JURNAL YEKTI NURHAENI S501008069

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PENERAPAN ANALISIS TRANSAKSIONAL DASAR UNTUK MEMPERBAIKI
MASALAH EMOSI DAN PERILAKU ANAK DAN REMAJA
Yekti Nurhaeni, Aris Sudiyanto1, M. Fanani2
Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS
[email protected]

ABSTRAK
Latar Belakang : Masalah emosi dan perilaku anak dan remaja memberikan dampak negatif
terhadap perkembangan, menimbulkan hendaya dan menurunkan produktifitas serta kualitas
hidup yang bermanifestasi perilaku internalisasi (menarik diri) atau eksternalisasi
(menentang) atau kedua-duanya. Selain itu akan menambah beban keluarga, mengganggu
relasi orang tua-anak dan mempersulit pengasuhan. Analisis Transaksional adalah psikoterapi
yang menekankan pada hubungan interaksional diharapkan mampu memperbaiki masalah
relasi orang tua-anak, sehingga masalah emosi dan perilaku anak dan remaja bisa diperbaiki.
Tujuan : Mengetahui keefektifan Analisis Transaksional Dasar untuk memperbaiki masalah
emosi dan perilaku anak dan remaja.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif berbentuk studi kasus bertujuan untuk

memperbaiki masalah emosi dan perilaku anak dan remaja pada keluarga dengan masalah
relasi orang tua-anak dengan melakukan terapi Analisis Transaksional Dasar menggunakan
pedoman Aplikasi Analisis Transaksional Dasar pada Masalah Relasi Orang Tua-Anak.
Hasil : Analisis Transaksional Dasar dilakukan pada dua kasus anak dan remaja yang
mengalami eksternalisasi dan internalisasi menunjukkan perbaikan pada taraf borderline
berdasarkan penilaian Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ) dan perbaikan gejala
(symptomatic relief) yang merupakan tahap awal keberhasilan terapi.
Kesimpulan : Analisis Transaksional Dasar dapat dipergunakan untuk memperbaiki masalah
emosi dan perilaku anak dan remaja.

Kata kunci : Analisis Transaksional Dasar, masalah emosi dan perilaku anak dan remaja.

PENDAHULUAN

Anak dan remaja dengan masalah emosi

Masalah emosi dan perilaku pada
anak dan remaja merupakan masalah yang
cukup serius karena memberikan dampak
negatif


terhadap

perkembangan,

dan perilaku mempunyai kerentanan untuk
mengalami

hendaya

dalam

fungsi

kehidupan sehari-hari, terutama dalam
fungsi belajar dan sosialisasi (Wiguna

dkk., 2010). Masalah emosi dan perilaku
menimbulkan hendaya dan menurunkancommit to user
pada anak dan remaja mengakibatkan

produktivitas serta kualitas hidup mereka.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

kesulitan dalam belajar karena tidak

perilaku sebesar 9,1% pada siswa Sekolah

mampu berkonsentrasi terhadap pelajaran,

Menengah

kemampuan mengingat yang buruk, atau

Semarang

bertingkah yang tidak sesuai di dalam


Semarang

lingkungan sekolah, akan meningkatkan

didapatkan prevalensi masalah emosi dan

angka kenakalan dan kriminalitas di masa

perilaku 10-14,3% (Diananta, 2012). Hal

dewasa (Blanchard et al., 2006).

ini menunjukkan bahwa masalah emosi

Insidensi di dunia menurut World
Health Organization (WHO) didapatkan 1
dari 5 anak yang berusia kurang dari 16
tahun mengalami masalah emosi dan
perilaku. Anak yang berusia 4-15 tahun
yang mengalami emosi dan perilaku

sebanyak 104 permil anak. Angka kejadian
tersebut makin tinggi pada kelompok usia
di atas 15 tahun, yaitu 140 permil anak
(Damayanti, 2011). Sedangkan prevalensi
di seluruh dunia sebesar 20% menurut
WHO

dalam

European

Ministerial

Conference (Deenadayalan et al., 2010).
Satu setengah juta anak di Amerika Serikat
dilaporkan orang tuanya memiliki masalah
emosional, perkembangan dan perilaku
yang persisten. Orang tua tersebut 41%
mengeluhkan


anaknya

mengalami

kesulitan belajar dan 36% khawatir akan
mengalami gangguan depresi atau anxietas
(Blanchard et al., 2006). Di Singapura
didapatkan 12,5% anak usia 6-12 tahun
memiliki masalah emosi dan perilaku
(Woo

et

al.,

2007).

Sedangkan

di


Pertama
tahun

(SMP)

2009.

pada

tahun

di

kota

Penelitian

di


berikutnya

dan perilaku anak dan remaja dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan dari tahun
2009-2011. Pada kunjungan poli tumbuh
kembang anak RSJD Surakarta pada tahun
2013 didapatkan prevalensi masalah emosi
dan perilaku pada anak sebesar 26%.
Berbagai

faktor

biopsikososial

sering dikaitkan dengan terjadinya masalah
emosi dan perilaku pada anak dan remaja,
seperti adanya penyakit fisik, pola asuh
yang inadekuat, kekerasan dalam rumah
tangga, hubungan dengan teman sebaya
yang inadekuat, serta kemiskinan yang

mempengaruhi

proses

kognitif

sehingga

anak

perkembangan
anak

lebih

memandang negatif lingkungan sekitar dan
persepsi negatif terhadap dirinya yang
memicu terjadinya internalisasi dalam
dirinya.
berkaitan


