POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MEMBANGUN PENGELOLAAN EMOSI ANAK Pola Komunikasi Keluarga Dalam Membangun Pengelolaan Emosi Anak (Konteks Budaya Jawa Dan Pengaruh Islam).

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MEMBANGUN
PENGELOLAAN EMOSI ANAK
(KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM)

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Dalam mencapai derajat Sarjana (S-1)

Diajukan oleh :
ANIS WILADATIKA PRAMESTI
F 100 104 035

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

i

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MEMBANGUN
PENGELOLAAN EMOSI ANAK

(KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1

Disusun oleh:

ANIS WILADATIKA PRAMESTI
F 100 104 035

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

ii

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MEMBANGUN

PENGELOLAAN EMOSI ANAK
(KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM)
Anis Wiladatika Pramesti
Moordiningsih
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pengelolaan emosi diajarkan oleh orang tua melalui proses komunikasi
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam budaya Jawa keterampilan
untuk mengelola emosi sangatlah penting agar tercipta keselarasan hidup
bersama. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi kemampuan untuk
mengelola emosi pada anak semakin menurun sehingga menimbulkan berbagai
permasalahan pada anak. Tawuran antar pelajar adalah suatu contoh
permasalahan yang sering muncul karena ketidakmampuan dalam mengelola
emosi. Emosi yang masih labil, kurangnya bimbingan dan perhatian dari orang
tua membuat pelajar mudah mengikuti ajakan untuk melakukan tawuran. Saat ini,
tidak hanya pelajar SMA yang terlibat kasus tawuran, pelajar SMP pun sudah
mulai terlibat tawuran.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami berbagai permasalahan
anak, mendapatkan pola komunikasi orang tua dan anak dalam membangun
pengelolaan emosi anak, dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya pengelolaan emosi anak yang optimal, seluruh tujuan penelitian

tersebut dikaitkan dengan konteks budaya Jawa dan pengaruh Islam. Subjek
penelitian ini adalah 90 orang tua yang memiliki anak berusia 12-15 tahun
(remaja awal), merupakan orang Jawa asli, beragama Islam, dan berdomisili di
karesidenan Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
memakai kuesioner terbuka sebagai alat pengumpul data utama dan wawancara
sebagai pendukung hasil kuesioner terbuka.
Hasil penelitian menemukan bahwa beberapa masalah yang dihadapi
anak adalah masalah yang berkaitan dengan pelajaran di sekolah, pergaulan,
kepercayaan diri, manajemen waktu, kontrol diri, dan kurangnya inisiatif.
Pengertian orang tua mengenai masalah anak, dukungan, penjelasan dari
tindakan anak, dan penghargaan atas usaha anak mempengaruhi perkembangan
pengelolaan emosi anak. Sebagian besar anak mengelola emosi dengan cara
diam ketika menghadapi masalah. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya pengelolaan emosi yang optimal adalah tanggapan orang tua ketika
anak mendapatkan masalah dengan menasihatinya dan anak dapat menerima
nasihat tersebut. Selain itu orang tua selalu memberi contoh kepada anak dengan
menjalankan perintah agama untuk mengelola emosi.
Kata kunci: pengelolaan emosi, pola komunikasi keluarga, budaya Jawa,
pengaruh Islam.


1

2

tesenggol,

Pendahuluan
Pengelolaan

emosi

rebutan

pemahaman yang sempit mengenai

merupakan suatu proses merubah

kesetiakawanan,

pengalaman


mencari

emosional,

ekspresi,

reaksi fisiologi, dan situasi yang

pasangan,

atau

gara–gara

sekadar

(Solopos.com,

2013).


memunculkan emosi tersebut untuk

Allah SWT berfirman dalam

menghasilkan respon yang sesuai

Qur’an surah Al-Hadid ayat 23:

dengan tuntutan yang ditimbulkan

“Agar kamu tidak bersedih hati

oleh perubahan lingkungan (Aldao,

terhadap apa yang luput dari kamu,

2013).

dan


Pengelolaan

emosi

tidak pula

kepadamu.

penting

menyukai

tumbuh

kembang

gembira

terhadap apa yang diberikan-Nya


merupakan komponen yang sangat
bagi

terlalu

Dan

Allah

tidak

setiap

orang

yang

seorang anak agar anak tersebut


sombong dan membanggakan diri.”

mampu untuk beradaptasi dengan

Dalam ayat tersebut terdapat perintah

lingkungannya. Namun sayangnya,

agar manusia mampu mengelola

banyak sekali anak-anak yang kurang

emosi.

mampu untuk mengelola emosinya.

kesedihan, dan suka cita sebaiknya

Berdasarkan


tidak ditanggapi secara berlebihan.

Nasional

catatan
Perlindungan

Komisi
Anak

Kekecewaan,

Masyarakat

kemarahan,

jawa

adalah


sepanjang tahun 2012 terjadi 147

masyarakat

kasus tawuran yang mengakibatkan

mementingkan kepentingan bersama

82 anak meninggal dunia. Jumlah ini

daripada

mengalami peningkatan dari jumlah

Individu

Jawa

kasus

tahun

mengelola

emosinya

kasus

mampu melakukan penyesuaian diri

tawuran

sebelumnya

yakni

pada
128

sosial

yang

kepentingan

lebih

pribadi.

yang
akan

mampu
lebih

(Kompas.com, 2012). Kasus tawuran

dengan

yang tejadi antar pelajar biasanya

maupun lingkungannya (Casmini,

disebabkan oleh permasalahan sepele

2011). Pengelolaan emosi yang baik

seperti saling ejek, tidak sengaja

akan menghasilkan sikap manut,

baik

terhadap

dirinya

3

rukun, dan narima sehingga dapat

keluarga dan pengaruhnya terhadap

tercipta masyarakat yang harmonis

perkembangan emosi anak masih

(Sutardjo, 2008).

tergolong

Komunikasi yang efektif di

rendah.

