POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MEMBANGUN PENGELOLAAN EMOSI ANAK Pola Komunikasi Keluarga Dalam Membangun Pengelolaan Emosi Anak (Konteks Budaya Jawa Dan Pengaruh Islam).
POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MEMBANGUN
PENGELOLAAN EMOSI ANAK
(KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM)
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Dalam mencapai derajat Sarjana (S-1)
Diajukan oleh :
ANIS WILADATIKA PRAMESTI
F 100 104 035
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
i
POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MEMBANGUN
PENGELOLAAN EMOSI ANAK
(KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM)
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1
Disusun oleh:
ANIS WILADATIKA PRAMESTI
F 100 104 035
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MEMBANGUN
PENGELOLAAN EMOSI ANAK
(KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM)
Anis Wiladatika Pramesti
Moordiningsih
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pengelolaan emosi diajarkan oleh orang tua melalui proses komunikasi
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam budaya Jawa keterampilan
untuk mengelola emosi sangatlah penting agar tercipta keselarasan hidup
bersama. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi kemampuan untuk
mengelola emosi pada anak semakin menurun sehingga menimbulkan berbagai
permasalahan pada anak. Tawuran antar pelajar adalah suatu contoh
permasalahan yang sering muncul karena ketidakmampuan dalam mengelola
emosi. Emosi yang masih labil, kurangnya bimbingan dan perhatian dari orang
tua membuat pelajar mudah mengikuti ajakan untuk melakukan tawuran. Saat ini,
tidak hanya pelajar SMA yang terlibat kasus tawuran, pelajar SMP pun sudah
mulai terlibat tawuran.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami berbagai permasalahan
anak, mendapatkan pola komunikasi orang tua dan anak dalam membangun
pengelolaan emosi anak, dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya pengelolaan emosi anak yang optimal, seluruh tujuan penelitian
tersebut dikaitkan dengan konteks budaya Jawa dan pengaruh Islam. Subjek
penelitian ini adalah 90 orang tua yang memiliki anak berusia 12-15 tahun
(remaja awal), merupakan orang Jawa asli, beragama Islam, dan berdomisili di
karesidenan Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
memakai kuesioner terbuka sebagai alat pengumpul data utama dan wawancara
sebagai pendukung hasil kuesioner terbuka.
Hasil penelitian menemukan bahwa beberapa masalah yang dihadapi
anak adalah masalah yang berkaitan dengan pelajaran di sekolah, pergaulan,
kepercayaan diri, manajemen waktu, kontrol diri, dan kurangnya inisiatif.
Pengertian orang tua mengenai masalah anak, dukungan, penjelasan dari
tindakan anak, dan penghargaan atas usaha anak mempengaruhi perkembangan
pengelolaan emosi anak. Sebagian besar anak mengelola emosi dengan cara
diam ketika menghadapi masalah. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya pengelolaan emosi yang optimal adalah tanggapan orang tua ketika
anak mendapatkan masalah dengan menasihatinya dan anak dapat menerima
nasihat tersebut. Selain itu orang tua selalu memberi contoh kepada anak dengan
menjalankan perintah agama untuk mengelola emosi.
Kata kunci: pengelolaan emosi, pola komunikasi keluarga, budaya Jawa,
pengaruh Islam.
1
2
tesenggol,
Pendahuluan
Pengelolaan
emosi
rebutan
pemahaman yang sempit mengenai
merupakan suatu proses merubah
kesetiakawanan,
pengalaman
mencari
emosional,
ekspresi,
reaksi fisiologi, dan situasi yang
pasangan,
atau
gara–gara
sekadar
(Solopos.com,
2013).
memunculkan emosi tersebut untuk
Allah SWT berfirman dalam
menghasilkan respon yang sesuai
Qur’an surah Al-Hadid ayat 23:
dengan tuntutan yang ditimbulkan
“Agar kamu tidak bersedih hati
oleh perubahan lingkungan (Aldao,
terhadap apa yang luput dari kamu,
2013).
dan
Pengelolaan
emosi
tidak pula
kepadamu.
penting
menyukai
tumbuh
kembang
gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya
merupakan komponen yang sangat
bagi
terlalu
Dan
Allah
tidak
setiap
orang
yang
seorang anak agar anak tersebut
sombong dan membanggakan diri.”
mampu untuk beradaptasi dengan
Dalam ayat tersebut terdapat perintah
lingkungannya. Namun sayangnya,
agar manusia mampu mengelola
banyak sekali anak-anak yang kurang
emosi.
mampu untuk mengelola emosinya.
kesedihan, dan suka cita sebaiknya
Berdasarkan
tidak ditanggapi secara berlebihan.
Nasional
catatan
Perlindungan
Komisi
Anak
Kekecewaan,
Masyarakat
kemarahan,
jawa
adalah
sepanjang tahun 2012 terjadi 147
masyarakat
kasus tawuran yang mengakibatkan
mementingkan kepentingan bersama
82 anak meninggal dunia. Jumlah ini
daripada
mengalami peningkatan dari jumlah
Individu
Jawa
kasus
tahun
mengelola
emosinya
kasus
mampu melakukan penyesuaian diri
tawuran
sebelumnya
yakni
pada
128
sosial
yang
kepentingan
lebih
pribadi.
yang
akan
mampu
lebih
(Kompas.com, 2012). Kasus tawuran
dengan
yang tejadi antar pelajar biasanya
maupun lingkungannya (Casmini,
disebabkan oleh permasalahan sepele
2011). Pengelolaan emosi yang baik
seperti saling ejek, tidak sengaja
akan menghasilkan sikap manut,
baik
terhadap
dirinya
3
rukun, dan narima sehingga dapat
keluarga dan pengaruhnya terhadap
tercipta masyarakat yang harmonis
perkembangan emosi anak masih
(Sutardjo, 2008).
tergolong
Komunikasi yang efektif di
rendah.
Pada
kenyataannya, banyak keluarga yang
dalam keluarga dapat mengurangi
lebih
timbulnya tawuran antar pelajar.
kognitif anak daripada kemampuan
Selama masa krisis, konflik, dan
emosionalnya, dan banyak keluarga
stres
tidak
berlebihan,
komunikasi
mengutamakan
memiliki
kemampuan
batasan
keluarga yang baik sangatlah penting
komitmen
karena ketidakseimbangan emosional
komunikasi
pada masa tersebut mengakibatkan
perkembangan emosi anak, sehingga
hubungan dengan orang lain menjadi
komunikasi keluarga sering hanya
lebih sulit (Matthews, 1994).
dipahami sebagai rutinitas, bukan
Penggunaan bahasa yang baik
akan
mempengaruhi
proses
komunikasi, dari Abu Hurairah R.A.,
Rosulullah
SAW
dan hari akhir maka berkatalah
dengan baik atau diam,” (H.R.
Bukhori dan Muslim). Komunikasi
dengan bahasa yang baik akan lebih
jelas
keluarga
Pengelolaan Emosi
Pengelolaan
suatu
emosi
proses
adalah
pengenalan,
pemeliharaan, dan pengaturan emosi
positif maupun negatif, baik secara
otomatis atau dikontrol, yang tampak
maupun yang tersembunyi, yang
disadari
anak-anak. Selain itu anakpun dapat
(Gross dan John, 2003).
untuk
dan
bagi perkembangan anak.
mudah dipahami dan dimengerti oleh
belajar
mengenai
sebagai sesuatu yang memiliki arti
bersabda:
“barangsiapa beriman kepada Allah
yang
serta
menyampaikan
maupun
Pengelolaan
tidak
emosi
disadari
adalah
pendapatnya dengan menggunakan
serangkaian proses dimana emosi
bahasa yang baik.
diatur sesuai dengan tujuan individu,
Hasil
(2005)
penelitian
mengungkapkan
Setyowati
baik dengan cara otomatis atau
bahwa
dikontrol, disadari atau tidak disadari
pemahaman dan kesadaran keluarga
mengenai
pentingnya
komunikasi
dan melibatkan banyak komponen
yang
bekerja
terus
menerus
4
sepanjang waktu. Pengelolaan emosi
yang beriman. bertakwalah kepada
melibatkan
dalam
Tuhanmu".
waktu
berbuat
dinamika
perubahan
emosi
atau
orang-orang
baik
di
yang
dunia
ini
munculnya, besarnya, lamanya, dan
memperoleh kebaikan. dan bumi
mengimbangi
respon
Allah itu adalah luas. Sesungguhnya
pengalaman
atau
Pengelolaan
perilaku,
fisiologis.
emosi
mempengaruhi,
dapat
memperkuat
atau
hanya
individu
(Gross
dan
yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala
mereka tanpa batas.”
Allah SWT juga berjanji akan
memelihara emosi, tergantung pada
tujuan
orang-orang
memberi sifat yang baik kepada
orang yang sabar seperti dalam
Thompson, 2007).
pengertian
Qur’an surah Al-Fushilat ayat 35:
diatas, dapat disimpulkan bahwa
“Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak
pengelolaan
suatu
akan dianugerahkan kecuali kepada
proses mengenali, mengatur, dan
orang-orang yang sabar dan tidak
merubah emosi baik yang positif
dianugerahkan
maupun yang negatif agar sesuai
orang-orang
dengan tujuan. Pengelolaan emosi
keberuntungan yang besar.”
Berdasarkan
emosi
adalah
kecuali
yang
Berdasarkan
dapat dilakukan secara sadar maupun
kepada
mempunyai
pemaparan
tidak sadar. Dalam mengelola emosi
diatas, dapat disimpulkan bahwa
juga dilakukan pengelolaan ekspresi
bentuk
pengelolaan
emosi, perilaku, dan reaksi fisiologis
sangat
dianjurkan
akibat dari emosi
adalah bersabar atas setiap hal yang
yang sedang
emosi
dalam
yang
Islam
terjadi. Pada hakikatnya semua yang
terjadi.
Pengelolaan Emosi dalam Islam
Sabar
merupakan
bentuk
pengelolan
emosi
yang
sangat
dianjurkan
dalam
Islam
seperti
firman Allah SWT dalam Qur’an
terjadi atas kehendak Allah dan
Allah telah menyiapkan pahala bagi
orang-orang yang mampu bersabar.
Pengelolaan Emosi dalam Budaya
Jawa
surah Al-Baqarah ayat 155-157 yang
Emosi dasar dalam budaya
berbunyi: “"Hai hamba-hamba-Ku
Jawa sama seperti emosi dasar pada
5
umumnya, namun dalam pengelolaan
karena menganggap emosi sebagai
emosi
energi yang dapat diarahkan. Dalam
budaya
Jawa
memiliki
keunikan tersendiri. Dalam konteks
menghadapi
budaya Jawa pengelolaan emosi
cenderung
disebut dengan waskita ing nepsu.
perasaan malu untuk merusak nilai
nespu
adalah
yang ada sehingga tetap terjaga
seseorang
dalam
kerukunan
Waskita
ing
kemampuan
mengelola emosi sebagai sumber
energi dan informasi dalam mencapai
keseimbangan
hidup
satu
diam
masyarakat
karena
dan
adanya
keharmonisan
bersama.
