KEPEMIMPINAN GURU, IKLIM ORGANISASI KELAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERILAKU BELAJAR SISWA : Suatu Studi Pada Sekolah Dasar Di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat.

KEPEMIMPINAN GURU, IKLIM ORGANISASI KELAS
DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERILAKU
BELAJAR SISWA

(SUATU STUDI PADA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN
TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM
PROVINSI SUMATERA BARAT)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dart
Syarat Memperoleh Gelar Master Pendidikan
Bidang Studi Administrasi Pendidikan

Oleh

I R S Y

A D

NIM9232005


DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
BANDUNG
1995

DISETUJUI OLEH PEMBIMBING

PROF.

DR.

S U P A N D I

PEMBIMBING I

DR.

H.


Tb

ISUDDIN MAKMUN,
PEMBIMBING II

M.A

DISETUJUI OLEH

KOORDINATOR PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA IKIP BANDUNG

PROF.

DR.

AHMAD SANUSI,

SH.,


MPA.

RINGKASAN

Iklim

Penelitian

ini

Organisasi

Kelas, dan

Belajar

diberi judul :

"Kepemimpinan


Hubungannya

dengan

Siswa (Suatu Studi pada Sekolah Dasar di

Guru,

Perilaku
Kecamatan

Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat).
Latar belakang permasalahan yang mendasari penelitian
ini

adalah

hanya


bahwa usaha peningkatan mutu

dilakukan

pada

tingkat

dilakukan pada tingkat mikro.
lahan

makro,

pendidikan

tetapi

tidak

dapat


Menyadari banyaknya

juga

permasa

pendidikan yang ditemui pada tingkat mikro,

menuntut

berbagai pihak yang terkait untuk mencarikan jalan

pemecah-

annya.

tersebut

Salah satu di antara berbagai permasalahan


adalah ciutnya peran guru dalam proses pengembangan
pribadi
peran

peserta didik. Terlihat adanya kecenderungan
guru,

informasi

khususnya di sekolah

dasar

{information given) bagi para

dampak

kurang baik bagi


para

bahwa

hanya

memberikan

peserta

didiknya.

Kalau seandainya kenyataan ini benar adanya,
membawa

potensi

maka jelas akan

siswanya,


misalnya

suasana kelas yang kaku dan perilaku belajar yang pasif.
Disadari bahwa banyak faktor yang menyebabkan munculnya

permasalahan

maupun

mencoba

tersebut,

baik dari

lingkungan

internal


dari lihgkungan eksternal. Pada kesempatan ini

mendekati

permasalahan

itu

dari

kepemimpinan guru dan iklim organisasi kelas,

sudut

akan

perilaku

serta bagaima-


na hubungannya dengan perilaku belajar siswa. Maka dari itu,
fokus

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini

ter

diri dari tiga variabel, yaitu : variabel kepemimpinan guru,

variabel

iklim

variabel),

organisasi

kelas

predictor

(sebagai

dependent

serta perilaku belajar siswa (sebagai

variabel).

Tinjauan
tian

ini

kepustakaan yang dikemukakan dalam

sebagai

dasar pijakan

adalah

peneli

teori-teori

berhubungan dengan perilaku kepemimpinan, iklim

yang

organisasi,

dan perilaku belajar serta keterhubungan masing-masingnya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan

kuantitatif

dengan

menggunakan

kuesioner

pedoman observasi sebagai alat pengumpul datanya.

yang

digunakan

dalam penelitian

ini

disusun

dan

Instrumen

berdasarkan

konsep-konsep teori yang relevan, disamping juga mempedomani
kuesioner-kuesioner

yang telah ada. Kuesioner (angket

ter-

tutup) ini digunakan untuk menjaring data kepemimpinan

guru

serta iklim organisasi kelas. Sedangkan data perilaku

bela

jar siswa dijaring dengan menggunakan pedoman observasi yang
disusun

oleh Flanders. Yang menjadi anggota

unit

populasi

adalah guru-guru sekolah dasar beserta muridnya di kecamatan
Tilatang Kamang. Dengan menarik sampel dari populasi

but,

didapat 15 buah sekolah dan untuk setiap sekolah

terpilih menjadi sampel diambil 3 kelas dari
nya, yaitu kelas II, IV, dan IV.

XI

terse

yang

masing-masing

Dari

linieritas
variabel

hasil-hasil

diperoleh
yang

perhitungan

bahwa

uji

distribusi

normalitas

data

diteliti ternyata berdistribusi

dari

dan

ketiga

normal

dan

linier.

Hasil-hasil penelitian yang diperoleh adalah
berikut

1.

sebagai

:

Rata-rata skor jawaban responden untuk variabel

kepemim

pinan adalah 142,49 dengan simpangan baku 8.26.
2.

Rata-rata

skor

organisasi
sebesar

jawaban responden untuk

kelas

adalah 144,62

dengan

variabel

iklim

simpangan

baku

10,61.

3. Rata-rata skor hasil observasi terhadap perilaku

belajar

siswa adalah 185,38 dengan simpangan baku sebesar 17,25.

4. Terdapat

hubungan

yang signifikan

antara

kepemimpinan

guru dengan perilaku belajar siswa. Adapun angka
sinya adalah cukup kuat,

5. Terdapat
guru

hubungan

korela-

yaitu sebesar 0.536.

yang signifikan

antara

kepemimpinan

dengan iklim organisasi kelas dengan korelasi

cukup kuat,

yang

yaitu sebesar 0.559.

