MAKNA KEBAHAGIAAN PADA LANSIA YANG BEKERJA SEBAGAI PEDAGANG ASONGAN MAKNA KEBAHAGIAAN PADA LANSIA YANG BEKERJA SEBAGAI PEDAGANG ASONGAN.

MAKNA KEBAHAGIAAN PADA LANSIA
YANG BEKERJA SEBAGAI PEDAGANG ASONGAN

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi

Diajukan Oleh :
CHANDRA KURNIA PRATAMA
F 100 110 105

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

MAKNA KEBAHAGIAAN PADA LANSIA
YANG BEKERJA SEBAGAI PEDAGANG ASONGAN

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi

Diajukan Oleh :
CHANDRA KURNIA PRATAMA
F 100 110 105

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii

I

MAKNA KEBAHAGIAAI\ PADA LANSIA
YANG BEKERJA SEBAGAI PEDAGANG ASONGAN

Yang Diajukan Oleh

:


CHANDRA KURNIA PRATAMA
F.100 110 105

Telah ilipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal:7 Oktober 2015
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Penguji utama

Dr. Taufik M.Si.- Ph.D.
Penguji pendamping

ffila

I

Dra Zahrotul Uyuu M. Si

Penguji pendamping


/'

II

Achmad Dwityanto O.. S. Psi.. M. Si

Surakarta, 7 Oktober 2015

lv

1

ABSTRAKSI

MAKNA KEBAHAGIAAN PADA LANSIA
YANG BEKERJA SEBAGAI PEDAGANG ASONGAN

Chandra Kurnia Pratama
Taufik

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Chandrapratama.cr7@gmail.com

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, memahami, dan mendeskripsikan
makna kebahagiaan pada lansia yang bekerja sebagai pedagang asongan.
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Jumlah informan
dalam penelitian ini lima lansia dengan karakteristik: bekerja sebagai pedagang
asongan, berusia 60 tahun ke atas, masih mampu diajak berkomunikasi dengan
baik, berdomisili di Karisidenan Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan
observasi sebagai data pendukung, serta dianalisis secara deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bentuk kebahagiaan pada lansia yang bekerja
sebagai pedagang asongan meliputi adanya perasaan bahagia dalam menjalani
aktivitasnya, dengan berjualan keliling lansia bisa berinteraksi dengan masyarakat
dan tidak merasa jenuh karena hanya berdiam diri dirumah tanpa adanya kegiatan,
mendapatkan penghasilan yang maksimal dari hasil berjualan, serta masih diberi
kesehatan oleh Allah. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan
pada lansia yang bekerja sebagai pedagang asongan adalah adanya semangat,
sabar dan ikhlas dalam menghadapi kendala atau hambatan, adanya dukungan dan
suport dari keluarga, adanya harapan dan keyakinan dengan masih terus berjualan

di usia yang sudah lanjut, serta adanya aktualisasi diri untuk tetap bisa bekerja di
usia yang sudah lanjut dan masih bisa memberikan uang kepada anak cucu.
Kata kunci : Kebahagaiaan, Lansia yang bekerja, Pedagang asongan

v

untuk memenuhi kebutuhan akan

Pendahuluan
Kebahagiaan

merupakan

cinta dan kasih sayang. Begitu pula

keadaan psikologis yang ditandai

orang

dengan tingginya kepuasan hidup,


kebutuhan akan ilmu pengetahuan.

tingginya afek positif seperti senang,

Semua kegiatan tersebut dilakukan

puas, dan bangga, serta rendahnya

untuk memperoleh satu tujuan, yaitu

efek negatif seperti rasa kecewa,

kebahagiaan.

cemas, dan takut. Kebahagiaan tidak

belajar

untuk


memenuhi

Pada umumnya semua orang

hanya dilihat secara obyektif, tapi

berhak

kebahagiaan juga bisa dillihat secara

dan berhak menciptakan bahagianya

subyektif,

karena

sendiri, entah itu seorang anak,

tergantung


dari

bahagia
seberapa

itu
besar

remaja,

mendapatkan

dewasa

kebahagiaan

dan

khususnya


seseorang mampu mengukur dan

seorang lansia. Adapun seorang anak

menciptakan kebahagiaan menurut

yang

dirinya sendiri.