Pengertian Komunikasi
(Casmini,
2011).
konflik,
Komunikasi
adalah
proses
memunculkan arti terhadap pendapat
Konsep rukun adalah salah
atau
kunci
Komunikasi
keseimbangan
dalam
menjamin
hidup.
pikiran
yang
disampaikan.
merupakan
Secara
penyampaian dan penerimaan pesan
psikologis,
kerukunan
dapat
atau kabar antara dua orang atau
menimbulkan
rasa
untuk
lebih
malu
dengan
cara
yang
sesuai
merusak tatanan keselarasan yang
sehingga pesan yang dimaksud dapat
ada sehingga ketika terjadi konflik
dimengerti (Djamarah, 2004).
orang Jawa cenderung memendam
Menurut Carl I. Hovland,
dan melupakan masalah tersebut
Komunikasi merupakan suatu proses
dengan sendirinya (Herdiyanto &
dimana
Yuniarti, 2012). Ciri-ciri perilaku
masyarakat
jawa
menurut
Rachmatullah (2010) adalah mulursehingga
mlungkret
membuat
seorang
menyampaikan stimulus, biasanya
lambang-lambang
semua cobaan hidup serta dapat
1986).
khas
narima
ing
pandum.
Masyarakat jawa memiliki
cara mengelola emosi yang unik
bentuk
orang lain yang menjadi penerima
stimulus
ciri
dalam
kata-kata untuk merubah perilaku
masyarakat Jawa tahan terhadap
memiliki
komunikator
(komunikan)
Komunikasi
(Effendi,
adalah
suatu
aktivitas yang memiliki maksud agar
setiap individu dapat melakukan
komunikasi dua arah atau banyak
6
arah yang saling menguntungkan dan
itu Rasulullah juga pernah bersabda:
akan melahirkan masukan serta hasil.
“barangsiapa beriman kepada Allah
Selain itu kita dapat mengetahui
dan hari akhir maka berkatalah
bagaimana interaksi dipergunakan
dengan baik atau diam,” (H.R.
secara
Bukhori dan Muslim).
efektif
mencapai
untuk
suatu
membantu
tujuan
tertentu
(Kuswata, 1990)
Celaan
komunikasi
Berdasarkan
adalah
yang
bentuk
buruk.
Ketika
beberapa
seorang ayah mencela atau berkata
pengertian diatas, dapat disimpulkan
buruk mengenai anaknya, sebenarnya
bahwa
merupakan
ia telah mencela dirinya sendiri.
penyampaian
Orang tua adalah pendidikan pertama
komunikasi
serangkaian
proses
pikiran, ide, dan informasi kepada
anak
orang lain dengan cara yang sesuai,
kepada anak akan menjadikan anak
dilakukan oleh seseorang kepada
terbiasa dengan kata-kata yang buruk
orang
dan akan mudah untuk menirunya
lain
agar
mendapat
pemahaman yang sama, penerimaan,
Islam telah mengatur tata cara
berkomunikasi
dan
Berdasarkan
diatas
Pola Komunikasi dalam Islam
menekankan
untuk berkata jujur seperti firman
perkataan
buruk
(Suwaid, 2009).
dan perubahan perilaku pada orang
yang diberi informasi.
sehingga
dapat
pemaparan
disimpulkan bahwa
terdapat beberapa hal penting yang
harus diperhatikan dalam komunikasi
diantara anak dengan orang tua
seperti
berkata
dengan
jujur,
Allah SWT yang terdapat pada
mengatakan hal-hal yang baik, serta
Qur’an surah Al-Ahzab ayat 70:
tidak mencela perbuatan anak yang
“Wahai orang-orang yang beriman!
tidak sesuai dengan keinginan orang
Bertakwalah kamu kepada Allah dan
ucapkanlah perkataan yang benar .”
Berkomunikasi
dengan
tua.
Pola Komunikasi dalam Budaya
Jawa
bahasa yang baik adalah salah satu
Masyarakat
jawa
sangat
hal penting yang diajarkan dalam
memperhatikan kesantunan bahasa
islam seperti pada ayat diatas, selain
yang
digunakan
untuk
7
berkomunikasi dengan orang lain.
Basa krama adalah bahasa
Berbicara kepada orang tua berbeda
percakapan dalam budaya Jawa yang
dengan berbicara pada anak-anak
memiliki tingkat kesantunan paling
atau teman sebaya karena terdapat
tinggi diantara ragam bahasa Jawa
unggah-ungguhing basa yang terbagi
yang lain. Basa krama dibentuk dari
menjadi tiga yaitu basa ngoko, basa
kata-kata
madya , dan basa krama (Setiyanto,
dengan krama inggil biasa digunakan
2010).
dalam percakapan kepada orang yang
Basa
Ngoko
disusun dari
kata-kata ngoko dan biasa digunakan
lebih
krama
dihargai
yang
dan
dicampur
dihormati
(Hardyanto dan Utami, 2001).
dalam percakapan orang tua kepada
Masyarakat jawa memiliki
anak, cucu, atau pada anak muda
tatanan tersendiri dalam berbicara.
lainnya.
ngoko
Terdapat tiga tingkatan bahasa dalam
digunakan dalam percakapan dengan
budaya Jawa yaitu basa ngoko, basa
orang-orang yang sepantaran, tidak
madya , dan basa krama . Masing-
memperhatikan kedudukan dan usia.
masing
Percakapan atasan kepada bawahan
fungsi dan kesantunan yang berbeda-
pun
beda.
Selain
itu
menggunakan
basa
basa
ngoko
(Setiyanto, 2010).
tingkat
bahasa
memiliki
Keluarga Dalam Konteks Budaya
Basa Madya adalah bahasa
yang dibentuk dari kata-kata madya
dicampur dengan kata-kata krama
Jawa Dan Pengaruh Islam
Keluarga
Jawa
menurut
Damami
(2002)
adalah
sebuah
namun tidak terdapat krama inggil.
keluarga
yang
beretnis
Jawa,
Basa
dalam
memiliki komitmen terhadap budaya
percakapan terhadap orang yang
Jawa, memiliki orientasi kepada
dianggap
kultur Surakarta dan Yogyakarta
Madya
lebih
digunakan
tua
atau
yang
dihormati. Selain itu juga digunakan
serta tinggal di pulau Jawa.
dalam percakapan dengan orang
Keselarasan hidup bersama
yang belum akrab (Hardyanto dan
adalah cita-cita orang jawa yang
Utami, 2001).
terwujud didalam memayu hayuning
bawana
(memperindah keindahan
8
dunia). Konsep rukun adalah salah
sholatku, ibadahku, hidupku dan
satu
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
kunci
dalam
menjamin
keselarasan sosial tersebut. Secara
semesta alam.”
psikologis,
kerukunan
dapat
Berdasarkan pengertian diatas
menimbulkan
rasa
untuk
dapat disimpulkan bahwa keluarga
merusak tatanan keselarasan yang
jawa adalah sebuah keluarga yang
ada sehingga ketika terjadi konflik
beretnis Jawa dengan orientasi kultur
orang Jawa cenderung memendam
budaya Surakarta dan Yogyakarta,
dan melupakan masalah tersebut
memiliki ciri khas, aturan, dan
dengan sendirinya (Herdiyanto &
hierarki masyarakat yang berbeda
Yuniarti, 2012)
dari etnis lain. Kerukunan adalah
malu
terdapat
kunci keselarasan masyarakat Jawa.
percaya bahwa segala hidup manusia
Secara sosial keagamaan masyarakat
di dunia ini sudah diatur oleh Yang
jawa dibagi menjadi dua yaitu kaum
Maha Kuasa, sehingga muncul sikap
santri dan abangan. Beberapa sikap
Masyarakat
rila,
narima
Jawa
dan
sabar
yang
masyarakat
jawa
selaras
dengan
sekaligus menjadi dasar budi pekerti
ajaran agama Islam yaitu narima dan
orang-orang Jawa dan mendasari
rila
keperibadian mereka (De Jong dalam
sebagai Ikhlas dan sikap sabar.
Martaniah, 1984; Mulder, 1996,
2001ª; Endraswara, 2003; Soesilo,
2003; Casmini, 2011).
yang
dalam
Islam
disebut
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di
wilayah Surakarta untuk melihat
Sikap rila dan narima dalam
bagaimana bentuk pola komunikasi
budaya Jawa selaras dengan ajaran
keluarga
agama Islam yang lebih dikenal
pengelolaan emosi anak (konteks
dengan ikhlas. Sikap ikhlas bertujuan
budaya Jawa dan pengaruh Islam).
untuk mendapat ridho Allah SWT
Menggunakan pendekatan kualitatif
seperti kandungan dalam Qur’an
surah Al-An’am ayat 162, Allah
SWT berfirman sebagai berikut:
“Katakanlah:
Sesungguhnya
dalam
membangun
dengan alat ukur kuesioner terbuka
dan wawancara.
