Hubungan Identitas PUNK Dengan Konsep Diri Pada Komunitas PUNK Di Kota Medan

(1)

HUBUNGAN IDENTITAS

PUNK

DENGAN KONSEP-DIRI

PADA KOMUNITAS

PUNK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

YOSEFINE A MENDROFA

101301080

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GENAP, 2014/2015


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwas kripsi saya yang berjudul:

Hubungan Identitas PUNK Dengan Konsep-Diri PadaKomunitas PUNK

Adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 28 Januari 2015

Yosefine A Mendrofa NIM 101301080


(3)

Hubungan Identitas PUNK Dengan Konsep-Diri Yosefine A Mendrofa dan Omar Khalifa Burhan

ABSTRAK

Di dalam penelitian ini kami meneliti hubungan antara identitas PUNK dengan konsep-diri, yaitu bagaimana komponen identitas PUNK memiliki hubungan dengan konsep-diri. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara identitas PUNK dengan konsep-diri. Semakin memiliki hubungan antara komponen identitas PUNK dengan konsep-diri maka konsep-diri yang dimiliki individu cenderung positif.

Kata kunci : PUNK, identitas sosial, identitas PUNK, konsep-diri, identitas PUNK dan konsep-diri.


(4)

The Relationship Between Congruence PUNK Identity With

Self-concept Yosefine A Mendrofa dan Omar Khalifa Burhan

ABSTRACT

In this research we have examined the relation between the PUNK identity and self-concept, which is how for the relationship of PUNK identity components with self-concept. The result of this research indicates that there is have a relation between PUNK identity with self-concept. More have relation the PUNK identity components that belong to self-concept so the self-concept tends to be positive. Keywords : PUNK, social identity, PUNK identity, self-concept, PUNK


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat-Nya yang berlimpah, kasih karunia, dan hikmat yang selalu tercurah di setiap waktu sehingga penulis dapat menjalani setiap tahap penyusunan skripsi

yang berjudul “Hubungan Identitas PUNK dengan Konsep Diri pada Komunitas PUNK di Kota Medan” hingga selesai. Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi guna memperoleh gelar sarjana jenjang strata satu (S1) di Fakultas Psikologi Sumatera Utara.

Bagi kedua orangtua penulis M. Y. Rozaman Mendrofa dan Ibu Juliana Nababan (papi dan mami tersayang) dan juga abang tersayang James Farlow Mendrofa yang merupakan orang-orang penting dalam kehidupan penulis yang tetap setia memberikan cinta, semangat, kasih sayang, doa dan dukungan dalam segala hal yang tiada henti kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi. Terima kasih atas semua yang diberikan hingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada Om Pdt. R. Bambang Jonan dan Tante Santi yang merupakan Bapak dan Ibu rohani penulis. Terimakasih buat Om dan Tante yang telah memberikan dukungan baik berupa doa dan juga secara finansial, mulai dari penulis duduk di Sekolah Dasar (SD), kemudian dari awal perkuliahan sampai penulis berhasil menyelesaikan perkuliahan dan mendapat gelar sarjana. Terimakasih atas doa, perhatian, dukungan dan berkat yang Om dan Tante berikan, Tuhan yang membalas semua kebaikan Om dan Tante dengan berkat yang berlimpah. Bagi kalian semua ini Epin persembahkan, Epin mengasihi kalian semua.


(6)

Penulis menyadari bahwa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik dalam masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini sangat membantu penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Irmawati, Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi USU. 2. Bapak Omar Khalifa Burhan, M.Sc selaku Dosen Pembimbing penulis.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas kesabaran Bapak dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih atas segala bimbingan, saran, kritikan dan dukungan yang telah Bapak berikan kepada penulis.

3. Ibu Lili Garliah, M.Si., psikolog dan Ibu Sri Supriyantini, M.Si., psikolog, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis. Terima kasih atas bimbingan dan dukungan yang Ibu berikan kepada penulis selama penulis mengikuti masa perkuliahan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

4. Terimakasih kepada seluruh dosen, staff pegawai dan keluarga besar Fakultas Psikologi. Terima kasih untuk ilmu yang sudah bapak dan ibu berikan buat penulis selama kuliah di Psikologi dan kesediaannya untuk membantu mengurus administrasi yang saya perlukan dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih kepada para senior dan junior, kakak dan abg OB, abang dan bapak satpam terimakasih karena telah membuat hari-hari di kampus menjadi terasa sangat nyaman.

5. Terimakasih buat tante Eldiana, Agnes (Kitting) , Abel dan Rafael (adik-adik sepupu penulis) yang telah menemani, memberikan semangat dan doa


(7)

kepada penulis baik selama perkuliahan sampai kepada penyelesaian skripsi ini.

6. Terima kasih buat HF (Happy Family) tersayang yaitu Mona Sri Ukur Meliala (Momo), Anggita Windy Marpaung (Ikky), Selvia Veronika Tarigan (Punzel), Putri Olwinda Sianipar (Owl), Christian Yosie Wahyuni Simbolom (Njess), dan Martina Lidya Lieda (Omaa) yang selalu memberi dukungan sekaligus menemani keseharian penulis selama masa perkuliahan, mulai dari mengerjakan tugas bersama, diskusi, belajar bersama, saling berbagi materi sampai kepada menjadi keluarga yang terbaik, berdoa bersama, bercanda, curhat, bermain bersama, jalan-jalan, nongkrong, shopping, stalking dan galau bersama. Terima kasih untuk semua perhatian, waktu, semangat, canda tawa dan doa yang diberikan. Terima kasih karena telah menjadi sahabat sekaligus keluarga yang terbaik hingga hari-hari selama di kampus terasa menyenangkan dihabiskan bersama kalian. (This is my annoying friend, but i love them so much!! :p) 7. Terimakasih buat sahabat terbaikku dari SMA yaitu CewSa (Ami, Etha

dan Ira) yang telah memberikan semangat dan doa, terimakasih juga masih setia menemani penulis dan selalu mendukung penulis ditengah kesibukan, kegilaan dan berbagai macam kegiatan yang dimiliki sampai penulis menyelesaikan skripsi ini. We are young, wild and free guys!! (long time a go..hahaha). Terimakasih juga buat teman-teman GO IPC 004 (angkatan 2010) yaitu Nadya, June, Yolanda, Rina, Christin, Intan, Harun, Arif, Habieb, Ihsan, dan Bg Dona yang masih setia memberikan dukungan dan


(8)

juga doa kepada penulis dari mulai sebelum perkuliahan, selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini. Terimakasih.

8. Terimakasih kepada seluruh teman-teman Psikologi USU angkatan 2010 yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Terimakasih sudah menjadi teman seangkatan yang luarbiasa. Teman-teman sedoping, ada kak Rani, kak Anggi, Nanda, Rozi dan Sri Saputri yang telah membantu dan memberikan saran serta semangat. Juga kepada Tota Fierda Ria Angelina Simbolon teman seperjuangan yang telah menemani, mendengarkan keluh kesah penulis dan membantu penulis dalam proses pengolahan data. 9. Terima kasih kepada Pastor Youth (Timothy Liaw) , Dancer Tim, seluruh

pengerja Departemen Pemuda GBI Rayon IV dan seluruh keluarga besar gereja GBI Rayon IV Medan yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas dukungan, semangat, perhatian dan doa yang diberikan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi.

10. Terima kasih kepada seluruh partisipan yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih banyak karena telah bersedia meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Terima kasih juga untuk keluarga, sahabat dan juga teman-teman lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang memberikan doa, perhatian, dan selalu menanyakan kabar tentang skripsi yang saya kerjakan. Terimakasih juga buat tempat-tempat tongkrongan penulis mulai dari Starbucks, McDonald, KFC Coffe, Kopi Cangkir, Ule Kareng Keude Kupi, dll yang telah menyediakan tempat yang nyaman, makanan yang


(9)

enak, kopi yang lezat, dan Wiffi gratis pastinya. Terimakasih telah ada di dunia ini.

Penulis berharap penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca agar dapat menambah wawasan. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan, karena itu penulis tentunya terbuka dengan berbagai kritik dan saran yang akan menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak.

Medan, Januari 2015 Penulis,


(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Skala Identitas PUNK ... 28

Tabel 2. Blue Print Skala Konsep-diri ... 29

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Konsep-diri ... 36

Tabel 4. Classification ... 37

Tabel 5. Omnibus Tests of Model Coefficients ... 38


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Subjek Penelitian Lampiran 2. Skala Penelitian Lampiran 3. Twenty Statement Test Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas

Lampiran 6. Hasil Uji Korelasional Identitas PUNK dan Konsep-Diri Lampiran 7. Regresi Logistik


(16)

The Relationship Between Congruence PUNK Identity With

Self-concept Yosefine A Mendrofa dan Omar Khalifa Burhan

ABSTRACT

In this research we have examined the relation between the PUNK identity and self-concept, which is how for the relationship of PUNK identity components with self-concept. The result of this research indicates that there is have a relation between PUNK identity with self-concept. More have relation the PUNK identity components that belong to self-concept so the self-concept tends to be positive. Keywords : PUNK, social identity, PUNK identity, self-concept, PUNK


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan, perilaku dan kemampuan individu dalam menghadapi tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep dan evaluasi individu tentang dirinya, pendapat orang lain tentang dirinya, dan juga akan menjadi apa dirinya, akan muncul dari pengalaman individu saat berinteraksi dengan lingkungan, yang disebut Rogers (1961) dengan konsep-diri. Konsep-diri memainkan peranan utama dalam perilaku manusia, dimana perubahan konsep-diri akan menghasilkan perubahan perilaku. Dengan demikian, konsep-diri menjadi suatu hal yang penting bagi individu dimulai sejak dini, termasuk pada masa remaja.

