METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT.

(1)

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA

DI PESANTREN “AL

-

ISHLAH”

TAJUG

INDRAMAYU JAWA BARAT

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Master Pendidikan

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh AHMAD SAHMIR

1202628

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN AL-ISHLAH TAJUG

INDRAMAYU JAWA BARAT

Oleh

AHMAD SAHMIR

S.Pd.I IAIN SUNAN AMPEL Surabaya, 2004

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana

© Ahmad Sahmir 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBARAN PENGESAHAN

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN AL-ISHLAH TAJUG

INDRAMAYU JAWA BARAT

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMIMBING:

Pemimbing 1

Dr. H. Endis Firdaus, M. Ag. NIP. 1957 0303 1988 03 1 001

Pemimbing II

Dr. Munawar Rahmat, M. Pd. NIP. 19580128.198612.1.001

Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam

Dr. H. Endis Firdaus, M. Ag. NIP. 1957 0303 1988 03 1 001


(4)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Metode Pembinaan Akhlak Mulia di Pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dengan karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 3 januari 2015 Yang Membuat Pernyataan


(5)

1 Ahmad Sahmir, 2015

METOD E PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG IND RAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat

AHMAD SAHMIR

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh merosotnya moral bangsa sehingga terjadi dekadensi moral pada anak usia remaja yang masih sekolah, seperti tawuran, sex bebas, narkoba, tidak patuh dan hormat pada orang tua, dan lain sebagainya. Hal itu dikarenakan lembaga pendidikan belum mempunyai konsep metode pembinaan terhadap akhlak mulia yang dapat diterapkan dalam pembinaan siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh konsep metode pembinaan akhlak mulia yang tepat dan dapat diaplikasikan dengan baik pada sebuah lembaga pendidikan tertentu. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pada prosesnya peneliti menempatkan diri sebagai human instrument. Adapun lokasi penelitiannya adalah pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat, dengan subjek penelitiannya Kiyai (Pimpinan) pesantren sebagai elite respondent yaitu KH. Imam Mawardi Hakim. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Penelitian ini menemukan beberapa hal terkait dengan konsep metode pembinaan akhlak mulia, yaitu sebagai berikut: 1) Makna metode pembinaan akhlak mulia yaitu pembinaan mental yang dapat melahirkan sikap dan perilaku yang baik. 2) Tujuan metode pembinaan akhlak mulia yaitu untuk mempermudah dalam membentuk kepribadian santri yang berpedoman pada ajaran Islam dalam segala tingkah lakunya yang berorientasi kepada hari akhirat. 3) Macam-macam metodenya yaitu keteladanan, pembiasaan, hukuman, nasehat. 4) Dasar-dasar metodenya mengacu pada agama, psikologis, dan sosiologis. 5) Prinsip-prinsip metode pembinaan yaitu dilakukan terus menerus, perubahan individu dan sosial, sesuai dengan keadaan zaman, bervariasi, penyadaran, kasih sayang, dan keterkaitan.


(6)

2 Ahmad Sahmir, 2015

METOD E PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG IND RAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Coaching methods of noble character in Al-Ishlah Tajug boarding school Indramayu, West Java

AHMAD SAHMIR

This study was motivated by the moral decline of the nation resulting in moral decadence in children of school age adolescents who still like brawl, free sex, drugs, do not obey and respect their parents, and so forth. It is because the institution does not have the concept of the noble character of coaching methods that can be applied in coaching students. The purpose of this study was to obtain the concept of noble character coaching methods appropriate and well can be applied in a particular institution. This study used a qualitative descriptive approach. In the process the researchers put themselves as human instrument. The location of the study was the Al-Islah Tajug boarding school in Indramayu West Java, with a research subject, Kiyai (Leader) as an elite boarding respondent namely KH. Imam Mawardi Hakim. Data collection techniques using observation, interviews, and documentation study. This study found a couple of issues related to the concept of noble character coaching methods, as follows: 1) Meaning noble character coaching method that can give rise to mental coaching attitudes and good behavior. 2) Objective methods of coaching noble character is to facilitate in shaping the personality of the students are guided by the teachings of Islam in any behavior which is oriented to the hereafter. 3) Various methods are exemplary, habituation, penalties, advice. 4) The basics of the method refers to the religious, psychological, and sociological. 5) The principles of the method is performed continuously coaching, individual and social change, according to the circumstances of the times, varied, awareness, compassion, and connection.


(7)

1 Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN... i

SURAT PERNYATAAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... v

ABSTRAK... Error! Bookmark not defined.i DAFTAR ISI... viii

DAFTAR LAMPIRAN... x

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xi BAB I PENDAHULUAN ...

Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Identifikasi Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not defined. E. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined. F. Manfaat Penelitian... Error! Bookmark not defined. G. Struktur Organisasi Tesis ... Error! Bookmark not defined. BAB IIKAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. Konsep Metode Pembinaan Akhlak Mulia . Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Metode Pembinaan Akhlak Mulia...Error! Bookmark not

defined.

2. Landasan Metode Pembinaan Akhlak Mulia ...Error! Bookmark not

defined.

3. Prinsip-Prinsip Metode Pembinaan Akhlak Mulia .Error! Bookmark not

defined.

4. Tujuan Metode Pembinaan Akhlak Mulia ...Error! Bookmark not


(8)

2 Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak Mulia .... Error!

Bookmark not defined.

6. Ruang Lingkup Akhlak Mulia ... Error! Bookmark not defined. 7. Macam- macam Metode Pembinaan Akhlak Mulia Error! Bookmark not

defined.

B. Pendidikan Pesantren ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Pesantren ... Error! Bookmark not defined. 2. Tujuan Pesantren ... Error! Bookmark not defined. 3. Tipologi Pesantren ... Error! Bookmark not defined. 4. Perbedaan Antara Pesantren Salaf dan Modern ...Error! Bookmark not

defined.

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan... Error! Bookmark not defined. D. Hubungan Akhlak Mulia Dengan Pendidikan Agama Islam ... Error!

Bookmark not defined.

BAB IIIMETODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined. A. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined. B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Definisi Operasional... Error! Bookmark not defined. E. Instrumen Penelitian... Error! Bookmark not defined. F. Jenis dan Sumber Data ... Error! Bookmark not defined. G. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. H. Teknik Analisa Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Error! Bookmark not defined.

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Makna Metode Pembinaan Akhlak Mulia...Error! Bookmark not

defined.

2. Tujuan Metode Pembinaan Akhlak Mulia ...Error! Bookmark not

defined.

3. Macam- macam Metode Pembinaan Akhlak Mulia Error! Bookmark not


(9)

3 Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

4. Dasar-dasar Metode Pembinaan Akhlak Mulia...Error! Bookmark not

defined.

5. Prinsip-prinsip Metode Pembinaan Akhlak Mulia .Error! Bookmark not

defined.

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Makna Metode Pembinaan Akhlak Mulia .. Error! Bookmark not defined. 2. Tujuan Metode Pembinaan Akhlak Mulia .. Error! Bookmark not defined. 3. Macam- macam Metode Pembinaan Akhlak Mulia ...Error! Bookmark not

defined.

4. Dasar-dasar Metode Pembinaan Akhlak Mulia ...Error! Bookmark not

defined.

5. Prinsip-prinsip Metode Pembinaan Akhlak Mulia ....Error! Bookmark not

defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11

: Kategorisasi dan Koding Data Transkrip Hasil Wawancara : Data Observasi

: Profil Pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat

: Petugas Kedisiplinan, Jenis Pelanggaran, dan Bentuk Hukuman : Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler di Pesantren Al-Ishlah Tajug : Jadwal Kuliah Subuh dan Khotbah Jumat

: Jadwal Azan dan Imam Salat Fardu

: Kelompok Bimbingan Sorogan Membaca Alquran : Jadwal Kegiatan Setelah Shalat Subuh

: Foto-foto Kegiatan Santri : Pedoman Etiket Santri


(10)

4 Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu Lampiran 12

Lampiran 13

: Pedoman Wawancara : Keterangan Koding

PEDOMAN TRANSLITERASI DARI ARAB KE LATIN INDONESIA

Transliterasi yang digunakan dalam buku ini berdasarkan SK Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 dan 0543b/U/1987 dengan beberapa contoh berikut:

A. Konsonan

Arab = Latin

Arab = Latin

Arab = Latin

Arab = Latin

ث ṡ ذ ż ص ṣ ظ ẓ

ح ḥ ز z ض ḍ ع ‘a


(11)

5 Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

غ g B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Arab Nama Latin Contoh Arab Dibaca

... fatḥaḥ a َأرـق qara`a

... kasraḥ i ََـحر raḥima

... ḍammaḥ u َبتـك kutiba

2. Vokal Panjang (maddah)

Arab Nama Latin Contoh Arab Dibaca

اـ fatḥaḥ ā ا اق qāmā

َ يـ kasraḥ ī يحر raḥīm


(12)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Masalah terbesar yang menjadi persoalan bangsa Indonesia adalah dekadensi moral. Prilaku anak usia remaja saat ini begitu memprihatinkan. Karena usia remaja merupakan suatu masa yang terdapat banyak perubahan (pancaroba) yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak meuju masa dewasa tanpa batasan usia yang jelas (Haqani, 2004, hal. 8). Banyak pelanggaran dilakukan telah merusak tatanan sosial dan agama, seperti tawuran, sex bebas, sikap tidak sopan, sikap arogansi seperti geng motor, menentang orang tua, melakukan tindakan kriminal, balapan liar, perjudian, tawuran/perkelahian, narkoba dan banyak lagi sikap dan tingkah laku amoral yang mencerminkan akhlak tercela dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal itu telah banyak juga dilakukan oleh para pelajar di Indonesia.

