Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Media dan Evangelism (Konsep Televangelism dalam Tayangan Onecubed Periode Juni-Juli 2012) T1 362008020 BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Istilah “televangelism” pertama kali digunakan oleh Jeffrey K. Hadden dan
Charles E. Swann dalam buku mereka yang berjudul “Perdana Waktu Preachers”.
(Addison-Wesley 1981). Televangelism menggambarkan bentuk baru penyiaran
agama yang menggabungkan televisi dan penginjilan. Istilah evagelism berasal dari
penggabungan kata "televisi" dan kata "penginjilan" dengan mengacu pada fenomena
generasi baru penginjil Kristen. Evangelism menggunakan media televisi untuk
menyampaikan pesan mereka kepada massa.
Televangelism juga disebut sebagai "gereja listrik" oleh penyiar agama,
terutama Ben Armstrong (Gereja Electric, Nelson 1979), atau "gereja elektronik" oleh
para kritikus Kristen arus utama. Seperti dijelaskan oleh Armstrong1, gereja listrik
mencakup semua lembaga penyiaran agama dengan pesan Kristen evangelis,
termasuk radio dan program televisi. Dalam penggunaan umum, televangelism
mengacu pada program televisi evangelis yang tergantung pada pemirsa untuk
dukungan keuangan langsung. Maksudnya adalah pembiayaan operasional televisitelevisi berbasis agama ini bergantung pada para jemaat yang secara rutin mendukung
pendanaan televisi tersebut melalui sumbangan-sumbangan langsung maupun
penggalangan dana umat lewat acara-acara tertentu.
Televangelism merupakan kegiatan penyiaran yang independen dan tidak
terikat oleh industri iklan, dana yang mereka dapatkan untuk membuat suatu program
acara penginjilan di televisi melalui para penonton atau penyumbang yang menyukai
acara penginjilan tersebut.
1
http://hirr.hartsem.edu/ency/Televangelism.htm, diunduh tanggal 4 februari 2012
1
Televangelism difokuskan terhadap jiwa-jiwa atau massa yang belum
mengenal Yesus. Secara umum, tiga keyakinan dibagi oleh evangelis: ineransi
Alkitab, penerimaan Roh Kudus, dan pribadi yang dilahirkan kembali sebagai bentuk
dari konsep penebusan dosa. Televagelism ini difokuskan pada massa yang belum
mengenal Yesus. Secara umum, menarik bagi individu untuk menjadi orang Kristen,
untuk memperkuat gaya hidup Kristen, dan untuk bergabung dalam mendukung
pelayanan seorang penginjil tertentu sebagai karakteristik dari gerakan pelayanan
modern.
Televangelism, yang dinyatakan melalui jaringan media besar keagamaan
menggunakan media cetak, saluran televisi kabel, dan situs web, hiburan alternatif
dan memanfaat waktu luang yang memungkinkan para pemirsa untuk menikmati
televisi pada saat-saat jam istirahat
Evangelis menurut Pdt. Rubin Ong merupakan sebuah cara untuk membuat
orang menjadi pemenang dengan mengikuti ajaran Yesus Kristus2. Tertulis di dalam
kitab Matius 28:19-20,“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”
Evangelist sendiri merupakan sebutan untuk orang-orang yang melakukan
penyebarluasan pesan-pesan keagamaan ke berbagai tempat di dunia, biasanya istilah
ini digunakan untuk orang-orang Protestan yang melakukan pengkabaran injil. Di
Indonesia, perkembangan pengkabaran injil yang dilakukan oleh para evangelis
menemui babak baru dengan hadirnya era perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi. Kegiatan evangelis Indonesia yang semula hanya sebatas dalam kegiatan
perkumpulan dengan komunikasi tatap muka, saat ini ditransformasikan menjadi
penyebaran pengkabaran injil melalui media.