Pada

kenyataannya, banyak keluarga yang

dalam keluarga dapat mengurangi

lebih

timbulnya tawuran antar pelajar.

kognitif anak daripada kemampuan

Selama masa krisis, konflik, dan

emosionalnya, dan banyak keluarga

stres

tidak

berlebihan,

komunikasi

mengutamakan

memiliki

kemampuan

batasan

keluarga yang baik sangatlah penting

komitmen

karena ketidakseimbangan emosional

komunikasi

pada masa tersebut mengakibatkan

perkembangan emosi anak, sehingga

hubungan dengan orang lain menjadi

komunikasi keluarga sering hanya

lebih sulit (Matthews, 1994).

dipahami sebagai rutinitas, bukan

Penggunaan bahasa yang baik
akan

mempengaruhi

proses

komunikasi, dari Abu Hurairah R.A.,
Rosulullah

SAW

dan hari akhir maka berkatalah

dengan baik atau diam,” (H.R.
Bukhori dan Muslim). Komunikasi
dengan bahasa yang baik akan lebih

jelas
keluarga

Pengelolaan Emosi
Pengelolaan
suatu

emosi

proses

adalah

pengenalan,

pemeliharaan, dan pengaturan emosi
positif maupun negatif, baik secara
otomatis atau dikontrol, yang tampak
maupun yang tersembunyi, yang
disadari

anak-anak. Selain itu anakpun dapat

(Gross dan John, 2003).

untuk

dan

bagi perkembangan anak.

mudah dipahami dan dimengerti oleh

belajar

mengenai

sebagai sesuatu yang memiliki arti

bersabda:

“barangsiapa beriman kepada Allah

yang

serta

menyampaikan

maupun

Pengelolaan

tidak

emosi

disadari

adalah

pendapatnya dengan menggunakan

serangkaian proses dimana emosi

bahasa yang baik.

diatur sesuai dengan tujuan individu,

Hasil
(2005)

penelitian

mengungkapkan

Setyowati

baik dengan cara otomatis atau

bahwa

dikontrol, disadari atau tidak disadari

pemahaman dan kesadaran keluarga
mengenai

pentingnya

komunikasi

dan melibatkan banyak komponen
yang

bekerja

terus

menerus

4

sepanjang waktu. Pengelolaan emosi

yang beriman. bertakwalah kepada

melibatkan

dalam

Tuhanmu".

waktu

berbuat

dinamika

perubahan
emosi

atau

orang-orang
baik

di

yang

dunia

ini

munculnya, besarnya, lamanya, dan

memperoleh kebaikan. dan bumi

mengimbangi

respon

Allah itu adalah luas. Sesungguhnya

pengalaman

atau

Pengelolaan

perilaku,
fisiologis.

emosi

mempengaruhi,

dapat

memperkuat

atau

hanya

individu

(Gross

dan

yang

bersabarlah yang dicukupkan pahala
mereka tanpa batas.”

Allah SWT juga berjanji akan

memelihara emosi, tergantung pada
tujuan

orang-orang

memberi sifat yang baik kepada
orang yang sabar seperti dalam

Thompson, 2007).
pengertian

Qur’an surah Al-Fushilat ayat 35:

diatas, dapat disimpulkan bahwa

“Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak

pengelolaan

suatu

akan dianugerahkan kecuali kepada

proses mengenali, mengatur, dan

orang-orang yang sabar dan tidak

merubah emosi baik yang positif

dianugerahkan

maupun yang negatif agar sesuai

orang-orang

dengan tujuan. Pengelolaan emosi

keberuntungan yang besar.”

Berdasarkan

emosi

adalah

kecuali
yang

Berdasarkan

dapat dilakukan secara sadar maupun

kepada

mempunyai

pemaparan

tidak sadar. Dalam mengelola emosi

diatas, dapat disimpulkan bahwa

juga dilakukan pengelolaan ekspresi

bentuk

pengelolaan

emosi, perilaku, dan reaksi fisiologis

sangat

dianjurkan

akibat dari emosi

adalah bersabar atas setiap hal yang

yang sedang

emosi
dalam

yang
Islam

terjadi. Pada hakikatnya semua yang

terjadi.
Pengelolaan Emosi dalam Islam
Sabar

merupakan

bentuk

pengelolan

emosi

yang

sangat

dianjurkan

dalam

Islam

seperti

firman Allah SWT dalam Qur’an

terjadi atas kehendak Allah dan
Allah telah menyiapkan pahala bagi
orang-orang yang mampu bersabar.
Pengelolaan Emosi dalam Budaya
Jawa

surah Al-Baqarah ayat 155-157 yang

Emosi dasar dalam budaya

berbunyi: “"Hai hamba-hamba-Ku

Jawa sama seperti emosi dasar pada

5

umumnya, namun dalam pengelolaan

karena menganggap emosi sebagai

emosi

energi yang dapat diarahkan. Dalam

budaya

Jawa

memiliki

keunikan tersendiri. Dalam konteks

menghadapi

budaya Jawa pengelolaan emosi

cenderung

disebut dengan waskita ing nepsu.