Menyangkut Perilaku buruk yang dilakukan oleh para pelajar tersebut menurut Komariah (2011, hal. 46), dapat dikelompokkan menjadi tiga klasifikasi yaitu kenakalan ringan (keras kepala, tidak patuh pada orang tua dan guru, bolos/lari dari sekolah, malas belajar, suka berkelahi, serta tidak sopan dalam perkataan dan perbuatan. kemudian kenakalan yang mengganggu terhadap lingkungan/orang lain (mencuri, menodong, merampok, menganiaya, memfitnah, merusak milik orang lain, membunuh, serta geng motor. Selanjutnya kenakalan seksual (hetero-seksual dan homo-seksual yaitu dengan lain jenis dan sesama jenis). Sejalan dengan itu, menurut Rahmat (2010, hal. 5), emosi para siswa yang tidak terkontrol sehingga terjadi banyak tawuran di sana sini, para pelajar yang menyalahgunakan penggunaan obat-obatan terlarang, pergaulan yang memperlihatkan kebebasan antara lawan jenis dikalangan siswa dan siswi, banyak sekali sikap tidak mempunyai rasa hormat terhadap para orang tua dan guru juga banyak terlihat di kalangan para pelajar. Sebaliknya, perilaku yang terlihat saat ini justru kurangnya sikap yang mencerminkan akhlak mulia di masyarakat, seperti


(13)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

kejujuran, sopan santun, kesederhanaan, adil, kasih sayang, tolong-menolong, kerja keras, disiplin, bersih, beriman, dan sebagainya.

Rusaknya moral dan akhlak bangsa tidak terlepas dari perkembangan teknologi yang serba canggih pada zaman sekarang ini. Fenomena globalisasi ini dapat melawan kekuatan penerapan karakter bangsa (Budimansyah, 2010, hal. 9). Penggunaan teknologi tersebut sangat leluasa sehingga tidak ada batas lagi dengan ruang dan waktu dalam berkomunikasi, bersosialisasi, dan berinteraksi antar warga, masyarakat, dari satu wilayah ke berbagai wilayah sampai antar negara, seperti jaringan internet, televisi, game (play station), dan alat-alat telekomunikasi lainnya telah banyak memberikan kontribusi mengarahkan kepada nilai-nilai negatif di dalamnya. Acara telivisi seringkali menyiarkan acara dan film yang mempertontonkan kenakalan remaja, pertengkaran, perkelahian, merendahkan orang lain, menghina orang lain, yang seolah-olah memberikan contoh untuk ditiru oleh masyarakat yang berkesan mejadi acuan dalam perilaku bangsa Indonesia. Begitu juga pada game (play station) yang dimainkan anak-anak kebanyakan bermuatan permusuhan, perkelahian, dan menjatuhkan lawan yang seolah-olah anak dididik untuk berbuat demikian. Didikan yang diperoleh melalui permainan tersebut karena seringnya dilakukan sampai melekat pada dirinya sebagai perbuatan yang musti ditiru dalam kehidupan nyata. Belum lagi tayangan porno dan sex yang dengan mudah dapat diakses melalui media tersebut. Dampaknya, semakin hari semakin tergeser nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat karena terpengaruh oleh budaya yang selalu mengedepankan kebebasan dalam kehidupan. Kebudayaan barat yang anti terhadap aturan agama dan mengedepankan kebebasan sangat mudah mengubah pola pikir, pola sikap, dan tingkah laku yang melekat pada setiap individu masyarakat Indonesia, terutama mereka yang masih labil dalam kepribadiannya yaitu di kalangan remaja. Pengaruh program televisi lebih besar dari pada nilai-nilai yang diajarkan guru di sekolah terhadap anak. Seberapapun giatnya guru dalam menanamkan nilai kebaikan akan terkikis oleh dampak televisi yang lebih melekat pada diri anak. Itu semua tidak lepas dari campur tangan kebudayaan terkuat yang menjadi negara


(14)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

adikuasa yaitu Amerika yang dapat mempengaruhi kebudayaan lain yang berada lebih rendah dari mereka. Budaya tersebut terus mengalir seolah-olah bagaikan mata air dari puncak gunung yang mengalirkan ke lembah-lembah yang berada di bawahnya dengan menggunakan berbagai sistem rekayasa untuk dapat mempengaruhi yang lain yang kemudian dapat merubah pola dan gaya hidup bangsa Indonesia (Rahmat, 2010, hal. 9-10).

Salah satu upaya yang dapat mengubah keadaan moral bangsa Indonesia melalui pendidikan. Pendidikan dapat membentuk suatu perubahan yang mengarah kepada pembentukan kepribadian sesuai dengan tujuan pendidikan tersebut (Zuhairini, 1995, hal. 23). Oleh sebab itu, pendidikan merupakan elemen yang sangat signifikan dalam menjalani kehidupan. Karena dari sepanjang perjalanan manusia pendidikan merupakan barometer untuk mencapai nilai-nilai kehidupan. Pendidikan di Indonesia sejatinya harus mengacu kepada filsafat bangsa yaitu pancasila. Inti dari pancasila sebagaimana ungkapan Tafsir (Majid, 2013, hal. xiv) adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi, pendidikan mengarah kepada terbentuknya manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Dilihat dari rumusan tujuan pendidikan nasional, bahwa tujuan pendidikan tersebut sangat serasi dengan tujuan pendidikan agama Islam yaitu berdasarkan UU No. 20/2003:

Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pada salah satu bagian dari tujuan pendidikan nasional di atas bertujuan mewujudkan manusia yang berakhlak mulia. Ajaran agama Islam dalam bentuk akidah dan syariat harus tertanam dalam diri setiap pemeluknya melalui akhlaknya. Sebagai salah satu bentuk pribadi yang baik ialah yang berakhlak mulia. Dilihat dari keberhasilan Nabi Muhammad dalam mengemban amanat Allah dalam misi menyebarkan agama Islam ialah melalui akhlak mulianya dalam kehidupan sehari-hari sehingga beliau tercatat dalam Alquran sebagai manusia


(15)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

yang berakhlak paling baik. Seperti telah tertulis dalam Alquran surat Al-Aḥzāb [33]: 21, yaitu:

قل اك م ل يف وسر ه ةوسأ ةنسح ل اك وجري ه مويلاو رخآا رك و ه اريثك

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Al-Aḥzāb [33]: 21) .

Sejalan dengan itu, bahwa inti dari ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. adalah terlaksananya perbaikan akhlak pada ummat manusia. Sebagaimana tertulis dalam sebuah Hadis yang artinya: “sesungguhnya aku diutus

untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (Al-Baiḥaqī, 1344 H, hal. 472). Dari Hadis tersebut terlihat begitu pentinya pendidikan akhlak dalam pandangan Islam. Karena itu rusaknya akhlak menyebabkan kerusakan pada suatu pendidikan dalam pandangan Islam. Sebagai Salah satu bentuk implikasi pendidikan terhadap ajaran Islam dalam bentuk akhlak mulia adalah dimuatnya mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) pada sekolah-sekolah umum di Indonesia.

Secara umum pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang yang sudah matang atau dewasa mengenai kehidupan terhadap manusia yang belum dewasa agar kelak mampu menjalani kehidupan dengan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kapasitasnya (Zuhairini, 1995, hal. 11). Sedangkan pengertian kehidupan dalam pandangan Islam sangat luas yaitu meliputi kehidupan di dunia dan akhirat. Perjalanan kehidupan manusia tidak hanya selesai di dunia saja, melainkan sampai pada kehidupan yang abadi sebagai pertanggungjawaban pada setiap individu di hadapan Tuhannya.

