HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH BELAJAR MATEMATIKA PADA Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Belajar Matematika Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Jumantono.
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH BELAJAR MATEMATIKA PADA
SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 JUMANTONO
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
PRADANI ANGGUN R
F100070142
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
0
1
Perbedaan Kesehatan Fisik Antara Lanjut Usia Yang Tinggal Di Panti Wreda Dengan Yang
Tinggal Bersama Keluarga (Deftika MarlindaNingrum )
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya
Nama
: PRADANI ANGGUN R
NIM
: F100070142
Fakultas/ Jurusan : FAKILTAS PSIKOLOGI / PSIKOLOGI
Jenis
: SKRIPSI
Judul
: HUBUNGAN
ANTARA
KEMATANGAN
EMOSI
DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI
SMK NEGERI 1 JUMANTONO
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:
1. Memberikan hak bebas royalti kepada perpustakaan UMS atas penulisan
karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/ mengalih formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan serta
menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis
kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta izin dari saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.
3. Bersedia dan meminjam untuk menanggung secara pribadi tanpa
melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum
yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Surakarta, 24 Juli 2014
Yang Menyatakan
Pradani Anggun R
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH BELAJAR MATEMATIKA PADA
SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 JUMANTONO
Pradani Anggun R
Partini
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstraksi
Siswa mempunyai tanggung jawab belajar dan setiap siswa menpunyai
perbedaan dalam banyak hal seperti berbeda kemampuan, keterampilan, bakat,
minat, berbeda dalam ketajaman melihat dan mendengar, atau berbeda latar
belakang kehidupannya. Dalam belajarnya siswa mempuyai permasalahan belajar
pada pelajaran matematika, akibatnya siswa kurang memahami permasalahan
matematika tersebut membuat siswa membutuhkan waktu lama dalam mengerjakan
soal matematika, yang akhirnya juga berdampak pada nilai yang diperoleh siswa
rendah. Salah satu yang mempengaruhi pemecahan masalah yaitu faktor dari dalam
diri individu yang berhubungan dengan emosi individu pada kematangan emosi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Hubungan antara kematangan emosi
dengan kemampuan pemecahan masalah belajar matematika pada siswa kelas XI
SMK Negeri 1 Jumantono. 2) Tingkat kematangan emosi siswa SMK Negeri 1
Jumantono. 3) Tingkat kemampuan pemecahan masalah belajar matematika pada
siswa SMK Negeri 1 Jumantono. 4) Peran kematangan emosi terhadap kemampuan
pemecahan masalah belajar matematika pada siswa SMK Negeri 1 Jumantono.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas XI SMK Negeri 1
Jumantono yang berjumlah 240 orang. Sampel dalam penelitian ini ada dua
kelompok siswa kelas XI jurusan TKJ ada tiga kelas yang berjumlah 107 siswa.
Pengambilan sampel di lakukan dengan cara diundi untuk menentukan kelas mana
yang terpilih sebagai sampel penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian
ini ada dua yaitu skala psikologi untuk kemampuan pemecahan masalah belajar
matematika dan skala kematangan emosi. Teknik analisis data yang digunakan
untuk menguji hipotesis yang diajukan adalah teknik analisis product moment.
Kesimpulan dalam peneliti ini yaitu : 1) Ada hubungan positif yang sangat
signifikan antara kemampuan pemecahan masalah belajar matematika dengan
kematangan emosi. Maksudnya, semakin tinggi kemampuan pemecahan masalah
belajar matematika maka semakin tinggi kematangan emosi. Sebaliknya, semakin
rendah tinggi kemampuan pemecahan masalah belajar matematika, maka semakin
rendah kematangan emosi subjek. 2) Kemampuan pemecahan masalah belajar
matematika berperan terhadap kematangan emosi pada siswa sebesar 54%. 3)
Keadaan kemampuan pemecahan masalah belajar matematika termasuk tinggi dan
kematangan emosi termasuk kategori tinggi.
Kata kunci : Kematangan Emosi, Kemampuan Pemecahan Masalah Belajar
Matematika
1
mangalami kesulitan, sebab setiap
PENDAHULUAN
akhir kegiataan belajar siswa belum
Siswa mempunyai tanggung
mampu untuk
menguasai
seluruh
menpunyai perbedaan dalam banyak
materi
seharusnya
sudah
hal
dikuasai, guru telah melanjutkan pada
jawab
belajar
seperti
dan
setiap
berbeda
siswa
kemampuan,
materi berikutnya.
keterampilan, bakat, minat, berbeda
dalam
ketajaman
yang
Permasalahan
belajar
pada
melihat
dan
berbeda
latar
siswa SMK Negeri 1 Jumantono
belakang kehidupannya. Siswa di
adalah pada pelajaran matematika.
Sekolah Menengah Atas (SMA) atau
Hal
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
penyebaran kuesioner pada tiga kelas
berusia antara 15-18 tahun. Pada usia
XI Jurusan TKJ (Teknik Komputer
tersebut,
remaja.
dan Jaringan) dengan jumlah 107
Remaja merupakan masa dari anak-
siswa ada 76 siswa atau 71,02%
anak menjadi dewasa. Pada periode
mengalami
ini berbagai perubahan terjadi baik
matematika dengan berbagai alasan.
perubahan hormonal, fisik, psikologis
Alasan-alasan
maupun sosial. Selain itun masa
masalah belajar matematika antara
remaja merupakan masa yang penuh
lain siswa tidak punya minat untuk
gejolak,
sering
belajar matematika sebanyak 12 siswa
permasalahan,
(11,21%), tidak bersemangat untuk
mendengar,
menemui
atau
siswa
termasuk
sehingga
berbagai
remaja
ini
dapat
diketahui
masalah
siswa
melalui
belajar
menemui
belajar matematika sebanyak 30 siswa
demikian pula pada siswa di SMK.
Masalah yang terjadi pada
(28,03%), pelajaran matematika sulit
siswa di SMK (Sekolah Menengah
sebanyak 27 siswa (25,23%), guru
Kejuruan)
Jumantono
matematika galak 4 siswa (3,73%),
berdasarkan hasil observasi dapat
guru matematika tidak jelas dalam
diketahui bahwa siswa mengalami
menerangkan materi 3 siswa (2,8%).
Negeri
1
Akibat
permasalahan dalam belajar, antara
siswa
kurang
lain keterlambatan dalam belajar,
memahami permasalahan matematika
kurang motivasi dalam belajar, atau
tersebut
sering tidak masuk sekolah. Siswa
membutuhkan waktu lama dalam
yang lambat dalam belajar sering
mengerjakan soal matematika, yang
1
membuat
siswa
akhirnya juga berdampak pada nilai
yang
yang diperoleh siswa rendah.
masalah belajar, khususnya untuk
Banyaknya
siswa
menyebabkan
terjadinya
pelajaran matematika.
yang
Rohrer dan Taylor (2007)
menemui masalah belajar dan nilai
rendah pada pelajaran matematika
mengartikan
didukung hasil wawancara dengan
belajar matematika sebagai
wakil
1
usaha mencari jalan keluar dari suatu
Jumantono. Dari hasil wawancara
kesulitan guna mencapai suatu tujuan
dapat diketahui bahwa sebagian besar
yang
siswa mengalami masalah belajar
dicapai.
matematika.
belajar adalah suatu kondisi tertentu
Kepala
SMK
Wakil
Negeri
Kepala
SMK
tidak
pemecahan
begitu
Hulme
segera
(2009)
dapat
masalah
yang
bahwa yang perlu ditangani oleh
menghambat
pihak sekolah adalah masalah belajar,
belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat
khususnya pada pelajaran matematika.