perasaan malu untuk merusak nilai

nespu

adalah

yang ada sehingga tetap terjaga

seseorang

dalam

kerukunan

Waskita

ing

kemampuan

mengelola emosi sebagai sumber
energi dan informasi dalam mencapai
keseimbangan

hidup

satu

diam

masyarakat

karena

dan

adanya

keharmonisan

bersama.
Pengertian Komunikasi

(Casmini,

2011).

konflik,

Komunikasi

adalah

proses

memunculkan arti terhadap pendapat
Konsep rukun adalah salah

atau

kunci

Komunikasi

keseimbangan

dalam

menjamin

hidup.

pikiran

yang

disampaikan.
merupakan

Secara

penyampaian dan penerimaan pesan

psikologis,

kerukunan

dapat

atau kabar antara dua orang atau

menimbulkan

rasa

untuk

lebih

malu

dengan

cara

yang

sesuai

merusak tatanan keselarasan yang

sehingga pesan yang dimaksud dapat

ada sehingga ketika terjadi konflik

dimengerti (Djamarah, 2004).

orang Jawa cenderung memendam

Menurut Carl I. Hovland,

dan melupakan masalah tersebut

Komunikasi merupakan suatu proses

dengan sendirinya (Herdiyanto &

dimana

Yuniarti, 2012). Ciri-ciri perilaku
masyarakat

jawa

menurut

Rachmatullah (2010) adalah mulursehingga

mlungkret

membuat

seorang

menyampaikan stimulus, biasanya
lambang-lambang

semua cobaan hidup serta dapat

1986).

khas

narima

ing

pandum.

Masyarakat jawa memiliki
cara mengelola emosi yang unik

bentuk

orang lain yang menjadi penerima
stimulus

ciri

dalam

kata-kata untuk merubah perilaku

masyarakat Jawa tahan terhadap

memiliki

komunikator

(komunikan)

Komunikasi

(Effendi,

adalah

suatu

aktivitas yang memiliki maksud agar
setiap individu dapat melakukan
komunikasi dua arah atau banyak

6

arah yang saling menguntungkan dan

itu Rasulullah juga pernah bersabda:

akan melahirkan masukan serta hasil.

“barangsiapa beriman kepada Allah

Selain itu kita dapat mengetahui

dan hari akhir maka berkatalah

bagaimana interaksi dipergunakan

dengan baik atau diam,” (H.R.

secara

Bukhori dan Muslim).

efektif

mencapai

untuk

suatu

membantu

tujuan

tertentu

(Kuswata, 1990)

Celaan
komunikasi

Berdasarkan

adalah
yang

bentuk

buruk.

Ketika

beberapa

seorang ayah mencela atau berkata

pengertian diatas, dapat disimpulkan

buruk mengenai anaknya, sebenarnya

bahwa

merupakan

ia telah mencela dirinya sendiri.

penyampaian

Orang tua adalah pendidikan pertama

komunikasi

serangkaian

proses

pikiran, ide, dan informasi kepada

anak

orang lain dengan cara yang sesuai,

kepada anak akan menjadikan anak

dilakukan oleh seseorang kepada

terbiasa dengan kata-kata yang buruk

orang

dan akan mudah untuk menirunya

lain

agar

mendapat

pemahaman yang sama, penerimaan,

Islam telah mengatur tata cara
berkomunikasi

dan

Berdasarkan
diatas

Pola Komunikasi dalam Islam

menekankan

untuk berkata jujur seperti firman

perkataan

buruk

(Suwaid, 2009).

dan perubahan perilaku pada orang
yang diberi informasi.

sehingga

dapat

pemaparan

disimpulkan bahwa

terdapat beberapa hal penting yang
harus diperhatikan dalam komunikasi
diantara anak dengan orang tua
seperti

berkata

dengan

jujur,

Allah SWT yang terdapat pada

mengatakan hal-hal yang baik, serta

Qur’an surah Al-Ahzab ayat 70:

tidak mencela perbuatan anak yang

“Wahai orang-orang yang beriman!

tidak sesuai dengan keinginan orang

Bertakwalah kamu kepada Allah dan
ucapkanlah perkataan yang benar .”

Berkomunikasi

dengan

tua.
Pola Komunikasi dalam Budaya
Jawa

bahasa yang baik adalah salah satu

Masyarakat

jawa

sangat

hal penting yang diajarkan dalam

memperhatikan kesantunan bahasa

islam seperti pada ayat diatas, selain

yang

digunakan

untuk

7

berkomunikasi dengan orang lain.

Basa krama adalah bahasa

Berbicara kepada orang tua berbeda

percakapan dalam budaya Jawa yang

dengan berbicara pada anak-anak

memiliki tingkat kesantunan paling

atau teman sebaya karena terdapat

tinggi diantara ragam bahasa Jawa

unggah-ungguhing basa yang terbagi

yang lain. Basa krama dibentuk dari

menjadi tiga yaitu basa ngoko, basa

kata-kata

madya , dan basa krama (Setiyanto,

dengan krama inggil biasa digunakan

2010).

dalam percakapan kepada orang yang
Basa

Ngoko

disusun dari

kata-kata ngoko dan biasa digunakan

lebih

krama

dihargai

yang

dan

dicampur

dihormati

(Hardyanto dan Utami, 2001).

dalam percakapan orang tua kepada

Masyarakat jawa memiliki

anak, cucu, atau pada anak muda

tatanan tersendiri dalam berbicara.

lainnya.

ngoko

Terdapat tiga tingkatan bahasa dalam

digunakan dalam percakapan dengan

budaya Jawa yaitu basa ngoko, basa

orang-orang yang sepantaran, tidak

madya , dan basa krama . Masing-

memperhatikan kedudukan dan usia.

masing

Percakapan atasan kepada bawahan

fungsi dan kesantunan yang berbeda-

pun

beda.