hadiah, seorang remaja atau dewasa

Kebahagiaan adalah suatu hal

yang

bahagia

merasa


karena

bahagia

mendapat

dengan

yang menjadi harapan dalam diri

karierrnya dan bahkan seorang lansia

seseorang,

yang bahagia karena pencapaian

sangat

bahkan


setiap

mendambakan

orang

kehidupan

selama hidupnya.

yang berbahagia semasa hidupnya.
Menurut

Lukman

kebahagiaan

pada

Menurut

(2008)

tiap

Suadirman,

Buhler

2011),

(dalam

dalam

hal

individu

kebahagiaan pada lansia, siapa yang

tergantung pada pemaknaan dan

lebih bahagia dia antara usia lanjut

memahami

kebahagiaan.

yang berada di kursi roda, yang

Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai

sedang menulis biografi dan sedang

dengan

kebutuhan

menangkap ikan?. Keduanya bisa

hidup dan ada banyak cara yang

menjadi bahagia dan keduanya bisa

ditempuh

oleh

tidak bahagia. Karena kebahagiaan

individu.

Orang

terpenuhinya

masing-masing
bekerja

untuk

dan kepuasan hidup pada lansia

penghasilan

dan

adalah kondisi positif yang ditujunya

pencapaian karier. Orang berkeluarga

serta terpenuhinya kebutuhan fisik

memperoleh

1

maupun psikis. Kebutuhan fisik pada

senang dan bahagia dengan masih

lansia

bekerja di usia yang sudah lanjut

berupa

sandang,

papan,

pangan, kesehatan dan upaya untuk

mempunyai

memepertahankan

tersendiri,

reproduksi,
psikis

hidup

kemudian

pada

dan

kebutuhan

lansia

beberapa
kedua

alasan
informan

mengatakan masih merasa sehat serta

adalah

memiliki

keinginan

untuk

terpenuhinya kebutuhan akan kasih

beraktivitas

sayang, cinta dan perhatian.

beristirahat dirumah dan merasa

Jika

dilihat

dibandingkan

secara

kesepian. Tapi lansia yang bekerja

keseluruhan, biasanya seorang yang

juga berharap mendapat penghasilan

sudah lansia menghabiskan masa

dari hasil kerasnyaa untuk memenuhi

tuanya

dengan

keinginan pribadi ataupun keluarga,

dan

semua dilihat dari latar belakang

mengasuh cucu serta menikmati

tujuan lansia tersebut bekerja sebagai

segala hal baik itu materi atau

pedagang asongan. Tapi Jika dilihat

prestasi yang didapatkan sewaktu

dari data nilai berdasarkan penelitian,

muda. Namun faktanya, diluar sana

penduduk

masih banyak sekali lansia yang

dalam angkatan kerja merupakan

masih bekerja, dan bahkan pekerjaan

lansia potensial. Lansia potensial

itu

banyak

untuk

keluarga,

bersantai

menggendong

tergolong

contohnya

pekerjaan

sebagai

berat,

lansia

yang

ditemukan

di

termasuk

negara

pedagang

berkembang dan negara yang belum

asongan. Pekerjaan sebagai pedagang

memiliki tunjangan sosial untuk hari

asongan

karena

tua. Mereka berusaha bekerja untuk

lansia menjual dagangannya dengan

mencapai kebutuhan keluarga yang

berjalan kaki, bersepeda, mendorong

menjadi tanggungannya (Kemenkes,

gerobak keliling kampung, atau dari

2011).

tergolong

berat

sekolah satu ke sekolah lainnya dan

Berdasarkan

bahkan berjualan keluar kota.

hasil

Survei

Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)

