ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG.

(1)

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Sosiologi

Oleh

Dadan Muhammad Ruhiat 1005664


(2)

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG

Oleh

Dadan Muhammad R

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Dadan Muhammad R 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2015


(3)

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

DADAN MUHAMMAD RUHIAT

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK

DI KOTA BANDUNG

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Prof.Dr.H.Dasim Budimansyah, Msi NIP 196203161988031003

Pembimbing II

Dr.Hj.Siti Nurbayani K. M.Si

NIP 197007111994032002

Mengetahui


(4)

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Siti Komariah, M.Si. Ph.D


(5)

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG

Dadan Muhammad Ruhiat 1005664

ABSTRAK

Di Kota Bandung sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Punk tumbuh dan berkembang dengan cukup cepat dalam masyarakat. Macam-macam pemaknaan negatif sering dicapkan kepada para punker. Seperti bersikap antisosialdan melakukan perilaku-perilaku menyimpang yang meresahkan dan merugikan anggota masyarakat lain. Beberapa perilaku antisosial dan penyimpangan tercermin dari sikap mereka yang introvert, asosial, cenderung agresif, seringnya melakukan perilaku menyimpang, dan acuh terhadap nilai dan norma sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku, faktor penyebab, serta implikasi keberadaan mereka terhadap kehidupan masyarakat.Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Menggunakan wawancara dan observasi sebagai alat pengumpul data. Perilaku antisosial sejatinya ditunjukan oleh para punker, hal ini ditunjukan oleh sikap dan perilaku yang tampak seperti cara berpenampilan seorang punkeryang sangat berbeda dibanding dengan masyarakat pada umumnya, pola perilaku keseharian yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku seperti sikap yang cenderung agresif, seringnya mengkonsumsi minuman beralkohol, terlibat perkelahian, penyalahgunaan obat-obatan dan acuh terhadap nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku penyimpangan dan sikap antisosial ini dilatar belakangi oleh kondisi keluarga Broken Home, lingkungan sosial individu yang bisa dengan mudah menemui perilaku menyimpang, teman sepermainan dan pendidikan yang rendah. Selain itu juga ada faktor-faktor lain yang mendukung munculnya perilaku tersebut seperti pengaruh media massa, keinginan diri untuk dipuji, pelampiasan rasa kecewa, faktor dorongan kebutuhan ekonomi, serta adanya ketidaksanggupan individu untuk menyerap norma-norma konformis.Keberadaan dari para punker ini berdampak pada kehidupan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak secara langsung tersebut diantaranya adalah adanya perasaan takut yang dirasakan oleh masyarakat akibat dari adanya beberapa perilaku mereka yang bisa dikategorikan mengancam, seperti seringnya bergerombol dalam jumlah banyak, mengamen dengan cara paksa, dan melakukan pemalakan. Implikasi lain yang muncul dari komunitas punk ini selain dirasakan secara langsung ada pula beberapa hal yang bersifat tidak langsung, diantaranya adalah dengan cara hidup mereka yang menjunjung tinggi kebebasan dan hidup seolah-olah tidak terikat oleh sistem norma yang berlaku dimasyarakat, para generasi tua memiliki semacam ketakutan bila hal tersebut akan berimplikasi terhadap ideologi pada generasi muda yang sejatinya masih dalam tahap pencarian jati diri


(6)

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemudian terjerumus pada pola kehidupan yang mereka lihat dari komunitas Punk tersebut

Kata Kunci : Punk, Antisosial, Perilaku Menyimpang

Analysis of Antisocial Behavior at Punk Community in Bandung Bandung as one of big cities in Indonesia . Punk has been growing and developing rapidly in society. punker often look as a bad behavior. Such as antisocial and do a deviate behavior that make another citizen feel uneasiness and suffer. Some antisocial and deviate behavior can reflected from their introvert, asocial, aggressive disposed, often do the deviate behavior, and ignoring about social value and norm. This research purposes are to knowing how the representation of behavior, causes factor, and their existence implication toward society. This research uses case study with qualitative approach. This research is using interview and observation as tools for collecting data. The antisocial behavior often represented by punkers. This thing represented by attitude and behavior that appear like clothing style which very different with another citizen. Behavior pattern in daily live that inappropriate with value and norm such as aggressive disposed, often consume alcohol, affray, drugs abuse and ignoring about social value and norm in society, the influence factors of deviate and antisocial behavior are caused by broken home family, social individual environment that could be easy faced deviate behavior, friends and lower education. Besides of that there are other factors which supporting deviate behavior such as mass media influence, feel to be praised, impingement of disappointed, economical needed factor, and individual disability to pervade conformist norm . The existence of punkers give directly and indirectly impact to society live. . Directly impact there are: society feel afraid to the punkers because some of their attitude are threat categorized such as they are often look in group in a large number . Busking forcedly, asking some money with threat. Another implication that arise from this punk community also felt indirectly there are with their lifestyle that hold in the high esteem of freedom and their live unbounded by norm in society, old generations feel afraid if that thing will implicating toward young generations’ ideology that they are still in stage where they are looking for who really they are then fall into live pattern that they see from punk community.


(7)

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN . . . i

ABSTRAK . . . ii

KATA PENGANTAR . . . iii

UCAPAN TERIMA KASIH . . . iv

DAFTAR ISI . . . v

DAFTAR TABEL . . . viii

DAFTAR LAMPIRAN . . . ix

BAB 1 PENDAHULUAN . . . 1

A. Latar Belakang Masalah . . . 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian . . . 6

C. Rumusan Masalah Penelitian . . . 7

D. Tujuan Penelitian . . . 7

E. Manfaat Penelitian . . . 7

F. Struktur Organisasi Skripsi . . . 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA . . . 10

A. Nilai dan Norma Sosial . . . 10

B. Perilaku Menyimpang . . . 14

1. Batasan Perilaku Menyimpang . . . 17

2. Kategori Perilaku Menyimpang . . . 18

3. Subkultur Menyimpang . . . . 19

C. Anti Sosial . . . 19

1. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Antisosial . . . 21

2. Karakteristik Seorang Antisosial . . . 22

3. Bentuk-bentuk Perilaku Antisosial . . . 23

D. Punk . . . 24

1. Sejarah Punk . . . 24

2. Pengertian Punk . . . 26

4. Filosofi Punk . . . 37

E. Gambaran Komunitas Punk di Indonesia . . . 39

F. Penelitian Terdahulu . . . 41

BAB III METODE PENELITIAN . . . 44

A. Lokasi dan Subjek Penelitian . . . 44

1. Lokasi Penelitian . . . 44

2. Subjek Penelitian . . . 44

B. Desain Penelitian . . . 45

C. Metode Penelitian . . . 46

D. Instrumen Penelitian . . . 48

E. Teknik Pengumpulan Data . . . 48


(8)

