PENGARUH METODE CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX: (Studi Eksperimen Pada SSB IPI GS Bandung).

(1)

PENGARUH METODE CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX

(Studi Eksperimen Pada SSB IPI GS Bandung) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh:

SANDI SUNANDAR 1100326

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2016


(2)

PENGARUH METODE CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHADAP PENINGKATAN VO2Max

Oleh Sandi Sunandar NIM. 1100326

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

© Sandi Sunandar 2016 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, Dengan dicetak ulang, diphotocopy, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

SANDI SUNANDAR

PENGARUH METODE CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX

(Studi Eksperimen Pada SSB IPI GS Bandung) Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd. NIP. 1966812181994021001

Pembimbing II

Muhamad Tafaqur, M.Pd. NIP. 197810052009121003

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Kepelatihan

Dr. Komarudin, M.Pd. NIP. 197204031999031003


(4)

ii

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PENGARUH METODE CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX

Pembimbing 1 : Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd Pembingbing 2 : Muhamad Tafaqur, M.Pd

Sandi sunandar* 1100326

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari metode circuit training melalui pola selingan lari 30’’ terhadap peningkatan VO2Max. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, dengan metode circuit training sebagai variabel bebas, dan peningkatan VO2Max sebagai variabel terikat. Teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SSB IPI GS Bandung, dengan jumlah sampel sebanyak 18 orang, 10 orang sebagai kelompok eksperimen dan 8 orang sebagai kelompok kontrol. Instrumen atau alat pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Balke Tes. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan perhitungan statistika diperoleh bahwa kelompok eksperimen adalah (2,75) dan (2,26) pada taraf kepercayaan atau signifikansi = 0,05 dengan dk (n – 1) = 9. Sedangkan untuk kelompok kontrol diperoleh (1,29) dan (2,36) pada taraf kepercayaan atau signifikansi = 0,05 dengan dk (n – 1) = 7, Maka dari hasil perhitungan statistika yang sudah dijelakan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode circuit training melalui pola selingan lari 30'' memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap peningkatan VO2Max.

*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Angkatan 2011 Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan


(5)

ii

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRACTION

CIRCUIT TRAINING METHOD INFLUENCE TROUGH VARIATION 30''

DESIGN TOO VO2MAX

Guide 1 : Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd Guide 2 : Muhamad Tafaqur, M.Pd

Sandi sunandar* 1100326

In general endurance aerobic training, coach used same method like interval training, fartlek and cross country. But in this research writer want to use different method as variation in physical training, this method usually used in weight training. Writer means is circuit training method. Writer used circuit training method with different as circuit training method generally. Because every training type added 30''run. The

problem in this research is how for circuit training method influence to vo2max as significant enhancement. The destination of this research is to knowing how big influence circuit training method to vo2max enhancement as significantly. The research method used experiment method, with circuit training as free variable and vo2max enhancement as main variable. Technique sampling used is purposive sampling. Sample used in this research is SSB IPI GS Bandung student with totally sampling 18 student, 10 student as experiment group and 8 student as control group. Instrument or data collection in this research is balke test. According to process data result with statistic calculation test, the result is calculate experiment group is (2,75) and (2,26) to trusting standart or significantly α = 0,05 with dk (n-1)= 9. While for control group the result is calculate (1,29) and (2,36) to trusting standart or significantly α = 0,05 with dk (n-1)= 7. So from the statistic calculation before, the result is circuit training method giving influence to vo2max enhancement.

*College Student Sport Coaching Education Generation 2011 Faculty Sport Education and Health


(6)

vi

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS ... 8

A. Tinjauan Teoritis ... 8

1. Sejarah Sepakbola ... 8

2. Hakikat Permainan Sepakbola ... 10

3. Karakteristik Permainan Sepakbola ... 11

4. Hakikat Kondisi Fisik ... 15

a. Kekuatan ... 16

b. Kecepatan ... 17

c. Kelincahan ... 18

d. Kelentukan ... 18

5. Daya tahan ... 18

a. Daya tahan aerobik ... 20


(7)

vii

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

B. Circuit Training ... 24

C. Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Metode Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel ... 33

1. Populasi ... 33

2. Sampel ... 33

C. Desain Penelitian ... 34

D. Metode Penelitian ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 36

F. Prosedur dan Analisis Data ... 37

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA ... 41

A. Hasil Pengolahan dan Analisis data ... 41

B. Diskusi Penemuan ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 54 DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(8)

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Sepakbola adalah sebuah permainan olahraga yang dimainkan secara beregu dan masing-masing regu berisi 11 pemain inti. Pada permainan sepakbola setiap pemain memiliki posisi yang berbeda-beda, mulai dari penjaga gawang, pemain belakang, pemain tengah, dan pemain depan. Setiap posisi tersebut memiliki tugas masing-masing. Namun pada dasarnya semua pemain harus bisa bertahan dan menyerang dengan baik. Karena pada era sepakbola modern sekarang semua pemain harus bisa menyerang dan bertahan sama baiknya. Agar bisa bertahan dan menyerang sama baiknya maka seorang pemain sepakbola harus memiliki kondisi fisik yang bagus, terutama jika ingin menjadi pemain sepakbola profesional.