berkenaan dengan keadaan dirinya
Untuk SMK Negeri 1 Jumantono
yaitu berupa kelemahan-kelemahan
lebih dari 50% siswa kurang mampu
yang dimilikinya dan dapat juga
dalam
masalah
berkenaan dengan lingkungan yang
menghafalkan
tidak menguntungkan bagi dirinya.
soal-soal
Masalah-masalah belajar ini tidak
matematika, atau melakukan cara
hanya dialami oleh siswa-siswa yang
perkalian dan penjumlahan secara
lambat saja dalam belajarnya, tetapi
cepat.
juga dapat menimpa siswa-siswa yang
matematika
rumus,
seperti
memahami
Dari
hasil
oleh
suatu
Negeri 1 Jumantono menjelaskan
menyelesaikan
dialami
masalah
siswa
kelancaran
dan
proses
pandai atau cerdas.
kuesioner,
wawancara, dan data sekunder yang
Siswa dikatakan gagal dalam
telah dijelaskan sebelumnya dapat
belajar apabila dalam batas waktu
diketahui bahwa siswa kelas XI di
tertentu
Sekolah SMK Negeri 1 Jumantono
mencapai ukuran tingkat keberhasilan
menemui
atau tingkat penguasaan (mastery
masalah
belajar
pada
yang
bersangkutan
tidak
pelajaran matematika. Proses belajar
level)
yang diharapkan berjalan tidak sesuai
tertentu seperti yang telah ditetapkan
dengan kenyataan, maka hal inilah
oleh
2
minimal
orang
dalam
dewasa
pelajaran
atau
guru
(criterion referenced). Dalam kontek
Orang yang mempunyai emosi matang
sistem pendidikan di Indonesia angka
juga
nilai batas lulus (passing grade,
terhadap emosinya dalam menghadapi
grade-standard-basis) ialah angka 6
situasi. Kematangan emosi merupakan
atau 60% atau C. Siswa dikatakan
hal
gagal, apabila yang bersangkutan
Kematangan
tidak
dengan kemampuan individu untuk
dapat
mengerjakan
atau
mampu
yang
melakukan
esensial
emosi
mencapai prestasi yang semestinya
bertindak
secara
(berdasarkan
tingkat
ukuran
memperlihatkan
kemampuan:
intelegensi:
bakat).
mengendalikan diri.
Siswa dikatakan gagal, kalau yang
Kemampuan
bagi
kontrol
remaja.
berhubungan
etis
dan
kemampuan
mengendalikan
bersangkutan tidak dapat mewujudkan
emosi pada siswa SMK masih labil.
tugas-tugas perkembangan termasuk
Siswa SMK termasuk kategori remaja
penyesuaian
dengan usia 15 tahun – 19 tahun.
sosial,
dengan
pola
organismik pada fase perkembangan
Remaja
tertentu seperti yang berlaku bagi
mengontrol
kelompok
yang
perasaan dalam proses perkembangan
bersangkutan (Rohrer dan Taylor,
menuju kematangan emosi. Hal ini
2007).
tidak berarti seorang remaja harus
sosial
dan
usia
dituntut
atau
untuk
mampu
mengendalikan
Dari pendapat tersebut di atas
mengendalikan semua gejolak emosi
dapat dipahami bahwa salah satu yang
yang muncul. Remaja diharapkan
mempengaruhi pemecahan masalah
dapat memahami serta menguasai
yaitu faktor dari dalam diri individu
emosinya, sehingga mampu mencapai
yang
emosi
kondisi emosional yang stabil. Remaja
individu pada kematangan emosi.
yang menunjukkan kontrol emosi
Jadha (2010) menjelaskan bahwa
yang baik memiliki kapasitas perilaku
kematangan emosi sebagai kondisi
yang dapat menangani permasalahan
atau keadaan dalam mencapai tingkat
yang ditemuinya.
berhubungan
kedewasaan
dalam
dengan
Berdasarkan uraian pada latar
perkembangan
emosional seseorang. Orang yang
belakang
tersebut,
mempunyai emosi matang tidak akan
bertujuan
untuk
menampilkan pola-pola emosional.
hubungan antara kematangan emosi
3
penelitian
ini
mengetahui:
(1)
dengan
kemampuan
pemecahan
dengan kenyataan yang ada (Rohrer
masalah belajar matematika pada
dan Taylor, 2007).
Problem
siswa kelas XI SMK Negeri 1
solving
dalam
Jumantono, (2) tingkat kematangan
pembelajaran matematika merupakan
emosi
bagian
siswa
SMK
Negeri
1
tak
terpisahkan
dalam
matematika,
perlu
Jumantono, (3) tingkat kemampuan
pembelajaran
pemecahan
memperoleh perhatian serius bagi para
masalah
belajar
matematika pada siswa SMK Negeri 1
guru.
Jumantono, dan (4) peran kematangan
selayang pandang tentang problem
emosi
kemampuan
solving dan implementasinya di kelas.
belajar
Disajikan untuk guru-guru sekolah
matematika pada siswa SMK Negeri 1
dasar atau mereka yang tertarik untuk
Jumantono.
mengetahui
terhadap
pemecahan
masalah
Bahasan
ini
lebih
menyangkut
dalam
tentang
problem solving di sekolah dasar.
Problem solving
TINJAUAN PUSTAKA
Problem
kemampuan
solving
pemecahan
atau
masalah
atau
pemecahan
masalah
dalam
matematika
melibatkan
metode
dan
cara
adalah pemecahan yang mengenai
penyelesaian yang tidak standar dan
sasaran dengan dampak negatif yang
tidak diketahui terlebih dahulu. Untuk
sekecil mungkin, baik bagi individu
mencari penyelesaiannya para siswa
yang bersangkutan maupun dengan
harus memanfaatkan pengetahuannya,
objek
individu
lain.
Sebaliknya
dan melalui proses ini mereka akan
individu
yang
tidak
pemecahan
sering mengembangkan pemahaman
masalah
dengan
adalah
matematika yang baru. Penyelesaian
individu yang mengalami simptom
masalah bukan hanya sebagai tujuan
depresi lebih banyak (Nezu dan
akhir
Ronan,
melainkan sebagai bagian terbesar
2008).
berpendapat
efektif
Sebagian
bahwa
ahli
pemecahan
dari
dari
aktivitas
masalah adalah kemampuan individu
memiliki
untuk menghubungkan antara konsep
mungkin
atau
menyentuh,
pengetahuan
yang
dimiliki
belajar
ini.
Siswa
kesempatan
untuk
dan
masalah-masalah
4
matematika,
harus
sesering
memformulasikan,
menyelesaikan
kompleks
yang
mensyaratkan sejumlah usaha yang
berkaitan dengan perasaan yang kuat.
bermakna,
Emosi
dan
harus
mendorong
mengakibatkan
sering
siswa untuk berani merefleksikan
terjadinya
pikiran mereka (Turmudi, 2010).