2
Hasil wawancara peneliti dengan Pendeta Rubin Ong, 2 Mei 2012 di jakarta
2
Salah satu media yang efektif dalam pengkabaran injil di Indonesia adalah
dengan menggunakan media televisi. Tidak dapat dipungkiri peran televisi saat ini
semakin besar dan peranannya sebagai media komunikasi visual sangat luar biasa
dibandingkan media-masa yang lain. Televisi mampu mengkomunikasikan pesanpesannya dengan cara yang sangat sederhana lewat pancaran sinar yang dibentuk oleh
garis-garis tabung elektronik dan bersifat sepintas atau transitory (Darwanto, 1994 :
76). Pesan yang disampaikan kemudian harus lebih mudah dipahami dalam sekilas
dan dengan jenjang konsentrasi yang tidak setinggi seperti halnya membaca. Pesanpesan harus bersifat sederhana, dengan idiom-idiom gambar yang sangat universal
sehingga tayangan untuk orang dewasa pun dengan mudah pula dipahami oleh anakanak. Pesan-pesan yang disampaikan secara audio (bahasa tutur) berentang kosakata
sangat terbatas menyebabkan interaksi televisi dengan pemirsa dianggap selesai
segera setelah informasi lewat tanpa dapat direvisi, diverifikasi apalagi dievaluasi.
Munculnya televisi menghadirkan suatu revolusi dimana manusia dihadapkan pada
jaman komunikasi visual pada layar televisi.
Pada dasarnya media televisi mempunyai peranan pokok yaitu memberikan
informasi atau pesan yang mengandung unsur pendidikan, penerangan, hiburan dan
promosi (Darwanto, 1994 : 33). Keberadaan televisi membuat kegiatan evangelis
Indonesia kian berkembang hingga muncul beberapa rumah produksi yang khusus
memproduksi program-program bertema rohani yang bertujuan untuk menjadi media
pengkabaran injil.
Salah satu rumah produksi adalah Cahaya Bagi Negeri. CBN, merupakan
lembaga Penginjilan dari Christian Broadcasting Network. CBN sampai saat ini
dirancang untuk menyebarkan Injil ke 3 juta orang melalui media massa dan
pelayanan pribadi. Salah satu program yang diproduksi oleh CBN adalah Onecubed
yang disiarkan melalui stasiun televisi Global TV. Onecubed merupakan program
acara yang menitik beratkan kepada pelayanan terhadap remaja-remaja Kristen untuk
menerima pengkabaran injil dan mengenal Yesus.
3
Segment remaja di pilih karena karakteristik remaja yang masih memiliki
semangat pembaharuan, pelayanan serta pergerakan yang luas. Masa remaja adalah
masa transisi dari periode anak ke dewasa. Generasi-generasi muda yang sedang
bertumbuh dan membutuhkan kasih dan keselamatan dari Yesus. Remaja Indonesia
perlu tahu kalau mereka sudah diberi masa depan yang terbaik oleh Tuhan dan sudah
diberikan potensi yang luar biasa untuk menggapai masa depan itu, supaya dengan
pengertian ini anak muda menjalani hidup benar dan bukan yang sia-sia apalagi
mencobai diri sendiri dengan pergaulan dan gaya hidup yang bisa mematikan apa
yang Tuhan sudah siapkan untuk mereka3.
Dalam perkembangannya, menarik untuk mengetahui bagaimana relasi media
antara Global TV dan CBN. Salah satu permasalahan terkait denga tidak lagi
ditayangkannya acara Onecubed. Hal ini dilatarbelakangi oleh menurunnya rating
share acara onecubed dan program acara yang tadinya satu minggu sekali di jadikan
dua kali seminggu oleh pihak Global TV, serta tidak tercapainya kesepakatan
transaksi harga spot waktu tayang antara pihak Global TV dan CBN sebagai produser
acara Onecubed. Permasalahan ini kemudian jika dikaitkan dengan segi perbedaan
kepentingan dari keduabelah pihak yakni CBN dan Global.
Untuk
mengamati
bagaimana
pesan
program
Onecubed
dikemas,
menggunakan satu metode yang disebut dengan analisis wacana. Dalam perspektif
komunikasi, Secara singkat analisis wacana adalah suatu cara atau metode untuk
mengakaji wacana yang terdapat atau terkandung didalam pesan-pesan komunikasi
baik secara tekstual maupun kontekstual. Analisis wacana berkenaan dengan isi pesan
komunikasi, yang sebagian di antaranya berupa teks, seperti naskah pidato, transkrip
sidang, artikel yang termuat disurat kabar, buku-buku dan iklan kampanye pemilihan
umum (Eriyanto,2002 : 87).