Maka untuk itu seorang pemain sepakbola dituntut untuk mempunyai kondisi fisik yang bagus. Karena kondisi fisik memegang peran yang sangat penting dalam upaya mencapai prestasi yang maksimal, karena kondisi fisik dianggap sebagai faktor dasar bagi seorang atlet sepakbola. Seperti yang diungkapkan oleh Harsono (1988, hlm. 153) bahwa:

Jika kondisi fisik baik maka, 1). Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung; 2). Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, dan kecepatan; 3). Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu bertanding; 4). Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah pertandingan; 5). Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respon demikian diperlukan. Berdasarkan penjelaskan di atas, banyak keuntungan jika seorang pemain memiliki kondisi fisik yang baik. Salah satu unsur kondisi fisik yang harus diperhatikan adalah daya tahan (endurance). Daya tahan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja lama tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dalam cabang olahraga sepakbola, permainan berlangsung cukup lama 2 x 45 menit dan setiap pemain dituntut untuk


(9)

2

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

menunjukan kualitas teknik yang baik selama bermain, artinya kemampuan daya tahan menjadi faktor penting dalam melawan rasa lelah selama bermain. Oleh karena itu seorang pelatih harus membentuk daya tahan khusus yaitu daya tahan aerobik dan anaerobik. Daya aerobik adalah aktivitas yang berlangsung cukup lama dan ciri dari daya tahan aerobik adalah penggunaan oksigen sebagai sumber energinya, hal ini berkaitan dengan VO2Max. VO2Max adalah kemampuan seseorang untuk mengkonsumsi O2 pada saat lelah, dengan kata lain VO2Max diartikan sebagai volume O2 maksimal yang diproses tubuh pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Menurut Sidik (2008, hlm. 47) mengenai VO2Max menjelaskan bahwa:

VO2Max adalah jumlah O2 yang diproses tubuh pada kerja maksimal. Pada kerja maksimal sumber energi adalah aerobik dan anaerobik. Kapasitas anaerobik sangat terbatas. Kerja pada VO2Max hanya bisa dipertahankan beberapa menit saja. Untuk mempertahankan kerja dalam waktu yang lama, kerja tersebut harus dilakukan di bawah 100% VO2Max.

Jika mengacu dari pembahasan di atas, bahwa VO2max sangat penting dalam kaitannya dengan cabang olahraga yang menuntut sebuah prestasi, khususnya dalam cabang olahraga sepakbola yang setiap pemain dituntut untuk menunjukan kualitas teknik yang baik selama 90 menit. Berikut adalah kriteria VO2max yang harus dimiliki oleh seorang atlet professional dalam berbagai cabang olahraga sehingga bisa menjadi acuan bagi para calon atlet dalam cabornya masing masing :

Gambar 1.1

VO2max Values Elite Athlete

Sumber: (Sidik, 2008, hlm. 47) Pembinaan Kondisi Fisik VO2max Values Elite Athlete

Sport Female Male

Cross Country Skiers 65 83

Middle Distance Runners 59 80

Swimmer 56 77

Speed Skaters 54 76

Cyclists 56 75

Rowers 42 61


(10)

3

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pernyataan di atas, bisa diketahui bahwa jika seseorang ingin menjadi pemain sepakbola yang profesional harus memenuhi kriteria seperti yang di jelaskan di atas. Jadi untuk memiliki VO2max yang baik, maka seorang pemain sepakbola harus melatih daya tahannya secara teratur. Untuk melatih daya tahan tersebut maka dibutuhkan suatu metode latihan, karena metode latihan sangat berpengaruh terhadap perkembangan atlet dalam mencapai suatu prestasi. Banyak metode yang bisa digunakan dalam melatih daya tahan, seperti yang di ungkapkan Harsono (1988, hlm. 155), bahwa “Metode latihan untuk meningkatkan daya tahan diantaranya adalah interval training, fartlek, dan cross country”.

Berikut adalah pengertian singkat tentang metode interval training dan fartlek. Interval training adalah suatu bentuk latihan yang meliputi manipulasi waktu latihan dan pemulihan. Manipulasi itu sendiri yaitu terhadap lamanya kerja, intensitas kerja, lamanya masa pemulihan/istirahat, tipe aktivitas yang dikerjakan dalam masa istirahat dan jumlah pengulangan kerja atau pemulihan dalam satu set. Latihan interval terdiri dari beberapa seri/repetisi dengan waktu yang terkontrol dan diberi istirahat diantara setiap repetisi, jadi dalam pelaksanaannya adalah: Istirahat – latihan – istirahat - latihan dan seterusnya. Fartlek disebut juga speedplay atau bermain main dengan kecepatan, yaitu suatu sistem latihan endurance yang maksudnya adalah untuk membangun, mengembalikan, atau memelihara kondisi tubuh seseorang.

Berdasarkan uraian di atas penulis berpendapat bahwa pada umumnya para pelatih menggunakan metode interval training dan fartlek untuk meningkatkan daya tahan atletnya. Namun pada penelitian ini untuk meningkatkan daya tahan penulis menggunakan metode lain sebagai variasi dalam latihan fisik, metode ini biasanya digunakan pelatih dalam latihan weight training, metode yang penulis maksud yaitu metode circuit training. Metode ini juga merupakan metode latihan aerobik, seperti yang dijelaskan oleh Rohmat (2013, hlm. 29) bahwa “ program latihan aerobik : 1) jogging di stadion, 2) lari dijalan, 3) cross country, 4) pace training/tempo training, 5) interval training, dan 6) circuit training”. Metode circuit training adalah rangkaian latihan yang dilakukan secara berurutan dari satu bentuk latihan kebentuk latihan


(11)

4

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

lainnya. Adapun pendapat lain yang di ungkapkan oleh Harsono (1988, hlm. 226) bahwa: “Circuit training adalah latihan yang dilakukan dengan membentuk pos latihan, setiap pos memiliki satu bentuk latihan dengan fungsi dan tujuan tertentu”.