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Wawancara . . . 49

3. Studi dokumentasi . . . 50

F. Tahap Penelitan . . . 51

G. Validitas Data . . . . . . 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . . . 57

A. Deskripsi Lokasi Penelitian . . . 57

B. Deskripsi Hasil Penelitian . . . .. . . . .. . . . .. . . . 61

a. Gambaran Perilaku Antisosial pada Komunitas Punk di Kota Bandung . . . 63

b. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Timbulnya Perilaku Anti Sosial Pada Komunitas Punk di Kota Bandung . . . 74

c. Implikasi Perilaku Anti Sosial Komunitas Punk di Kota Bandung terhadap Masyarakat . . . 78

C. Pembahasan Hasil Analisi Data Penelitian . . . 83

1. Gambaran Perilaku Antisosial pada Komunitas Punk di Kota Bandung . . . 83

2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Timbulnya Perilaku Anti Sosial Pada Komunitas Punk di Kota Bandung . . . 90

a. Latar Belakang Keluarga . . . 90

b. Faktor Lingkungan . . . 91

c. Pendidikan Rendah . . . 92

d. Media Massa . . . 93

e. Kebutuhan Ekonomi . . . 93

f. Ketidaksanggupan Individu Menyerap Norma . . . 94

3. Implikasi Perilaku Anti Sosial Komunitas Punk di Kota Bandung terhadap Masyarakat . . . 95

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI . . . 98

A. Simpulan . . . 98

B. Rekomendasi . . . 99

DAFTAR PUSTAKA ... 101 LAMPIRAN


(9)

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia merupakan makluk individu dan sekaligus sebagai makluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama diantara manusia lainnya. Selain itu juga manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, dikarenakan pada diri manusia ada keinginan untuk berhubungan atau interaksi dengan orang lain. Oleh karena sifat dasar tersebut manusia membentuk kelompok-kelompok untuk saling berinteraksi guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih lanjut Soekanto (2007, hlm. 100) menyatakan bahwa “manusia memiliki hasrat atau keinginan pokok, yaitu: keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (yaitu masyarakat) dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.

Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi, tak ada mungkin ada kehidupan bersama-sama. Bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial.

Dalam bukunya Sosiologi suatu pengantar, Soekanto (2007, hlm, 59), menyatakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis,dapat berlangsung dalam tiga bentuk menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya, maupun antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.

Keinginan berkelompok manusia sering kali dilandasi oleh berbagai faktor misalkan kesamaan ideologi, kepenting, hobi dan lain sebagainya dan hal tersebut kemudian melahirkan kelompok-kelompok kecil yang terspesifikasi di dalam masyarakat seperti komunitas-komunitas yang berlatarbelakang akan berbagai hal.


(10)

2

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kelompok-kelompok sosial yang terbentuk berasal dari berbagai faktor. Setiadi dan Kolip (2011, hlm. 102) menyatakan bahwa:

Faktor yang membentuk kelompok sosial dapat dilihat dari beberapa faktor. Faktor yang pertama yaitu hubungan kedekatan. Hubungan

kedekatan akan terkait dengan faktor geografis. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang semakin mungkin mereka memiliki tingkat keseringan berinteraksi seperti saling melihat, berbicara, dan berasosiasi. Faktor yang kedua adalah adanya kesamaan. Selain hubungan kedekatan secara fisik, terdapat faktor kesamaan antar mereka yang menimbulkan rasa keanggotaan. Ada kecendrungan manusia untuk memilih berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan, seperti kesamaan minat, agama/kepercayaan, nilai, usia, tingkat pendidikan, dan karakter personel lainnya.

Komunitas merupakan sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama Dalam komunitas sosial, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa.

Komunitas memiliki banyak makna, komunitas dapat diartikan sebagai sebuah kelompok dari suatu masyarakat yang berada pada wilayah tertentu yang memiliki karakteristik budaya yang sama. Apapun definisinya, komunitas harus memiliki sifat interaksi informal dan spontan daripada interaksi formal serta memilikiorientasi yang jelas. Ciri utama sebuah komunitas adalah adanya keharmonisan, egalitarian, serta sikap saling berbagi nilai dan kehidupan.

Dan diantara banyaknya komunitas yang ada di masyarakat, Komunitas Punk menjadi salah satu komunitas dengan tingkat eksistensi yang cukup tinggi, dan tersebar hampir diseluruh kota besar di Indonesia. Dengan cara mereka menjaga eksistensi kelompoknya dan pola perilaku yang tidak biasa bahkan cenderung berlawanan dengan nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat, komunitas Punk dengan berbagai fenomena yang dimilikinya menjadi salah satu hal yang unik dan menarik untuk dikaji.

Widya (dalam Idrayanto, 2011, hlm, 1) menjelaskan bahwasanya Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk dijadikan ideologi


(11)

3

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hidup yang mencakup aspek sosial dan politik. Gerakan anak muda yang diawali oleh anak-anak kelas pekerja ini dengan segera merambah Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dipicu oleh kemerosotan moral oleh para tokoh politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi.

Komunitas Punk berusaha untuk menyindir para penguasa dengan caranya sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan lirik yang sederhana dan bernadakan perlawanan terhadap sistem dan tak jarang disisipkan kata-kata kasar, dan juga beat yang cepat dan menghentak. Banyak pula yang merusak citra Punk karena banyak dari mereka yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal. Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku Indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, antisosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah. Punk berusaha membentuk kebudayaan sendiri dengan cara mereka, dan memilih untuk berontak atas budaya dominan.

Menurut Hebdige dalam Rusbiantoro (2008, hlm. 107) “Anggota subkultur sering menunjukkan keanggotaanya melalui penggunaan gaya yang berbeda dan simbolik”. Hal ini merupakan suatu penyimpangan perilaku yang bertentangan dengan masyarakat, dan digunakan sebagai perjuangan melawan budaya dominan atau kelompok dominan (orang tua, kalangan elite masyarakat, norma sosial yang ketat, atau negara).

Punk sebagai suatu bentuk subkultur telah mendeklarasikan bahwa dirinya berbeda dengan budaya dominan, mereka membentuk pola kehidupan sendiri, dengan cara yang mereka anut yang dimulai sejak awal perkembangannya. Meskipun generasi pendahulu mereka telah berganti dengan generasi penerus, tetapi eksistensi nilai dan ideologi dan pola perilaku mereka masih bertahan sampai saat ini.

Di Kota Bandung sendiri sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Punk tumbuh dan berkembang dengan cukup cepat dalam masyarakat. Hal ini terlihat


(12)

4

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan eksistensi dari komunitas-komunitas yang berlabel punk yang begitu mudah ditemui dijalan-jalan kota ataupun kegiatan pagelaran musik terutama musik dengan genre underground.

