MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG.

(1)

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN

AL-BASYARIYAH BANDUNG SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh Dini Rinjani

1105816

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


(2)

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 2015

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENJAGA DAN MENINGKATKAN DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN

AL-BASYARIYAH BANDUNG

Oleh Dini Rinjani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada fakultas pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

©DINI RINJANI

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotocopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG


(4)

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENJAGA DAN MENINGKATKAN DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN

AL-BASYARIYAH BANDUNG Oleh

Dini Rinjani (1105816)

Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian utama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan nabi Muḥammad SAW yang utama ialah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Untuk mendalami pembinaan akhlak khususnya akhlak terhadap kebersihan perlu adanya analisa yang mendalam mengenai Model Pembinaan Akhlak Mulia dalam Menjaga dan Meningkatkan Disiplin Kebersihan, salah satunya yang diterapkan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem Pembinaan disiplin kebersihan Pesantren Al-Basyariyah, perencanaan disiplin kebersihan, pelaksanaan disiplin kebersihan Pondok, Komponen-komponen disiplin kebersihan serta Hambatan dan Hasil Evaluasi Pembinaan Disiplin Kebersihan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Alasan menggunakan metode ini ialah untuk mendeskripsikan pembinaan akhlak dalam menjaga dan meningkatkan disiplin kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan tiga teknik yaitu observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Pondok melaksanakan pembinaan kebersihan dengan perencanaan yang tertuang di dalam peraturan kebersihan yang dibuat oleh pengasuh dan pengurus pondok, pelaksanaan disiplin kebersihan dilaksanakan setiap hari dari pagi, siang dan malam hari. Komponen yang ada dalam menjalankan kebersihan ialah, adanya santri, peraturan, pelaksanaan dan sarana prasarana. Hambatan yang dirasakan dalam menjalankan disiplin kebersihan meliputi kesadaran seluruh santru terhadap pentingnya kebersihan. Sistem evaluasi yang dilaksanakan dari pembinaan disiplin kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah dilaksanakan sebanyak dua kali. Pertama, evaluasi dilaksanakan setiap minggunya. Kedua, evaluasi dilaksanakan satu tahun sekali dalam Laporan Pertanggung Jawaban OSPA.


(5)

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

A MODEL OF NOBLE MORAL DEVELOPMENT IN MAINTAINING AND IMPROVING DISCIPLINE IN CLEANLINESS IN PONDOK PESANTREN1

AL-BASYARIYAH BANDUNG By

Dini Rinjani (1105816)

Moral development is the main concern of Islam. This fact can be observed from one of the ultimate prophetic missions of Prophet Muhammad (pbuh), namely to perfect noble morals. In order to deeply understand moral development, especially the moral of cleanliness, an in-depth analysis of a Model of Noble Moral Development in Maintaining and Improving Discipline in Cleanliness should be made, one of which is applied in Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung. Thus, this research aims to describe the system of development of discipline in cleanliness in Pesantren Al-Basyariyah, the planning of discipline in cleanliness, the implementation of dormitory cleanliness, components of discipline in cleanliness, and obstacles as well as evaluation results of development of discipline in cleanliness. It adopted qualitative approach with descriptive method. The method was adopted because the research intends to describe moral development in maintaining and improving discipline of cleanliness in Pondok Pesantren Al-Basyariyah. In collecting the data, the researcher employed three techniques, namely observation, interview, and documentary analysis. The dormitory implements development of discipline in cleanliness by means of planning as contained in the cleanliness regulations made by dormitory’s supervisors and caretakers, while the discipline in cleanliness is implemented daily from morning, noon, to evening. The components in practicing cleanliness are santri (students), rules, implementation, and infrastructure. The obstacle encountered during the implementation of discipline in cleanliness is the awareness of the whole santris of the importance of cleanliness. The evaluation system applied for the development of discipline in cleanliness in Pondok Pesantren Al-Basyariyah is executed twice. First, evaluation is done weekly. Second, evaluation is done annually in the Accountability Report of the Student Board of Pesantren (Islamic Boarding School).

Keywords: Moral Development, Cleanliness Discipline, and Pondok Pesantren

1


(6)

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 1 DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR BAGAN ... Error! Bookmark not defined. PEDOMAN TRANSLITERASI ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar belakang masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Struktur Organisasi ... Error! Bookmark not defined. BAB II LANDASAN TEORETIS MODEL PEMBINAN AKHLAK MULIA DALAM MENJAGA DAN MENINGKATKAN DISIPLIN KEBERSIHANError! Bookmark not defined.

A. Model ... Error! Bookmark not defined. B. Pembinaan ... Error! Bookmark not defined. C. Akhlak ... Error! Bookmark not defined. D. Disiplin Kebersihan ... Error! Bookmark not defined. E. Disiplin Kebersihan Menurut Islam ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. A. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.


(7)

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

B. Definisi Operasional... Error! Bookmark not defined. C. Partisipan dan Tempat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Observasi ... Error! Bookmark not defined. 2. Wawancara ... Error! Bookmark not defined. 3. Studi Dokumentasi ... Error! Bookmark not defined. E. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Reduksi Data ... Error! Bookmark not defined. 2. Display Data ... Error! Bookmark not defined. 3. Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Profil Pondok Pesantren Al-Basyariyah... Error! Bookmark not defined. 1. Sejarah Pondok Pesantren Al-BasyariyahError! Bookmark not defined. 2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Al-Basyariyah ... Error! Bookmark not defined.

B. Pemaparan Data Hasil Penelitian ... 51 1.Perencanaan disiplin Kebersihan Pondok Pesantren Al-Basyariyah ... Error! Bookmark not defined.

2.Pelaksanaan Disiplin Kebersihan Pondok Pesantren Al-Basyariyah .. Error! Bookmark not defined.

3.Hambatan Pelaksanaan Disiplin Kebersihan Pondok Pesantren

Al-Basyariyah………Erro r! Bookmark not defined.

4.Komponen-Komponen Disiplin Kebersihan Pondok pesantren

Al-Basyariyah………Erro

r! Bookmark not defined.

5.Hasil Pembinaan Disiplin Kebersihan Pondok Pesantren Al-Basyariyah.Error! Bookmark not defined.


(8)

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1.Analisis Perencanaan Disiplin Kebersihan di Pesantren Al-Basyariyah….Error! Bookmark not defined.

2.Analisis Pelaksanaan Disiplin Kebersihan .. Error! Bookmark not defined. 3.Analisis Komponen-Komponen Disiplin KebersihanError! Bookmark not defined.

4.Analisis Hambatan dan Halangan dalam Menjalankan Disiplin

Kebersihan………...Erro r! Bookmark not defined.

5.Analisis Hasil Evaluasi Pembinaan Disiplin KebersihanError! Bookmark not defined.

BAB V ... Error! Bookmark not defined. A. KESIMPULAN ... Error! Bookmark not defined. B. REKOMENDASI ... Error! Bookmark not defined.


(9)

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

Pembinaan merupakan kegiatan untuk memelihara, agar sumber daya manusia dalam organisasi taat asas dan konsisten melakukan rangkaian kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Fungsi pembinaan mencakup tiga subfungsi, yaitu subfungsi pengawasan (controlling), supervisi (supervising), dan pemantauan (monitoring). Subfungsi pengawasan pada umumnya dilakukan terhadap lembaga penyelenggara program. Subfungsi penyeliaan dilakukan terhadap pelaksana kegiatan dan subfungsi pemantauan dilakukan terhadap proses pelaksanaan program. Dengan demikian, fungsi pembinaan bertujuan untuk memelihara dan menjamin bahwa pelaksanaan program dilakukan secara konsisten sebagaimana yang telah direncanakan (Sudjana , 2008, hal. 9).

Pembinaan merupakan proses membina sebagai usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik, Pembinaan merupakan suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada. Melaksanakan suatu rangkaian kegiatan yang dilaksankan secara rutin serta mengevaluasi kegiatan tersebut menjadi kegitan yang semakin baik (Azhari, 2012, hal. 21).

Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian utama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan nabi Muḥammad SAW yang utama ialah untuk menyemurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah satu Hadiṡ nya beliau menegasakan

ا َنا تْثعب مِ تِ مراكم َْخ ِْا ( اور د حا )

artinya: “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.” (HR. Ahmad) Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan


(10)

2

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan dari pada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin (Nata, 2003, hal. 158).

Dewasa ini pesantren telah banyak diminati oleh masyarakat luas, meskipun sempat hanya dipandang sebelah mata disepuluh tahun kebelakang, namun belakangan ini pesantren telah banyak dilirik oleh masyarakat luas. Secara umum, pesantren diartikan sebagai tempat tinggal para santri. Oleh karena itu perkataan pesantren disinyalir berasal dari kata santri juga, dengan penambahan awalan “pe” dan akhiran “an”. Secara terminologis, pesantren didefinisikan sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, mengahayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-hari (Damopoli, 2011, hal. 58).

Tafsir (2010, hal. 192) mengatakan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang tertua di Indonesia, setelah rumah tangga. Sekalipun demikian, perhatian para peneliti terhadap pesantren belum begitu lama dimulai. Hasil-hasil penelitian itu sudah diedarkan berupa makalah, buku dan majalah. Banyak juga jumlahnya namun masih banyak “rahasia” pesantren yang belum diungkapkan oleh para peneliti. Sebagian dari yang belum diungkapkan itu adalah bagian-bagian yang memang amat sulit diungkapkan. Pesantren sebagai komunitas dan sebagai lembaga pendidikan yang besar jumlahnya dan luas penyebarannya di berbagai pelosok tanah air telah banyak memberikan saham dalam pembentukan manusia Indonesia yang religius. Lembaga pesantren telah melahirkan banyak pemimpin bangsa di masa lalu, kini dan agaknya juga di masa yang akan datang.


(11)

3

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pendidikan di pondok pesantren dijadikan bukti pendukung masyarakat yang cukup kuat, yang mampu menggerakan gairah kependidikan. Menurut Noor (2006, hal. 130) dalam sistem pendidikan nasional disebutkan di antara tujuan pendidikan ialah menciptakan manusia Indonesia yang memiliki kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Oleh sebab itu, pendidikan yang diselenggarakan pondok pesantren dikembangkan tidak hanya berdasarkan pada pendidikan keagamaan semata, melainkan dalam pondok pesantren tersebut diarahkan pembinaan mental dan sikap santri untuk hidup mandiri, meningkatkan keterampilan dan berjiwa entrepreneurship. Mengingat lembaga pendidikan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di negeri ini, maka tidaklah heran ketika banyak para pemimpin, penguasa, elit politik, serta banyak lagi orang-orang pintar yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, mereka adalah hasil pendidikan dan pengajaran pondok pesantren. Manfaat lain yang banyak dirasakan oleh masyarakat, melalui pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren tidak diperlukan biaya mahal, sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat ekonomi lemah sekali pun, terutama di daerah pedesaan. Namun demikian, tidak berarti pendidikan yang murah tidak menghasilkan kualitas, bahkan sebaliknya.

Perkembangan pesantren saat ini sangat diperhitungkan oleh masyarakat, selain mempertahankan kekhasannya juga dapat mengembangkan pengetahuan lain sebagai kegiatan tambahan bagi para santrinya. Menurut catatan Departemen Agama (Tuanaya, 2007, hal. 146) pesantren yang ada di Indonesia berjumlah 11.312 pondok pesantren, dengan jumlah santri sebanyak 27.737.805 orang sejumlah tersebut menunjukan bahwa pesantren sangat potensial dalam bidang pendidikan yang keberadaannya makin diminati masyarakat. Secara kuantitatif pesantren cukup besar dalam memberikan sumbangsihnya terhadap pengembangan SDM, karenanya pesantren mengakar di tanah air dan bangsa Indonesia.


(12)

4

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Dikutip dalam buku pendidikan Islam multikultural pesantren (Aly, 2011, hal. 158) mengatakan dengan memerhatikan jumlah pesantren di Indonesia yang terus bermunculan di satu sisi, dan gejala menurunnya moral dan akhlak bangsa pada sisi yang lain, maka dapat diduga bahwa keberadaan pesantren di Indonesia masih dibutuhkan oleh masyarakat secara luas. Secara historis, ditemukan benang merah bahwa kehadiran pesantren merupakan respon terhadap situasi dan kondisi sosial suatu masyarakat yang tengah dihadapkan pada moral melalui transformasi nilai yang ditawarkannya melalui ayat Al-qur n yang terkandung dalam surat li-„Imr n [3]: 110

















































Artinya: “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (Q.S. li-„Imr n [3]:110)1

Kehadiran pesantren dapat disebut sebagai agen perubahan sosial, yang selalu melakukan kerja-kerja pembebasan pada masyarakat dari segala keburukan moral, penindasan politik, kemiskinan ilmu pengetahuan, dan bahkan kemiskinan ekonomi (Aly, 2011, hal. 158). Selain itu salah satu misi didirikannya pesantren adalah menyebarluaskan informasi ajaran tentang

1 Seluruh teks ayat al-quran dan terjemahnya dalamskripsi ini dikutip dari software al-Quran in word yang divalidasi penelliti dengan Al-Quran Tajwid dan Terjemahnya yang diterjemahkan oleh yayasan penyelenggara penerjemah Al-Quran Revisi Terjemah oleh Lajnah Pentashish al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia Penerbit al-Huda Kota Depok tahun 2005. Selanjutnya penulisan Al-Quran


(13)

5

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

universalitas Islam ke seluruh Pelosok Negara Indonesia yang berwatak pluralis, baik dalam dimensi kepercayaan, budaya maupun kondisi sosial masyarakat. Melalui media yang dikembangkan para wali dalam bentuk pesantren, ajaran Islam lebih cepat membumi di Indonesia. Selain faktor kebutuhan masyarakat Indonesia, boleh jadi ada faktor lain yang mempercepat proses pembumian pesantren di Indonesia dan bertahan lama hingga sekarang ini, misalnya faktor karakteristik dan tipenya yang unik dan tipikal.

Sebagai lembaga keagamaan yang memegang teguh ajaran Islam sebuah pesantren sudah selayaknya menjalankan setiap perintah yang telah Alláh perintah kan, Alláh memerintahkan kepada setiap umat Islam untuk menjaga kebersihan, Menurut Maman Abdurrahman (Hudzaifah, 2013) mengungkapkan bahwa Istilah kebersihan yang terdapat dalam Al-qur n dan Sunnah banyak menggunakan istilah-istilah yang berkaitan dengan kebersihan atau kesucian. Dalam Al-qur n ada istilah Ṭaḥārah sebanyak 31 kata dan tazkiyah 59 kata. Dalam Al-qur n istilah naẓāfah, tidak ada sementara dalam Hadiṡ kata naẓāfah dapat dilihat dalam sebuah Hadiṡ dari Abu Hurairah disebutkan,

َ إ

ََ

بِيط

بحي

بِيَطلا

,

فيظن

بحي

ةفاظَ لا

,

ميرك

بحي

مركْلا

,

داوج

بحي

دوجْلا

,

او ِظ ف

ْمكتي ْفأ

Artinya “Sesungguhnya Allah itu baik dan mencintai kebaikan, Bersih (suci) dan mencintai kebersihan, Mulia dan mencintai kemuliaan, bagus dan mencintai kebagusan, bersihkanlah rumahmu….” (H.R.Tirmiẓi dari Saad) (Hudzaifah, 2013).

Dari Hadiṡ di atas telah jelas disebutkan bahwa Alláh menyukai orang-orang yang bersih, yang senantiasa kedua ayat tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yang notabene mempelajari ilmu agama, serta menjalankan perintah Alláh dan Menjauhi seluruh larangan Alláh, dalam kehidupan sehari-harinya. Islam merupakan agama yang menyuruh umatnya untuk selalu menjaga kebersihan. Menurut Hasan (2008, hal. 201) dalam


(14)

6

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

bukunya mengatakan bahwa tujuan konsep kebersihan dalam Islam adalah untuk menghasilkan masyarakat yang sehat dan memiliki kekebalan terhadap penyakit, dan individu yang sehat (jiwa dan raga) yang mampu untuk menerapkan dan menyebarkan pesan-pesan Alláh ke seluruh dunia. Dewasa ini umat Islam, saat ini mengalami penurunan terhadap tingkat kebersihan karena mereka menjauhkan ajaran agamanya. Banyak orang Islam yang terkesan kumuh dan kurang memperhatikan masalah kebersihan.