Berdasarkan hasil wawancara

tahun 2011 hampir separuh (45,41%)

untuk data awal penelitian, dapat

lansia di Indonesia memiliki kegiatan

diketahui bahwa lansia yang merasa

utama bekerja dan sebesar 28,69%

2

mengurus rumah tangga, kemudian

Mengacu pada uraian di atas

1,67%termasuk menganggur/mencari

dan fenomena yang ada, masih

kerja, dan kegiatan lainnya sekitar

banyak lansia yang masih bekerja

24,24%. Tingginya persentase lansia

untuk

yang bekerja dapat dimaknai bahwa

ekonomi keluarganya ataupun karena

sebenarnya lansia masih mampu

merasa senang dan merasa masih

bekerja

untuk

mampu untuk bekerja, agar bisa

rumah

berinteraksi

secara

membiayai

produktif

kehidupan

tangganya,

namun

lingkungan

sosial serta mewujudkan kepuasan

tingkat

dan kebahagiaan individu. Maka

kesejahteraan lansia masih rendah,

fokus pada penelitian ini adalah

sehingga meskipun usia sudah lanjut,

untuk

lansia

untuk

kebahagiaan pada lansia yang masih

rumah

bekerja sebagai pedagang asongan.

bahwa

terpaksa

membiayai

sisi

dengan

kebutuhan

lain

mengindikasikan

di

mencukupi

bekerja

kehidupan

tangganya. Bila ditinjau menurut tipe
daerah,
bekerja

persentase
daerah

makna

Dalam Al-Quran kata yang

yang

paling

tepat

menggambarkan

perkotaan

kebahagiaan adalah kata Aflaha.

(51,46%) lebih tinggi dibandingkan

Aflaha merupakan kata turunan dari

lansia perdesaan (38,99%). Kondisi

akar kata falaha yang memiliki arti:

ini kemungkinan disebabkan oleh

kemakmuran,

jenis pekerjaan di perdesaan bersifat

kenyamanan, atau keadaan hidup

informal

memiliki

yang senantiasa dalam kebaikan dan

persyaratan yang umumnya tidak

keberkahan. Arti kebahagiaan yang

dapat dipenuhi oleh penduduk lansia,

dimaksud bukan hanya ketentraman

seperti faktor umur dan pendidikan.

dan kenyamanan saja. Karena yang

Untuk penduduk lansia yang bekerja

demikian suatu saat tidak melahirkan

menurut jenis kelamin, persentase

kebahagiaan. Untuk mencapai tahap

penduduk
bekerja

di

lansia

mengetahui

yang

tidak

keberhasilan,

lansia

laki-laki

yang

kebahagiaan, kelestarian dan usaha

(61,47%)

lebih

tinggi

menetapkan perasaan kenyamanan

perempuan

dan kesenangan itu dalam diri, harus

dibandingkan

lansia

(31,39%), (Kemenkes, 2011).

senantiasa dijaga (Jalaludin, 2010).

3

Seligman (2005) mengartikan

(2009), Penelitian biometrik pada

kebahagiaan sebagai konsep yang

kebahagiaan (manusia) sepenuhnya

mengacu pada emosi positif yang

didasarkan pada watak atau karakter

dirasakan individu serta aktifitas

yang dibawa sejak lahir, seperti

positif

yang

komponen

tidak

memiliki

berbagi dengan sesama manusia dan

perasaan

negatif,

interaksi atau berhubungan dengan

misalnya ketika individu terlibat

lingkungan sekitar.

dalam kegiatan yang sangat disukai.

Dari

berbagai

pengertian

Emosi positif ini dirasakan individu

kebahagiaan yang telah dipaparkan

terhadap masa lalu, masa kini dan

dapat

masa depan individu tersebut.

kebahagiaan adalah perasaan positif

Suryamentaram

(dalam

atau

disimpulkan

segala

bahwa

sesuatu

yang

Saksono, 2013) juga menyatakan

menentramkan,

bahwa semakin sedikit orang yang

mensejahterahkan

memiliki keinginan, semakin orang

membawa pada kepuasan dan adanya

itu akan bahagia. Dengan demikian

kebutuhan-kebutuhan

dapat

mencari

terpenuhi, lingkungan serta nilai dan

kehidupan yang bahagia tidak sama

keyakinan. Kebahagiaan merupakan

dengan usaha memenuhi kebutuhan

tujuan hidup

atau kelimpahan hidup, kebutuhan

seumur hidup untuk menjalani hidup

hidup

obyektif.

yang lebih baik.