Masa remaja merupakan masa yang berada pada tahap perkembangangan psikologis yang potensial sekaligus juga rentan. Karena pada masa ini remaja sering mengeksplorasi perilaku ataupun keinginannya. Oleh karena itu tugas perkembangan yang utama dari remaja adalah membangun identitasnya untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang

“siapa saya” dan “kemana saya akan melangkah” (Atkinson, 1993).

Remaja mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa, di mana pada masa ini merupakan salah satu tahap perkembangan yang paling unik, penuh dinamika, tantangan, harapan dan juga mengalami banyak perubahan yang mendasar pada aspek biologis, kognitif dan sosial (Steinberg, 1993). Remaja mengalami perubahan dalam setting jaringan sosialnya, jika pada


(18)

masa anak, orangtua dan guru menjadi figur idolanya. Maka pada masa remaja, teman sebaya menggantikan kedudukan orang tua ataupun guru, sehingga remaja lebih mendengar dan mengikuti apa yang menjadi pandangan teman sebaya. Itu juga sebabnya teman sebaya merupakan salah satu faktor yang paling besar membentuk konsep-diri pada masa remaja (Stuart dan Sudeen, 1991).

Remaja sering merasakan bahwa secara sosial tidak cocok lagi bergabung dengan anak-anak maupun orang dewasa, oleh karena itu ingin membentuk kelompok sendiri yang terdiri dari teman-teman seusianya. Sehingga remaja menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman sebaya mereka dari pada bersama orang tua dan keluarga (Papalia, 2004).

Setiap remaja memiliki caranya masing-masing untuk dapat dihargai di dalam masyarakat, mereka berhak menentukan dengan siapa saja mereka bergaul dan berteman. Di lingkungan mereka ada banyak sekali komunitas dengan berbagai macam karakteristik. Seseorang tidak bisa melarang atau menyuruh seseorang untuk menyukai sesuatu, atau bergaul di komunitas tertentu karena remaja memiliki pilihan mereka sendiri (Papalia, 2009). Salah satu kelompok ataupun komunitas yang banyak diikuti anak remaja adalah komunitas PUNK.

Komunitas PUNK merupakan sekumpulan orang-orang dengan memiliki fashion yang unik. Mulai dari rambut dengan gaya mohawk dan berdiri tegak lalu diwarnai, memakai pakaian serba hitam Rata-rata bertindik dan bertato baik laki-laki maupun perempuan. Fashion yang seperti ini terlihat sangat mencolok dan berbeda, yang merupakan salah satu modernisasi


(19)

kebudayaan yang berada di Indonesia, termasuk di kota Medan. Komunitas ini biasanya beranggotakan kaum muda dan anak remaja yang dikenal untuk mengekspresikan diri secara bebas, baik itu dari segi pergaulan, gaya hidup,

free sex, tinggal di jalanan, mengamen dan ingin hidup bebas ( Fransiskus Marbun, 2012).

Komunitas PUNK pada umumnya mengutamakan pengekspresian, kebebasan dan juga kebersamaan sesama anggota mereka. Mereka lebih menganggap sesama anggota mereka sebagai saudara, di mana mereka saling membantu, bertukar informasi, pendapat dan hal lainnya (Havoe, 2001). Komunitas PUNK jarang melakukan perkelahian ataupun pertengkaran antara sesama anggota atau kelompok yang lain, biasanya apabila di antara mereka ada yang melakukan kejahatan, pencurian, ataupun perkelahian, mereka saling menasehati satu sama lain.

Dengan fashion dan kehidupan yang bebas di jalanan, komunitas

PUNK mendapat penilaian yang berbeda dari masyarakat. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa keberadaan komunitas PUNK yang mencolok menjadi sorotan bagi masyarakat. Masyarakat mempunyai persepsi berdasarkan cara pandang masing-masing. Persepsi tersebut dapat berupa pandangan yang positif maupun negatif terhadap eksistensi keberadaan komunitas PUNK (Fransiskus, 2012).

Masyarakat ada yang pernah mendengar dan melihat langsung fenomena keberadaan komunitas PUNK ataupun hanya mengetahui lewat media dan cerita yang beredar tentang komunitas tersebut. Sebagian kecil masyarakat ada yang memandang sisi positifnya, antara lain dalam hal


(20)

kreatifitas bermusik yang mengandung nilai moral dan penyampaian kritikan terhadap pemerintah, dari nilai seni PUNK memiliki nilai artistik yang tinggi dalam kreatif menciptakan musik dan juga merias diri misalnya dalam hal

fashion yang terlihat mencolok dan unik dan juga kesenian menggambar tubuh (tatto). Tapi, pada umumnya masyarakat memandang bahwa komunitas

PUNK itu negatif, mereka memandang remaja ataupun kamu muda yang menjadi anggota komunitas PUNK telah menganut gaya hidup yang tidak sesuai dengan lingkungan karena kebebasan yang mereka anut telah disalah artikan lewat perilaku dan fashion mereka. Seperti berperilaku acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar dengan mengabaikan norma yang berlaku, hidup di jalanan, dan berpenampilan sangat mencolok melalui fashion yang mereka miliki. Sehingga masyarakat ada yang merasa itu biasa saja, tapi ada juga yang merasa terancam dan menolak keberadaan komunitas PUNK (Havoe, 2001).

Walaupun masyarakat pada umunya masyarakat memiliki padangan ataupun persepsi yang negatif terhadap komunitas PUNK, para remaja ataupun kaum muda lainnya tetap saja banyak yang masuk ke komunitas PUNK, dan itu juga salah satu penyebab komunitas PUNK terus berkembang hingga saat ini. Alasan para remaja ataupun kaum muda tetap masuk kedalam komunitas

PUNK dan menjadikan komunitas PUNK tetap berkembang dikarenakan para remaja mencari identitas diri mereka yang tidak mereka dapat di dalam masyarakat ataupun teman sebaya yang lain. Selain itu, komunitas PUNK

yang menganut kebebasan dan kebersamaan, saling mengganggap saudara, tidak adanya kesenjangan satu sama lain (tidak ada kepemimpinan di komunitas), saling membantu, menasehati dan juga peranan mereka dalam


(21)

komunitas dianggap penting di mana para remaja tidak mendapatkannya pada masyarakat ataupun komunitas yang lain (Fransiskus, 2012).

Dengan mengikuti komunitas PUNK, relasi sosial para remaja akan menjadikan remaja mampu mengerti dan melakukan apa yang diharapkan oleh lingkungan, sehingga memudahkannya untuk menyesuaikan dengan keadaan lingkungan. Selain itu, remaja juga menemukan identitas mereka di dalam suatu komunitas menjadikan individu membangun gambar diri dan memiliki pengetahuan tentang diri mereka sendiri melalui komunitas yang mereka ikuti, ini disebut dengan identitas sosial. Jika mengaplikasikan para remaja yang merupakan bagian dari komunitas PUNK, maka itu bisa disebut dengan identitas PUNK. Identitas sosial di dalam individu merupakan bagian dari konsep-diri. Identitas dimiliki individu dari identitas PUNK, maka secara tidak langsung membentuk konsep-diri pada individu (Tajfel & Tunner, 1979).

Komunitas PUNK yang memiliki ciri khas tersendiri dan mencolok di tengah masyarakat membuat masyarakat memiliki tanggapan dan persepsi yang negatif mengenai komunitas PUNK (Fransiskus, 2012). Tetapi para remaja tetap bertahan bahkan semakin banyak yang bergabung menjadi anggota komunitas PUNK. Para remaja merasa bahwa mereka dapat menemukan identitas diri pada komunitas PUNK yang menjadi identitas

PUNK dalam diri mereka, seharusnya dapat menjadikan konsep-diri mereka mejadi lebih positif dan merasa lebih dihargai karena mereka menjadi salah satu anggota komunitas.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan tersebut, peneliti ingin bagaimana pengaruh dari identitas sosial para remaja yang didapat dari


(22)

identitas PUNK pada komunitas PUNK dengan konsep-diri yang akan terbetuk pada para remaja walaupun masyarakat menilai dan miliki pandangan yang negatif pada komunitas PUNK.

B. Urgensi Penelitian

Masa remaja adalah masa transisi yang wajib dilalui setiap individu. Setiap remaja mengalami pergolakan dalam diri mereka masing-masing, karena pada masa ini mereka banyak mengalami perubahan dalam berbagai hal mulai dari fisik, kepribadian, kognitif, moral, dan sosial. Awal mulanya remaja tidak memiliki gambaran mengenai dirinya dan juga apa yang bukan dirinya. Namun, secara bertahap konsep diri akan dapat dibentuk dengan jelas melalui interaksi dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Ditambah lagi dengan pada masa remaja, individu mengalami krisis identitas sehingga pada masa ini remaja mulai mencoba hal-hal baru untuk menemukan identitas dirinya.

Dengan berbagai perubahan yang terjadi, setiap remaja mengalami krisis identitas. Dimana remaja mencari jati dirinya oleh karena itu salah satu cara remaja untuk menemukan identitasnya adalah masuk ke dalam suatu komunitas. Salah satu komunitas yang ada di kota Medan adalah komunitas

PUNK. Dengan menemukan identitas diri remaja dalam komunitas PUNK

akan mempengaruhi konsep-diri para remaja.

Sehingga dibutuhkan suatu kajian dan penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana hubungan identitas PUNK mempengaruhi konsep-diri pada remaja.