6. Terdapat hubungan yang signifikan antara iklim organisasi
kelas dengan perilaku belajar siswa, walaupun lemah yaitu
sebesar

0.295.

7. Dilihat secara bersama-sama, tingkat keterhubungan

kepe

mimpinan guru dan iklim organisasi kelas terhadap perila
ku

belajar siswa, juga menunjukkan terdapatnya

xii

hubungan

yang signifikan dan cukup kuat. Adapun angka

korelasinya

adalah sebesar 0.542.

8. Ditinjau

dari segi jenis kelamin (laki-laki

dan

perem-

puan), umur (kurang dari 40 tahun dan di atas 40
serta

dari

lebih

dari 10 tahun),

ketiga

segi masa kerja (kurang dari

10

tahun),

tahun

hasil perhitungan uji

beda

dan
untuk

variabel menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbe-

daan yang signifikan.

Sehubungan dengan temuan dalam penelitian ini,

ditarik

kesimpulan

bahwa perilaku kepemimpinan

guru

sekolah dasar di kecamatan Tilatang Kamang ternyata

garuh

positif

pengaruh

terhadap perilaku

belajar

atau sumbangan yang diberikannya

dapat

berpen-

siswa,
belum

pada

walaupun
maksimal.

Demikian juga halnya dengan iklim organisasi kelas. Berdasakan temuan dan kesimpulan penelitian ini dikemukakan bebera

pa rekomendasi terhadap berbagai pihak, seperti guru, kepala
sekolah,
dasar

lembaga pendidikan yang mencetak calon guru sekolah

maupun

tersebut

siswa

kepada pihak pengelola

adalah

dan

hendaknya

lainnya.

: (a) guna meningkatkan

ataupun menciptakan iklim kelas
guru

berusaha menerapkan

perilaku

yang

perilaku

yang bersifat situasional.

Untuk terciptanya hal

guru

pengetahuan

perlu

tentang

meningkatkan

kepemimpinan

ini,

baik

yang

dan

Rekomendasi
belajar

kondusif,

kepemimpinan
itu,

guru-

keterampilannya

dilaksanakan

secara

formal maupun informal atau atas inisiatif dari pribadi guru

Mill

masing-masing.

menciptakan
siswa

dapat

sekolah,

Demikian juga halnya dengan kiat-kiat

untuk

iklim organisasi kelas, yang memungkinkan
belajar dengan menyenangkan. (b)

para

bagi

kepala

penilik, atau pihak Kandepdikbud dan Dinas

Dikbud

kecamatan dalam memberikan bantuan, bimbingan, dan pembinaan
perlu

memperhatikan
ini.

organisasi

Akan

pelatihan-pelatihan

mimpinan

faktor

kepemimpinan

lebih baik

lagi

guru
apabila

dan

dilakukan

khusus sehubungan dengan masalah

ini. (c) lembaga pendidikan prajabatan

iklim

kepe

(khususnya

D-II

PGSD) yang mempunyai peranan mempersiapkan calon

guru

yang

kualified merupakan salah satu faktor

yang

eksternal

turut membentuk kepemimpinan calon guru tersebut. Untuk

perlu dilakukan suatu studi guna menjembatani masalah
mimpinan

guru di lapangan dengan program yang

dilaksanakan

oleh

lembaga pendidikan

tenaga

disusun

ini

kepe
dan

kependidikan

tersebut.

Kiranya hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat

untuk peningkatan mutu pendidikan umumnya dan proses belajar
mengajar khususnya. Mudah-mudahan Tuhan memperkenankannya.

xiv

DAFTAR

ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

i

UCAPAN TERIMA KASIH

iv

RINGKASAN HASIL PENELITIAN
DAFTAR ISI

xv

DAFTAR GAMBAR

xvii

DAFTAR TABEL

BAB

I

xviii

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
B.

Batasan dan

Rumusan Masalah

D.

1
11

1.

Batasan Masalah

11

2.

Rumusan Masalah

15

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis

16

Tujuan Penelitian dan Keluaran yang Diha

rapkan

BAB II

x

17

E. Kegunaan Penelitian

19

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian..

20

KEPEMIMPINAN,

IKLIM ORGANISASI DAN PERILAKU

BELAJAR

A. Kepemimpinan Dalam Konteks Administrasi
Pendidikan

23

B. Konsep Dasar Kepemimpinan

26

C. Beberapa Pendekatan dalam Kepemimpinan ..

32

D. Kepemimpinan Pendidikan

46

E. Iklim Organisasi kelas

52

F. Perilaku Belajar Siswa

67

G. Kesimpulan Hasul Studi Kepustakaan dan
Hasil Penelitian Sebelumnya
BAB III

78

PROSEDUR PENELITIAN

A. Populasi dan Sanpel

86

B. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan

Data

BAB IV

BAB V

90

C. Alat Pengumpul Data

91

D. Validitas dan Reliabilitas

96

PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

A. Pengumpulan Data

101

B. Cara Mengolah dan Menganalisis Data

103

1. Uji Normalitas

1°4

2. Uji Signifikansi dan Linieritas

106

3. Analisis Korelasi



4. Analisis Kesamaan Dua Rata-rata

119

PEMBAHASAN, KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
A. Pembahasan

127

B. Kesimpulan

136

C. Implikasi

139

D. Rekomendasi

143

DAFTAR KEPUSTAKAAN

i45

LAMPIRAN-LAMPIRAN

i49

DAFTAR

GAMBAR

Gambar

1

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Belajar

11

2

Kaitan Variabel Penelitian

13

3

Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan

24

4

Model Kepemimpinan Managerial Grid

37

5. Profile Iklim Organisasi
6. Koefisien Korelasi Antar Variabel

X V 1 1

61
118

DAFTAR

TABEL

TABEL

1.

