawan- kawan mahasiswa di Jurusan Ilmu Sejarah tak bosan dan tak henti-hentinya memberikan dukungan moril untuk menyelesaikan apa yang sudah ditempuh. Semua itu telah memberi warna dalam proses yang panjang ini.

  Dengan selesainya skripsi ini, maka sudah sepantasnyalah penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Sang pemilik hidup, yang telah melimpahkan begitu banyak kasih dan rahmat-Nya sehingga tulisan ini dapat diselesaikan. Tanpa dampingan Allah SWT, penulis tak akan pernah mampu mengarungi tahap yang kadang membuat penulis ingin menyerah di tengah jalan. Tapi berkat-Nya yang telah menguatkan hati penulis untuk senantiasa percaya bahwa garis akhir akan mampu ditempuh.

  Penyelesaian skripsi ini melibatkan banyak pihak yang secara terus- menerus bersedia membimbing, mengarahkan, mendukung dan memberikan bantuan serta doa pada penulis. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada mereka dan tak akan pernah melupakan perhatian serta sumbangan ide-ide baru yang telah mereka berikan selama ini. Ucapan terima kasih pertama kali penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta. Kepada ibuku yang tercinta Amima Kamomo yang selalu percaya dan sabar dalam mengasuh, membesarkan, dan membimbing anak-anaknya. Beliaulah sumber inspirasi terbesar yang selalu mengiringi setiap langkah penulis untuk selalu memberikan dan mempersembahkan yang terbaik. Rasanya sangat bangga bisa dilahirkan dari kandungan ibu setulus beliau. Kepada ayahku Dahlan Awat yang tak pernah bosan dan selalu bertanya dari balik telepon genggamnya “bagaimana perkembangan skripsi?” menjadi cambuk sekaligus dukungan dan semangat bagi penulis untuk sesegera mungkin mengabulkan keinginan mereka untuk lulus dan tidak ingin sedikit pun mengecewakan mereka atas harapan-harapan yang pernah terucap dari bibir mereka. Sejujurnya penulis sangat merindukan saat-saat berada dekat dengan mereka.

  Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada segenap staf pengajar di Fakultas Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah memberi banyak dukungan dan bantuan dalam penyelesaikan skripsi ini. Kepada Bapak Hb. Hery Santosa M. Hum., selaku Ketua Program Studi Ilmu Sejarah yang sejak awal senantiasa menanamkan kepercayaan diri kepada para mahasiswanya serta membuka tangan dan ruang kerjanya lebar-lebar untuk menampung keluh kesah dan gelak tawa penulis. Bapak Drs. Silverio R. L. Aji Sampurno, M.Hum., selaku pembimbing yang selalu memotivasi dengan penuh kesabaran dan bersedia meluangkan waktu di sela-sela aktivitasnya untuk memberikan bimbingan, konsultasi, referensi, dan koreksi terhadap skripsi ini. Penulis yakin tanpa dukungan, sumbangsih ide, motivasi dan kepercayaan yang beliau berikan, skripsi ini tak akan pernah selesai. Terima kasih kepada Bapak Drs. Ig. Sandiwan Suharso selaku Pembimbing Akademik penulis yang telah memberi banyak masukan dan pertimbangan akademis, serta memberikan pelajaran penting tentang logika dan berpikir sistematis.

  Terima kasih pula kepada seluruh staf pengajar pada Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan berbagai ilmu yang mencerahkan penulis dalam setiap materi perkuliahan yaitu: Romo Dr. F. X.

  Baskara Tulus Wardaya atas berbagai kepercayaan dan beberapa pengalaman yang luar biasa di beberapa kota. Drs. H. Purwanta., M.A. atas diskusi dan lontaran berbagai ide-ide yang hebat yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya sehingga selalu ada warna baru dalam setiap perbincangan. Dra. Lucia Juningsih, M.Hum atas pengenalan tentang dasar-dasar metode sejarah. Dr. St. Sunardi, Drs. Anton Haryono, M. Hum., Prof. Dr. P. J. Suwarno., S.H. Alm. Drs. G. Moedjanto., M.A & Drs. Manu Joyoatmojo.