(23)

Maka topik ini perlu untuk diteliti karena hasil penelitian nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan tambahan dalam melihat hubungan identitas PUNK berdampak pada konsep-diri para remaja.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan identitas

PUNK dengan konsep-diri pada komunitas PUNK.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan identitas PUNK dengan konsep-diri pada komunitas PUNK di tengah masyarakat yang memiliki padangan negatif pada komunitas PUNK.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis maupun praktis, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu Psikologi, khususnya bidang Psikologi Sosial. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu dan dapat menjadi landasan untuk pelaksanaan penelitian-penelitian lanjutan mahasiswa atau pihak-pihak yang membutuhkan terkait dengan identitas sosial, konsep-diri dan juga komunitas PUNK.


(24)

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berupa informasi kepada para masyarakat yang memandang komunitas

PUNK secara positif ataupun negatif. Memberikan informasi pada para remaja atau kaum muda yang merupakan bagian dari komunitas PUNK

mengenai identitas PUNK yang mereka miliki dan juga konsep-diri yang dibentuk dari identitas PUNK.

F. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan

Berisi uraian singkat mengenai gambaran latar belakang masalah bagimana remaja masuk kedalam suatu komunitas, bagaimana hubungannya dengan konsep diri, fenomena, perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Berisi tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan. Menguraikan landasan teori tentang komunitas PUNK, konsep-diri, identitas sosial, identitas PUNK, dan hubungan identitas

PUNK dengan konsep-diri. BAB III : Metode Penelitian

Berisi identifikasi variabel, definisi operasional, populasi dan metode pengambilan sampel, metode pengambilan data, dan metode analisa data penelitian.


(25)

BAB IV: Analisa Data dan Pembahasan.

Menguraikan secara singkat hasil yang diperoleh dari penelitian, interpretasi data dan pembahasan.

BAB V : Kesimpulan dan Saran.

Menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran- saran untuk penelitian selanjutnya.


(26)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep-diri

1. Pengertian Konsep-Diri

Menurut Hurlock (1999) konsep-diri merupakan pandangan individu mengenai dirinya. Hurlock mengungkapkan konsep-diri terdiri dari dua komponen, yaitu konsep-diri yang sebenarnya dan konsep-diri yang ideal. Konsep-diri yang sebenarnya merupakan gambaran mengenai diri individu, sedangkan konsep-diri yang ideal merupakan gambaran individu mengenai diri sebagaimana yang diinginkan individu tersebut.

Menurut Stuart dan Sudeen (1998), konsep-diri merupakan informasi yan dimiliki individu yang berasal dari keyakinan, hasil pemikiran, pendapat, dan prinsip individu yang kemudian akan berdampak pada individu saat berhubungaan dengan oranglain. Menurut Burns (1993), konsep-diri adalah bagaimana cara individu bersikap sesuai dengan kepercayaan individu terhadap diri sendiri. Terakhir, menurut Calhoun dan Acocella (1990), konsep-diri adalah keadaan pikiran individu yang berasal dari informasi yang dimiliki individu mengenai dirinya, keyakinan individu terhadap dirinya, dan penilaian individu terhadap dirinya sendiri.

Ada dua tipe konsep-diri yaitu konsep-diri positif dan negatif (Benner, 1985). Konsep-diri yang positif akan memungkinkan seseorang untuk bisa bertahan menghadapi masalah yang akan dihadapinya, menjadi lebih percaya diri, keren, berharga dan bangga pada diri mereka sendiri sehingga padangan


(27)

diri mereka terhadap mereka sendiri menjadi lebih positif dan akan membawa dampak positif juga bagi orang lain disekitar individu. Sebaliknya, konsep-diri yang negatif merupakan penilaian yang negatif mengenai konsep-diri senkonsep-diri, individu menilai dirinya sebagai figur yang mengecewakan. Penilaian yang negatif individu terhadap diri sendiri akan cenderung menjadikan individu menolak dirinya sendiri, sehingga individu akan lebih sering kurang percaya diri, menjadi rendah diri dan merasa tidak mampu terhadap dirinya sendiri. Penolakan diri juga dapat memicu munculnya sikap agresif dan perilaku negatif, sehingga individu menjadi tertutup dan kurang tertarik untuk menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Efek dari konsep-diri yang negatif ini akan mempengaruhi hubungan interpersonal maupun fungsi mental lainnya bagi individu. Konsep-diri ini penting dalam menentukan perilaku seseorang di lingkungannya sehingga mengharapkan seseorang memiliki penilaian positif mengenai dirinya.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, konsep-diri di dalam penelitian ini didefinisikan sebagai pengetahuan individu mengenai dirinya sendiri baik itu bersifat positif ataupun negatif, di mana itu berasal dari ide, pikiran atau pandangan, dan kepercayaan yang diketahui individu mengenai dirinya dan itu berpengaruh terhadap diri sendiri dan juga saat berhubungan dengan orang lain.

2. Fungsi Konsep-diri

Menurut Felker (1974) ada tiga fungsi konsep-diri, yaitu :

a. Konsep-diri berfungsi sebagai penjaga keseimbangan dalam diri seseorang. Setiap individu memiliki pandangan, ide, perasaan dan


(28)

persepsi yang bermacam-macam yang dapat menimbulkan ketidakseimbangan dan ketidakstabilan, karena pandangan, ide, perasaan, dan persepsi tersebut dapat (namun tidak selalu) saling bertentangan satu dengan lainnya, yang akhirnya dapat menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan. Konsep-diri berfungsi sebagai penyeimbang di dalam diri individu sehubungan dengan berbagai pertentangan pandangan, ide, perasaan, dan persepsi yang dimiliki oleh individu. Misalnya, pandangan individu mengenai dugem (dunia gemerlap) itu tidak baik, tapi perasaannya mengatakan bahwa itu sebenarnya sah-sah saja tergantung apa yang dilakukan, tapi persepsi individu pada dugem

sudah negatif. Pada saat inilah konsep-diri berperan sebagai penyeimbangan di dalam individu untuk menyeimbangkan pandangan, perasaan dan juga persepsinya sehingga individu dapat berperilaku yang sesuai dengan dirinya.

b. Konsep-diri memberikan pengaruh dalam diri individu untuk menginterpretasikan pengalamannya. Interpretasi yang diperoleh individu dari pengalamanya itu tergantung dari bagaimana individu memandang dirinya. Misalnya, individu mendapat kritikan dari teman-temannya karena tidak cocok berpakaian. Apabila individu memiliki konsep-diri yang positif, maka individu menjadikan kritikan itu menjadi suatu yang membangun dirinya. Namun, apabila konsep-diri yang dimiliki individu itu negatif, maka kritikan itu justru membuat dia semakin tidak percaya diri.


(29)

c. Konsep-diri mempengaruhi harapan seseorang terhadap dirinya dan ini bergantung dari bagaimana individu melihat dan mempersepsikan dirinya. Misalnya, individu yang memiliki konsep-diri yang positif cenderung memiliki rencana ke depan yang lebih matang dan percaya dapat mewujudkannya dibandingkan individu yang memiliki konsep-diri yang negatif, yang cenderung tidak yakin dengan dirinya sendiri.

3. Faktor-faktor Penentu Konsep-diri

Faktor-faktor penentu konsep-diri menurut Calhoun dan Accocela (1990):

a. Orang tua. Orang tua memberikan pengaruh yang paling kuat, itu dikarenakan kontak sosial yang paling awal dialami manusia. Orang tua memberikan informasi yang menetap tentang diri individu, mereka juga menetapkan pengharapan bagi anaknya. Orang tua juga mengajarkan anak bagaimana menilai diri sendiri. John Bowlby (dalam Papalia, 2004) meyakini adanya ikatan penting antara orangtua dan anak, mulai dari bayi, remaja hingga dewasa, hubungan antara anak dan orangtua mempengaruhi anak menjadi individu yang mendapatkan rasa tanggung jawab, interaksi timbal balik, stimulasi, sikap yang positif, kehangatan, penerimaan, dan dukungan emosional.

b. Teman sebaya. Kelompok teman sebaya menduduki tempat kedua setelah orang tua terutama dalam mempengaruhi konsep-diri anak. Setelah anak memasuki tahap remaja, maka para remaja lebih


(30)

banyak menghabiskan waktunya dengan teman-teman sebayanya dan secara tidak langsung akan membentuk suatu perilaku pada remaja itu sendiri, ditambah lagi karena para remaja mudah terpengaruh dan sering melakukan berbeagai hal untuk mencari identitas dirinya untuk dapat memberntuk konsep-diri. Misalnya, individu yang tidak merokok berteman dengan orang-orang yang merokok cenderung akan menjadi perokok juga.

c. Masyarakat. Individu tinggal dan besar di dalam suatu masyarakat dan menjadi bagian di dalamnya. Sehingga masyarakat memiliki harapan pada setiap individu yang menjadi bagian dari suatu masyarakat dan harapan ini masuk ke dalam diri individu, di mana individu akan berusaha melaksanakan dan mencapai harapan tersebut. Misalnya, masyarakat yang memiliki ekspetasi tinggi pada individu menjadikan individu juga memiliki eskpetasi tinggi terhadap dirinya sendiri.

d. Hasil dari proses belajar. Belajar adalah merupakan hasil perubahan permanen yang terjadi dalam diri individu akibat dari pengalaman (Hilgard & Bower, dalam Calhoun & Acocella, 1990). Setiap pengalaman yang dialami oleh individu, baik itu dari lingkungan atau orang sekitar, akan memberikan individu suautu pembelajaran bahkan dapat membentuk sesuatu di dalam ditri individu itu sendiri. Pembentukan dan pembelajaran itu bisa menjadi hal yang positif ataupun negatif, semua tergantung dari individu. Misalnya, Individu yang belajar dari pengalaman dirinya


(31)

ataupun dari proses kehidupan yang dijalaninnya secara positif, menjadikan individu memiliki konsep-diri yang baik.