Fatimah (2006) menyatakan bahwa
Aspek-aspek
perubahan
perilaku.
pemecahan
emosi merupakan salah satu potensi
masalah yaitu memahami masalah,
kejiwaan yang khas dimiliki oleh
merencanakan
manusia. Keinginan untuk segera
penyelesaian,
menyelesaikan
masalah
sesuai
memenuhi
kebutuhan,
terutama
rencana, dan melakukan pengecekan
kebutuhan primer, merupakan hal
kembali terhadap semua langkah yang
yang wajar bagi setiap individu. Jika
telah dikerjakan.
kebutuhan itu tidak segera dipenuhi, ia
Faktor-faktor
akan merasa kecewa. Sebaliknya, jika
yang
mempengaruhi masalah belajar ada
kebutuhan-kebutuhan
dua yaitu faktor internal dan eksternal.
dipenuhi dengan baik, ia akan merasa
Faktor-faktor internal (faktor-faktor
senang dan puas. Kecewa, senang dan
yang berada pada diri siswa itu
puas
sendiri), antara lain gangguan secara
mengandung unsur senang dan tidak
fisik,
senang.
ketidakseimbangan
mental,
dan
kebiasaan/sikap
perasaan
Aspek-aspek
kelemahan emosional, kematangan
emosi,
merupakan
itu
emosi
yang
mampu
yang
kematangan
menerima
sendiri,
faktor yang timbul dari luar diri
menerima tanggung jawab, percaya
individu)
pada diri sendiri, sabar, kontrol diri,
lingkungan
berasal
keluarga,
dari
orang
dirinya
salah. Faktor-faktor eksternal (faktor-
yaitu
menghargai
dapat
lain,
dan potensi diri.
lingkungan
Faktor-faktor
sekolah, dan lingkungan masyarakat.
mempengaruhi
Setiap orang memiliki kondisi
kematangan
yang
emosi
emosi yang berbeda-beda. Chaplin
yaitu usia, jenis kelamin, pengalaman,
(dalam Walgito, 2003) mendefinisikan
kesehatan fisik, kesehatan emosi, dan
emosi sebagai reaksi yang kompleks
menyesuaikan emosi.
yang mengandung aktivitas dengan
derajat
yang
tinggi
dan
adanya
perubahan dalam kejasmanian serta
5
Sampel dalam penelitian ini
HIPOTESIS
uraian-uraian
ada dua kelompok siswa kelas XI
yang telah dipaparkan, maka penulis
jurusan TKJ ada tiga kelas yang
mengajukan
ada
berjumlah 107 siswa. Diambilnya
hubungan positif antara kematangan
jumlah sampel sebanyak 107 dengan
emosi dengan kemampuan pemecahan
tujuan agar tidak mengganggu proses
masalah pada siswa SMK. Artinya,
pembelajaran yang dilakukan oleh
semakin tinggi kematangan emosi
siswa. Pengambilan sampel di lakukan
individu, maka semakin tinggi pula
dengan cara diundi untuk menentukan
siswa dalam kemampuan pemecahan
kelas mana yang terpilih sebagai
masalahnya.
sampel penelitian.
Berdasarkan
hipotesis
yaitu
Sebaliknya,
semakin
Metode
rendah kematangan emosi individu,
maka
kemampuan
skala psikologi untuk kemampuan
pemecahan
masalah
belajar
matematika dan skala kematangan
METODE PENELITIAN
yang
data
dalam penelitian ini ada dua yaitu
pemecahan
masalah siswa semakin rendah.
Subjek
pengumpulan
emosi.
dijadikan
populasi dalam penelitian ini adalah
Analisis data dalam penelitian
seluruh siswa Kelas XI SMK Negeri 1
ini menggunakan statistik. Sebelum
Jumantono yang berjumlah 240 orang.
dilakukan uji korelasi, terlebih dahulu
Alasan populasi pada siswa kelas XI
dilakukan uji asumsi. Uji asumsi
ini sesuai dengan perijinan dari
merupakan uji prasyarat yang harus
Kepala Sekolah
SMK Negeri 1
terpenuhi agar dapat menggunakan
Jumantono, yang hanya membolehkan
analisis korelasi product moment. Ada
penelitian dilakukan pada siswa kelas
dua uji asumsi: (1) uji linearitas, yaitu
XI dan masukan dari Kepala Sekolah
uji hubungan antara aitem variabel X
untuk menentukan populasi siswa
dan variabel Y dalam garis lurus dan
kelas
(2) uji normalitas yaitu uji populasi
XI,
karena
rata-rata
nilai
mendekati distribusi normal.
matematika siswa kelas XI termasuk
paling rendah dibandingkan dengan
rata-rata nilai matematika siswa kelas
X dan kelas XII.
6
kebiasaan
PEMBAHASAN
untuk
tekun
dan
Berdasarkan hasil perhitungan
menumbuhkan rasa ingin tahu, serta
tehnik analisis product moment dari
percaya diri dalam situasi tak mereka
pearson
kenal yang akan mereka gunakan di
diperoleh
nilai
koefisien
korelasi (r) sebesar 0,332; p = 0,001
luar
(p
tersebut
merupakan bagian tak terpisahkan dari
menunjukkan ada hubungan positif
semua pembelajaran matematika dan
yang
hendaknya
<
0,01).
sangat
Hasil
signifikan
antara
kelas.
Pemecahan
tidak
kematangan
emosi
dengan
program matematika.
kemampuan
pemecahan
masalah
Kemampuan
masalah
terisolasi
dari
pemecahan
belajar matematika. Artinya semakin
masalah
belajar
tinggi
subjek,
merupakan
bagian
yang
maka semakin tinggi pula kemampuan
terpisahkan
dalam
pembelajaran
subjek dalam pemecahkan masalah
matematika,
perlu
memperoleh
belajar matematika
perhatian serius bagi para guru.
kematangan
emosi
matematika
tidak
dengan
Bahasan ini menyangkut selayang
lainnya memiliki kemampuan yang
pandang tentang pemecahan masalah
berbeda
dan
Setiap
siswa
dalam
satu
menyelesaikan
permasalahan.
pemecahan
implementasinya
kelas.
Kemampuan
Disajikan untuk guru-guru sekolah
belajar
dasar atau mereka yang tertarik untuk
masalah
matematika artinya proses melibatkan
mengetahui
suatu
pemecahan
tugas
di
yang
metode
lebih
dalam
masalah
tentang
belajar
pemecahannya belum diketahui lebih
matematika. Pemecahan masalah atau
dahulu.
pemecahan
Untuk
mengetahui
masalah
belajar
hendaknya
matematika melibatkan metode dan
memetakan pengetahuan, dan melalui
cara penyelesaian yang tidak standar
proses
sering
dan tidak diketahui terlebih dahulu.
mengembangkan pengetahuan baru
Untuk mencari penyelesaiannya para
tentang matematika. Dengan melalui
siswa
pemecahan
masalah
belajar
pengetahuannya, dan melalui proses
matematika
siswa
hendaknya
ini siswa akan sering mengembangkan
memperoleh
cara-cara
berfikir,
pemahaman matematika yang baru.
penyelesaiannya
ini
siswa
mereka
7
harus
memanfaatkan
Penyelesaian masalah bukan hanya
benci
sebagai tujuan akhir dari belajar
ketidakmatangan emosi.
matematika, melainkan sebagai bagian
Menurut
terbesar dari aktivitas ini.
antipati,
Goleman
serta
(2007)
emosi adalah suatu yang sangat
Siswa memiliki kesempatan
sesering
dan
mungkin
penting bagi individu, oleh karena itu
untuk
menjadi penting bagi remaja akhir
memformulasikan, menyentuh, dan
yang
menyelesaikan
masalah-masalah
mengontrol dan mengendalikan emosi
mensyaratkan
dalam dirinya karena emosi seseorang
sejumlah usaha yang bermakna, dan
akan dapat membawa kepada sesuatu
harus mendorong siswa untuk berani
keadaan
merefleksikan
Kemampuan
kompleks
Dengan
yang
pikiran
menggunakan
mereka.
pemecahan
sudah
selayaknya
yang
dapat
menyenangkan.
mengontrol
dan
mengendalikan emosi tersebut juga
masalah belajar matematika, siswa
bergantung
mengenal cara berfikir, kebiasaan
kecerdasan emosi individu itu sendiri.
untuk tekun dan keingintahuan yang
Kemampuan yang dibutuhkan dalam
tinggi, serta percaya diri dalam situasi
memecahkan masalah tidak hanya
yang tidak biasa, yang akan melayani
pada aspek kognitif, tetapi juga aspek
mereka (para siswa) secara baik di
afeksi atau emosi, namun kecerdasan
luar
emosi
kelas
kehidupan
matematika.