  Kepada kawan-kawan seperjuangan Ilmu Sejarah angkatan 2004: Agus Budi Purwanto (sahabat dalam suka dan duka, sekaligus “Little Master” agraria bagi penulis), Hendrikus ”Kaka” Kurniawan yang hampir setiap hari menghadirkan cerita lucu dan gagasan-gagasan yang terkadang konyol, Banar “Totti” Triyogo buat duet di lini belakang tim sepak bola Sejarah dan duel seru di dunia PlayStation, Alm. Titus Fanni, Makaria Asfina Ratu, Aloysius Gonzaga Gestano, Maria Dwi Septiana, penulis mengucapkan terima kasih atas kebersamaan yang telah kita jalin selama ini. Terima kasih juga atas berbagai diskusi-diskusi, baik di dalam maupun di luar kelas, yang telah memberi cakrawala baru pada penulis dalam melihat dunia, kehidupan, dan persahabatan. Khusus kepada kawan Agus penulis bersyukur bisa mengenal dan berbagi banyak hal. Dari perjalanan dan diskusi-diskusi kecil bersama kawan Agus ke kampung halamamannya (Desa Temulus) penulis mendapat inspirasi awal tentang topik skripsi ini. Terima kasih kepada Bapak Sumindar & Ibu di Desa Temulus yang senantiasa menerima kehadiran penulis di rumah mereka di saat penulis ingin melepaskan diri sejenak dari hiruk pikuk kehidupan Jogja. Selain itu, terima kasih buat adik-adik kelas di Jurusan Ilmu Sejarah antara lain, Dominikus Bondan Pamungkas, Suster An yang tidak pernah sungkan untuk bersedia berbagi pengalaman dan pengetahuan.

  Tidak lupa juga terima kasih kepada kawan-kawan di Tarekat Djuang Muda (Tadjam) Universitas Sanata Dharma yang memberikan basis pengenalan organisasi dan wacana-wacana yang membentuk pemikiran kritis penulis. Terima kasih khusus buat mas Rubby & Gus Adit yang telah menjadi sosok kakak selama ini. Buat kawan-kawan KKN (Kuliah Kerja Nyata kelompok 10) Kuliner Pinggir, Bantul, yang hingga detik ini senantiasa menjadi keluarga kecil, serta terima kasih buat Bapak Agus Untoro (Kepala Dukuh Pinggir, Bantul), Ibu dan adik Ivan yang telah memberikan pengalaman bersosialisasi dengan masyarakat.

  Kepada kakak-kakak penulis yang tercinta (Hj. Karmila, Rustam, Risrina, [Alm] Riswan), penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan, doa, dan kepercayaannya kalian selama ini. Walaupun kita terpisah jauh dan jarang duduk bersama tapi hati kita tetap akan terasa dekat. Penulis berharap bisa berkumpul dan bercanda dengan kalian suatu saat nanti. Juga tak lupa kepada dua keponakan penulis yang tersayang (Syahrial dan Haldi), terima kasih atas dukungan kalian selama penulis menempuh studi. Khusus untuk Rustam, penulis menyampaikan banyak terima kasih atas didikan dan berbagai masukan selama menempuh studi bersama di Yogyakarta. Tanpa Rustam mungkin penulis tidak akan pernah bersikap dewasa, mandiri, dan kritis terhadap kehidupan.

  Terima kasih juga kepada kakak-kakak sepupu penulis, Irianto Ibrahim (Anto) dan istrinya Ririn (Bunda) yang selalu memberi motivasi untuk menyelesaikan studi secepat mungkin & atas penerimaan hangatnya selama ini.

  Terima kasih juga kepada Aris Mahmud dan keluarganya yang mengurus beberapa keperluan penting selama penulis berurusan dengan pemerintah Kotamadya Bau-Bau.

  Kepada yang terkasih dan terindah, Aulia Tanaya Chairunisa yang telah bersedia memahami, memberikan dorongan, semangat serta dukungan di saat penulis mengalami kejenuhan akan hidup yang terasa monoton ini. Terima kasih karena telah bersedia berbagi rindu, tawa, suka dan duka, serta telah mewarnai hidupku selama kurang lebih 2 tahun ini. Kamu adalah perempuan kedua terhebat yang pernah kukenal setelah Ibuku. Senantiasalah menjadi pelangi dalam cakrawala hidupku.

  Terima kasih saya sampaikan pula buat keluarga besar Aliansi Relawan

  u

  untuk Penyelamatan Alam (AR PA) atas sumber-sumber referensinya yang amat membantu dalam penulisan skripsi ini. Penerimaan yang selalu hangat membuat

  u

  AR PA seakan menjadi rumah kedua bagi penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga besar Ebenuchaeri Pakoeningrat (Bu Rina, Bu

  Ndaru, Bu Tiek, Bu Linda, Yena, Lala, Alda, Vira) yang dengan tangan terbuka menerima setiap kunjungan penulis.

  Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih sekaligus permintaan maaf sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan yang tidak dapat tercantum namanya satu persatu. Akhir kata penulis sepenuhnya menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan untuk ukuran sebuah skripsi. Untuk itu, penulis sangat membutuhkan masukan, saran, dan kritik. Semoga tulisan ini dapat berguna, khususnya bagi pemerhati Sejarah Agraria.

  Yogyakarta, 16 Januari 2009 Darwin Awat

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. v ABSTRAK ............................................................................................................ vi ABSTRACT ......................................................................................................... vii LEMBAR PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................................................... viii KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv

  

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

  1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

  1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 7

  1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 7

  1.3.1 Tujuan Penelitian ......................................................................... 7

  1.3.2 Manfaat Penelitian ....................................................................... 8

  1.4 Teori dan Metode Penelitian ................................................................. 9

  1.5 Tinjauan Pustaka ............................................................................... 13

  1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................ 19

  

BAB II PROSES TERBENTUKNYA UUPA DAN LAND REFORM PADA

MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN SOEKARNO ..................... 21

  2.1 Menuju UUPA dan Land Reform ....................................................... 25

  2.1.1 Panitia Agraria Yogya ................................................................ 27

  2.1.2 Panitia Agraria Jakarta ............................................................... 29

  2.1.3 Panitia Agraria Soewahjo ........................................................... 31

  2.1.4 Rancangan/Panitia Agraria Soenarjo .......................................... 33

  2.1.5 Rancangan Sadjarwo .................................................................. 34

  2.2 Pengesahan UUPA ............................................................................. 34

  

BAB III PELAKSANAAN LAND REFORM DI INDONESIA ......................... 38

  3.1 Tujuan Land Reform ............................................................................ 40

  3.2 Program dan Pelaksanaan Land Reform .............................................. 42

  3.3 Panitia Pelaksana Land Reform.............................................................. 48

  

BAB IV HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN LAND REFORM .............. 51

  4.1 Konflik Agraria ................................................................................... 53

  4.2 Aksi Sepihak ...................................................................................... 60

  4.3 Meningkatnya Konflik dan Kandasnya Land Reform .......................... 66

  

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 70

  5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 70

  5.2 Saran ................................................................................................. 76 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 79 LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Tanah tidak hanya sekedar sebagai aset ekonomi tetapi sekaligus aset sosial dan politik. Hal ini tidak saja berlaku bagi rakyat Indonesia, akan tetapi bagi masyarakat di seluruh dunia. Dalam sejarah Indonesia, khususnya pada masa kekuasaan kolonial Belanda, tanah dikuasai oleh negara maupun sekelompok orang yang memiliki kekuatan politik. Untuk melaksanakan penghisapan ekonomi, pemerintah kolonial Belanda tidak segan-segan mengambil dan merampas tanah rakyat demi memperoleh keuntungan. Tidak sampai pada taraf itu saja, Belanda memaksa rakyat menyerahkan sebagian besar hasil pertaniannya dan melakukan kerja paksa.

  Tanah sendiri di dalam hubungannya dengan kehidupan manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karenanya, dalam kehidupan sehari-hari hubungan kedekatan manusia dengan tanah sangat sulit untuk dipisahkan. Terlebih lagi bila hal tersebut dikuatkan dengan keberadaan masyarakat Indonesia yang bercorak agraris, dimana secara mayoritas penduduk masih sangat tergantung pada bidang pertanian. Bagi masyarakat agraris, tanah merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bahkan bisa dikatakan tanah merupakan faktor yang paling penting dibanding sumber kehidupan yang lain.

  Sebagaimana diketahui bahwa pada masa awal kemerdekaan Indonesia, bahkan sampai sekarang, sebagian besar mata pencaharian rakyat adalah bertani.

  Jumlah petani Indonesia bahkan kurang lebih mencapai 70%. Jumlah petani yang demikian besar ini menggantungkan hidupnya dari proses pengolahan tanah untuk berproduksi. Permasalahan tanah bukan hanya soal hubungan manusia dengan tanah, tetapi lebih jauh lagi adalah hubungan manusia dengan manusia lain. Hal ini karena akan terjadi hubungan langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi. Contoh paling sederhana adalah hubungan pemilik tanah dengan petani penggarap (buruh tani) maupun antara sesama petani penggarap. Oleh karena itu kebijakan atas tanah perlu memahami aspek-aspek sosial yang terkait dengan masyarakat agar tidak menimbulkan konflik.

  Berdasarkan atas pertimbangan bahwa 70% rakyat Indonesia adalah petani dan pentingnya pengaturan penguasaan atas tanah dan penggunaannya demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (sesuai dengan amanat pada pasal 33 UUD) itulah, maka Presiden Soekarno mengamanatkan untuk menyusun Undang-undang No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang termasuk di dalamnya adalah Land Reform.