Stresor
dengan

biopsikososial

juga

eksternalisasi

anak

berupa peningkatan emosi negatif, perilaku
disruptif dan impulsif, serta menimbulkan
cara-cara interaksi yang negatif sehingga
berdampak pada hubungan dengan teman

sebaya yang tidak optimal (Gimbel &
Indonesia, penelitian Hartanto dan Selinacommit to user
Holland, 2003 cit. Wiguna dkk., 2010;

(2011) prevalensi masalah emosi dan
Blanchard et al., 2006). Anak dan remaja

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
perilaku

disfungsi komunikasi, yang disebabkan

seringkali mengalami perlakuan yang tidak

adanya transaksi silang. Akibat transaksi

sesuai dari lingkungannya yang dapat

silang

berupa stigma negatif. Guru merasa sulit

menimbulkan masalah emosi dan perilaku

mengajari mereka, melihat mereka sebagai

pada

anak-anak

psikoterapi AT (Corey, 2009).

dengan

masalah

emosi

bodoh,

dan

sehingga

jarang

akan

terjadi

anak,

sehingga

Modalitas

memberikan masukan yang positif. Teman

kemarahan

serta

memerlukan

terapi

untuk

sehingga

penangangan masalah emosi dan perilaku

kesempatan untuk belajar bersosialisasi

anak yang terbanyak dilakukan adalah

menjadi berkurang. Orangtua lebih banyak

Cognitive Behavior Therapy (CBT) dan

memberikan kritik negatif sehingga tidak

Interpersonal

jarang interaksi antara orangtua dan anak

(Sadock et al., 2009). Penelitian RCT

terganggu (Collet et al., 2001). Selain itu

dengan CBT kelompok terbukti efektif

menurut Blanchard et al., (2006) anak dan

menurunkan

remaja dengan masalah emosi dan perilaku

eksternalisasi masalah emosi dan perilaku

akan

keluarga,

pada anak dan remaja (Barret et al., 2013).

mengganggu relasi orang tua-anak dan

Penelitian CBT dan IP selama ini belum

mempersulit pengasuhan.

ada yang menggunakan setting keluarga

sebaya

menjauhi

menambah

mereka,

beban

Psychotheraphy

gejala

(IP)

internalisasi

dan

Pola asuh orang tua sangat besar

dalam menangani masalah emosi dan

pengaruhnya bagi anak. Orang tua yang

perilaku pada anak dan remaja. Modalitas

menerapkan pola asuh otoriter, permisif

lainnya yang dapat digunakan adalah

dan neglectful parent akan menyebabkan

Analisis

relasi

dan

memperbaiki masalah emosi dan perilaku

mendukung terjadinya masalah emosi dan

pada anak yang terdapat masalah relasi

perilaku pada anak dan remaja (Levy,

orang

1972; Adams & Gullotta, 1983). Dinamika

menggunakan istilah-istilah yang diambil

dan relasi antara anggota dalam keluarga

dari

juga memainkan peran yang cukup penting

Dewasa,

bagi anak. (Adams & Gullotta, 1983:

dimengerti oleh klien. Selain itu AT

Soetjiningsih, 2010). Relasi orang tua-

merupakan

anak yang buruk akan menyebabkan

kepribadian dan teknik berkomunikasi

orang

tua-anak

buruk

Transaksional

tua-anak

bahasa

teori

untuk

dikarenakan

sehari-hari

Kanak)

(AT)

AT

(Orang

sehingga

praktis

tua,

mudah

tentang

yang canggih sehingga individu akan bisa
hubungan interpersonal terganggu dan
user
mengenal
dirinya sendiri, lebih mudah
komunikasi terganggu. Dalam istilahcommit to
Analisis Transaksional (AT) akan terjadi

mengenal orang lain dan memudahkan

perpustakaan.uns.ac.id
berkomunikasi

digilib.uns.ac.id

dengan

sesamanya

Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik

(Hukom, 1990). Namun sejauh ini masih

Psikiatri

RSUD dr. Moewardi dan Poli

belum banyak yang melakukan studi

Tumbuh Kembang Anak RSJ Surakarta,

psikoterapi AT pada anak dan orang

Propinsi Jawa Tengah serta di rumah

tuanya dalam memperbaiki masalah emosi

pasien. Waktu penelitian Februari 2015.

dan perilaku anak baik di dalam maupun di

Instrumen Penelitian ini (1) Penulis

luar negeri. Penelitian kualitatif Maharatih

sendiri, (2) Pedoman AATD, (3) Lembar

(2011)

pada

data isian demografi, (4) Lembar SDQ, (5)

tua-anak

Egogram UNS, (6) Alat perekam. Seluruh

penggunaan

masalah

relasi

AT

fokus

orang

menunjukkan hasil yang baik. Berdasarkan

kegiatan

latar belakang tersebut, maka penulis ingin

menggunakan alat perekam suara dan

melakukan penelitian lanjutan tentang

video yang dilakukan dengan seijin subjek

“Penerapan Analisis Transaksional Dasar

penelitian.

untuk Memperbaiki Masalah Emosi dan

perekam

Perilaku Anak dan Remaja.”