Tujuan dari circuit training pada dasarnya mengkombinasikan beberapa bentuk latihan untuk meningkatkan beberapa komponen fisik secara bertahap dan berkesinambungan. Seperti yang diungkapkan Harsono (1988, hlm. 227) bahwa:

Circuit training didasarkan pada asumsi bahwa seorang atlet akan dapat berkembang kekuatannya, daya tahannya, kelincahannya, total fitnesnya dengan jalan: 1). Melakukan sebanyak mungkin pekerjaan dalam jangka waktu tertentu, atau 2). Melakukan suatu jumlah pekerjaan atau latihan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Berdasarkan pada pemahaman di atas bahwa circuit training adalah latihan yang dilakukan dengan membentuk pos-pos latihan dengan tujuan untuk meningkatkan beberapa komponen fisik secara bertahap dan berkesinambungan. Sebagaimana yang telah di teliti oleh Agung hilmi wahdi S.Pd (2015, hlm. 47) dalam skripsinya yang berjudul, “Pengaruh Latihan Menggiring Bola Menggunakan Metode Circuit Training Terhadap Peningkatan Keterampilan Dribbling Pemain Sepakbola Coerver Coaching U-15”. Dimana berdasarkan parameter yang menjadi batasannya bahwa latihan menggiring bola menggunakan metode circuit training memberikan peningkatan yang signifikan terhadap hasil keterampilan dribbling dalam permainan sepakbola dan Muhamad Deden Ridwan S.Pd (2015, hlm. 66) dalam skripsinya yang berjudul, “Pengaruh Latihan Circuit Training Terhadap Penurunan Lemak Tubuh Dan Peningkatan Kemampuan Daya Tahan Aerobik (vo2max)” bahwa latihan circuit training memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan lemak tubuh dan latihan circuit training memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan daya tahan aerobik.

Jadi berdasarkan pemahaman di atas penulis menyimpulkan bahwa metode circuit training sendiri itu sangat beragam tergantung seorang pelatih mengaplikasikan didalam program latihannya. Seperti yang penulis akan teliti, dalam penelitiannya kali ini metode circuit training yang digunakan oleh penulis berbeda


(12)

5

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dengan circuit training pada umumnya. Karena dalam setiap bentuk latihannya diselingi dengan lari 30 detik dengan jarak lari yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan atletnya. Dalam circuit training ini setiap siswa/atlet akan melakukan satu bentuk latihan dan diselingi lari dengan jarak yang sudah di sesuaikan dengan kebutuhan siswa/atletnya, masing-masing bentuk latihan di beri waktu 30 detik dengan tujuan membuat frekuensi denyut jantung dan konsumsi oksigen pada porsi yang tinggi. Sesuai dengan sifat kerja dari circuit training ini yang bekerja secara terus menerus membuat frekuensi denyut jatung dan konsumsi oksigen pada porsi yang tinggi pada saat latihan cenderung bisa meningkatkan VO2max. Maka dari itu penulis ingin membuktikan bahwa dengan metode circuit training yang diselingi dengan pola lari 30 detik bisa meningkatkan VO2Max.


(13)

6

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dengan ini penulis dapat merumuskan masalah sebagai bahan penelitian, sebagai berikut:

Apakah metode circuit training melalui pola selingan lari 30'' berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan VO2Max?

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan metode circuit training melalui pola selingan lari 30'' terhadap peningkatan VO2Max.

D. Manfaat Penelitian

Setiap kegiatan penelitian diharapkan bisa bermanfaat bagi pribadi maupun orang lain atau pihak yang membutuhkannya, begitu pula dengan penelitian ini adapun manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Sebagai bahan untuk memperkaya khazanah keilmuan dan pengetahuan dalam bidang olahraga dan pendidikan serta bidang keilmuan lainnya yang terkait. b. Dapat dijadikan sebagai informasi bagi para pelatih untuk memelihara dan

meningkatkan kondisi fisik atletnya. 2. Secara Praktis

a. Dapat dijadikan suatu pedoman dalam melaksanakan suatu kegiatan pelatihan khususnya dalam meningkatkan VO2Max atlet dan memelihara kondisi fisik atlet.


(14)

7

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

b. Dapat dijadikan bahan acuan oleh pihak-pihak yang bersangkutan, khususnya penyelenggaraan pendidikan dan pendidikan olahraga untuk terus memperhatikan tingkat kebugaran anak didiknya.

E.Struktur Organisasi Penelitian

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut rencana penulisan untuk membuat kerangka penulisan yang akan diuraikan berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :

1. BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, struktur organisasi skripsi.

2. BAB II TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab ini berisikan sejarah cabang olahraga sepakbola, hakikat cabang olahraga sepakbola, karakteristik cabang olahraga sepakbola, hakikat kondisi fisik, daya tahan, circuit training, hipotesis.

3. BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini berisikan lokasi penelitian, populasi dan sampel, desain penelitian, metode penelitian, instrument penelitian, prosedur pengolahan data dan analisis data.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini membahas tentang pengolahan data atau analisis hasil penelitian. 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini membahas tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang diberikan.


(15)

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 41

BAB IV

PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

A.Hasil Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan skor-skor mentah yang perlu diolah dan dianalisis secara statistik agar skor-skor tersebut mempunyai arti dan dapat disimpulkan. Pengolahan dan analisis data dilakukan sesuai dengan langkah-langkah statistika yang dikemukakan dalam BAB III.

Data mengenai peningkatan VO2Max diperoleh berdasarkan penelitian yang penulis lakukan. Penulis mengambil data awal sebelum latihan dilakukan, kemudian diambil kembali data akhir setelah melakukan perlakuan/ treatment. Treatment yang penulis berikan yaitu circuit training. Secara umum hasil dari pengolahan dan analisis data tersebut penulis uraikan pada tabel-tabel dibawah ini :

Tabel 4.1

Hasil Penghitungan Nilai rata-rata dan Simpangan Baku Tes Awal VO2Max Kelompok Eksperimen

1 Aditya 43.9

2 Pahlevi 40.2

3 Ahmad zulfikar 35.8

4 Algi 36.6

5 Mulki 38.5

6 Amril 51.7

7 Bagastya 44.4

8 Riza 41.5

9 Manaf 42.8

10 Rudi nugraha 45.6

Jumlah Σ 421

Rata-rata 42.10

Simpangan baku S 4.73

VO2Max


(16)