sehari-hari
Dalam
pada
dan
bagaimana
kematangan
emosi.
pemecah
Sebagian orang ada yang kuat di
masalah yang baik dapat mengarah
kedua sisi dan sebagian yang lain
menjadi hal yang menguntungkan.
lemah dikeduanya. Individu yang
Hamalik (2008) berpendapat
bahwa
besarnya
timbulnya
dipengaruhi
faktor-faktor
masalah
(matematika)
pada
memiliki kematangan emosi akan
belajar
salah
kelemahan
mampu
mandiri
dalam
artian
emosional yaitu bertanggung jawab
satunya
atas diri sendiri dan orang lain.
emosional,
Kondisi emosi setiap orang
seperti merasa tidak aman, kurang
dipengaruhi oleh tingkat kematangan
bisa
emosi mereka Kematangan emosi
menyesuaikan
diri
(maladjusment), tercekam rasa takut,
adalah
kemampuan
memaksimalkan
8
sifat-sifat
untuk
positif
dalam diri manusia. Dari sini lahir
tidak berarti seorang remaja harus
deretan sifat-sifat terpuji seperti ulet,
mengendalikan semua gejolak emosi
tekun, tabah, jujur, kreatif, motivasi
yang muncul. Remaja diharapkan
yang tinggi untuk berprestasi, tenang
dapat memahami serta menguasai
menghadapi tekanan, saling percaya,
emosinya, sehingga mampu mencapai
berempati dan ketulusan mencintai
kondisi emosional yang stabil. Remaja
orang lain. Selanjutnya, kemampuan
yang menunjukkan kontrol emosi
mengaplikasikan sifat-sifat terpuji itu
yang baik memiliki kapasitas perilaku
disandarkan pada orientasi jangka
yang dapat menangani permasalahan
panjang, yaitu sebagai bekal untuk
yang ditemuinya.
hidup (Jadha, 2010).
Setiap penelitian memiliki kelemahan,
Orang yang mempunyai emosi
dalam
penelitian
ini
mempunyai
matang tidak akan menampilkan pola-
kelemahan, yaitu pengumpulan data.
pola
emosional.
mempunyai
emosi
Orang
yang
Data dalam penelitian ini dengan dua
matang
juga
cara yaitu ada yang ditunggui dan
mampu melakukan kontrol terhadap
ditinggal
emosinya dalam menghadapi situasi.
Pengumpulan data yang ditinggal
Kematangan emosi merupakan hal
memungkinkan
yang
remaja.
tidak mengisi sendiri atau mengisi
berhubungan
jawaban asal-asalan, sehingga hasil
esensial
Kematangan
emosi
bagi
dengan kemampuan individu untuk
bertindak
secara
memperlihatkan
etis
subjek
skala.
penelitian
dan
kemampuan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
mengendalikan
ini dapat diambil kesimpulan bahwa :
emosi pada siswa SMK masih labil.
1.
Ada hubungan positif yang sangat
Siswa SMK termasuk kategori remaja
signifikan
dengan usia 15 tahun – 19 tahun.
emosi
Remaja
pemecahan
dituntut
pengisian
penelitian kurang akurat.
mengendalikan diri.
Kemampuan
saat
untuk
mampu
antara
dengan
kematangan
kemampuan
masalah
belajar
mengendalikan
matematika. Maksudnya, semakin
perasaan dalam proses perkembangan
tinggi kematangan emosi maka
menuju kematangan emosi. Hal ini
semakin
mengontrol
atau
9
tinggi
kemampuan
belajar
mengerjakan tugas mulai dari yang
matematika. Sebaliknya, semakin
mudah, baru ke soal yang sulit. (3)
rendah kematangan emosi, maka
Meningkatkan
semakin
menyelesaikan masalah, cara yang
pemecahan
masalah
rendah
pemecahan
2.
kemampuan
masalah
4.
dalam
dpat dialkukan antara mengerjakan
belajar
matematika subjek.
soal
Tingkat kemampuan pemecahan
teman
masalah
Melaksanakan rencana yang dianggap
belajar
matematika
Tingkat
matematika
atau
bersama
teman-
sendirian.
(4)
paling tepat.
termasuk tinggi.
3.
kreativitas
kematangan
Bagi guru disarankan untuk
emosi
termasuk kategori tinggi.
mempertahankan
kemampuan
Peran kematangan emosi terhadap
pemecahan
kemampuan pemecahan masalah
matematika pada siswa yang sudah
belajar matematika pada siswa
termasuk tinggi, dengan cara sebagai
sebesar 54%.
berikut:
Dari hasil kesimpulan tersebut,
matematika
masalah
(a)
belajar
Membuat
dengan
sosal
bahasa
yang
maka saran yang dapat diberikan
mudah dipahami oleh siswa. (b)
kepada pihak terkait yaitu :
Membantu siswa dalam membuat
Bagi
mempertahankan
perencanaan
untuk
siswa
dalam
kemampuan
penyelesaian
mengerjakan
masalah
soal-soal,
belajar
khususnya pelajaran matematika. (c)
matematika yang sudah termasuk
Mengajak siswa untuk diskusi agar
tinggi. Cara yang dapat dilakukan
siswa bertambah pengalaman dan
antara lain: (a) Memahami masalah
kreatif
mamatika
membaca
permasalahan dalam pelajaran. (d)
berulang kali soal-soal yang diberikan
Memberikan penilaian perencanaan
oleh guru sampai memahami dan
yang dibuat siswa.
pemecahan
masalah
dengan
cara
mengerti yang ditanyakan dalam soal.
(b) Siswa harus mampu menyusun
rencana penyelesaian masalah. Cara
yang dapat dilakukan antara lain
membuat
perencanaan
dalam
10
dalam
menyelesaikan
Bagi peneliti berikutnya apabila
ingin meneliti yang berkaitan dengan
kematangan
emosi
pada
siswa
diharapkan dapat mengaitkan dengan
variabel
lain
misalnya,
individu,
kemampuan
dan
karakter
minat,
tingkat pengetahuan atau motivasi
belajar.
11
Rohrer, Doug dan Taylor, Kelli.
2007. The Shuffling of
Mathematics
Problems
Improves Learning. Instr Sci
(2007) 35:481–498. University
of South Florida, Tampa, FL
33620, USA
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah binti Ali. 2006. Masalah
Sosial
Pelajar
dan
Hubungannya
dengan
Kemerosotan
Pembelajaran.
Jurnal Usuluddin. Bil 25. Hal.
145-154. Universiti Malaya
Turmudi. 2010. Pemecahan Masalah
Matematika.
Universitas
Pendidikan Indonesia
Goleman, D. 2007. Working with
Emotional
Inteligence,
Kecerdasan Emosi Untuk
Mencapai Puncak Prestasi.
Alih
Bahasa
Alex
Tri
Kantjono Widodo. Jakarta: PT.
Gramedia
Walgito,
Hamalik, O. 2008. Proses Belajar
mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hulme,
Jadha,
Richard D. 2009. The
Relationship
Between
University Students' Problem
Solving. Cultural Values,
and Ethics. California State
Polytechnic
University,
Pomona Styles.
N. S. 2010. Relationship
Between Home Environment
and Emotional Maturity of
College Going Students of
Belgaum District. Research
Journal. VOL I. Hal. 239-251.
Nezu, A. M., & Ronan, G. F. 2008.
Social Problem Solving as a
Moderator of Stress. Related
Depressive
Symptoms:
a
Prospective Analysis. Journal
of Counseling Psychology.
12
B.
2003.
Pengantar
Psikologi Umum .Bandung :
PT Refika Aditama.