4. Komponen Konsep-diri

Konsep diri dibentuk oleh beberapa komponen. Komponen konsep diri tersebut dikemukakan oleh Stuart dan Sudeen (1991), yang terdiri dari :

a. Gambaran Diri

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu.

b. Ideal Diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu.

c. Harga Diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri. d. Peran

Peran adalah sikap dan prilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat. Peran yang ditetapkan adalah perran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu sebagai aktualisasi diri. Harga diri yang tinggi


(32)

merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.

e. Identitas

Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh.

B. Identitas PUNK

1. Definisi Identitas PUNK

Identitas PUNK di dalam penelitian ini merupakan salah satu bentuk dari identitas sosial. Identitas sosial (social identity) adalah bagian dari konsep-diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut (Tajfel & Tunner, 1979). Identitas sosial berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu. Hogg dan Abram (1990) menjelaskan identitas sosial sebagai rasa keterkaitan, peduli, bangga atau tidak yang berasal dari pengetahuan seseorang di dalam dirinya sebagai keanggotaanya dalam suatu kelompok.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai identitas sosial, maka dapat disimpulkan identitas sosial adalah pengetahuan individu mengenai dirinya yang diperoleh dari identitasnya dalam suatu kelompok baik itu membuat dia merasa bangga atau tidak. Dengan begitu, mengaplikasikan definisi identitas sosial tersebut pada afiliasi individu


(33)

terhadap komunitas PUNK, maka identitas PUNK di dalam penelitian ini kami definisikan sebagai individu yang memperoleh pengetahuan mengenai dirinya yang diperoleh dari identitas dia sebagai anggota dari komunitas PUNK.

2. Komponen Identitas PUNK

Identitas sosial terdiri atas tiga komponen (Ellemerss, 1999), yaitu komponen kognitif, evaluatif, dan emosional. Berhubung identitas PUNK,

merupakan varian dari identitas sosial, maka identitas PUNK juga memiliki ketiga komponen tersebut:

a. Cognitive component. Kesadaran kognitif akan keanggotaannya dalam kelompok, seperti self-categorization. Individu mengkategorisasikan dirinya dengan kelompok tertentu yang akan menentukan kecenderungan mereka untuk berperilaku sesuai dengan keanggotaan kelompoknya (Ellemers, 1999). Komponen ini juga berhubungan dengan self stereotyping yang menghasilkan identitas pada diri individu dan anggota kelompok lain yang satu kelompok dengannya. Self stereotyping dapat memunculkan perilaku kelompok (Hogg, 2001). Dikaitkan dengan kelompok

PUNK, individu yang merupakan bagian dari kelompok PUNK, secara otomatis telah mengkategorisasikan dirinya sebagai

PUNKers sehingga individu tersebut berperilaku seperti layaknya

PUNKers. Misalnya berpakaian serba hitam, model rambut


(34)

serba hitam, dan sepatu boot hitam. Dengan begitu individu berperilaku sesuai dengan kelompoknya.

b. Evaluative component. Merupakan nilai positif atau negatif yang dimiliki oleh individu terhadap keanggotaannya dalam kelompok, seperti group self esteem. Evaluative component ini menekankan pada nilai-nilai yang dimiliki individu terhadap keanggotaan kelompoknya (dalam Ellemers, 1999). Jika dikaitkan dengan komunitas PUNK, individu akan mendapatkan evaluative component melalui keanggotaannya dalam komunitas PUNK. c. Emotional component. Merupakan perasaan keterlibatan emosional

terhadap kelompok, seperti affective commitment. Emotional component ini lebih menekankan pada seberapa besar perasaan emosional yang dimiliki individu terhadap kelompoknya (affective commitment). Komitmen afektif cenderung lebih kuat dalam kelompok yang dievaluasi secara positif karena kelompok lebih berkontribusi terhadap social identity yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa identitas individu sebagai anggota kelompok sangat penting dalam menunjukkan keterlibatan emosionalnya yang kuat terhadap kelompoknya walaupun kelompoknya diberikan karakteristik negatif (dalam Ellemers, 1999). Pada individu yang berada dalam komunitas PUNK, individu memperoleh komitmen diri pada komunitas PUNK yang ia miliki. Sehingga individu merasa memiliki ikatan emosional mejandikan individu cenderung menilai kelompok PUNK secara positif karena


(35)

kelompok PUNK memberikan kontribusi yang besar terhadap identitas sosial individu.

C. PUNK

PUNK berasal dari Bahasa Inggris, yang merupakan singkatan dari

Public United Not Kingdom”, yang berarti “kesatuan suatu masyarakat di luar kerajaan”. Pada awalnya, di London-Inggris PUNK merupakan sub-budaya yang dulunya adalah sebuah gerakan untuk menentang para elit politik yang berkuasa di Inggris pada saat itu. Namun, PUNK juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir pada awal tahun 1970-an (Ronaldo, 2008). PUNK

selalu dikacaukan oleh golongan Skinhead yang merupakan golongan musik

rock yang pertama ada dan lebih mayoritas pada saat itu. Skinhead merupakan sebuang gang fasis Jerman yang memiliki idiologi antisemit, cenderung rasialis, dan cenderung meniru idiologi Nazi yang fasis sehingga anggota ini tidak mendapat tempat secara luas pada generasi perkotaan Jerman. Perbedaan ini sangat jelas antara kelompok Skinhead dan PUNK memiliki idiologi yang berbeda (Havoe, 2001).

Akan tetapi pada tahun 1980-an, PUNK mulai menyebar di kawasan Amerika, kelompok PUNK dan Skinhead bergabung dengan alasan memiliki semangat yang sama. Pada awalnya pergerakan ini dikarenakan Amerika mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang dirimulkan oleh menurutnya moral para tokoh politik sehingga meningkatkan jumlah pengangguran dan kriminalitas dikalangan masyarakat merajalela. Dari sinilah PUNK berusaha menyindir dengan cara mereka sendiri, melalui lagu-lagu dengan musik dan


(36)

lirik yang sederhana namun terkadang kasar, beat dengann tempo cepat dan menghentak. Banyak yang salah mengartikan PUNK, mereka menganggap

PUNK sebagai “glue sniffer” dan perusuh karena di Inggris pernah terjadi

wabah penggunaan "lem berbau tajam" untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka. Kemudian citra PUNK semakin buruk dikarenakan mereka berkeliaran dijalanan dan melakukan tindakan kriminal. PUNK juga merupakan sebuah gerakan perlawanan bagi anak muda yang berlandaskan dari keyakinan "we can do it ourselves" (Hebdige, 2005).

Selain itu PUNK adalah merupakan bagian dari musik rock di mana genre musik itu berasal dari musik rock and roll yang terlebih dahulu munvul sebelum PUNK. Di mana pada akhirnya musik PUNK adalah musik yang menjadi milik generasi muda yang memberontak terhadap segala bentuk

“kemapanan”. Sejarah PUNK terbagi atas beberapa generasi, ciri khas PUNK, gerakan-gerakan yang dilakukan oleh kaum PUNK dan sebagainya. Memasuki tahun 1960-an, PUNK, muncul sebagai suatu aliran musik baru. Masa itu

PUNK sudah menjadi sebuah sub-genre dari musik rock. Ciri pemberontakannya semakin tampak dan segala rupa aksi panggung yang ugal-ugalan, mulai muncul seiring berkembangnya musik PUNK (Hebdige, 2005). Sekumpulan orang-orang hidup di jalanan berambut warna-warni dengan gaya mohawk dan berdiri tegak, mengenakan jaket kulit hitam, sepatu boots, celana ketat, badan bertato, dengan asesoris seperti rantai, gembok, gelang hitam karet (spike) dan juga anting-anting tindik di hidung dan telinga.

Fashion yang seperti ini dikenal dengan komunitas PUNK. Fashion ini salah satu modernisasi kebudayaan yang berada di Indonesia, salah satunya ada di


(37)

kota Medan. Komunitas PUNK yang anggotanya diduduki oleh kaum muda ini lebih dikenal dengan pengekspresian diri secara bebas, baik itu free sex, nongkrong di jalanan, minum-minuman beralkohol, mengamen, dan berbagai bentuk kehidupan bebas lainnya.

D. Identitas PUNK dan Konsep-diri

Identitas dapat berasal dari berbagai aspek seperti etnis, kebangsaan, kelas sosial, jenis kelamin, seksualitas, dan juga komunitas. Berbagai aspek tersebut muncul dalam individu sehingga terkadang memicu konflik dan membuat krisis identitas, di mana identitas memberi gagasan tentang siapa diri seseorang (Hogg, 1990). Ini cenderung terjadi pada para remaja yang mencari jati diri sehingga mudah mengalami krisis identitas. Salah satu pembentuk identitas didapat dari identitas sosial individu. Keanggotaan dalam suatu kelompok dan peran dalam kelompok merupakan unsur yang penting dalam identitas sosial. Kelompok menjadi suatu hal yang penting bagi seorang remaja ataupun kaum muda, di mana memiliki teman di lingkungannya dalam suatu regu dan kelompok. Mereka akan merasa nyaman ketika berada dengan sahabat ataupun kelompok mereka dan mereka akan kesepian tanpa sahabat ataupun teman kelompoknya. Remaja akan merasa lebih dekat dengan teman daripada dengan orangtua karena pada saat itu remaja lebih banyak berbagi pengalaman dan perhatiannya pada teman sebaya.