9
dan beragama Islam. Sedangkan
Informan
Total
digunakan
informan
dalam
penelitian
yang
informan pendukung berjumlah 3
ini
orang tua yang sebelumnya telah
adalah 90 orang, yang terdiri dari
diberikan kuesioner terbuka.
orang
Hasil
tua
dan
memiliki
karakteristik: orang Jawa, menetap di
Karesidenan
Surakarta,
memiliki
anak usia 12-15 tahun (remaja awal),
Kategori
Frekuensi
Persentase
1. Memahami masalah anak dalam konteks budaya Jawa
dan pengaruh Islam
a. Masalah yang sering dihadapi anak
1) Pelajaran
2) Pergaulan
3) Kepercayaan diri
4) Manajemen waktu
5) Kontrol diri
6) Kurang inisiatif
41
21
9
9
7
3
45,6%
23,3%
10,0%
10,0%
7,8%
3,3%
40
16
15
11
7
1
44,4%
17,8%
16,7%
12,2%
7,8%
1,1%
56
21
8
5
62,2%
23,3%
8,9%
5,6%
47
27
16
52,2%
30,0%
17,8%
49
29
12
54,4%
32,2%
13,3%
2. Pola komunikasi orang tua dan anak dalam membangun
pengelolaan emosi anak dalam konteks budaya Jawa
dan pengaruh Islam.
a. Hal yang sering saya bicarakan dengan anak
1) Pendidikan
2) Sosialisasi dengan masyarakat
3) Mentaati agama
4) Orientasi masa depan
5) Budi pekerti luhur
6) Kehormatan dan harga diri
b. Cara orang tua menasihati anak ketika anak
melakukan hal yang tidak sesuai
1) Memberitahu akibat perbuatannya
2) Menasihati dengan kasih sayang
3) Memarahi
4) mengkonfirmasi
c. Hal yang dikatakan orang tua ketika anak membuat
bangga
1) Mengucap syukur
2) Memuji
3) menasihati
d. Hal yang dikatakan orang tua untuk memotivasi anak
mencapai tujuannya
1) Ikhtiar sebaik mungkin
2) Menyemangati
3) Memberi hadiah
10
e. Pemahaman orang tua mengenai pengelolaan emosi
1) Pengendalian emosi
2) Mengelola hawa nafsu
3) Pengendalian diri
f. Cara anak mengelola emosi
1) Diam
2) Menyibukkan diri
3) Belum dapat mengendalikan emosi
4) Mengendalikan diri, bersabar
5) Bercerita
6) Beribadah
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya
pengelolaan emosi anak yang optimal dalam keluarga
dengan konteks budaya Jawa dan pengaruh Islam.
a. Tanggapan orang tua saat anak mendapat masalah
dan berpengaruh terhadap emosi anak
1) Menasihati
2) Menenangkan
3) Mengajak diskusi
4) Mendiamkan
5) Memotivasi
b. Reaksi anak setelah orang tua memberi tanggapan
atas masalah anak
1) Menasihati, menerima
2) Menenangkan, menerima
3) Mengajak diskusi, menerima
4) Menasihati, biasa saja
5) Menenangkan, biasa saja
6) Mendiamkan, biasa saja
7) Menasihati, menolak
8) Menenangkan, menolak
9) Motivasi, menerima
c. Cara orang tua membantu anak mencapai
pengelolaan emosi yang baik
1) Memberi contoh dan tugas
2) Menasihati
3) Mengawasi
4) Memotivasi
5) Tawakal
d. Nilai-nilai agama Islam dan atau budaya Jawa yang
mempengaruhi orang tua mengelola emosi
1) Menjalankan perintah agama
2) Menahan emosi
3) Unggah-ungguh
dengan
Pembahasan
Memahami
47,8%
28,9%
23,3%
28
22
16
12
7
5
31,1%
24,4%
17,8%
13,3%
7,8%
5,6%
51
24
12
2
1
56,7%
26,7%
13,1%
2,2%
1,1%
45
19
12
4
3
2
2
2
1
50,0%
21,1%
13,3%
4,4%
3,3%
2,2%
2,2%
2,2%
1,1%
33
31
13
12
1
36,7%
34,4%
14,4%
13,3%
1,1%
40
36
14
44,4%
40,0%
15,6%
sering
melakukan
anak
komunikasi antara orang tua dan
dalam konteks budaya Jawa dan
anak. Berdasarkan hasil penelitian
pengaruh
dengan
Islam
masalah
43
26
21
dapat
diketahui
menggunakan
kuesioner
11
terbuka
dan
diketahui
wawancara
bahwa
sebagian
dapat
melakukan komunikasi dua arah atau
besar
banyak
arah
yang
saling
kasus anak berhubungan dengan
menguntungkan dan akan melahirkan
pendidikan. Hal ini sesuai dengan
masukan serta hasil. Selain itu kita
penjelasan Santrock (2002) bahwa
dapat
masa transisi dari sekolah dasar ke
interaksi dipergunakan secara efektif
sekolah lanjutan dapat menyulitkan
untuk membantu mencapai suatu
dan menimbulkan stress pada banyak
tujuan tertentu. Karena anak-anak
murid karena banyak perubahan yang
yang
terjadi
Murid-
perkembangan remaja awal masih
murid menjadi kurang puas terhadap
menempuh jenjang pendidikan maka
sekolah, kurang bertanggung jawab
tujuan komunikasi disini tentunya
terhadap
adalah agar anak dapat mengikuti
secara
serempak.
sekolah,
dan
kurang
mengetahui
berada
Masalah yang sering dihadapi
akan
Hal
pelajaran.
dengan
masa
yang ada di sekolah sehingga tidak
anak berhubungan dengan pelajaran.
selaras
pada
dan memahami seluruh pelajaran
menyukai guru-guru mereka.
ini
bagaimana
hasil
kuesioner terbuka dan wawancara
lagi
bermasalah
dengan
Selama proses belajar, setiap
bahwa
anak pasti pernah melakukan sesuatu
pendidikian adalah hal yang paling
hal yang tidak diinginkan oleh orang
sering
sedang
tua. Saat anak melakukan kesalahan
berkumpul bersama dengan anggota
tersebut ada berbagai macam reaksi
keluarga. Pendidikan sering menjadi
yang diberikan oleh orang tua,
pembahasan dalam keluarga karena
berdasarkan hasil kuesioner terbuka
orang tua ingin membantu anak
dan wawancara yang menunjukkan
mengatasi
paling
orang tua paling sering menasihati
sering dihadapi oleh anak-anaknya.
anak dengan memberitahu akibat apa
Hal tersebut sesuai dengan pendapat
yang akan diterima oleh anak atas
Kuswata (1990) bahwa komunikasi
sikap tersebut. Hal ini sesuai dengan
adalah suatu aktivitas yang memiliki
pendapat Hauser dan rekan-rakannya
maksud agar setiap individu dapat
(Hauser & Bowlds, 1990; Hauser,
yang
menunjukkan
dibahas
hasil
ketika
masalah
yang
12
dkk, 1984; dalam Santrock, 2002)
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-
menjelaskan bahwa
Ku
proses-proses
niscaya
aku
ingat
(pula)
didalam keluarga terutama orang tua
kepadamu,
yang menggunakan perilaku-perilaku
kepada-Ku, dan janganlah kamu
yang
mengingkari (nikmat)-Ku.”
memudahkan
(enabling
dan
bersyukurlah
menjelaskan,
Hubungan orang tua dan anak
menerima, dan berempati lebih dapat
merupakan salah satu pembangun
membantu remaja mengembangkan
pengelolaan emosi yang baik karena
identitasnya daripada orang tua yang
adanya
membatasi (constraining behaviors).
memotivasi dan mendukung anggota
Dalam hal ini orang tua menjelaskan
keluarga yang lain. Berdasarkan hasil
akibat yang akan anak peroleh dari
kuesioner terbuka dan wawancara
perilakunya yang tidak sesuai dengan
didapatkan hasil bahwa orang tua
harapan agar anak dapat berpikir dan
memotivasi anak dengan kata-kata
menyimpulkan hal yang sebaiknya
yang mengandung makna untuk
dilakukan dan mencapai pengelolaan
berikhtiar
emosi yang baik.
mendapat hasil yang diinginkan. Hal
behaviors)
seperti
Anak tidak selalu melakukan
ini
usaha
sebaik
merupakan
saling
mungkin
suatu
agar
bentuk
kesalahan, terkadang anak juga dapat
dukungan
membuat
bangga.
keluarga agar anak mau berusaha
Berdasarkan hasil kuesioner terbuka
untuk mencapai apa yang diinginkan
dan wawancara menunjukkan bahwa
sesuai
sebagian orang tua mengucap syukur
(Rutter, 1993; dalam Ristianti, 2009)
ketika anak dapat membuat bangga.
yang menyatakan bahwa, dukungan
Sebagian besar orang tua mengucap
sosial
syukur karena perilaku anak yang
kebutuhan
dapat membuat bangga merupakan
afeksi, persetujuan, kepemilikan dan
suatu berkah yang diberikan oleh
keamanan didapat melalui interaksi
Allah SWT, seperti firman Allah
dan komunikasi dengan orang lain.
SWT
Islam mengajarkan ketika seseorang
orang
dalam
tua
Qur’an
surah
Al-
Baqaroh ayat 152 yang berbunyi:
yang
untuk
dengan
adalah
dasar
diberikan
pendapat
derajat
Thoits
dimana
individu
menginginkan sesuatu
oleh
hal
akan
maka
13
orang
tersebut
semaksimal
harus
mungkin
berusaha
dan wawancara didapatkan hasil
sehingga
bahwa sebagian besar orang tua
sebagian besar orang tua memotivasi
berpendapat
anak
yang
emosi adalah pengendalian emosi.
terus
Hal tersebut sesuai dengan pendapat
berusaha dan tidak mudah menyerah.
Gross dan Thompson (2007) yang
Hal ini sesuai dengan firman Allah
menyatakan
SWT dalam Quran surah Ar-Ra’d
emosi adalah serangkaian proses
ayat
berbunyi:“Bagi
dimana emosi diatur sesuai dengan
manusia ada malaikat-malaikat yang
tujuan individu, baik dengan cara
selalu mengikutinya bergiliran, di
otomatis atau dikontrol, disadari atau
muka dan di belakangnya, mereka
tidak disadari dan melibatkan banyak
menjaganya
komponen
dengan
kata-kata
mengandung makna
11
yang
untuk
atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah
bahwa
pengelolaan
bahwa
yang
Pengelolaan
bekerja
terus
menerus sepanjang waktu.
kaum sehingga
Setiap anak memiliki cara
mereka merubah keadaan yang ada
tersendiri dalam mengelola emosi
pada
keadaan
sesuatu
mereka
sendiri.
dan
karena setiap anak dididik dengan
Allah
menghendaki
cara yang berbeda-beda oleh orang
keburukan terhadap sesuatu kaum,
tuanya. Berdasarkan hasil kuesioner
Maka
dapat
terbuka dan wawancara didapatkan
menolaknya; dan sekali-kali tak ada
hasil bahwa sebagian besar anak
pelindung bagi mereka selain Dia.”
mengelola
diri
apabila
tak
ada
yang
Kemampuan
mengelolaan
berdiam
emosi
diri
dengan
untuk
merenung,
emosi merupakan hal yang sangat
introspeksi
penting bagi anak-anak agar tetap
mengungkapkan
bisa
lingkungan
dihadapi. Hal ini sesuai dengan
Pengembangan
penjelasan Herdiyanto & Yuniarti
bergaul
dengan
disekitarnya.
diri
cara
atau
masalah
tidak
yang
kemampuan ini sangat dipengaruhi
(2012)
oleh pemahaman orang tua mengenai
orang Jawa cenderung memendam
pengelolaan
sendiri.
dan melupakan masalah yang sedang
Berdasarkan hasil kuesioner terbuka
terjadi demi menjaga keseimbangan
emosi
itu
yang menyatakan bahwa
14
dan
tatanan
keselarasan
dalam
konsep hidup rukun bersama-sama.
Konsep
kerukunan
menimbulkan
rasa
malu
memunculkan
konflik
selain
masyarakat
yang
terjadi
konflik
sehingga
tidak
memperkeruh keadaan.
dapat
Keluarga merupakan tempat
untuk
anak untuk belajar mengelola emosi
ada
dengan
baik.