42

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Tabel 4.2

Hasil Penghitungan Nilai rata-rata dan Simpangan Baku Tes Akhir VO2Max Kelompok Eksperimen

Tabel 4.3

Nilai Beda Penghitungan Rata-rata dan Simpangan Baku dari Hasil Tes Awal dan Tes Akhir VO2Max kelompok Eksperimen

1 Aditya 45.1

2 Pahlevi 44.6

3 Ahmad zulfikar 36.4

4 Algi 42.5

5 Mulki 47.9

6 Amril 52.7

7 Bagastya 45.4

8 Riza 42.5

9 Manaf 44.1

10 Rudi nugraha 46.3

Jumlah Σ 447.5

Rata-rata 44.75

Simpangan baku S 4.16

VO2Max

NO NAMA

Tes Awal Tes Akhir

1 Aditya 43.9 45.1 1.1

2 Pahlevi 40.2 44.6 4.4

3 Ahmad zulfikar 35.8 36.4 0.6

4 Algi 36.6 42.5 6

5 Mulki 38.5 47.9 9.4

6 Amril 51.7 52.7 0.9

7 Bagastya 44.4 45.4 1

8 Riza 41.5 42.5 1

9 Manaf 42.8 44.1 1.3

10 Rudi nugraha 45.6 46.3 0.7

Jumlah 421 447.5 26.4

Rata-rata 42.10 44.75 26.5

Simpangan Baku Beda 2.98

NO NAMA

VO2Max

Nilai Beda


(17)

43

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.1 menunjukan bahwa rata-rata skor tes awal daya tahan aerobik (VO2Max) kelompok eksperimen sebesar 42.10 dengan skor simpangan baku sebesar 4,73 dan tabel 4.2 menunjukan bahwa rata-rata skor tes akhir daya tahan aerobik (VO2Max) sebesar 44,75 dengan skor simpangan baku sebesar 4,16. Tabel 4.3 menunjukan bahwa nilai beda dari hasil tes awal dan tes akhir rata-rata beda sebesar 26.5 dengan skor simpangan baku beda sebesar 2.98.

Dari hasil tes awal dan tes akhir kita dapat mengetahui sampai sejauh mana perkembangan sampel mengenai kemampuan daya tahan aerobiknya antara sebelum diberikan perlakuan (treatment) dan sesudah diberikan perlakuan (treatment) dan dengan menentukan simpangan baku kita dapat melihat rentang penyebaran skor dan besarnya penyimpangan skor tersebut dari nilai rata-rata yang distandarisasi. Rata-rata skor daya tahan aerobik (VO2Max) sebesar 42,10, sedangkan tes akhir menunjukan rata-rata skor daya tahan aerobik (VO2Max) sebesar 44,75. Hal ini menunjukan bahwa ada peningkatan kemampuan daya tahan aerobik (VO2Max) pada sampel setelah diberikan treatment.

Tabel 4.4

Hasil Penghitungan Nilai Rata-rata dan simpangan Baku Tes Awal VO2Max Kelompok Kontrol

1 Dendy 38.2

2 Raihan 39.9

3 Abang 34.8

4 M. riza gustiar 38.1

5 Andhika 39.5

6 Eric 43.6

7 Hairul 44.4

8 Ale 39.4

Jumlah 318

Rata-rata 39.74

Simpangan Baku 3.06

VO2Max


(18)

44

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Tabel 4.5

Hasil Penghitungan Nilai Rata-rata dan simpangan Baku Tes Akhir VO2Max Kelompok Kontrol

Tabel 4.6

Nilai Beda Penghitungan Rata-rata dan Simpangan Baku dari Hasil Tes Awal dan Tes Akhir VO2Max kelompok Kontrol

1 Dendy 38.3

2 Raihan 39.9

3 Abang 34.8

4 M. riza gustiar 38.1

5 Andhika 39.8

6 Eric 43.6

7 Hairul 44.4

8 Ale 39.4

Jumlah 318.2

Rata-rata 39.78

Simpangan Baku 3.05

VO2Max

NO NAMA

Tes Awal Tes Akhir

1 Dendy 38.2 38.3 0.1

2 Raihan 39.9 39.9 0

3 Abang 34.8 34.8 0

4 M. riza gustiar 38.1 38.1 0

5 Andhika 39.5 39.8 0.2

6 Eric 43.6 43.6 0

7 Hairul 44.4 44.4 0

8 Ale 39.4 39.4 0

Jumlah 318 318.2 0.3

Rata-rata Beda 39.74 39.78 0.04

Simpangan Baku Beda 3.06 3.05 0.09 Nilai Beda

NO NAMA


(19)

45

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.4 menunjukan bahwa rata-rata skor tes awal daya tahan aerobik (VO2Max) kelompok kontrol sebesar 39,74 dengan skor simpangan baku sebesar 3,06 dan tabel 4.5 menunjukan bahwa rata-rata skor tes akhir daya tahan aerobik (VO2Max) sebesar 39.78 dengan skor simpangan baku sebesar 3,05. Tabel 4.3 menunjukan bahwa nilai beda dari hasil tes awal dan tes akhir rata-rata beda sebesar 0,04 dengan skor simpangan baku beda sebesar 0,09. Jadi dari hasil tes awal dan tes akhir kelompok kontrol nila rata-rata skor daya tahan aerobik (VO2Max) sebesar 39,74, sedangkan tes akhir menunjukan rata-rata skor daya tahan aerobik (VO2Max) sebesar 39,78. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada peningkatan VO2Max pada kelompok kontrol karena pda kelompok kontrol tidak diberikan suatu perlakuan/treatment.