Perincian dan Penyebaran Anggota Populasi

86

2.

Perincian dan Penyebaran Anggota Sampel

89

3.

Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ....

98

4.

Rangkuman Hasil Uji Normalitas setiap Variabel.

105

5.

Uji Linieritas Kepemimpinan Guru - Perilaku

Belajar
6.

107

Uji Linieritas Iklim Organisasi kelas -

Perilaku Belajar

108

7.

Uji Linieritas Kepemimpinan Guru - Iklim

109

8.

Linieritas Kepemimpinan Guru - Iklim - Perilaku

110

9.

Rangkuman Pengujian Korelasi Antar Variabel ...

Ill

10.

Pedoman Pemberian Interpretasi Koefisien

Korelasi

11.

112

Hasil Hitung Kesamaan Dua Rata-rata Berdasarkan
Jenis Kelamin

12.

122

Hasil Hitung Kesamaan Dua Rata-rata Berdasarkan
Masa Kerja

13.

123

Hasil Hitung Kesamaan Dua Rata-rata Berdasarkan
Umur

124

x v .1 11

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakekatnya adalah proses interaksi
antara pendidik dengan peserta didik yang bertujuan untuk
mengembangkan

berkualitas
pendidikan

sumber

baik

daya manusia,

yaitu

secara pisik maupun

itulah kita ingin mewujudkan

pembangunan

yang

bersama-sama

dapat membangun

manusia

psikhis.

yang

Melalui

manusia-manusia

dirinya

sendiri

bertanggung jawab atas pembangunan

dan

bangsa.

Karena itu sepantasnyalah pembangunan di bidang pendidik

an

ini

negara

terus dilanjutkan agar

pembangunan

ini juga tetap dilaksanakan dan

bangsa

dan

berjalan

sesuai

Usaha pembangunan di bidang pendidikan ini

menca-

dengan yang diharapkan.

kup semua jenis dan jenjang dari pendidikan itu
Masing-masing
akan

jenjang

dan jenis

pendidikan

memberikan kontribusi tersendiri untuk

sendiri.
diharapkan

pembangunan

bangsa.

Sekolah dasar merupakan salah satu jenjang
dikan

tentang

yang

sangat strategis

berbagai

kepribadian,

untuk

pengetahuan dan

memberikan

teknologi,

menanamkan nilai-nilai dan
untuk

mencapai

wawasan

membentuk

juga

pendidikan

pendi

merupakan

jenjang

dasar

yang

tinggi.

Karena peranannya yang demikian penting

lebih

itulah,

pendidikan

dasar

pengelolaan

khususnya sekolah dasar

ini

menuntut

yang profesional dari semua pihak yang

kait. Juga, karena peranan pentingnya itu pulalah
tentang

dengan

sekolah dasar sering dilontarkan.

masih

tingginya tingkat mengulang

Ini

terkritik

ditandai

kelas,

yaitu

sebanyak 2.559.068 murid tahun 1988/1989, 2.602.249 tahun
1989/1990

dan 2.537.879 pada tahun 1990/1991

RI,

:

1991

37), dan rendahnya

persentase

(Depdikbud
murid

yang

melanjutkan studinya ke sekolah lanjutan tingkat pertama.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor (Vembriarto,

1990

: 42), diantaranya adalah :

Karena masih menganggap bahwa lulus dari
pendi
dikan
di sekolah dasar pun dianggap
cukup,
mereka
tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan pendidikan,
mereka merasa tidak mempunyai
kemampuan
akademik

yang memadai untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah
menengah pertama, dan kadang-kadang tidak ada seko
lah di daerah mereka bertempat tinggal.

Lebih
bahwa

sampai

lanjut

Ace Suryadi

saat

ini mutu guru

(1992),

mengemukakan,

sekolah

dasar,

berjumlah lebih kurang 1,15 juta orang, cukup

yang

mengkhawa-

tirkan. Hal ini cukup beralasan, karena kenyataanya masih

banyak kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang
dari

para

guru sekolah dasar

tersebut.

ditemui

Seperti

yang

diungkapkan

oleh Mohammad Ansyar (1994:47),

"...

bahwa

salah

realitas dalam pendidikan

kita

yang

sukar

peran

guru

dalam

satu

diingkari

dewasa

ini adalah ciutnya

proses pengembangan potensi pribadi peserta didik. Hampir
tidak

ada peran yang berarti, kecuali

sebagai

pembekal

informasi bagi para peserta didik". Selanjutnya dikemukakan bahwa diantara kelemahan-kelemahan guru sekolah dasar

dalam mengajar di kelas, hanya sekedar memberikan

infor

masi {information given) saja. Dengan

mereka

belum

mampu

mengajar

menampilkan

yang

optimal

dan

untuk

kata lain,

mengembangkan

meningkatkan

kemampuan

efektivitas

belajar mengajar di kelas (Ansyar, 1992 : 25, Raka
1991).

yang

Namun demikian, kelemahan-kelemahan guru

disebutkan di atas itu hendaknya jangan

Joni,
seperti

ditimpakan

kepada para guru sekolah dasar semata tanpa memperhatikan
sejauh nana pembinaan yang mereka dapatkan. Lebih
harian

Kompas (Februari 1994) juga mengupas bahwa

banyak

sekolah-sekolah dasar yang belum memiliki

dan

prasarana yang memadai terutama

pada

lanjut
masih
sarana

daerah-daerah

yang jauh dari ibu kota, serta kesempatan bagi

guru-guru

untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya juga terbatas

dan

kurang. Dengan kondisi seperti ini sangat

apabila masih terdapat kendala-kendala dalam
mutu

proses

pendidikan
harian

belajar

secara

mengajar secara

umum.