Berdasarkan pandangan pendidikan Islam tersebut di atas dapat dikategorikan bahwa pendidikan seyogyanya mempersiapkan peserta didik agar damai dan sejahtera pada kehidupan di dunia dan akhirat. Dengan kata lain, setiap manusia diminta pertanggungjawabannya selama hidup di dunia ini yang dapat

Seluruh teks dan terjemah Al-Quran dalam tesis ini dikutip dari Al-Quran in word yang telah

disesuaikan dengan Al-Quran dan terjemahnya, Penerjemah: Tim penerjemah Departemen Agama RI. Jakarta: PT. Sigma Examedia Arkankema. 2009.


(16)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

diperoleh hasilnya dan dipetik untuk kehidupan di akhirat. Dengan demikian manusia tidak akan semena-mena dalam menjalankan kehidupannya. Perilakunya akan senantiasa terkontrol dengan baik berdasarkan aturan agama yang sempurna. Kesempurnaan hidup sebagai seorang muslim yaitu sebagai khalīfah dan abdullāh (insān kāmil) di muka bumi dengan mencerminkan kepribadian yang

kāffah. Tentang insān kāmil sebagaimana dimaksud yaitu manusia yang dapat melaksanakan tugas sebagai khalīfah sebagaimana tertera dalam Alquran antara

lain pada Surah Al-Baqarah [2]: 30, dan sebagai khalīfah pada firman Allah

dalam surat Al-Żāriyāt [51]: 56 dan Al-Baqarah [2]: 21. Sesuai dengan pemahaman tersebut, berkaitan dengan yang dimaksud dari insān kāmil yang

disepakati oleh kaum muslimin adalah manusia sempurna seperti kepribadian para Nabi dan Rasul (Rahmat, 2010, hal. 40).

Upaya yang telah dilakukan terhadap pembinaan akhlak mulia, salah satunya dengan mencantumkan mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah. Namun, mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diberikan di sekolah ternyata belum cukup memberikan kontribusi yang baik bagi pembentukan perilaku siswa berakhlak mulia. Hal ini disebabkan karena pemahaman yang diberikan melalui mata pelajaran tersebut masih belum melekat pada kepribadian siswa. Selain kurangnya kontrol guru terhadap tingkah laku peserta didik, juga kurangnya jam pelajaran pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah yang hanya sekitar dua jam mata pelajaran saja perminggu. Di sisi lain, kurangnya suri teladan yang diperlihatkan oleh orang tua dan guru terhadap para peserta didik dapat menyebabkan mereka tidak terbiasa dengan tingkah laku yang baik berupa akhlak mulia dalam kehidupannya. Selain itu, guru hanya menjadi transfer of knowledge dalam proses pendidikan yang mengedepankan pengetahuan semata-mata tanpa memperhatikan perubahan sikap dan tingkah laku siswa ke arah yang lebih positif (Daradjat, 1971, hal. 50).

Selanjutnya, jika dicermati praktek pembelajaran di lembaga-lembaga pendidikan modern saat ini, tampak jelas adanya ketidakseimbangan antara pembinaan intelektual dengan pembinaan akhlak (moral), yang pertama


(17)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

mendapat porsi yang jauh lebih besar, sementara yang kedua nyaris terabaikan. Lembaga pendidikan saat ini mengalami degradasi fungsional dan semakin berorientasi materialistik, di mana akurasi suatu lembaga pendidikan cenderung diukur dari sejauh mana output-nya dapat berpartisipasi aktif dalam mengisi lapangan kerja yang disediakan oleh dunia industri. Kondisi ini kemudian mendorong lembaga pendidikan untuk lebih mementingkan pengembangan kemampuan intelektual sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dunia industri. Akreditasi sebuah lembaga pendidikan misalnya, antara lain diukur dari sejauhmana output-nya dapat mencapai standar nilai rata-rata yang telah ditentukan secara nasional, dan sekali lagi nilai rata-rata tersebut hanya mencerminkan kapasitas intelektual seseorang, dan sama sekali tidak dapat memberikan gambaran tentang kapasitas moral atau akhlaknya.

Sebagaimana diketahui bahwa tingkah laku itu terbentuk dari dua cara, yaitu secara internal dan eksternal. Secara internal yaitu sifat yang dibawa oleh seseorang pada dirinya sebagai bentuk kepribadiannya sejak lahir, sedangkan secara eksternal adalah tabiat yang dimiliki seseorang karena pengaruh dari lingkungan (Nata, 2003, hal. 146). Cara yang pertama merupakan fitrah yang diberikan Allah merupakan kelebihan seseorang. Sedangkan cara yang kedua merupakan hasil upaya manusia yang dapat mengubah perilakunya menjadi lebih baik karena adanya kebiasaan yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dapat diketahui bahwa perilaku akhlak mulia dapat dibentuk pada diri seseorang melalui penciptaan lingkungan yang baik yang mendukung terhadap pembentukan akhlak mulia.

Pembinaan akhlak seseorang yang lebih utama seharusnya dilakukan dalam lingkup keluarga terlebih dahulu, dimana keluarga merupakan pendidik pertama dan utama yang sekaligus dapat mengontrol tingkah laku anak setiap hari. Namun, menurut Durkheim seperti dikemukakan oleh Kohlberg, walaupun pendidikan dalam lingkungan keluarga merupakan suatu persiapan pertama yang baik sekali bagi kehidupan moral anak, tapi kegunaannya cukup terbatas. Suatu hal yang dipandang sangat penting dalam kehidupan menurut beliau adalah rasa


(18)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

hormat pada peraturan, yang mana hal tersebut di dalam keluarga hampir tidak tersentuh (Kohlberg, 1995, hal. 120).

Berdasarkan beberapa kendala di atas maka perlu adanya konsep metode yang tepat yang dapat dipergunakan oleh lembaga pendidikan dalam pembinaan akhlak mulia. Metode yang benar dan bervariasi sangat dibutuhkan untuk dapat menanamkan akhlak mulia pada anak bangsa. Sebab, seperti apapun materi yang dianggap baik namun tidak memiliki metode yang relevan dalam penerapannya maka tidak akan memperoleh hasil yang maksimal.

Adapun metode yang mungkin lebih tepat dalam menanamkan akhlak mulia dengan menggunanakan konsep metode pembinaan akhlak mulia pada pendidikan di pondok pesantren. Pendidikan yang diberikan berlangsung sepanjang hari akan sangat efektif dalam membentuk kepribadian yang baik yang mana di dalamnya terdapat berbagai metode pendidikan dan peraturan. Sementara itu, pondok pesantren selalu berfokus pada prioritas pembentukkan mental spritual dan etika yang diutamakan dengan menyediakan tempat santri bermukim di dalamnya (Abdurrachman, 2002, hal. 75). Oleh sebab itulah para orang tua yang mengirimkan anak mereka mengenyam pendidikan di pondok pesantren berharap dapat menjadi anak yang alim, pandai dan menjadi ulama yang berakhlak mulia. Selain itu, pondok pesantren merupakan bentuk pendidikan asli bagi ummat Islam di Indonesia sedangkan sistem persekolahan yang ada pada saat ini merupakan pola pendidikan yang dibawa oleh penjajah di masa Belanda (Rahmat, 2010, hal. 13). Wajar saja jika masyarakat mengkhawatirkan akan pendidikan anak-anak mereka tercemar oleh lajunya arus globalisasi, maka mereka selalu kembali memasukkan ke pondok pesantren sebagai tempat pendidikannya.

Sehubungan dengan hal tersebut, pembinaan akhlak (moral) akan lebih efektif jika diterapkan dengan proses penyadaran, juga disiplin melalui peraturan yang dapat diterima oleh peserta didik. Di sinilah letak makna penting lembaga pendidikan pondok pesantren dalam proses pembinaan akhlak mulia. Sementara itu, jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan formal lainnya yang tidak memiliki kemampuan untuk membina peserta didik sepenuhnya karena sebagian


(19)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

besar waktu mereka dihabiskan di luar sekolah, maka pondok pesantren dapat menjadi solusi terbaik. Hal itu disebabkan lembaga pendidikan Islam (pondok pesantren) mampu melakukan pengawasan yang optimal dalam mengontrol lingkungan pergaulan anak didik di luar jam sekolah.

Pada lembaga pondok pesantren tersedia sarana tempat tinggal, seperti asrama bagi para santri, sehingga pembinaan dan kontrol terhadap mereka dapat dilakukan secara maksimal, 24 jam sehari. Namun, mengisolir anak didik dari lingkungan luar tentu saja bukanlah suatu jaminan bagi keberhasilan pendidikan akhlak mulia. Yang terpenting adalah diperlukan sebuah konsep metode dan aplikasi pembinaan akhlak mulia yang benar-benar matang dalam proses pelaksanaannya. Berbagai metode pembinaan dapat dipergunakan secara maksimal pada lembaga pendidikan di pondok pesantren tersebut.