PEMECAHAN MASALAH BELAJAR MATEMATIKA PADA
SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 JUMANTONO
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
PRADANI ANGGUN R
F100070142
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
0
1
Perbedaan Kesehatan Fisik Antara Lanjut Usia Yang Tinggal Di Panti Wreda Dengan Yang
Tinggal Bersama Keluarga (Deftika MarlindaNingrum )
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya
Nama
: PRADANI ANGGUN R
NIM
: F100070142
Fakultas/ Jurusan : FAKILTAS PSIKOLOGI / PSIKOLOGI
Jenis
: SKRIPSI
Judul
: HUBUNGAN
ANTARA
KEMATANGAN
EMOSI
DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI
SMK NEGERI 1 JUMANTONO
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:
1. Memberikan hak bebas royalti kepada perpustakaan UMS atas penulisan
karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/ mengalih formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan serta
menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis
kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta izin dari saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.
3. Bersedia dan meminjam untuk menanggung secara pribadi tanpa
melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum
yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Surakarta, 24 Juli 2014
Yang Menyatakan
Pradani Anggun R
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH BELAJAR MATEMATIKA PADA
SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 JUMANTONO
Pradani Anggun R
Partini
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstraksi
Siswa mempunyai tanggung jawab belajar dan setiap siswa menpunyai
perbedaan dalam banyak hal seperti berbeda kemampuan, keterampilan, bakat,
minat, berbeda dalam ketajaman melihat dan mendengar, atau berbeda latar
belakang kehidupannya. Dalam belajarnya siswa mempuyai permasalahan belajar
pada pelajaran matematika, akibatnya siswa kurang memahami permasalahan
matematika tersebut membuat siswa membutuhkan waktu lama dalam mengerjakan
soal matematika, yang akhirnya juga berdampak pada nilai yang diperoleh siswa
rendah. Salah satu yang mempengaruhi pemecahan masalah yaitu faktor dari dalam
diri individu yang berhubungan dengan emosi individu pada kematangan emosi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Hubungan antara kematangan emosi
dengan kemampuan pemecahan masalah belajar matematika pada siswa kelas XI
SMK Negeri 1 Jumantono. 2) Tingkat kematangan emosi siswa SMK Negeri 1
Jumantono. 3) Tingkat kemampuan pemecahan masalah belajar matematika pada
siswa SMK Negeri 1 Jumantono. 4) Peran kematangan emosi terhadap kemampuan
pemecahan masalah belajar matematika pada siswa SMK Negeri 1 Jumantono.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas XI SMK Negeri 1
Jumantono yang berjumlah 240 orang. Sampel dalam penelitian ini ada dua
kelompok siswa kelas XI jurusan TKJ ada tiga kelas yang berjumlah 107 siswa.
Pengambilan sampel di lakukan dengan cara diundi untuk menentukan kelas mana
yang terpilih sebagai sampel penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian
ini ada dua yaitu skala psikologi untuk kemampuan pemecahan masalah belajar
matematika dan skala kematangan emosi. Teknik analisis data yang digunakan
untuk menguji hipotesis yang diajukan adalah teknik analisis product moment.
Kesimpulan dalam peneliti ini yaitu : 1) Ada hubungan positif yang sangat
signifikan antara kemampuan pemecahan masalah belajar matematika dengan
kematangan emosi. Maksudnya, semakin tinggi kemampuan pemecahan masalah
belajar matematika maka semakin tinggi kematangan emosi. Sebaliknya, semakin
rendah tinggi kemampuan pemecahan masalah belajar matematika, maka semakin
rendah kematangan emosi subjek. 2) Kemampuan pemecahan masalah belajar
matematika berperan terhadap kematangan emosi pada siswa sebesar 54%. 3)
Keadaan kemampuan pemecahan masalah belajar matematika termasuk tinggi dan
kematangan emosi termasuk kategori tinggi.
Kata kunci : Kematangan Emosi, Kemampuan Pemecahan Masalah Belajar
Matematika
1
mangalami kesulitan, sebab setiap
PENDAHULUAN
akhir kegiataan belajar siswa belum
Siswa mempunyai tanggung
mampu untuk
menguasai
seluruh
menpunyai perbedaan dalam banyak
materi
seharusnya
sudah
hal
dikuasai, guru telah melanjutkan pada
jawab
belajar
seperti
dan
setiap
berbeda
siswa
kemampuan,
materi berikutnya.
keterampilan, bakat, minat, berbeda
dalam
ketajaman
yang
Permasalahan
belajar
pada
melihat
dan
berbeda
latar
siswa SMK Negeri 1 Jumantono
belakang kehidupannya. Siswa di
adalah pada pelajaran matematika.
Sekolah Menengah Atas (SMA) atau
Hal
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
penyebaran kuesioner pada tiga kelas
berusia antara 15-18 tahun. Pada usia
XI Jurusan TKJ (Teknik Komputer
tersebut,
remaja.
dan Jaringan) dengan jumlah 107
Remaja merupakan masa dari anak-
siswa ada 76 siswa atau 71,02%
anak menjadi dewasa. Pada periode
mengalami
ini berbagai perubahan terjadi baik
matematika dengan berbagai alasan.
perubahan hormonal, fisik, psikologis
Alasan-alasan
maupun sosial. Selain itun masa
masalah belajar matematika antara
remaja merupakan masa yang penuh
lain siswa tidak punya minat untuk
gejolak,
sering
belajar matematika sebanyak 12 siswa
permasalahan,
(11,21%), tidak bersemangat untuk
mendengar,
menemui
atau
siswa
termasuk
sehingga
berbagai
remaja
ini
dapat
diketahui
masalah
siswa
melalui
belajar
menemui
belajar matematika sebanyak 30 siswa
demikian pula pada siswa di SMK.
Masalah yang terjadi pada
(28,03%), pelajaran matematika sulit
siswa di SMK (Sekolah Menengah
sebanyak 27 siswa (25,23%), guru
Kejuruan)
Jumantono
matematika galak 4 siswa (3,73%),
berdasarkan hasil observasi dapat
guru matematika tidak jelas dalam
diketahui bahwa siswa mengalami
menerangkan materi 3 siswa (2,8%).
Negeri
1
Akibat
permasalahan dalam belajar, antara
siswa
kurang
lain keterlambatan dalam belajar,
memahami permasalahan matematika
kurang motivasi dalam belajar, atau
tersebut
sering tidak masuk sekolah. Siswa
membutuhkan waktu lama dalam
yang lambat dalam belajar sering
mengerjakan soal matematika, yang
1
membuat
siswa
akhirnya juga berdampak pada nilai
yang
yang diperoleh siswa rendah.
masalah belajar, khususnya untuk
Banyaknya
siswa
menyebabkan
terjadinya
pelajaran matematika.
yang
Rohrer dan Taylor (2007)
menemui masalah belajar dan nilai
rendah pada pelajaran matematika
mengartikan
didukung hasil wawancara dengan
belajar matematika sebagai
wakil
1
usaha mencari jalan keluar dari suatu
Jumantono. Dari hasil wawancara
kesulitan guna mencapai suatu tujuan
dapat diketahui bahwa sebagian besar
yang
siswa mengalami masalah belajar
dicapai.
matematika.
belajar adalah suatu kondisi tertentu
Kepala
SMK
Wakil
Negeri
Kepala
SMK
tidak
pemecahan
begitu
Hulme
segera
(2009)
dapat
masalah
yang
bahwa yang perlu ditangani oleh
menghambat
pihak sekolah adalah masalah belajar,
belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat
khususnya pada pelajaran matematika.