Demikian

khusus

juga

mutu

pendidikan tidak akan

tidak

diperhatikan.

Guru

meningkat

membutuhkan

peningkatan
dan

halnya

Media Indonesia (Februari 1994), yang

bahwa

beralasan

dengan

menyatakan
jika

pembinaan

kontinyu dari atasannya dan atau dari pihak lain,

pun usaha untuk mengembangkan dirinya dapat pula
kan secara pribadi.

mutu

guru
yang

walau-

dilaku

Menyadari

adanya

pentingnya

peranan sekolah

beberapa tantangan baik kualitas

dasar

lulusan

gurunya, pemerintah Indonesia sebenarnya telah

dan

maupun

melakukan

pembenahan untuk meningkatkan kualitas sekolah dasar itu.
Diantara

usaha yang ditempuh pemerintah

sekolah

dasar

itu sekaligus

jenjang

pendidikan

kualitas

yang lebih tinggi

untuk

kualitas

pendidikan
secara

pada

berturut-

turut ialah ditetapkannya Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional

didikan

Nomor 2 tahun 1989. Undang-undang sistem

nasional itu memperkenalkan dan

didikan,
enam

yaitu suatu sistem

tahun

menengah

mengatur

penyelenggaraan

di sekolah dasar dan tiga tahun

pertama.

penyelenggaraan

Sistem pendidikan ini

yang lebih terpadu

pen

pen

pendidikan
di

sekolah

menuntut

dibandingkan

cara

dengan

sistem penyelenggaraan pendidikan sebelumnya dimana

pada

sistem pendidikan yang lama, kedua lembaga pendidikan itu
pengelolaanya secara terpisah. Dengan demikian sistem ini
diharapkan

mampu

meningkatkan

kemudahan

murid

untuk

melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama. Lebih
jauh pemerintah Indonesia juga mencanangkan wajib belajar
sembilan tahun, yang secara tidak langsung murid
dasar dituntut kemampuannya untuk dapat menggapai

sekolah
pendi

dikan yang lebih tinggi.

Guna menjabarkan pelaksanaan Undang-undang

Sistem

Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989, terutama pasal 13
tentang pendidikan dasar, pemerintah Indonesia mengeluar-

kan

Peraturan

Pemerintah Nomor 28

Tahun

1990

tentang

pendidikan

dasar yang mengatur secara

mendetail

lenggaraan

pendidikan pada jenjang itu. Dengan

peraturan

pemerintah ini, para penyelenggara

mempunyai

pedoman

pendidikan

di

yang

sekolah.

jelas

untuk

Lahirnya

penye
lahirnya

pendidikan

menyelenggarakan

kedua

peraturan

ini

merupakan sejarah baru dan sangat berarti untuk pendidik
an

dasar di Indonesia sebagai langkah yang

pasti

untuk

menata dan meningkatkan kualitas pendidikan dasar berlandaskan peraturan yang lebih jelas.

Selanjutnya,
guru

yang

1989/1990

guna meningkatkan kualifikasi

akan mengajar di sekolah dasar,

pemerintah

Pendidikan

Indonesia

membuka

sejak

tahun

program

baru

Guru Sekolah Dasar (PGSD) dengan masa

dikan dua tahun di Institut Keguruan dan Ilmu

pendi

Pendidikan

(IKIP) Negeri se Indonesia dan di Fakultas Keguruan

Pendidikan
seluruh

(FKIP)

Indoneisa.

di

Universitas-universitas

Disamping itu

pemerintah

sebagian
langkah

dimana

dasar

SPG

Indonesia

pada tahun-tahun sebelumnya,

adalah

materi

guru

lulusan

di

SPG. Dengan

tingkat

sekolah

Ini

calon

adalah

suatu

sekolah

dasar

guru

tambahan

Institut/Universitas

dasar

Guru

mengintegrasikan

maju untuk meningkatkan kualitas

pendidikan
calon

yang lain dengan IKIP.

Ilmu

negeri

mengalihfungsikan tugas sebagian Sekolah Pendidikan
(SPG) menjadi sekolah menengah umum dan

calon

diharapkan

ajar dan metodologi pengajaran di

lebih

sekolah

dua
ini,

tahun
para

menguasai

sekolah

dasar

yang

pada akhirnya akan meningkatkan kualitas

pendidikan

di sekolah dasar pada umumnya.

Usaha

peningkatan kreativitas dan kemampuan

guru

sekolah dasar, Pemerintah juga memacu karir mereka dengan
menerbitkan Keputusan Menteri Pendayagunaan dan