Kebahagiaan adalah sejauh mana

Menurut

dikatakan

itu

bahwa

relatif

seseorang

dan

mengevaluasi

kualitas

menyenangkan,
sehingga

yang

dapat

yang ingin diraih

Seligman

(2005)

menjelaskan bahwa ada tiga aspek

keseluruhan hidupnya secara positif

kebahagiaan.

(Schwarze dan Winkelmann, 2010).

berupa emosi positif tentang masa

Rusydi (2007) mengartikan
kebahagiaan

kebahagiaan

lalu, masa sekarang, atau masa

sebongkah

depan. Dengan mempelajari ketiga

dirasakan

kebahagiaan ini, seseorang dapat

berupa perasaan senang, tentram, dan

menggerakkan emosi ke arah yang

memiliki

Sedangkan

positif dengan mengubah perasaan

menurut Nes, Czajkowski dan Tambs

tentang masa lalu, cara berfikir

perasaan

sebagai

Yaitu

yang

dapat

kedamaian.

4

tentang

masa

depan

dan

kemunduran fisik dan disorganisasi

cara

mental sudah terjadi. Kemunduran

menjalani masa sekarang.
Makna dari kebahagiaan pada

pada lansia itu sebagian datang dari

tiap individu terkait dengan bentuk

faktor fisik dan sebagian lagi dari

kepuasan yang di kehendaki tiap-tiap

faktor psikologis. Sikap tidak senang

individu.

terhadap diri sendiri, orang lain,

Eddington

&

Shuman

(2005) yang menjelaskan bahwa

pekerjaan,

frekuensi dari kejadian yang positif

umumnya dapat menuju ke keadaan

memiliki

uzur.

korelasi

dengan

afek

dan

kehidupan

Bagaimana

pada

seseorang

positif. Misalnya seseorang yang

mengatasi ketegangan dan stress

sering mengalami kejadian yang

hidup

menurutnya

kemunduran itu (Affandi, 2009).

dirinya,

menyenangkan

maka

cenderung

orang

bagi

mempengaruhi

laju

Menurut Suadirman (2011)

tersebut

memiliki

akan

dalam

tingkat

teori

menyatakan

kebahagiaan yang tinggi.

aktivitas

usia

lanjut

yang
berhasil

Shauman

adalah ketika pada masa usia lanjut

(2005) menjelaskan beberapa faktor

seseorang masih aktif dan menjaga

yang berpengaruh pada kebahagiaan,

hubungan sosial baik fisik ataupun

antara

emosionalnya. Kepuasan hidup orang

Eddington

lain

pendidikan,

dan

yaitu,

gender,

tingkat

usia,

tua

pendapatan,

sangat

bergantung

pada

kejadian penting dalam hidup (Live

kelangsungan keterlibatannya dalam

Events).

berbagai kegiatan seperti lansia yang
masih bekerja dan lain sebagainya.

Lanjut usia adalah mereka
yang mengalami perubahan fisik

Setidaknya

secara wajar, antara lain: kulit sudah

mendorong lansia tetap ingin bekerja

tidak kencang lagi, otot-otot sudah

dan mandiri , yaitu keinginan untuk

mengendor, dan organ-organ tubuh

mandiri didorong oleh keinginan

kurang berfungsi dengan baik. Istilah

untuk tidak mau menjadi beban

“keuzuran”

digunakan

orang lain, tidak mau merepotkan

untuk mengacu pada periode waktu

orang lain, tidak ingin menyusahkan

selama

orang

(senility)
usia

lanjut

apabila

5

lain

ada

2

alasan

meskipun

itu

yang

anak

cucunya sendiri dan keinginan untuk

asongan serta bertempat Tinggal di

mandiri didorong oleh keinginan

Karisidenan Surakarta.

untuk memperoleh kepuasan batin,

Metode pengumpulan data

bahwa seorang lansia masih bisa

adalah suatu cara yang dipakai oleh

berprestasi, mampu mencari uang

peneliti

sendiri. Hal tersebut menimbulkan

variabel yang akan diteliti. Metode

perasaan bahwa lansia tersebut masih

pengumpulan data dalam penelitian

berguna dan merasa percaya diri.