Komunikasi
yang
akan
efektif dan penuh dengan kasih
mengucilkan orang-orang yang tidak
sayang akan sangat membantu ketika
dapat menjaga kerukunan bersama.
anak
itu
mendapatkan
masalah.
Berbagai bentuk komunikasi
Berdasarkan hasil kuesioner terbuka
dapat mempengaruhi perkembangan
dan wawancara didapatkan hasil
pengelolaan
anak.
bahwa ketika anak mendapatkan
mengenai
masalah dan berpengaruh terhadap
Pengertian
emosi
orang
pada
tua
dari
keadaan emosi anak, hal yang biasa
anak,
orang tua lakukan adalah menasihati
penghargaan atas usaha anak, dan
anak dan anak dapat menerima,
mendukung anak untuk mencapai
menjalankan,
tujuannya
mengambil pelajaran dari nasihat
masalah
anak,
penjelasan
tindakan
yang
dilakukan
adalah
suatu
bentuk
dan
bahkan
bisa
non
yang diberikan oleh orang tua. Hal
verbal yang dapat membantu anak
tersebut sesuai dengan pendapat
mencapai pengelolaan emosi yang
Matthews (1994) yang menyatakan
baik.
bahwa Pada saat keadaan penuh
komunikasi
verbal
Pemahaman
maupun
orang
tua
mengenai pengelolaan emosi sebagai
tekanan,
suatu bentuk pengendalian emosi
keluarga yang hangat dan terbuka
mempengaruhi cara orang tua dalam
menjadi
membentuk
tersebut
komunikasi yang efektif, saat yang
sesuai budaya yang ada. Budaya
sulit akan semakin sulit. Dengan pola
Jawa adalah budaya yang sangat
komunikasi yang efektif membantu
menjunjung
anggota
kemampuan
kerukunan
hidup
bersama sehingga sebagian besar
komunikasi
sangat
keluarga
penting.
agar
didalam
Tanpa
mampu
mengelola emosi pada saat tertekan.
masyarakatnya lebih memilih diam
Anak-anak belajar mengelola
sebagai cara mengelola emosi saat
emosi dari orang-orang disekitarnya
15
terutama orang tua. Dalam hal ini
ber-Tuhan
orang tua mempunyain beberapa cara
Jawa memasukkan ajaran agama
untuk membantu anak mencapai
kedalam
pengelolaan
termasuk dalam mengelola emosi.
emosi
yang
baik,
membuat
kehidupan
Beberapa
berdasarkan hasil kuesioner terbuka
masyarakat
sehari-hari
faktor
yang
dan wawancara hal yang paling
mempengaruhi
sering dilakukan orang tua adalah
pengelolaan emosi yang optimal
memberi contoh dan tugas kepada
dalam keluarga Jawa dan pengaruh
anak agar anak mampu mengelola
Islam adalah nasihat yang diberikan
emosi dengan baik. Hal ini serupa
orang
dengan pendapat Setyowati (2005)
masalah dan mempengaruhi emosi
bahwa nilai-nilai yang ditanamkan
anak. Sebagian besar anak dapat
orang tua akan lebih banyak dicerna
menerima nasihat ini, tidak hanya
dan dianut oleh anak. Perlakuan
menerima tapi juga menjalankan dan
setiap anggota keluarga, terutama
dapat
orang tua, akan dicontoh oleh anak
nasihat tersebut. Selain itu orang tua
dan mempengaruhi perkembangan
juga memberikan contoh dan tugas
emosi.
untuk melatih anak mengelola emosi.
Mengelola emosi dilakukan
tua
terbentuknya
saat
mengambil
Beberapa
contoh
anak
mendapat
pelajaran
nyata
dari
yang
dengan banyak cara dan berbeda-
dilakukan orang tua untuk mengelola
beda pada setiap orang. Berdasarkan
emosi adalah dengan menjalankan
hasil
perintah agama.
kuesioner
terbuka
dan
wawancara didapatkan hasil bahwa
sebagian besar orang tua mengelola
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa
menjalankan
dan pembahasan penelitian maka
perintah agama. Hal ini sesuai
dapat disimpulkan mengenai pola
dengan pendapat Yana (2012) bahwa
komunikasi
masyarakat Jawa memiliki tiga aras
membangun pengelolaan emosi anak
dasar utama, yaitu aras sadar ber-
(konteks budaya Jawa dan Pengaruh
Tuhan, aras kesadaran semesta dan
Islam) adalah sebagai berikut:
emosi
dengan
cara
aras keberadaan manusia. Aras sadar
keluarga
dalam
16
1. Masalah anak dalam konteks
tindakan anak, penghargaan atas
keluarga Jawa dan pengaruh
usaha anak, dukungan untuk
Islam sama seperti kebanyakan
pencapaian
tujuan
anak
adalah
merupakan
suatu
masalah yang berkaitan dengan
komunikasi
pelajaran di sekolah, pergaulan,
mengembangkan
kepercayaan
manajemen
emosi pada anak. Selain itu
diri,
pemahaman orang tua mengenai
remaja
waktu,
awal
diri,
kontrol
dan
pengelolaan
metode
pengendalian
sekolah
dasar
menengah
antara
dapat
pengelolaan
emosi
sebagai
emosi
sekolah
memunculkan sikap diam pada
menjadi
anak
dan
pertama
bentuk
yang
kurangnya inisiatif. Perubahan
pengajaran
anak
untuk
mengendalikan
salah satu penyebab banyaknya
emosi yang sedang dirasakan.
masalah yang berkaitan dengan
Sikap
pelajaran. Selain itu anak juga
dipengaruhi oleh budaya Jawa
sudah
bisa
dan pengaruh Islam yang telah
terhadap
melekat dalam kehidupan sehari-
Berbagai
hari.
dituntut
bertanggung
dirinya
untuk
jawab
sendiri.
perubahan yang terjadi secara
cepat
dan
bersamaan
menimbulkan
sebagian
3. Faktor-
ini
faktor
mempengaruhi
sangat
yang
terbentuknya
bagi
pengelolaan emosi anak yang
namun
optimal dalam keluarga Jawa
tekanan
anak
ini
diam
permasalahan terbesarnya adalah
dan
pelajaran.
pertama adalah nasihat yang
2. Pola komunikasi orang tua dan
anak
dalam
membangun
pengaruh
Islam
yang
diberikan orang tua saat anak
mendapat
masalah
dan
emosi
anak.
anak
dapat
pengelolaan emosi anak dalam
mempengaruhi
konteks
Sebagian
besar
menerima
nasihat
ini,
tidak
menerima
tapi
juga
pengaruh
budaya
Islam,
Jawa
dan
meliputi
pengertian orang tua mengenai
hanya
masalah anak, penjelasan dari
menjalankan
dan
dapat
17
mengambil
pelajaran
dari
nasihat tersebut. Kedua setelah
orang tua menasihati, orang tua
juga memberikan contoh dan
tugas
untuk
mengelola
melatih
emosi.
anak
Beberapa
contoh nyata yang dilakukan
orang
emosi
tua
untuk
mengelola
adalah
menjalankan
dengan
perintah
agama
karena ajaran agama telah masuk
kedalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Jawa.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bukhori. (2012). Ensiklopedia
hadist 2; Shahih al-bukhori 2.
Jakarta: Almahira.
Aldao, A. (2013). The future of
emotion regulation research:
Capturing
context.
Association for Psychological
Science, 8 (2), 155-172.
An-Naisaburi,
M.
(2012).
Ensiklopedia hadist 4; Shahih
muslim 2. Jakarta: Almahira
Casmini. 2011. Kecerdasan emosi
dan kepribadian sehat dalam
konteks budaya Jawa di
Yogyakarta
(Disertasi).
Yogyakarta: UGM.
Damami, M. (2002). Makna agama
dalam
masyarakat
jawa .
Yogyakarta: Lesfi.
Departemen Agama. (2000). AlQur’an dan terjemahannya.
Bandung: Diponegoro.
Djamarah, S. B. (2004). Pola
komunikasi orang tua dan anak
dalam
keluarga
(Sebuah
perspektif pendidikan islam).
Jakarta: Rineka Cipta.
Effendi, O. U. (1986). Ilmu
komunikasi, teori, dan praktek.
Bandung: Remaja Karya.
Gross, J.J., & O.P. John. (2003).
Individual difference in two
emotion regulation processes:
Implications
for
affect,
relationship, and well-being.
Journal of Personality and
Social Psychology, 85, 348362.
Gross, J.J., & Thompson, R.A. (in
press).
(2007).
Emotion
regulation:
Conceptual
foundations. In J.J. Gross
(Ed.), Handbook of emotion
regulation.
New
York:
Guilford Press.
Hardyanto & E. S. Utami. 2001.
Kamus kecik bahasa Jawa
ngoko-krama .
Semarang:
Lembaga
Pengembangan
Sastra dan Budaya.
Herdiyanto, Y.K., & K.W. Yuniarti.
2012.
Budaya
dan
perdamaian dalam kearifan
lokal masyarakat Jawa
menghadapi
perubahan
pasca gempa. Humanitas.
Vol. IX, No. 1, pp. 28-42.
Kompas.com. (2012). 82 Pelajar
tewas
sia-sia
karena
18
tawuran. Diunduh dari
megapolitan.kompas.com.
Kuswata, A. T. (1990). Komunikasi
islam dari zaman ke zaman.
Jakarta:
Arikha
Media
Cipta.
Matthews, D. W. (1994). Family
comunication during times
of stress. North Carolina
Cooperative
Extension
Service, HE-424.
Ristianti. (2009). hubungan antara
dukungan sosial teman
sebaya dengan identitas diri
pada remaja di sma pusaka
1
jakarta
(Naskah
Publikasi).
Jakarta:
Universitas Gunadarma
Santrock, J.W. (2002). Life-span
development.
Jakarta:
Erlangga.
Setiyanto, A. B. (2010). Parama
sastra
bahasa
Jawa .
Yogyakarta: Panji Pustaka.
Setyowati,
Y.
(2005).Pola
Komunikasi keluarga dan
perkembangan emosi anak
(Studi kasus penerapan pola
komunikasi keluarga dan
pengaruhnya
terhadap
perkembangan emosi anak
pada keluarga Jawa). Ilmu
Komunikasi, 2 (1), 67-78.
Solopos.com. (2013). Mencegah
tawuran pelajar . Diunduh
dari www.solopos.com.
Sutardjo, I. 2008. Kajian budaya
Jawa . Solo: Fakultas Sastra
dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret.
Suwaid,
Muhammad.
Mendidik anak
(2009).
bersama
nabi; panduan lengkap
pendidikan anak disertai
kehidupan para salaf. Solo:
Pustaka Arafah.