  Sebelum melangkah jauh ada baiknya perlu memahami pengertian dari

  

Land Reform (Reforma Agraria). Reform artinya perubahan atau perombakan,

  sedangkan Land adalah tanah. Jadi Land Reform adalah perubahan dasar atau perombakan terhadap struktur pertanahan. Menurut Kamus Besar Bahasa

  Indonesia, Agraria berarti urusan pertanian atau tanah pertanian, juga urusan

  1 pemilikan tanah .

  Bagi Soekarno, Land Reform merupakan landasan Pembangunan Semesta bagi Negara Indonesia yang sedang menyusun masyarakat sosialis yang berdasarkan Pancasila. Selain itu, Soekarno yakin bahwa Land Reform akan memberikan keadilan dan kemakmuran bagi rakyat Indonesia yang mayoritas adalah petani. Memang Undang-undang Land Reform ini belum sempurna, tapi jelas bahwa prinsip dasar Presiden Soekarno adalah tanah untuk rakyat dan meminimalisir jurang (gap) dalam masyarakat akibat ketimpangan dalam penguasaan tanah. Namun usaha ini belum sepenuhnya dapat diwujudkan oleh Presiden Soekarno karena terjadi pergantian kekuasaan ke tangan Soeharto pada tahun 1966.

  Undang-undang Pokok Agraria merupakan perundang-undangan yang dibentuk sebagai penyempurnaan perundang-undangan sebelumnya yang dianggap kurang mampu berlaku adil bagi masyarakat pribumi sebagai pemilik atas tanah, air, ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di seluruh wilayah Republik Indonesia. Tujuan utamanya menciptakan kemakmuran yang adil dan merata. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan dibentuknya konsep fungsi sosial hak atas tanah yang mewajibkan setiap pemegang hak atas tanah untuk senantiasa memperhatikan keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan umum dalam pemanfaatan serta penggunaan tanahnya. Hal ini

                                                              

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua cetakan ketiga. 1994.

  Jakarta: Balai Pustaka, Departemen Pendidikan dan kebudayaan. bukan berarti tidak ada penghormatan terhadap hak-hak individu atas tanah. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria justru mencoba menjembatani keharmonisan hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya. Jika seandainya ada seseorang yang terpaksa menyerahkan tanahnya untuk kepentingan umum, harus melalui prosedur ganti kerugian yang memadai berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Setiap pemegang hak atas tanah diwajibkan untuk mempergunakan tanahnya sesuai dengan keadaan tanah, sifat dan tujuan pemberian haknya. Seseorang tidak dibenarkan untuk mempergunakan maupun tidak mempergunakan tanahnya sekehendak hati tanpa mempertimbangkan kepentingan umum.

  Sejak Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) ditetapkan pada tanggal 24

2 September 1960, ternyata nasib petani Indonesia belum banyak berubah. Di

  pedesaan kaum tani berkembang dan terbagi-bagi dalam golongan-golongan di mana sejumlah kecil tuan tanah dan tani kaya menguasai tanah secara monopoli dan menjalankan berbagai bentuk penghisapan dan penindasan feodal seperti rendahnya upah buruh tani, bagi hasil yang timpang karena hanya menguntungkan pemilik tanah, serta perampasan tanah karena manipulasi surat-surat kepemilikan tanah yang sah dengan memanfaatkan keterbelakangan kebudayaan kaum tani sedang, tani miskin dan buruh tani.

  Tulisan ini diawali dengan pembahasan mengenai latar belakang kebijakan Reforma Agraria oleh pemerintah di bawah Presiden Soekarno. Kondisi Agraria

                                                              

2 Hari lahirnya Undang-undang ini ditetapkan Presiden Sukarno sebagai Hari Tani Nasional. Lihat http://bemmipauns.com/bem/content/view/138/57/.

  pada awal kemerdekaan masih kuat dipengaruhi oleh warisan kolonial yang merupakan dampak dari pelaksanaan Agrarische Wet (Undang-undang Agraria 1870). Sejak awal kemerdekaan, para pendiri Republik ini telah menyadari pentingnya program pembangunan khususnya yang terkait dengan penataan ulang masalah pertanahan. Pemerintah memikirkan untuk menyusun dasar-dasar Hukum Agraria untuk menggantikan Hukum Agraria warisan Belanda. Penyusunan dasar- dasar hukum ini haruslah berpihak pada rakyat. Berdasarkan semangat itulah maka mulai dibentuk ”Panitia Agraria” yang bertugas melakukan pembahasan

  3

  serius atas masalah pertanahan. Terkait dengan Land Reform, Presiden Soekarno dalam pidato pembukaan Rapat Dewan Pertimbangan Agung yang dilaksanakan pada bulan Januari 1960, mengatakan bahwa Land Reform adalah bagian mutlak

  4 dari Revolusi Indonesia.