penulis

Tujuan
mengetahui

penelitian
keefektifan

ini

untuk
Analisis

wawancara

Tujuan
adalah

direkam

dengan

menggunakan
untuk

alat

memudahkan

dalam membuat transkrip dan

analisis

data,

mengulang

membantu

kembali
diperoleh

hasil
data

penulis
wawancara

Transaksional Dasar untuk memperbaiki

sehingga

masalah emosi dan perilaku anak dan

meminimalkan bias yang mungkin terjadi

remaja.

karena

keterbatasan

akurat,

dan

dan

subjektivitas

penulis.
Populasi penelitian adalah anak dan

METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini merupakan

remaja yang mengalami masalah emosi

studi kualitatif berbentuk suatu studi kasus

dan

tindakan yang bertujuan untuk mengetahui

masalah

penerapan Analisis Transaksional Dasar

menjalani

pada masalah emosi dan perilaku pada

Psikiatri RSUD dr. Moewardi Surakarta

anak dan remaja dengan menggunakan

dan Poli Tumbuh kembang Anak RSJD

pedoman AATD dari Maharatih dkk

Surakarta pada periode Januari-Februari

(2013). Alasan digunakannya pendekatan

2015 yang memenuhi kriteria inklusi dan

kualitatif

eksklusi. Kriteria inklusi yaitu (1) Pasien

adalah

untuk

melihat

perilaku

pada

relasi
rawat

keluarga

orang
jalan

dengan

tua-anak
di

yang

Poliklinik

yang mengalami masalah emosi dan
dan
user yang menjalani rawat jalan di
perilaku
holistik, dimana hal tersebut tidak dapatcommit to
permasalahan

secara

mendalam

dilakukan dengan pendekatan kuantitatif.

Poliklinik Psikiatri RSUD dr. Moewardi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Surakarta dan Poli Tumbuh kembang

melakukan pengambilan sampel secara

Anak RSJD Surakarta, (2) Faktor risiko

purposif, maka penulis melakukan seleksi

masalah psikososial, (3) Usia 10-18 tahun,

terhadap sejumlah kasus untuk dapat

(4) Bisa membaca dan menulis, (5) Orang

diteliti secara mendalam. Dalam proses

tua minimal tamat SLTP, (6) Bersedia

penentuan sampel penelitian ini digunakan

menjadi

dan

kasus tunggal, yaitu masalah emosi dan

persetujuan

perilaku pada anak. Besar sampel yang

penelitian (Informed Consent). Kriteria

akan diambil ditetapkan 2 anak dan remaja

eksklusi yaitu adanya gangguan jiwa

dengan masalah emosi dan perilaku,

berat/psikotik.

berdasarkan

subjek

menandatangani

Definisi

penelitian
surat

konsep

penelitian

ini

internalisasi

dan

eksternalisasi. Metode pengambilan data

adalah (1). Analisis Transaksional Dasar :

dilakukan

melalui

analisis transaksional dasar yang diberikan

observasi partisipasi aktif. Sesi intervensi

oleh penulis sebanyak 6 sesi dengan durasi

analisis transaksional dilakukan sebanyak

120 menit tiap sesi pertemuan, 3 kali

6 kali, 3 kali setiap

seminggu menggunakan teknik pengajaran

masing selama 120 menit.
Teknik

analisis struktural dan analisis transaksi

wawancara

dan

minggu, masing-

analisis

data

yang

oleh

digunakan adalah analisis data kualitatif.

Maharatih dkk (2013). (2) Masalah emosi

Analisis data dilakukan dengan mengacu

dan perilaku : masalah emosi dan perilaku

pada metode perbandingan tetap (constant

pada anak dan remaja yang bermanifestasi

comperative method) oleh Glasser dan

internalisasi

atau

Strauss, secara umum proses analisis data

berdasarkan

wawancara

menggunakan

pedoman

AATD

eksternalisasi
psikiatri

dan

mencakup reduksi data, kategorisasi data

diukur dengan kuesioner SDQ, yang

dan

berada dalam keluarga dengan masalah

dilakukan

relasi

kategorisasi verbatim tidak terlalu banyak.

orang

tua-anak

berdasarkan

Pengambilan

sampel/subjek

penelitian dilakukan secara purposif, yaitu

dengan

secara

data.

Analisis

manual

data

dikarenakan

Penyajian data dalam bentuk data display

wawancara psikiatri.

pengambilan

sintesisasi

sumber

data

pertimbangan

dilakukan
tertentu.

yang berupa grafik dan matriks.
Pengujian keabsahan data dalam
penelitian kualitatif meliputi

(1) Uji

credibility (validitas internal) dilakukan

melalui meningkatkan ketekunan dan
Pertimbangan tertentu itu misalnya orang
user
kualitas
keterlibatan penulis dalam
tersebut yang dianggap paling tahu tentangcommit to
apa

yang

kita

harapkan.