Hal ini juga diungkapkan oleh Yunus bahwa

Dalam dekade pertengahan 1990 boleh dibilang merupakan fenomena mewabahnya musik bawah tanah di Indonesia. Begitulah pendapat pasangan suami-istri ilmuwan Australia, David T. Hill dan Krishna Sen, dalam Media, Budaya, Politik di Indonesia. Mereka mengatakan bahwa 1997 adalah masa awal ketika punk Indonesia mulai terjun di kancah politik. Mereka membawa isu-isu politik, kekuasaan, militer, dan globalisasi dalam konser underground. Di Bandung konser-konser punk pada tahun itu memang semarak. “Tiap kali diadakan konser punk di (gedung olah raga) Saparua, tiket selalu sold out. Mungkin kira-kira di Bandung jumlah punknya lebih dari 500 orang, Jumlah sebesar ini, bisa berarti terbesar di Indonesia. Per Januari 2004, situs komunitas punk internasional beralamat di www.punkinternational.com menempatkan Bandung sebagai “Most Active Music Scene” di Indonesia, diikuti Jakarta dan Yogyakarta (http://www.pantau.or.id/?/=d/281 Komunitas Punk Bandung.or.id.html)

Namun ditengah eksistensi komunitas punk tersebut, dalam masyarakat pun timbul suatu keresahan akan komunitas ini. Persepsi tersebut muncul akibat prilaku yang sering kali diperlihatkan oleh “punkers” yang lebih mengarah kepada prilaku yang bersifat negatif dan termasuk dalam prilaku menyimpang. Seperti cara berpakaian yang terlihat extrim dengan ornamen diberbagai bagian tubuh seperti piercing, spike, boots, dan lain sebagainya.

Selain dari apa yang tampak dari tampilan fisik yang oleh masyrakat dilebeli “nyeleneh” keseharian dari para punkers ini pun dianggap tidak lazim, dan meresahkan seperti mengamen diangkutan umum, mengunaan fasilitas umum sebagai tempat bernaung, hingga tindakan kriminalitas seperi mencuri, memalak, dan seks bebas antar sesama komunitas punk tersebut.

Bagi sebagian orang kemunculan komunitas Punk dan keberadaan mereka ditengah-tengah masyarakat cukup mengganggu kenyamanan. Namun bagi yang telah terbiasa dan menganggapnya sebagai bagian dari kehidupan sosial, tentunya akan merasa biasa saja. Bahkan tak sedikit pula orang terutama anak muda yang merasa nyaman bergaul dengan mereka. Tak mengherankan bila akhir-akhir ini


(13)

5

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jumlah mereka kian bertambah. Jumlah lokasi nongkrong mereka pun kian bertambah tidak hanya di perempatan jalan tetapi pelataran kantor, tempat hiburan bahkan pusat perbelanjaan menjadi tempat favorit mereka baik untuk istirahat malam hari atau kegiatan seharihari mereka.

Lebih lanjut menurut Widya ( dalam Idrayanto, 2011, hlm, 3) Macam-macam pemaknaan negatif sering dicapkan kepada para punkers. Di sisi lain, persepsi tentang menjadi Punk itu sendiri juga disalahpahami oleh sebagian generasi muda yang mengidentikkan dirinya sebagai punker. Sebagian remaja mengartikan Punk sebagai hidup bebas tanpa aturan. Pemahaman yang salah dan setengah-setengah itu mengakibatkan banyak dari mereka melakukan tindakan yang meresahkan masyarakat. Salah satu contoh kecilnya mabuk-mabukan di muka umum secara bergerombol atau meminta uang secara paksa kepada masyarakat.

Pada perkembangannya baik di negeri asalnya maupun di Indonesia, komunitas Punk telah mempunyai suatu subkultur tersendiri yang diakui masyarakat dan terkadang dianggap menyimpang. Secara umum terdapat dua sifat perilaku penyimpangan yaitu : penyimpangan yang bersifat positif yaitu penyimpangan yang mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif dan memberikan pengaruh terhadap beberapa aspek kehidupan. Penyimpangan demikian umumnya dapat diterima masyarakat karena sesuai dengan perubahan zaman. Ada pula bentuk penyimpangan yang bersifat negatif, yaitu perilaku bertindak kearah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk serta mengganggu sistem sosial seperti merampok, menjambret, memakai narkoba, prilaku seks bebas, serta berbagai tindajan lainnya.

Komunitas Punk telah mempunyai suatu subkultur tersendiri yang diakui masyarakat dan terkadang dianggap sebagai sikap antisosial dan perilaku menyimpang. Hal ini tidak hanya terjadi pada Komunitas Punk dinegeri asalnya, namun juga berkembang pada komunitas punk di seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia termasuk di Kota Bandung.


(14)

6

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Definisi Antisosial dikemukakan oleh Setiadi dan Kolip (2011, hlm. 229) dalam bukunya yang mendefinisikan bahwa “perilaku antisosial adalah kepribadian seseorang yang menunjukan keacuhan, ketidakpedulian, dan/atau permusuhan yang seronok kepada orang lain”. Bagi mereka nilai dan norma sosial hanya dianggap sebagai bentuk kekangan terhadap dirinya dan mengikat kebebasannya dalam menentukan hidup hingga dirasakan dapat menggangu tegaknya sistem dan norma sosial yang dianut oleh masyarakat secara luas.

Selama ini, komunitas punk memang dikenal dengan gaya hidupnya yang serba bebas. Menurut Khasanah (dalam Indaryanto 2011, hlm 5) Mereka berupaya melepaskan diri dari berbagai aturan, baik norma masyarakat, aturan pemerintah, maupun agama. Bagi mereka, gaya punk bukan sekadar corak dalam bermusik. Punk sudah menjadi ideologi.

Perilaku Komunitas Punk yang tidak sesuai dengan kebiasaan maupun nilai norma yang berlaku dan dianut oleh masyarakat dikategorikan sebagai perilaku antisosial hal ini dikarenakan adanya keinginan untuk tidak terikat dengan masyarakat secara umum. Selain itu juga mereka acuh terhadap nilai dan norma yang berlaku di masyarakat karena mereka menganggap bahwa aturan hanya membebani mereka, nilai dan norma hanya mengekang mereka dari kebebasan.

Dan akhir-akhir ini di Kota Bandung sendiri sudah mulai banyak tindakan dari sebagian komunitas Punk mengarah kepada perbuatan yang dianggap sebagai penyakit masyarakat bahkan tindak kejahatan atau pidana yang akan merugikan masyarakat sekitarnya. Tindakan kejahatan atau pidana yang dilakukan oleh segelintir orang dalam komunitas Punk tersebut telah membawa dampak bagi komunitas itu sendiri. Sistem nilai dari masyarakat yang berubah sangat cepat ke arah yang lebih modern membuka peluang untuk terjadinya berbagai macam penyimpangan dan kejahatan.

Atas dasar latar belakang masalah tersebut, muncul keinginan penulis untuk melakukan suatu kajian mengenai fenomena punk di Kota Bandung. Dan kemudian memfokuskan kajian kepada perilaku antisosial dari komunitas ini. Hingga diangkatlah judul “ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG”. Adapun pemilihan judul ini


(15)

7

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilandasi oleh berbagai hal. Pertama, daya tarik masalah, kedua urgensi terhadap kajian permasalahan ini. Selanjutnya, terdapatnya komunitas punk dikota bandung, dan terahir ialah keterjangkauan peneliti mulai dari lokasi, waktu , biaya serta kemampuan penulis.

B. IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan dan melihat kondisi yang terjadi di lapangan, dapat disimpulkan identifikasi masalah sebagai berikut:

Eksistensi dari komunitas Punk yang berkembang pesat semakin menimbulkan beragam keresahan yang dirasakan oleh masyarakat luas. Pola perilaku komunitas Punk yang dianggap bertolak belakang dari sistem nilai dan norma sosial yang dianut masyarakat menjadi sebab mengapa perilaku mereka dianggap sebagai suatu perilaku antisosial.

C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus bahasan ini, yaitu: "Bagaimanakah perilaku antisosial pada komunitas punk di kota Bandung?". Penulis kemudian membagi masalah tersebut kedalam sub-bab permasalahan yaitu :

1. Bagaimana gambaran perilaku antisosial pada komunitas Punk di Kota Bandung?

2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan timbulnya perilaku antisosial pada komunitas Punk di Kota Bandung?

3. Bagaimana implikasi perilaku antisosial komunitas Punk di Kota Bandung terhadap kehidupan masyarakat?

D. TUJUAN PENELITIAN

Dengan melihat latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan


(16)

8

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perilaku sosiopatik dalam komunitas punk di kota Bandung. Dengan dijabarkan dalam tiga tujuan berupa:

1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku antisosial pada komunitas Punk di Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang menyebabkan timbulnya perilaku antisosial pada komunitas Punk di Kota Bandung.

3. Untuk mengetahui bagaimana implikasi perilaku antisosial komunitas Punk di Kota Bandung terhadap kehidupan masyarakat.

E. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memenuhi diantaranya adalah:

1. Sebagai sumbangan pemikiran (berupa ide atau saran) untuk menambah wawasan pengetahuan tentang ilmu sosial. Terutama kajian mengenai penyimpangan sosial.

2. Sebagai pengembangan keilmuwan dalam Progam Studi Sosiologi, khususnya terkait dengan masalah pada komunitas Punk di masyarakat dan mampu memberikan pemecahan problem-problem sosial yang ada.

F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Struktur organisasi atau sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. BAB I Pendahuluan

Pendahuluan merupakan bagian awal dalam penyusunan skripsi yang berisi: latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi penelitian.

2. BAB II Kajian Pustaka

Kajian pustaka mempunyai peran yang sangat penting. Melalui kajian pustaka ditunjukkan “the state of the art” dari teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Dalam kajian pustaka, peneliti membandingkan, mengontraskan, dan memposisikan


(17)

9

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji dikaitkan dengan masalah yang diteliti.

3. BAB III Metode Penelitian

Pada BAB metode penelitian ini akan menjelaskan mengenai metodologi yang ingin digunakan dan jenis penelitian apa yang dipilih oleh penulis. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif.

4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada BAB 1V ini berisikan tentang pengolahan atau analisis data dan pembahasan atau analisis temuan. Pengolahan data dilakukan berdasarkan tahap-tahap yang telah ditentukan. Di dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan dengan metode penelitian kualitatif. Pembahasan dalam BAB ini dikaitkan dengan teori-teori terkait yang telah dibahas pada BAB II Kajian Pustaka.

5. BAB V Kesimpulan dan Saran

Pada BAB V akan disajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Ada dua alternatif cara penulisan kesimpulan, yakni dengan cara butir demi butir, atau dengan cara uraian padat. Kesimpulan harus menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan masalah. Saran atau rekomendasi yang ditulis setelah kesimpulan dapat ditujukkan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya, kepada pemecahan masalah di lapangan atau follow up dari hasil penelitian.


(18)

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bandunng, Adapun pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan oleh berbagai hal, yakni :

a. Terdapatnya komunitas Punk di Kota Bandung. sehingga peneliti merasa kondisi ini sesuai dengan masalah yang akan diangkat dalam penelitian seperti yang telah diungkapkan pada latar belakang penelitian.

b. Keberadaan komunitas Punk di Kota Bandung cukup massive sehingga ketersediaan data yang cukup dalam penelitian ini dapat terpenuhi.

c. Keterjangkauan penulis terhadap lokasi, waktu, serta biaya dalam pelaksanaan penelitian

Namun dengan keberadaan komunitas Punk di Kota bandung yang bersifat nomaden, maka lokasi dalam penelitian ini tidak dapat di fokuskan dengan lebih spesifik lagi. Sehingga yang menjadi cakupan dalam penelitian ini, adalah lokasi-lokasi yang menjadi tempat berkumpulnya komunitas Punk.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, istilah populasi tidaklah digunakan, tetapi oleh Spradley (dalam Sugiyono, 2013 hlm. 49) dinamakan “Social Situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu : tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Dalam hal ini subjek penelitian yang menjadi sumber data adalah anggota dari komunitas Punk di kota Bandung sebagai informan, dan masyarakat dan pemerintah sebagai narasumber agar data yang diperoleh semakin baik.

Sedangkan subjek penelitian yang menjadi sampel penelitiannya seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2003, hlm. 32) bahwa:


(19)

45

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sering sampel dipilih secara "purposive" bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara ini lazim disebut "snowball sampling" yang dilakukan secara serial atau berurutan.

Berdasarkan pendapat Nasution diatas, dapat dijelaskan bahwa subjek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang dapat memberikan informasi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti. Hal serupa diungkapkan oleh Moleong (2007, hlm. 224) yang menyatakan bahwa “...pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak tetapi sampel bertujuan (purpose sample)”.

Berdasarkan uraian diatas, maka subjek penelitian yang akan diteliti ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah serta tujuan penelitian. Penentuan sampel dianggap telah memadai jika telah sampai pada ketentuan atau batas informasi yang ingin diperoleh. Peneliti dapat menyimpulkan subjek penelitian kualitatif adalah sumber yang dapat memberikan informasi dipilih secara purposive bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Oleh karena itu, subjek yang diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah dan tujuan peneliti. Akan tetapi, ada juga subjek yang ditentukan secara khusus dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk dijadikan sampel penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel purposive, sehingga besarnya jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi. Dalam pengumpulan data, responden di dasarkan pada ketentuan atau kejenuhan data dan informasi yang diberikan. Jika beberapa responden yang dimintai keterangan diperoleh informasi yang sama, maka itu sudah dianggap cukup untuk proses pengumpulan data yang diperlukan sehingga tidak perlu meminta keterangan dari responden berikutnya.

B. DESAIN PENELITIAN

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan ialah pendekatan Kualitatif. Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah


(20)

46

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. (Moleong, 2007 ; Basrowi dan Suwandi, 2008). Lebih lanjut David Williams (dalam Moleong, 2008, hlm 5) menjelaskan bahwa “penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.”. Sementara itu, Miles dan Huberman (dalam Basrowi, 2008, hlm. 1) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah: ... concudected through an intense and or prologed contact with a “field”

of life situation. These situations are typecally “banal” or normal ones, reflective

of the every day life individuals, group, societies, and organitation.