Pesantren sebagai lembaga agama Islam menjadikan kebersihan itu sebagai komponen utama dalam setiap kegiatan. Akan tetapi, melihat fenomena yang terjadi dari dahulu kala sampai sekarang seorang santri atau seseorang siswa yang mondok di Pesantren banyak yang memiliki penyakit Kulit, bahkan fenomena seperti ini tidak hanya terjadi dalam satu Pesantren saja melainkan di banyak Pesantren. Selain dari ayat Al-qur n diatas, menurut Undang-Undang no 36 tahun 2009 pasal 9 menjelaskan bahwa, “Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya” (UU Sisidiknas, 2013).

Setelah melakukan survey ke beberapa pesantren yang ada di Kota Bandung, peneliti menemukan sebuah masalah yang dialami oleh banyak pesantren yakni, santri yang mukim di pesantren tersebut kebanyakan pernah mengalami penyakit kulit. Pesantren salafiyah atau bisa disebut dengan pesantren tradisional yang mendapatkan rating tertinggi dalam masalah penyakit kulit tersebut. Masalah tersebut timbul karena disiplin kebersihan yang belum diutamakan oleh pesantren salafiyah tersebut. Pesantren Salafiyah yang peneliti maksud ialah Pesantren ini memiliki fasilitas seperti masjid, asrama, kiai (Aly, 2011, hal. 182).

Pesantren Al-Basyariyah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki peranan sentral di lingkungan masyarakat. Pesantren Al-Basyariyah memiliki visi yakni Terciptanya pemimpin muttaqīn, mutafaqqih fiddīn, berbudi luhur,


(15)

7

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ikhlas beramal, berwawasan luas, berbadan sehat, terampil, dan berjiwa juang. Menjadi lembur ilmu, majelis disiplin, kancah ibadah, wahana perjuangan untuk mencapai fiddunyā hasanah wa fil ākhirati ḥasanah. Serta misi “Mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan agama Islam dan pengetahuan umum secara seimbang dalam rangka terciptanya kader-kader ulama intelek dan khairunnās Melatih santri menjadi pengamal ilmu, ahli ibadah, taqarrub dan taat kepada Alláh SWT, Rosulullah dan Ulil Amri Mendidik santri berakhlakul karīmah, tawaḍu, disiplin dalam segala bidang dan berkepribadian Indonesia yang beriman dan bertaqwa” visi dan misi ini dibangun dalam rangka membangun manusia yang beriman dan bertaqwa”.

Tapi, nyatanya beberapa masalah ditemukan di dalam Pondok Pesantren Al-Basyariyah tersebut, malasah kebersihan yang menjadi permasalahan sangat besar di Pondok Pesantren Al-Basyariyah, para santri yang kurang dalam pemahaman disiplin kebersihan, serta masih adanya santri yang menderita penyakit kulit. Melihat permaslahan diatas maka perlu bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian di Pondok Pesantren Al-Basyariyah tersebut. Sehingga dengan ini peneliti mengambil judul peneliitain yang diberi judul “ Model Pembinaan Akhlak Mulia dalam Meningkatkan dan Menjaga Disiplin Kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung”.

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka peneliti merasa perlu merumuskan apa yang menjadi permasalahannya, penelitian ini berawal dari permasalahan penyakit kulit yang dimiliki oleh sebagian santri mukim di Pondok Pesantren, serta ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian di Pondok pesantren Al-Basyariyah Bandung.


(16)

8

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah Bagaimana Model Pembinaan Akhlak Mulia dalam Meningkatkan dan Menjaga Disiplin Kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung. Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka rincian rumusan masalah tersebut adalah:

1. Bagaimana Tata Tertib dan Pelaksanaan Kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah?

2. Apa Komponen Pesantren dalam Memelihara Kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah?

3. Bagaimana Hambatan dan Kesulitan dalam Melaksanakan Kebersihan? 4. Bagaimana Prosedur Pembinaan Akhlak dalam Meningkatkan dan Menjaga

Disiplin Kebersihan Pesantren Al-Basyariyah? C. Tujuan penelitian

1. Tujuqan Umum

Tujuan Umum Penelitian ini adalah untuk Mengetahui dan Memperoleh Gambaran Mengenai Model Pembinaan Akhlak Mulia dalam Meningkatkan dan Menjaga Disiplin Kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung.

2. Tujuan khusus

Agar lebih jelas target yang dicapai, maka peneliti perlu merinci tujuan umum di atas pada tujuan khusus sebagai target yang harus dicapai oleh penelitian ini. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Mendeskripsikan Tata tertib dan Pelaksanaan Kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah.

b) Mendeskripsikan Disiplin Komponen Pondok Pesantren Al-Basyariyah dalam Memelihara Kebersihan.


(17)

9

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

c) Mendeskripsikan Hambatan dan Kesulitan dalam Melaksanakan Kebersihan.

d) Mendeskripsikan Prosedur Pembinaan Akhlak Mulia dalam Meningkatkan dan Menjaga Disiplin Kebersihan Pesantren Al-Basyariyah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara Teoretis skripsi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif, berupa gambaran Model Pembinaan Akhlak Mulia dalam Meningkatkan dan Menjaga Disiplin Kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung. Deskripsi hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah pendidikan yang tepat di pondok pesantren.

2. Manfaat Praktis

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama orang-orang yang berhubungan dengan dunia pendidikan seperti:

a. Bagi civitas akademik Universitas Pendidikan Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk bahan ajar perkuliahan serta dapat dijadikan pandangan dalam penanaman nilai-nilai kebersihan kepada mahasiswa.

b. Bagi mahasiswa Program Ilmu Pendidikan Agama Islam, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber literatur untuk penelitian selanjutnya yang masih terkait dengan kebersihan di Pesantren.

c. Bagi para orang tua, penelitian ini diharapkan dapat membuka cakrawala pemahaman mereka mengenai penanaman nilai-nilai


(18)

10

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

kebersihan dan hasil penelitian ini dapat menjadi pegangan dalam membina dan mendidik keluarga mereka.

d. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan rujukan dalam memahami Model Pembinaan Akhlak Mulia dalam Meningkatkan dan Menjaga kebersihan di Pesantren. e. Bagi Peneliti, penelitian ini merupakan bahan latihan dalam

penelitian karya ilmiah sekaligus menjadi acuan dan refleksi untuk mengetahui Pembinaan Akhlak Mulia dalam Meningkatkan dan Menjaga Kebersihan di Pesantren.

E. Struktur Organisasi

Dalam penelitian ini, terdiri dari lima bab dan tiap bab terdiri dari beberapa sub bab yang saling berhubungan satu den;gan yang lainnya. Adapun sisitematika penelitiannya adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, bab ini berisi pendahuluan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan Struktur organisasi Skripsi.

BAB II Kajian Teori, bab ini berisi penyajian beberapa teori tentang Model, Pembinaan, Akhlak, disiplin kebersihan, dan Pesantren.

BAB III Metode Penelitian, bab ini membahas tentang metode penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data juga teknis analisis data penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini berisi tentang laporan penelitian yang terdiri dari data hasil penelitian dan pembahasan penelitian.

BAB V Kesimpulan dan Saran, bab ini peneliti memberikan kesimpulan dan saran, serta menyertakan lampiran yang berhubungan dengan skripsi ini


(19)

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada masa sekarang. Sukmadinata ( 2012, hal. 75) mengatakan bahwa Penelitian deskriptif banyak dilakukan dalam ilmu sosial khususnya ilmu perilaku. Menurut Sukmadinata (2009, hal. 72) metode deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaannya dengan fenomena lain.