3
Hasil wawancara peneliti dengan Line produser Onecubed. Jevy H, Cikarang 22 November 2012
4
Relasi antara Global TV sebagai stasiun televisi yang memiliki kepentingan
bisnis nampaknya tidak dapat dipenuhi oleh pihak CBN yang memiliki kepentingan
politik ideologi, di mana Global TV menginginkan adanya peningkatan kualitas siaran
program Onecubed dan bertambahnya konsekuensi pembayaran spot waktu yang
dalam konteks pelayanan CBN tidak mampu memenuhinya karena dari segi
pembiayaan produksi, mengandalkan voluntary found atau para penyumbang.
Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana
pesan-pesan rohani dikemas dalam program acara Onecubed sebagai program acara
rohani remaja yang di tayangkan di Global TV sebagai bentuk relasi media anatara
CBN dengan Global TV dalam konteks televangelism menggunakan metode analisis
wacana.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengemasan pesan-pesan rohani untuk remaja dalam program
acara Onecubed ?
2. Bagaimana relasi media dalam program Onecubed yang terjadi antara
Global TV dan CBN dalam konteks pelayanan rohani melalui media
televisi dalam konteks televangelism?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
1.
Menjelaskan pengemasan pesan-pesan rohani untuk remaja dalam acara
Onecubed.
2. Menggambarkan relasi media yang terjadi antara Global TV dan CBN
melalui Onecubed dalam konteks televangelism
5
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat praktis dan teoritis. Secara
praktis penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi para pembuat
program-program TV religi mengenai pengemasan pesan-pesan dan secara teoritis
diharap mampu menambah wawasan mengenai kajian-kajian ilmu komunikasi
terutama tentang pengemasan pesan-pesan media televisi dan relasi media dalam
penanyangan suatu program acara.
6
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Istilah “televangelism” pertama kali digunakan oleh Jeffrey K. Hadden dan
Charles E. Swann dalam buku mereka yang berjudul “Perdana Waktu Preachers”.
(Addison-Wesley 1981). Televangelism menggambarkan bentuk baru penyiaran
agama yang menggabungkan televisi dan penginjilan. Istilah evagelism berasal dari
penggabungan kata "televisi" dan kata "penginjilan" dengan mengacu pada fenomena
generasi baru penginjil Kristen. Evangelism menggunakan media televisi untuk
menyampaikan pesan mereka kepada massa.
Televangelism juga disebut sebagai "gereja listrik" oleh penyiar agama,
terutama Ben Armstrong (Gereja Electric, Nelson 1979), atau "gereja elektronik" oleh
para kritikus Kristen arus utama. Seperti dijelaskan oleh Armstrong1, gereja listrik
mencakup semua lembaga penyiaran agama dengan pesan Kristen evangelis,
termasuk radio dan program televisi. Dalam penggunaan umum, televangelism
mengacu pada program televisi evangelis yang tergantung pada pemirsa untuk
dukungan keuangan langsung. Maksudnya adalah pembiayaan operasional televisitelevisi berbasis agama ini bergantung pada para jemaat yang secara rutin mendukung
pendanaan televisi tersebut melalui sumbangan-sumbangan langsung maupun
penggalangan dana umat lewat acara-acara tertentu.
Televangelism merupakan kegiatan penyiaran yang independen dan tidak
terikat oleh industri iklan, dana yang mereka dapatkan untuk membuat suatu program
acara penginjilan di televisi melalui para penonton atau penyumbang yang menyukai
acara penginjilan tersebut.