Adapun Sugiyono (2009, hlm. 15) dalam bukunya Memahami Penelitian Kualitatif mengemukakan bahwa :

Metodologi kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”

Pendekatan ini dipilih berdasarkan dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang perilaku anti sosial komunitas Punk di Kota Bandung ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. . Kedua, pemilihan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar belakang alamiahnya. Di samping itu, metode kualitatif mempunyai adaptabilitas yang tinggi sehingga memungkinkan penulis untuk senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini.

C. METODE PENELITIAN

Koentjaraningrat (1994 hlm. 7) mengemukakan dalam arti kata yang sesungguhnya, metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja; yaitu cara


(21)

47

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk memperoleh kelengkapan data yang diperlukan guna memecahkan masalah yang diteliti dengan menggunakan teknik dan alat tertentu. Dengan kata lain metode penelitian merupakan proses dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban.

Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Arikunto (2006, hlm. 142) menjelaskan bahwa “studi kasus merupakan suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinici, dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau lembaga tertentu.” Adapun menurut Danial (2009, hlm. 63) metode studi kasus merupakan metode yang intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang, status, dan interaksi lingkungan terhadap individu, kelompok, instiusi dan komunitas masyarakat tertentu.

Lebih lanjut Arikunto (2010, hlm. 142) menyatakan bahwa metode studi kasus dapat digunakan untuk mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, berapa banyak, sejauh mana dan sebagainya. Lebih lanjut Patton (2009, hlm. 24) studi kasus kualitatif berupaya menggambarkan unit dengan mendalam, detil, dalam konteks, dan secara holistik. Lebih lanjut Nasution (2003, hlm. 30) Menjelaskan bahwa :

Case study adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya. Case study dapat dilakukan terhadap seorang individu, sekelompok individu (misalnya suatu keluarga), segolongan manusia (guru, suku minangkabau). Case study dapat mengenai perkembangan sesuatu. Bahan untuk case study dapat diperoleh dari sumber-sumber seperti laporan hasil pengamatan, catatan pribadi kitab harian atau biografi orang yang diselidiki, laporan atau keterangan dari orang yang banyak tau tentang hal itu.

Berdasarkan pemaparan para ahli yang telah diatas, penelitian ini diharapkan dapat mengungkap sejumlah fakta dan berbagai hal lainnya terkait fenomena perilaku anti sosial komunitas Punk di kota Bandung.


(22)

48

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Dalam penelitian kualitatif instrumen utama adalah penulis sendiri yang terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan wawancara. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (2007 hlm. 168) bahwa: “Bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala bagi keseluruhan proses penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya”.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2013, hlm. 60) bahwa “peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuanya”. Dengan demikian penulis lebih leluasa dalan mencari informasi dan data yang terperinci dari subjek penelitian tentang berbagai hal yang diperlukan dalam penelitian yang sedang dilaksanakan.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Di dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri. Selanjutnya dikembangkan instrumen sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi literatur.

1. Observasi

Observasi merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Burns menerangkan “dengan observasi peneliti dapat mendokumentasikan dan merefleksi secara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi subjek penelitian.” (Basrowi dan Suwandi, 2008, hlm. 93). Selanjutnya Marshall (dalam Moleong, 2007, hlm. 64) menyatakan bahwa “through obsevation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia


(23)

49

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan yang dianut oleh para subjek pada keadaan waktu itu.

Data observasi diharapkan lebih faktual mengenai situasi dan kondisi kegiatan penelitian di lapangan. Menurut M.Q. Patton dalam Nasution (2003, hlm. 59) manfaat data observasi adalah sebagai berikut:

a. Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi, jadi ia dapat memperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

b. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dapat dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

c. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara. d. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan

oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

e. Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi responden sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

f. Dalam lapangan peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan sehingga akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, misalnya merasakan situasi sosial.

Melalui observasi ini peneliti dapat melihat secara langsung segala situasi yang ada dilapangan yang berkenaan dengan topik penelitian. Data yang diperoleh diharapkan dapat membantu dalam pengolahan dan analisis data, sehingga dapat menghasilkan data penelitian yang memiliki validitas yang tinggi dan semakin mendalam.

2. Wawancara

Menurut Moleong (2007, hlm. 186) wawancara adalah “percakapan dengan

maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. Tujuan wawancara menurut Nasution (2003, hlm. 73) adalah untuk “mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan


(24)

50

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi. Lebih lanjut Putra (2011, hlm. 104) menyatakan bahwa wawancara dalam penelitian kualitatif bukan sekedar teknik yang bersifat tambahan, tetapi merupakan teknik utama bersama dengan observasi.

Melalui wawancara ini diharapkan dapat diperoleh bentuk-bentuk informasi dari semua responden dengan bentuk dan ciri yang khas pada setiap responden. Menurut Mulyana (2010, hlm. 181) wawancara penting untuk memperoleh informasi dibawah permukaan dan menemukan apa yang orang pikirkan dan rasakan tentang peristiwa tersebut. Oleh sebab itu, maka metode ini memungkinkan pihak yang diwawancarai diberi kebebasan untuk menggunakan istilah-istilah (kosakata) yang lazim digunakan oleh pihak yang diwawancarai, sehingga proses wawancara tidak kaku. Selain itu, melakukan komunikasi lisan dalam keadaan natural, tidak formal, seperti perbincangan sehari-hari dapat memberikan informasi, keterangan yang mendalam, nilai realitas akan muncul dan data yang diperoleh semaikn natural. Wawancara dalam bentuk ini juga dikenal dengan istilah wawancara mendalam, intensif, terbuka dan lain sebagainya.

3. Studi Dokumentasi

Data dalam penelitian kualitatif seringkali diperoleh dari sumber manusia melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula data yang bersumber dari dokumen dan seringkali data dokumen kurang dimanfaatkan. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono ( 2013, hlm. 82) studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Danial (2009, hlm. 79) menjelaskan bahwa studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian.

Studi dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh data empirik yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti. Data yang diperoleh melalui kajian dokumentasi ini dapat dipandang sebagai narasumber yang dapat menjawab


(25)

51

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Jadi melalui studi dokumentasi ini, hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan dalam penelitian tentang berbagai masalah yang dikaji dapat diperkuat kebenarannya.

F. TAHAP PENELITIAN

Menurut Bogdan dalam Moleong (2007, hlm. 85) tahap-tahap penelitian terdiri atas: 1) Pra lapangan, 2) Pekerjaan lapangan, dan 3) Analisis Data. Adapun yang menjadi tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pra Penelitian

Tahap pra penelitian yang dilakukan adalah Dalam tahap ini, peneliti mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian di antaranya fokus permasalahan dan objek penelitian. Selanjutnya peneliti mengajukan judul dan proposal skripsi sesuai dengan apa yang akan diteliti. Setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing skripsi maka peneliti melakukan pra penelitian sebagai upaya menggali gambaran awal dari subjek dan lokasi penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari responden. Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti sebagai berikut :

a. Mengurus perizinan untuk permohonan pelaksanakan penelitian kepada jurusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Fakultas FPIPS UPI sebagai pengantar untuk mendapatkan surat izin penelitian dari Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (KESBANGLINMAS) Kota Bandung, dan selanjutnya meminta perizin kepada Dinas Sosial Kota Bandung untuk melaksanakan penelitian tentang kajian penulis.

b. Melakukan observasi terhadap lokasi penelitian, guna memperoleh gamabaran mengenai masalah yang tengah diteliti, kemudian hasil observasi disusun dalam catatan lapangan.

c. Melakukan wawancara dengan responden, kemudian hasil wawancara tersebut ditulis dan disusun dalam bentuk catatan lengkap


(26)

52

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Melakukan studi dokumentasi terhadap temuan yang ada dilapangan dan membuat catatan yang diperlukan dan relevan dengan masalah yang tengah diteliti.