Adapun pendapat lain mengatakan bahwa Penelitian deskriptif memiliki beberapa variasi, diantaranya:

1. Studi Perkembangan : Dalam studi perkembangan (developmental studies) penelitian ini, yang dikaji adalah perubahan-perubahan atau kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh seseorang, suatu lembaga, organisasi, ataupun kelompok masyarakat tertentu (Sukmadinata, 2009, hal. 76)

2. Studi Kasus : kasus artinya kejadian atau peristiwa, studi kasus merupakan sebuah penelitian terhadap suatu kejadian atau peristiwa (Fathoni, 2006, hal. 99)

3. Studi Kemasyarakatan : Studi kemasyarakatan (communit study) merupakan kajian intensif yang dilakukan terhadap suatu kelompok


(20)

30

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

masyarakat yang tinggal bersama disuatu daerah yang memiliki ikatan dan karakteristik tertentu.

4. Studi Perbandingan : studi perbandingan (comparative studi atau causal comparative) merupakan bentuk penelitian deskriptif yang membandingkan dua atau lebih dari dua situasi, kejadian, kegiatan, dan program.

5. Studi Hubungan : studi hubungan (associational study), disebut juga studi korelasional (correlational study), meneliti hubungan antara dua hal, dua variabel atau lebih.

6. Studi Waktu atau Gerak : studi waktu atau gerak (Time and motion study) ditujukan untuk meneliti atau menguji jumlah waktu dan banyaknya gerakan yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan atau proses. 7. Studi Kecenderungan : studi kecenderungan (trend study) merupakan

penelitian deskriptif yang cukup menarik.

8. Studi Tindak Lanjut : studi tindak lanjut (follow up study) merupakan pengumpulan dan analisi terhadap para lulusan atau orang-orang yang telah menyelesaikan suatu program pendidikan, latihan atau pembinaan. 9. Analisis Kegiatan : analisis kegiatan (activity analysis) diarahkan untuk

menganalisis kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan, dalam bidang industri, bisnis, pemerintahan, lembaga sosial, dll.

10.Analisis Isi atau Dokumen : analisis isi atau dokumen (content or document analysis) ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen resmi, dokumen yang validitas dan keabsahannya terjamin baik dokumen perundangan dan kebijakan maupun hasil-hasil penelitian (Sukmadinata, 2009, hal. 76-81).

Jenis Pendektan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini lazim juga disebut naturalistik dimana penelitian dilakukan dengan orientasi pada kejadian-kejadian yang bersifat


(21)

31

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

alami. Menurut Satori (2011, hal. 22) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat sesuatu barang atau jasa. Hal terpenting dari suatu barang atau jasa berupa kejadian, fenomena atau gejala sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu pengembangan konsep teori.

Dikatakan pula menurut (Brannen, 2002, hal. 117) pendekatan kualitatif ialah pendekatan yang mengungkapkan makna-makna dan konteks perilaku individu, pendekatan ini pula mengarah kepada pemahaman yang lebih luas tentang makna dan konteks tingkah laku dan proses yang terjadi dalam pola-pola pengamatan dari faktor-faktor yang berhubungan. Peneliti kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriftif seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik atau artifak, dan lain sebagainya. Pendekatan kualitatif cenderung mengarah pada penelitian yang bersifat naturalistik fenomenologis dan peneliti etnografi. Karenanya, seringkali peneliti kualitatif dipertukarkan dengan peneliti naturalistik atau naturalistic inquiry dan etnografi dalam antropologi kognitif (Mulyana, 2003). Denzin dan Lincoln (Moleong, 2007, hal. 5), penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dengan berbagai karakteristik khas yang dimiliki, penelitian kualitatif memiliki keunikan tersendiri sehingga berbeda dengan penelitian kuantitatif.

Satori dan Komariah (2011, hal. 25) mengatakan bahwa penelitian kualitatif memiliki karakteristik dengan mendeskripsikan suatu keadaan yang


(22)

32

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sebenarnya, tetapi laporannya bukan sekedar bentuk laporan suatu kejadian tanpa suatu interpretasi ilmiah. Karakteristik tersebut diantaranya:

1. Penelitian Kualitatif Memiliki Latar Alamiah dengan Sumber Data yang Langsung dan Instrumen Kuncinya adalah peneliti.

2. Penelitian Kualitatif Bersifat Deskriptif

3. Penelitian Kualitatif Bekerja dengan Fokus pada Proses dan Hasil Merupakan Keniscayaannya.

4. Penelitian Kualitatif dalam Cara Analisis Datanya Dilakukan Secara Induktif.

5. Penelitian Kualitatif Menjadikan “Makna” Sebagai yang Esensial. 6. Penelitian Kualitatif Menjadikan Fokus Studi Sebagai Batas Penelitian. 7. Penelitian Kualitatif Desain Awalnya Bersifat Tentatif dan Verifikatif. 8. Penelitian Kualitatif Menggunakan kriteria Khusus untuk Ukuran

Keabsahan Data.

9. Penelitian Kualitatif untuk Kepentingan Grounded Theory.

Adapun karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan and Biklen (Sugiyono, 2009, hal. 9) adalah sebagai berikut :

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci. 2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriftif. Data yang terkumpul

berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. 3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau

outcome.

4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif. 5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna.

Dalam penelitian ini, peneliti mencari model pembinaan akhlak mulia dalam meningkatkan dan menjaga disiplin kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung. Peneliti yang bertindak sebagai instrumen penelitian,


(23)

33

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mulai mengumpulkan, mendeskripsikan, dan menganalisi data yang telah diperoleh selama penelitian. Satori dan Komariah (2011, hal. 25) mengatakan bahwa Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskrifsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relavan yang diperoleh dari situasi yang alamiah.

Sesuai dengan permasalahan sebelumnya, dalam penelitian ini secara fokus meneliti model pembinaan akhlak Mulia dalam meningkatkan dan menjaga disiplin kebersihan yang dilaksanakan di salah satu pondok Pesantren Bandung yaitu Pondok Pesantren Al-Basyariyah. Peneliti menggunakan variasi analisis kegiatan. Peneliti menganalisis secara cermat, suatu aktivitas, proses, peristiwa, yang ada di lembaga pendidikan Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung.

B. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalah pahaman, maka peneliti akan memaparkan definisi operasional berkenaan dengan judul Penelitian. Adapun istilah-istilah esensial yang peneliti definisikan secara operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Model

Model ialah suatu konsep atau pedoman dalam melakukan suatu kegiatan oleh sekelompok orang, yang mana sekelompok orang tersebut melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk dan arah model yang di jadikan acuan. Menurut Briggs (Muhaimin, 2008, hal. 221) model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi. Pendapat lain mengungkapkan bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai


(24)

34

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

proses aktual yang memungkinkan seseorang atau kelompok orang yang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Muhaimin (2008, hal. 305) mengatakan bahwa model adalah sesuatu yang dianggap benar, tetapi bersifat kondisional.

2. Pembinaan Akhlak

Menurut Dahlan (Latifah, 2012, hal. 19) Pembinaan atau bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis dari pembimbing atau pembina kepada yang dibina agar dapat tercapai kemandirian dalam pemahaman diri untuk mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.

Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian utama dalam Islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan nabi Muḥammad SAW yang utama ialah untuk menyemurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah satu Hadiṡ nya beliau menegasakan:

امَنا تْثعب مِمتِ مراكم قَْخ ِْا ( هاور دمحا )

artinya: “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.”

(HR. Ahmad) Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan dari pada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yangbaik yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dankebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin (Nata, 2003, hal. 158).

3. Disiplin Kebersihan

Disiplin berasal dari bahasa latin discere yang berarti belajar. Dari kata ini munculah kata diciplina yang memiliki arti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna


(25)

35

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan dan pengendalian. Kedua, displin sebagai latihan yang bertujuan mengambangkan diri agar dapat berperilaku tertib (Maulana, 2013).