Selain

itu

menggunakan

basa

basa

ngoko

(Setiyanto, 2010).

tingkat

bahasa

memiliki

Keluarga Dalam Konteks Budaya

Basa Madya adalah bahasa

yang dibentuk dari kata-kata madya
dicampur dengan kata-kata krama

Jawa Dan Pengaruh Islam
Keluarga

Jawa

menurut

Damami

(2002)

adalah

sebuah

namun tidak terdapat krama inggil.

keluarga

yang

beretnis

Jawa,

Basa

dalam

memiliki komitmen terhadap budaya

percakapan terhadap orang yang

Jawa, memiliki orientasi kepada

dianggap

kultur Surakarta dan Yogyakarta

Madya

lebih

digunakan

tua

atau

yang

dihormati. Selain itu juga digunakan

serta tinggal di pulau Jawa.

dalam percakapan dengan orang

Keselarasan hidup bersama

yang belum akrab (Hardyanto dan

adalah cita-cita orang jawa yang

Utami, 2001).

terwujud didalam memayu hayuning
bawana

(memperindah keindahan

8

dunia). Konsep rukun adalah salah

sholatku, ibadahku, hidupku dan

satu

matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan

kunci

dalam

menjamin

keselarasan sosial tersebut. Secara

semesta alam.”

psikologis,

kerukunan

dapat

Berdasarkan pengertian diatas

menimbulkan

rasa

untuk

dapat disimpulkan bahwa keluarga

merusak tatanan keselarasan yang

jawa adalah sebuah keluarga yang

ada sehingga ketika terjadi konflik

beretnis Jawa dengan orientasi kultur

orang Jawa cenderung memendam

budaya Surakarta dan Yogyakarta,

dan melupakan masalah tersebut

memiliki ciri khas, aturan, dan

dengan sendirinya (Herdiyanto &

hierarki masyarakat yang berbeda

Yuniarti, 2012)

dari etnis lain. Kerukunan adalah

malu

terdapat

kunci keselarasan masyarakat Jawa.

percaya bahwa segala hidup manusia

Secara sosial keagamaan masyarakat

di dunia ini sudah diatur oleh Yang

jawa dibagi menjadi dua yaitu kaum

Maha Kuasa, sehingga muncul sikap

santri dan abangan. Beberapa sikap

Masyarakat

rila,

narima

Jawa

dan

sabar

yang

masyarakat

jawa

selaras

dengan

sekaligus menjadi dasar budi pekerti

ajaran agama Islam yaitu narima dan

orang-orang Jawa dan mendasari

rila

keperibadian mereka (De Jong dalam

sebagai Ikhlas dan sikap sabar.

Martaniah, 1984; Mulder, 1996,
2001ª; Endraswara, 2003; Soesilo,
2003; Casmini, 2011).

yang

dalam

Islam

disebut

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di
wilayah Surakarta untuk melihat

Sikap rila dan narima dalam

bagaimana bentuk pola komunikasi

budaya Jawa selaras dengan ajaran

keluarga

agama Islam yang lebih dikenal

pengelolaan emosi anak (konteks

dengan ikhlas. Sikap ikhlas bertujuan

budaya Jawa dan pengaruh Islam).

untuk mendapat ridho Allah SWT

Menggunakan pendekatan kualitatif

seperti kandungan dalam Qur’an
surah Al-An’am ayat 162, Allah
SWT berfirman sebagai berikut:
“Katakanlah:

Sesungguhnya

dalam

membangun

dengan alat ukur kuesioner terbuka
dan wawancara.

9

dan beragama Islam. Sedangkan

Informan
Total
digunakan

informan
dalam

penelitian

yang

informan pendukung berjumlah 3

ini

orang tua yang sebelumnya telah

adalah 90 orang, yang terdiri dari

diberikan kuesioner terbuka.

orang

Hasil

tua

dan

memiliki

karakteristik: orang Jawa, menetap di
Karesidenan

Surakarta,

memiliki

anak usia 12-15 tahun (remaja awal),
Kategori

Frekuensi

Persentase

1. Memahami masalah anak dalam konteks budaya Jawa
dan pengaruh Islam
a. Masalah yang sering dihadapi anak
1) Pelajaran
2) Pergaulan
3) Kepercayaan diri
4) Manajemen waktu
5) Kontrol diri
6) Kurang inisiatif

41
21
9
9
7
3

45,6%
23,3%
10,0%
10,0%
7,8%
3,3%

40
16
15
11
7
1

44,4%
17,8%
16,7%
12,2%
7,8%
1,1%

56
21
8
5

62,2%
23,3%
8,9%
5,6%

47
27
16

52,2%
30,0%
17,8%

49
29
12

54,4%
32,2%
13,3%

2. Pola komunikasi orang tua dan anak dalam membangun
pengelolaan emosi anak dalam konteks budaya Jawa
dan pengaruh Islam.
a. Hal yang sering saya bicarakan dengan anak
1) Pendidikan
2) Sosialisasi dengan masyarakat
3) Mentaati agama
4) Orientasi masa depan
5) Budi pekerti luhur
6) Kehormatan dan harga diri
b. Cara orang tua menasihati anak ketika anak
melakukan hal yang tidak sesuai
1) Memberitahu akibat perbuatannya
2) Menasihati dengan kasih sayang
3) Memarahi
4) mengkonfirmasi
c. Hal yang dikatakan orang tua ketika anak membuat
bangga
1) Mengucap syukur
2) Memuji
3) menasihati
d. Hal yang dikatakan orang tua untuk memotivasi anak
mencapai tujuannya
1) Ikhtiar sebaik mungkin
2) Menyemangati
3) Memberi hadiah