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi disusun dalam bentuk catatan lengkap setelah didukung dokumen-dokumen yang mendukung sampai pada titik jenuh yang berarti perolehan data tidak lagi mendapatkan informasi yang baru.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden melalui hasil wawancara, obeservasi dan studi dokumentasi di lapangan untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan. Menurut Sugiyono (2013: 88) mengatakan bahwa analisis data adalah :

Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain

Lebih lanjut Nasution (2003, hlm. 129) menyatakan: Tidak ada suatu cara tertentu yang dapat dijadikan pendirian bagi semua penelitian, salah satu cara yang dapat dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah berikut yang bersifat umum yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Analisis data kualitatif berdasarkkan model Miles dan Haberman (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 91) terdiri atas tiga aktivitas, yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/ferification. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam pengolahan data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Reduksi data

Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk mereduksi dan merangkum hasil-hasil penelitian dengan menitikberatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah


(27)

53

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemahaman terhadap data yang telah terkumpul sehingga data yang direduksi memberikan gambaran lebih rinci.

b. Display Data

Display data adalah data-data hasil penelitian yang sudah tersusun secara terperinci untuk memberikan gambaran penelitian secara utuh. Data yang terkumpul secara terperinci dan menyeluruh selanjutnya dicari pola hubungannya untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Penyajian data selanjutnya disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh. c. Verifikasi

Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses penelitian untuk memberikan makna terhadap data yang telah dianalisis. Kesimpulan itu mula-mula masih sangat tentative, kabur, diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data, maka kesimpulan itu lebih grounded. Jadi kesimpulan senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung.

G. VALIDITAS DATA

Pengujian keabsahan data dalam penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2013, hlm. 121) meliputi uji, credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas) dan confirmability (obyektivitas) seperti yang dijelaskan berikut:

1. Pengujian Kredibilitas

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penlitian kualitatif antara lain dilakukan dengan cara:

a. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan begini berarti hubungan peneliti dan narasumber semakin akrab, semakin mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.


(28)

54

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan demikian maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Ketekunan pengamatan bermakasud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

c. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kreadibilitas data dilakkan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber yang dalam penelitian ini ialah anggota komunitas Punk, masyarakat, dan Dinas Sosial. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan. Kemudian dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut.

Gambar 3.1 : Triangulasi dengan tiga sumber data 2) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Seperti dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi. Bila dengan tiga data

Komunitas Punk Masyarakat


(29)

55

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.

Gambar 3.2 : Triangulasi dengan tiga teknik pengumpulan data

3) Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kreadibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari ketika narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu pengecekan kreadibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu dan situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya

Gambar 3.3 : Triangulasi dengan tiga waktu pengumpulan data

Observasi Wawancara

Dokumentasi

Bulan Ke 1 Bulan Ke 2


(30)

56

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Analisis kasus negatif

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data berbeda bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.

5) Menggunakan bahan referensi

Menggunakan bahan referensi disini maksudnya dalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Contohnya, data hasil wawancara didukung oleh adanya rekaman wawancara, dan lain sebagainya. Dalam penelitian sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi foto-foto atau dokumen yang autentik, sehingga lebih dipercaya.

6) Mengadakan membercheck

Membercheck adalah, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuanya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang diberikan telah disepakati pemberi data berarti datanya valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya.


(31)

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan penulis berkenaan dengan fenomena perilaku antisosial komunitas punk di Kota Bandung penulis menarik kesimpulan sebagai berikut yang akan dijabarkan berdasarkan poin-poin perumusan masalah pada penelitian ini yakni sebagai berikut :

1. Perilaku antisosial sejatinya ditunjukan oleh para punker yang ada di Kota Bandung, hal ini ditunjukan oleh sikap dan perilaku yang tampak seperti cara berpenampilan seorang punkers memang sangat berbeda dibanding dengan cara berpenampilan masyarakat pada umumnya, pola perilaku keseharian yang dianggap oleh masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku seperti sikap yang cenderung agresif, seringnya mengkonsumsi minuman beralkohol, terlibat perkelahian, penyalahgunaan obat-obatan dan acuh terhadap nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku penyimpangan dan

sikap-sikap antisosial ini dilatar belakangi oleh kondisi keluarga Broken Home, lingkungan sosial individu yang bisa dengan mudah menemui sekelompok orang yang melakukan perilaku menyimpang, teman sepermainan dan pendidikan yang rendah. Selain itu juga ada faktor-faktor lain yang mendukung munculnya perilaku tersebut seperti pengaruh media massa, keinginan diri untuk dipuji, pelampiasan rasa kecewa, faktor dorongan kebutuhan ekonomi, serta adanya ketidaksanggupan individu untuk menyerap norma-norma konformis.

3. Keberadaan dari para punker ini berdampak pada kehidupan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak secara langsung tersebut diantaranya adalah adanya perasaan takut yang dirasakan oleh masyarakat akibat dari adanya beberapa perilaku mereka yang bisa dikategorikan mengancam, seperti seringnya bergerombol dalam jumlah


(32)

99

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

banyak, mengamen dengan cara paksa, dan melakukan pemalakan. Implikasi lain yang muncul dari komunitas punk ini selain dirasakan secara langsung ada pula beberapa hal yang bersifat tidak langsung, diantaranya adalah dengan cara hidup mereka yang menjunjung tinggi kebebasan dan hidup seolah-olah tidak terikat oleh sistem norma yang berlaku dimasyarakat, para generasi tua memiliki semacam ketakutan bila hal tersebut akan berimplikasi terhadap ideologi pada generasi muda yang sejatinya masih dalam tahap pencarian jati diri kemudian terjerumus pada pola kehidupan yang mereka lihat dari komunitas punk tersebut

B. REKOMENDASI

Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini, penulis merekomendasikan berbagai hal berikut :

1. Bagi keluarga

Keluarga sebagai agen sosialisasi primer diharapkan mampu menjalin hubungan yang harmonis diantara tiap-tiap anggotanya khususnya hubungan antara orang tua dan anak, orang tua sudah semestinya memperikan perhatian, kasih sayang, dan juga pemahaman terhadap sesuatu kepada anaknya, hal ini ditujukan agar seorang anak tidak akan mencari perhatian kepada pihak lain yang bisa membentuk sikap dan karakter yang tidak sesuai.

