PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa) TERHADAP VOLUME URIN MENCIT HIPERURISEMIA Pengaruh Ekstrak Jintan Hitam (Nigella sativa) Terhadap Volume Urin Mencit Hiperurisemia.

PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa )
TERHADAP VOLUME URIN MENCIT HIPERURISEMIA

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:
ABDINA SULISTYANING PRIHATINI
K 100080140

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2012

PENGARUH EKSTRAK JINTAN HITAM (Nigella sativa) TERHADAP
VOLUME URIN MENCIT HIPERURISEMIA
EFFECT OF BLACK SEEDS (Nigella sativa) EXTRACT TOWARD URINE
VOLUME IN HYPERURICEMIC MICE

ABSTRAK
Nurcahyanti Wahyuningtyas, Muhtadi, EM. Sutrisna, Andi Suhendi, dan

Abdina Sulistyaning Prihatini
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Ekstrak jintan hitam terbukti mempunyai efek antihiperurisemia dan efek
diuretik. Ekstrak jintan hitam sebagai antihiperurisemia kemungkinan
menyebabkan efek samping diuresis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian ekstrak jintan hitam terhadap volume urin pada mencit saat
hiperurisemia. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan
rancangan acak lengkap pola searah. Lima belas ekor mencit dibagi acak menjadi
3 kelompok. Kelompok kontrol normal diberi aqua p.i 1 mL/20 gBB (i.p) dan
aquadest 0,5 mL/20 gBB (p.o). Kelompok kontrol negatif diberi potassium
oxonate 250 mg/kgBB (i.p) dan aquadest 0,5 mL/20 gBB (p.o). Kelompok
perlakuan diberi potassium oxonate 250 mg/kgBB (i.p) dan ekstrak jintan hitam
200 mg/kgBB (p.o). Volume urin ditampung selama 3 hari. Data volume urin
kumulatif dianalisis statistik Kruskal-Wallis dan Mann Whitney. Pada kondisi
hiperurisemia, volume urin kelompok kontrol negatif lebih tinggi terhadap kontrol
normal (p=0,007), sedangkan volume urin kelompok perlakuan ekstrak jintan
hitam lebih rendah terhadap kontrol negatif (p=0,011). Ekstrak jintan hitam 200
mg/kgBB sebagai antihiperurisemia tidak mempengaruhi volume urin pada
mencit saat hiperurisemia.
Kata kunci : Nigella sativa , hiperurisemia, volume urin

ABSTRACT

Black seeds extract has been shown to have effects antihiperurisemic and
has a diuretic effect. Black seeds extract as antihiperurisemia likely to cause
diuresis side effect. The purpose of this study was to determine the effect of black
seeds extract toward urine volume in hyperuricemic mice. This study is a quasiexperimental with a complete randomized block design. Fifteen mice were divided
into 3 groups. Normal group was given with 1 mL/20 g (i.p) and 0,5 mL/20 g (p.o)
aqua distilled. Negative group were given with potassium oxonate 250 mg/kg (i.p)
and 0,5 mL/20 g (p.o) distilled aqua. Black seeds extract group was given 250
mg/kg (i.p) potassium oxonate and 200 mg/kg (p.o) black seeds extract. The urine
volume collected for 3 days. Cumulative urine volume data was analyzed
statistically with Kruskal-Wallis and Mann Whitney. When hyperuricemic, urine
volume of negative group was significantly more than normal group (p= 0.007),
whereas urine volume black seeds extract group was significantly lower than

1

negative group (p= 0.011). 200 mg/kg black seeds extract doesn’t have an affect to
the urine volume of Swiss strain white male mice when hyperuricemia.
Key words : Nigella sativa, hyperuricemia, urine volume