  Undang-undang Pokok Agraria 1960, termasuk di dalamnya Land Reform, lahir melalui pergulatan yang panjang dan proses yang melelahkan. Sebagaimana dikatakan di atas bahwa sejak awal kemerdekaan pemerintah telah memperhatikan masalah Agraria. Dalam rangka menyusun dasar-dasar hukum Agraria baru yang berorientasi pada rakyat, maka melalui Penetapan Presiden Republik Indonesia tanggal 21 Mei 1948 no. 16 pemerintah membentuk ”Panitia Agraria Yogya”.

  Panitia ini diketuai oleh Sarimin Reksodihardjo dan anggotanya adalah pejabat dari berbagai Kementerian dan Jawatan, anggota-anggota Badan Pekerja KNIP,

                                                              

  3 Gunawan Wiradi. 2000. Reforma Agraria: Perjalanan yang Belum Berakhir. Yogyakarta: Insist Press, KPA, & Pustaka Pelajar, hlm. 133

  4 Lebih lanjut baca Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria dan Land wakil-wakil organisasi tani dan daerah, ahli-ahli hukum, dan wakil dari Serikat

5 Buruh Perkebunan. Tugas panitia ini pada intinya adalah membahas dan

  menghasilkan usulan-usulan yang akan dijadikan hukum Agraria baru. Dalam perjalanannya, Panitia Agraria Yogya berhasil merumuskan beberapa usulan,

  6

  antara lain: 1.

  Meniadakan azas Domein dan pengakuan terhadap Hak Ulayat.

  2. Mengadakan peraturan yang memungkinkan adanya Hak Milik perorangan yang dapat dibebani dengan Hak Tanggungan.

  3. Mengadakan penyelidikan terutama negara-negara tetangga, tentang kemungkinan pemberian Hak Milik atas tanah kepada orang asing.

  4. Mengadakan penetapan luas maksimun pemilikan tanah, tidak memandang macam tanahnya, yaitu untuk Jawa 10 Ha, sedangkan untuk luar Jawa masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

  5. Mengadakan penetapan luas minimum pemilikan tanah agar supaya para petani kecil dapat hidup layak (untuk Jawa 2 Ha).

  6. Menerima skema hak-hak atas tanah yang diusulkan Ketua Panitia Agraria Yogya yaitu: ada hak milik , dan hak atas tanah kosong dari Negara dan daerah-daerah kecil.

  7. Diadakan pendaftaran tanah milik dan hak-hak menumpang yang penting.

                                                              

  5 Gunawan Wiradi. Op. Cit, hal. 134. Lihat juga Boedi Harsono. 2007.

  

Hukum Agraria Indonesia Jilid 1: Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok

Agraria, Isi dan Pelaksaannya. Jakarta: Djambatan, hlm. 125.

  6 Mengenai rumusan usulan yang dihasilkan Panitia Agraria Yogya dapat

  dilihat secara seksama pada tulisan Josef Johanes Blitanagy. 1984. Hukum

  

Agraria Nasional: Suatu Pembaharuan Sejarah dan Sistem Politik Hukum

1.1 Rumusan Masalah

  Sesuai dengan topik yang akan dibahas dalam penelitian ini dan untuk mengetahui pelaksanaan Land Reform secara mendalam, maka ada beberapa permasalahan yang akan dibahas antara lain: 1.

  Bagaimana proses terbentuknya UUPA dan Land Reform pada masa pemerintahan Presiden Soekarno

2. Bagaimana pelaksanaan Land Reform pada tahun 1960 sampai dengan tahun

  1966? 3. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan Land Reform?

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat mencapai beberapa tujuan dan manfaat. Tujuan dan manfaat tersebut meliputi ruang lingkup keilmuan dan praktis.

1.2.1 Tujuan penelitian

  Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tentang Pelaksanaan

  

Land Reform pada Masa Pemerintahan Soekarno (1960-1966) adalah sebagai

  berikut: 1.

   Akademis

  Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan sekaligus menganalisis latar belakang dicetuskannya kebijakan Land Reform oleh pemerintahan Presiden Soekarno. Selain itu, penelitian ini ingin menguraikan pelaksanaan Land Reform sekaligus menganalisa faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaannya.