2. Masyarakat

Komunitas Punk juga merupakan bagian dari masyarakat, Punk hanyalah cara menjalani hidup yang memang sedikit berbeda dengan masyarakat umum. Dalam hal ini masyarakat tidak harus memperlihatkan sikap penolakan terhadap keberadaan mereka, masyarakat hanya perlu bersikap waspada saat berdekatan dengan mereka. Saling menghargai satu sama lain merupakan sikap yang cukup bijak.

3. Bagi Pemerintah

Pemerintah dalam hal ini terutama adalah pihak Dinas Sosial diharapkan bisa dengan efektif mengurangi keberadaan komunitas punk


(33)

100

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang sering menempati sarana-sarana publik dan memberikan pelatihan yang tepat agar mereka tidak terus menjadikan jalanan sebagai tempat melangsungkan hidup.

4. Bagi peneliti

Bagi peneliti selanjutnya diharapakan bisa lebih mengkaji hal ini secara mendalam dengan wilayah penelitian yang lebih luas, dan objek penelitian yang lebih banyak guna memberikan hasil penelitian yang lebih baik. Dan diharapkan menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya dan memberikan manfaat khususnya bagi peneliti itu sendiri umumnya bagi kehidupan sosial.


(34)

102

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Adlin, A., dkk. (2006). Resistensi Gaya Hidup: Teori dan Realitas. Yogyakarta: Jalasutra.

Ali, M. (2002) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Amani.

Arikunto. Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta : Jakarta

Artiani, L. I. (2011). Studi Perilaku Menyimpang (Deviant Behavior) Kaum Urban (Studi Kasus Komunitas Punk di Kota Surakarta. (Skripsi). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Barnard, M. (2009). Fashion sebagai Komunikasi: Cara Mengomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender. Yogyakarta : Jalasutra

Basrowi dan Suwandi. (2008) Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta

Boeree, C.G. (2010). Psikologi Sosial. Jogjakarta: Prismasophie.

BPS Kota Bandung. (2009). Bandung Dalam Angka (2009). Pemerintah Kota Bandung

Daldjoeni, N. (1997). Seluk Beluk Masyarakat Kota. Bandung : Alumni

Hasnadi, H. (2012) Komunitas Punk di Kota Bandung dalam Memaknai Gaya Hidup. Jurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1

Hebdige, D. (1999). Asal-usul dan Ideologi Subkultur Punk. Yogyakarta : Buku Baik.

Horton, P. B. & Hunt, C. L. (1984). Sosiologi. Jakarta : Erlangga

Indaryanto, A. P. (2011) Identifikasi Keterpaan dan Kontribusi Komunitas Punk pada Penyakit Masyarakat di Jakarta Selatan. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Indonesia, Jakarta.

Kartono. Kartini. (2011). Patologi Sosial. Jakarta. Rajawali Pers..

Kennedy, E. S., dkk. (2009). Galeri Urban: Narasi Kota dalam Labirin Seni. Yogyakarta : Ekspresi Buku

Koentjaraningrat. (1994) Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Maryati, K. & Suryawati, J. (2001). Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Esis.

Moleong, L.J. (2007) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Roksadakarya

Mulayana, D. (2010) Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosadakarya

Narwoko, J.D. dan Suyanto, B. (2007). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana

Nasution. (2003) Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Patton, M.Q. ( 2009). Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Putra, N. (2011) Penelitian Kualitatif : Proses dan Aplikasi. Jakarta : Indeks


(35)

102

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Reid, S. T. (2000). Crime and Criminology. New York : McGraw-Hill

Rubianto. (2012). Perilaku Agresif Anggota Geng Motor di Kbupaten Bandung Barat (Skripsi). Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rusbiantoro, D. (2008). Generasi MTV. Yogyakarta : Jalasutra Santrock, J.W (2005). Psikologi Remaja: PT. Raja Grafindo Persada

Sarwono. Sarlito W. (2002). Psikologi Remaja, Edisi Revisi. Jakarta. PT RajaGrafindo

Persada.

Setiadi, E. M. dan Kolip, U. (2011) Pengantar Sosiologi. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup

Siahaan. Jokie M.S. (2009). Perilaku Menyimpang : Pendekatan Sosiologi. Jakarta.Indeks.

Soekanto, S. (2007) Sosiologi : Suatu pengantar. Jakarta : Rajawali Pers

Soekanto. S. (2004). Sosiologi Keluarga, Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak. Jakarta. Rineka Cipta.

Sugiyono. (2013) Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Syani, A. (1987). Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial. Jakarta: Fajar Agung Syarbaini. Syahrial dan Rusdiyanto.(2009). Dasar-Dasar Sosiologi. Yogyakarta.

Graha Ilmu.

Yuniardi, M. S. (2008). Laporan Penelitian : Penerimaan Remaja Laki – laki dengan Perilaku Antisosial Terhadap Peran Ayahnya di Dalam Keluarga. Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah, Malang.

Internet

Yunus. Ahmad (2004). Komunitas Punk Bandung. (Online). (Tersedia di : http://www.pantau.or.id/?/=d/281 Komunitas Punk Bandung.or.id.html, diunduh 26 Februari 2015)


(1)

56

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4) Analisis kasus negatif

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data berbeda bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.

5) Menggunakan bahan referensi

Menggunakan bahan referensi disini maksudnya dalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Contohnya, data hasil wawancara didukung oleh adanya rekaman wawancara, dan lain sebagainya. Dalam penelitian sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi foto-foto atau dokumen yang autentik, sehingga lebih dipercaya.

6) Mengadakan membercheck

Membercheck adalah, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuanya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang diberikan telah disepakati pemberi data berarti datanya valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya.


(2)

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan penulis berkenaan dengan fenomena perilaku antisosial komunitas punk di Kota Bandung penulis menarik kesimpulan sebagai berikut yang akan dijabarkan berdasarkan poin-poin perumusan masalah pada penelitian ini yakni sebagai berikut :

1. Perilaku antisosial sejatinya ditunjukan oleh para punker yang ada di Kota Bandung, hal ini ditunjukan oleh sikap dan perilaku yang tampak seperti cara berpenampilan seorang punkers memang sangat berbeda dibanding dengan cara berpenampilan masyarakat pada umumnya, pola perilaku keseharian yang dianggap oleh masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku seperti sikap yang cenderung agresif, seringnya mengkonsumsi minuman beralkohol, terlibat perkelahian, penyalahgunaan obat-obatan dan acuh terhadap nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku penyimpangan dan

sikap-sikap antisosial ini dilatar belakangi oleh kondisi keluarga Broken Home, lingkungan sosial individu yang bisa dengan mudah menemui sekelompok orang yang melakukan perilaku menyimpang, teman sepermainan dan pendidikan yang rendah. Selain itu juga ada faktor-faktor lain yang mendukung munculnya perilaku tersebut seperti pengaruh media massa, keinginan diri untuk dipuji, pelampiasan rasa kecewa, faktor dorongan kebutuhan ekonomi, serta adanya ketidaksanggupan individu untuk menyerap norma-norma konformis.