10

e. Pemahaman orang tua mengenai pengelolaan emosi
1) Pengendalian emosi
2) Mengelola hawa nafsu
3) Pengendalian diri
f. Cara anak mengelola emosi
1) Diam
2) Menyibukkan diri
3) Belum dapat mengendalikan emosi
4) Mengendalikan diri, bersabar
5) Bercerita
6) Beribadah
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya
pengelolaan emosi anak yang optimal dalam keluarga
dengan konteks budaya Jawa dan pengaruh Islam.
a. Tanggapan orang tua saat anak mendapat masalah
dan berpengaruh terhadap emosi anak
1) Menasihati
2) Menenangkan
3) Mengajak diskusi
4) Mendiamkan
5) Memotivasi
b. Reaksi anak setelah orang tua memberi tanggapan
atas masalah anak
1) Menasihati, menerima
2) Menenangkan, menerima
3) Mengajak diskusi, menerima
4) Menasihati, biasa saja
5) Menenangkan, biasa saja
6) Mendiamkan, biasa saja
7) Menasihati, menolak
8) Menenangkan, menolak
9) Motivasi, menerima
c. Cara orang tua membantu anak mencapai
pengelolaan emosi yang baik
1) Memberi contoh dan tugas
2) Menasihati
3) Mengawasi
4) Memotivasi
5) Tawakal
d. Nilai-nilai agama Islam dan atau budaya Jawa yang
mempengaruhi orang tua mengelola emosi
1) Menjalankan perintah agama
2) Menahan emosi
3) Unggah-ungguh

dengan

Pembahasan
Memahami

47,8%
28,9%
23,3%

28
22
16
12
7
5

31,1%
24,4%
17,8%
13,3%
7,8%
5,6%

51
24
12
2
1

56,7%
26,7%
13,1%
2,2%
1,1%

45
19
12
4
3
2
2
2
1

50,0%
21,1%
13,3%
4,4%
3,3%
2,2%
2,2%
2,2%
1,1%

33
31
13
12
1

36,7%
34,4%
14,4%
13,3%
1,1%

40
36
14

44,4%
40,0%
15,6%

sering

melakukan

anak

komunikasi antara orang tua dan

dalam konteks budaya Jawa dan

anak. Berdasarkan hasil penelitian

pengaruh

dengan

Islam

masalah

43
26
21

dapat

diketahui

menggunakan

kuesioner

11

terbuka

dan

diketahui

wawancara

bahwa

sebagian

dapat

melakukan komunikasi dua arah atau

besar

banyak

arah

yang

saling

kasus anak berhubungan dengan

menguntungkan dan akan melahirkan

pendidikan. Hal ini sesuai dengan

masukan serta hasil. Selain itu kita

penjelasan Santrock (2002) bahwa

dapat

masa transisi dari sekolah dasar ke

interaksi dipergunakan secara efektif

sekolah lanjutan dapat menyulitkan

untuk membantu mencapai suatu

dan menimbulkan stress pada banyak

tujuan tertentu. Karena anak-anak

murid karena banyak perubahan yang

yang

terjadi

Murid-

perkembangan remaja awal masih

murid menjadi kurang puas terhadap

menempuh jenjang pendidikan maka

sekolah, kurang bertanggung jawab

tujuan komunikasi disini tentunya

terhadap

adalah agar anak dapat mengikuti

secara

serempak.

sekolah,

dan

kurang

mengetahui

berada

Masalah yang sering dihadapi

akan

Hal

pelajaran.

dengan

masa

yang ada di sekolah sehingga tidak

anak berhubungan dengan pelajaran.
selaras

pada

dan memahami seluruh pelajaran

menyukai guru-guru mereka.

ini

bagaimana

hasil

kuesioner terbuka dan wawancara

lagi

bermasalah

dengan

Selama proses belajar, setiap

bahwa

anak pasti pernah melakukan sesuatu

pendidikian adalah hal yang paling

hal yang tidak diinginkan oleh orang

sering

sedang

tua. Saat anak melakukan kesalahan

berkumpul bersama dengan anggota

tersebut ada berbagai macam reaksi

keluarga. Pendidikan sering menjadi

yang diberikan oleh orang tua,

pembahasan dalam keluarga karena

berdasarkan hasil kuesioner terbuka

orang tua ingin membantu anak

dan wawancara yang menunjukkan

mengatasi

paling

orang tua paling sering menasihati

sering dihadapi oleh anak-anaknya.

anak dengan memberitahu akibat apa

Hal tersebut sesuai dengan pendapat

yang akan diterima oleh anak atas

Kuswata (1990) bahwa komunikasi

sikap tersebut. Hal ini sesuai dengan

adalah suatu aktivitas yang memiliki

pendapat Hauser dan rekan-rakannya

maksud agar setiap individu dapat

(Hauser & Bowlds, 1990; Hauser,

yang

menunjukkan

dibahas

hasil

ketika

masalah

yang

12

dkk, 1984; dalam Santrock, 2002)