Aparatur

Negara Nomor 26/MENPAN/1989 yang mengatur tentang
point

bagi

guru sekolah dasar

untuk

kredit

kenaikan

pangkat

mereka. Dalam peraturan pemerintah itu guru sekolah dasar

yang

akan

syarat

naik pangkat harus terlebih

kredit

point

yang

dahulu

diwajibkan,

memenuhi

mencakup

empat

kelompok kegiatan, yaitu pertama pendidikan, yang meliputi

mengikuti

kedinasan

pendidikan formal

serta

maupun

latihan-latihan

memperoleh ijazah, diploma

atau

surat

tanda tamat belajar, kedua, proses belajar mengajar

bimbingan

proses

penyuluhan yang meliputi

dan

belajar

penyuluhan,
melaksanakan

: melaksanakan

mengajar atau memberikan

melaksanakan

tugas di daerah

tugas khusus di sekolah,

yang meliputi membuat

bangan

profesi

bidang

pendidikan,

menemukan teknologi

atau

bimbingan

dan

tepencil

dan

ketiga,

karya
tepat

pengem

ilraiah

di

guna

di

bidang pendidikan, membuat alat peraga, menciptakan karya
seni

dan

berpartisipasi dalam

keempat, kegiatan penunjang

meliputi

melaksanakan

pengembangan

kurikulum,

proses belajar mengajar yang

pengabdian pada masyarakat,

partisipasi dalam berbagai jenis kegiatan yang
pendidikan (MENPAN, 1989 : 1-26).

ber

mendukung

Meskipun peraturan pemerintah ini dianggap

kurang

realistik (Tilaar, 1992 : 46), bagaimanapun juga peratur
an ini memacu para guru sekolah dasar untuk lebih
mempunyai aktivitas yang pada gilirannya akan

kan

kemampuan

banyak

meningkat

mereka dalam mengajar, baik secara

lang-

sung ataupun tidak langsung. Apabila dibandingkan
peraturan

kenaikan pangkat sebelumnya,

dimana

dengan
kenaikan

pangkat guru sekolah dasar hanya tergantung pada

datang-

nya waktu (empat tahun), peraturan kenaikan pangkat

baru

jelas lebih menantang untuk perbaikan kualitas

guru

ini

sekolah dasar.

Sebagai konsekuensi logis tugas guru sekolah dasar

yang lebih berat ini, pemerintah Indonesia

kesejahteraan
kolah dasar,

mereka dengan menaikkan gaji guru-guru se
termasuk juga guru-guru sekolah menengah dan

perguruan tinggi,

Nomor

naikan
upaya

yang
ru,

dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah

51 tahun 1992 tentang gaji pegawai

Meskipun

memperhatikan

negeri

kenaikan gaji ini senantiasa diikuti

harga-harga barang kebutuhan

pokok

sipil.

oleh

sehari-hari,

pemerintah ini harus dianggap sebagai suatu

usaha

sangat positif untuk peningkatan kesejahteraan
yang

pada

akhirnya

diharapkan

dapat

ke

gu

berpengaruh

positif dalam bidang pendidikan.

Usaha-usaha

yang telah dan sedang dilakukan

pemerintah guna meningkatkan kualitas pendidikan
yang

diuraikan

di

atas baru dalam

bentuk

oleh

seperti

usaha

bersifat makro, namun demikian perbaikan kualitas

yang

pendi-

8

dikan itu sebenarnya tidak hanya diraih dengan

perbaikan

struktur pendidikan dan manajenem dari atas saja.

Perba

ikan

karena

pendidikan

kualitas

belajar

dari

bawah,

pendidikan lebih banyak ditentukan oleh

mengajar di kelas. Senada dengan
Sutjipto

atas,

dapat pula diraih

kualitas

mengatakan bahwa riset

pendidikan

bisa

diraih dari

proses

pernyataan

di

untuk

perbaikan

level

mikro

di

sekolah. Namun demikian, dia menambahkan bahwa riset pada
level ini kurang menantang sebab kebijaksanaan-kebijaksanaan pendidikan senantiasa datangnya dari atas (Sutjipto,
1991

: 1). Apa yang dikatakan Sutjipto memang

dan

kalaupun

pada

ada penelitian-penelitian

tingkat sekolah,

faatkan

untuk

yang

beralasan
dilakukan

hasil penelitian itu belum

pengambilan

diman-

kebijaksanaan-kebijaksanaan

dalam perbaikan pendidikan di sekolah. Hal ini juga dapat

dipahami
belum

karena dimungkinkan

memenuhi

penelitian-penelitian

standard yang

baku,

sehingga

itu

hasilnya

belum dapat dipertanggungjawabkan.

Memang,

beberapa

usaha

makro

(pendekatan

dari

atas) untuk peningkatan kualitas pendidikan telah dilaku
kan oleh pemerintah Indonesia, namun demikian hasil

dari

pendekatan itu sangat sulit diukur sejauhmana keberhasilannya.

Oleh karena itu dipandang perlu adanya

kualitas
kat

pendidikan melalui pendekatan mikro dari

sekolah,

beralasan,

perbaikan

lebih khusus lagi tingkat kelas.

karena

kualitas

pendidikan

pada

Hal

ting
ini

dasarnya

ditentukan oleh proses belajar mengajar yang

berlangsung

di

dikemukakan

kelas.

Kalau dikaitkan dengan apa

yang

Mohammad Ansyar pada uraian terdahulu, dimana

kebanyakan

guru-guru sekarang dalam melaksanakan tugas hanya sekedar
memberikan infornasi, hal ini menunjukkan belum
nya

pelaksanaan

tersebut.

kemampuan profesional

dari

Praktek pengajaran yang mereka

para

dimana

masih

memakaikan

cara

mengajar

guru merupakan pusat informasi.

masih

profesional,

kebanyakan guru-guru sekolah dasar yang

sekarang

guru

lakukan

belum menggambarkan sikap seorang guru yang
dimana

optimal-

mengajar

tradisional,

Kreativitas

dan

partisipasi dari pada murid-murid masih rendah/diabaikan.
Kenyataan

ini memberikan gambaran bahwa

kelemahan-kelemahan

mengajar
olah

dalam

pelaksanaan

yang dilaksanakan para guru di

masih

terdapat

proses

belajar

kelas.

semua kegiatan masih berpusat pada guru,

Seolahsedangkan

peran siswa sebagai anggota dari organisasi dimana proses
belajar

mengajar berlangsung hanyalah sebagai

pelaksana

dari apa yang direncanakan guru.