Dari data tabel yang dipaparkan diatas kita dapat mengetahui perbedaan kemampuan daya tahan aerobik (VO2Max) antara kelompok eksperimen yang diberikan suatu perlakuan/treatment dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan suatu perlakuan/treatment. Setelah nilai rata-rata dan simpangan baku dikethui, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian normalitas dengan menggunakan pendekatan Uji Liliefors. Uji ini bermaksud untuk mengetahui penyebaran dari distribusi data, apakah menyebar secara normal atau tidak. Berikut hasil perhitungan uji normalitas data dari tes awal dan tes akhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.7

Hasil Penghitungan Uji Normalitas Tes Awal dengan Pendekatan Uji Liliefors

Kriteria pengujian uji normalitas liliefors adalah :

1. Hipotesis ditolak apabila > Kesimpulannya adalah sampel berdistribusi tidak normal.

Kelompok Kesimpulan

Eksperimen 0,130 0,258 Normal

Kontrol 0,230 0,258 Normal


(20)

46

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Hipotesis diterima apabila < Kesimpulannya adalah sampel berdistribusi normal.

Dari tabel di atas terdapat yang berarti harga mutlak yang paling besar diantara harga mutlak dari seluruh sampel yang ada. Sedangkan yaitu sebagai pembatas untuk menafsirkan normal atau tidaknya seluruh data. Keterangan dari tabel di atas pada tes awal kelompok eksperimen yaitu sebesar 0,130 dengan 0,258. Data tersebut menerangkan bahwa lebih kecil dari sehingga dapat disimpulkan NORMAL. Dan pada tes awal kelompok kontrol yaitu sebesar 0,230 dengan 0,258. Data tersebut menerangkan bahwa lebih kecil dari sehingga dapat disimpulkan NORMAL.

Tabel 4.8

Hasil Penghitungan Uji Normalitas Tes Akhir dengan Pendekatan Uji Liliefors

Kriteria pengujian uji normalitas liliefors adalah :

1. Hipotesis ditolak apabila > Kesimpulannya adalah sampel berdistribusi tidak normal.

2. Hipotesis diterima apabila < Kesimpulannya adalah sampel berdistribusi normal.

Keterangan dari tabel di atas pada tes akhir kelompok eksperimen yaitu sebesar 0,152 dengan 0,258. Data tersebut menerangkan bahwa lebih kecil dari sehingga dapat disimpulkan NORMAL dan pada tes akhir kelompok kontrol yaitu sebesar 0,250 dengan 0,258. Data tersebut menerangkan bahwa lebih kecil dari sehingga dapat disimpulkan NORMAL.

Setelah diketahui data distribusi normal, langkah selanjutnya melakukan uji homogenitas. Maksud dan tujuan dari Uji Homogenitas ini adalah untuk mengetahui homogen tidaknya data dari dua variansi atau beberapa variansi sampel. Adapun

Kelompok Kesimpulan

Eksperimen 0,152 0,258 Normal

Kontrol 0,250 0,258 Normal


(21)

47

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

teknik pendekatan statistika yang penulis gunakan untuk Uji Homogenitas ini adalah uji kesamaan dua variansi. Hasil dari pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.9

Hasil Pengujian Homogenintas (Uji Kesamaan Dua Varians)

Maksud dari uji homogenitas adalah untuk mengetahiu homogen tidaknya data dari dua varians di atas. Varians di sini merupakan ukuran penyebaran suatu sampel. Jadi maksudnya adalah untuk mengetahui homogen tidaknya penyebaran skor tersebut.

Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesisnya adalah tolak hipotesis (Hο) jika F > Fα dan terima hipotesis (Hο) jika F < Fα. Batas kritis penolakan dan penerimaan hipotesisnya adalah dk pembilang nya n1 - 1= 9, dk penyebutnya n2 – 1=7 dengan α = 0,05 dari daftar distribusi F didapat nilai Fα = 3,29. Berdasarkan hasil pengujian homogenitas dengan menggunakan uji kesamaan dua varians pada tabel di atas diketahui bahwa hasil F tes awal daya tahan arobik (VO2max) sebesar 2,39 dan Fα = 3,29. Oleh karena F (2,39) < Fα (3.29) maka kesimpulannya hipotesis diterima. Begitu juga dengan tes akhir daya tahan arobik (VO2max) F sebesar 1,86 dan Fα = 3,29. Oleh karena F (1,86) <Fα (3.29) maka kesimpulannya hipotesis diterima.

Langkah selanjutnya setelah uji homogenitas adalah melakukan pengujian analisis data tes. Pengujian dan analisis ini yntuk mengetahui apakah terdapat peningkatan hasil latihan yang signifikan. Penghitungan dan uji signifikansi peningkatan hasil latihan dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (skor berpasangan) yaitu uji T. Hasil analisis statistika dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.0

Hasil Penghitungan Uji Signifikansi Menggunakan Uji Kesamaan Dua Rata-rata (Skor Berpasangan)

Kelompok F Fα Kesimpulan

Tes Awal 2,39 3,29 Homogen


(22)

48

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesisnya adalah terima hipotesis jika –t (1 – 1/2ɑ) <t <t (1 -1/2ɑ), dk (n-1). Dalam hal lain hipotesis Hο ditolak. Untuk daya tahan aerobik (VO2Max) kelompok eksperimen diperoleh (2,75) dan (2,26) pada taraf kepercayaan atau signifikan α = 0,05 dengan dk (n-1) =9. Kriteria pengujian adalah terima hipotesis jika (1 – ¹/2ɑ) <t <t (1 -¹/2ɑ). Dalam hal lain hipotesis Hο ditolak. Dalam hal ini berada pada daerah penolakan Hο, artinya Hο ditolak. Sedangkan untuk daya tahan aerobik (VO2Max) kelompok kontrol diperoleh (1,29) dan (2,26) pada taraf kepercayaan atau signifikan α = 0,05 dengan dk (n-1) =7. Kriteria pengujian adalah terima hipotesis jika (1 – ¹/2ɑ) <t <t (1 -¹/2ɑ). Dalam hal lain hipotesis Hο ditolak. Namun dalam hal ini berada pada daerah penerimaan Hο, karena lebih kecil dari pada . Jadi dapat dibuktikan hipotesis dalam penelitian ini yaitu : Metode circuit training memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan daya tahan aerobik (VO2Max).