ini adalah metode kualitatif diungkap
dengan

Merujuk pada teori Maslow
kebutuhan

tersebut

bentuk aktualisasi diri
tersebut

dan

ingin

untuk

memperoleh

wawancara

data

langsung

merupakan

terhadap informan, serta observasi

dari lansia

sebagai data pendukung penelitian.
Metode

menunjukan

utama

keberadaan dirinya. Alasan ini tidak

digunakan

dapat diukur dari segi materi tetapi

adalah

lebih kepada kepuasan batin, ada

kualitatif dilakukan bila peneliti

kepuasaan batin tersendiri bagi para

bermaksud

usia lanjut bisa memberi sesuatu

pengetahuan tentang makna-makna

kepada anak cucu dari hasil jerih

informatif yang dipahami individu

payahnya sendiri.

berkenaan dengan topik yang diteliti.
Sugiyono

(2010)

jumlah respondennya sedikit/kecil.

tahun ke atas. Penentuan informan

Observasi

diambil

merupakan

berdasarkan ciri-ciri dan kriteria-

observasi

kualitatif
yang

di

dalamnya peneliti langsung turun

kriteria tertentu. Kriteria tersebut
lansia

memperoleh

responden yang lebih mendalam dan

sebagai pedagang asongan berusia 60

ini

Wawancara

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

informan yaitu lansia yang bekerja

meliputi:

untuk

ini

wawancara dapat digunakan apabila

Penelitian ini menggunakan 5

penelitian

penelitian

wawancara.

Menurut

Metode Penelitian

dalam

dalam

yang

kelapangan

(laki-

perilaku

laki/perempuan) berusia 60 tahun ke

dan

untuk
aktivitas

mengamati
individu-

individu di lokasi penelitian. Gold

atas dan bekerja sebagai pedagang

(dalam Creswell, 2013) menyebutkan

6

empat jenis pengamatan, sebagai

penelitiannya

gradasi kedudukan dan hubungan

menyangkal informasi sebelumnya.

antara

Hasil dan Pembahasan

subjek

penelitian

dengan

Bentuk

objek penelitian, yaitu: pengamat

membenarkan

kebahagiaan

tau

pada

sebagai pengamat penuh (murni),

lansia yang bekerja sebagai pedagang

partisipan

pengamat,

asongan salah satunya adalah merasa

pengamat sebagai partisipan, dan

bahagia dengan kondisi yang ada dan

pengamat sebagi partisipan penuh.

keadaan yang di jalani. Berdasarkan

sebagai

hasil wawancara yang dilakukan oleh

Analisis data menggunakan
pendekatan model Fenomenologis

peneliti

menurut Creswell (2013), terdapat

bekerja sebagai pedagang asongan

beberapa prosedur dalam melakukan

diusia yang sudah lanjut, bahwa

studi

informan merasa senang dan bahagia

fenomenologis.

Adapun

terhadap

informan

yang

dengan apa yang dikerjakannya, hal

langkah-langkahnya sebagai berikut:

yang

Langkah pertama. Mengelola

dikerjakan

tersebut

bukan

untuk

merupakan sesuatu yang berat bagi

dianalisis, meliputi mentranskip hasil

diri informan, bahkan tidak membuat

wawancara.

informan

dan

mempersiapkan

data

Langkah

kedua,

merasa

lelah

karena

membaca keseluruhan data. Langkah

menjual dagangannya secara keliling.

ketiga, menganalisis lebih detail

Pernyataan tersebut sesuai dengan

dengan meng-coding data. Langkah

aspek

keempat, mendeskripsikan setting,

diungkapkan oleh Seligman (2005),

orang-orang, kategori-kategori, dan

yaitu

tema yang akan dianalisis. Langkah

sekarang diartikan sebagai konsep

kelima, menyampaikan hasil analisis

yang mengacu pada emosi positif

dengan

yang

cara

mendeskripsikan

kebahagiaan

kebahagiaan

dirasakan

kembali tema-tema kedalam bentuk

menghasilkan

narasi.

gratifikasi.