3. Keberadaan dari para punker ini berdampak pada kehidupan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak secara langsung tersebut diantaranya adalah adanya perasaan takut yang dirasakan oleh masyarakat akibat dari adanya beberapa perilaku mereka yang bisa dikategorikan mengancam, seperti seringnya bergerombol dalam jumlah


(3)

99

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

banyak, mengamen dengan cara paksa, dan melakukan pemalakan. Implikasi lain yang muncul dari komunitas punk ini selain dirasakan secara langsung ada pula beberapa hal yang bersifat tidak langsung, diantaranya adalah dengan cara hidup mereka yang menjunjung tinggi kebebasan dan hidup seolah-olah tidak terikat oleh sistem norma yang berlaku dimasyarakat, para generasi tua memiliki semacam ketakutan bila hal tersebut akan berimplikasi terhadap ideologi pada generasi muda yang sejatinya masih dalam tahap pencarian jati diri kemudian terjerumus pada pola kehidupan yang mereka lihat dari komunitas punk tersebut

B. REKOMENDASI

Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini, penulis merekomendasikan berbagai hal berikut :

1. Bagi keluarga

Keluarga sebagai agen sosialisasi primer diharapkan mampu menjalin hubungan yang harmonis diantara tiap-tiap anggotanya khususnya hubungan antara orang tua dan anak, orang tua sudah semestinya memperikan perhatian, kasih sayang, dan juga pemahaman terhadap sesuatu kepada anaknya, hal ini ditujukan agar seorang anak tidak akan mencari perhatian kepada pihak lain yang bisa membentuk sikap dan karakter yang tidak sesuai.

2. Masyarakat

Komunitas Punk juga merupakan bagian dari masyarakat, Punk hanyalah cara menjalani hidup yang memang sedikit berbeda dengan masyarakat umum. Dalam hal ini masyarakat tidak harus memperlihatkan sikap penolakan terhadap keberadaan mereka, masyarakat hanya perlu bersikap waspada saat berdekatan dengan mereka. Saling menghargai satu sama lain merupakan sikap yang cukup bijak.

3. Bagi Pemerintah

Pemerintah dalam hal ini terutama adalah pihak Dinas Sosial diharapkan bisa dengan efektif mengurangi keberadaan komunitas punk


(4)

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang sering menempati sarana-sarana publik dan memberikan pelatihan yang tepat agar mereka tidak terus menjadikan jalanan sebagai tempat melangsungkan hidup.

4. Bagi peneliti

Bagi peneliti selanjutnya diharapakan bisa lebih mengkaji hal ini secara mendalam dengan wilayah penelitian yang lebih luas, dan objek penelitian yang lebih banyak guna memberikan hasil penelitian yang lebih baik. Dan diharapkan menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya dan memberikan manfaat khususnya bagi peneliti itu sendiri umumnya bagi kehidupan sosial.


(5)

102

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Adlin, A., dkk. (2006). Resistensi Gaya Hidup: Teori dan Realitas. Yogyakarta: Jalasutra.

Ali, M. (2002) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Amani.

Arikunto. Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka Cipta : Jakarta

Artiani, L. I. (2011). Studi Perilaku Menyimpang (Deviant Behavior) Kaum Urban (Studi Kasus Komunitas Punk di Kota Surakarta. (Skripsi). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Barnard, M. (2009). Fashion sebagai Komunikasi: Cara Mengomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender. Yogyakarta : Jalasutra

Basrowi dan Suwandi. (2008) Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rineka Cipta

Boeree, C.G. (2010). Psikologi Sosial. Jogjakarta: Prismasophie.

BPS Kota Bandung. (2009). Bandung Dalam Angka (2009). Pemerintah Kota Bandung

Daldjoeni, N. (1997). Seluk Beluk Masyarakat Kota. Bandung : Alumni

Hasnadi, H. (2012) Komunitas Punk di Kota Bandung dalam Memaknai Gaya Hidup. Jurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran Vol.1., No.1

Hebdige, D. (1999). Asal-usul dan Ideologi Subkultur Punk. Yogyakarta : Buku Baik.

Horton, P. B. & Hunt, C. L. (1984). Sosiologi. Jakarta : Erlangga

Indaryanto, A. P. (2011) Identifikasi Keterpaan dan Kontribusi Komunitas Punk pada Penyakit Masyarakat di Jakarta Selatan. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Indonesia, Jakarta.

Kartono. Kartini. (2011). Patologi Sosial. Jakarta. Rajawali Pers..

Kennedy, E. S., dkk. (2009). Galeri Urban: Narasi Kota dalam Labirin Seni. Yogyakarta : Ekspresi Buku

Koentjaraningrat. (1994) Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Maryati, K. & Suryawati, J. (2001). Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Esis.

Moleong, L.J. (2007) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Roksadakarya

Mulayana, D. (2010) Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosadakarya

Narwoko, J.D. dan Suyanto, B. (2007). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana

Nasution. (2003) Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Patton, M.Q. ( 2009). Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Putra, N. (2011) Penelitian Kualitatif : Proses dan Aplikasi. Jakarta : Indeks


(6)

Dadan Muhammad Ruhiat, 2015

ANALISIS PERILAKU ANTISOSIAL PADA KOMUNITAS PUNK DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Reid, S. T. (2000). Crime and Criminology. New York : McGraw-Hill

Rubianto. (2012). Perilaku Agresif Anggota Geng Motor di Kbupaten Bandung Barat (Skripsi). Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rusbiantoro, D. (2008). Generasi MTV. Yogyakarta : Jalasutra Santrock, J.W (2005). Psikologi Remaja: PT. Raja Grafindo Persada

Sarwono. Sarlito W. (2002). Psikologi Remaja, Edisi Revisi. Jakarta. PT RajaGrafindo

Persada.

Setiadi, E. M. dan Kolip, U. (2011) Pengantar Sosiologi. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup

Siahaan. Jokie M.S. (2009). Perilaku Menyimpang : Pendekatan Sosiologi. Jakarta.Indeks.

Soekanto, S. (2007) Sosiologi : Suatu pengantar. Jakarta : Rajawali Pers

Soekanto. S. (2004). Sosiologi Keluarga, Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak. Jakarta. Rineka Cipta.

Sugiyono. (2013) Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Syani, A. (1987). Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial. Jakarta: Fajar Agung Syarbaini. Syahrial dan Rusdiyanto.(2009). Dasar-Dasar Sosiologi. Yogyakarta.

Graha Ilmu.

Yuniardi, M. S. (2008). Laporan Penelitian : Penerimaan Remaja Laki – laki dengan Perilaku Antisosial Terhadap Peran Ayahnya di Dalam Keluarga. Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah, Malang.

Internet

Yunus. Ahmad (2004). Komunitas Punk Bandung. (Online). (Tersedia di : http://www.pantau.or.id/?/=d/281 Komunitas Punk Bandung.or.id.html, diunduh 26 Februari 2015)