Pelaksanaan

proses

belajar mengajar

yang

baik,

memang memerlukan beberapa persyaratan. Di samping tersedianya sarana dan prasarana yang dapat menunjang

kelan

caran proses tersebut, faktor lain yang sangat menentukan
adalah

faktor kepemimpinan dari guru itu

sendiri

tercipta dan tersedianya suatu iklim yang kondusif,
menunjang kelancaran proses tersebut (Suharsimi A.
30,

Sahertian,

1990 : 15).

serta

guna
1990 :

10

Pentingnya peranan pemimpin dan kepemimpinan dalam
suatu

yang

organisasi

dapat dilihat dari

beberapa

pendapat

dikemukakan oleh para ahli. Menurut Thomas, Day

Lord seperti dikutip Hoy dan Miskel (1987 : 252)

kepemimpinan

sebagai konsep kunci didalam

meningkatkan

organisasi

sekolah. Demikian

juga

(1985 : 2) yang menyatakan bahwa tanpa

pinan,

tujuan

akan

organisasi tidak akan dapat

menimbulkan

bekerja
Keith

kekacauan karena

(Oteng Sutisna, 1985

:

255)

kepemim

dicapai

Lebih

dan
orang

lanjut

mengemukakan

bahwa kepemimpinan dapat mengubah potensi menjadi
taan.

dan

dengan

masing-masing

untuk mencapai tujuan pribadinya.
Davis

melihat

memahami

Lipham

dan

Kepemimpinan yang dimaksud dalam hal ini

kenyatentunya

kepemimpinan yang efektif.

Upaya

kepemimpinan yang efektif diperlukan

mengarahkan, menggerakkan, dan mengendalikan

untuk

pelaksanaan

tugas-tugas organisasi (sekolah/kelas) agar proses

bela

jar mengajar yang dilaksanakan dapat menjadi efektif

dan

terarah kepada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Begitu

pentingnya peranan kepemimpinan

tersebut,

maka mengadakan studi tentang perilaku kepemimpinan guru,

iklim

organisasi kelas dan dihubungkan

belajar

kualitas
kan.

siswa,

dengan tujuan

akhir

dengan

untuk

perilaku

peningkatan

pendidikan menjadi sangat penting dan

dibutuh-

11

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1.

Batasan Masalah

Perilaku

faktor,
dalam
dari

baik

belajar

siswa dipengaruhi

oleh

yang bersifat internal (yang

datang

diri) maupun yang bersifat eksternal (yang
luar diri --

input).

instrumental input

dan

banyak

dari
datang

environmental

Secara skematik, faktor-faktor yang

mempengaruhi

perilaku belajar tersebut digambarkan sebagai berikut :

Guru, Metoda, Teknik, Media, Bahan/sumber
- IQ

R

- bakat

A

- motivasi

W

- minat
- kema-

I

tangan

N

- kesiapan
- sikap

P

INSTRUMENTAL INPUT

1
^-

^

PERILAKU
BELAJAR

M

HASIL
• BELAJAR

t

U

- kebiasaan T

ENVIRONMENTAL INPUT

- dll

Sosial, Fisik, Kultural, Dll

Gambar 1 : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Belajar
(dimodifikasi dari : Abin Syamsuddin Makmun, 1986)

Gambar

di

atas menunjukkan bahwa,

secara

garis

besar perilaku belajar siswa dipengaruhi oleh tiga faktor
utama,

yaitu

potensinya),
bahan/sumber,
fisik,

:

raw

(siswa

dengan

segala

instrumental input (guru,

metode,

teknik,

dll),

kultural,

dll).

dan

input

environmental

input

(sosial,

12

Dalam

mempengaruhi
instumental

konteks penelitian ini, faktor-faktor

yang

perilaku

sisi

belajar akan

dilihat

dari

input (yaitu aspek guru, khususnya

kepemimpinannya)

dan

environmental input

mengenai

(yaitu

aspek

lingkungan sosial, khususnya mengenai iklim organisasi).
Karena faktor kepemimpinan guru dan iklim

organi

sasi kelas juga merupakan variabel yang ikut mempengaruhi
kualitas belajar dan mengajar di kelas, perbaikan

dap kepemimpinan dan iklim organisasi
nakan

terha

kelas dapat

digu

untuk memprediksi perbaikan kualitas pendidikan

di

masa-masa yang akan datang.

Penciptaan iklim organisasi kelas yang baik, yaitu
iklim yang menunjang terlaksananya proses belajar

menga

jar yang efektif, peranan kepemimpinan guru jelas

sangat

menentukan.