Dengan

kegiatan di lapangan, triangulasi sumber

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian
dan keluarganya

data melalui persepsi dari subjek dan
penilaian dari keluarga subjek, penulis
serta

expert

diskusi

melalui

dengan

rekaman

psikiater/expert

video,
untuk

mendapatkan saran dan kritik dalam proses
penelitian, menggunakan bahan referensi

1.

untuk meningkatkan nilai kepercayaan
kebenaran data yang diperoleh dalam

2.

bentuk rekaman dan tulisan, (2) Uji
transferability
dilakukan

(validitas

dengan

eksternal)

3.

laporan

4.

membuat

penelitian dalam uraian yang rinci, jelas,
sistematis, dan dapat dipercaya sehingga
pembaca dapat mengerti dan memahami
hasil penelitian, (3) Uji dependability
(reliabilitas) dilakukan dengan melakukan
audit

terhadap

keseluruhan

proses

penelitian bersama dengan pembimbing
dan expert/psikiater.

Karakteristik orang tua
pasien
Ayah
Ibu
Usia : 47
Usia : 44
tahun
tahun
Jenis
8. Jenis
kelamin :
kelamin :
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan 9.
: Pendidikan :
SMP
Sarjana
Agama :
Agama
:
Islam
Islam
Pekerjaan : Pekerjaan :
Agen gas
PNS
Usia : 17
Usia : 46
Usia : 40
tahun
tahun
tahun
Jenis
10. Jenis
12. Jenis
kelamin :
kelamin :
kelamin :
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan 11.
: Pendidikan 13.
: Pendidikan :
SMA
SMA
SMA
Jumlah
Agama
: Agama
:
sibling : 1
Islam
Islam
Anak ke-1
Pekerjaan : Pekerjaan :
Sopir
Pedagang
baju
Karakterist
ik pasien
Usia : 14
tahun
Jenis
5.
kelamin :
Laki-laki
Pendidikan 6.
:
SMP
Jumlah
7.
sibling : 2
Anak ke-1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kasus I merupakan pasien anak

Penelitian ini dilakukan pada dua
keluarga

yang

anaknya

mengalami

masalah emosi dan perilaku serta terdapat
masalah

relasi

orang

tua-anak

yang

dilakukan intervensi AT Dasar dengan
menggunakan studi kualitatif.

laki-laki yang mengalami masalah emosi
dan perilaku dengan eksternalisasi yang
menonjol, sedangkan pada kasus II pasien
anak perempuan yang mengalami masalah
emosi dan perilaku dengan internalisasi
yang

menonjol

sesuai

dengan

yang

dituliskan Weisz et al. (1987) cit. Davison
et al. (2006) dan Shoval et al. (2013)
bahwa

perilaku

eksternalisasi

secara

konsisten lebih sering ditemukan pada
anak laki-laki dan perilaku internalisasi
commit to user
lebih sering terjadi pada anak perempuan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

dari berbagai latar belakang budaya di
dunia.
Kasus

I

dengan

Skema 1. Matriks transaksi pasien R dengan
ibunya.

eksternalisasi

didapatkan seorang anak laki-laki sering
marah-marah, berperilaku agresif sering
membolos dari sekolah, melawan guru,
berbohong,

dan

mengancam

anggota

keluarga dengan menggunakan senjata
tajam. Sejak kecil biasa dipenuhi semua
keinginannya sehingga sampai saat ini
berperilaku agresif bila keinginannya tidak
segera

dipenuhi.

Apalagi

Skema 2. Matriks transaksi pasien R dengan
ayahnya.

pasien

bersekolah di SMP yang memiliki disiplin
tinggi, lingkungan sosial yang kurang baik
semakin meningkatkan perilaku agresif
pasien. Hal ini menunjukkan bahwa pola
asuh dan lingkungan sosial merupakan
faktor risiko

yang besar peranannya

(Adams & Gullota, 1983; Dulcan & Lake,
2012). Pasien memiliki egostate KB dan

Kasus

II

dengan

OK yang tinggi sehingga sering terjadi

didapatkan

transaksi silang dengan orang tuanya

dengan perilaku tidak mau sekolah, sering

terutama dengan ibunya yang memiliki

seorang

internalisasi

anak

perempuan

sedih, malas merawat diri, malas belajar,
mudah emosi bila ada yang tidak sesuai

egostate OK yang tinggi.
Grafik 1. Perbandingan egogram pasien R.

dengan

hatinya,

membatasi

pergaulan

dengan temannya dan merasa rendah diri.
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Pasien sejak kecil sering diperlakukan kasar
oleh kedua orang tuanya. Pola asuh yang
OK
OP
D

cenderung

tidak

empatik

dan

otoriter

membuat anak tertekan, didukung sekolah

KB

dengan disiplin yang tinggi dan ekonomi

KS

keluarga yang kurang (Adams & Gullota,

1983; Davison et al., 2006). Egostate ibu
commit to user
dan ayah pasien OK tinggi bertransaksi

perpustakaan.uns.ac.id
dengan

egostate

pasien

digilib.uns.ac.id
yang

tinggi

Proses terapi yang berlangsung

Kanaknya menyebabkan berulang kali

pada masing-masing subjek berbeda-beda

terjadinya transaksi silang.

tergantung kondisi subjek. Kasus I, anak
laki-laki

Grafik 2. Perbandingan egogram pasien G.
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

dengan masalah emosi

dan

perilaku eksternalisasi, sudah berulangkali
berobat ke psikiater dengan pola asuh
orang tua yang tidak konsisten, pendidikan
pasien dan ayahnya SMP sedangkan

OK
OP

ibunya sarjana. Pasien kurang begitu

D

antusias

KB

dibandingkan

KS

ketika

menjalani

terapi

orangtuanya.