2. Praktis

  Pelaksanaan kebijakan Land Reform pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, termasuk faktor-faktor penghambatnya, setidaknya memberikan pelajaran kesejarahan yang penting bagi bangsa ini. Soekarno dan para pendukung konsep Land Reform saat itu menyadari sepenuhnya bahwa perubahan sosial yang terencana di Indonesia harus dimulai dengan melakukan penataan ulang terhadap struktur penguasaan tanah. Perubahan yang hakiki bagi petani adalah perubahan yang menuju kepada penguasaan tanah, karena hal yang pokok dalam Reforma Agraria adalah pengaturan tentang penguasaan tanah itu sendiri.

  Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengingatkan kepada pemerintah, baik sekarang maupun yang akan datang, bahwa penataan ulang penguasaan tanah merupakan keniscayaan dalam pembangunan di negara mana pun, tak terkecuali Indonesia. Lebih jauh lagi, penelitian ini hendak mendesak pemerintah untuk menjalankan agenda Land Reform yang termuat dalam UUPA 1960.

1.2.2 Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini, diharapkan mempunyai manfaat akademis dan praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

  Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi khalayak ramai terutama pada kalangan akademisi dan pemerhati masalah Agraria yang ingin memahami latar belakang, proses serta penyebab kandasnya pelaksanaan Land Reform pada masa Pemerintahan Soekarno. Pemahaman ini menjadi penting agar menjadi pembelajaran bersama dalam menyelesaikan permasalahan agraria di Indonesia. Penelitian ini diharapkan menambah khazanah dalam sejarah, khususnya Sejarah Agraria.

2. Manfaat Praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat membuka pemahaman akan pentingnya kebijakan negara yang harus berpihak pada rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas negara. Selain itu hasil penelitian ini dapat memberikan masukan- masukan baik bagi pemerintah maupun instansi-instansi yang terkait dengan masalah Agraria dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik yang berhubungan dengan tanah sehingga kebijakan yang diambil tidak melahirkan konflik berkepanjangan. Indonesia sebagai bangsa yang besar bisa menarik pelajaran yang berharga dari reforma Agraria pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, bukan saja keberhasilan yang mampu dicapai, tetapi juga kegagalannya.

1.3 Teori dan Metode Penelitian

  Masa lalu merupakan “negeri asing” bagi manusia. Kalimat ini menyadarkan kepada umat manusia betapa sulitnya merekonstruksi masa lalu dengan utuh. Hanya beberapa bagian saja yang dapat direkonstruksi dan sisanya tetap menjadi misteri. Keterbatasan informasi yang diperoleh, jangka waktu yang cukup jauh antara para sejarawan dengan sejarah yang direkonstruksi, serta jiwa zaman dan perbedaan sosio-kultural merupakan kendala terbesar yang dialami para sejarawan dalam merekonstruksi suatu peristiwa secara utuh.

  Tulisan mengenai sejarah Agraria cukup banyak walaupun tidak sebanyak tulisan mengenai sejarah politik. Kajian tentang Sejarah Agraria tidak kalah pentingnya dengan Sejarah Politik, Sosial, maupun Sejarah Ekonomi. Perlu ditekankan bahwa sejarah Agraria harus dilakukan dengan melihat peristiwa dan mengkajinya secara lebih kritis dan mendalam. Hal ini mengingat agar sejarah tidak sekedar menggambarkan atau pun menarasikan sebuah peristiwa.

  Pada penelitian ini direkonstruksi sebagai sebuah contoh kasus tentang Pemerintahan Presiden Soekarno yang pro rakyat dengan konsep Land Reform yang bermaksud merombak struktur penguasaan dan pemilikan tanah yang tidak adil melalui program distribusi tanah. Tulisan mengenai Pelaksanaan Land

  

Reform Pada Masa Pemerintahan Soekarno ini merupakan salah satu contoh dari

  sebuah tulisan mengenai Sejarah Agraria. Penelitian ini mencoba membuka kembali ingatan masa lalu masyarakat Indonesia akan pemerintahan yang menciptakan kebijakan Land Reform bagi rakyatnya demi cita-cita kemerdekaan nasional yaitu kesejahteraan, keadilan, kebahagiaan dan kemakmuran rakyat.

  Tahap awal dari ini adalah pengumpulan sumber-sumber sejarah (heuristik) baik sumber primer maupun sekunder. Sumber primer mencatat kata- kata yang sebenarnya dari seseorang yang berpartisipasi atau menyaksikan peristiwa-peristiwa yang digambarkan atau dari seseorang yang memperoleh informasinya dari yang ikut berpartisipasi. Sedangkan Sumber sekunder mencatat penemuan dari seseorang yang tidak mengamati peristiwa tapi mereka

  7 menyelidiki bukti-bukti primer.