B. Diskusi Penemuan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang diperoleh dari latihan menggunakan metode circuit training menunjukan penemuan-penemuan sebagai berikut:

Hasil pengolahan data menunjukan bahwa metode circuit traing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan daya tahan aerobik (VO2Max). Circuit training menurut Rohmat (2013, hlm. 21) adalah “metode latihan dimana beberapa kelompok otot yang berbeda digerakan dengan urutan tertentu”, metode ini juga merupakan metode latihan aerobik, seperti yang dijelaskan kembali oleh

Kelompok

Kesimpulan

Eksperimen

2,75

2,26

Signifikan

Kontrol

1,29

2,36

Tidak Signifikan


(23)

49

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Rohmat (2013, hlm. 29) bahwa “ program latihan aerobik : 1) jogging di stadion, 2) lari dijalan, 3) cross country, 4) pace training/tempo training, 5) interval training, dan 6) circuit training”. Adanya peningkatan kemampuan daya tahan aerobik (VO2Max) dengan metode circuit training pada sampel dikarenakan metode circuit training ini bekerja terus menerus, melakukan satu bentuk latihan ke bentuk latihan lainnya dengan di selingi lari pada setiap posnya. Sehingga dengan menjalankan metode circuit training, dapat meningkatkan kapasitas aerobik maksimal atau biasa disebut dengan VO2Max. Hal ini deperkuat oleh Rohmat (2013, hlm. 11) yang mengungkapkan bahwa :

Latihan circuit training mempunyai sifat kerja yang hampir terus menerus, membuat frekuensi denyut jantung dan konsumsi oksigen berlangsung dalam porsi tinggi, membuat frekuensi denyut jantung dan konsumsi oksigen yang tinggi selama melakukan latihan cenderung meningkat VO2Max.

Tingkat kebugaran dapat diukur dari volume anda dalam mengkonsumsi oksigen pada saat latihan. Kapasitas aerobik menunjukan kapasitas maksimal oksigen yang dipergunakan oleh tubuh (VO2Max).

Dari hasil diskusi penemuan yang dijelaskan di atas, penulis dapat memberikan gambaran bagi pembina atau pelatih maupun atlet bahwa latihan fisik dengan menggunakan metode circuit training ini mampu meningkatkan kemampuan daya tahan aerobik (VO2Max) karena sifat dari latihan ini bekerja secara terus menerus melakukan satu bentuk latihan ke bentuk latihan lainnya dalam satu rangkaian gerak. Tetapi setiap bentuk latihan haruslah dipilih sesuai dengan otot-otot apa dan unsur fisik apa yang ingin ditingkatkan/dikembangkan sesuai dengan karakteristik cabang olahraga dan pemberian beban latihan yang harus dilakukan sesuai dengan norma-norma dan prinsip latihan, agar porsi latihan yang diberikan tidak melebihi kemampuan atlet atau anak didik sehingga menghindari terjadinya cidera dan overtraining.

Adapun kendala yang dihadapi pada saat penelitian yaitu: kesulitan pada awal latihan dikarekan kurang paham sampel mengenai gerakan-gerakan yang dilakukan dan jarak tempuh pada saat berlari, sehingga proses latihan tidak sempurna seperti


(24)

50

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

yang diinginkan oleh peneliti. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu dan Ridho dari Allah SWT, kendala tersebut dapat diatasi dengan cara memberikan evaluasi setelah latihan dan memberikan pengertian fungsi dan tujuan latihan yang diberikan.


(25)

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 51

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data dari metode circuit training yang berdampak terhadap peningkatan daya tahan aerobik (VO2Max) pada atlet sepakbola SSB IPI GS seperti yang sudah dijelaskan pada bab III dan IV, maka penulis akan menarik kesimpulan dari hasil penelitian bahwa:

Terdapat pengaruh yang signifikan metode circuit training melalui pola selingan lari 30'' terhadap peningkatan VO2Max.

B.Saran - Saran

Berdasarkan penelitian yang telah ditempuh oleh penulis serta kesimpulan yang diambil dari hasil pengolahan data penelitian, adapun saran yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Bagi para pelatih dalam proses latihan bisa memberikan bentuk latihan untuk meningkatkan kemampuan daya tahan aerobik (VO2Max) guna meraih prestasi yang baik dengan menggunakan metode circuit training.

2. Bagi rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian tentang aspek-aspek kondisi fisik khususnya tentang daya tahan aerobik, penulis menganjurkan untuk melakukan penelitian yang berkenaan dengan hal-hal lainnya yang mempengaruhi kondisi fisik atlet.

3. Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, diharapkan agar dapat menyempurnakan penelitian dengan wawasan dan cakupan yang lebih lias, karena penulis masih merasa banyak kekurangan dalam penelitian ini dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga serta materi.


(26)

52

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Aliza, (2014). Peningkatan Daya Tahan aerobik Melalui Circuit Training dan Dukungannya Terhadap Daya Tahan Kecepatan. Skripsi. PKO. FPOK. Universitas Pendidikan Indonesia.

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka cipta.

Bompa Tudor O. (1999). Periosization Training For Sport. United States Of Amerika. Human Kinetics.

Giriwijoyo, Santosa. (2010). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Harsono. (1988). Coaching Dan Aspek-aspek Paikologi. Jakarta. CV. Tambak_Kusuma.

Harsono. (2001). Latihan Kondisi Fisik. Jakarta. Cv. Tambak kusuma.