Identitas sosial merupakan pengetahuan individu tentang dirinya baik itu nilai-nilai, emosional ataupun kognitif yang berasal dari keanggatoaan individu di dalam suatu kelompok (Tajfel & Tunner, 1979). Identitas yang


(38)

dimiliki oleh anggota kelompok PUNK diperoleh dari identitas sosial mereka yang terbentuk karena komunitas PUNK. Keterkaitan, kepedulian, saling percaya dan juga kebanggan yang mereka miliki berasal dari komunitas

PUNK yang kemudian menjadi identitas PUNK di dalam diri mereka. Identitas sosial merupakan bagian dari konsep-diri yang dimiliki individu, oleh karena itu identitas PUNK mempengaruhi konsep-diri individu. Secara tidak langsung, gambaran diri, pengetahuan, gaya hidup para anggota komunitas PUNK telah menjadi bagian konsep-diri individu. Melalui identitas

PUNK individu memiliki konsep-dirinya sendiri baik itu konsep-diri yang negatif ataupun yang positif semua tergantung bagaimana komunitas itu berpengaruh bagi individu dan juga bagaimana individu menganggap komunitas itu sangat mempengaruhi konsep-dirinya. Konsep-diri sangat penting dalam kehidupan setiap individu, karena melalui konsep-dirilah individu memandang dirinya, menilai dirinya, pikiran dan perasaanya terbentuk dan itu juga akan menentukan bagaimana individu berperilaku. Konsep-diri seseorang dinyatakan dan terlihat melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan dia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep-diri pada individu.

Perasaan seseorang bahwa ia memiliki gaya hidup yang berbeda di tengah masyarakat yang tidak menyukai, berpandangan negatif dan menganggap mereka berbahaya bagi masyarakat, juga akan membentuk konsep-diri. Individu akan berusaha melihat diri mereka terhadap orang lain


(39)

yang memiliki perbedaan kecil atau yang serupa dengan mereka. Jika dilihat dari perkembangan komunitas PUNK yang terus berkembang seiringnya dengan perkembangan budaya yang dapat mempengaruhi budaya lain, dapat dikatakan bahwa komunitas PUNK membawa pengaruh positif bagi para anggotanya, dengan begitu identitas PUNK pada individu baik maka konsep-diri yang terbentuk menjadi lebih positif.

E. Kerangka Berpikir

F. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka hipotesa penelitian adalah: Ada hubungan antara konsep-diri dengan identitas PUNK

pada komunitas PUNK di Kota Medan. Di mana komponen dari identitas

PUNK, yaitu cognitive component (kesadaran kognitif), evaluative component

(nilai-nilai yang dimiliki individu) dan emotional component berhubungan positif dengan konsep-diri pada komunitas PUNK di kota Medan. Semakin tinggi hubungan antara komponen identitas PUNK dengan konsep-diri maka

Konsep-diri Remaja

Identitas Sosial

Teman Sebaya Komunitas

PUNK

Identitas PUNK

hubungan identitas PUNK

dengan Konsep-diri


(40)

konsep-diri yang dimiliki individu cenderung positif, begitu juga sebaliknya apabila semakin rendah hubungan antara komponen identitas PUNK dengan konsep-diri maka konsep-diri yang dimiliki akan cenderung negatif pada anggota komunitas PUNK tersebut.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Untuk dapat menguji hipotesa penelitian terlebih dahulu diidentifikasi variabel-variabel penelitian. Identifikasi variabel penelitian merupakan langkah penetapan variabel-variabel utama yang menjadi fokus dalam penelitian serta penentuan fungsinya masing-masing (Azwar, 2000). Dalam penelitian ini variabel-variabel penelitian yang digunakan terdiri dari:

Variabel bebas (idependent variabel) : identitas PUNK

Variabel tergantung (dependent variabel) : konsep-diri

B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian 1. Identitas PUNK

Identitas PUNK merupakan individu yang memperoleh pengetahuan mengenai dirinya yang diperoleh dari identitas dia sebagai anggota dari komunitas PUNK.

Aspek yang digunakan dalam Skala Identitas PUNK ini adalah dimensi dari identitas PUNK yang diambil dari komponen identitas sosial (Ellemerss, 1999), yaitu :

a. Cognitive component

b. Evaluatif component


(42)

Data mengenai identitas PUNK pada individu diperoleh dari Skala Identitas PUNK yang disusun dengan format Likert. Skala ini berisikan 15 aitem.

2. Konsep-diri

Konsep-diri adalah pengetahuan individu mengenai dirinya sendiri baik itu bersifat positif ataupun negatif, di mana itu berasal dari ide, pikiran atau pandangan, dan kepercayaan yang diketahui individu mengenai dirinya dan itu berpengaruh terhadap diri sendiri dan juga saat berhubungan dengan orang lain.

Data mengenai konsep-diri pada individu diperoleh dari Twenty Statement Test (TST) yang disusun dengan format mengisi pernyataan sebanyak 20 dengan menggunakan kata-kata sifat yang menggambarkan diri subjek.

3. Jumlah Sampel

Menurut Azwar (2000), secara tradisional statistika menganggap bahwa jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak.

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek atau individu yang akan digeneralisasikan berdasarkan hasil penelitian. Dari populasi yang ditentukan akan diambil wakil dari populasi yang disebut sampel penelitian. Sampel yang diambil haruslah sampel yang representatif terhadap populasi, yaitu harus dapat mewakili ciri-ciri populasinya.


(43)

Sampel adalah sebagian dari populasi yang digunakan dalam penelitian (Hadi, 2000).

Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu komunitas

PUNK yang ada di kota Medan. Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian. Penelitian sampel dilakukan untuk menggeneralisasikan sampel yaitu untuk mengambil kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan pada sampel sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini sampel diperoleh melalui tehnik nonprobability sampling secara incidental sampling. Menurut Hadi (2000) dalam tehnik

incidental sampling tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dapat terpilih menjadi anggota sampel. Pemilihan sampel dari populasi didasarkan pada faktor kebetulan dan kemudahan dijumpainya sampel yang disesuaikan dengan karakteristik tertentu. Hanya individu yang bersedia yang akan digunakan sebagai sampel penelitian. Sampel pada penelitian ini adalah individu yang merupakan anggota dari komunitas PUNK di kota Medan.

D. Metode Pengumpulan data

Dalam usaha mengumpulkan data penelitian diperlukan suatu metode. Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang relevan, akurat dan reliabel. Pentingnya prosedur adalah baik


(44)

buruknya penelitian tergantung pada teknik-teknik pengumpulan datanya (Hadi,1994). Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan skala dan

twenty statement test. 1. Metode Skala

Metode skala yang digunakan adalah metode Rating. Dijumlahkan atau dikenal dengan metode Likert (Azwar, 2000). Dalam penelitian ini pengukuran akan dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi skala pengukuran identitas PUNK. Pengambilan data identitas PUNK

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Skala Identitas

PUNK yang disusun dengan Format Likert berdasarkan teori mengenai komponen Identitas PUNK. Skala ini berisikan 15 aitem. Aitem terdiri dari pernyataan dengan lima pilihan jawaban yaitu: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju). Pemberian skor untuk aitem jawaban sangat setuju diberi nilai 5, untuk aitem jawaban setuju diberi nilai 4, untuk aitem jawaban netral diberi nilai 3, untuk aitem jawaban tidak setuju diberi nilai 2, dan untuk aitem jawaban sangat tidak setuju diberi nilai 1.

Tabel 1. Blue Print Skala Identitas PUNK

No Aspek Nomer Aitem Total (%)

1 Cognitive Component 1,4,7,10 4 26.67

2 Evaluatif Component 2,5,8,11,13, 15 6 40

3 Emotional Component 3,6,9,12,14 5 33,33


(45)

2. Twenty statement test (TST)

Metode kedua yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan twenty statement test (TST;

Kuhn and McPartland 1954). Tes ini dikembangkan untuk mengidentifikasi konsep-diri. Metode ini dilakukan dengan mengisi dua puluh pengisian titik-titik dilembar yang telah disediakan dengan menggunakan kata-kata sifat yang menggambarkan diri subjek.

Tabel 2. Blue Print Skala Konsep-diri No Aspek-Aspek Konsep Diri

1 Gambaran diri

2 Ideal Diri

3 Harga Diri

4 Peran

5 Identitas

E. Uji Coba Alat Ukur

Tujuan dilakukan uji coba alat ukur adalah untuk melihat seberapa jauh alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan pengukuran (Azwar, 2000).

Masalah yang timbul dalam praktek pengukuran adalah sebagai berikut: Pertama, seberapa jauh alat pengukur dapat mengungkap dengan jitu gejala atau bagian-bagian gejala yang hendak diukur. Kedua, seberapa jauh alat pengukur dapat menunjukkan kecermatan atau ketelitian pengukuran,


(46)

dapat menunjukkan dengan sebenarnya status atau keadaan gejala atau bagian gejala yang diukur (Hadi, 2000).

1. Validitas Alat Ukur

Validitas alat ukur bertujuan untuk mengetahui sejauhmana skala yang digunakan mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurannya (Hadi, 2000). Azwar (2000) mendefenisikan validitas sebagai ukuran seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi ukurnya, artinya alat ukur dapat mengukur apa yang seharusnya diukur dengan jitu dan teliti.