  Tidak semua sumber yang dikumpulkan dapat digunakan dalam proses . Untuk itu, perlu dilakukan verifikasi atau kritik sumber, baik kritik intern maupun ekstern, dan interpretasi. Proses ini dilakukan dalam rangka mendapatkan fakta- fakta yang sesuai dengan peristiwa yang akan ditulis. Sumber-sumber sejarah yang dipakai dibedakan menjadi dua yaitu pertama sumber primer, yang berupa buku yang berisi tentang peraturan dasar pokok-pokok Agraria. Yang kedua adalah sumber sekunder yang berupa buku-buku dan artikel dari internet yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian ini. Semua sumber di atas sangat membantu dalam mendeskripsikan dan menganalisis serta mencapai hasil yang valid dalam proses tentang topik yang dibahas.

  Pendekatan ilmu-ilmu sosial sangat dibutuhkan dalam sejarah. sejarah sangat terbantu dengan adanya pendekatan ilmu-ilmu lain seperti Politik, Sosiologi, Antropologi, Agama, Psikologi, Geografi, Ekonomi, dan lain-lain. Pendekatan ilmu-ilmu sosial ini akan lebih memperkaya pemikiran dalam sejarah. Tanpa adanya pendekatan ilmu-ilmu itu dalam eksplanasi sejarah, maka pengetahuan sejarawan akan menjadi sempit. Bantuan dari ilmu-ilmu sosial memungkinkan eksplanasi yang lebih mendalam atas suatu peristiwa yang menjadi bahan kajian.

                                                              

7 Jules R. Benjamin. 1994. A Student’s Guide to History. Boston: Bedford Books, hlm. 6-9.

  Terkait masalah di atas, maka tulisan ini mencoba menggunakan

  8 pendekatan teori fungsional struktural Emile Durkheim dan Radcliffe Brown.

  Teori ini dapat membantu untuk melihat permasalahan secara komprehensif khususnya tentang dinamika dan konflik kepentingan atas tanah yang terjadi dalam masyarakat Indonesia selama masa pelaksanaan Land Reform pada tahun1960-1966.

  Emile Durkheim melihat masyarakat modern sebagai organisme. Durkheim menjelaskan bahwa masyarakat perlu dipandang sebagai suatu kesatuan, yang walaupun dapat dibedakan, namun tidak dapat dipisahkan. Setiap bagian atau anggota dalam masyarakat berfungsi untuk memenuhi kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Bagi Durkheim, suatu sistem sosial harus terpenuhi kebutuhannya untuk menjaga keadaan tetap normal. Apabila ini tak

  9

  terpenuhi maka akan berkembang situasi “patologis ”, di mana sistem yang

  10 bermasalah akan mempengaruhi sistem secara keseluruhan.

                                                              

  8 Fungsional struktural sering menggunakan konsep sistem ketika

  membahas struktur atau lembaga sosial. Sistem ialah organisasi dari keseluruhan bagian-bagian yang saling bergantung. Sistem sosial ialah struktur bagian yang saling berhubungan atau posisi-posisi yang saling dihubungkan oleh peranan timbal balik yang diharapkan.

  9 Keadaan patologis menunjuk pada ketidakseimbangan yang terjadi dalam masyarakat sebagai akibat perubahan sosial.

  10 Lihat Margaret M. Polma. 1979. Sosiologi Kontemporer. Jakarta:

  Rajawali bekerja sama dengan Yayasan Solidaritas Gajah Mada (YASOGAMA),

  Pemikiran Durkheim ini dikembangkan antropolog bernama Radcliffe

  11 Brown. Radcliffe Brown mengatakan beberapa poin penting, sebagai berikut: 1.

  Agar suatu masyarakat dapat hidup langsung, maka harus ada suatu sentimen dalam jiwa para warganya yang merangsang mereka untuk berperilaku sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

  2. Tiap unsur dalam sistem sosial dan tiap gejala atau benda yang dengan demikian mempunyai efek solidaritas masyarakat, menjadi pokok orientasi dari sentimen tersebut.