Langkah

individu,

kenikmatan
Kenikmatan

masa

dan
serta
adalah

atau

memaknai

kesenangan yang muncul karena

menegaskan

apakah

adanya emosi senang yang kuat,

menginterpretasi
data,

keenam,

pada

yang

sedangkan gratifikasi datang dari

7

kegiatan-kegiatan

yang

sangat

yang sudah lanjut karena informan

disukai sehingga lebih tahan lama

tidak

dari

dirumah.

Berdasarkan

melibatkan lebih banyak pemikiran

wawancara

penelitian,

dan interpretasi.

merasa

dalam

kenikmatan

Selain

itu

Informan

dan

juga

mau

hanya

berdiam

jenuh

menghabiskan

diri
hasil

informan

jika

hanya

waktunya

dirumah

merasa senang dan merasa bahagia

sendiri karena anak-anak informan

jika berjualan dengan berkeliling dari

sudah bekerja dan mempunyai rumah

satu

masing-masing.

tempat

ketempat

Berdasarkan

hasil

lain.

Hal

ini

sesuai

wawancara

dengan penjelasan dari Saksono

penelitian, informan lebih memilih

(2013), bahwa sebab-sebab tidak

berjualan keliling diusia yang sudah

hadirnya

kebahagiaan

lanjut

kesendirian

yang

karena

informan

ingin

adalah

membangkitkan

berinteraksi dengan banyak orang,

kecemasan, sendiri atau terpisah

entah

membeli

sama dengan terpencil, sebab itu

dagangannya, pelanggan tetap atau

orang yang sendiri atau kesepian

orang-orang yang sudah dikenal baik

merasa dirinya tak berdaya.

orang

yang

oleh informan dilingkungan tempat

Dari

informan berjualan. Hal tersebut

kebahagiaan

sesuai

yang

berdagang diusianya yang sudah

diungkapkan oleh Nes, Czajkowski

lanjut, materi atau penghasilan juga

dan Tambs

(2009), kebahagiaan

merupakan sesuatu yang penting. Hal

manusia sepenuhnya didasarkan pada

tersebut didapat berdasarkan hasil

watak atau karakter yang dibawa

wawancara terhadap semua informan

sejak lahir, seperti berbagi dengan

yang menyatakan bahwa penghasilan

sesama manusia dan interaksi atau

dari kerja keras selama berjualan

berhubungan

juga merupakan sesuatu yang ingin

dengan

pendapat

dengan

lingkungan

sekitar.

didapatkan
Hal

lain

yang

membuat

berbagai
lansia

bentuk

yang

untuk

masih

memenuhi

kepuasan diri dan kebutuhan dalam

informan merasa senang dan bahagia

hidup.

dengan berjualan keliling di usia

berpendapat

8

Seligman

(2005),

bahwa

juga

keadaan

keuangan yang dimiliki seseorang

kelapangan

pada

saat

kebahagiaan

dan

hatinya

merasa

tertentu

menentukan

tenang, sebab ia selalu didorong

yang

dirasakannya

untuk memurnikan segala amalnya

akibat peningkatan kekayaan.

dengan tujuan untuk

menggapai

Kesehatan juga merupakan

ridha Allah, Dengan demikian ikhlas

salah satu bentuk kebahagiaan dari

merupakan kunci utama pembuka

informan,

kesuksesan dan kebahagiaan.

dari

hasil

wawancara

penelitian informan merasa senang

Tanggapan keluarga informan

dan bahagia apabila masih diberi

juga

kesehatan oleh Allah dan masih bisa

informan

melakukan

aktivitas

yang

Berdasarkan

dikehendaki

informan,

seperti

mempengaruhi

keluarga

kebahagiaan

dalam

berdagang.

hasil

wawancara

informan

sebenarnya

berjualan dan melakukan aktivitas

melarang informan untuk bekerja

lainnya.

sebagai

Hal

ini

sesuai

dengan

pedagang

asongan,

tapi

pernyataan dari Seligman (2005),

informan merasa lebih bahagia jika

bahwa

masih

kesehatan

yang

dapat

bisa

menghasilkan

uang

berpengaruh terhadap kebahagiaan

sendiri dan hanya memohon doa

adalah kesehatan yang dipersepsikan

serta semangat dari anak informan,

oleh individu (kesehatan subjektif),

karena pernyataan yang kuat dari

bukan kesehatan yang sebenarnya

informan pada akhirnya keluarga

dimiliki (kesehatan obyektif).