1
http://hirr.hartsem.edu/ency/Televangelism.htm, diunduh tanggal 4 februari 2012
1
Televangelism difokuskan terhadap jiwa-jiwa atau massa yang belum
mengenal Yesus. Secara umum, tiga keyakinan dibagi oleh evangelis: ineransi
Alkitab, penerimaan Roh Kudus, dan pribadi yang dilahirkan kembali sebagai bentuk
dari konsep penebusan dosa. Televagelism ini difokuskan pada massa yang belum
mengenal Yesus. Secara umum, menarik bagi individu untuk menjadi orang Kristen,
untuk memperkuat gaya hidup Kristen, dan untuk bergabung dalam mendukung
pelayanan seorang penginjil tertentu sebagai karakteristik dari gerakan pelayanan
modern.
Televangelism, yang dinyatakan melalui jaringan media besar keagamaan
menggunakan media cetak, saluran televisi kabel, dan situs web, hiburan alternatif
dan memanfaat waktu luang yang memungkinkan para pemirsa untuk menikmati
televisi pada saat-saat jam istirahat
Evangelis menurut Pdt. Rubin Ong merupakan sebuah cara untuk membuat
orang menjadi pemenang dengan mengikuti ajaran Yesus Kristus2. Tertulis di dalam
kitab Matius 28:19-20,“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”
Evangelist sendiri merupakan sebutan untuk orang-orang yang melakukan
penyebarluasan pesan-pesan keagamaan ke berbagai tempat di dunia, biasanya istilah
ini digunakan untuk orang-orang Protestan yang melakukan pengkabaran injil. Di
Indonesia, perkembangan pengkabaran injil yang dilakukan oleh para evangelis
menemui babak baru dengan hadirnya era perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi. Kegiatan evangelis Indonesia yang semula hanya sebatas dalam kegiatan
perkumpulan dengan komunikasi tatap muka, saat ini ditransformasikan menjadi
penyebaran pengkabaran injil melalui media.
2
Hasil wawancara peneliti dengan Pendeta Rubin Ong, 2 Mei 2012 di jakarta
2
Salah satu media yang efektif dalam pengkabaran injil di Indonesia adalah
dengan menggunakan media televisi. Tidak dapat dipungkiri peran televisi saat ini
semakin besar dan peranannya sebagai media komunikasi visual sangat luar biasa
dibandingkan media-masa yang lain. Televisi mampu mengkomunikasikan pesanpesannya dengan cara yang sangat sederhana lewat pancaran sinar yang dibentuk oleh
garis-garis tabung elektronik dan bersifat sepintas atau transitory (Darwanto, 1994 :
76). Pesan yang disampaikan kemudian harus lebih mudah dipahami dalam sekilas
dan dengan jenjang konsentrasi yang tidak setinggi seperti halnya membaca. Pesanpesan harus bersifat sederhana, dengan idiom-idiom gambar yang sangat universal
sehingga tayangan untuk orang dewasa pun dengan mudah pula dipahami oleh anakanak. Pesan-pesan yang disampaikan secara audio (bahasa tutur) berentang kosakata
sangat terbatas menyebabkan interaksi televisi dengan pemirsa dianggap selesai
segera setelah informasi lewat tanpa dapat direvisi, diverifikasi apalagi dievaluasi.
Munculnya televisi menghadirkan suatu revolusi dimana manusia dihadapkan pada
jaman komunikasi visual pada layar televisi.
Pada dasarnya media televisi mempunyai peranan pokok yaitu memberikan
informasi atau pesan yang mengandung unsur pendidikan, penerangan, hiburan dan
promosi (Darwanto, 1994 : 33). Keberadaan televisi membuat kegiatan evangelis
Indonesia kian berkembang hingga muncul beberapa rumah produksi yang khusus
memproduksi program-program bertema rohani yang bertujuan untuk menjadi media
pengkabaran injil.
Salah satu rumah produksi adalah Cahaya Bagi Negeri. CBN, merupakan
lembaga Penginjilan dari Christian Broadcasting Network. CBN sampai saat ini
dirancang untuk menyebarkan Injil ke 3 juta orang melalui media massa dan
pelayanan pribadi. Salah satu program yang diproduksi oleh CBN adalah Onecubed
yang disiarkan melalui stasiun televisi Global TV. Onecubed merupakan program
acara yang menitik beratkan kepada pelayanan terhadap remaja-remaja Kristen untuk
menerima pengkabaran injil dan mengenal Yesus.