Berdasarkan sejarahnya, lembaga pondok pesantren yang pada mulanya hanya berupa pengajian yang diberikan pada langgar, masjid dan di rumah untuk mempelajari Alquran dan kitab-kitab dalam bahasa arab dengan menggunakan metode tradisional seperti metode sorogan dan bandongan (Dhofier, 2011, hal. 53-54). Namun sesuai dengan perkembangan zaman, maka pondok pesantren telah menyesuaikan diri sebagai lembaga pendidikan Islam yang dapat menjadi wadah bagi pengembangan kepribadian seseuai dengan perkembangan pemikiran Islam terntang pendidikan yang menselaraskan antara pendidikan agama dan umum dalam suatu lembaga yang islami dan mandiri tersebut. Sistem yang ada di pesantren juga disesuaikan dengan sistem persekolahan dengan menerapkan sistem klasikal, sehingga kurikulum umum dan agama dapat diterapkan secara maksimal dari berbagai jenjang pendidikan yang juga diterapkan disana dengan tujuan dapat membekali para santri ketika terjun di masyarakat (Ramayulis, 2011, hal. 376).

Berdasarkan asumsi tersebut, penelitian ini bermaksud mengkaji konsep metode pembinaan akhlak mulia yang diterapkan pada pondok pesantren yang berada di Indramayu Jawa Barat, yakni Pondok Pesantren “Al-Ishlah” Tajug,


(20)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

terkait dengan metode yang diterapkannya dalam pembinaan akhlak mulia bagi para santrinya.

Di antara konsep metode yang diperguanakan yaitu pembiasaan. Pembiasaan merupakan mengamalkan sesuatu yang dengan sengaja melakukan sesuatu itu secara berulang-ulang sehingga menjadikan pelakunya terbiasa dengan mudah melakukan hal tersebut dalam kehidupannya sehingga menjadi tabiat baginya. Kebiasaan seperti itu disebut sebagai riyāḍah yaitu upaya menjadikan jiwa yang baik dengan membiasakan terhadap perbuatan yang baik (Al-Qasimi, 2013, hal. 311). Sebagaimana diketahui bahwa kebiasaan sering menjadi rutinitas yang menjadikan setiap individu menjadi terbiasa dan akhirnya senang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu. Metode pembiasaan ini telah diajarkan oleh Rasulullah kepada ummat Islam dalam melatih anak-anak untuk terbiasa beribadah kepada Allah, seperti salah satu Hadisnya yang diriwayatkan oleh Abu Dawud yang maksudnya agar memerintahkan anak-anak dalam melatih mereka untuk membiasakan salat dengan menyuruhnya ketika berumur tujuh tahun dan dengan pukulan terhadap mereka ketika sudah berumur sepuluh tahun (Mulyasa, 2012, hal. 166). Betapa pentingnya peran pembiasaan dalam kehidupan, sehingga dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan ilmu faal (dalam bidang olahraga) juga memerlukan pembiasaan sebagai gerak reflek untuk membentuk perbuatan dalam rumus serta teori tertentu.

Sejalan dengan hal tersebut, untuk memberikan kesadaran pada setiap pribadi diperlukan pembiasaan dalam melakukan suatu yang dinilai baik dan pembiasaan dalam menghindari suatu yang dinilai buruk sesuai dengan dalil-dalil agama yang telah menjelaskan tentang hal yang harus dikerjakan dan yang harus ditinggalkan oleh seorang muslim diperlukan metode lain yang dapat mendukung hal tersebut yaitu dengan metode targīb-tarhīb. Karena akhlak bukan hanya perilaku yang tampak oleh mata dalam bentuk perbuatan manusia saja, melainkan berasal dari lubuk hati yang paling dalam yang menjadi sikap dan perangai sebagai suatu kesatuan pada diri manusia. Untuk itu diperlukan kesadaran yang kuat untuk melakukan sesuatu dalam bertindak karena Allah semata-mata.


(21)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Dengan demikian perilaku yang keluar dari diri seseorang merupakan totalitas kehendak dirinya untuk melakukan kebaikan.

Selanjutnya diperlukan pemahaman dari konsep metode targīb-tarhīb. Metode targīb-tarhīb adalah metode yang diambil dari Alquran dengan pengertian janji dan ancaman. Janji kebaikan atau ganjaran dengan bujukan untuk melakukan suatu kebaikan serta ancaman agar tidak melakukan perbuatan yang salah, baik

dunyāwī atau ukhrāwī. Mengenai janji dan ancaman dapat digambarkan dalam bentuk ril yaitu pemberian hadiah dan hukuman yang bersifat mendidik yang berbeda dengan ala barat (Rahmat, 2012, hal. 515). Dengan metode ini dapat lebih mendorong terhadap akhlak mulia siswa karena melihat dari dua sisi yaitu adanya ganjaran kebaikan yang akan diperoleh dan juga ancaman berupa siksa atau hukuman yang akan diterima sesuai dengan perbuatannya seseorang baik atau buruk.

Selain metode yang telah disebutkan di atas masih banyak lagi metode-metode lain yang dipergunakan di pondok pesantren tersebut. Untuk lebih mendalam tentang konsep metode dalam penanaman akhlak mulia, maka penulis bermaksud melakukan penelitian di pondok pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat dengan judul “metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat”.

B.Identifikasi Masalah Penelitian

Keadaan bangsa Indonesia saat ini sedang dilanda krisis moral. Fenomena tersebut terbukti dengan maraknya tindakan kriminal dan kenakalan remaja. Banyak para pelajar yang terlibat perkelahian, pergaulan yang melampawi batas seperti sex bebas, narkoba, penentangan terhadap orang tua yaitu melawan terhadap orang tua dan bahkan tidak ada lagi sikap sopan santun terhadap orang tuanya, tidak patuh pada nasehat yang diberikan oleh guru, menganiaya orang lain semaunya sendiri, dan banyak lagi tindakan biadab lain yang dilakukan oleh para pelajar. Perilaku tersebut lama-kelamaan akan menghapus sikap baik pada diri seseorang berupa budi pekerti yang luhur seperti patuh pada orang tua dan guru,


(22)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

disiplin, jujur, kasih sayang, tolong-menolong, tawaḍḍu’, adil, kerja keras, dan sebagainya.

Ada beberapa faktor sebagai penyebab kemerosotan akhlak bangsa Indonesia tersebut. Di antaranya faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Peran keluarga sangat penting dalam membina moral anak. Penanaman etika seyogyanya diberikan oleh orang tua sejak anak masih kecil. Pandangan ini sesuai dengan konsep Islam berdasarkan Hadis Nabi yang artinya "Rasulullah SAW.

berkata: “Suruhlah anakmu mendirikan salat ketika berumur tujuh tahun dan

pukullah mereka karena meninggalkannya ketika ia berumur sepuluh tahun (HR. Tirmidzi) ('Isā, t.t., hal. 210). Hadis itu mengindikasikan bahwa pendidikan akhlak seharusnya diberikan oleh orang tua sebagai penanggung jawab utama. Namun pada kenyataannya, orang tua selalu lepas tangan terhadap akhlak anak-anak mereka. Di sisi lain, para orang tua kebanyakan tidak dapat dijadikan contoh teladan bagi anak-anaknya.

Pesantren merupakan salah satu sarana pendidikan formal yang dapat memberikan perubahan pada tingkah laku anak namun belum berhasil secara maksimal. Kenyataan ini disebabkan kurang tepatnya konsep pendidikan yang diterapkan. Pendidikan secara umum belum mengacu kepada pembinaan akhlak mulia sesuai dengan tujuan yang diharapkan agama Islam yaitu mengedepankan kepribadian yang ideal menuju terbentuknya insān kāmil (Rahmat, 2010, hal. 1).

Adapun kepribadian yang dimaksud dalam tujuan pendidikan nasional telah disebutkan untuk membentuk manusia seutuhnya, diantara indikatornya adalah berakhlak mulia. Karakter berakhlak mulia yaitu mempunyai sikap dan prilaku yang baik terhadap pencipta (khāliq), antar sesama manusia (makhlūq), dan lingkungan („ālam) (Mulyasa, 2012, hal. 248). Sementara itu pendidikan yang

diberikan di sekolah sebagian besar hanya mengedepankan perkembangan kognitif siswa, yaitu bagaimana agar mereka mampu menguasai pengetahuan tertentu pada setiap mata pelajaran yang diberikan tanpa menekankan aspek perilaku mereka ke arah yang lebih baik. Di sisi lain, guru dan orang tua belum menunjukkan sikap yang pantas ditiru yang dapat dijadikan sebagai suri teladan


(23)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

bagi anak-anak dalam kehidupannya. Selain itu juga karena banyaknya pengaruh dari kecanggihan teknologi sehingga tidak ada sekat antara ruang dan waktu seperti media televisi, internet, media telekomunikasi dan lain sebagainya.