informan memberikan suport dan

Dari
penelitian

hasil
juga

wawancara
juga

yang dilakukannya, hal ini sesuai

adanya semangat dan kemauan yang

dengan pernyataan dari Schwarze,

tinggi

(2010),

serta

ditemukan

perhatian pada informan dalam hal

rasa

ikhlas

dalam

bahwa

hubungan

baik

berdagang yang di terapkan oleh

keluarga ditandai dengan adanya

informan, hal ini sesuai dengan

keserasian dalam hubungan timbal

pernyataan yang diungkapkan oleh

balik antar semua pribadi dalam

Syukur (2013), bahwa orang yang

keluarga. Interaksi antar pribadi yang

ikhlas akan merasa tentram, penuh

terjadi dalam keluarga ini ternyata

kedamaian,

berpengaruh

dadanya

penuh

9

terhadap

keadaan

tidak

tersendiri bagi para usia lanjut bisa

bahagia (disharmonis) pada salah

memberi sesuatu kepada anak cucu

seorang

dari hasil jerih payahnya sendiri.

bahagia

(harmonis)

atau

atau

beberapa

anggota

keluarga lainnya.

Kesimpulan
Bentuk

Adapun dari hasil wawancara

kebahagiaan

pada

penelitian, informan juga memiliki

lansia yang bekerja sebagi pedagang

aktualisasi diri di usia yang sudah

asongan meliputi perasaan selalu

lanjut, karena tanpa berjualan pun

bahagia dengan kondisi dan keadaan

sebenarnya

sudah

yang dijalani, bisa mendapatkan

mendapat uang bulanan dari anak-

penghasilan sendiri di usia yang

anaknya, tapi informan masih ingin

sudah lanjut, merasa bahagia jika

untuk menghasilkan uang sendiri

masih diberi kesehatan agar bisa

bahkan informan merasa senang jika

berjualan

masih bisa memberi uang ke anak.

berinterkasi

Hal ini sesuai dengan pernyataan dari

karena jika hanya dirumah lansia

Suadirman (2011), bahwa keinginan

merasa jenuh serta kesepian karena

untuk

tidak

informan

mandiri

keinginan

didorong

untuk

oleh

memperoleh

bisa

berprestasi,

dengan

adanya

dan

bisa

orang

lain,

aktivitas

yang

dilakukan.

kepuasan batin, bahwa seorang lansia
masih

keliling

Faktor-faktor

mampu

mempengaruhi

yang

kebahagiaan

pada

mencari uang sendiri. Hal tersebut

lansia yang bekeja sebagai pedagang

menimbulkan perasaan bahwa lansia

asongan meliputi adanya semangat,

tersebut masih berguna dan merasa

sabar dan ikhlas dalam menghadapi

percaya diri. Merujuk pada teori

hambatan dan kendala yang dialami,

Maslow

adanya

kebutuhan

tersebut

sebuah

harapan

dan

merupakan bentuk aktualisasi diri

keyakinan

dari

ingin

keinginan serta bisa terus berjualan

dirinya.

di usia yang sudah lanjut, ingin

lansia

menunjukan

tersebut

dan

keberadaan

untuk

memenuhi

Alasan ini tidak dapat diukur dari

mencapai

segi materi tetatpi lebih kepada

dengan masih bisa menghasilkan

kepuasan batin, ada kepuasaan batin

uang sendiri dan memeberi uang

10

aktualisasi

diri

yaitu

kepada

anak

cucu.