berkenaan dengan keadaan dirinya
Untuk SMK Negeri 1 Jumantono
yaitu berupa kelemahan-kelemahan
lebih dari 50% siswa kurang mampu
yang dimilikinya dan dapat juga
dalam
masalah
berkenaan dengan lingkungan yang
menghafalkan
tidak menguntungkan bagi dirinya.
soal-soal
Masalah-masalah belajar ini tidak
matematika, atau melakukan cara
hanya dialami oleh siswa-siswa yang
perkalian dan penjumlahan secara
lambat saja dalam belajarnya, tetapi
cepat.
juga dapat menimpa siswa-siswa yang
matematika
rumus,
seperti
memahami
Dari
hasil
oleh
suatu
Negeri 1 Jumantono menjelaskan
menyelesaikan
dialami
masalah
siswa
kelancaran
dan
proses
pandai atau cerdas.
kuesioner,
wawancara, dan data sekunder yang
Siswa dikatakan gagal dalam
telah dijelaskan sebelumnya dapat
belajar apabila dalam batas waktu
diketahui bahwa siswa kelas XI di
tertentu
Sekolah SMK Negeri 1 Jumantono
mencapai ukuran tingkat keberhasilan
menemui
atau tingkat penguasaan (mastery
masalah
belajar
pada
yang
bersangkutan
tidak
pelajaran matematika. Proses belajar
level)
yang diharapkan berjalan tidak sesuai
tertentu seperti yang telah ditetapkan
dengan kenyataan, maka hal inilah
oleh
2
minimal
orang
dalam
dewasa
pelajaran
atau
guru
(criterion referenced). Dalam kontek
Orang yang mempunyai emosi matang
sistem pendidikan di Indonesia angka
juga
nilai batas lulus (passing grade,
terhadap emosinya dalam menghadapi
grade-standard-basis) ialah angka 6
situasi. Kematangan emosi merupakan
atau 60% atau C. Siswa dikatakan
hal
gagal, apabila yang bersangkutan
Kematangan
tidak
dengan kemampuan individu untuk
dapat
mengerjakan
atau
mampu
yang
melakukan
esensial
emosi
mencapai prestasi yang semestinya
bertindak
secara
(berdasarkan
tingkat
ukuran
memperlihatkan
kemampuan:
intelegensi:
bakat).
mengendalikan diri.
Siswa dikatakan gagal, kalau yang
Kemampuan
bagi
kontrol
remaja.
berhubungan
etis
dan
kemampuan
mengendalikan
bersangkutan tidak dapat mewujudkan
emosi pada siswa SMK masih labil.
tugas-tugas perkembangan termasuk
Siswa SMK termasuk kategori remaja
penyesuaian
dengan usia 15 tahun – 19 tahun.
sosial,
dengan
pola
organismik pada fase perkembangan
Remaja
tertentu seperti yang berlaku bagi
mengontrol
kelompok
yang
perasaan dalam proses perkembangan
bersangkutan (Rohrer dan Taylor,
menuju kematangan emosi. Hal ini
2007).
tidak berarti seorang remaja harus
sosial
dan
usia
dituntut
atau
untuk
mampu
mengendalikan
Dari pendapat tersebut di atas
mengendalikan semua gejolak emosi
dapat dipahami bahwa salah satu yang
yang muncul. Remaja diharapkan
mempengaruhi pemecahan masalah
dapat memahami serta menguasai
yaitu faktor dari dalam diri individu
emosinya, sehingga mampu mencapai
yang
emosi
kondisi emosional yang stabil. Remaja
individu pada kematangan emosi.
yang menunjukkan kontrol emosi
Jadha (2010) menjelaskan bahwa
yang baik memiliki kapasitas perilaku
kematangan emosi sebagai kondisi
yang dapat menangani permasalahan
atau keadaan dalam mencapai tingkat
yang ditemuinya.
berhubungan
kedewasaan
dalam
dengan
Berdasarkan uraian pada latar
perkembangan
emosional seseorang. Orang yang
belakang
tersebut,
mempunyai emosi matang tidak akan
bertujuan
untuk
menampilkan pola-pola emosional.
hubungan antara kematangan emosi
3
penelitian
ini
mengetahui:
(1)
dengan
kemampuan
pemecahan
dengan kenyataan yang ada (Rohrer
masalah belajar matematika pada
dan Taylor, 2007).
Problem
siswa kelas XI SMK Negeri 1
solving
dalam
Jumantono, (2) tingkat kematangan
pembelajaran matematika merupakan
emosi
bagian
siswa
SMK
Negeri
1
tak
terpisahkan
dalam
matematika,
perlu
Jumantono, (3) tingkat kemampuan
pembelajaran
pemecahan
memperoleh perhatian serius bagi para
masalah
belajar
matematika pada siswa SMK Negeri 1
guru.
Jumantono, dan (4) peran kematangan
selayang pandang tentang problem
emosi
kemampuan
solving dan implementasinya di kelas.
belajar
Disajikan untuk guru-guru sekolah
matematika pada siswa SMK Negeri 1
dasar atau mereka yang tertarik untuk
Jumantono.
mengetahui
terhadap
pemecahan
masalah
Bahasan
ini
lebih
menyangkut
dalam
tentang
problem solving di sekolah dasar.
Problem solving
TINJAUAN PUSTAKA
Problem
kemampuan
solving
pemecahan
atau
masalah
atau
pemecahan
masalah
dalam
matematika
melibatkan
metode
dan
cara
adalah pemecahan yang mengenai
penyelesaian yang tidak standar dan
sasaran dengan dampak negatif yang
tidak diketahui terlebih dahulu. Untuk
sekecil mungkin, baik bagi individu
mencari penyelesaiannya para siswa
yang bersangkutan maupun dengan
harus memanfaatkan pengetahuannya,
objek
individu
lain.
Sebaliknya
dan melalui proses ini mereka akan
individu
yang
tidak
pemecahan
sering mengembangkan pemahaman
masalah
dengan
adalah
matematika yang baru. Penyelesaian
individu yang mengalami simptom
masalah bukan hanya sebagai tujuan
depresi lebih banyak (Nezu dan
akhir
Ronan,
melainkan sebagai bagian terbesar
2008).
berpendapat
efektif
Sebagian
bahwa
ahli
pemecahan
dari
dari
aktivitas
masalah adalah kemampuan individu
memiliki
untuk menghubungkan antara konsep
mungkin
atau
menyentuh,
pengetahuan
yang
dimiliki
belajar
ini.
Siswa
kesempatan
untuk
dan
masalah-masalah
4
matematika,
harus
sesering
memformulasikan,
menyelesaikan
kompleks
yang
mensyaratkan sejumlah usaha yang
berkaitan dengan perasaan yang kuat.
bermakna,
Emosi
dan
harus
mendorong
mengakibatkan
sering
siswa untuk berani merefleksikan
terjadinya
pikiran mereka (Turmudi, 2010).