Jika mengacu pada tujuan pendidikan nasional UU No.20/2003 yaitu yang dirumuskan sebagai berikut:

...berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dengan mengacu kepada ketentuan undang-undang di atas, seharusnya pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan formal yang dapat membentuk kepribadian siswa mampu memberikan pendidikan secara utuh. Pendidikan yang dapat menyentuh aspek tingkah laku santri. Perilaku yang diharapkan menjadi pembeda antara manusia yang terdidik dan tidak terdidik. Wujud perilaku yang baik berdasarkan konsep Islam ialah berakhlak mulia. Perilaku berakhlak mulia tidak hanya memberikan dampak positif terhadap kebaikan kehidupan di dunia saja, namun dampak yang lebih berarti akan menjadikan pribadi tersebut menadapatkan kebahagiaan hidup di akhirat kelak. Karena tujuan dari perilaku akhlak mulia itu tidak hanya patuh terhadap peraturan yang ada, namun untuk kepatuhan terhadap Allah melalui ajaran agama Islam.

Selanjutnya, masyarakat merupakan tempat dimana seseorang dapat barnaung dengan memberikan pengaruh dan dipengaruhi oleh keadaan tersebut. Jika diperhatikan kebanyakan pengaruh yang terlihat di masyarakat sangat melekat pada kehidupan anak. Misalnya kebiasaan yang ada di masyarakat sangat memicu anak untuk berbuat demikian. Sama juga halnya dengan pengaruh era globalisasi sangat mendominasi kehidupan di masyarakat. Kebudayaan di Indonesia banyak dipengaruhi oleh budaya barat yang berusaha mengedepankan kebebasan dan anti agama, sehingga aturan agama dan norma-norma dalam kehidupan selalu dilanggar.

Sebagai pendidik tentunya proses yang dapat dirubah adalah pola dalam suatu lembaga pendidikan. Berkaitan dengan itu, maka perlu adanya konsep yang


(24)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

lebih baik pada lembaga pendidikan yang dapat mengedepankan terhadap akhlak mulia. Salah satu upaya dalam penanaman akhlak mulia siswa adalah dengan memuat mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah. Namun yang menjadi kendala dalam pelajaran pendidikan agama Islam yang diberikan pada setiap sekolah formal yang ada yaitu belum dapat memberikan kontribusi terhadap penanaman akhlak mulia siswa secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi penghambat, di antaranya adalah kurangnya jam mata pelajaran pendidikan agama Islam dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain seperti matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosisal, bahasa Inggris dan lain sebagainya. Selain itu, faktor lingkungan sekolah yang belum mendukung terhadap penanaman akhlak mulia siswa karena kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh pihak sekolah yang hanya membebankan masalah akhlak kepada guru agama saja. Selanjutnya, sebagian guru juga tidak dapat menjadi contoh dalam tingkah laku mereka yang dapat dijadikan suri teladan bagi siswa.

Oleh sebab itulah upaya yang patut dilakukan dalam penanaman akhlak mulia dalam diri siswa diperlukan suatu konsep metode yang tepat. Disinilah letak peran pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai konsep terhadap penanaman akhlak mulia terhadap santri. Salah satu metode yang dipergunakan dalam kehidupan di pesantren ialah pembiasaan hidup yang Islami. Penggunaan metode ini sangat sederhana, namun akan membuahkan hasil yang maksimal karena dengan pembiasaan akan menjadikan suatu kegiatan yang sering diulang-ulang dalam perilaku siswa dan akan melekat dalam dirinya. Pembiasaan yang dilakukan dalam bentuk praktek langsung dalam kehidupan siswa membutuhkan pengawasan dan keteladanan dengan pengkondisian lingkungan yang baik. Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan akhlak mulia, dimana siswa terbiasa dengan kegiatan yang kemudian menjadi refleks ketika akan melakukannnya. Sejalan dengan hal tersebut, penggunaan metode nasehat yang terus-menerus dapat menyadarkan siswa dalam menanamkan akhlak mulia


(25)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

yang menjadi kesadaran bagi setiap individu. Dengan demikian terbentuklah kepribadian muslim yang sempurna.

Metode pembiasaan merupakan metode yang sudah tua dipergunakan dalam dunia pendidikan, dimana dalam pembiasaan tersebut dilakukan kegiatan. Dalam pembiasaan kegiatan yang dilakukan secara langsung dan tidak sekedar latihan praktek simulasi semata-mata (Syahidin, 2009, hal. 138). Artinya santri diajak mengamalkan atau mengerjakan suatu kegiatan yang baik. Karena pembentukan tingkah laku tidak bisa hanya diberikan berdasarkan pemahaman saja, melainkan lebih mengarah kepada rutinitas kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan yang menjadi rutinitas tersebut akan meresap kedalam jiwa dan berkesan dalam pikiran untuk senantiasa melakukannya menjadi sebuah kebiasaan. Jika yang dilakukan itu merupakan kegiatan yang positif ataupun negatif, maka akan membuat pelakunya senang mengerjakannya.

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang di dalamnya terdapat proses pemahaman, penghayatan, dan pengamalan agama Islam (Abdurrachman, 2002, hal. 86). Dilakukan pendidikan dan pengajaran di dalamnya, dimana para santri yang belajar menimba ilmu pengetahuan langsung mendapatkan pengawasan selama 24 jam dari para ustaz dan Kiyai 1. Dengan pengawasan yang dilakukan di pondok pesantren menjadikan para santri diarahkan terbiasa melakukan kegiatan yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Aturan agama tidak hanya dipelajari dalam kelas saja, namun lebih ditekankan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kehidupan pondok pesantren. Selain itu, di pondok pesantren terdapat kegiatan yang menjadi rutinitas santri, baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat mengarah kepada terbinanya akhlak mulia.

Salah satu pondok pesantren yang menerapkan konsep metode pembinaan akhlak mulia dalam bentuk pengajaran dan pendidikan yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari adalah pesantren modern Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitiannya pada pesantren tersebut.


(26)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat ditarik kesimpulan tentang masalah yang menjadi fokus pada penelitian ini yaitu mengenai metode pembinaan akhlak mulia yang ada di lembaga pendidikan masih belum jelas. Sehingga perlu digali dari tentang metode yang dimiliki pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat.

C.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka secara umum penelitian ini ingin menggali “bagaimana metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat?”. Kemudian untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitiannya, maka dari rumusan masalah tersebut dibuat beberapa pertanya penelitian yaitu yang dirinci sebagai berikut:

1. Apa makna metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat?

2. Apa tujuan metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat?

3. Apa jenis metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat?

4. Apa dasar-dasar metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat?

5. Apa prinsip-prinsip metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat?

D.Tujuan Penelitian

Adapaun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui konsep metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat, yang menyangkut hal-hal sebagai berikut:

1. Makna metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat.


(27)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

2. Tujuan metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat.

3. Macam-macam metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat.

4. Dasar-dasar metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat.

5. Prinsip-prinsip metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2003, hal. 4). Untuk lebih lengkapnya tentang metode penelitian ini akan dijelaskan pada bab 3 dalam tesis ini.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dipandang dari dua sisi, yaitu dari sisi teoritis dan praktis. Penjelasan mengenai manfaat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan bagi setiap pembaca, khususnya bagi para mahasiswa jurusan PAI dan umumnya bagi para pendidik dan tenaga kependidikan terkait gambaran tentang metode pembinaan akhlak mulia bagi peserta didik.

2. Secara praktis

a. Dapat dijadikan umpan balik (feedback) bagi setiap pengelola lembaga pendidikan, khususnya pada jenjang SLTP dan SLTA mengenai tentang metode pembinaan akhklak mulia pada peserta didik.


(28)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

b. Penelitian ini juga bisa menjadi landasan dasar dalam mengimplementasikan metode pembinaan akhlak mulia bagi peserta didik.

G.Struktur Organisasi Tesis

Untuk mempermudah pemahaman terhadap penulisan tesis ini, maka dibuat struktur organisasi tesis yang akan di paparkan berdasarkan beberapa bab yang ada. Gambaran tesis ini terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab I berisikan pendahuluan, mencakup beberapa subbab, antara lain meliputi latar belakang, identifikasi masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.

Bab II membahas tentang kajian pustaka yang terdiri dari beberapa sub bab, yang antara lain ialah konsep metode pembinaan akhlak mulia yang meliputi Pengertian metode pembinaan akhlak mulia, landasan metode pembinaan akhlak mulia, prinsip-prinsip metode pembinaan akhlak mulia, tujuan metode pembinaan akhlak mulia, faktor yang mempengaruhi akhlak mulia, ruang lingkup akhlak mulia, macam-macam metode pembinaan akhlak mulia.