Adanya

menghasilkan uang sendiri tapi

kemampuan diri untuk selalu merasa

tidak

bahagia dalam menjalani hidup, serta

keliling,

tanggapan dan peran keluarga dalam

menyarankan

mensuport lansia tersebut untuk tetap

tempat

berdagang dan melakukan aktivitas

dengan pembeli, sehingga lansia

yang dikehendaki.

tetap

Saran

dagangannya laku banyak dan

1. Informan (lansia yang bekerja

bisa berinteraksi dengan orang

sebagai

pedagang

Diharapkan

asongan),

dapat

harus

berjualan

melainkan
atau

berjualan

merasa

secara
dengan

mencarikan
yang

bahagia

ramai

karena

lain.

lebih

3. Masyarakat,

khususnya

di

mengendalikan keinginan untuk

karisidenan Surakarta, Diharapkan

mememenuhi kepuasan batin atau

masyarakat

kebutuhan hidup, karena dengan

saran terhadap pemerintah daerah

kondisi fisik yang sudah menurun

agar dapat mengkaji fenomena

sebenarnya

dalam

lansia

produktif

untuk

bahkan

pekerjaan

kurang

bisa

dapat

memberikan

penelitian

ini,

bekerja,

berdasarkan

fenomena

tersebut

penelitian

ini

dan
dalam

hendaknya

tergolong berat karena berdagang

pemerintah

secara berkeliling dengan jarak

program bagi lansia yang masih

yang

dapat

ingin melakukan aktivitas dan

keselamatan

menghasilkan uang tanpa harus

lansia itu sendiri karena kondisi

menjadi pedagang asongan yang

fisik

menjual

dagangannya

pekanya lansia terhadap keadaan

keluar

kota

lalu lintas yang ramai.

membahayakan nyawanya, jika di

jauh,

serta

membahayakan

yang

2. Keluarga
keluarga

membuat

(Anak),

kurang

Diharapkan

hendaknya

dapat

hingga
bisa

sudah menurun dan kondisi lalu
lintas yang ramai.

agar lansia tetap bisa memenuhi
dirinya

karena

suatu

lihat dari kondisi fisik lansia yang

memberikan motivasi dan nasehat

aktualisasi

menciptakan

4. Peneliti

dan

berikutnya,

Hasil

penelitian ini dapat dimanfaatkan

11

sebagai tambahan informasi para
peneliti

selanjutnya

Lukman, M.E.(2008). Bahagia tanpa
menunggu
kaya.
Jawa
Timur: Kanzun Book.

sehingga

dapat lebih memperdalam tema
tentang

makna

kebahagiaan.

Nes R. B., Czajkowski & K. Tambs.
(2009). Family matters:
happiness
in
nuclear
families and twins. Behavior
Genetica, 40, 577–590.

Peneliti selanjutnya juga dapat
meneliti

tentang

kebahagiaan

lansia dilihat dari berbagai macam
aktualisasi diri atau keinginan

Pusat Data dan Informasi Kemenkes
RI . (2013). Buletin Jendela
Data
dan
Informasi
Kesehatan.
Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.

masalalu hingga masa yang akan
datang pada lansia tersebut terkait
dengan semakin lemahnya kondisi
fisik dan psikis lansia seiring

Rusydi.

bertambahnya usia.

(2007).
Psikologi
kebahagiaan. Yogyakarta:
Progresif Books.

Saksono, G. (2013). Kaya Miskin
(Bisa) Hidup Bahagia.
Yogyakarta:
Ampera
Utama.

Daftar Pustaka
Affandi, M. (2009). Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Penduduk Lansia untuk
Bekerja.
Journal
of
Indonesian
Applied
Economic, 3, 99-110.

Schwarze, J., Rainer, W. (2010).
Happiness and altruism
within the extended family.
Journal Popul Econ, 24,
1033–1051.

Creswell, J. W. (2013). Research
Design:
Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Seligman, M.E.P. (2005). Authentic
happiness : Menciptakan
Kebahagiaan
dengan
Psikologi Positif. Bandung :
Mizan Pustaka.

Eddington, N& Shuman, R. (2005).
Subjective
well-being
(happiness).
Continuing
Psychology Education. 6
Continuing
Education
Hours.

Suadirman, S.P. (2011). Psikologi
Usia Lanjut. Yogyakarta:
Gadjah Mada University
Press.

Jalaludin,
R.
(2010).
Tafsir
Kebahagiaan: Pesan AlQur’an Menyikapi Kesulitan
Hidup. Jakarta: Serambi.

Syukur, A. (2013). Dahsyatnya
Sabar, Syukur & Ikhlas.
Jakarta: Buku Kita.

12

13