Hasan, M. F (2013). Pengaruh Metode Circuit Training Terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal dan Daya Tahan Kardiovaskuler. Skripsi. PKO. FPOK. Universitas Pendidikan Indonesia.

Hermanu, dkk. (2008). Modul Kepelatihan Olahraga. Bandung : FPOK UPI

Hermanto. (2010). Profil Kondisi Fisik Atlet Sepakbola Persipasi Bekasi. Skripsi. PKO. FPOK. Universitas Pendidikan Indonesia.

Kosasih E. (1985). Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta. CV. Akademik Pressindo.

Nurhasan, Hasanudin, Dudung. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. FPOK UPI. Bandung.

Persunay, Paulus. (2011). Periodisasi Sub Fase Persiapan Umum (Latihan Sirkuit Training). Power point.

Ridwan. M. D (2015). Pengaruh Latihan Circuit Training Terhadap Penurunan Lemak Tubuh dan Peningkatan Kemampuan Daya Tahan Aerobik (VO2Max). Skripsi. PKO. FPOK. Universitas Pendidikan Indonesia.


(27)

53

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Rohmat, Dede. (2013). Circuit Training. Materi mata kuliah kondisi fisik. Power Ponit

Sidik. (2008). Pembinaan Kondisi fisik dasar dan Lanjutan. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Sajoto. (1995). Peningkatan Dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang. Dahara Prize

Sucipto, dkk (2000). Sepakbola. Bandung. Depdikbud

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sumber Internet :

Wikipedia. Bahasa Indonesia.(2008). Seputarpengertian sepakbola. [online].

http://id.wikipedia.org/wiki/seputarpengertian sepakbola [diakses pada 21 maret 2015].

Wikipedia. Bahasa Indonesia. (2013). Daya tahan dan vo2max. [online]. http://id.wikipedia.org/wiki/daya tahan vo2max [diakses pada 21 maret 2015].

Wikipedia. Bahasa Indonesia. (2013). Contoh bentuk latihan circuit training. [online]. https://www.google.com/search. [diakses pada 22 maret 2015].

Wikipedia. Bahasa Indonesia. (1995). Hubungan antara kecepatan dan kelincahan dengan kemampuan menggiring bola dalam permainan sepakbola. [online]. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132315279/.pdf. [diakses pada 22 maret 2015].


(1)

48

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesisnya adalah terima hipotesis jika –t (1 – 1/2ɑ) <t <t (1 -1/2ɑ), dk (n-1). Dalam hal lain hipotesis Hο ditolak. Untuk daya tahan aerobik (VO2Max) kelompok eksperimen diperoleh (2,75) dan (2,26) pada taraf kepercayaan atau signifikan α = 0,05 dengan dk (n-1) =9. Kriteria pengujian adalah terima hipotesis jika (1 – ¹/2ɑ) <t <t (1 -¹/2ɑ). Dalam hal lain hipotesis Hο ditolak. Dalam hal ini berada pada daerah penolakan Hο, artinya Hο ditolak. Sedangkan untuk daya tahan aerobik (VO2Max) kelompok kontrol diperoleh (1,29) dan (2,26) pada taraf kepercayaan atau signifikan α = 0,05 dengan dk (n-1) =7. Kriteria pengujian adalah terima hipotesis jika (1 – ¹/2ɑ) <t

<t (1 -¹/2ɑ). Dalam hal lain hipotesis Hο ditolak. Namun dalam hal ini berada pada daerah penerimaan Hο, karena lebih kecil dari pada . Jadi dapat dibuktikan hipotesis dalam penelitian ini yaitu : Metode circuit training memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan daya tahan aerobik (VO2Max).

B. Diskusi Penemuan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang diperoleh dari latihan menggunakan metode circuit training menunjukan penemuan-penemuan sebagai berikut:

Hasil pengolahan data menunjukan bahwa metode circuit traing memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan daya tahan aerobik (VO2Max).

Circuit training menurut Rohmat (2013, hlm. 21) adalah “metode latihan dimana

beberapa kelompok otot yang berbeda digerakan dengan urutan tertentu”, metode ini juga merupakan metode latihan aerobik, seperti yang dijelaskan kembali oleh

Kelompok

Kesimpulan

Eksperimen

2,75

2,26

Signifikan

Kontrol

1,29

2,36

Tidak Signifikan


(2)

49

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Rohmat (2013, hlm. 29) bahwa “ program latihan aerobik : 1) jogging di stadion, 2) lari dijalan, 3) cross country, 4) pace training/tempo training, 5) interval training, dan 6) circuit training”. Adanya peningkatan kemampuan daya tahan aerobik (VO2Max) dengan metode circuit training pada sampel dikarenakan metode circuit training ini bekerja terus menerus, melakukan satu bentuk latihan ke bentuk latihan lainnya dengan di selingi lari pada setiap posnya. Sehingga dengan menjalankan metode circuit training, dapat meningkatkan kapasitas aerobik maksimal atau biasa disebut dengan VO2Max. Hal ini deperkuat oleh Rohmat (2013, hlm. 11) yang mengungkapkan bahwa :

Latihan circuit training mempunyai sifat kerja yang hampir terus menerus, membuat frekuensi denyut jantung dan konsumsi oksigen berlangsung dalam porsi tinggi, membuat frekuensi denyut jantung dan konsumsi oksigen yang tinggi selama melakukan latihan cenderung meningkat VO2Max.

Tingkat kebugaran dapat diukur dari volume anda dalam mengkonsumsi oksigen pada saat latihan. Kapasitas aerobik menunjukan kapasitas maksimal oksigen yang dipergunakan oleh tubuh (VO2Max).