PENDAHULUAN
Hiperurisemia merupakan keadaan meningkatnya kadar asam urat dalam
darah di atas normal (≥7,0 mg/dL) (Hidayat 2009). Hiperurisemia bisa terjadi
karena peningkatan metabolisme asam urat, penurunan pengeluaran asam urat
urin, atau gabungan keduanya (Sudoyo et al., 2007). Prevalensi hiperurisemia
kira-kira 2,6-47,2% yang bervariasi pada berbagai populasi (Hidayat, 2009).
Hiperurisemia dapat diobati dengan urikosurik yang bekerja dengan cara
meningkatkan eliminasi asam urat dan urikostatik yang bekerja dengan cara
mengurangi pembentukan asam urat (Mutschler, 1986).
Salah satu tanaman berkhasiat obat adalah jintan hitam. Kandungan kimia
yang terkandung dalam jintan hitam adalah trisiklin, linalol, terpinolon,
timokuinon, timol, karvakrol, asam palmitat, quinon, dan asam palmitat
(Venkatachallam et al., 2010). Jintan hitam dapat digunakan untuk pengobatan
antihipertensi (Dehkordi dan Kamkhah, 2008), antitumor (Musa et al., 2004),
antibakteri (Kumar et al., 2010), antioksidan (Thippeswamy dan Naidu, 2005),
antidiabetes dan antidislipidemia (Najmi et al., 2008). Khasiat lain dari jintan
hitam adalah antihiperurisemia. Hal ini dibuktikan oleh Muhtadi et al. (2010)
bahwa pemberian ekstrak air jintan hitam dosis 200 mg/kgBB dapat menurunkan
kadar asam urat dalam darah mencit jantan secara signifikan (1,200±0,561 mg/dL)

dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (3,100±0,346 mg/dL).
Jintan hitam juga digunakan sebagai diuretik (Soedibyo, 1998), terbukti
bahwa ekstrak diklorometana biji jintan hitam pada tikus dengan dosis oral 0,6
mL/kg/hari dibandingkan dengan furosemid 5 mg/kg/hari secara signifikan
meningkatkan diuresis, masing-masing sebesar 16% dan 30%, ekskresi urin Cl-,
Na+, K+ dan urea juga meningkat (Zaoui et al., 2000).
Berdasarkan penelitian di atas, penggunaan ekstrak jintan hitam dosis 200
mg/kgBB sebagai antihiperurisemia kemungkinan dapat menimbulkan efek

2

samping

diuresis.

Diuresis

pada

hiperurisemia


dapat

menyebabkan

ketidaknyamanan, sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
ekstrak jintan hitam dosis 200 mg/kgBB terhadap volume urin pada mencit
hiperurisemia.

METODE PENELITIAN
Kategori dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan rancangan
acak lengkap pola searah.

Alat
Spuit injeksi volume 1 mL dan 3 mL (Terumo), spuit oral ukuran 18 gauge
(Terumo), timbangan mencit (Ohaus), timbangan analitik (Ohaus), sonifikator
(Branson), pipa kapiler (Assistant), mikrotube sentrifuge (eppendorf), sentrifuge
(mini spin), mikropipet ukuran 5-40 µL dan 200-1000 µL, StarDust FC* 15
(DyaSys), dan metabolic cage.


Bahan
Eksrak jintan hitam (tim RAPID Fakultas Farmasi UMS 2010), potassium
oxonate p.a (Aldrich Chemical Company), aqua p.i, aquadest, pellet, mencit putih

jantan (Mus musculus) galur Swiss dengan berat badan 20-30 gram dan umur 2-3
bulan (Mister Tiput peternakan tikus putih dan mencit Semarang), serta bahan
pengukur asam urat yang terdiri dari reagen Uric Acid FS* TBHBA (2, 4, 6Tribromo-3-hydroxybenzoic acid) (DyaSys).

Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di laboratorium Farmakologi dan Farmasi
Klinis Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Jalannya Penelitian
1. Pembuatan Ekstrak Jintan Hitam

3

Ekstrak diperoleh dengan cara dekokta, yaitu 1 kg simplisia direbus dalam
panci infusa selama 30 menit (dihitung saat suhu 900C) dengan seluruh bagian

simplisia terendam aquadest. Dipisahkan menggunakan sentrifuge dan diambil
bagian atasnya. Dimasukkan ke dalam evaporator dengan suhu 600C selama 8 jam
hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh kemudian
dikeringkan dengan vacuum dry oven sampai kering.
2. Pembuatan Hiperurisemia
Pemberian

potassium

oxonate

250

mg/kgBB

dilakukan

secara

intraperitonial 1 jam sebelum pemberian sediaan uji (Haidari et al., 2009).