Perlu

pendekatan lebih intensif dan penjelasan
lebih rinci tentang materi AT supaya bisa
dikuasai dengan baik. Kasus II, anak
perempuan dengan masalah emosi dan

Skema 3. Matriks transaksi pasien G
dengan ibunya.

perilaku internalisasi, baru pertama kali
berobat ke psikiater, pendidikan pasien dan
orangtuanya SMA dengan pola asuh
cenderung otoriter. Pasien antusias ketika
menjalani

terapi

dibandingkan

orangtuanya, sehingga perlu pendekatan
yang lebih mendalam kepada orang tua
pasien untuk menjalankan terapi ini yang
berlangsung hampir 4 minggu. Meskipun
demikian materi AT dapat dikuasai dengan
Skema 4. Matriks transaksi pasien G
dengan ayahnya.

baik dan lebih cepat daripada kasus I.
Penilaian
perilaku

pada

menggunakan

masalah
kedua
SDQ

emosi

pasien
didapatkan

dan

dengan
total

difficulties score abnormal (Hartanto &
Selina, 2011).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Grafik 3. Penilaian total difficulties score
dari SDQ pasien R sebelum dan sesudah
terapi.

emosi dan perilaku pada pasien secara
komprehensif.

Sedangkan

penilaian

30

keberhasilan terapi berdasarkan pedoman

20

AATD yang digunakan baru pada tahap

25
15

awal symptomatic relief, yaitu terdapat

10

Pre AATD

5

Post AATD

0

perbaikan pada gejala yang membaik atau
mengalami kemajuan. Kontrak terapi AT
lanjutan sangat diperlukan untuk mencapai
egogram normal dan life position I’m OK
You’re

Grafik 4. Penilaian total difficulties score
dari SDQ pasien G sebelum dan sesudah
terapi

OK

serta

mencapai

tahapan

keberhasilan terapi pencapaian otonomi
pasien (Stewart & Tilney, 2011).
Waktu

25

pelaksanaan

terapi

AT

20

Dasar dilakukan sesuai kesepakatan antara

15

terapis dan pasien serta keluarga. Dalam

10

Pre AATD

5

Post AATD

pelaksanaanya, penggunaan terapi AT
Dasar pada keluarga dengan masalah relasi
orangtua-anak

0

dengan

anak

yang

mengalami masalah emosi dan perilaku
dilakukan dalam 6 sesi masing-masing 2
jam. Pada awalnya pelaksanaan terapi
pada

yang ditawarkan kepada klien adalah

conduct,

seminggu 3 kali, sehingga diperhitungkan

sedangkan kasus II terutama pada masalah

menghabiskan waktu sekitar 2 minggu.

emosional. Setelah dilakukan proses terapi

Tetapi pada pelaksanaannya ada yang

selama enam sesi dengan menggunakan

mundur sampai 4 minggu dikarenakan

pedoman AATD didapatkan penurunan

kesibukan pasien, sekolah dan kegiatan

total

belajar tambahan di luar jam sekolah.

Pada
masalah

kasus

I

emosional

difficulties

berdasarkan

terutama
dan

score

pada

dari

semua

SDQ

penilaian.

Demikian

pula

menyesuaikan

dengan

Meskipun sudah terjadi penurunan skor

jadwal orang tua bekerja. Kedua keluarga

SDQ

bisa

namun

masih

dalam

penilaian

mengikuti

seluruh

sesi

terapi

sebanyak 6 sesi psikoterapi AT Dasar.
borderline, masih perlu dilakukan terapi
commit to user Teknik terapi AT menurut Stewart
AT lanjutan untuk memperbaiki masalah
& Tilney (2011) dapat menggunakan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
AT

menunjukkan bahwa semakin pendek jarak

merupakan terapi yang bersifat eklektik,

pemberian terapi, retensi memori terhadap

tidak terpaku pada satu modalitas seperti

materi sebelumnya masih baik. Waktu

dalam modul Maharatih dkk., (2013) yang

yang dianggap masih optimal dan rasional

digunakan dalam penelitian ini. Penelitian

adalah maksimal 3 x 24 jam. Secara umum

ini menggunakan teknik terapi dengan

waktu yang diberikan untuk sesi terapi

metode pengajaran kepada klien tentang

yaitu 6 sesi masing-masing 2 jam adalah

materi

menggunakan

mencukupi untuk penyampaian materi dan

presentasi power-point. Hasilnya cukup

untuk pemahaman materi yang diberikan.

efektif dilakukan pada klien terutama klien

Bahkan pada keluarga dengan kognitif

dengan kognitif yang tinggi. Mereka

yang tinggi, pemberian materi AT dasar

dengan

yang

dengan fokus analisis struktural dan

materi.

analisis transaksi yang diberikan dalam 2

Demikian pula teknik belajar dengan

sesi sudah tercapai penguasaan materinya.

bermain kartu yang mengandung unsur

Akan tetapi pelaksanaannya belum mampu

analisis struktural dan fungsional, serta

diterapkan sepenuhnya.

beragam

teknik,

AT

dengan

cepat

diberikan

dikatakan

menguasai

berupa

juga

teori

tanya-jawab

Penelitian kualitatif pada dasarnya

analisis transaksi. Teknik bermain kartu ini
menyenangkan,

dilakukan pada kondisi alamiah dan

meningkatkan keakraban di antara anggota

bersifat penemuan. Pada penelitian ini

keluarga dan juga terapis. Teknik role play

selain dilakukan di RS juga dilakukan di

dalam terapi sangat efektif, meskipun pada

rumah

awalnya agak malu namun pada akhirnya

pencapaian

bisa

pengetahuan

efektif,

lebih

antusias

dalam

pelaksanaannya.

klien.