Uji validitas terhadap alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah skala identitas PUNK dan twenty statement test (TST). Penelitian ini menggunakan face validity dan content validity. Face validity adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan (appearance) tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur, maka dapat dikatakan bahwa face validity telah terpenuhi. Content validity berkaitan dengan aitem-aitem alat ukur sesuai dengan apa yang akan di ukur. Content validity diperoleh melalui pendapat profesional dari dosen pembimbing dan dosen yang memiliki kompetensi dalam bidang yang hendak diteliti (Azwar, 2000).

2. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas suatu alat ukur merupakan penunjuk sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya, ditunjukkan oleh taraf


(47)

skor yang diperoleh para subjek yang diukur dengan alat yang sama, atau diukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda (Hadi, 2000).

Validitas dan reliabilitas alat ukur harus ditentukan lebih dulu sebelum alat ukur itu digunakan untuk suatu penelitian sebab bila alat ukur mengandung unsur-unsur yang menyesatkan maka kemungkinan akan mendapatkan hasil penelitian yang baik akan sangat berkurang (Hadi, 2000).

3. Uji Coba Daya Beda Aitem

Uji daya beda item pernyataan untuk melihat sejauh mana butir pernyataan mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis butir pernyataan ini adalah dengan memilih aitem-aitem pernyataan yang fungsi ukurnya sesuai dengan fungsi ukur tes. Atau dengan kata lain, memilih butir pernyataan yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 2000). Uji daya beda aitem pernyataan ini akan dilakukan pada alat ukur dalam penelitian ini, yaitu skala konsep-diri dan identitas PUNK. Besarnya koefisien korelasi item total bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 dengan nilai positif dan negatif. Semakin baik daya diskriminasi item maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1,00 (Azwar, 2000). Batasan nilai indeks daya beda item dalam penelitian ini adalah 0,3,

sehingga setiap item yang memiliki harga kritis ≥ 0,3 sajalah yang akan digunakan dalam pengambilan data yang sebenarnya.


(48)

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang dilakukan adalah: a. Pembuatan alat ukur

Alat ukur terdiri dari skala identitas PUNK dibuat oleh peneliti berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya. Skala identias PUNK terdiri dari 15 aitem yang dibentuk seperti sebuah buku, disamping pernyataan telah disedikan kolom untuk menjawab, untuk memudahkan subjek penelitian memberikan jawabannya. Alat ukur konsep-diri diukur melalui twenty statement test yang dibuat oleh peneliti. Twenty statement test ini disediakan dalam selembar kertas yang terdiri dari 20 pernyataan yang akan diisi, telah disediakan nomor dan tulisan “Saya adalah ...”, di samping pernyataan tersebut subjek tinggal mengisi bagian yang kosong dengan menggunakan kata-kata sifat yang menggambarkan dirinya sebanyak 20 pernyataan untuk memudahkan subjek penelitian dalam pengisiannya.

b. Uji coba alat ukur

Uji coba alat ukur akan melibatkan para remaja yang mengikuti ataupun mengetahui komunitas PUNK.

c. Revisi alat ukur

Setelah dilakuka uji coba terhadap alat ukur, peneliti menguji daya beda aitem, validitas dan reliabilitas dari skala yang akan digunakan dengan menggunakan bantuan SPSS version 20.0 for Windows. Setelah diketahui aitem-aitem yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya,


(49)

maka peneliti akan menggunakan aitem-aitem yang sesuai untuk dijadikan aitem-aitem dalam skala.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah skala di uji cobakan dan direvisi, maka dilaksanakan penelitian dengan menyebarkan skala pada sejumlah sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik incidental sampling. 3. Tahap Pengolahan

Setelah diperoleh data dari masing-masing subyek penelitian, maka untukpengolahan data selanjutnya, diolah dengan menggunakan paket

SPSS version 20.0 for Windows.

G. Metode Analisa Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan statistika. Pertimbangan penggunaan statistika dalam penelitian ini adalah: 1. Statistika bekerja dengan angka-angka

2. Statistika bersifat objektif 3. Merumuskan informasi dari data

4. Membantu pengambilan keputusan berdasarkan data

5. Statistika bersifat universal dalam arti dapat digunakan hampir pada semua bidang penelitian (Hadi, 2000).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Regresi Logistik dengan bantuan program komputer SPSS version 20.0 for Windows, karena peneliti ingin melihat apakah ada hubungan antara konsep-diri dengan Identitas PUNK. Selain itu


(50)

dalam penelitian ini variabel dependennya berupa data kualitatif yang


(51)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Pembahasan akan memberikan gambaran umum mengenai partisipan pada penelitian dilanjutkan dengan analisis dan interpretasi data penelitian serta hasil tambahan penelitian.

A. Analisa Data

1. Gambaran Umum Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini merupakan anggota komunitas PUNK

di kota Medan. Berdasarkan usia, partisipan penelitian berada pada rentang usia dari 17 sampai 27 tahun (Mean = 20,25 dan Standard deviation = 1,86). Dalam penelitian ini partisipan tergolong remaja (14-20 tahun) berjumlah 25 orang (63%) = dan dewasa awal (21-40 tahun) berjumlah 15 orang (37%). Apabila ditinjau dari jenis kelamin, partisipan digolongkan menjadi kelompok laki-laki dengan partisipan laki-laki berjumlah 39 orang dan perempuan berjumlah 1 orang.

2. Hasil Utama Penelitian

a. Hubungan Identitas PUNK dan Konsep-diri

Penelitian ini memiliki hipotesis ada hubungan antara identitas

PUNK dengan konsep-diri pada anggota komunitas PUNK di kota Medan. Di mana komponen dari identitas PUNK, yaitu cognitive component


(52)

individu) dan emotional component berhubungan positif dengan konsep-diri pada komunitas PUNK di kota Medan. Semakin tinggi hubungan antara komponen identitas PUNK dengan konsep-diri maka konsep-diri yang dimiliki individu cenderung positif, begitu juga sebaliknya apabila semakin rendah hubungan antara komponen identitas PUNK dengan konsep-diri maka konsep-diri yang dimiliki akan cenderung negatif pada anggota komunitas PUNK tersebut.

Peneliti melakukan uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal dengan harga p > 0,05.

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Konsep-diri

Konsep-diri

N 40

Normal Parametersa,b Mean OE-7

Std. Deviation ,987

Most Extreme Absoloute ,330 Differences Positive ,292 Negative -,330

Kolmogorov-Smirnov Z 2,085

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

Berdasarkan data di atas diketahui hasil uji normalitas terhadap variabel konsep-diri nilai Z = 2.085 dan p = 0.000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai p (0.000) < 0.05 maka data dari variabel konsep-diri terdistribusi secara tidak normal.

Dengan adanya salah satu variabel yaitu variabel konsep-diri berdistribusi tidak normal maka penelitian ini menggunakan analisis data


(53)

regresi logistik yang akan menjelaskan hubungan antara variabel terikat yang berupa data dikotomik/biner dengan variabel bebas yang berupa data berskala interval ataupun kategorik (Hosmer & Lemeshow, 1989).

Sebelum mengolah data lebih lanjut, dalam penelitian ini perlu dijelaskan bahwa, awalnya salah satu variabel dalam penelitian ini yaitu variabel konsep-diri merupakan data yang bersifat kontinu, yang merentang dari -10 sampai 10. Data tersebut kemudian dirubah menjadi data yang bersifat kategorikal menggunakan teknik median split dengan cara membaginya menjadi dua, yaitu menjadi konsep-diri positif (1) dan konsep-diri negatif (2).

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung secara bersama-sama (overall), maka terlebih dahulu harus dilakukan uji kelayakan model pada variabel.

Tabel 4. Classification

Observed

Predicted

Percentile Group of Konsep-diri Percentage Correct

1 2

Step 1 Percentile Group of Konsep-diri 1 13 5 72,2

2 7 15 68,2

Overall Percentage 70,0

Tabel di atas menunjukkan bahwa regresi logistik yang digunakan sudah cukup baik, karena dapat memprediksi 70 persen kondisi yang terjadi. Dari data tersebut kemudian dianalisa dengan menggunakan


(54)

analisa regresi logistik yang menguji hasil hipotesis penelitian. Dengan melihat hasil dari tabel berikut:

Tabel 5. Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square Df Sig.

Step 1 Step 10,566 3 0,014

Block 10,566 3 0,014

Model 10,566 3 0,014

Dari tabel diatas, dipeoleh bahwa sig = 0.014 (<0.05) maka ada hubungan yang positif antara identitas PUNK dengan Konsep-diri, dimana variabel bebas mempengaruhi variabel tergantung. Kemudian dapat disimpulkan bahwa hasil dari model dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut.

Tabel 6. Variabel in the Equation

B S.E Wald Df Sig. Exp (B)

Step1 CognitiveComponent 4,170 1,715 5,909 1 ,015 64,688

EvaluativeComponent -5,649 2,128 7,046 1 ,008 ,004 EmotionalComponent ,219 1,162 ,035 1 ,851 1,244

Constant 5,952 4,423 1,811 1 ,178 384,478

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh cognitive component sig (p) = 0.015 dan evaluative component sig = 0.008 (<0.05) maka dapat dikatakan bahwa komponen cognitive dan evaluative dari Identitas PUNK memiliki hubungan dengan mempengaruhi konsep-diri. Sedangkan Emotional component sig (p)= 0.851 (>0.05) tidak berhubungan dengan konsep-diri.


(55)

B. Pembahasan

Penelitian ini melihat hubungan identitas PUNK dengan konsep-diri pada komunitas PUNK di Kota Medan. Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara identitas PUNK dengan konsep-diri, apabila individu merepresentasikan komponen-komponen identitas PUNK dalam kelompoknya maka itu akan berhubungan dengan konsep-diri pada individu tersebut. Dimana semakin tinggi hubungan antara komponen identitas PUNK dengan konsep-diri maka konsep-diri yang dimiliki individu akan cenderung positif. Sebaliknya, jika semakin rendah hubungan antara komponen identitas PUNK

dengan konsep-diri maka konsep-diri yang dimiliki individu akan cenderung negatif.