3. Penentuan Jangka Waktu Hiperurisemia
Sebelum perlakuaan, mencit diadaptasi terlebih dahulu pada lingkungan
penelitian selama satu minggu pada suhu kandang. Mencit tidak diberi makan 1
jam sebelum penelitian dimulai (Haidari et al., 2009).
Lima belas ekor mencit ditimbang, kemudian mencit dibagi dalam 5
kelompok masing-masing 3 ekor mencit. Masing-masing mencit diambil darahnya
dari vena opthalmikus 0,5 mL pada jam ke-0. Kelompok 2, 3, 4, dan 5 kemudian
diinduksi potassium oxonate intraperitonial 250 mg/kgBB, satu jam kemudian
diberi aquadest peroral 0,5 mL/20gBB. Pada jam ke-2, 4, 6, dan 8 setelah
pemberian potassium oxonate diambil darahnya, didiamkan minimal 30 menit
pada suhu kamar, disentrifuge dengan kecepatan 12000 rpm selama 5 menit.
Serum tersebut diambil 20 µl dimasukkan ke dalam kuvet dengan menambahkan
1000 µl monoreagen Uric Acid FS* TBHBA (2,4,6-Tribromo 3-hydroxybenzoic
acid), dibaca kadar asam urat pada λ 546 nm.

4. Penentuan Volume Urin pada Mencit Hiperurisemia
Lima belas ekor mencit ditimbang, kemudian mencit dibagi dalam 5
kelompok masing-masing 3 ekor mencit. Kelompok kontrol normal diberi aqua p.i
1 mL/20 gBB secara intraperitonial. Kelompok kontrol negatif dan kelompok
perlakuan ekstrak jintan hitam diberi potassium oxonate dosis 250 mg/kgBB

secara intraperitonial. Satu jam kemudian, kelompok kontrol normal dan
kelompok kontrol negatif diberi aquadest 0,5 mL/20 gBB secara peroral,
sedangkan kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam diberi ekstrak jintan hitam

4

dosis 200 mg/kgBB secara peroral. Selama perlakuan, mencit dimasukkan dalam
metabolic cage untuk ditampung urinnya, dengan diberi minum dan makan ad
libitum, tetapi dilakukan pencatatan volume minum dan berat makan. Pengukuran

volume urin, volume minum, dan berat makan, dilakukan pada jam ke-0, 1, 2, 3,
4, 5, 6, 7, 8, dan 24 setiap hari selama 3 hari (Huang et al., 2008).

Analisis Data
Data kadar asam urat dalam darah terdistribusi normal dan homogen,
sehingga dilakukan uji anava (analisis varian) satu jalan kemudian dilanjutkan
dengan uji Least Significant Difference (LSD) dengan taraf kepercayaan 95%.
Data volume urin kumulatif tidak terdistribusi normal, sehingga dilakukan uji
Kruskal Wallis kemudian dilanjutkan dengan uji Mann Whitney dengan taraf


kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan Jangka Waktu Hiperurisemia
Penentuan jangka waktu hiperurisemia dilakukan untuk mengetahui
jangka waktu hiperurisemia pada mencit jantan putih yang diinduksi potassium
oxonate. Hasil pengukuran kadar asam urat dalam darah tersaji pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Kadar Asam Urat dalam Darah pada Penentuan Jangka Waktu
Hiperurisemia