Menurut Hasan (2008, hal. 201) mengemukakan bahwa tujuan konsep kebersihan dalam Islam adalah untuk menghasilkan masyarakat yang sehat dan memiliki kekebalan terhadap penyakit, dan individu yang sehat (jiwa dan raga) yang mampu untuk menerapkan dan menyebarkan pesan-pesan Alláh ke seluruh dunia. Ajaran kebersihan, dalam Islam, meliputi hal yang sangat luas. Kebersihan dalam Islam, meliputi kebersihan jiwa dan kebersihan fisik. Hal ini menunjukan bahwa Islam sangatlah menjaga keseimbangan antara jiwa dan fisik. Kebersihan adalah perilaku sehat yang penting dalam gaya hidup umat Islam.

4. Pesantren

Secara umum, pesantren diartikan sebagai tempat tinggal parasantri. Oleh karena itu perkataan pesantren disinyalir berasal dari kata santri juga, dengan penambahan awalan “pe” dan akhiran “n”. Secara terminologis, pesantren didefinisikan sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, mengahayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-hari (Damopoli, 2011, hlm. 58).

Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam di Indonesia memiliki karakteristik khusus. Adapun secara umum dapat dikatakan bahwa karakteristik pesantren terletak pada komponen-komponen yang ada didalamnya. Komponen-komponen yang dimaksud meliputi: pondok, masjid,


(26)

36

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

santri, pengajaran kitab-kitab kuning/ kitab-kitab klasik, dan pimpinan pondok (Kiai) (Aly, 2011, hal. 160).

C. Partisipan dan Tempat Penelitian

Partisipan atau yang menjadi subjek penelitian ialah, Pimpinan Pondok putra, Pimpinan pondok Putri, Penanggung jawab Kebersihan Putra, Penanggung jawab kebersihan Putri dan Bagian KKPL dan PHMP, dengan rincian sebagai berikut:

1. Pimpinan Pondok Putra, Ustaz Endang Suhendi.

2. Pimpinan Pondok Putri, Ustazah Hj. Ina Siti Nurhasanah,.

3. Penanggung Jawab Kebersihan Santri putra, Ustaz Cepi Rizky Supardi.

4. Penanggung Jawab Kebersihan Santri Putri, Ustazah Aberty Primaria Dacosta.

5. Ketua Bagian KKPL dan PHMP Putri, Nurhasanah 6. Ketua Bagian KKPL dan PHMP Putra, Yazid al-Bustomi

Alasan peneliti memilih subjek-subjek diatas, dikarenakan mereka semua ialah orang-orang yang mengetahui mengenai Objek penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Peneliti tidak mewawancara Pimpinan Umum Pondok, yaitu Buya Saeful Azhar dikarenakan kondisi beliau yang kurang sehat, serta atas saran dari Hj. Ummi Sajaah selaku Pendamping Buya.

Penelitian dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung. Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung merupakan salah satu Pesantren yang berada di Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung serta memiliki ikatan dengan Pondok Pesantren Gontor Ponorogo, karena para pendiri Pondok Pesantren Al-Basyariyah merupakan alumni dari Pondok Pesantren Gontor Ponorogo Jawa Timur. Pondok Pesantren Al-Basyariyah disebut dengan Pesantren modern karena dalam sistem pendidikan yang diterapkannya memadukan antara kurikulum Pondok Pesantren dan


(27)

37

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

kurikulum Departemen Agama. Alumni atau lulusan dari Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri atau swasta, karena mendapatkan izazah resmi dari negara yang stara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA) umum.

Pondok Pesantren Modern Al-Basyariyah berada di Jalan Cigondewah Hilir Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung. Pada saat ini Pondok Pesantren Al-Basyariyah mempunyai 1545 santri terdiri dari 858 santri Putri dan 687 santri Putra. Dengan menggunakan sistem asrama, seluruh santri harus tinggal di dalam asrama selama 24 jam penuh. Dipimpin oleh KH. Saeful Azhar selaku ketua Yayasan Bumi Jannah Iliyyin sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung, dibantu oleh Ustāż Endang Suhendi, selaku Mudir/kepala Sekolah Santri Putra, Ustāżah Hj. Inna Siti Nurhasanah, selaku Mudiroh/kepala sekolah santri Putri, dan Ustāż/Ustāżah Serta jajaran Pengurus Lainnya.


(28)

38

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam penelitian, karena metode ini merupakan strategi untuk mendapatkan data yang diperlukan. Pengumpulan data dalam hal ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang dapat dipercaya.

1. Instrument Penelitian

Secara fungsional kegunaan instrument penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Satori dan Komariah (2011, hal. 61-62) mengatakan bahwa konsep human instrumen dipahami sebagai alat yang dapat mengungkap fakta-fakta lapangan dan tidak ada alat yang paling elastis dan tepat untuk mengungkap data kualitatif kecuali peneliti itu sendiri. Lincoln dan Guba (Satori, 2011, hal. 62)menjelaskan bahwa manusia sebagai instrument pengumpulan data memberikan keuntungan, dimana ia dapat bersikap fleksibel dan adaptif, serta dapat menggunakan keseluruhan alat indera yang dimilikinya untuk memahami sesuatu.

Menurut Nasution (Satori dan Komariah, 2011: 63) peneliti sebagai instrumen penelitian memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dan lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi peneliti. 2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek

keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.


(29)

39

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, dan perbaikan.

Menurut Nasution (Sugiyono, 2010, hal. 307) ciri-ciri peneliti sebagai instrumen penelitian yang serasi sebagai berikut:

1. Mampu bereaksi terhadap segala rangsangan lingkungan yang bermakna untuk penelitian.

2. Mampu menyesuaikan diri terhadap aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Menangkap segala instrumen dari tiap situasi secara keseluruhan.

4. Merasakan dan menyelami situasi yang melibatkan interaksi dengan manusia.

5. Segera menganalisis data yang diperoleh hingga melahirkan hipotesis. 6. Mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan.

7. Menjawab segala hal terutama memperhatikan respons yang aneh bahkan bertentangan untuk mempertinggi tingkat pemahaman.

Dalam penelitian ini, penulis sebagai instrumen utama sudah memenuhi dua syarat yang telah ditentukan menurut Sugiyono. Pertama, penulis memahami tentang metode kualitatif yang digunakan. Seperti seluruh proses


(30)

40

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dalam penelitian kualitatif yang dimulai dari memperoleh data, mengolah data, menganalisis data dengan menggunakan aturan-aturan penelitian kualitatif. Kedua, penulis sebagai instrumen utama dituntut menguasai wawasan mengenai obyek yang diteliti. Sebagai penguat obyek yang diteliti yaitu mengenai model pembinaan disiplin kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung, penulis mempunyai alasan, diantaranya: (1) penulis mempunyai latar belakang pendidikan selama 7 tahun di Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung. (2) Sampai saat ini penulis masih sering mengikuti perkembangan Pesantren dan sering mengunjungi Pesantren tersebut, dikarenakan Peneliti masih memiliki sanak saudara yang pesantren di Pondok Pesantren Al-Basyariyah.

Metode pengumpulan data merupakan cara atau langkah yang ditempuh dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab masalah penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan beberapa cara, yaitu:

1. Observasi

Observasi disebut juga pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh seluruh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan social, yang sukar diperoleh dengan metode lain. Observasi yang dilakukan sesuai dengan kenyataan, melukiskan kata-kata dengan secara cermat dan tepat terhadap apa yang diamati tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur dan memanipulasikannya (Nasution, 2009).

Observasi yang dilakukan oleh peneliti, dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati saja tanpa partisipasi atau bisa disebut sebagai non-partisipan, menurut (Nasution, 2009) dalam bukunya menerangkan bahwa observasi dapat dilakukan dengan dua cara yang pertama, dengan partisipasi


(31)

41

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sebagai partisipan, yang kedua, tanpa partisipasi jadi pengamat sebagai non-partisipan.

Menurut Sutrisno hadi (Suwandi, 2008) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Pada pengamatan ini tahapan yang dilakukan meliputi, pengamatan secara umum mengenai hal-hal yang sekiranya ada kaitannya dengan fokus penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi dengan melihat dan mengamati kegiatan siswa atau santri ketika di Asrama, Lapangan, Kantin, aula dan tempat lainnya yang ada di lingkungan Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung.