Bab III menjelaskan tentang metode penelitian yang meliputi beberapa subbab, yaitu tentang metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

Bab IV merupakan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari beberapa subbab, yaitu tentang pemaparan data (hasil penelitian), pembahasan data (pembahasan hasil penelitian), dan temuan penelitian.


(29)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Sebuah penelitian dikatakan memenuhi kaedah ilmiah harus memperhatikan prosedur dan aturan yang berlaku. Prosedur dan aturan yang berlaku mencangkup penggunaan metode yang tepat. Sehingga dengan penggunaan metode yang tepat diharapkan hasil penelitian nantinya akan menjadi penelitian yang ilmiah, logis, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode penelitian adalah sebagai cara untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Hal ini sejalan seperti yang diungkapkan Sugiyono (2013, hal. 18), metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Oleh karena itu peneliti berusaha mengambil metode yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data tertulis/lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2003, hal. 4).

Penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana suatu kejadian dan melaporkan hasil apa adanya. Melalui penelitian ini, diharapkan terungkat gambaran mengenai metode pembinaan akhlak mulia di Pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat.

B.Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat. Diketahui bahwa pesantren tersebut sangat unggul dalam pembinaan santrinya dengan mengutamakan terhadap pembinaan akhlak mulia, sehingga banyak orang yang berminat untuk memasukkan anak mereka dari berbagai daerah di Indonesia untuk mengenyam pendidikan di sana. Oleh karena itu


(30)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

peneliti tertarik untuk menggali lebih mendalam tentang metode yang diterapkan di pesantren tersebut.

Untuk menggali mengenai metode pembinaan akhlak mulia dilakukan pada subjek yang berkaitan. Subjek penelitian merupakan suatu sumber tempat diperolehnya keterangan dalam penelitian atau dengan kata lain sebagai seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan (Amirin, 1999, hal. 92-93). Dalam penelitian ini, penulis memilih Kiyai/pimpinan pesantren (KH. Imam Mawardi Hakiem) sebagai subyek penelitian (elit responden) yang akan diambil data darinya terkait dengan fokus penelitian ini, sebab seorang Kiyai sebagai tokoh sentral di pondok pesantren sekaligus sebagai konseptor bagi kegiatan yang ada di dalamnya. Di samping itu, untuk memperkuat data yang diperoleh maka peneliti menggunakan sumber lain yang berkembang sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

C.Desain Penelitian

Penelitian ini bergerak dari latar belakang masalah yang ada yaitu terjadinya dekadensi moral pada akhlak siswa. Adapun masalah yang perlu diteliti adalah terkait metode pembinaan akhlak mulia. Penelitian ini bertolak dari konsep-konsep yang berlaku tentang metode pembinaan akhlak mulia (Alquran dan Hadis, UU SISDIKNAS no. 20 Tahun 2003 serta teori-teori yang berhubungan dengan pembentukan akhlak mulia) yang dijadikan pijakan dalam menganalisa permasalahan yang dikembangkan. Penelitian ini bertujuan menemukan konsep metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan di antaranya adalah: 1) Wawancara 2) Observasi 3) Dokumentasi. Dari data yang diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik tersebut, selanjutnya adalah menganalisa data dengan beberapa tahapan yaitu: 1) Reduksi data 2)

Member check 3) Display data 4) Pengambilan keputusan. Sehingga dari analisis


(31)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

tersebut ditarik kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi yang dijadikan produk penelitian berupa kebijakan tentang metode pembinaan akhlak mulia.

Untuk mempermudah dalam memahami penjelasan di atas, maka dapat dilihat seperti gambar di bawah ini:

Gambar 1. Desain Penelitian

Analisa Data

(Mereduksi Data, Member Check, Display Data, Pengambilan Keputusan)

Teknik Pengumpulan Data (Wawancara, Observasi, Dokumentasi)

Metode yang dipakai (Deskriptip kualitatif) Data Yang Harus Diperoleh (Konsep Metode Pembinaan Akhlak Mulia)

Latar Belakang Masalah (Dekadensi Moral Tentang Akhlak Siswa)

Masalah Yang Perlu Diteliti (Konsep Metode Pembinaan Akhlak Mulia)

Landasan Teori Penelitian

(Al-Qur’an dan Hadis, UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, Teori Pembentukan Akhlak Mulia)

Temuan Penelitian


(32)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

D.Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian merupakan salah satu tahapan dalam penelitian. Tahapan ini dilakukan untuk mengoperasionalisasi atau menjelaskan makna yang terkandung dari setiap variabel yang dikembangkan dalam sebuah penelitian agar sesuai dengan maksud dan keinginan peneliti terkait permasalahan yang akan digali. Hal ini sejalan dengan pendapat Rahmat (0229, hal. 12) yang mengatakan bahwa operasionalisasi adalah sebagai kegiatan mengukur konsep yang abstrak menjadi konstruk yang dapat diukur. Konsep itu sendiri diartikan sebagai abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Bila konsep ini secara sengaja dan secara sadar dibuat serta dipergunakan untuk tujuan ilmiah, maka disebut konstruk. Dengan perkataan lain, konstruk adalah konsep yang dapat diamati dan diukur.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep yang harus dioperasionalisasikan sehingga konsep tersebut dapat diamati dan dapat diukur. Konsep-konsep yang harus dioperasionalisasikan tersebut meliputi konsep mengenai metode pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug.

“Metode” yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara yang digunakan dalam membina akhlak santri.

“Pembinaan akhlak mulia” yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses pembentukan mental (kepribadian) santri ke arah yang lebih baik (sikap dan perilaku).

Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode pembinaan akhlak mulia dalam penelitian ini adalah cara yang digunakan dalam proses pembentukan mental (kepribadian) santri ke arah yang lebih baik, dari sikap maupun perilaku.


(33)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen utamanya adalah seorang peneliti sendiri. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam melakukan penelitiannya maka peneliti berparsipasi secara langsung yaitu ikut berperan serta pada penelitian yang dilakukan (Tohirin, 2012, hal. 62). Dengan peneliti sebagai instrumen, penelitian dimungkinkan dapat memperoleh hasil yang lebih maksimal dalam penelitiannya. Peneliti secara langsung mewawancarai, mengamati Kiyai/pimpinan pondok pesantren yang menjadi subyek dalam penelitiannya. Selain itu, peneliti juga mencari informasi dari berbagai pihak yang terkait dengan kebutuhan data penelitian tersebut sebagai triangulasi, seperti bagian pengasuhan santri, dan ustaz sebagai pengurus organisasi.

F. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Dengan demikian tidak segala informasi atau keterangan merupakan data. Untuk itu, hanya sebagian saja dari informasi yakni yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis data kualitatif. Karena data yang diperoleh tersebut dapat diukur secara tidak langsung, artinya tidak menggunakan angka melainkan menggunakan kata-kata atau kalimat (Hadi, 1995, hal. 66).

Karena pembicaraan berkisar soal penelitian maka selalu dipergunakan dengan istilah data untuk menyebut informasi (keterangan dari segala sesuatunya). Dalam penelitian ini digunakan dua jenis data, yaitu:

a. Data primer. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya (Suryabrata, 1998, hal. 84). Data tersebut diperoleh dari yang bersangkutan, yaitu segala ucapan dari wawancara terhadap pimpinan pesantren (KH. Imam Mawardi Hakim), sebagai penentu kebijakan dalam kegiatan pembinaan akhlak mulia di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat.


(34)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

b. Data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama (Suryabrata, 1998, hal. 85). Data ini berupa kata-kata selain dari sumber pertama, dokumen-dokumen, dan observasi, yang kesemuanya itu dapat memperjelas pemahaman peneliti terkait dengan kegiatan pembinaan akhlak mulia yang dilakukan di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat.

2. Sumber data

Sumber data yaitu dari mana data dapat diperoleh, pada penelitian ini penulis menggunakan sumber data berupa person, place, dan paper (Arikunto, 1998, hal. 114).

a. Person merupakan sumber data yang biasa memberikan data berupa jawaban

lisan melalui wawancara. Dalam hal ini penulis mendapatkan data-data atau informasi tentang gambaran umum objek penelitian di Pondok Pesantren Al-Ishlah. Dari Pimpinan Pondok Pesantren (kiyai), bagian pengasuhan Santri Pondok Pesantren, ketua organisasi santri ponpes, bagian administrasi pesantren Al-Ishlah Tajug, karena para nara sumber tersebut sangat penulis butuhkan guna kelancaran tesis ini.

b. Place merupakan sumber data yang bisa menyajikan tampilan berupa keadaan,

dengan penggunaan metode observasi di pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat, seperti letak geografis, asrama, ruang pimpinan pondok, ruang guru dan tata usaha, keadaan belajar, dan lain sebagainya.

c. Paper merupakan sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,

angka, gambar atau simbol lainnya yang ada di Pondok Pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat, misalnya struktur organisasi, data santri, data guru dan sebagainya yang dapat memberikan informasi terkait dengan keperluan penelitian.