Uji normalitas dan homogenitas pada data baseline menyatakan bahwa
semua data terdistribusi secara normal (p>0,05) dan homogen (p=0,137), sehingga
dapat dikatakan bahwa antara data baseline dan data kelompok 1 tidak berbeda
makna. Pada uji anava 1 jalan diperoleh hasil bahwa dosis 250 mg/kgBB
5

potassium oxonate dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah mencit

secara signifikan (p=0,000), yaitu dari 1,07±0,882 mg/dL pada keadaan normal

menjadi 3,40±0,264 mg/dL pada jam ke-2 serta mengalami penurunan pada jam
ke-6 dan ke-8 yang mulai mendekati normal (Gambar 1). Pada uji Post Hoc
diperoleh bahwa terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah mencit secara
signifikan pada kelompok 2 terhadap kelompok 1 (p=0,000) dan kelompok 3
terhadap kelompok 1 (p=0,025). Sedangkan pada kelompok 4 dan kelompok 5
tidak berbeda bermakna dibanding kelompok 1 (p>0,05), sehingga dikatakan
hiperurisemia sampai jam ke-4.
Penentuan Volume Urin pada Mencit Hiperurisemia
Kandungan kimia jintan hitam meliputi protein, karbohidrat, saponin,
asam linoleat, asam oleat, asam palmitat, asam stearat, dan sterol (Tahir dan
Bakeet, 2006). Komponen lainnya adalah cymol, tymoquinone, dan carvacrol
(Turk dan Giray, 2011). Kandungan kimia jintan hitam yang berupa flavonoid
adalah quersetin dan kaempferol (Merfort et al., 1997). Kandungan kimia jintan
hitam yang diduga dapat menurunkan asam urat adalah golongan flavonoid yaitu
luteolin (Muhtadi et al., 2010).
Ekstrak air jintan hitam pada mencit putih jantan galur Balb-C dengan
dosis oral 200 mg/kgBB dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah setelah
injeksi potassium oxonate (Muhtadi et al., 2010). Sedangkan ekstrak
diklorometana biji jintan hitam pada tikus dengan dosis oral 0,6 mL/kg/hari secara
signifikan dapat meningkatkan diuresis sebesar 16%

(Zaoui et al., 2000).

Penggunaan ekstrak jintan hitam sebagai antihiperurisemia kemungkinan dapat
menyebabkan efek samping diuresis, sehingga penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh ekstrak air jintan hitam dosis 200 mg/kgBB terhadap
volume urin pada mencit hiperurisemia.
Profil volume urin kumulatif pada kelompok kontrol normal, kontrol
negatif, dan perlakuan ekstrak jintan hitam tersaji pada Gambar 2.

6

a.

b.

c.
Gambar 2. Profil rata-rata volume urin kumulatif selama 3 hari. Jam ke-1 sampai 4 (a), jam
ke-4 sampai 24 selama 3 hari (b), jam ke-1 sampai 24 selama 3 hari (c)

Profil Volume Urin Kumulatif pada Kondisi Hiperurisemia (Jam ke-1
sampai 4)
Pada hari pertama, volume urin kelompok kontrol negatif lebih tinggi
secara signifikan terhadap kontrol normal (p=0,007), meskipun volume minum
dan berat makan sama (p>0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian Yonetani dan
Iwaki (1983) yang menyatakan bahwa pada kondisi hiperurisemia terjadi
peningkatkan volume urin. Sedangkan volume urin kelompok perlakuan ekstrak
jintan hitam lebih rendah secara signifikan terhadap kontrol negatif (p=0,011),
meskipun volume minum dan berat makan sama (p>0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa ekstrak jintan hitam tidak dapat meningkatkan volume urin pada mencit
pada kondisi hiperurisemia (Gambar 2a).
Pada kelompok kontrol negatif, volume urin hari pertama lebih tinggi
secara signifikan terhadap hari kedua (p=0,028), meskipun volume minum dan
berat makan sama (p>0,05). Sedangkan volume urin kelompok kontrol negatif
hari pertama tidak berbeda bermakna dengan hari ketiga dan volume urin hari
kedua tidak berbeda bermakna dengan hari ketiga (p>0,05), volume minum dan
berat makan sama (p>0,05). Pada kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam tidak
terdapat perbedaan yang bermakna antara volume urin hari pertama, hari kedua,