Pada

setting

pembelajaran
AT

klinis
tentang

lebih

Teknik bisa untuk mengetahui sejauh

penyelesaiannya

mana

Kemungkinannya adalah karena

pemahaman

dari

pasien

dan

selama

2

tepat
minggu.
yang

keluarga, serta mengaplikasikannya dalam

diterapi di setting klinis kesan lebih formal

kehidupannya. Demikian pula untuk teknik

sehingga lebih serius dalam menjalani

pemberian PR (pekerjaan rumah) bisa

terapi. Kemungkinan lain adalah terkait

untuk mengetahui antusiasme dari pasien

dengan

dan keluarga dalam mengikuti perjalanan

mendapatkan

terapi.

mereka merasa sangat butuh, maka apapun

adanya

“kebutuhan”

terapi

itu

sendiri.

untuk
Bila

akan dikorbankan demi tercapainya
Pemilihan waktu 3 kali setiap
user
perbaikan
yang diinginkan, sehingga
minggu sedangkan pada pedoman AATDcommit to
2 kali seminggu, karena dari penelitian

pencapaian hasil menjadi lebih cepat dan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

lebih baik. Meskipun demikian hasil

Setting terapi pada penelitian ini

evaluasi penguasaan materi AT kurang

adalah setting keluarga pada seluruh sesi

baik

alami,

terapi, tidak menggunakan sesi terapi

kognitifnya

individu dalam pedoman AATD ini.

lebih rendah. Kemungkinan lain kondisi

Dengan setting keluarga akan melihat

keparahan pasien lebih berat.

secara langsung cara berinteraksi antara

dibandingkan

kemungkinan

setting

dikarenakan

Selain itu pada setting

klinis

anggota keluarga sehingga transaksi yang

penerapan tugas PR, simulasi, bermain

dilakukannyapun

peran ataupun percontohan keluarga sangat

dievaluasi serta efisiensi waktu. Namun

sulit terwujud. Hal ini kemungkinan

dengan setting keluarga seperti ini tanpa

karena

ada

berkaitan

dengan

kultur

dan

sesi

terapi

akan

lebih

individu

mudah

akan

sulit

budaya, yaitu adanya budaya atau rasa

mengungkapkan sebenarnya apa yang

malu dalam keluarga untuk menunjukkan

terjadi, karena ada rasa sungkan atau

perasaan marah, pertengkaran, ataupun

perasaan takut kalau menyinggung yang

pertentangan yang terjadi akibat transaksi

lain.

silang di antara mereka. Pada setting alami

Proses terapi ini telah dilakukan

atau rumah, pencapaian pembelajaran

perekaman video dan telah dilakukan

tentang pengetahuan AT lebih lambat

evaluasi oleh expert dengan hasil penilaian

penyelesainnya,

seharusnya

keterampilan perilaku secara keseluruhan

dilakukan 2 minggu dilakukan dalam 4

sudah terlaksana dengan baik, terutama

minggu. Hal ini terjadi karena terganggu

untuk membuat klien merasa nyaman,

karena ada tamu, anak rewel, ada acara

mampu membina hubungan baik dengan

mendadak dan sebagainya. Pada setting

klien,

mampu

alami terapis mendapatkan hasil observasi

cukup

baik,

secara langsung dan tidak dibuat-buat

pertanyaan terbuka dan tertutup yang

tentang transaksi-transaksi yang terjadi di

sesuai,

antara

Meskipun

persatu, banyak mengajukan pertanyaan

demikian hasil evaluasi penguasaan materi

yang mendalam, mengajukan pertanyaan

AT lebih baik daripada setting klinis,

disertai gerakan yang wajar. Mampu

kemungkinan

kognitifnya

mendengar aktif, mampu memberikan

lebih tinggi dan pendidikan formalnya

dorongan agar klien berpartisipasi dalam

yang

keluarga

pasien.

dikarenakan

memberikan
mampu

mengajukan

informasi

menggunakan

pertanyaan

satu-

lebih tinggi. Kemungkinan lain kondisi
terapi dengan cara menunjukkan minat dan
commit to
user perhatian serta kreatif mengajak
keparahan pasien lebih ringan.
penuh
klien bermain peran (role play), mampu

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

menunjukkan non-verbal behavior yang

Pada

penelitian

ini

sebelum

baik, yaitu: wajah ramah, tersenyum, suara

dilakukan pembuatan egogram, diberikan

ramah, vokalnya jelas, kecepatan bicara

materi tentang egostate dan dilakukan

cukup, intonasi baik,

dan posisi tubuh

evaluasi penguasaan materi dengan kartu

yang baik. Selain itu mampu mengelola

egostate. Dari 20 kartu egostate yang

waktu

diberikan pada masing-masing anggota

dengan

baik

sehingga

dapat

memenuhi semua komponen kompetensi

keluarga

yang diharapkan dalam penelitian ini. Hal

dijawab dengan betul. Meskipun demikian

ini dibuktikan dengan kemampuan dalam

pada

menyelesaikan sesi-sesi terapi dengan baik

sebagian

dan

kenyataan

hasilnya

dapat

dilihat

melalui

didapatkan

penilaian

hasil

egogram

yang belum
yang

80%-100%

sendiri

sesuai

diobservasi

ada

dengan
terutama

penilaian terhadap ketrampilan komunikasi

dalam menilai orang lain. Kemungkinan

interpersonal ataupun ketrampilan dalam

karena merasa dirinya sudah cukup baik

penerapan AT Dasar.