Identitas PUNK memiliki beberapa komponen di dalamnya yaitu komponen cognitive, evaluative, dan emotional (Ellemerss, 1999).

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa ada hubungan positif antara komponen evaluative (p)

= 0.015 dan evaluative component (p) = 0.008 (<0.05), sedangkan dengan komponen yang ketiga yaitu komponen emotional (p)= 0.851 (>0.05) tidak memiliki hubungan dengan konsep-diri.

Berdasarkan hasil penelitian dilakukan analisa dalam penelitian ini didapati bahwa individu yang sadar akan dirinya merupakan bagian dari kelompok, mengkategorisasikan dirinya dan berperilaku sesuai dengan anggota kelompoknya sehingga menghasilkan suatu identitas pada diri individu (Ellemers, 1999) ternyata memberikan hubungan yang positif pada konsep-diri individu, ini menjelaskan adanya hubungan positif antara


(56)

komponen cognitive dengan konsep-diri. Begitu juga dengan komponen

evaluative di mana individu yang memiliki nilai positif ataupun negatif terhadap keanggotaanya dalam kelompok (Ellemers, 1999) dengan menyadari dirinya menjadi bagian dari anggota komunitas PUNK maka identitas itu memberikan hubungan yang positif pada konsep-diri individu. Berbeda dengan komponen identitas PUNK yang ke 3 yaitu komponen emotional, pada penelitian ini menujukkan bahwa saat individu memiliki keterlibatan perasaan secara emotional terhadap kelompok, individu memiliki komitmen ataupun individu menujukkan indentitasnya sebagai anggota kelompok tidak memiliki hubungan dengan konsep-diri pada individu.

Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan yang dikemukakan Baron, Robert dan Donn (2000) yang mengartikan bahwa identitas sosial merupakan keseluruhan dari aspek konsep-diri individu baik itu kebanggaan diri dan harga diri individu yang berasal dari kelompok sosial mereka atau keanggotaan individu dalam kelompok secara emosional. Di mana individu yang memiliki kelekatan emosional terhadap kelompok sosialnya dan kelekatan itu muncul dari individu dengan menyadari keberadaanya dalam suatu kelompok akan memberikan konsep-diri yang positif. Selain itu Marcia (dalam Santrock, 2009) menyatakan bahwa komitmen di komunitas menunjukkan sebuah investasi pribadi dalam sebuah identitas dan bertahan dengan identitasnya dalam komunitas tersebut. Hasil penelitian ini justru menunjukkan bahwa salah satu komponen identitas PUNK yaitu komponen

emotional dimana saat individu memiliki komitmen dan menunjukkan identitasnya sebagai anggota kelompok, di mana keterlibatan emosional


(57)

individu dan komitmen afektif individu yang seharusnya kuat dalam kelompok dan akan mempengaruhi konsep-diri individu justru pada penelitian ini malah menujukkan tidak ada hubungan pada konsep-diri.

Jika ditinjau dari hasil penelitian Maria Dian (2010) yang berjudul

„Identitas diri anggota komunitas PUNK‟, menyatakan bahwa remaja yang

awalnya fokus pada pencarian identitas diri pada masa perkembangannya sehingga menjadi alasan bergabung dalam komunitas PUNK, tetapi seiring berjalannya waktu individu akan menyadari bahwa dunianya dalam komunitas

PUNK adalah dunia sementara yang dapat dijalanin individu. Kemudian hasil penelitian ini didukung dengan pernyataan Abi, Karyono & Ika (2014) di mana individu pada akhirnya akan terus berkembang dari masa remaja menuju masa dewasa, kemudian individu akan menyadari tugas dan kepentingannya yang sebenarnya pada masa dewasa yaitu antaralain dengan memiliki pekerjaan, meniti karir, menetapkan kehidupan ekonomi dan juga mencari pasangan hidup. Tuntutan tugas perkembangan inilah yang semakin menguatkan kesadaran individu pada saat beranjak dewasa dan pada akhirnya meninggalkan komunitas PUNK dan melangsungkan kehidupannya.

Selain itu, kelompok yang diteliti dalam penelitian ini adalah komunitas PUNK di kota Medan merupakan salah satu komunitas yang mencolok menjadi sorotan bagi masyarakat. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Havoe (2001) di mana masyarakat memiliki persepsi berupa pandangan positif ataupun negatif terhadap keberadaan komunitas ini ternyata memberikan dampak yang positif bagi diri individu. Dan pada umumnya masyarakat memandang komunitas PUNK itu negatif. Maka seperti yang


(58)

diungkapkan oleh Victor Gecas (1982) bahwa reaksi masyarakat adalah faktor utama yang dapat mengubah konsep-diri dan juga mempengaruhi identitas sosial yang dimiliki oleh individu. Jadi kondisi inilah yang menyebabkan komponen emotinal dari identitas PUNK tidak memiliki hubungan yang positif dengan konsep-diri.

Dengan demikian melalui penelitian ini juga dapat dijelaskan bahwa walaupun komponen dari identitas PUNK memberikan dampak yang positif pada diri individu yaitu menunjukkan adanya hubungan positif antara komponen cognitive dan evaluatif terhadap konsep-diri tidak menjadikan komunitas tersebut dipandang positif di tengah masyarakat. Dampak ataupun hubungan positif dan negatif yang ada antara hubungan identitas PUNK

dengan konsep-diri tidak dapat digeneralisasikan kepada komunitas, kelompok ataupun hal yang lain.

Penelitian ini dapat belum dapat menggambarkan secara keseluruhan bagaimana hubungan identitas PUNK dengan konsep-diri, dikarenakan hanya ditinjau dan dilihat dari satu sisi saja. Sebaiknya untuk penelitian berikutnya disarankan untuk melihat bagaimana identitas sosial berhubungan variabel lainnya misalnya dengan komitmen. Kemudian alat ukur yang digunakan juga tidak beragam. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan berbagai metode penelitian yang ada misalnya dengan metode kualitatif ataupun menggabungan dua metode yaitu kualitatif dan kuantitatif, sehingga informasi yang diperoleh dapat lebih akurat, mendetail dan lebih banyak.

Implikasi dalam penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan mengenai keberadaan komunitas PUNK. Masyarakat dapat mengetahui dan


(59)

mengenal bagaimana keberadaan komunitas PUNK. Dan komunitas PUNK

sendiri dapat mengetahui bagaimana konsep-diri mereka menjadi anggota komunitas PUNK. Sehingga komunitas PUNK dapat memperbaharui keberadaan komunitas mereka, mungkin dengan melakukan hal-hal yang berguna dan lebih positif, tidak membuat kekacauan ataupun hal-hal negatif lainnya agar mengurangi persepsi yang negatif dari masyarakat.


(60)

BAB V

KESIMPULAN & SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian hubungan konsep-diri dengan identitas

PUNK, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep-diri memiliki hubungan yang signifikan dengan komponen identitas PUNK yaitu komponen cognitive

dan evaluative pada komunitas PUNK di kota Medan. Sedangkan komponen

emotional pada identitas PUNK tidak memiliki hubungan dengan konsep-diri individu.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran agar penelitian ini dapat berguna bagi studi lanjutan mengenai konsep-diri dan identitas PUNK. Beberapa saran antara lain :

1. Saran Metodologis

Penelitian ini belum dapat menggambarkan hubungan indentitas

PUNK dengan konsep-diri karena penelitian ini sangat terbatas. Oleh sebab itu saran bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melanjutkan penelitian ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

1) Penelitian dapat meneliti lebih lanjut mengenai komitmen pada anggota komunitas.

2) Untuk peneliti dengan tema serupa dapat mempertimbangkan faktor usia pada subjek penelitian sehingga memungkinkan didapatkan hasil konsep-diri yang berbeda pada komunitas PUNK dengan usia yang berbeda, misalnya pada masa dewasa.


(61)

2. Saran Praktis

1) Bagi anggota komunitas PUNK yang sudah memiliki konsep diri yang positif agar mengembangkan dan memanfaatkan konsep diri tersebut agar memberikan dampak positif juga bagi diri sendiri dan masyarakat.

2) Bagi masyarakat, sebaiknya meningkatkan kepedulian terhadap komunitas PUNK dengan cara membentuk wadah kelompok masyarakat yang peduli komunitas PUNK sehingga masyarakat tidak lagi melakukan dikriminasi terhadap kelompok PUNK.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Abi, Karyono, & Ika. 2014. Kebermaknaan Hidup Mantan PUNKERS: Studi

Kualitatif Fenomologis. Tersedia dalam:

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/issue/view/1425 (Diunduh pada tanggal 20 April 2015)

Atkinson, Rita, L; et. al. 1993. Introduction Psychology, 11th.ed. terjemahan Pengantar Psikologi, Edisi Kesebelas, jilid 2. Dr. Widjaja Kusuma. Jakarta : Interaksana

Azwar, S. (2000). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar. (2002). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Baron, Robert A. & Donn Byne. 2000. Social Psychology (9th edition). USA: Allyn & Bacon.

Benner, S. A., Badcoe, I., Cohen, M. A. & Gerloff, D. L. 1994. Bona-fide prediction of aspects of protein conformation -- assigning interior and surface residues from patterns of variation and conservation in homologous protein sequences. J. Mol. Biol. 235, 926-958.