Yana.
(2012).
Falsafah
dan
pandangan hidup orang
Jawa . Yogyakarta: Bintang
Cemerlang.
PENGELOLAAN EMOSI ANAK
(KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM)
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Dalam mencapai derajat Sarjana (S-1)
Diajukan oleh :
ANIS WILADATIKA PRAMESTI
F 100 104 035
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
i
POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MEMBANGUN
PENGELOLAAN EMOSI ANAK
(KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM)
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1
Disusun oleh:
ANIS WILADATIKA PRAMESTI
F 100 104 035
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MEMBANGUN
PENGELOLAAN EMOSI ANAK
(KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM)
Anis Wiladatika Pramesti
Moordiningsih
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pengelolaan emosi diajarkan oleh orang tua melalui proses komunikasi
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam budaya Jawa keterampilan
untuk mengelola emosi sangatlah penting agar tercipta keselarasan hidup
bersama. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi kemampuan untuk
mengelola emosi pada anak semakin menurun sehingga menimbulkan berbagai
permasalahan pada anak. Tawuran antar pelajar adalah suatu contoh
permasalahan yang sering muncul karena ketidakmampuan dalam mengelola
emosi. Emosi yang masih labil, kurangnya bimbingan dan perhatian dari orang
tua membuat pelajar mudah mengikuti ajakan untuk melakukan tawuran. Saat ini,
tidak hanya pelajar SMA yang terlibat kasus tawuran, pelajar SMP pun sudah
mulai terlibat tawuran.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami berbagai permasalahan
anak, mendapatkan pola komunikasi orang tua dan anak dalam membangun
pengelolaan emosi anak, dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya pengelolaan emosi anak yang optimal, seluruh tujuan penelitian
tersebut dikaitkan dengan konteks budaya Jawa dan pengaruh Islam. Subjek
penelitian ini adalah 90 orang tua yang memiliki anak berusia 12-15 tahun
(remaja awal), merupakan orang Jawa asli, beragama Islam, dan berdomisili di
karesidenan Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
memakai kuesioner terbuka sebagai alat pengumpul data utama dan wawancara
sebagai pendukung hasil kuesioner terbuka.
Hasil penelitian menemukan bahwa beberapa masalah yang dihadapi
anak adalah masalah yang berkaitan dengan pelajaran di sekolah, pergaulan,
kepercayaan diri, manajemen waktu, kontrol diri, dan kurangnya inisiatif.
Pengertian orang tua mengenai masalah anak, dukungan, penjelasan dari
tindakan anak, dan penghargaan atas usaha anak mempengaruhi perkembangan
pengelolaan emosi anak. Sebagian besar anak mengelola emosi dengan cara
diam ketika menghadapi masalah. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya pengelolaan emosi yang optimal adalah tanggapan orang tua ketika
anak mendapatkan masalah dengan menasihatinya dan anak dapat menerima
nasihat tersebut. Selain itu orang tua selalu memberi contoh kepada anak dengan
menjalankan perintah agama untuk mengelola emosi.
Kata kunci: pengelolaan emosi, pola komunikasi keluarga, budaya Jawa,
pengaruh Islam.
1
2
tesenggol,
Pendahuluan
Pengelolaan
emosi
rebutan
pemahaman yang sempit mengenai
merupakan suatu proses merubah
kesetiakawanan,
pengalaman
mencari
emosional,
ekspresi,
reaksi fisiologi, dan situasi yang
pasangan,
atau
gara–gara
sekadar
(Solopos.com,
2013).
memunculkan emosi tersebut untuk
Allah SWT berfirman dalam
menghasilkan respon yang sesuai
Qur’an surah Al-Hadid ayat 23:
dengan tuntutan yang ditimbulkan
“Agar kamu tidak bersedih hati
oleh perubahan lingkungan (Aldao,
terhadap apa yang luput dari kamu,
2013).
dan
Pengelolaan
emosi
tidak pula
kepadamu.
penting
menyukai
tumbuh
kembang
gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya
merupakan komponen yang sangat
bagi
terlalu
Dan
Allah
tidak
setiap
orang
yang
seorang anak agar anak tersebut
sombong dan membanggakan diri.”
mampu untuk beradaptasi dengan
Dalam ayat tersebut terdapat perintah
lingkungannya. Namun sayangnya,
agar manusia mampu mengelola
banyak sekali anak-anak yang kurang
emosi.
mampu untuk mengelola emosinya.
kesedihan, dan suka cita sebaiknya
Berdasarkan
tidak ditanggapi secara berlebihan.
Nasional
catatan
Perlindungan
Komisi
Anak
Kekecewaan,
Masyarakat
kemarahan,
jawa
adalah
sepanjang tahun 2012 terjadi 147
masyarakat
kasus tawuran yang mengakibatkan
mementingkan kepentingan bersama
82 anak meninggal dunia. Jumlah ini
daripada
mengalami peningkatan dari jumlah
Individu
Jawa
kasus
tahun
mengelola
emosinya
kasus
mampu melakukan penyesuaian diri
tawuran
sebelumnya
yakni
pada
128
sosial
yang
kepentingan
lebih
pribadi.
yang
akan
mampu
lebih
(Kompas.com, 2012). Kasus tawuran
dengan
yang tejadi antar pelajar biasanya
maupun lingkungannya (Casmini,
disebabkan oleh permasalahan sepele
2011). Pengelolaan emosi yang baik
seperti saling ejek, tidak sengaja
akan menghasilkan sikap manut,
baik
terhadap
dirinya
3
rukun, dan narima sehingga dapat
keluarga dan pengaruhnya terhadap
tercipta masyarakat yang harmonis
perkembangan emosi anak masih
(Sutardjo, 2008).
tergolong
Komunikasi yang efektif di
rendah.
Pada
kenyataannya, banyak keluarga yang
dalam keluarga dapat mengurangi
lebih
timbulnya tawuran antar pelajar.
kognitif anak daripada kemampuan
Selama masa krisis, konflik, dan
emosionalnya, dan banyak keluarga
stres
tidak
berlebihan,
komunikasi
mengutamakan
memiliki
kemampuan
batasan
keluarga yang baik sangatlah penting
komitmen
karena ketidakseimbangan emosional
komunikasi
pada masa tersebut mengakibatkan
perkembangan emosi anak, sehingga
hubungan dengan orang lain menjadi
komunikasi keluarga sering hanya
lebih sulit (Matthews, 1994).
dipahami sebagai rutinitas, bukan
Penggunaan bahasa yang baik
akan
mempengaruhi
proses
komunikasi, dari Abu Hurairah R.A.,
Rosulullah
SAW
dan hari akhir maka berkatalah
dengan baik atau diam,” (H.R.
Bukhori dan Muslim). Komunikasi
dengan bahasa yang baik akan lebih
jelas
keluarga
Pengelolaan Emosi
Pengelolaan
suatu
emosi
proses
adalah
pengenalan,
pemeliharaan, dan pengaturan emosi
positif maupun negatif, baik secara
otomatis atau dikontrol, yang tampak
maupun yang tersembunyi, yang
disadari
anak-anak. Selain itu anakpun dapat
(Gross dan John, 2003).
untuk
dan
bagi perkembangan anak.
mudah dipahami dan dimengerti oleh
belajar
mengenai
sebagai sesuatu yang memiliki arti
bersabda:
“barangsiapa beriman kepada Allah
yang
serta
menyampaikan
maupun
Pengelolaan
tidak
emosi
disadari
adalah
pendapatnya dengan menggunakan
serangkaian proses dimana emosi
bahasa yang baik.
diatur sesuai dengan tujuan individu,
Hasil
(2005)
penelitian
mengungkapkan
Setyowati
baik dengan cara otomatis atau
bahwa
dikontrol, disadari atau tidak disadari
pemahaman dan kesadaran keluarga
mengenai
pentingnya
komunikasi
dan melibatkan banyak komponen
yang
bekerja
terus
menerus
4
sepanjang waktu. Pengelolaan emosi
yang beriman. bertakwalah kepada
melibatkan
dalam
Tuhanmu".
waktu
berbuat
dinamika
perubahan
emosi
atau
orang-orang
baik
di
yang
dunia
ini
munculnya, besarnya, lamanya, dan
memperoleh kebaikan. dan bumi
mengimbangi
respon
Allah itu adalah luas. Sesungguhnya
pengalaman
atau
Pengelolaan
perilaku,
fisiologis.
emosi
mempengaruhi,
dapat
memperkuat
atau
hanya
individu
(Gross
dan
yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala
mereka tanpa batas.”
Allah SWT juga berjanji akan
memelihara emosi, tergantung pada
tujuan
orang-orang
memberi sifat yang baik kepada
orang yang sabar seperti dalam
Thompson, 2007).
pengertian
Qur’an surah Al-Fushilat ayat 35:
diatas, dapat disimpulkan bahwa
“Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak
pengelolaan
suatu
akan dianugerahkan kecuali kepada
proses mengenali, mengatur, dan
orang-orang yang sabar dan tidak
merubah emosi baik yang positif
dianugerahkan
maupun yang negatif agar sesuai
orang-orang
dengan tujuan. Pengelolaan emosi
keberuntungan yang besar.”
Berdasarkan
emosi
adalah
kecuali
yang
Berdasarkan
dapat dilakukan secara sadar maupun
kepada
mempunyai
pemaparan
tidak sadar. Dalam mengelola emosi
diatas, dapat disimpulkan bahwa
juga dilakukan pengelolaan ekspresi
bentuk
pengelolaan
emosi, perilaku, dan reaksi fisiologis
sangat
dianjurkan
akibat dari emosi
adalah bersabar atas setiap hal yang
yang sedang
emosi
dalam
yang
Islam
terjadi. Pada hakikatnya semua yang
terjadi.
Pengelolaan Emosi dalam Islam
Sabar
merupakan
bentuk
pengelolan
emosi
yang
sangat
dianjurkan
dalam
Islam
seperti
firman Allah SWT dalam Qur’an
terjadi atas kehendak Allah dan
Allah telah menyiapkan pahala bagi
orang-orang yang mampu bersabar.
Pengelolaan Emosi dalam Budaya
Jawa
surah Al-Baqarah ayat 155-157 yang
Emosi dasar dalam budaya
berbunyi: “"Hai hamba-hamba-Ku
Jawa sama seperti emosi dasar pada
5
umumnya, namun dalam pengelolaan
karena menganggap emosi sebagai
emosi
energi yang dapat diarahkan. Dalam
budaya
Jawa
memiliki
keunikan tersendiri. Dalam konteks
menghadapi
budaya Jawa pengelolaan emosi
cenderung
disebut dengan waskita ing nepsu.
perasaan malu untuk merusak nilai
nespu
adalah
yang ada sehingga tetap terjaga
seseorang
dalam
kerukunan
Waskita
ing
kemampuan
mengelola emosi sebagai sumber
energi dan informasi dalam mencapai
keseimbangan
hidup
satu
diam
masyarakat
karena
dan
adanya
keharmonisan
bersama.