(35)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Untuk memperoleh informasi yang jelas, tepat dan lengkap maka digunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data. Adapun teknik tersebut antara lain, sebagai berikut:

a. Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara cermat dan sistematik (Nasution, 1996, hal. 106). Jadi dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan secara langsung mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang berkaitan dan mengenai pandangan secara umum tentang konsep metode pembinaan akhlak mulia di lingkungan Pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat, perangkat-perangkat lainnya yang berkaitan dengan aktifitas tersebut dalam implementasinya. Adapun observasi tersebut dilakukan pada beberapa tempat yang ada di pesantren, seperti di tempat ibadah (masjid), di asrama (kamar tempat tinggal santri), di bagian tertentu ketika melakukan hukuman, dan di lingkungan sekitar tempat yang menjadi kegiatan santri dan ustaz.

b. Interview (Wawancara) yaitu salah satu cara pengumpulan informasi dengan

tanya jawab secara bertatap muka dengan responden (Arsyad, 1995, hal. 96). Dalam penelitian ini, penulis mengadakan wawancara (interview) secara langsung maupun tidak langsung kepada pihak-pihak terkait dengan keperluan untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat. Wawancara dalam pengumpulan data ini penulis ajukan kepada Pimpinan Pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat, bagian pengasuhan santri, dan ustaz di Pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu. Tujuan digunakannya teknik wawancara ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai metode pembinaan akhlak mulia di pesantren tersebut.

c. Dokumentasi yaitu Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen, dan data yang diteliti tersebut dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi, akan tetapi hal ini juga dengan cara mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, notulen hasil rapat, agenda dan sebagainya (Soeharto, 1999, hal. 70). Teknik ini penulis gunakan untuk mengumpulkan


(36)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan lokasi yang diteliti yaitu letak geografis, keadaan guru, kecakapan Santri, akhlak mulia santri, struktur organisasi, dan sarana prasarana lainnya yang terkait dengan Pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat.

H.Teknik Analisa Data

Perlu dipahami terlebih dulu maksud dari analisis data agar terdapat gambaran yang jelas. Analisis data adalah proses mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2003, hal. 103).

Data dalam penelitian ini pada hakekatnya berupa kata-kata, kalimat, paragraf-paragraf atau angka dan dinyatakan dalam bentuk narasi yang bersifat deskritif mengenai peristiwa-peristiwa nyata yang tejadi dan dialami di Pesantren Al-Ishlah Tajug Indramayu Jawa Barat. Berdasarkan wujud dan sifat data tersebut maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif (Huberman, 1992, hal. 15-16). Dalam penerapan teknik analisis data kualitatif deskriprif menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Reduksi Data

Satori & Komariah (2013, hal. 219), mengatakan bahwa reduksi data merupakan pemilihan pokok terpenting dari data hasil penelitian. Dalam melakukan pemilihan terhadap pokok terpenting dari data yang diperoleh, maka peneliti melakukan pemilahan melalui pembuatan koding terhadap setiap data yang ada. Agar pembuatan koding yang dilakukan sesuai dengan tujuan dari penelitian maka dibuatlah berdasarkan pada rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu tentang makna metode pembinaan akhlak mulia, tujuan metode pembinaan akhlak mulia, macam-macam metode pembinaan akhlak mulia, dasar-dasar metode pembinaan akhlak mulia, dan prinsip-prinsip metode pembinaan akhlak mulia. Untuk mempermudah pemahaman terhadap pemaknaan koding


(37)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

yang ada, maka peneliti membuat rincian dari data yang diperoleh berdasarkan teknik pengumpulan, sumber data (responden), dan tempat.

b. Member check

Dalam memlakukan member check peneliti memberikan lagi hasil transkrip yang sudah dibuat kepada peserta penelitian untuk disimak dan dibetulkan (Tohirin, 2012, hal. 145). Dengan member check tentunya ada beberapa data yang tidak terekam dalam wawancara sebelumnya juga dapat dimasukkan sesuai dengan harapan peserta dari penelitian tersebut. Sebaliknya, terdapat beberapa data hasil transkrip yang sudah ditulis juga harus dihapus karena permintaan dari peserta tersebut.

c. Display Data (Penyajian Data)

Menurut Tohirin (2012, hal. 132), bahwa penyajian data dalam penelitian kualitatif disajikan dengan model deskripsi atau narasi. Yaitu semua data dalam bentuk wawancara, observasi, dan dokumentasi disajikan dalam bentuk cerita atau dinarasikan dalam laporan penelitian. Untuk data wawancara, Sebelum disajikan data tersebut dibuat dalam bentuk transkrip terlebih dahulu. Selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan yang merujuk pada transkrip wawancara tersebut (lampiran: 1).

Dalam penyajiannya penulis memaparkan data hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentesi ke dalam laporan hasil penelitian. Penjelasan koding terhadap wawancara, observasi, dan dokumentasi tersebut adalah (wawancara Kiyai= WK, Wawancara Wakil Pimpinan= WWP, Wawancara Ketua Bagian Pengasuhan Santri= WBPS, Wawancara Bagian Peribadatan= WBPD, Wawancara Bagian Pengajaran= WBPJ, Observasi= O, Dokumentasi= DOK). Kemudian untuk koding terhadap kategori data dalam wawancara adalah (Makna Metode Pembinaan Akhlak Mulia= MMPA, Tujuan Metode Pembinaan Akhlak Mulia= TMPA, Macam-macam Metode Pembinaan Akhlak Mulia= MAM, Dasar-dasar Metode Pembinaan Akhlak Mulia= DMPA, dan Prinsip-prinsip Metode Pembinaan Akhlak Mulia= PMPA, (lampiran: 13).


(38)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya, dari data yang telah disajikan tersebut dianalisis pada pembahasan yang dirujuk kepada beberapa pendapat terkait hal tersebut, dan menyimpulkannya.

d. Triangulasi

Yang dimaksud dengan triangulasi yaitu pengecekan data yang dilakukan dari berbagai sumber lain (Satori & Komariah, 2013, hal. 170). Untuk memperoleh data yang valid dan dapat dipercaya maka digunakan triangulasi dengan mencari informasi dari sumber yang berbeda-beda. Teknik ini penulis lakukan dari sumbernya yang tidak sama, juga dengan menggunakan cara dan waktu yang tidak sama dalam menggali sesuatu sesuai tujuan yang diharapkan, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang sama.

e. Pengambilan Keputusan

Tahapan yang paling akhir dalam proses analisa data adalah verifikasi atau kesimpulan hasil yang diperoleh. Dari data yang penulis dapatkan, kemudian penulis mencoba untuk mengambil kesimpulan, pada mulanya kesimpulan itu kabur tapi lama-kelamaan semakin jelas karena data yang diperoleh semakin banyak dan mendukung, serta saling melengkapi antara satu sama lainnya.


(1)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu Arifin, M. (1996). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, S. d. (1995). Metodologi Peneltian Untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UPM AMP YKPN.

Asmaran. (1994). Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Asyafah, A. (2012). Model-model Pembelajaran Berbasis Nilai Islam (Metode

Tadabbur Qurani dalam PAI). Bandung: UPI.

At-Tuwanisi, A. A. (2002). Dirasatun Muqaaranatun fit-Tarbiyatil Islamiyah (terj. H.M. Arifin), Perbandingan Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

Basuki, M. M. (2007). Pengantar Pendidikan Islam. Ponorogo: Stain PO Press. Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk

Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimansyah, D. Dkk. (2011). Pendidikan Karakter: Nilai Inti Bagi Upaya

Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Bukhari, Z. (1990). Kedudukan Agama dalam Keluarga Masa Depan. Jakarta: Sinar harapan.

Burhanudin, T. (2001). Akhlak Pesantren Pandangan KH. Hasyim Asy’ari. Yogyakarta: Ittaqa Press.

Daradjat, Z. (1971). Membina Nilai-nilai Moral di Indoseia. Jakarta: Bulan Bintang.

Daradjat, Z. (2001). Kesehatan Mental. Jakarta: PT. Gunung Agung. DEPAG. (2002). Pedoman Pondok Pesantren. Jakarta.

Depdiknas. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia (2 ed., Vol. 4). Jakarta: Balai Pustaka.

Dhofier, Z. (2011). Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES.

Ghazali, B. (2003). Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta: CV. Prasasti. Ghuddah, A. F. (2009). 40 Metode Pendidikan dan Pengajaran Rasulullah SAW.

Bandung: Irsyad Baitus Salam.