Blanz, M., Mummendey, A., & Otten, S. (1995). Positive-negative asymmetry in social discrimination: The impact of stimulus valence and size and status diferentials on intergroup evaluations. British Journal of Social Psychology, 34, 409-420.


(63)

Burns, R. B. 1993. Teori Konsep Diri, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Ahli Bahasa: Eddy. Arcan: Jakarta.

Calhoun, J.F. Acocella, J.R.1990. Psychology Of Adjustment And Human Relationship. New York: Mc Graw-Hill, Inc.

Capozza, D., and Brown, R. (2000). Social identity processes: Trends in theory andresearch. Sage, London.

Deaux, K. (1996). Social identification. In Social Psychology: Handbook of Basic Principles (E. T. Higgins and A. K. Kruglanski, eds.). Guilford, New York.

Ellemers N, Barreto M.2000. The impact of relative group status: affective, perceptual and behavioural consequences. In The BlackwellHandbook of Social Psychology, Vol. 4. IntergroupProcesses, ed.RBrown, S Gaertner, pp. 324–43. Oxford: Blackwell.

Ellemers, N., & Van Rijswijk, W. (1997). Identity needs versus social opportunities: The use of group level and individual level identity management strategies as a function of relative group size, status, and ingroup identification. Social Psychology Quarterly, 60,52-65.

Felker. 1974. The Development Of Self Esteem. New York: William Corporation. Havoe, Felix. 2001. Punk: Sebuah Cabang Budaya atau Budaya Perlawanan.

Terjemahan: Bowo. Celaka13 Pers:Jakarta.


(64)

Hadi, Sutrisno. (2000).Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Hebdige, Dick. 2005. Asal-usul dan Ideologi Subkultur Punk. Buku Baik:

Yogyakarta.

Hogg, M. A., and Abrams, D. (1988). Social Identifications. Routledge and Kegan Paul: London and New York.

Hogg, M. A., & Abrams, D. (1990). Social motivation, self-esteem and social identity. In D. Abrams, &M. A. Hogg (Eds), Social identity theory : Constructive and critical advances (pp. 28-47). London: Harvester Wheatsheaf.

Hosmer, D. W., dan Lemeshow, S. 1989. Applied Logistic Regression. New York: John Wiley & Sons.

Hornsey MJ, Hogg MA. 2000. Subgroup relations : a comparison of the mutual intergroup differentiation and common ingroup identity models of prejudice reduction. Pers.Soc. Psychol. Bull. 26:242–56.

Hurlock. 2004. Psikologi Perkembangan Sebagai Suatu Pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Istiwidianti,dkk. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kuhn, M.H., and T.S. McPartland. 1954. An Empirical Investigation of self-atributes. American Sociological Review 19:68-76.

Marbun, Fransiskus. 2012. Tanggapan Masyarakat Terhadap Perilaku Budaya


(65)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35326/6/Cover.pdf (Diunduh pada tanggal 17 Oktober 2013)

Maria, Dian. 2010. Identitas Diri Anggota Komunitas PUNK Di Bandung. Tersedia dalam: http://eprints.undip.ac.id/11086/1/JURNAL_PDF.pdf (Diunduh pada tanggal 20 April 2015)

Papalia & Olds. 2004. Human Development. New York : McGraw-Hill Book Co Papalia, Olds, & Feldman. 2009. Human Development – Perkembangan Manusia,

Jakarta : Salemba Humanika, edisi 10 buku.

Rogers, Carl R. , 1961. On Becoming a Person. Boston : Houghton Mifflin Company.

Ronaldo. 2008. Proses Internalisasi Nilai pada Remaja Punk di Yoggyakarta. http://one.indoskripsi.com/judulskripsi/psikologi/prosesinternalisasinilaipa daRemaja-punk-diyogyakarta (Diakses pada 15 Desember 2010).

Steinberg, Laurence. (1995). Adolescene. Sanfrancisco : McGraw-Hill Inc. Stryker, S., Owens, T. J., and White, R. W. (eds.) (2000). Self, Identity, and Social

Movements. University of Minnesota Press, Minneapolis.

Sudeen and Stuart. 1991. Principles and Practice of Psyuchiatric Nursing (4thed).


(66)

Tajfel, H., & Turner, J. C. (1979). An integrative theory of social conflict. In W.Austin, & Worchel (Eds), The social psychology of intergroup relations (pp. 7-24). California: Brooks/Cole.

Turner, J. C. (1985). Social categorization and the self-concept : A social cognitive theory of group behavior. In E. J. Lawler (Ed.), Advances in group processes: theory and research, (Vol. 2, pp. 77-122). Greenwich, CT: JAI Press.

Victor Gecas and Michael Schwalbe (1983). Bwyon the Looking-Glass Self: Social Structure and Efficasy-Based Self-Esteem. Washington State University.


(67)

LAMPIRAN 1: DATA SUBJEK PENELITIAN

Subjek Usia Jenis Kelamin Subjek Usia Jenis Kelamin

1 19 Laki-laki 21 20 Laki-laki

2 19 Laki-laki 22 23 Laki-laki

3 17 Laki-laki 23 20 Laki-laki

4 27 Laki-laki 24 20 Laki-laki

5 21 Laki-laki 25 23 Laki-laki

6 21 Laki-laki 26 22 Laki-laki

7 19 Laki-laki 27 22 Laki-laki

8 20 Laki-laki 28 21 Laki-laki

9 18 Laki-laki 29 21 Laki-laki

10 18 Laki-laki 30 20 Laki-laki

11 21 Laki-laki 31 20 Laki-laki

12 20 Laki-laki 32 20 Laki-laki

13 18 Laki-laki 33 19 Laki-laki

14 20 Laki-laki 34 21 Laki-laki

15 19 Perempuan 35 20 Laki-laki

16 17 Laki-laki 36 22 Laki-laki

17 20 Laki-laki 37 21 Laki-laki

18 21 Laki-laki 38 19 Laki-laki

19 19 Laki-laki 39 18 Laki-laki


(68)

LAMPIRAN 2 : SKALA PENELITIAN

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

NO :

SKALA PENELITIAN


(1)

LAMPIRAN 5: Uji Normalitas

1.

Normalitas Variabel Konsep-diri

Regression

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 AveragePunkIdentb . Enter

a. Dependent Variable: Percentile Group of KonsepDiri b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,058a ,003 -,023 ,510

a. Predictors: (Constant), AveragePunkIdent

b. Dependent Variable: Percentile Group of KonsepDiri

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression ,034 1 ,034 ,130 ,720b

Residual 9,866 38 ,260

Total 9,900 39

a. Dependent Variable: Percentile Group of KonsepDiri b. Predictors: (Constant), AveragePunkIdent

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1,859 ,862 2,158 ,037

AveragePunkIdent -,072 ,201 -,058 -,361 ,720

a. Dependent Variable: Percentile Group of KonsepDiri


(2)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 1,50 1,61 1,55 ,029 40

Residual -,612 ,484 ,000 ,503 40

Std. Predicted Value -1,578 2,111 ,000 1,000 40

Std. Residual -1,201 ,951 ,000 ,987 40

a. Dependent Variable: Percentile Group of KonsepDiri

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized Residual

N 40

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation ,98709623

Most Extreme Differences

Absolute ,330

Positive ,292

Negative -,330

Kolmogorov-Smirnov Z 2,085

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(3)

LAMPIRAN 6: Uji Korelasional Identitas PUNK dan Konsep-diri

Correlations

Correlations AveragePunkI

dent

CognitiveCom ponent

EvaluativeCo mponent

EmotionalCo

mponent KonsepDiri

AveragePunkIdent Pearson Correlation 1 ,929** ,918** ,862** ,115

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,479

N 40 40 40 40 40

CognitiveComponent Pearson Correlation ,929** 1 ,837** ,668** ,192

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,235

N 40 40 40 40 40

EvaluativeComponent Pearson Correlation ,918** ,837** 1 ,664** ,034

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,835

N 40 40 40 40 40

EmotionalComponent Pearson Correlation ,862** ,668** ,664** 1 ,075

Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,646

N 40 40 40 40 40

KonsepDiri Pearson Correlation ,115 ,192 ,034 ,075 1

Sig. (2-tailed) ,479 ,235 ,835 ,646

N 40 40 40 40 40


(4)

LAMPIRAN 7: Regresi Logistik

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 40 100,0

Missing Cases 0 ,0

Total 40 100,0

Unselected Cases 0 ,0

Total 40 100,0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

1 0

2 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Percentile Group of KonsepDiri Percentage

Correct

1 2

Step 0 Percentile Group of

KonsepDiri

1 0 18 ,0

2 0 22 100,0

Overall Percentage 55,0

a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant ,201 ,318 ,399 1 ,528 1,222


(5)

Score df Sig.

Step 0 Variables CognitiveComponent ,147 1 ,701

EvaluativeComponent 1,783 1 ,182

EmotionalComponent ,032 1 ,859

Overall Statistics 9,339 3 ,025

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 10,566 3 ,014

Block 10,566 3 ,014

Model 10,566 3 ,014

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 44,486a ,232 ,311

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.

Classification Tablea

Observed

Predicted

Percentile Group of KonsepDiri Percentage

Correct

1 2

Step 1 Percentile Group of

KonsepDiri

1 13 5 72,2

2 7 15 68,2

Overall Percentage 70,0

a. The cut value is ,500

Variables in the Equation


(6)

Step 1a CognitiveComponent 4,170 1,715 5,909 1 ,015 64,688

EvaluativeComponent -5,649 2,128 7,046 1 ,008 ,004

EmotionalComponent ,219 1,162 ,035 1 ,851 1,244

Constant 5,952 4,423 1,811 1 ,178 384,478