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-

menjelaskan bahwa

Ku

proses-proses

niscaya

aku

ingat

(pula)

didalam keluarga terutama orang tua

kepadamu,

yang menggunakan perilaku-perilaku

kepada-Ku, dan janganlah kamu

yang

mengingkari (nikmat)-Ku.”

memudahkan

(enabling

dan

bersyukurlah

menjelaskan,

Hubungan orang tua dan anak

menerima, dan berempati lebih dapat

merupakan salah satu pembangun

membantu remaja mengembangkan

pengelolaan emosi yang baik karena

identitasnya daripada orang tua yang

adanya

membatasi (constraining behaviors).

memotivasi dan mendukung anggota

Dalam hal ini orang tua menjelaskan

keluarga yang lain. Berdasarkan hasil

akibat yang akan anak peroleh dari

kuesioner terbuka dan wawancara

perilakunya yang tidak sesuai dengan

didapatkan hasil bahwa orang tua

harapan agar anak dapat berpikir dan

memotivasi anak dengan kata-kata

menyimpulkan hal yang sebaiknya

yang mengandung makna untuk

dilakukan dan mencapai pengelolaan

berikhtiar

emosi yang baik.

mendapat hasil yang diinginkan. Hal

behaviors)

seperti

Anak tidak selalu melakukan

ini

usaha

sebaik

merupakan

saling

mungkin

suatu

agar

bentuk

kesalahan, terkadang anak juga dapat

dukungan

membuat

bangga.

keluarga agar anak mau berusaha

Berdasarkan hasil kuesioner terbuka

untuk mencapai apa yang diinginkan

dan wawancara menunjukkan bahwa

sesuai

sebagian orang tua mengucap syukur

(Rutter, 1993; dalam Ristianti, 2009)

ketika anak dapat membuat bangga.

yang menyatakan bahwa, dukungan

Sebagian besar orang tua mengucap

sosial

syukur karena perilaku anak yang

kebutuhan

dapat membuat bangga merupakan

afeksi, persetujuan, kepemilikan dan

suatu berkah yang diberikan oleh

keamanan didapat melalui interaksi

Allah SWT, seperti firman Allah

dan komunikasi dengan orang lain.

SWT

Islam mengajarkan ketika seseorang

orang

dalam

tua

Qur’an

surah

Al-

Baqaroh ayat 152 yang berbunyi:

yang

untuk

dengan

adalah
dasar

diberikan

pendapat

derajat

Thoits

dimana

individu

menginginkan sesuatu

oleh

hal

akan

maka

13

orang

tersebut

semaksimal

harus

mungkin

berusaha

dan wawancara didapatkan hasil

sehingga

bahwa sebagian besar orang tua

sebagian besar orang tua memotivasi

berpendapat

anak

yang

emosi adalah pengendalian emosi.

terus

Hal tersebut sesuai dengan pendapat

berusaha dan tidak mudah menyerah.

Gross dan Thompson (2007) yang

Hal ini sesuai dengan firman Allah

menyatakan

SWT dalam Quran surah Ar-Ra’d

emosi adalah serangkaian proses

ayat

berbunyi:“Bagi

dimana emosi diatur sesuai dengan

manusia ada malaikat-malaikat yang

tujuan individu, baik dengan cara

selalu mengikutinya bergiliran, di

otomatis atau dikontrol, disadari atau

muka dan di belakangnya, mereka

tidak disadari dan melibatkan banyak

menjaganya

komponen

dengan

kata-kata

mengandung makna

11

yang

untuk

atas perintah Allah.

Sesungguhnya Allah tidak merubah

bahwa

pengelolaan

bahwa

yang

Pengelolaan

bekerja

terus

menerus sepanjang waktu.

kaum sehingga

Setiap anak memiliki cara

mereka merubah keadaan yang ada

tersendiri dalam mengelola emosi

pada

keadaan

sesuatu

mereka

sendiri.

dan

karena setiap anak dididik dengan

Allah

menghendaki

cara yang berbeda-beda oleh orang

keburukan terhadap sesuatu kaum,

tuanya. Berdasarkan hasil kuesioner

Maka

dapat

terbuka dan wawancara didapatkan

menolaknya; dan sekali-kali tak ada

hasil bahwa sebagian besar anak

pelindung bagi mereka selain Dia.”

mengelola

diri

apabila

tak

ada

yang

Kemampuan

mengelolaan

berdiam

emosi
diri

dengan

untuk

merenung,

emosi merupakan hal yang sangat

introspeksi

penting bagi anak-anak agar tetap

mengungkapkan

bisa

lingkungan

dihadapi. Hal ini sesuai dengan

Pengembangan

penjelasan Herdiyanto & Yuniarti

bergaul

dengan

disekitarnya.

diri

cara

atau
masalah

tidak
yang

kemampuan ini sangat dipengaruhi

(2012)

oleh pemahaman orang tua mengenai

orang Jawa cenderung memendam

pengelolaan

sendiri.

dan melupakan masalah yang sedang

Berdasarkan hasil kuesioner terbuka

terjadi demi menjaga keseimbangan

emosi

itu

yang menyatakan bahwa

14

dan

tatanan

keselarasan

dalam

konsep hidup rukun bersama-sama.
Konsep

kerukunan

menimbulkan

rasa

malu

memunculkan

konflik

selain

masyarakat

yang

terjadi

konflik

sehingga

tidak

memperkeruh keadaan.

dapat

Keluarga merupakan tempat

untuk

anak untuk belajar mengelola emosi

ada

dengan

baik.