Pengertian Komunikasi
(Casmini,
2011).
konflik,
Komunikasi
adalah
proses
memunculkan arti terhadap pendapat
Konsep rukun adalah salah
atau
kunci
Komunikasi
keseimbangan
dalam
menjamin
hidup.
pikiran
yang
disampaikan.
merupakan
Secara
penyampaian dan penerimaan pesan
psikologis,
kerukunan
dapat
atau kabar antara dua orang atau
menimbulkan
rasa
untuk
lebih
malu
dengan
cara
yang
sesuai
merusak tatanan keselarasan yang
sehingga pesan yang dimaksud dapat
ada sehingga ketika terjadi konflik
dimengerti (Djamarah, 2004).
orang Jawa cenderung memendam
Menurut Carl I. Hovland,
dan melupakan masalah tersebut
Komunikasi merupakan suatu proses
dengan sendirinya (Herdiyanto &
dimana
Yuniarti, 2012). Ciri-ciri perilaku
masyarakat
jawa
menurut
Rachmatullah (2010) adalah mulursehingga
mlungkret
membuat
seorang
menyampaikan stimulus, biasanya
lambang-lambang
semua cobaan hidup serta dapat
1986).
khas
narima
ing
pandum.
Masyarakat jawa memiliki
cara mengelola emosi yang unik
bentuk
orang lain yang menjadi penerima
stimulus
ciri
dalam
kata-kata untuk merubah perilaku
masyarakat Jawa tahan terhadap
memiliki
komunikator
(komunikan)
Komunikasi
(Effendi,
adalah
suatu
aktivitas yang memiliki maksud agar
setiap individu dapat melakukan
komunikasi dua arah atau banyak
6
arah yang saling menguntungkan dan
itu Rasulullah juga pernah bersabda:
akan melahirkan masukan serta hasil.
“barangsiapa beriman kepada Allah
Selain itu kita dapat mengetahui
dan hari akhir maka berkatalah
bagaimana interaksi dipergunakan
dengan baik atau diam,” (H.R.
secara
Bukhori dan Muslim).
efektif
mencapai
untuk
suatu
membantu
tujuan
tertentu
(Kuswata, 1990)
Celaan
komunikasi
Berdasarkan
adalah
yang
bentuk
buruk.
Ketika
beberapa
seorang ayah mencela atau berkata
pengertian diatas, dapat disimpulkan
buruk mengenai anaknya, sebenarnya
bahwa
merupakan
ia telah mencela dirinya sendiri.
penyampaian
Orang tua adalah pendidikan pertama
komunikasi
serangkaian
proses
pikiran, ide, dan informasi kepada
anak
orang lain dengan cara yang sesuai,
kepada anak akan menjadikan anak
dilakukan oleh seseorang kepada
terbiasa dengan kata-kata yang buruk
orang
dan akan mudah untuk menirunya
lain
agar
mendapat
pemahaman yang sama, penerimaan,
Islam telah mengatur tata cara
berkomunikasi
dan
Berdasarkan
diatas
Pola Komunikasi dalam Islam
menekankan
untuk berkata jujur seperti firman
perkataan
buruk
(Suwaid, 2009).
dan perubahan perilaku pada orang
yang diberi informasi.
sehingga
dapat
pemaparan
disimpulkan bahwa
terdapat beberapa hal penting yang
harus diperhatikan dalam komunikasi
diantara anak dengan orang tua
seperti
berkata
dengan
jujur,
Allah SWT yang terdapat pada
mengatakan hal-hal yang baik, serta
Qur’an surah Al-Ahzab ayat 70:
tidak mencela perbuatan anak yang
“Wahai orang-orang yang beriman!
tidak sesuai dengan keinginan orang
Bertakwalah kamu kepada Allah dan
ucapkanlah perkataan yang benar .”
Berkomunikasi
dengan
tua.
Pola Komunikasi dalam Budaya
Jawa
bahasa yang baik adalah salah satu
Masyarakat
jawa
sangat
hal penting yang diajarkan dalam
memperhatikan kesantunan bahasa
islam seperti pada ayat diatas, selain
yang
digunakan
untuk
7
berkomunikasi dengan orang lain.
Basa krama adalah bahasa
Berbicara kepada orang tua berbeda
percakapan dalam budaya Jawa yang
dengan berbicara pada anak-anak
memiliki tingkat kesantunan paling
atau teman sebaya karena terdapat
tinggi diantara ragam bahasa Jawa
unggah-ungguhing basa yang terbagi
yang lain. Basa krama dibentuk dari
menjadi tiga yaitu basa ngoko, basa
kata-kata
madya , dan basa krama (Setiyanto,
dengan krama inggil biasa digunakan
2010).
dalam percakapan kepada orang yang
Basa
Ngoko
disusun dari
kata-kata ngoko dan biasa digunakan
lebih
krama
dihargai
yang
dan
dicampur
dihormati
(Hardyanto dan Utami, 2001).
dalam percakapan orang tua kepada
Masyarakat jawa memiliki
anak, cucu, atau pada anak muda
tatanan tersendiri dalam berbicara.
lainnya.
ngoko
Terdapat tiga tingkatan bahasa dalam
digunakan dalam percakapan dengan
budaya Jawa yaitu basa ngoko, basa
orang-orang yang sepantaran, tidak
madya , dan basa krama . Masing-
memperhatikan kedudukan dan usia.
masing
Percakapan atasan kepada bawahan
fungsi dan kesantunan yang berbeda-
pun
beda.
Selain
itu
menggunakan
basa
basa
ngoko
(Setiyanto, 2010).
tingkat
bahasa
memiliki
Keluarga Dalam Konteks Budaya
Basa Madya adalah bahasa
yang dibentuk dari kata-kata madya
dicampur dengan kata-kata krama
Jawa Dan Pengaruh Islam
Keluarga
Jawa
menurut
Damami
(2002)
adalah
sebuah
namun tidak terdapat krama inggil.
keluarga
yang
beretnis
Jawa,
Basa
dalam
memiliki komitmen terhadap budaya
percakapan terhadap orang yang
Jawa, memiliki orientasi kepada
dianggap
kultur Surakarta dan Yogyakarta
Madya
lebih
digunakan
tua
atau
yang
dihormati. Selain itu juga digunakan
serta tinggal di pulau Jawa.
dalam percakapan dengan orang
Keselarasan hidup bersama
yang belum akrab (Hardyanto dan
adalah cita-cita orang jawa yang
Utami, 2001).
terwujud didalam memayu hayuning
bawana
(memperindah keindahan
8
dunia). Konsep rukun adalah salah
sholatku, ibadahku, hidupku dan
satu
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
kunci
dalam
menjamin
keselarasan sosial tersebut. Secara
semesta alam.”
psikologis,
kerukunan
dapat
Berdasarkan pengertian diatas
menimbulkan
rasa
untuk
dapat disimpulkan bahwa keluarga
merusak tatanan keselarasan yang
jawa adalah sebuah keluarga yang
ada sehingga ketika terjadi konflik
beretnis Jawa dengan orientasi kultur
orang Jawa cenderung memendam
budaya Surakarta dan Yogyakarta,
dan melupakan masalah tersebut
memiliki ciri khas, aturan, dan
dengan sendirinya (Herdiyanto &
hierarki masyarakat yang berbeda
Yuniarti, 2012)
dari etnis lain. Kerukunan adalah
malu
terdapat
kunci keselarasan masyarakat Jawa.
percaya bahwa segala hidup manusia
Secara sosial keagamaan masyarakat
di dunia ini sudah diatur oleh Yang
jawa dibagi menjadi dua yaitu kaum
Maha Kuasa, sehingga muncul sikap
santri dan abangan. Beberapa sikap
Masyarakat
rila,
narima
Jawa
dan
sabar
yang
masyarakat
jawa
selaras
dengan
sekaligus menjadi dasar budi pekerti
ajaran agama Islam yaitu narima dan
orang-orang Jawa dan mendasari
rila
keperibadian mereka (De Jong dalam
sebagai Ikhlas dan sikap sabar.
Martaniah, 1984; Mulder, 1996,
2001ª; Endraswara, 2003; Soesilo,
2003; Casmini, 2011).
yang
dalam
Islam
disebut
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di
wilayah Surakarta untuk melihat
Sikap rila dan narima dalam
bagaimana bentuk pola komunikasi
budaya Jawa selaras dengan ajaran
keluarga
agama Islam yang lebih dikenal
pengelolaan emosi anak (konteks
dengan ikhlas. Sikap ikhlas bertujuan
budaya Jawa dan pengaruh Islam).
untuk mendapat ridho Allah SWT
Menggunakan pendekatan kualitatif
seperti kandungan dalam Qur’an
surah Al-An’am ayat 162, Allah
SWT berfirman sebagai berikut:
“Katakanlah:
Sesungguhnya
dalam
membangun
dengan alat ukur kuesioner terbuka
dan wawancara.
9
dan beragama Islam. Sedangkan
Informan
Total
digunakan
informan
dalam
penelitian
yang
informan pendukung berjumlah 3
ini
orang tua yang sebelumnya telah
adalah 90 orang, yang terdiri dari
diberikan kuesioner terbuka.
orang
Hasil
tua
dan
memiliki
karakteristik: orang Jawa, menetap di
Karesidenan
Surakarta,
memiliki
anak usia 12-15 tahun (remaja awal),
Kategori
Frekuensi
Persentase
1. Memahami masalah anak dalam konteks budaya Jawa
dan pengaruh Islam
a. Masalah yang sering dihadapi anak
1) Pelajaran
2) Pergaulan
3) Kepercayaan diri
4) Manajemen waktu
5) Kontrol diri
6) Kurang inisiatif
41
21
9
9
7
3
45,6%
23,3%
10,0%
10,0%
7,8%
3,3%
40
16
15
11
7
1
44,4%
17,8%
16,7%
12,2%
7,8%
1,1%
56
21
8
5
62,2%
23,3%
8,9%
5,6%
47
27
16
52,2%
30,0%
17,8%
49
29
12
54,4%
32,2%
13,3%
2. Pola komunikasi orang tua dan anak dalam membangun
pengelolaan emosi anak dalam konteks budaya Jawa
dan pengaruh Islam.