dibandingkan

Tujuan terapi adalah tercapainya
egogram yang ideal. Penilaian egogram
yang baik adalah seperti “Bell shape” yang
mana egostate D yang tertinggi diapit oleh
egostate KB dan OP dan yang rendah
adalah egostate OK dan KS. Egogram
lainnya yang diharapkan adalah egogram
puncak datar (flat-top). Ini merupakan
suatu egogram yang mendekati ideal.
Orang

dengan

egogram

ini

jarang

40

0

yang

dirinya atau takut menyinggung perasaan
yang lain.
Penilaian egogram menggunakan
skala egogram dibandingkan observasi
yang

KB
Bell Shaped

Flat Top

dilakukan

terapis

menunjukkan

banyak ketidaksesuaian dalam penentuan
egostate

Dewasa.

Sebagian

besar

menunjukkan egostate D yang tinggi
dengan menggunakan skala egogram, oleh

nilai reliabilitas internal, yang saat ini baru
mencapai tingkat cukup tinggi dengan

D

10

mau

disalahkan, malu mengakui kekurangan

Cronbach alpha 0.78014 (Bagus, 2009).

OP

20

tidak

egogram tersebut untuk meningkatkan

OK

30

lain,

karena itu perlu dievaluasi kembali skala

bermasalah dengan orang lain.

Grafik 5. Gambaran egogram
dianggap ideal atau normal

orang

KS

Keterbatasan dalam penelitian ini
adalah

pemberian

terapi

AT

Dasar

dilakukan
sebanyak enam sesi terapi dan
commit to
user
semua sesi dalam setting keluarga

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
terapi

direncanakan selama 2 minggu menjadi 2-

belum

4 minggu karena kondisi pasien dan

tercapai. Menurut Steenbarger, et al.,

keluarga. Tempat pelaksanaan pada subjek

2004, rata-rata jumlah sesi psikoterapi:

I di Poliklinik Tumbuh Kembang RSJD

kurang dari 10 sesi pada terapi perilaku,

Surakarta dan subjek II di rumah pasien.

10-20 sesi atau lebih pada terapi dengan

Pedoman AATD ini dapat digunakan pada

restrukturisasi kognitif, 2-3 sesi pada terapi

setting klinis (poliklinik) maupun setting

berfokus solusi. Jumlah sesi psikoterapi

alami (rumah). Pada evaluasi proses terapi

singkat

lamanya

setting klinis lebih baik daripada setting

sejarah

alami (rumah subjek). Proses terapi juga

sehingga

tahapan

pencapaian

keberhasilan

otonomi

tergantung

menyampaikan

pasien

dari:

permasalahan,

interpersonal, beratnya masalah, level

berbeda

tergantung

pemahaman dan dukungan sosial.

pendidikan, sosial-ekonomi dan situasi
kondisi

yang

dengan

dihadapi

tingkat

pasien

dan

keluarganya. Setelah intervensi AT Dasar
didapatkan perbaikan masalah emosi dan

KESIMPULAN DAN SARAN

perilaku pada anak namun masih pada
Dari hasil penelitian ini didapatkan

taraf borderline dengan parameter SDQ,

bahwa AT Dasar bisa diterapkan pada

sedangkan penilaian keberhasilan terapi

anak dan remaja yang mengalami masalah

berdasarkan

emosi dan perilaku dan keluarga yang

digunakan

mengalami masalah relasi orang tua-anak

symptomatic

yang telah melakukan pemeriksaan di

perbaikan pada gejala yang membaik atau

Poliklinik Psikiatri RSUD dr. Moewardi

mengalami kemajuan.

pedoman
baru

pada

relief,

AATD

yang

tahap

awal

yaitu

terdapat

dan Poliklinik Tumbuh Kembang RSJD
Surakarta. Pasien pertama laki-laki dengan

Disarankan pemberian psikoterapi

masalah eksternalisasi yang menonjol,

AT lanjutan setelah selesai sesi terapi

sedangkan

dengan

dengan

pasien
masalah

kedua

perempuan

internalisasi

yang

komprehensif

Kontrak
Waktu dan tempat pelaksanaan sesi
terapi

bersifat

fleksibel,

tergantung

modul

terapi

AATD. Tujuannya adalah untuk perbaikan
secara

menonjol.

menggunakan

diperlukan

terapi
untuk

AT

terhadap

pasien.

lanjutan

sangat

mencapai

egogram

normal dan life position I’m OK You’re

kesepakatan dengan subjek. Pelaksanaan 6
OKuserserta pencapaian otonomi pasien.
commit to
sesi
terapi
yang
pada
awalnya
Sangat disarankan perlunya ditambahkan

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

sesi dengan setting individu diantara sesi

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

terapi dengan setting keluarga untuk

pada masalah emosi dan perilaku pada

mengurangi bias yang bersumber dari

anak dengan jumlah subjek lebih banyak

subjek dan pencapaian keberhasilan terapi.

dan variasi dalam diagnosis maupun terapi.