Dari hasil diskusi penemuan yang dijelaskan di atas, penulis dapat memberikan gambaran bagi pembina atau pelatih maupun atlet bahwa latihan fisik dengan menggunakan metode circuit training ini mampu meningkatkan kemampuan daya tahan aerobik (VO2Max) karena sifat dari latihan ini bekerja secara terus menerus melakukan satu bentuk latihan ke bentuk latihan lainnya dalam satu rangkaian gerak. Tetapi setiap bentuk latihan haruslah dipilih sesuai dengan otot-otot apa dan unsur fisik apa yang ingin ditingkatkan/dikembangkan sesuai dengan karakteristik cabang olahraga dan pemberian beban latihan yang harus dilakukan sesuai dengan norma-norma dan prinsip latihan, agar porsi latihan yang diberikan tidak melebihi kemampuan atlet atau anak didik sehingga menghindari terjadinya cidera dan overtraining.

Adapun kendala yang dihadapi pada saat penelitian yaitu: kesulitan pada awal latihan dikarekan kurang paham sampel mengenai gerakan-gerakan yang dilakukan dan jarak tempuh pada saat berlari, sehingga proses latihan tidak sempurna seperti


(3)

50

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

yang diinginkan oleh peneliti. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu dan Ridho dari Allah SWT, kendala tersebut dapat diatasi dengan cara memberikan evaluasi setelah latihan dan memberikan pengertian fungsi dan tujuan latihan yang diberikan.


(4)

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 51

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data dari metode circuit training yang berdampak terhadap peningkatan daya tahan aerobik (VO2Max) pada atlet sepakbola SSB IPI GS seperti yang sudah dijelaskan pada bab III dan IV, maka penulis akan menarik kesimpulan dari hasil penelitian bahwa:

Terdapat pengaruh yang signifikan metode circuit training melalui pola selingan lari 30'' terhadap peningkatan VO2Max.

B.Saran - Saran

Berdasarkan penelitian yang telah ditempuh oleh penulis serta kesimpulan yang diambil dari hasil pengolahan data penelitian, adapun saran yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Bagi para pelatih dalam proses latihan bisa memberikan bentuk latihan untuk meningkatkan kemampuan daya tahan aerobik (VO2Max) guna meraih prestasi yang baik dengan menggunakan metode circuit training.

2. Bagi rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian tentang aspek-aspek kondisi fisik khususnya tentang daya tahan aerobik, penulis menganjurkan untuk melakukan penelitian yang berkenaan dengan hal-hal lainnya yang mempengaruhi kondisi fisik atlet.

3. Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, diharapkan agar dapat menyempurnakan penelitian dengan wawasan dan cakupan yang lebih lias, karena penulis masih merasa banyak kekurangan dalam penelitian ini dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga serta materi.


(5)

52 Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Aliza, (2014). Peningkatan Daya Tahan aerobik Melalui Circuit Training dan Dukungannya Terhadap Daya Tahan Kecepatan. Skripsi. PKO. FPOK. Universitas Pendidikan Indonesia.

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka cipta.

Bompa Tudor O. (1999). Periosization Training For Sport. United States Of Amerika. Human Kinetics.

Giriwijoyo, Santosa. (2010). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Harsono. (1988). Coaching Dan Aspek-aspek Paikologi. Jakarta. CV. Tambak_Kusuma.

Harsono. (2001). Latihan Kondisi Fisik. Jakarta. Cv. Tambak kusuma.

Hasan, M. F (2013). Pengaruh Metode Circuit Training Terhadap Peningkatan Kekuatan Maksimal dan Daya Tahan Kardiovaskuler. Skripsi. PKO. FPOK. Universitas Pendidikan Indonesia.

Hermanu, dkk. (2008). Modul Kepelatihan Olahraga. Bandung : FPOK UPI

Hermanto. (2010). Profil Kondisi Fisik Atlet Sepakbola Persipasi Bekasi. Skripsi. PKO. FPOK. Universitas Pendidikan Indonesia.

Kosasih E. (1985). Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta. CV. Akademik Pressindo.

Nurhasan, Hasanudin, Dudung. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. FPOK UPI. Bandung.

Persunay, Paulus. (2011). Periodisasi Sub Fase Persiapan Umum (Latihan Sirkuit Training). Power point.

Ridwan. M. D (2015). Pengaruh Latihan Circuit Training Terhadap Penurunan Lemak Tubuh dan Peningkatan Kemampuan Daya Tahan Aerobik (VO2Max). Skripsi. PKO. FPOK. Universitas Pendidikan Indonesia.


(6)

53

Sandi sunandar, 2016

PENGARUH METOD E CIRCUIT TRAINING MELALUI POLA SELINGAN LARI 30'' TERHAD AP PENINGKATAN VO2MAX

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Rohmat, Dede. (2013). Circuit Training. Materi mata kuliah kondisi fisik. Power Ponit

Sidik. (2008). Pembinaan Kondisi fisik dasar dan Lanjutan. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Sajoto. (1995). Peningkatan Dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Semarang. Dahara Prize

Sucipto, dkk (2000). Sepakbola. Bandung. Depdikbud

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sumber Internet :

Wikipedia. Bahasa Indonesia.(2008). Seputarpengertian sepakbola. [online].

http://id.wikipedia.org/wiki/seputarpengertian sepakbola [diakses pada 21 maret 2015].

Wikipedia. Bahasa Indonesia. (2013). Daya tahan dan vo2max. [online]. http://id.wikipedia.org/wiki/daya tahan vo2max [diakses pada 21 maret 2015].

Wikipedia. Bahasa Indonesia. (2013). Contoh bentuk latihan circuit training. [online]. https://www.google.com/search. [diakses pada 22 maret 2015].

Wikipedia. Bahasa Indonesia. (1995). Hubungan antara kecepatan dan kelincahan dengan kemampuan menggiring bola dalam permainan sepakbola. [online]. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132315279/.pdf. [diakses pada 22 maret 2015].