2. Wawancara

Menurut Esterberg dalam (Sugiyono, 2010, hal. 317) menjelaskan bahwa wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di konstruksikan makna dalam topik tertentu. Menurut Sugiyono (2010, hal. 194) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari respondennya. Dalam wawancara ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur dan semiterstruktur, untuk itu peneliti membuat seperangkat pertanyaan-pertanyaan wawancara, kemudian menggali informasi dan data yang lainnya dengan menggunakan pedoman wawancara. Teknik wawancara ini banyak digunanakan dalam penelitian pendidikan karena mempunyai beberapa keunggulan yang mungkin tidak dimiliki oleh instrument peneliti lainnya. Beberapa keunggulan itu ialah:

a. Peneliti memperoleh rerata jawaban yang relative tinggi dari responden. b. Peneliti dapat membantu menjelaskan lebih, jika ternyata responden

mengalami kesuliatan menjawab yang diakibatkan ketidakjelasan pertanyaan.


(32)

42

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

c. Peneliti dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti dengan mengamati reaksi atau tingkah laku yang diakibatkan oleh pertanyaan dalam proses wawancara.

d. Peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak dapat diungkapkan dengan cara kuisioner ataupun observasi. (Sukardi, 2013, hal. 79-80)

Menurut Sukmadinata (2012, hal. 216) mengungkapkan bahwa wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual. Peneliti mewawancarai Ustāż, Ustāżāh, Penanggung jawab kebersihan Putra dan Putri serta bagian KKPL dan PHMP (Bagian Kebersihan Ketertiban Pemeliharaan Lingkungan dan Pemelihara Harta Milik Pondok).

Dilihat dari aspek pedoman wawancara dalam proses pengambilan data, wawancara dapat dibedakan menjadi tiga macam jenis yaitu terstruktur, bebas dan kombinasi. Wawancara terstruktur yaitu wawancara dimana peneliti ketika melaksanakan tatap muka dengan responden menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan terlebih dahulu. Penggunaan pedoman secara terstruktur ini penting bagi peneliti agar mereka dapat menekankan pada hasil informasi yang telah direncanakan dalam wawancara.

Wawancara bebas atau sering pula disebut berstruktur, yaitu wawancara dimana peneliti dalam menyampaikan pertanyaan pada responden tidak mengunakan pedoman. Cara ini pada umumnya akan lebih efektif dalam memperoleh informasi yang diinginkan. Dengan wawancara bebas ini, peneliti dapat memodifikasi jalannya wawancara menjadi lebih santai, tidak menakutkan, dan membuat responden ramah dalam memberikan informasi. Dikatakan sebagai wawancara kombinasi di antara kedua jenis di atas, jika peneliti menggabungkan kedua cara di atas dengan tujuan memperoleh informasi yang semaksimal mugkin dari responden (Sukardi, 2013, hal. 80).


(33)

43

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pendekatan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini ialah wawancara secara langsung, peneliti melakukan wawancara langsung kepada responden. Sebagaimana yang dikatakan oleh Abdurrahmat (2006, hal. 108) bahwa wawancara langsung ialah wawancara yang dilakukan secara tatap muka dengan responden.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data yang sangat membantu dalam penelitian kualitatif, karena bisa mendapatkan data yang sebenarnya. Studi dokumentasi mempunyai peran yang sangat besar untuk mengumpulkan data dalam sebuah penelitian. Menurut Sugiyono (2010, hal. 329) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan dan kebijakan. Sedangkan menurut Sukmadinata (2007, hal. 222) studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis maupun dokumen elektronik. Yang dimaksud dokumen dalam penelitian ini seperti dokumen Profil Pondok Pesantren, Struktur kepengurusan Pesantren, peraturan-peraturan kebersihan santri, jadwal kegiatan, data santri, dan lain sebagainya.

E. Analisis Data

Analisis data menurut Suwandi (2008, hal. 91) merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehinga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis seperti yang disarankan oleh data. Pekerjaan analisis data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokan, memberikan kode, dan mengkategorikannya.


(34)

44

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pada prinsipnya analisis dan pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara terus menerus dari awal sampai akhir penulisan laporan penelitian. Dengan kata lain analisis data dilakukan selama pengumpulan data di lapangan dan setelah data terkumpul. Data-data dan informasi yang telah terkumpul, selanjutnya dilakukan pengorganisasian dan analisis satu persatu sesuai dengan fokus permasalahan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian.

Secara umum, menurut Miles & Huberman, sebagaimana dikutip oleh Sugiyono (2005, hal. 91) menjelaskan tentang cara melakukan analisis data kualitatif, yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian dicari tema dan polanya. Data yang telah terkumpul dan diperoleh dari lapangan kemudian dirangkum dan disusun secara sistematis dalam bentuk uraian atau laporan agar mudah dipahami. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Untuk memudahkan dalam menyusun laporan penelitian, peneliti menggunakan koding data terhadap hasil penelitian. Koding adalah membagi-bagi data dan mengelompokannya dalam sebuah kategori. Menurut Moleong (2007, hal. 27) koding adalah proses membuat kategorisasi data kualitatif dan juga menguraikan implikasi dan rincian dari kategori-kategorinya. Sedangkan menurut (Alwasilah, 2012, hal. 114) koding berguna untuk membantu menyusun kategorisasi. Koding digunakan terhadap data yang telah diperoleh seperti koding untuk sumber data seperti (Wawancara = W, Observasi = O, Dokumen = D). Koding untuk jenis responden ( Ustāż = U, Ustadżah = H,


(35)

45

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

bag. KKPL = BK ). Untuk lokasi observasi (Hujrāh = H, Jemuran = J, Kantin = K, Lapangan = L, Kamar Mandi = KM, Aula = A).

Kategorisasi dalam penelitian ini didasarkan pada istilah-istilah pengumpulan data di lapangan dan setelah keseluruhan data terkumpul melalui teknik pengumpulan data. Adapun kategorisasi dalam penelitian ini berdasarkan istilah-istilah seperti Sistem Perencanaan (SP), Proses pelaksanaan (PP), Komponen Kebersihan (KK), dan Hambatan Pelaksanaan (HP). Sugiyono (2010, hal. 336-337) menjelaskan bahwa analisis data dilakukan sejak sebelum ke lapangan, dalam penelitian kualitatif analisis data difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Analisis data dibagi menjadi tiga yaitu,:

a. Analisis sebelum di lapangan

Analisis data pada awalnya dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen yang sudah ada di Pondok Pesantren Al-Basyariyah, seperti Profil Pondok Pesantren, struktur organisasi, foto-foto kegiatan, tata tertib kedisiplinan, sejarah pondok, jumlah santri dan Lain sebagainya. Penulis juga menganalisis informasi-informasi lain yang diperoleh dari wawancara para ustāż dan santri. Kegiatan ini dilakukan pada bulan Februari 2015, dari data yang diperoleh kemudian dilakukan reduksi data, membuat pertanyaan penelitian, memilih dan menentukan narasumber, kemudian menentukan jadwal penelitian. b. Analisis selama di lapangan

Analisis pada saat pengumpulan data lapangan dilakukan selama masa pengumpulan data secara terus menerus. Pengumpulan data di lapangan dimulai sejak tanggal 5 maret 2015 sampai 20 April 2015, dalam kurun waktu tersebut jika data yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan peneliti maka data akan digunakan, jika tidak relavan maka data tidak dipakai atau dibuang.


(36)

46

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Setelah pengumpulan data selesai, analisis dilakukan terhadap seluruh data yang diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan data. Display atas keseluruhan data dilakukan dalam bentuk teks naratif yang mendeskripsikan tentang model pembinaan Akhlak Mulia dalam Meningkatkan dan Menjaga Disiplin Kebersihan di Pondok Pesantran Al-Basyariyah Bandung.

2. Display Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menampilkan atau mendisplaykan data. Menurut Alwasilah (2012, hal. 126), peneliti dituntut untuk menampilkan deskripsi kental atau thick description. Yaitu deskripsi yang kaya, padat, dan menyeluruh pada setiap aspek yang diteliti yang berguna untuk mempermudah membaca data yang diperoleh. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja penelitian berdasarkan data yang telah diperoleh.