DAFTAR PUSTAKA

Davison GC, Neale JM, Kring AM. 2006.
Psikologi Abnormal. Terjemahan
dari Abnormal Psychology-Ninth
Edition. PT Raja Grafindo persada.
Jakarta.

Adams GR. & Gullotta T. 1983. Family
Relations in Adolescent Life
Experiences. Wadsworth, Inc.,
Belmont, California. 231-263.
Barrett

M, Topper
L, Al-Khudhairy
N, Pihl
RO, Castellanos
RN, Mackie CJ, Conrod PJ, 2013.
Two-year impact of personalitytargeted,
teacher-delivered
interventions on youth internalizing
and externalizing problems: a
cluster-randomized trial. J Am
Acad
Child
Adolesc
Psychiatry. Sep;52(9):911-20.

Blanchard LT, Gurka MJ, Blackman JA.
2006. Emotional, developmental,
and behavioral health of American
children and their families : A
report from the 2003 national
survey of children’s health.
Pediatrics. 117:1202-12.
Collet BR, Gimpel GA, Greenson JN,
Gunderson TL, 2001. Assesment of
Discipline Styles among Parents of
Preschool through School-age
Children. J. Psychopathol and
Behavior Asses, 23; 163-170.
Corey G. 2009. Teori dan Praktek
Konseling Psikoterapi, cetakan
keempat,
Refika
Aditama.
Bandung.

Deenadayalan Y, Perraton L, Machotka Z,
Kumar S. 2010. Day Therapy
Programs for Adolescents with
Mental Health Problems : A
Systemic Review. The Internet
Journal Of Allied Health Sciences
And Practises. 8;1-14.
Diananta GS., 2012. Perbedaan Masalah
Mental
Dan
Emosional
Berdasarkan
Latar
Belakang
Pendidikan Agama. Studi Kasus
SMP Negeri 21 Semarang dan
SMP Islam Al Azhar 14 Semarang.
Dulcan MK & Lake M. 2012. Concise
Guide to Child and Adolescent
Psychiatry. 4th ed. Washington,
DC.
American
Psychiatric
Publishing, Inc.
Hartanto F, Selina H. 2011. Prevalensi
Masalah Mental Emosional pada
Remaja di Kota Semarang dengan
Menggunakan
Kuesioner
Kekuatan dan Kesulitan (SD ).
Paediatrica Indonesiana; Volume
51 ( Suppl 4 ) Juli; Jakarta.
Hukom, A J. 1990. Analisis Transaksional,
Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Damayanti M. 2011. Masalah Mental
Emosional pada Remaja : Deteksi
Maharatih GA, Irawati I, Sudiyanto A,
dan Intervensi. Sari Pediatri.
Prasetyo, J. 2013. Aplikasi Analisis
Volume 13 ( Suppl 1) Juni 2011:
Transaksional
Dasar
Pada
Jakarta; hal.45-51.
commit to user Masalah Relasi Orang tua Anak.
UNS Press, Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Maharatih GA. 2011. Intervensi analisis
transaksional dasar pada masalah
relasi orangtua-anak. Tesis (belum
publikasi).

Soetjiningsih, 2010. Perkembangan Anak
dan
Permasalahannya
dalam
Tumbuh kembang Anak. Sagung
Seto. Jakarta.

Levy DM. 1973. Maternal Overprotection
pp. 290-5, dalam Saul IH and John
FM
(edt).
Childhood
Psychopatology.
International
Universities Press, Inc. New York.

Stewart I & Tilney T. 2011. Analisis
Transaksional dalam Stephen P.
(Edt.) Konseling dan Psikoterapi.
Terjemahan dari Introduction to
Counselling and Psychotherapy.
Pustaka Pellajar. Yogyakarta.

Sadock, B. J.; Sadock, V. A. and Ruiz, P.
2009. Kaplan and Sadock,
Comprehensive
textbook
of
psychiatry, ninth edition, volume 3,
Lippincott Williams and Wilkins.
Shoval

G, Kleinfeld
IM, Farbstein
I, Kanaaneh R, Valevski A, Apter
A, Weizman A, and Zalsman G.
2013. Gender differences in
emotional and behavioral disorders
and service use among adolescent
smokers: A nationwide Israeli
study. European Psychiatry. 201309-01, Volume 28, Issue 7, Pages
397-403. Copyright © © 2012
Elsevier Masson SAS.

Steenbarger, B N., Greenberg,RP., Dewan,
MJ., 2004. An Introduction to the
Art and Science of the Brief
Psychotherapies.
American
Psychiatric Press, Inc.
Wiguna T, Manengkei P, Pamela C, Rheza
A, Hapsari W. 2010. Masalah
emosi dan perilaku pada anak di
poliklinik jiwa anak RSUPN dr.
Ciptomangunkusumo
(RSCM),
Jakarta. Sari Pediatri; 12(4): 2707.
Woo BSC, Ng TP, Fung DSS, Chan YH,
Lee YP, Koh JBK. 2007.
Emotional and behavioral problems
in Singaporean children based on
parent, teacher, and child reports.
Singopre Med J.; 48 : 1100-6.

commit to user