Guru

dengan

masing-masing

keunikan

kekomplekannya serta gaya kepemimpinan yang

dan

berbeda-beda

akan memberikan warna tersendiri terhadap iklim organisa

si

kelas

Stringer
bahwa

yang

tercipta. Hasil

(1968)

penelitian

yang dikutip oleh

Steers

gaya kepemimpinan atau manajemen

satunya

faktor

Dengan

iklim
belajar

bagi

satu-

iklim

1985 : 128).

mengetahui

organisasi

dan

mengemukakan

merupakan

penentu yang paling penting

organisasi (Steers,

Litwin

kelas

perilaku

yang

kepemimpinan

sebenarnya

dan

guru,

perilaku

siswa, maka perbaikan kualitas pendidikan

diraih dengan dasar tersebut.

dapat

13

Berdasarkan beberapa alasan di atas,
beralasan

untuk

perilaku
sekolah

mengatakan

kepemimpinan
dasar

bahwa

adalah sangat

penelitian

tentang

guru, iklim organisasi

penting dilakukan

dalam

kelas

rangka

di

membantu

peningkatan kuliatas pendidikan.
Penelitian

ini

akan

mengarah

pada

3

komponen

besar, yaitu : (1) Perilaku kepemimpinan guru, (2)

organisasi
belajar

kelas,

siswa.

dan (3)

hubungannya

Secara skematik, kaitan

dengan
antar

Iklim

prilaku
variabel

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Kepemim
pinan gu
ru (VI)

1
Prilaku


Bel.Sis

wa (V3)

t

Iklim or

ganisasi
kls (V2)

Gambar

2

:

Kaitan

Variabel

Penelitian

Berdasarkan pada beberapa pokok permasalahan

dinyatakan
lahan
sesuai

dalam uraian terdahulu, bahwa dalam

diharapkan para siswa dapat berbuat dan
dengan harapan-harapan

sekolah.

yang

persekobertindak

Harapan-harapan

sekolah itu berkisar pada keterlibatan siswa dalam proses
belajar

mengajar

dan

penyelesaian

tugas-tugas

yang

14

diberikan

oleh

guru kepada para

siswanya.

Cara

siswa

merespon terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilaksa
nakan

dan penyelesaian tugas-tugas inilah

yang

disebut

perilaku belajar. Terdapat berbagai variasi dalam

pakan perilaku belajar siswa. Ada siswa yang
nya

secara

aktif,

ada yang

memberi

penam-

menanggapi-

tanggapan

secara

pasif/permisif, dan ada pula cara penanggapan siswa

yang

belum dapat dikatakan aktif tetapi tidak pula pasif, atau
lebih

cocok

dengan

dikatakan kombinasi antara

perilaku

Yamamoto

pasif.

Perilaku

(dalam Uzer Usman, 1991)

perilaku

seperti

ini

disebutnya

aktif

menurut

keaktifan

insidental.

Dalam

penampakan

prilaku belajarnya

itu,

berada dalam suatu suasana hubungan tertentu dengan

personil
dengan

disebut
kelas

suasana
dan

dalam

sekolah terutama dengan guru. Suasana
guru itu berada dalam suatu iklim

para

hubungart

tertentu

dengan iklim organisasi kelas. Iklim

siswa

yang

organisasi

ini tidak lain adalah hal-hal yang dijumpai

dalam

hubungan yang ada antara guru dengan para

siswa

siswa

latar

organisasi

dengan sesamanya.

belakang masalah,

Seperti

bahwa

yang

dikemukakan

sekolah

termasuk

sosial yang memberikan pelayanan kepada

pafa

langganan atau kliennya, dalam hal ini adalah para siswa
nya. Dalam memberikan pelayanan ini, perilaku kepemimpin
an guru dimungkinkan memberikan warna terhadap iklim yang
tercipta dalam kelas serta terhadap perilaku belajar para
siswanya. Warna yang tercipta dalam suasana hubungan atau

15

iklim organisasi kelas ini kemungkinan juga akan berpengaruh terhadap perilaku belajar siswa.
Rumusan Masalah

Berdasarkan

pemikiran

dan

pembatasan

masalah

seperti di ataslah uraian ini akan merupakan suatu kajian
tentang

perilaku

kepemimpinan

guru,

iklim

kelas

dan

>agaimana hubungannya dengan pola prilaku belajar para
siswanya.

Karena

studi ini

dilaksanakan

pada

Sekolah

•asar di Kecamatan Tilatang Kamang, maka rumusan masalah-

ya

adalah : "Kepemimpinan guru, iklim organisasi

kelas

an • hubungannya dengan pola prilaku belajar siswa pada
ekolah Dasar di Kecamatan Tilatang Kamang".

Kepentingan pembahasan selanjutnya,
srsifat

teoritis

maupun yang

bersifat

baik

yang

praktis

dalam

Ldang pendidikan pada umumnya dan bidang studi

rasi

pendidikan

pada khususnya, maka

adminis-

rumusan

masalah

>kok seperti di atas dapat diturunkan ke dalam berbagai
isalah sebagai berikut

:

Bagaimana hubungan kepemimpinan guru (VI) dengan iklim
organisasi kelas (V2) pada sekolah dasar di

kecamatan

Tilatang Kamang?

Bagaimana hubungan kepemimpinan guru (VI)
prilaku

belajar

siswa

(V3) pada

kecamatan Tilatang Kamang?

sekolah

dengan
dasar

di

16

3. Bagaimana hubungan iklim organisasi kelas (V2)

dengan

prilaku belajar siswa (V3) pada sekolah dasar di
kecamatan Tilatang Kamang?

4. Bagaimana

hubungan antara kepemimpinan guru (VI)

iklim

organisasi kelas (V2) dengan

siswa

(V3) pada sekolah dasar di

perilaku

dan

belajar

kecamatan

Tilatang

Kamang?