3. Uji Validitas

Untuk mencapai derajat kepercayaan dalam penelitian ini, peneliti melakukan beberapa uji validitas data, validitas dalam penelitian ini dengan melakukan:

a. Kecukupan pengamatan, dalam penelitian ini pengamatan dilakukan oleh peneliti hampir pada setiap moment kegiatan santri yang terjadi dalam kompleks Pondok Pesantren. Di asrama, Kamar mandi, jemuran, lapangan terbuka, kantin. Demikian juga, pada pagi hari, siang hari, sore hari dan malam hari. Hal ini dilakukan untuk mencapai keabsahan data dan menangkap makna dari peristiwa yang terjadi.

b. Trianggulasi, menurut Wiliam Wiersma (Sugiyono, 2010, hal. 372) triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dalam trianggulasi, ada beberapa format yang dapat digunakan menurut Satori dan Komariah (2011, hal.


(37)

47

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

170), yaitu trianggulasi sumber, trianggulasi teknik dan trianggulasi waktu. Penulis menggunakan trianggulasi sumber dan trianggulasi teknik. Dengan trianggulasi sumber penulis mencari data dari sumber berbeda yang masih terkait dengan Pondok Pesantren Al-Basyariyah, sedangkan dengan trianggulasi teknik, penulis menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara menyempurnakan data yang sama dengan teknik yang berbeda, misalkan data yang diperoleh dengan wawancara lalu disempurnakan dengan observasi atau studi dokumentasi. c. Member-chek, dilakukan untuk mengkonfirmasi seluruh data yang diperoleh.

Menurut Creswell (2010, hal. 287) member checking dapat dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau deskripsi-deskripsi spesifik ke hadapan partisipan untuk mengecek apakah mereka merasa bahwa laporan dan deskripsi tersebut sudah akurat. Dalam member chek mengharuskan peneliti untuk melakukan pengecekan kembali kepada para partisipan dan memberikan kesempatan pada mereka untuk berkomentar tentang hasil penelitian. Dalam penelitian ini proses member check dilakukan dengan cara peneliti menyusun hasil wawancara dan observasi secara tertulis kemudian menyampaikannya kepada pihak yang bersangkutan untuk divalidasi. Setelah diperiksa oleh responden atau pihak yang berkompeten, kemudian ditandatangani oleh yang bersangkutan.


(38)

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan diambil dari hasil analisis terhadap hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan pada BAB I. Kesimpulan ini akan mencakup (a) tata tertib dan pelaksanaan kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah, (b) Disiplin komponen dalam memelihara kebersihan (c) Hambatan dan Kesulitan dalam melaksanakan kebersihan (d) Hasil Pembinaan Akhlak dalam menjaga dan meningkatkan disiplin kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah.

Pondok Pesantren Al-Basyariyah ialah pesantren modern yang menerapkan kurikulum Negara dengan pelajaran kepesantrenan. Pondok pesantren Al-Basyariyah merupakan pesantren yang sangat menjunjung tinggi kebersihan, baik itu kebersihan personal maupun kebersihan lingkungan. banyak peraturan-peraturan yang diterapkan untuk menjaga dan meningkatkan kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah. Peraturan-peraturan tersebut ialah peraturan yang dibuat oleh Para pemimpin Pondok dan peraturan yang dibuat oleh organisasi santri Pesantren Al-Basyariyah (OSPA). Dengan peraturan yang begitu banyaknya dapat terlihat bahwa pesantren Basyariyah sangat menjungjung tinggi kebersihan Pondok Pesantren Al-Basyariyah.

Model Pembinaan Disiplin Kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah dilaksanakan sesuai dengan teori Pembinaan yang ada, mulai dari perencanaan sampai evaluasi di jalankan dengan baik. Perencanaan tidak akan berhasil jika tidak dilaksanakan, pelaksanaan pembinaan disiplin kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah sudah baik, karena sudah sesuai dengan


(39)

78

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

teori pembinaan yang ada. Pelaksanaan disiplin kebersihan, dilaksanaan pada setiap hari dengan cara, pembagiaan tandzif atau bersih-bersih yang dilaksanakan secara bergantian. Dalam pelaksanaan disiplin kebersihan tidak luput dari pengawasan asatidz dan bagian Kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah. Sehingga pelaksanaan disiplin Kebersihan dapat berjalan dengan lancar. Meskipun tidak setiap hari melaksanakan pengawasan secara langsung, namun pelaksanaan disiplin kebersihan dapat berjalan dengan baik.

Dalam menjalankan atau melaksanakan disiplin kebersihan, banyak komponen yang harus disiapkan oleh pesantren Al-Basyariyah, adapun komponen-komponen yang disiapkan dalam menjalankan disiplin kebersihan, ialah dengan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh santri. Selain sarana dan prasarana yang terpenuhi. Santri juga mendapatkan pelajaran mengenai pentingnya menjalankan disiplin kebersihan dari para Asātiż atau Pembina. Setiap pelaksanaan suatu kegiatan, selalu ada hambatan dan halangan dalam menjalakannya, begitu pun dengan pelaksanaan disiplin kebersihan di Pesantren Al-Basyariyah. Hambatan yang dirasakan oleh para Pembina atau asatidz Pesantren Al-Basyariyah ialah sulitnya mengatur para pengurus yang bertanggung jawab dalam memimpin terlaksananya disiplin kebersihan, serta kurangnya rasa peduli dan tanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan.

Sistem Evaluasi dari pembinaan Akhlak mengenai disiplin kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung, dilaksanakan dengan kurang lancar. System evaluasi pembinaan akhlak di Pondok Pesantren Al-Basyariyah ini menggunakan tekhnik non tes, teknik non tes yang digunakan ialah pengamatan atau observasi. Evaluasi pembinaan kebersihan dilaksanakan secara rutin satu tahun sekali oleh anggota OSPA (Organisasi Santri Pesantren Al-Basyariyah) dalam bentuk LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) sebagaimana yang dikemukakan oleh Ustāż Endang Suhendi, S.Ag dan ketua Bagian Kebersihan Nurhasanah. Evaluasi tersebut merupakan


(40)

79

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

evaluasi terakhir dalam satu tahun, yang mana hasil evaluasi tersebut diserahkan kepada Pimpinan Pondok Pesantren Al-Basyariyah. pembinaan akhlak mulia dalam meningkatkan dan menjaga disiplin kebersihan di pesantren Al-Basyariyah mendapatkan respon yang baik dari kesehatan santri Pesantren Al-Basyariyah. Hal tersebut bisa dilihat dari grafik santri sakit dermatitis yang semakin tahun makin menurun penderitanya. Kesimpulan ini diambil berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini yang membicarakan mengenai banyaknya santri yang menderita penyakit Dermatitis (Budug).

B. REKOMENDASI

1. Untuk Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung, bagi Pondok pesantren yang diteliti diharapkan dapat meningkatkan disiplin pesantren terutama dalam hal kebersihan.

2. Untuk civitas akademik Universitas Pendidikan Indonesia, khusunya jurusan IPAI Ilmu Pendidikan Agama Islam mempunyai dokumentasi mengenai Model Pembinaan Akhlak Mulia dalam Meningkatkan dan Menjaga Disiplin Kebersihan di Pondok Pesantren.

3. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini merupakan bahan latihan dalam penulisan karya ilmiah sekaligus menjadi acuan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya.

4. Untuk pembaca, diharapkan penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan khusunya mengenai pembinaan akhlak mulia dalam menjaga dan meningkatkan disiplin kebersihan di Pondok Pesantren


(1)

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan diambil dari hasil analisis terhadap hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan pada BAB I. Kesimpulan ini akan mencakup (a) tata tertib dan pelaksanaan kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah, (b) Disiplin komponen dalam memelihara kebersihan (c) Hambatan dan Kesulitan dalam melaksanakan kebersihan (d) Hasil Pembinaan Akhlak dalam menjaga dan meningkatkan disiplin kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah.