7

dan hari ketiga (p>0,05), volume minum dan berat makan sama (p>0,05) (Gambar
2a). Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya volume urin pada kelompok
perlakuan ekstrak jintan hitam hari ketiga disebabkan oleh adanya kontrol negatif
yang mengalami hiperurisemia yang dapat menyebabkan peningkatan volume
urin, sehingga peningkatan volume urin pada kelompok perlakuan ekstrak jintan
hitam tidak terlihat. Tetapi pada kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam hari
kedua dan ketiga tidak bisa digunakan sebagai patokan karena pada hari pertama
kelompok tersebut sudah mendapatkan ekstrak jintan hitam, sehingga pada
kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam ini belum diketahui secara pasti mencit
masih mengalami hiperurisemia karena tidak dilakukan pengukuran kadar asam
urat dalam urin.

Profil Volume Urin Kumulatif pada Kondisi tidak Hiperurisemia (Jam ke-4
sampai 24)
Pada hari pertama, tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara volume
urin kelompok kontrol negatif, kontrol normal, dan perlakuan ekstrak jintan hitam
(p>0,05), volume minum setara dengan kontrol normal (p>0,05), tetapi berat
makan kelompok kontrol negatif lebih rendah secara signifikan terhadap kontrol
normal (p=0,009). Pada hari kedua, volume urin kelompok kontrol negatif lebih
tinggi secara signifikan terhadap kontrol normal (p=0,029), meskipun volume
minum dan berat makan sama (p>0,05). Tingginya volume urin kelompok kontrol
negatif pada hari kedua ini kemungkinan disebabkan oleh pengaruh rendahnya
volume minum yang dikonsumsi sebelumnya dan urinasi yang tertunda karena
volume urin kelompok kontrol negatif hari kedua pada kondisi hiperurisemia (jam
ke-1 sampai 4) sangat rendah, meskipun belum diketahui penyebab terjadinya hal
ini. Sedangkan volume urin kelompok perlakuan ekstrak jintan hitam tidak
berbeda bermakna dengan kontrol negatif (p=0,106), volume minum dan berat
makan sama (p>0,05). Pada hari ketiga, tidak terdapat perbedaan yang bermakna
antara volume urin kelompok kontrol negatif, kontrol normal, dan perlakuan
ekstrak jintan hitam (p>0,05), volume minum dan berat makan setara dengan
kontrol normal (p>0,05) (Gambar 2b).

8

Pada kelompok kontrol negatif tidak terdapat perbedaan yang bermakna
antara volume urin hari pertama, hari kedua, dan hari ketiga (p>0,05), volume
minum dan berat makan sama (p>0,05). Pada kelompok perlakuan ekstrak jintan
hitam tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara volume urin hari pertama,
hari kedua, dan hari ketiga (p=0,982), volume minum dan berat makan sama
(p>0,05) (Gambar 2b). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak jintan hitam belum
memperlihatkan efek diuresis karena pada penelitian Zaoui et al. (2000) dikatakan
bahwa pemberian ektrak biji jintan hitam meningkatkan diuresis setelah
pemberian selama 15 hari.
Pada waktu sehari (jam ke-1 sampai 24), volume urin kelompok kontrol
negatif hari pertama mengalami penurunan sampai hari ketiga (Gambar 2c). Hal
ini kemungkinan disebabkan oleh pemberian potassium oxonate sebagai induktor
hiperurisemia sehingga kadar asam urat dalam darah meningkat. Kondisi
hiperurisemia dapat meningkatkan disfungsi ginjal (Edwards, 2008) yaitu dengan
mempengaruhi struktur ginjal sehingga menyebabkan peningkatan kerusakan
ginjal (Viazzi et al., 2007), sehingga terjadi penurunan pengeluaran urin
(Venkataraman dan Kellum, 2007).
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa pemberian ekstrak
jintan hitam tidak dapat meningkatkan volume urin pada mencit saat
hiperurisemia. Pada kondisi hiperurisemia, terjadi peningkatan pembentukan asam
urat dalam metabolisme (Mutschler, 1986). Sedangkan pada keadaan normal,
asam urat tidak akan terakumulasi apabila asam urat yang diproduksi seimbang
dengan eliminasinya (Dipiro et al., 2008). Jika urin yang dikeluarkan meningkat,
maka konsumsi minum juga akan meningkat (Rose dan Kaye, 1997) karena
asupan cairan dalam jumlah yang besar dapat membantu menurunkan kasar asam
urat (Peixoto, 2001). Pada kondisi hiperurisemia perlu dilakukan pembatasan
asupan makanan, misalnya diet rendah kalori (Tinahones et al, 1997) karena
dengan pembatasan asupan makanan dapat meningkatkan ekskresi asam urat di
ginjal (Dipiro et al., 2008).