Komunikasi

yang

akan

efektif dan penuh dengan kasih

mengucilkan orang-orang yang tidak

sayang akan sangat membantu ketika

dapat menjaga kerukunan bersama.

anak

itu

mendapatkan

masalah.

Berbagai bentuk komunikasi

Berdasarkan hasil kuesioner terbuka

dapat mempengaruhi perkembangan

dan wawancara didapatkan hasil

pengelolaan

anak.

bahwa ketika anak mendapatkan

mengenai

masalah dan berpengaruh terhadap

Pengertian

emosi
orang

pada
tua

dari

keadaan emosi anak, hal yang biasa

anak,

orang tua lakukan adalah menasihati

penghargaan atas usaha anak, dan

anak dan anak dapat menerima,

mendukung anak untuk mencapai

menjalankan,

tujuannya

mengambil pelajaran dari nasihat

masalah

anak,

penjelasan

tindakan

yang

dilakukan

adalah

suatu

bentuk

dan

bahkan

bisa

non

yang diberikan oleh orang tua. Hal

verbal yang dapat membantu anak

tersebut sesuai dengan pendapat

mencapai pengelolaan emosi yang

Matthews (1994) yang menyatakan

baik.

bahwa Pada saat keadaan penuh

komunikasi

verbal

Pemahaman

maupun

orang

tua

mengenai pengelolaan emosi sebagai

tekanan,

suatu bentuk pengendalian emosi

keluarga yang hangat dan terbuka

mempengaruhi cara orang tua dalam

menjadi

membentuk

tersebut

komunikasi yang efektif, saat yang

sesuai budaya yang ada. Budaya

sulit akan semakin sulit. Dengan pola

Jawa adalah budaya yang sangat

komunikasi yang efektif membantu

menjunjung

anggota

kemampuan

kerukunan

hidup

bersama sehingga sebagian besar

komunikasi

sangat

keluarga

penting.

agar

didalam

Tanpa

mampu

mengelola emosi pada saat tertekan.

masyarakatnya lebih memilih diam

Anak-anak belajar mengelola

sebagai cara mengelola emosi saat

emosi dari orang-orang disekitarnya

15

terutama orang tua. Dalam hal ini

ber-Tuhan

orang tua mempunyain beberapa cara

Jawa memasukkan ajaran agama

untuk membantu anak mencapai

kedalam

pengelolaan

termasuk dalam mengelola emosi.

emosi

yang

baik,

membuat

kehidupan

Beberapa

berdasarkan hasil kuesioner terbuka

masyarakat

sehari-hari

faktor

yang

dan wawancara hal yang paling

mempengaruhi

sering dilakukan orang tua adalah

pengelolaan emosi yang optimal

memberi contoh dan tugas kepada

dalam keluarga Jawa dan pengaruh

anak agar anak mampu mengelola

Islam adalah nasihat yang diberikan

emosi dengan baik. Hal ini serupa

orang

dengan pendapat Setyowati (2005)

masalah dan mempengaruhi emosi

bahwa nilai-nilai yang ditanamkan

anak. Sebagian besar anak dapat

orang tua akan lebih banyak dicerna

menerima nasihat ini, tidak hanya

dan dianut oleh anak. Perlakuan

menerima tapi juga menjalankan dan

setiap anggota keluarga, terutama

dapat

orang tua, akan dicontoh oleh anak

nasihat tersebut. Selain itu orang tua

dan mempengaruhi perkembangan

juga memberikan contoh dan tugas

emosi.

untuk melatih anak mengelola emosi.
Mengelola emosi dilakukan

tua

terbentuknya

saat

mengambil

Beberapa

contoh

anak

mendapat

pelajaran

nyata

dari

yang

dengan banyak cara dan berbeda-

dilakukan orang tua untuk mengelola

beda pada setiap orang. Berdasarkan

emosi adalah dengan menjalankan

hasil

perintah agama.

kuesioner

terbuka

dan

wawancara didapatkan hasil bahwa
sebagian besar orang tua mengelola

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa

menjalankan

dan pembahasan penelitian maka

perintah agama. Hal ini sesuai

dapat disimpulkan mengenai pola

dengan pendapat Yana (2012) bahwa

komunikasi

masyarakat Jawa memiliki tiga aras

membangun pengelolaan emosi anak

dasar utama, yaitu aras sadar ber-

(konteks budaya Jawa dan Pengaruh

Tuhan, aras kesadaran semesta dan

Islam) adalah sebagai berikut:

emosi

dengan

cara

aras keberadaan manusia. Aras sadar

keluarga

dalam

16

1. Masalah anak dalam konteks

tindakan anak, penghargaan atas

keluarga Jawa dan pengaruh

usaha anak, dukungan untuk

Islam sama seperti kebanyakan

pencapaian

tujuan

anak

adalah

merupakan

suatu

masalah yang berkaitan dengan

komunikasi

pelajaran di sekolah, pergaulan,

mengembangkan

kepercayaan

manajemen

emosi pada anak. Selain itu

diri,

pemahaman orang tua mengenai

remaja

waktu,

awal

diri,

kontrol

dan

pengelolaan

metode

pengendalian

sekolah

dasar

menengah

antara

dapat

pengelolaan

emosi

sebagai
emosi

sekolah

memunculkan sikap diam pada

menjadi

anak

dan

pertama

bentuk

yang

kurangnya inisiatif. Perubahan
pengajaran

anak

untuk

mengendalikan

salah satu penyebab banyaknya

emosi yang sedang dirasakan.