Fatimah (2006) menyatakan bahwa
Aspek-aspek
perubahan
perilaku.
pemecahan
emosi merupakan salah satu potensi
masalah yaitu memahami masalah,
kejiwaan yang khas dimiliki oleh
merencanakan
manusia. Keinginan untuk segera
penyelesaian,
menyelesaikan
masalah
sesuai
memenuhi
kebutuhan,
terutama
rencana, dan melakukan pengecekan
kebutuhan primer, merupakan hal
kembali terhadap semua langkah yang
yang wajar bagi setiap individu. Jika
telah dikerjakan.
kebutuhan itu tidak segera dipenuhi, ia
Faktor-faktor
akan merasa kecewa. Sebaliknya, jika
yang
mempengaruhi masalah belajar ada
kebutuhan-kebutuhan
dua yaitu faktor internal dan eksternal.
dipenuhi dengan baik, ia akan merasa
Faktor-faktor internal (faktor-faktor
senang dan puas. Kecewa, senang dan
yang berada pada diri siswa itu
puas
sendiri), antara lain gangguan secara
mengandung unsur senang dan tidak
fisik,
senang.
ketidakseimbangan
mental,
dan
kebiasaan/sikap
perasaan
Aspek-aspek
kelemahan emosional, kematangan
emosi,
merupakan
itu
emosi
yang
mampu
yang
kematangan
menerima
sendiri,
faktor yang timbul dari luar diri
menerima tanggung jawab, percaya
individu)
pada diri sendiri, sabar, kontrol diri,
lingkungan
berasal
keluarga,
dari
orang
dirinya
salah. Faktor-faktor eksternal (faktor-
yaitu
menghargai
dapat
lain,
dan potensi diri.
lingkungan
Faktor-faktor
sekolah, dan lingkungan masyarakat.
mempengaruhi
Setiap orang memiliki kondisi
kematangan
yang
emosi
emosi yang berbeda-beda. Chaplin
yaitu usia, jenis kelamin, pengalaman,
(dalam Walgito, 2003) mendefinisikan
kesehatan fisik, kesehatan emosi, dan
emosi sebagai reaksi yang kompleks
menyesuaikan emosi.
yang mengandung aktivitas dengan
derajat
yang
tinggi
dan
adanya
perubahan dalam kejasmanian serta
5
Sampel dalam penelitian ini
HIPOTESIS
uraian-uraian
ada dua kelompok siswa kelas XI
yang telah dipaparkan, maka penulis
jurusan TKJ ada tiga kelas yang
mengajukan
ada
berjumlah 107 siswa. Diambilnya
hubungan positif antara kematangan
jumlah sampel sebanyak 107 dengan
emosi dengan kemampuan pemecahan
tujuan agar tidak mengganggu proses
masalah pada siswa SMK. Artinya,
pembelajaran yang dilakukan oleh
semakin tinggi kematangan emosi
siswa. Pengambilan sampel di lakukan
individu, maka semakin tinggi pula
dengan cara diundi untuk menentukan
siswa dalam kemampuan pemecahan
kelas mana yang terpilih sebagai
masalahnya.
sampel penelitian.
Berdasarkan
hipotesis
yaitu
Sebaliknya,
semakin
Metode
rendah kematangan emosi individu,
maka
kemampuan
skala psikologi untuk kemampuan
pemecahan
masalah
belajar
matematika dan skala kematangan
METODE PENELITIAN
yang
data
dalam penelitian ini ada dua yaitu
pemecahan
masalah siswa semakin rendah.
Subjek
pengumpulan
emosi.
dijadikan
populasi dalam penelitian ini adalah
Analisis data dalam penelitian
seluruh siswa Kelas XI SMK Negeri 1
ini menggunakan statistik. Sebelum
Jumantono yang berjumlah 240 orang.
dilakukan uji korelasi, terlebih dahulu
Alasan populasi pada siswa kelas XI
dilakukan uji asumsi. Uji asumsi
ini sesuai dengan perijinan dari
merupakan uji prasyarat yang harus
Kepala Sekolah
SMK Negeri 1
terpenuhi agar dapat menggunakan
Jumantono, yang hanya membolehkan
analisis korelasi product moment. Ada
penelitian dilakukan pada siswa kelas
dua uji asumsi: (1) uji linearitas, yaitu
XI dan masukan dari Kepala Sekolah
uji hubungan antara aitem variabel X
untuk menentukan populasi siswa
dan variabel Y dalam garis lurus dan
kelas
(2) uji normalitas yaitu uji populasi
XI,
karena
rata-rata
nilai
mendekati distribusi normal.
matematika siswa kelas XI termasuk
paling rendah dibandingkan dengan
rata-rata nilai matematika siswa kelas
X dan kelas XII.
6
kebiasaan
PEMBAHASAN
untuk
tekun
dan
Berdasarkan hasil perhitungan
menumbuhkan rasa ingin tahu, serta
tehnik analisis product moment dari
percaya diri dalam situasi tak mereka
pearson
kenal yang akan mereka gunakan di
diperoleh
nilai
koefisien
korelasi (r) sebesar 0,332; p = 0,001
luar
(p
tersebut
merupakan bagian tak terpisahkan dari
menunjukkan ada hubungan positif
semua pembelajaran matematika dan
yang
hendaknya
<
0,01).
sangat
Hasil
signifikan
antara
kelas.
Pemecahan
tidak
kematangan
emosi
dengan
program matematika.
kemampuan
pemecahan
masalah
Kemampuan
masalah
terisolasi
dari
pemecahan
belajar matematika. Artinya semakin
masalah
belajar
tinggi
subjek,
merupakan
bagian
yang
maka semakin tinggi pula kemampuan
terpisahkan
dalam
pembelajaran
subjek dalam pemecahkan masalah
matematika,
perlu
memperoleh
belajar matematika
perhatian serius bagi para guru.
kematangan
emosi
matematika
tidak
dengan
Bahasan ini menyangkut selayang
lainnya memiliki kemampuan yang
pandang tentang pemecahan masalah
berbeda
dan
Setiap
siswa
dalam
satu
menyelesaikan
permasalahan.
pemecahan
implementasinya
kelas.
Kemampuan
Disajikan untuk guru-guru sekolah
belajar
dasar atau mereka yang tertarik untuk
masalah
matematika artinya proses melibatkan
mengetahui
suatu
pemecahan
tugas
di
yang
metode
lebih
dalam
masalah
tentang
belajar
pemecahannya belum diketahui lebih
matematika. Pemecahan masalah atau
dahulu.
pemecahan
Untuk
mengetahui
masalah
belajar
hendaknya
matematika melibatkan metode dan
memetakan pengetahuan, dan melalui
cara penyelesaian yang tidak standar
proses
sering
dan tidak diketahui terlebih dahulu.
mengembangkan pengetahuan baru
Untuk mencari penyelesaiannya para
tentang matematika. Dengan melalui
siswa
pemecahan
masalah
belajar
pengetahuannya, dan melalui proses
matematika
siswa
hendaknya
ini siswa akan sering mengembangkan
memperoleh
cara-cara
berfikir,
pemahaman matematika yang baru.
penyelesaiannya
ini
siswa
mereka
7
harus
memanfaatkan
Penyelesaian masalah bukan hanya
benci
sebagai tujuan akhir dari belajar
ketidakmatangan emosi.
matematika, melainkan sebagai bagian
Menurut
terbesar dari aktivitas ini.
antipati,
Goleman
serta
(2007)
emosi adalah suatu yang sangat
Siswa memiliki kesempatan
sesering
dan
mungkin
penting bagi individu, oleh karena itu
untuk
menjadi penting bagi remaja akhir
memformulasikan, menyentuh, dan
yang
menyelesaikan
masalah-masalah
mengontrol dan mengendalikan emosi
mensyaratkan
dalam dirinya karena emosi seseorang
sejumlah usaha yang bermakna, dan
akan dapat membawa kepada sesuatu
harus mendorong siswa untuk berani
keadaan
merefleksikan
Kemampuan
kompleks
Dengan
yang
pikiran
menggunakan
mereka.
pemecahan
sudah
selayaknya
yang
dapat
menyenangkan.
mengontrol
dan
mengendalikan emosi tersebut juga
masalah belajar matematika, siswa
bergantung
mengenal cara berfikir, kebiasaan
kecerdasan emosi individu itu sendiri.
untuk tekun dan keingintahuan yang
Kemampuan yang dibutuhkan dalam
tinggi, serta percaya diri dalam situasi
memecahkan masalah tidak hanya
yang tidak biasa, yang akan melayani
pada aspek kognitif, tetapi juga aspek
mereka (para siswa) secara baik di
afeksi atau emosi, namun kecerdasan
luar
emosi
kelas
kehidupan
matematika.