9

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan data profil volume urin, volume minum, dan berat makan,
ekstrak jintan hitam 200 mg/kgBB sebagai antihiperurisemia tidak mempengaruhi
volume urin pada mencit saat hiperurisemia.

Saran
Perlu dilakukan pengukuran kadar asam urat dalam urin untuk mengetahui
kadar asam urat yang diekskresikan melalui urin.

UCAPAN TERIMA KASIH
Saya mengucapkan terima kasih Ibu Nurcahyanti Wahyuningtyas,
M.Biomed., Apt. dan Bapak Dr. Muhtadi, M.Si. selaku pembimbing skripsi, serta
tim RAPID Fakultas Farmasi UMS 2010 selaku pemberi dana.

DAFTAR ACUAN
Dehkordi, F. R. & Kamkhah, A. F., 2008, Antihypertensive Effect of Nigella
sativa Seed Extract in Patients with Mild Hypertension, Fundamental &
Clinical Pharmacology, 22, 447–452.
Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G. & Posey, L.
M., 2008, Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach, Seventh
Edition, 1539-1541, New York, Appleton and lange.
Edwards, N. L., 2008, The Role of Hyperuricemic and Goud in Kidney and
Cardiovascular Disease, Cleveland Clinic Journal of Medicine, 75 (5),
S13-S16.
Haidari, F., Keshavarz, S. A., Rashidi, M. R. & Shahi, M. M., 2009, Orange Juice
and Hesperetin Supplementation to Hyperuricemic Rats Alter Oxidative
Stress Markers and Xanthine Oxidoreductase Activity, J. Clin. Biochem.
Nutr., 45 (3), 285-291.
Hidayat, R., 2009, Gout dan Hiperurisemia, Medicinus, Scientific Journal of
Pharmaceutical Development and Medical Aplication, 22 (2).
Huang, C. G., Shang, Y. J., Zhang, J., Zhang, J. R., Li, W. J. & Jiao, B. H., 2008,
Hypouricemic Effects of Phenylpropanoid Glycosides Acteoside of
Scrophularia ningpoensis on Serum Uric Acid Levels in Potassium