masalah yang berkaitan dengan

Sikap

pelajaran. Selain itu anak juga

dipengaruhi oleh budaya Jawa

sudah

bisa

dan pengaruh Islam yang telah

terhadap

melekat dalam kehidupan sehari-

Berbagai

hari.

dituntut

bertanggung
dirinya

untuk

jawab

sendiri.

perubahan yang terjadi secara
cepat

dan

bersamaan

menimbulkan
sebagian

3. Faktor-

ini

faktor

mempengaruhi

sangat

yang

terbentuknya

bagi

pengelolaan emosi anak yang

namun

optimal dalam keluarga Jawa

tekanan
anak

ini

diam

permasalahan terbesarnya adalah

dan

pelajaran.

pertama adalah nasihat yang

2. Pola komunikasi orang tua dan
anak

dalam

membangun

pengaruh

Islam

yang

diberikan orang tua saat anak
mendapat

masalah

dan

emosi

anak.

anak

dapat

pengelolaan emosi anak dalam

mempengaruhi

konteks

Sebagian

besar

menerima

nasihat

ini,

tidak

menerima

tapi

juga

pengaruh

budaya
Islam,

Jawa

dan

meliputi

pengertian orang tua mengenai

hanya

masalah anak, penjelasan dari

menjalankan

dan

dapat

17

mengambil

pelajaran

dari

nasihat tersebut. Kedua setelah
orang tua menasihati, orang tua
juga memberikan contoh dan
tugas

untuk

mengelola

melatih

emosi.

anak

Beberapa

contoh nyata yang dilakukan
orang
emosi

tua

untuk

mengelola

adalah

menjalankan

dengan

perintah

agama

karena ajaran agama telah masuk
kedalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Jawa.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bukhori. (2012). Ensiklopedia
hadist 2; Shahih al-bukhori 2.
Jakarta: Almahira.
Aldao, A. (2013). The future of
emotion regulation research:
Capturing
context.
Association for Psychological
Science, 8 (2), 155-172.
An-Naisaburi,
M.
(2012).
Ensiklopedia hadist 4; Shahih
muslim 2. Jakarta: Almahira
Casmini. 2011. Kecerdasan emosi
dan kepribadian sehat dalam
konteks budaya Jawa di
Yogyakarta
(Disertasi).
Yogyakarta: UGM.
Damami, M. (2002). Makna agama
dalam
masyarakat
jawa .
Yogyakarta: Lesfi.

Departemen Agama. (2000). AlQur’an dan terjemahannya.
Bandung: Diponegoro.
Djamarah, S. B. (2004). Pola
komunikasi orang tua dan anak
dalam
keluarga
(Sebuah
perspektif pendidikan islam).
Jakarta: Rineka Cipta.
Effendi, O. U. (1986). Ilmu
komunikasi, teori, dan praktek.
Bandung: Remaja Karya.
Gross, J.J., & O.P. John. (2003).
Individual difference in two
emotion regulation processes:
Implications
for
affect,
relationship, and well-being.
Journal of Personality and
Social Psychology, 85, 348362.
Gross, J.J., & Thompson, R.A. (in
press).
(2007).
Emotion
regulation:
Conceptual
foundations. In J.J. Gross
(Ed.), Handbook of emotion
regulation.
New
York:
Guilford Press.
Hardyanto & E. S. Utami. 2001.
Kamus kecik bahasa Jawa
ngoko-krama .
Semarang:
Lembaga
Pengembangan
Sastra dan Budaya.
Herdiyanto, Y.K., & K.W. Yuniarti.
2012.
Budaya
dan
perdamaian dalam kearifan
lokal masyarakat Jawa
menghadapi
perubahan
pasca gempa. Humanitas.
Vol. IX, No. 1, pp. 28-42.
Kompas.com. (2012). 82 Pelajar
tewas
sia-sia
karena

18

tawuran. Diunduh dari
megapolitan.kompas.com.

Kuswata, A. T. (1990). Komunikasi
islam dari zaman ke zaman.
Jakarta:
Arikha
Media
Cipta.
Matthews, D. W. (1994). Family
comunication during times
of stress. North Carolina
Cooperative
Extension
Service, HE-424.
Ristianti. (2009). hubungan antara
dukungan sosial teman
sebaya dengan identitas diri
pada remaja di sma pusaka
1
jakarta
(Naskah
Publikasi).
Jakarta:
Universitas Gunadarma
Santrock, J.W. (2002). Life-span
development.
Jakarta:
Erlangga.
Setiyanto, A. B. (2010). Parama
sastra
bahasa
Jawa .
Yogyakarta: Panji Pustaka.
Setyowati,
Y.
(2005).Pola
Komunikasi keluarga dan
perkembangan emosi anak
(Studi kasus penerapan pola
komunikasi keluarga dan
pengaruhnya
terhadap
perkembangan emosi anak
pada keluarga Jawa). Ilmu
Komunikasi, 2 (1), 67-78.
Solopos.com. (2013). Mencegah
tawuran pelajar . Diunduh
dari www.solopos.com.
Sutardjo, I. 2008. Kajian budaya
Jawa . Solo: Fakultas Sastra
dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret.
Suwaid,

Muhammad.
Mendidik anak

(2009).
bersama

nabi; panduan lengkap
pendidikan anak disertai
kehidupan para salaf. Solo:
Pustaka Arafah.

Yana.

(2012).
Falsafah
dan
pandangan hidup orang
Jawa . Yogyakarta: Bintang
Cemerlang.