(2)

127

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Haqani, L. (2004). Perusak Pergaulan dan Kepribadian Remaja Muslim. Bandung: Pustaka Ulumuddin.

Hasbullāh, A. (1383 H/1964 M). Uşūl Al-Tasyrī' Al-Islāmī. (3). Mesir: Dār al

-Ma'ārif .

Helmy, M. (1973). Dakwah Dalam Alam Pembangunan. Semarang: CV. Toha Putra.

Hidayah, C. (2012). Tantangan pesantren salaf. Akses internet .

Huberman, M. a. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia.

'Isā, M. b. (t.t.). Sunan al-Tirmīżī .Bairut: Dār al-Ihyā’.

Kohlberg, L. (1995). Tahap-Tahap Perkembangan Moral (terj. John de Santo & Agus Cremers. Yogyakarta: Kanisius.

Komariah, K. S. (2011). Model Pendidikan Nilai Moral Bagi Para Remaja dalam Perspektif Islam. Journal Pendidikan Agama Islam-Ta'lim, 9, 46.

Mahmud, A. A. (2004). At-Tarbiyyah Al-Khulqiyya, (Akhlak Mulia). Terj. Abdul Hayie Al-Katani. Jakarta: Gema Insani.

Majid, A. (2013). Pendidikan Berbasis Ketuhanan. Bandung: CV. Maulana Media Grafika.

Ma'lūf, L. (1978). Al-Munjid fī Al-Lugah. Beirut: Al-Maktabah Al-Katulikiyah.

Mangunhardjana. (1986). Pembinaan: Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius. Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.

Masud A, dkk. (2011). Paradigma Pendidikan Islam. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.

Miskawaih. (1994). Menuju Kesempurnaan Akhlak. (Terj. Helmi Hidayat). Bandung: Mizan.

Miskawaih. (1999). Menuju Kesempurnaan Akhlak. (Terj. Helmi Hidayat). Bandung: Mizan.

Moleong, L. J. (2003). Metodologi Peneltian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhammad, A. (1981). Pedoman Pendidikan dan Pengajaran. Surabaya: Usaha Nasional.


(3)

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Mulyasa, E. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Munawwir, A. W. (1997). Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.

Suarabaya: Pustaka Proressif.

Nasirudin. (2008). Historisitas & Normativitas Tasawuf. Semarang: Akfi Media. Nasution, S. (1996). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.

Nata, A. (2000). Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nata, A. (2003). Akhlak Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo persada.

Nata, A. (2013). Akhlak Tasawwuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Raja Grafindo persada.

Nurdin, M. (1995). Moral dan Kognisi Islam. Jakarta: CV. Rajawali.

Poerwadarminta, W.J.S. (2007). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka. Rahmat, M. (2010). Pendidikan Insān Kāmil Berbasis Sufisme Syaththariah.

Bandung: ADVISI press.

Rahmat, M. (2012). Filsafat Akhlak (mengkaji ontologi akhlak mulia dengan

epistimologi qurani). Bandung: VALUE press bekerja sama dengan

Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam FPIPS. Bandung: UPI. Rahmat, J. (2009). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Rosdakarya. Ramayulis. (2010). Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Ramayulis. (2011). Sejarah Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Ridho, S. M. (2003). Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka.

Rizal, A. S. (t.t.). Landasan Filsafat Pendidikan Islam (suatu pengantar). Bandung: MKDU-FPIPS UPI.

Rosyadi, K. (2004). Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Salim, P. S. (1991). Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. (1). Jakarta: Modern English Press.

Satori, D. & Komariah, A. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Shadily, J. M. (1995). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


(4)

129

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

Soeharto, I. (1999). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Sugiono, (2013). Metode Penenlitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharto, B. (2011). Dari Pesantren Untuk Umat. Surabaya: Imtiyas.

Suryabrata, S. (1998). Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Syahidin. (2009). Menelusuri Metode Pendidikan dalam Alquran. Bandung:

Alfabeta.

Syihabuddin. (2012). Model-model Pembelajaran Berbasis Nilai Islami (Struktur

Ilmu Pendidikan Islam). Bandung: UPI

Thalib, M. (1996). Pedoman Mendidik Anak Menjadi Shalih. Bandung: Irsyad Baitus Salam.

Tohirin. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan

Konseling. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Uhbiyati, N. (1998). Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Ulwan, A. N. (1981). Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam. (Jilid 1). Semarang: CV. Asy Syifa.

Umary, B. (1995). Materi Akhlak. Solo: Ramadhani.

Kartadinata, S. Dkk. (2012). UPI Rumah Kita, Model Pembinaan Karakter

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Wahyuanto, & Suyitno T. (1987). Pentingnya Pembinaan Moral Generasi Muda

dalam Pembangunan Bangsa. Jakarta: Bulan Bintang.

Ya'kub, H. (1991). Etika Islam “Pembinaan Akhlaqulkarimah” (suatu pengantar)

(3 ed.). Bandung: Diponegoro.

Zakaria, A. A. H. (1979). “Mu'jam Al-Maqayis Al-Lugah”, Maktabah Al-Syamilah. Dar Al-Fi.


(5)

1

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu

DATA HASIL WAWANCARA KEPADA KEPALA BAGIAN PENGASUHAN SANTRI DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG

(WBPS1)

NAMA : SUHENDAR

JABATAN : KEPALA BAGIAN PENGASUHAN SANTRI HARI/TGL. : RABU/04-08-2014

WAKTU : JAM 09.00 WIB TEMPAT : DEPAN MASJID

KODE BARIS HASIL WAWANCARA

MAM MAM MMPA MAM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Menurut saya dengan diasramakan mereka itu bisa terhindar dari lingkungan yang tidak baik

Pembentukan lingkungan yang baik dan mendukung kepada

pembentukan akhlak mulia. Ya lingkungan pergaulannya. Banyak memberikan materi agama dalam pendidikannya.

Sekarang harus dengan kelunakan. Jadi kalau ada masalah dengan dengan anak tersebut kita panggil saja orang tuanya dan membuat kesepakatan dengan mereka dengan membuat kesepakatan di atas matrai. Jika anak dengan kenakalan yang lebih maka kita akan kembalikan kepada orang tua. Kita tidak memperlakukan anak dengan kejam seperti dulu. Tapi kita bekerjasama dengan orang tuanya. Kalau dulu ditangani langsung supaya tidak menular, tapi sekarang dengan dipanggil orang tuanya supaya tidak melanggar.

Ya itu untuk selalu memberikan peringatan kepada santri secara kontinyu agar timbul kesadaran bagi santri. Untuk petugas yang memberikan itu dan juga untuk khutbah dan lain-lainnya ditentukan orangnya tapi di antara para ustadz di sini. Masalah bahannya juga disesuaikan dengan musim ketika itu, umpamanya puasa ya masalah puasa, ada juga masalah kurban, zakat, shalat, dan lainnya.

Tujuannya agar setiap kegiatan yang berhubungan dengan peribadatan tetap terpantau dengan baik. Kemudian kegiatan yang berhubungan dengan islam dan hari-hari besar islam, biasanya kegiatan yang lain seperti 17 agustus diperingati sedangkan untuk hari besar islam terlupakan. Ini awal terpikirnya diadakan bagian ini. Sedangkan tugas-tugasnya yaitu untuk menertibkan kegiatan peribadatan itu. Seperti mengatur jadwal khutbah, imam, kegiatan anak-anak.

Ya seperti akhlak rasulullah. Intinya ya dapat menjadi anak yang shaleh dan shalehah, begitu. Di antaranya seperti penghormatan kepada guru, orang tua, orang yang lebih tua.


(6)

2

Ahmad Sahmir, 2015

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL-ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu MAM

31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46

diterapkan di sini.

Ya kita di sini dengan sistem paksaan dulu kepada anak. Anak memang merasa terpaksa pada awalnya sehingga kelihatan mereka agak malas tetapi lama-kelamaan sudah terbiasa dengan disiplin yang kita terapkan dan akhirnya mereka mudah melakukannya serta terbiasa. Nah, kadang-kadang sebulan sekali juga kita putarkan kaset pideo dan mereka sambil refresing nonton bersama-sama tentang cara pelaksanaan ibadah yang benar. Jadi, kita tidak hanya dengan ceramah saja. Selain itu, di kelas juga sudah ada mata pelajaran fiqih yang membahas tentang kegiatan ibadah itu, maka ini hanya untuk memperkaya saja sifatnya dan supaya anak lebih mantap dalam melakukan kegiatan ibadah.

Kadang anak dengan latar belakang yang berbeda. Mereka selalu membawa pengaruh sesuai dengan latar belakang lingkungan kehidupan mereka. Latar belakang yang keras tentu masih terbawa sampai ke pesantren tapi ya masih bisa ditangani di pesantren ini karena tidak banyak juga yang seperti itu