Pondok Pesantren Al-Basyariyah ialah pesantren modern yang menerapkan kurikulum Negara dengan pelajaran kepesantrenan. Pondok pesantren Al-Basyariyah merupakan pesantren yang sangat menjunjung tinggi kebersihan, baik itu kebersihan personal maupun kebersihan lingkungan. banyak peraturan-peraturan yang diterapkan untuk menjaga dan meningkatkan kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah. Peraturan-peraturan tersebut ialah peraturan yang dibuat oleh Para pemimpin Pondok dan peraturan yang dibuat oleh organisasi santri Pesantren Al-Basyariyah (OSPA). Dengan peraturan yang begitu banyaknya dapat terlihat bahwa pesantren Basyariyah sangat menjungjung tinggi kebersihan Pondok Pesantren Al-Basyariyah.

Model Pembinaan Disiplin Kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah dilaksanakan sesuai dengan teori Pembinaan yang ada, mulai dari perencanaan sampai evaluasi di jalankan dengan baik. Perencanaan tidak akan berhasil jika tidak dilaksanakan, pelaksanaan pembinaan disiplin kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah sudah baik, karena sudah sesuai dengan


(2)

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

teori pembinaan yang ada. Pelaksanaan disiplin kebersihan, dilaksanaan pada setiap hari dengan cara, pembagiaan tandzif atau bersih-bersih yang dilaksanakan secara bergantian. Dalam pelaksanaan disiplin kebersihan tidak luput dari pengawasan asatidz dan bagian Kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah. Sehingga pelaksanaan disiplin Kebersihan dapat berjalan dengan lancar. Meskipun tidak setiap hari melaksanakan pengawasan secara langsung, namun pelaksanaan disiplin kebersihan dapat berjalan dengan baik.

Dalam menjalankan atau melaksanakan disiplin kebersihan, banyak komponen yang harus disiapkan oleh pesantren Al-Basyariyah, adapun komponen-komponen yang disiapkan dalam menjalankan disiplin kebersihan, ialah dengan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh santri. Selain sarana dan prasarana yang terpenuhi. Santri juga mendapatkan pelajaran mengenai pentingnya menjalankan disiplin kebersihan dari para Asātiż atau Pembina. Setiap pelaksanaan suatu kegiatan, selalu ada hambatan dan halangan dalam menjalakannya, begitu pun dengan pelaksanaan disiplin kebersihan di Pesantren Al-Basyariyah. Hambatan yang dirasakan oleh para Pembina atau asatidz Pesantren Al-Basyariyah ialah sulitnya mengatur para pengurus yang bertanggung jawab dalam memimpin terlaksananya disiplin kebersihan, serta kurangnya rasa peduli dan tanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan.

Sistem Evaluasi dari pembinaan Akhlak mengenai disiplin kebersihan di Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung, dilaksanakan dengan kurang lancar. System evaluasi pembinaan akhlak di Pondok Pesantren Al-Basyariyah ini menggunakan tekhnik non tes, teknik non tes yang digunakan ialah pengamatan atau observasi. Evaluasi pembinaan kebersihan dilaksanakan secara rutin satu tahun sekali oleh anggota OSPA (Organisasi Santri Pesantren Al-Basyariyah) dalam bentuk LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) sebagaimana yang dikemukakan oleh Ustāż Endang Suhendi, S.Ag dan ketua Bagian Kebersihan Nurhasanah. Evaluasi tersebut merupakan


(3)

79

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

evaluasi terakhir dalam satu tahun, yang mana hasil evaluasi tersebut diserahkan kepada Pimpinan Pondok Pesantren Al-Basyariyah. pembinaan akhlak mulia dalam meningkatkan dan menjaga disiplin kebersihan di pesantren Al-Basyariyah mendapatkan respon yang baik dari kesehatan santri Pesantren Al-Basyariyah. Hal tersebut bisa dilihat dari grafik santri sakit dermatitis yang semakin tahun makin menurun penderitanya. Kesimpulan ini diambil berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini yang membicarakan mengenai banyaknya santri yang menderita penyakit Dermatitis (Budug).

B. REKOMENDASI

1. Untuk Pondok Pesantren Al-Basyariyah Bandung, bagi Pondok pesantren yang diteliti diharapkan dapat meningkatkan disiplin pesantren terutama dalam hal kebersihan.

2. Untuk civitas akademik Universitas Pendidikan Indonesia, khusunya jurusan IPAI Ilmu Pendidikan Agama Islam mempunyai dokumentasi mengenai Model Pembinaan Akhlak Mulia dalam Meningkatkan dan Menjaga Disiplin Kebersihan di Pondok Pesantren.

3. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini merupakan bahan latihan dalam penulisan karya ilmiah sekaligus menjadi acuan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya.

4. Untuk pembaca, diharapkan penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan khusunya mengenai pembinaan akhlak mulia dalam menjaga dan meningkatkan disiplin kebersihan di Pondok Pesantren


(4)

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

---. (2005). Al-qur`ān Tajwid dan Terjemahnya. (Lajnah Pentashihal-Quran Departemen Agama Republik Indonesia, Trans.) Depok: al-Huda.

Abdullah, Y. (2007). Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran. Jakarta: Amzah. Alwasilah, A. C. (2012). Pokoknya Kualitatif. jakarta: Pustaka jaya.

Aly, A. (2011). Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azhari, F. (2012). Model Pembinaan Keagamaan Islam pada Pekerja Seks Komersial. Salatiga: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri.

Brannen, J. (2002). Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pusataka Pelajar.

Damopoli, M. (2011). Pesantren Modern IMMIM Pencetak Muslim Modern. Jakarta: Rajawali Pers.

Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Gafur, A. (1978). Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda. Jakarta: Sekretariat Menteri Muda Urusan Pemuda Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Harjanto. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hasan, P. (2008). Pengantar Psikologi Kesehatan Islami. Jakarta: Rajawali Pers. Hudzaifah. (2013, September 13). MINA Mi'raj Islamic News Agency. Retrieved

April 9, 2015, from Mirajnews.com:

http://mirajnews.com/id/artikel/tausiyah/kebersihan-dan-kesehatan-lingkungan-dalam-Islam/

Imron, A. (2012). Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Latifah, M. S. (2012). Model Pembinaan Pelaksanaan Ibadah Shalat bagi Tuna


(5)

81

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Masbid, dkk. (2014, Juli 16). Dunia Pelajar. Dipetik April 1, 2015, dari Blogspot: http://www.duniapelajar.com/2014/07/16/pengertian-disiplin-menurut-para-ahli/

Maulana, F. (2013, September 6). Dipetik maret 10, 2015, dari http://blogfikriuu.blogspot.com/2013/09/artimanfaatdan-contoh-prilaku-disiplin.html?m=1

Moleong, L. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhaimin, M. A. (2008). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Rosdakarya. Mulyana, D. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution, M. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Nata, A. (2003). Akhlak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nata, A. (2010). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana. Noor, M. (2006). Potret Dunia Pesantren. Bandung: Humaniora. Saebani, B. A. (2010). Ilmu Akhlak. Bandung: Pustaka Setia.

Sagala, S. (2010). Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Satori, D. &. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Setianingsih, N. I. (2013). Pembinaan Karakter Melalui Pendidikan Kewarganaegaraan Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di Sekolah. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia, 55.

Shofiya, M. (2008). Pembinaan Keagamaan Pada Anak dalam Keluarga Single Parent. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Sudjana, D. (2008). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Remaja Rosdakarya.

Sudjana, D. (2010). Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(6)

Dini Rinjani, 2014

MODEL PEMBINAAN AKHLAK MULIA DALAM MENINGKATKAN DAN MENJAGA DISIPLIN KEBERSIHAN DI PONDOK PESANTREN AL-BASYARIYAH BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sukmadinata, N. S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda.

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suwandi, B. d. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam al-Quran. Bandung: Alfabeta.

Tafsir, A. (2010). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda.

Tim Penulis Dosen PAI. (2009). Islam Tuntunan dan Pedoman Hidup. Bandung: Value Press.

Tuanaya, d. (2007). Modernisasi Pesantren. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama. Tim Lemhannas dan Tim Depdikbud. (1997). Disiplin Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

UU Sisidiknas. (2013). Bandung: Fokusmedia.