3. Sentimen itu ditimbulkan dalam pikiran individu warga masyarakat sebagai akibat pengaruh hidup masyarakatnya.

  Pemikiran Durkheim dan Radcliffe Brown digunakan sebagai kerangka konseptual untuk memberikan penjelasan yang memadai atas fenomena yang terjadi dalam masyarakat Indonesia atas pelaksanaan Land Reform. Pendekatan fungsional struktural ini diharapkan dapat memberikan eksplanasi yang mendalam dan lengkap dalam rangka menganalisis serta menjelaskan konflik tanah yang melibatkan buruh tani dan petani miskin melawan para tuan tanah yang memiliki tanah yang luas. Analisis dan eksplanasi menggunakan pendekatan ini perlu dilakukan mengingat pelaksanaan Land Reform telah melahirkan dan menjadi sumber konflik antara para petani dan pemilik tanah.

1.4 Tinjauan Pustaka

  Telah banyak buku atau pustaka yang membahas tentang dinamika dan pelaksanaan Land Reform di Indonesia. Di antara berbagai tulisan itu misalnya, Boedi Harsono yang berjudul Hukum Agraria Indonesia Jilid 1: Sejarah

                                                              

  11

   Koentjaraningrat. 1980. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: Universitas

  12 Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksaannya. Buku ini

  memberikan pembahasan yang luas mengenai proses pembentukan Undang- undang Pokok Agraria, isi, bahkan sampai pada pelaksanaanya. Dalam buku ini disebutkan bahwa usaha untuk menggantikan Hukum Agrarian warisan Belanda dengan Hukum Tanah Baru telah dimulai pada tahun 1948. Usaha tersebut dimulai dengan pembentukan Panitia Agraria yang berkedudukan di Yogyakarta, sebagi Ibukota pada waktu itu. “Panitia Agraria” itu ketuai oleh Sarimin Reksodihardjo (Kepala Bagian Agraria Kementerian Dalam Negeri). Disebutkan juga bawa tugas panitia adalah memberi pertimbangan kepada pemerintah tentang soal-soal mengenai hukum tanah; merancang dasar-dasar hukum tanah yang memuat politik Agrarian negara Republik Indonesia; merancang perubahan, penggantian, pencabutan peraturan-peratutan lama, dan menyelidiki soal-soal lain yang berhubungan dengan hukum tanah. Buku ini memberi penjelasan yang cukup komprehensif mengenai proses panjang perumusan Undang-undang Pokok Agraria 1960 sehingga memberikan penjelasan yang memadai.

  Buku lain yang membahas hal serupa adalah karangan Gunawan Wiradi

  13

  yang berjudul Reforma Agraria: Perjalanan yang Belum Berakhir. Gunawan Wiradi mengatakan bahwa bagi negara-negara agraris, masalah tanah pada hakikatnya adalah masalah fundamental. Disebutkan juga bahwa lahirnya UUPA dilatarbelakangi oleh suatu proses yang panjang, karena setelah Indonesia merdeka, sejak awal pemerintah telah mulai memperhatikan masalah Agraria.

                                                              

12 Boedi Harsono. op.cit. hlm. 125-130.

  13 Proses panjang itu terlihat dengan pembentukan Panitia Agraria Yogya (1948), Panitia Jakarta (1951), Panitia Suwahjo (1956), Rancangan Sunarjo (1958), dan diakhiri rancangan Sadjarwo (1960). Buku ini melihat UUPA sebagai hasil dari usaha meletakkan dasar strategi pembangunan seperti yang telah dianut oleh berbagai negara Asia pada masa awal sesudah Perang Dunia Kedua (Jepang, Korea, Taiwan, India, Iran). Selain itu disebutkan oleh Gunawan Wiradi bahwa baik semangat yang terkandung di dalamnya, maupun substansi formal pasal- pasalnya, UUPA 1960 mencerminkan keberpihakan kepada kepentingan rakyat. Gunawan menyayangkan bahwa gejolak 1965 menyapu dan menumbangkan kepemimpinan Presiden Soekarno sebelum semua selesai digarap.

  Penulis lain yang mengulas prinsip Land Reform adalah Noer Fauzi dalam

  14

  bukunya yang berjudul Petani & Penguasa. Noer Fauzi melihat bahwa UUPA meletakkan nilai-nilai baru yang merupakan dasar-dasar utama penjabaran pasal 33 ayat 2 UUD 1945. Disebutkan juga bahwa dari UUPA terlihat upaya untuk merealisasikan kehendak memerdekakan dan mensejahterakan rakyat dan menghapuskan praktek-praktek ekploitatif pemerintah kolonial, baik kaum kapitalis asing maupun kaum feodal. Selain itu buku ini juga mengutip pidato Mr.

  Sadjarwo, Menteri Agraria di depan DPR-GR, bahwa Land Reform bertujuan: 1.

  Untuk mengadakan pembagian yang adil atas sumber penghidupan rakyat petani yang berupa tanah, dengan maksud agar ada pembagian hasil yang adil