sehari-hari
Dalam
pada
dan
bagaimana
kematangan
emosi.
pemecah
Sebagian orang ada yang kuat di
masalah yang baik dapat mengarah
kedua sisi dan sebagian yang lain
menjadi hal yang menguntungkan.
lemah dikeduanya. Individu yang
Hamalik (2008) berpendapat
bahwa
besarnya
timbulnya
dipengaruhi
faktor-faktor
masalah
(matematika)
pada
memiliki kematangan emosi akan
belajar
salah
kelemahan
mampu
mandiri
dalam
artian
emosional yaitu bertanggung jawab
satunya
atas diri sendiri dan orang lain.
emosional,
Kondisi emosi setiap orang
seperti merasa tidak aman, kurang
dipengaruhi oleh tingkat kematangan
bisa
emosi mereka Kematangan emosi
menyesuaikan
diri
(maladjusment), tercekam rasa takut,
adalah
kemampuan
memaksimalkan
8
sifat-sifat
untuk
positif
dalam diri manusia. Dari sini lahir
tidak berarti seorang remaja harus
deretan sifat-sifat terpuji seperti ulet,
mengendalikan semua gejolak emosi
tekun, tabah, jujur, kreatif, motivasi
yang muncul. Remaja diharapkan
yang tinggi untuk berprestasi, tenang
dapat memahami serta menguasai
menghadapi tekanan, saling percaya,
emosinya, sehingga mampu mencapai
berempati dan ketulusan mencintai
kondisi emosional yang stabil. Remaja
orang lain. Selanjutnya, kemampuan
yang menunjukkan kontrol emosi
mengaplikasikan sifat-sifat terpuji itu
yang baik memiliki kapasitas perilaku
disandarkan pada orientasi jangka
yang dapat menangani permasalahan
panjang, yaitu sebagai bekal untuk
yang ditemuinya.
hidup (Jadha, 2010).
Setiap penelitian memiliki kelemahan,
Orang yang mempunyai emosi
dalam
penelitian
ini
mempunyai
matang tidak akan menampilkan pola-
kelemahan, yaitu pengumpulan data.
pola
emosional.
mempunyai
emosi
Orang
yang
Data dalam penelitian ini dengan dua
matang
juga
cara yaitu ada yang ditunggui dan
mampu melakukan kontrol terhadap
ditinggal
emosinya dalam menghadapi situasi.
Pengumpulan data yang ditinggal
Kematangan emosi merupakan hal
memungkinkan
yang
remaja.
tidak mengisi sendiri atau mengisi
berhubungan
jawaban asal-asalan, sehingga hasil
esensial
Kematangan
emosi
bagi
dengan kemampuan individu untuk
bertindak
secara
memperlihatkan
etis
subjek
skala.
penelitian
dan
kemampuan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
mengendalikan
ini dapat diambil kesimpulan bahwa :
emosi pada siswa SMK masih labil.
1.
Ada hubungan positif yang sangat
Siswa SMK termasuk kategori remaja
signifikan
dengan usia 15 tahun – 19 tahun.
emosi
Remaja
pemecahan
dituntut
pengisian
penelitian kurang akurat.
mengendalikan diri.
Kemampuan
saat
untuk
mampu
antara
dengan
kematangan
kemampuan
masalah
belajar
mengendalikan
matematika. Maksudnya, semakin
perasaan dalam proses perkembangan
tinggi kematangan emosi maka
menuju kematangan emosi. Hal ini
semakin
mengontrol
atau
9
tinggi
kemampuan
belajar
mengerjakan tugas mulai dari yang
matematika. Sebaliknya, semakin
mudah, baru ke soal yang sulit. (3)
rendah kematangan emosi, maka
Meningkatkan
semakin
menyelesaikan masalah, cara yang
pemecahan
masalah
rendah
pemecahan
2.
kemampuan
masalah
4.
dalam
dpat dialkukan antara mengerjakan
belajar
matematika subjek.
soal
Tingkat kemampuan pemecahan
teman
masalah
Melaksanakan rencana yang dianggap
belajar
matematika
Tingkat
matematika
atau
bersama
teman-
sendirian.
(4)
paling tepat.
termasuk tinggi.
3.
kreativitas
kematangan
Bagi guru disarankan untuk
emosi
termasuk kategori tinggi.
mempertahankan
kemampuan
Peran kematangan emosi terhadap
pemecahan
kemampuan pemecahan masalah
matematika pada siswa yang sudah
belajar matematika pada siswa
termasuk tinggi, dengan cara sebagai
sebesar 54%.
berikut:
Dari hasil kesimpulan tersebut,
matematika
masalah
(a)
belajar
Membuat
dengan
sosal
bahasa
yang
maka saran yang dapat diberikan
mudah dipahami oleh siswa. (b)
kepada pihak terkait yaitu :
Membantu siswa dalam membuat
Bagi
mempertahankan
perencanaan
untuk
siswa
dalam
kemampuan
penyelesaian
mengerjakan
masalah
soal-soal,
belajar
khususnya pelajaran matematika. (c)
matematika yang sudah termasuk
Mengajak siswa untuk diskusi agar
tinggi. Cara yang dapat dilakukan
siswa bertambah pengalaman dan
antara lain: (a) Memahami masalah
kreatif
mamatika
membaca
permasalahan dalam pelajaran. (d)
berulang kali soal-soal yang diberikan
Memberikan penilaian perencanaan
oleh guru sampai memahami dan
yang dibuat siswa.
pemecahan
masalah
dengan
cara
mengerti yang ditanyakan dalam soal.
(b) Siswa harus mampu menyusun
rencana penyelesaian masalah. Cara
yang dapat dilakukan antara lain
membuat
perencanaan
dalam
10
dalam
menyelesaikan
Bagi peneliti berikutnya apabila
ingin meneliti yang berkaitan dengan
kematangan
emosi
pada
siswa
diharapkan dapat mengaitkan dengan
variabel
lain
misalnya,
individu,
kemampuan
dan
karakter
minat,
tingkat pengetahuan atau motivasi
belajar.
11
Rohrer, Doug dan Taylor, Kelli.
2007. The Shuffling of
Mathematics
Problems
Improves Learning. Instr Sci
(2007) 35:481–498. University
of South Florida, Tampa, FL
33620, USA
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah binti Ali. 2006. Masalah
Sosial
Pelajar
dan
Hubungannya
dengan
Kemerosotan
Pembelajaran.
Jurnal Usuluddin. Bil 25. Hal.
145-154. Universiti Malaya
Turmudi. 2010. Pemecahan Masalah
Matematika.
Universitas
Pendidikan Indonesia
Goleman, D. 2007. Working with
Emotional
Inteligence,
Kecerdasan Emosi Untuk
Mencapai Puncak Prestasi.
Alih
Bahasa
Alex
Tri
Kantjono Widodo. Jakarta: PT.
Gramedia
Walgito,
Hamalik, O. 2008. Proses Belajar
mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hulme,
Jadha,
Richard D. 2009. The
Relationship
Between
University Students' Problem
Solving. Cultural Values,
and Ethics. California State
Polytechnic
University,
Pomona Styles.
N. S. 2010. Relationship
Between Home Environment
and Emotional Maturity of
College Going Students of
Belgaum District. Research
Journal. VOL I. Hal. 239-251.
Nezu, A. M., & Ronan, G. F. 2008.
Social Problem Solving as a
Moderator of Stress. Related
Depressive
Symptoms:
a
Prospective Analysis. Journal
of Counseling Psychology.
12
B.
2003.
Pengantar
Psikologi Umum .Bandung :
PT Refika Aditama.