10

Oxonate-Pretreated Mice, The American Journal of Chinese Medicine,
36 (1), 149-157.
Kumar, T. V. S., Negi, P. S. & Sankar, K. U., 2010, Antibacterial Activity of
Nigella sativa L. Seed Extracts, British Journal of Pharmacology and
Toxicology, 1 (2), 96-100.
Merfort, I., Wray, V., Barakat, H. H., Hussein, S. A. M., Nawwar, M. A. M. &
Willuhn, G., 1997, Flavonol Triglycosides from Seeds of Nigella sativa ,
Phytochemistry,
46
(2),
359-363,
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0031942297002963
(diakses tanggal 25 Juli 2012).
Muhtadi, Sutrisna, E. M., Wahyuningtyas, N. & Suhendi, A., 2010, Laporan
Akhir Tahun Pertama Riset Andalan Perguruan Tinggi dan Industri
(Rapid), Pengembangan Agen Fitoterapi Asam Urat dari Tumbuhan
Obat Indonesia untuk Peningkatan Kapasitas Bahan Alam Obat menjadi
Produk Obat Herbal Terstandar (OHT), Jakarta, Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Musa, M., Dilsiz, N., Gumushan, H., Ulakoglu, G. & Bitiren, M., 2004,
Antitumor activity of an Ethanol Extract of Nigella sativa Seeds,
Biologia, Bratislava , 59 (6), 735-740.
Mutschler, E., 1986, Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi,
Edisi Kelima, 217-221, Bandung, Penerbit ITB Bandung.
Najmi, A., Haque, S. F., Naseeruddin, M. & Khan, R. A., 2008, Effect of Nigella
sativa Oil on Various Clinical and Biochemical Parameters of Metabolic
Syndrome, Int J Diabetes & Metabolism, 16, 85-87.
Peixoto, M. R. G., Monego, E. T., Jardim, P. C. B. V., Carvalho, M. M., Sousa, A.
L. L., Olivera, J. S. & Neto, O. B., 2001, Diet and Medication in the
Treatment of Hyperuricemia in Hypertensive Patients, Arq Bras Cardiol,
76 (6), 468-572.
Rose, L. F. & Kaye, D., 1997, Buku Ajar penyakit Dalam untuk Kedokteran Gigi,
Jilid I, Edisi Dua, diterjemahkan oleh Kusuma, W., 99, Jakarta, Binarupa
Aksara.
Soedibyo, M., 1998, Alam Sumber Kesehatan: Manfaat dan Kegunaan, 176-177,
Jakarta, Balai Pustaka.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., 2007, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi IV, 1203, Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.

11

Tahir, K. D. H. & Bakeet, D. M., 2006, The Black Seed Nigella sativa Linnaeus –
A Mine for Multi Cures: A Plea for Urgent Clinical Evaluation of its
Volatile Oil, J T U Med Sc, 1 (1), 1-19.
Thippeswamy, N. B. & Naidu, K. A., 2005, Antioxidant Potency of Cumin
Varieties-cumin, Black Cumin and Bitter Cumin-on Antioxidant
Systems, Eur Food Res Technol, 220, 472-476.
Tinahones, J. F., Perres-Lindon, G., C-Sorigeur, F. J., Pareja, A., Guijo, P. S., &
Collantes, E., 1997, Dietary Alterations in Plasma Very Low Density
Lipoprotein Levels Modify Renal Excretion of Urates in HyperuricemicHypertriglyceridemic Patients, Journal of Clinical Endocrinology and
Metabolism, 82 (4), 1188-1191.
Turk, M. & Giray, E. S., 2011, Comparing The Effect of Supercritical and Subcritical Fluids Extraction with Conventional Extraction Methods on the
Chemical Composition of Nigella sativa L. Seeds, Turkey.
Venkatachallam, S. K. T., Pattekhan, H., Divakar, S. & Kadimi, U. S., 2010,
Chemical Composition of Nigella sativa L. Seed Extracts Obtained by
Supercritical Carbon Dioxide, J Food Sci Technol, 47 (6), 598-605.
Venkataraman, R. & Kellum, J. A., 2007, Defining Acute Renal Failure: The
RIFLE Criteria, Journal of Intensive Care Medicine, 22 (4), 187-193.
Viazzi, F., Leoncini, G., Ratto, E., Falqui, V., Parodi, A., Conti, N. et al., 2007,
Mild Hyperuricemia and Subclinical Renal Damage in Untreated
Primary Hypertension, American Journal of Hypertension, 20, 12761282.
Yonetani, Y. & Iwaki, K., 1983, Effect of Uricosuric Drugs and Diuretics on Uric
Acid Excretion in Oxonate-Treated Rats, Japan J. Pharmacol, 33, 947954.
Zaoui, A., Cherrah, Y., Lacaille-Dubois, M. A., Settaf, A., Amarouch, H. &
Hassar, M., 2000, Diuretic and Hypotensive Effect of Nigella sativa in
The Spontaneously Hypertensive Rat, Therapie, 55 (3), 397-382,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10967716 (diakses tanggal 24
Maret 2011).

12