Pembuatan Prototipe Pengering Gabah Radiasi Inframerah dengan Menggunakan Pengaturan Fuzzy Logic.

Pembuatan Prototipe Pengering Gabah Radiasi Inframerah dengan Menggunakan Pengaturan
Fuzzy Logic
Muhammad Nizam, Bambang Kusharjanta, Tri Irianto
Perkembangan produksi gabah kering giling dalam beberapa tahun terakhir ini menurut Bulog
mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Namun demikian keadaan diatas tidak ditunjang
dengan proses penanganan pasca panen dengan baik. Akibatnya banyak gabah rusak akibat
salahnya penanganan pasca panen atau sebab alam lain seperti iklim yang tidak menentu.
Untuk itu diperlukan perbaikan penanganan pasca panen salah satunya adalah dengan
mengembangkan pengering radiasi infra merah. Satu keunggulan sistem pengering ini adalah
tidak terpengaruh cuaca. Namun demikian beberapa kelemahan dari sistem pengering yang ada
adalah sangat sulit untuk mengendalikan kestabilan suhu dan penurunan kadar air. Terlalu cepat
penurunan kadar air akan mengakibatkan pengerasan permukaan gabah sehingga beras dapat
pecah. Untuk itu diperlukan pengaturan yang cerdas agar dapat mengendalikan suhu ruang
pengering dan penurunan kadar air pada ruang pengering. Suatu metode yang diusulkan adalah
menggunakan pengaturan suhu ruang pengering dengan menggunakan fuzzy logic. Dalam fuzzy
logic, input pengatur didapat dari suhu dan kelembaban ruang pengering, yang kemudian
digunakan untuk mengatur pemanasan lampu infra merah dan exhaust fan. Metodologi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Eksperimen dilakukan dengan
membandingkan pengeringan buatan berbasis radiasi inframerah pada ruang pengering (ukuran
1 m x 1 m x 1.5 m) dengan tipe flat-bed dyer dan jenis gabah yang sama. Pengambilan data
dilakukan dengan dua cara pengaturan yakni menggunakan pengaturan manual on-off dan

pengaturan fuzzy logic. Pada pengaturan on-off, sebuah set poin suhu ditetapkan terdahulu.
Apabila mencapai suhu tercapai maka lampu inframerah dan fan dimatikan. Pengaturan ini
dilakukan secara otomatis dengan menggunakan mikrokontroler ATMega-32 dan sensor SHT-10
sebagai sensor suhu dan kelembaban. Untuk menghindari kerusakan range suhu yang diberikan
untuk menghidupkan adalah -0.5o/+1.5oC. dari set poin 40oC. Sedangkan pada fuzzy logic range
yang digunakan adalah -0.4o/+0.2oC dari set poin yang sama. Hal ini disebabkan karena pada
fuzzy logic pengaturan intensitas cahaya dan kelembaban dapat dilakukan sehingga
memungkinkan lampu untuk tidak sepenuhnya padam dan menghindari kerusakan pada lampu.
Pengambilan sample data gabah dilakukan setiap 30 menit pada kedua pengaturan tersebut
sampai dengan pengeringan mencapai 14% wb (standar SNI) dicapai. Kecepatan mencapai
kadar gabah 14% wb ini digunakan sebagai acuan efektif tidaknya pengaturan fuzzy digunakan
dalam pengeringan ini. Selain itu berbandingan kualitas gabah juga digunakan dengan
membandingkan beras kepala yang retak. Dari hasil penelitian ini didapatkan pengering gabah
dengan radiasi infra merah berpengatur fuzzy logic lebih baik dibandingkan pengaturan on-off.
Dari waktu pengeringan didapati dengan menggunakan pengaturan fuzzy logic pengeringan
dapat lebih cepat 20-30% dari pengaturan manual. Selain itu pengaturan fuzzy logic ini dapat
secara efektif mengurangi persentase beras kepala yang retak rata-rata akibat pengeringan
dengan perbandingan untuk pengaturan fuzzy logic dan pengaturan manual masing-masing
adalah 11.5%:18.5%. Dengan demikian dapat disimpulkan pengaturan fuzzy logic secara efektif
dapat digunakan sebagai alternatif cara untuk mempercepat pengeringan gabah dan

memperbaiki kualitas gabah hasil pengeringan.

Kata kunci : pengering gabah, fuzzy logic, flatbed dryer