a. Hal yang sering saya bicarakan dengan anak
1) Pendidikan
2) Sosialisasi dengan masyarakat
3) Mentaati agama
4) Orientasi masa depan
5) Budi pekerti luhur
6) Kehormatan dan harga diri
b. Cara orang tua menasihati anak ketika anak
melakukan hal yang tidak sesuai
1) Memberitahu akibat perbuatannya
2) Menasihati dengan kasih sayang
3) Memarahi
4) mengkonfirmasi
c. Hal yang dikatakan orang tua ketika anak membuat
bangga
1) Mengucap syukur
2) Memuji
3) menasihati
d. Hal yang dikatakan orang tua untuk memotivasi anak
mencapai tujuannya
1) Ikhtiar sebaik mungkin
2) Menyemangati
3) Memberi hadiah
10
e. Pemahaman orang tua mengenai pengelolaan emosi
1) Pengendalian emosi
2) Mengelola hawa nafsu
3) Pengendalian diri
f. Cara anak mengelola emosi
1) Diam
2) Menyibukkan diri
3) Belum dapat mengendalikan emosi
4) Mengendalikan diri, bersabar
5) Bercerita
6) Beribadah
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya
pengelolaan emosi anak yang optimal dalam keluarga
dengan konteks budaya Jawa dan pengaruh Islam.
a. Tanggapan orang tua saat anak mendapat masalah
dan berpengaruh terhadap emosi anak
1) Menasihati
2) Menenangkan
3) Mengajak diskusi
4) Mendiamkan
5) Memotivasi
b. Reaksi anak setelah orang tua memberi tanggapan
atas masalah anak
1) Menasihati, menerima
2) Menenangkan, menerima
3) Mengajak diskusi, menerima
4) Menasihati, biasa saja
5) Menenangkan, biasa saja
6) Mendiamkan, biasa saja
7) Menasihati, menolak
8) Menenangkan, menolak
9) Motivasi, menerima
c. Cara orang tua membantu anak mencapai
pengelolaan emosi yang baik
1) Memberi contoh dan tugas
2) Menasihati
3) Mengawasi
4) Memotivasi
5) Tawakal
d. Nilai-nilai agama Islam dan atau budaya Jawa yang
mempengaruhi orang tua mengelola emosi
1) Menjalankan perintah agama
2) Menahan emosi
3) Unggah-ungguh
dengan
Pembahasan
Memahami
47,8%
28,9%
23,3%
28
22
16
12
7
5
31,1%
24,4%
17,8%
13,3%
7,8%
5,6%
51
24
12
2
1
56,7%
26,7%
13,1%
2,2%
1,1%
45
19
12
4
3
2
2
2
1
50,0%
21,1%
13,3%
4,4%
3,3%
2,2%
2,2%
2,2%
1,1%
33
31
13
12
1
36,7%
34,4%
14,4%
13,3%
1,1%
40
36
14
44,4%
40,0%
15,6%
sering
melakukan
anak
komunikasi antara orang tua dan
dalam konteks budaya Jawa dan
anak. Berdasarkan hasil penelitian
pengaruh
dengan
Islam
masalah
43
26
21
dapat
diketahui
menggunakan
kuesioner
11
terbuka
dan
diketahui
wawancara
bahwa
sebagian
dapat
melakukan komunikasi dua arah atau
besar
banyak
arah
yang
saling
kasus anak berhubungan dengan
menguntungkan dan akan melahirkan
pendidikan. Hal ini sesuai dengan
masukan serta hasil. Selain itu kita
penjelasan Santrock (2002) bahwa
dapat
masa transisi dari sekolah dasar ke
interaksi dipergunakan secara efektif
sekolah lanjutan dapat menyulitkan
untuk membantu mencapai suatu
dan menimbulkan stress pada banyak
tujuan tertentu. Karena anak-anak
murid karena banyak perubahan yang
yang
terjadi
Murid-
perkembangan remaja awal masih
murid menjadi kurang puas terhadap
menempuh jenjang pendidikan maka
sekolah, kurang bertanggung jawab
tujuan komunikasi disini tentunya
terhadap
adalah agar anak dapat mengikuti
secara
serempak.
sekolah,
dan
kurang
mengetahui
berada
Masalah yang sering dihadapi
akan
Hal
pelajaran.
dengan
masa
yang ada di sekolah sehingga tidak
anak berhubungan dengan pelajaran.
selaras
pada
dan memahami seluruh pelajaran
menyukai guru-guru mereka.
ini
bagaimana
hasil
kuesioner terbuka dan wawancara
lagi
bermasalah
dengan
Selama proses belajar, setiap
bahwa
anak pasti pernah melakukan sesuatu
pendidikian adalah hal yang paling
hal yang tidak diinginkan oleh orang
sering
sedang
tua. Saat anak melakukan kesalahan
berkumpul bersama dengan anggota
tersebut ada berbagai macam reaksi
keluarga. Pendidikan sering menjadi
yang diberikan oleh orang tua,
pembahasan dalam keluarga karena
berdasarkan hasil kuesioner terbuka
orang tua ingin membantu anak
dan wawancara yang menunjukkan
mengatasi
paling
orang tua paling sering menasihati
sering dihadapi oleh anak-anaknya.
anak dengan memberitahu akibat apa
Hal tersebut sesuai dengan pendapat
yang akan diterima oleh anak atas
Kuswata (1990) bahwa komunikasi
sikap tersebut. Hal ini sesuai dengan
adalah suatu aktivitas yang memiliki
pendapat Hauser dan rekan-rakannya
maksud agar setiap individu dapat
(Hauser & Bowlds, 1990; Hauser,
yang
menunjukkan
dibahas
hasil
ketika
masalah
yang
12
dkk, 1984; dalam Santrock, 2002)
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-
menjelaskan bahwa
Ku
proses-proses
niscaya
aku
ingat
(pula)
didalam keluarga terutama orang tua
kepadamu,
yang menggunakan perilaku-perilaku
kepada-Ku, dan janganlah kamu
yang
mengingkari (nikmat)-Ku.”
memudahkan
(enabling
dan
bersyukurlah
menjelaskan,
Hubungan orang tua dan anak
menerima, dan berempati lebih dapat
merupakan salah satu pembangun
membantu remaja mengembangkan
pengelolaan emosi yang baik karena
identitasnya daripada orang tua yang
adanya
membatasi (constraining behaviors).
memotivasi dan mendukung anggota
Dalam hal ini orang tua menjelaskan
keluarga yang lain. Berdasarkan hasil
akibat yang akan anak peroleh dari
kuesioner terbuka dan wawancara
perilakunya yang tidak sesuai dengan
didapatkan hasil bahwa orang tua
harapan agar anak dapat berpikir dan
memotivasi anak dengan kata-kata
menyimpulkan hal yang sebaiknya
yang mengandung makna untuk
dilakukan dan mencapai pengelolaan
berikhtiar
emosi yang baik.
mendapat hasil yang diinginkan. Hal
behaviors)
seperti
Anak tidak selalu melakukan
ini
usaha
sebaik
merupakan
saling
mungkin
suatu
agar
bentuk
kesalahan, terkadang anak juga dapat
dukungan
membuat
bangga.
keluarga agar anak mau berusaha
Berdasarkan hasil kuesioner terbuka
untuk mencapai apa yang diinginkan
dan wawancara menunjukkan bahwa
sesuai
sebagian orang tua mengucap syukur
(Rutter, 1993; dalam Ristianti, 2009)
ketika anak dapat membuat bangga.
yang menyatakan bahwa, dukungan
Sebagian besar orang tua mengucap
sosial
syukur karena perilaku anak yang
kebutuhan
dapat membuat bangga merupakan
afeksi, persetujuan, kepemilikan dan
suatu berkah yang diberikan oleh
keamanan didapat melalui interaksi
Allah SWT, seperti firman Allah
dan komunikasi dengan orang lain.
SWT
Islam mengajarkan ketika seseorang
orang
dalam
tua
Qur’an
surah
Al-
Baqaroh ayat 152 yang berbunyi:
yang
untuk
dengan
adalah
dasar
diberikan
pendapat
derajat
Thoits
dimana
individu
menginginkan sesuatu
oleh
hal
akan
maka
13
orang
tersebut
semaksimal
harus
mungkin
berusaha
dan wawancara didapatkan hasil
sehingga
bahwa sebagian besar orang tua
sebagian besar orang tua memotivasi
berpendapat
anak
yang
emosi adalah pengendalian emosi.
terus
Hal tersebut sesuai dengan pendapat
berusaha dan tidak mudah menyerah.
Gross dan Thompson (2007) yang
Hal ini sesuai dengan firman Allah
menyatakan
SWT dalam Quran surah Ar-Ra’d
emosi adalah serangkaian proses
ayat
berbunyi:“Bagi
dimana emosi diatur sesuai dengan
manusia ada malaikat-malaikat yang
tujuan individu, baik dengan cara
selalu mengikutinya bergiliran, di
otomatis atau dikontrol, disadari atau
muka dan di belakangnya, mereka
tidak disadari dan melibatkan banyak
menjaganya
komponen
dengan
kata-kata
mengandung makna
11
yang
untuk
atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah
bahwa
pengelolaan
bahwa
yang
Pengelolaan
bekerja
terus
menerus sepanjang waktu.
kaum sehingga
Setiap anak memiliki cara
mereka merubah keadaan yang ada
tersendiri dalam mengelola emosi
pada
keadaan
sesuatu
mereka
sendiri.
dan
karena setiap anak dididik dengan
Allah
menghendaki
cara yang berbeda-beda oleh orang
keburukan terhadap sesuatu kaum,
tuanya. Berdasarkan hasil kuesioner
Maka
dapat
terbuka dan wawancara didapatkan
menolaknya; dan sekali-kali tak ada
hasil bahwa sebagian besar anak
pelindung bagi mereka selain Dia.”
mengelola
diri
apabila
tak
ada
yang
Kemampuan
mengelolaan
berdiam
emosi
diri
dengan
untuk
merenung,
emosi merupakan hal yang sangat
introspeksi
penting bagi anak-anak agar tetap
mengungkapkan
bisa
lingkungan
dihadapi. Hal ini sesuai dengan
Pengembangan
penjelasan Herdiyanto & Yuniarti
bergaul
dengan
disekitarnya.
diri
cara
atau
masalah
tidak
yang
kemampuan ini sangat dipengaruhi
(2012)
oleh pemahaman orang tua mengenai
orang Jawa cenderung memendam
pengelolaan
sendiri.
dan melupakan masalah yang sedang
Berdasarkan hasil kuesioner terbuka
terjadi demi menjaga keseimbangan
emosi
itu
yang menyatakan bahwa
14
dan
tatanan
keselarasan
dalam
konsep hidup rukun bersama-sama.
Konsep
kerukunan
menimbulkan
rasa
malu
memunculkan
konflik
selain
masyarakat
yang
terjadi
konflik
sehingga
tidak
memperkeruh keadaan.
dapat
Keluarga merupakan tempat
untuk
anak untuk belajar mengelola emosi
ada
dengan
baik.