3
Segment remaja di pilih karena karakteristik remaja yang masih memiliki
semangat pembaharuan, pelayanan serta pergerakan yang luas. Masa remaja adalah
masa transisi dari periode anak ke dewasa. Generasi-generasi muda yang sedang
bertumbuh dan membutuhkan kasih dan keselamatan dari Yesus. Remaja Indonesia
perlu tahu kalau mereka sudah diberi masa depan yang terbaik oleh Tuhan dan sudah
diberikan potensi yang luar biasa untuk menggapai masa depan itu, supaya dengan
pengertian ini anak muda menjalani hidup benar dan bukan yang sia-sia apalagi
mencobai diri sendiri dengan pergaulan dan gaya hidup yang bisa mematikan apa
yang Tuhan sudah siapkan untuk mereka3.
Dalam perkembangannya, menarik untuk mengetahui bagaimana relasi media
antara Global TV dan CBN. Salah satu permasalahan terkait denga tidak lagi
ditayangkannya acara Onecubed. Hal ini dilatarbelakangi oleh menurunnya rating
share acara onecubed dan program acara yang tadinya satu minggu sekali di jadikan
dua kali seminggu oleh pihak Global TV, serta tidak tercapainya kesepakatan
transaksi harga spot waktu tayang antara pihak Global TV dan CBN sebagai produser
acara Onecubed. Permasalahan ini kemudian jika dikaitkan dengan segi perbedaan
kepentingan dari keduabelah pihak yakni CBN dan Global.
Untuk
mengamati
bagaimana
pesan
program
Onecubed
dikemas,
menggunakan satu metode yang disebut dengan analisis wacana. Dalam perspektif
komunikasi, Secara singkat analisis wacana adalah suatu cara atau metode untuk
mengakaji wacana yang terdapat atau terkandung didalam pesan-pesan komunikasi
baik secara tekstual maupun kontekstual. Analisis wacana berkenaan dengan isi pesan
komunikasi, yang sebagian di antaranya berupa teks, seperti naskah pidato, transkrip
sidang, artikel yang termuat disurat kabar, buku-buku dan iklan kampanye pemilihan
umum (Eriyanto,2002 : 87).
3
Hasil wawancara peneliti dengan Line produser Onecubed. Jevy H, Cikarang 22 November 2012
4
Relasi antara Global TV sebagai stasiun televisi yang memiliki kepentingan
bisnis nampaknya tidak dapat dipenuhi oleh pihak CBN yang memiliki kepentingan
politik ideologi, di mana Global TV menginginkan adanya peningkatan kualitas siaran
program Onecubed dan bertambahnya konsekuensi pembayaran spot waktu yang
dalam konteks pelayanan CBN tidak mampu memenuhinya karena dari segi
pembiayaan produksi, mengandalkan voluntary found atau para penyumbang.
Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana
pesan-pesan rohani dikemas dalam program acara Onecubed sebagai program acara
rohani remaja yang di tayangkan di Global TV sebagai bentuk relasi media anatara
CBN dengan Global TV dalam konteks televangelism menggunakan metode analisis
wacana.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengemasan pesan-pesan rohani untuk remaja dalam program
acara Onecubed ?
2. Bagaimana relasi media dalam program Onecubed yang terjadi antara
Global TV dan CBN dalam konteks pelayanan rohani melalui media
televisi dalam konteks televangelism?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
1.
Menjelaskan pengemasan pesan-pesan rohani untuk remaja dalam acara
Onecubed.
2. Menggambarkan relasi media yang terjadi antara Global TV dan CBN
melalui Onecubed dalam konteks televangelism
5
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat praktis dan teoritis. Secara
praktis penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi para pembuat
program-program TV religi mengenai pengemasan pesan-pesan dan secara teoritis
diharap mampu menambah wawasan mengenai kajian-kajian ilmu komunikasi
terutama tentang pengemasan pesan-pesan media televisi dan relasi media dalam
penanyangan suatu program acara.
6