Komunikasi
yang
akan
efektif dan penuh dengan kasih
mengucilkan orang-orang yang tidak
sayang akan sangat membantu ketika
dapat menjaga kerukunan bersama.
anak
itu
mendapatkan
masalah.
Berbagai bentuk komunikasi
Berdasarkan hasil kuesioner terbuka
dapat mempengaruhi perkembangan
dan wawancara didapatkan hasil
pengelolaan
anak.
bahwa ketika anak mendapatkan
mengenai
masalah dan berpengaruh terhadap
Pengertian
emosi
orang
pada
tua
dari
keadaan emosi anak, hal yang biasa
anak,
orang tua lakukan adalah menasihati
penghargaan atas usaha anak, dan
anak dan anak dapat menerima,
mendukung anak untuk mencapai
menjalankan,
tujuannya
mengambil pelajaran dari nasihat
masalah
anak,
penjelasan
tindakan
yang
dilakukan
adalah
suatu
bentuk
dan
bahkan
bisa
non
yang diberikan oleh orang tua. Hal
verbal yang dapat membantu anak
tersebut sesuai dengan pendapat
mencapai pengelolaan emosi yang
Matthews (1994) yang menyatakan
baik.
bahwa Pada saat keadaan penuh
komunikasi
verbal
Pemahaman
maupun
orang
tua
mengenai pengelolaan emosi sebagai
tekanan,
suatu bentuk pengendalian emosi
keluarga yang hangat dan terbuka
mempengaruhi cara orang tua dalam
menjadi
membentuk
tersebut
komunikasi yang efektif, saat yang
sesuai budaya yang ada. Budaya
sulit akan semakin sulit. Dengan pola
Jawa adalah budaya yang sangat
komunikasi yang efektif membantu
menjunjung
anggota
kemampuan
kerukunan
hidup
bersama sehingga sebagian besar
komunikasi
sangat
keluarga
penting.
agar
didalam
Tanpa
mampu
mengelola emosi pada saat tertekan.
masyarakatnya lebih memilih diam
Anak-anak belajar mengelola
sebagai cara mengelola emosi saat
emosi dari orang-orang disekitarnya
15
terutama orang tua. Dalam hal ini
ber-Tuhan
orang tua mempunyain beberapa cara
Jawa memasukkan ajaran agama
untuk membantu anak mencapai
kedalam
pengelolaan
termasuk dalam mengelola emosi.
emosi
yang
baik,
membuat
kehidupan
Beberapa
berdasarkan hasil kuesioner terbuka
masyarakat
sehari-hari
faktor
yang
dan wawancara hal yang paling
mempengaruhi
sering dilakukan orang tua adalah
pengelolaan emosi yang optimal
memberi contoh dan tugas kepada
dalam keluarga Jawa dan pengaruh
anak agar anak mampu mengelola
Islam adalah nasihat yang diberikan
emosi dengan baik. Hal ini serupa
orang
dengan pendapat Setyowati (2005)
masalah dan mempengaruhi emosi
bahwa nilai-nilai yang ditanamkan
anak. Sebagian besar anak dapat
orang tua akan lebih banyak dicerna
menerima nasihat ini, tidak hanya
dan dianut oleh anak. Perlakuan
menerima tapi juga menjalankan dan
setiap anggota keluarga, terutama
dapat
orang tua, akan dicontoh oleh anak
nasihat tersebut. Selain itu orang tua
dan mempengaruhi perkembangan
juga memberikan contoh dan tugas
emosi.
untuk melatih anak mengelola emosi.
Mengelola emosi dilakukan
tua
terbentuknya
saat
mengambil
Beberapa
contoh
anak
mendapat
pelajaran
nyata
dari
yang
dengan banyak cara dan berbeda-
dilakukan orang tua untuk mengelola
beda pada setiap orang. Berdasarkan
emosi adalah dengan menjalankan
hasil
perintah agama.
kuesioner
terbuka
dan
wawancara didapatkan hasil bahwa
sebagian besar orang tua mengelola
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa
menjalankan
dan pembahasan penelitian maka
perintah agama. Hal ini sesuai
dapat disimpulkan mengenai pola
dengan pendapat Yana (2012) bahwa
komunikasi
masyarakat Jawa memiliki tiga aras
membangun pengelolaan emosi anak
dasar utama, yaitu aras sadar ber-
(konteks budaya Jawa dan Pengaruh
Tuhan, aras kesadaran semesta dan
Islam) adalah sebagai berikut:
emosi
dengan
cara
aras keberadaan manusia. Aras sadar
keluarga
dalam
16
1. Masalah anak dalam konteks
tindakan anak, penghargaan atas
keluarga Jawa dan pengaruh
usaha anak, dukungan untuk
Islam sama seperti kebanyakan
pencapaian
tujuan
anak
adalah
merupakan
suatu
masalah yang berkaitan dengan
komunikasi
pelajaran di sekolah, pergaulan,
mengembangkan
kepercayaan
manajemen
emosi pada anak. Selain itu
diri,
pemahaman orang tua mengenai
remaja
waktu,
awal
diri,
kontrol
dan
pengelolaan
metode
pengendalian
sekolah
dasar
menengah
antara
dapat
pengelolaan
emosi
sebagai
emosi
sekolah
memunculkan sikap diam pada
menjadi
anak
dan
pertama
bentuk
yang
kurangnya inisiatif. Perubahan
pengajaran
anak
untuk
mengendalikan
salah satu penyebab banyaknya
emosi yang sedang dirasakan.
masalah yang berkaitan dengan
Sikap
pelajaran. Selain itu anak juga
dipengaruhi oleh budaya Jawa
sudah
bisa
dan pengaruh Islam yang telah
terhadap
melekat dalam kehidupan sehari-
Berbagai
hari.
dituntut
bertanggung
dirinya
untuk
jawab
sendiri.
perubahan yang terjadi secara
cepat
dan
bersamaan
menimbulkan
sebagian
3. Faktor-
ini
faktor
mempengaruhi
sangat
yang
terbentuknya
bagi
pengelolaan emosi anak yang
namun
optimal dalam keluarga Jawa
tekanan
anak
ini
diam
permasalahan terbesarnya adalah
dan
pelajaran.
pertama adalah nasihat yang
2. Pola komunikasi orang tua dan
anak
dalam
membangun
pengaruh
Islam
yang
diberikan orang tua saat anak
mendapat
masalah
dan
emosi
anak.
anak
dapat
pengelolaan emosi anak dalam
mempengaruhi
konteks
Sebagian
besar
menerima
nasihat
ini,
tidak
menerima
tapi
juga
pengaruh
budaya
Islam,
Jawa
dan
meliputi
pengertian orang tua mengenai
hanya
masalah anak, penjelasan dari
menjalankan
dan
dapat
17
mengambil
pelajaran
dari
nasihat tersebut. Kedua setelah
orang tua menasihati, orang tua
juga memberikan contoh dan
tugas
untuk
mengelola
melatih
emosi.
anak
Beberapa
contoh nyata yang dilakukan
orang
emosi
tua
untuk
mengelola
adalah
menjalankan
dengan
perintah
agama
karena ajaran agama telah masuk
kedalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Jawa.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bukhori. (2012). Ensiklopedia
hadist 2; Shahih al-bukhori 2.
Jakarta: Almahira.
Aldao, A. (2013). The future of
emotion regulation research:
Capturing
context.
Association for Psychological
Science, 8 (2), 155-172.
An-Naisaburi,
M.
(2012).
Ensiklopedia hadist 4; Shahih
muslim 2. Jakarta: Almahira
Casmini. 2011. Kecerdasan emosi
dan kepribadian sehat dalam
konteks budaya Jawa di
Yogyakarta
(Disertasi).
Yogyakarta: UGM.
Damami, M. (2002). Makna agama
dalam
masyarakat
jawa .
Yogyakarta: Lesfi.
Departemen Agama. (2000). AlQur’an dan terjemahannya.
Bandung: Diponegoro.
Djamarah, S. B. (2004). Pola
komunikasi orang tua dan anak
dalam
keluarga
(Sebuah
perspektif pendidikan islam).
Jakarta: Rineka Cipta.
Effendi, O. U. (1986). Ilmu
komunikasi, teori, dan praktek.
Bandung: Remaja Karya.
Gross, J.J., & O.P. John. (2003).
Individual difference in two
emotion regulation processes:
Implications
for
affect,
relationship, and well-being.
Journal of Personality and
Social Psychology, 85, 348362.
Gross, J.J., & Thompson, R.A. (in
press).
(2007).
Emotion
regulation:
Conceptual
foundations. In J.J. Gross
(Ed.), Handbook of emotion
regulation.
New
York:
Guilford Press.
Hardyanto & E. S. Utami. 2001.
Kamus kecik bahasa Jawa
ngoko-krama .
Semarang:
Lembaga
Pengembangan
Sastra dan Budaya.
Herdiyanto, Y.K., & K.W. Yuniarti.
2012.
Budaya
dan
perdamaian dalam kearifan
lokal masyarakat Jawa
menghadapi
perubahan
pasca gempa. Humanitas.
Vol. IX, No. 1, pp. 28-42.
Kompas.com. (2012). 82 Pelajar
tewas
sia-sia
karena
18
tawuran. Diunduh dari
megapolitan.kompas.com.
Kuswata, A. T. (1990). Komunikasi
islam dari zaman ke zaman.
Jakarta:
Arikha
Media
Cipta.
Matthews, D. W. (1994). Family
comunication during times
of stress. North Carolina
Cooperative
Extension
Service, HE-424.
Ristianti. (2009). hubungan antara
dukungan sosial teman
sebaya dengan identitas diri
pada remaja di sma pusaka
1
jakarta
(Naskah
Publikasi).
Jakarta:
Universitas Gunadarma
Santrock, J.W. (2002). Life-span
development.
Jakarta:
Erlangga.
Setiyanto, A. B. (2010). Parama
sastra
bahasa
Jawa .
Yogyakarta: Panji Pustaka.
Setyowati,
Y.
(2005).Pola
Komunikasi keluarga dan
perkembangan emosi anak
(Studi kasus penerapan pola
komunikasi keluarga dan
pengaruhnya
terhadap
perkembangan emosi anak
pada keluarga Jawa). Ilmu
Komunikasi, 2 (1), 67-78.
Solopos.com. (2013). Mencegah
tawuran pelajar . Diunduh
dari www.solopos.com.
Sutardjo, I. 2008. Kajian budaya
Jawa . Solo: Fakultas Sastra
dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret.
Suwaid,
Muhammad.
Mendidik anak
(2009).
bersama
nabi; panduan lengkap
pendidikan anak disertai
kehidupan para salaf. Solo:
Pustaka Arafah.
Yana.
(2012).
Falsafah
dan
pandangan hidup orang
Jawa . Yogyakarta: Bintang
Cemerlang.