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis

Anggapan

dasar yang mendasari pengembangan

studi

ini adalah sebagai berikut :

a. Keberhasilan
besar

pencapaian tujuan

pengajaran,

sebagian

ditentukan oleh guru sebagai pemimpin di

(pemimpin
perilaku

kelas

pengajaran). Oleh karena itu, kualitas
kepemimpinan

guru

secara

langsung

dan

maupun

tidak langsung mempengaruhi iklim organisasi kelas dan

perilaku

belajar

murid-murid

(Suharsimi

Arikunto,

1990)

b. Proses
iklim

belajar mengajar yang efektif
sosio-emosional yang baik dalam

hubungan

mempersyaratkan
arti

terdapat

inter-personal yang baik antara guru

dengan

peserta didik dan antara peserta didik. Guru menduduki
posisi

terpenting bagi

emosional yang baik itu

terbentuknya

iklim

sosio-

(Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi,

1991).

c. Suasana sosio-emosional
mempunyai

(iklim)

dalam

pengaruh yang cukup besar

kelas

terhadap

akan
proses

17

belajar mengajar, kegairahan peserta didik efektivitas
tercapainya
Ahmadi,

d. Gaya

tujuan pengajaran

(Ahmad Rohani dan

Abu

1991).

kepemimpinan

atau

manajemen

merupakan

satu-

satunya faktor penentu yang paling penting bagi
organisasi

(Litwin & Stringer (1968)

dalam

iklim
Steers,

1987).

Berdasarkan asumsi dan permasalahan yang dikemuka

kan pada bagian terdahulu, berikut ini dirumuskan bebera
pa hipotesis penelitiannya.

1. Terdapat

hubungan yang berbarti

antara

kepemimpinan

guru dengan iklim organisasi kelas.

2. Terdapat

hubungan

yang berarti

antara

kepemimpinan

guru dengan perilaku belajar siswa.

3. Terdapat hubungan yang berarti antara iklim organisasi
kelas dengan prilaku belajar siswa.

4. Terdapat

hubungan

yang berarti

antara

kepemimpinan

guru dan iklim organisasi kelas dengan prilaku belajar
siswa.

D. Tujuan Penelitian dan Keluaran yang Diharapkan

Sejalan

yang

dengan rumusan dan pertanyaan

dikemukakan di atas, maka secara umum

penelitian
kualitas

ini adalah untuk dapat

pendidikan

melalui

penelitian

tujuan

membantu

tingkat

mikro,

dari

peningkatan
khususnya

18

melalui

perilaku

kepemimpinan guru,

iklim organisasi

kelas, serta pola prilaku belajar siswa. Dari hasil
analisis

ini

nantinya

dapat

diungkapkan

usaha

mendorong guru-guru agar dapat menerapkan perilaku

studi
untuk

kepe

mimpinan yang efektif, menciptakan iklim organisasi kelas

yang baik/kondusif, yang dapat membangkitkan
aktif

siswa dalam proses pengajaran dan

partisipasi

nantinya

akan

menunjang efektivitas proses belajar mengajar yang dilak
sanakan .

Sedangkan tujuan khususnya adalah :

1. Untuk dapat mengetahui hubungan

fungsional

kepemimpinan yang diterapkan guru

perilaku

dalam penciptaan

iklim organisasi kelas.

2. Untuk dapat mengetahui hubungan
kepemimpinan

yang

diterapkan

fungsional
guru

dengan

perilaku
perilaku

belajar siswa.

3. Untuk dapat
organisasi

mengetahui derajat
kelas

yang

keterhubungan

memberikan

pengaruh

iklim
positif

dalam pembentukan prilaku belajar siswa yang menunjang
pencapaian tujuan pendidikan secara optimal.

4. Untuk dapat
kepemimpinan

organisasi

memberikan

gambaran

guru

menunjang

yang

tentang

perilaku

penciptaan

yang kondusif dan membentuk

pola

iklim

prilaku

belajar yang aktif dari siswa yang menunjang pencapai
an tujuan pendidikan secara optimal.

19

E. Kegunaan Penelitian

Apabila

tujuan-tujuan penelitian

terhadap

iklim

organisasi kelas yang tercipta atas dasar perilaku

mimpinan

guru

terbentuknya
hasil-hasilnya
ikut

dan

yang

memberikan

pengaruh

kepe

terhadap

pola prilaku belajar siswa yang baik,

maka

akan dapat bermanfaat untuk hal-hal

ber-

:

1. Sebagai
dalam

bahan

masukan bagi guru-guru

menerapkan

membentuk

perilaku

sekolah

kepemimpinan

pola prilaku belajar siswa

dasar

agar

yang

dapat

menunjang

pencapaian tujuan secara maksimal.

2. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dan

penilik

selaku pemimpin dan pembina guru-guru, sehingga
tek

prak-

supervisi yang dilaksanakan dapat lebih

terfokus

pada perbaikan proses belajar mengajar, yang

akhirnya

menunjang pencapaian tujuan pendidikan secara khusus.
3. Sebagai

bahan masukan bagi lembaga pendidikan

tenaga

kependidikan yang berfungsi mempersiapkan calon

guru,

khususnya PGSD yang mencetak calon guru SD untuk

mem

berikan

yang

pengetahuan

mendukung

organisasi

pencapaian

tentang gaya

tujuan

kepemimpinan

secara

optimal,

kelas yang kondusif serta prilaku

siswa yang positif.

iklim

belajar

20

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk kejelasan pengertian dan menghindarkan salah
tafsir

dari pada istilah yang dipergunakan

dalam

topik

penelitian ini, berikut akan diberikan rumusannya.
1. Kepemimpinan Guru.

Berpijak dari pengertian kepemimpinan seperti yang
dikemukakan

1992),

oleh

Terry

"proses
dalam

Koontz &

(1977), dan Oteng

mempengaruhi
usaha

O'Donnel

ke

(dalam

Sutisna

(1983),

kegiatan seseorang

arah pencapaian

Blanchard,

atau

tujuan

yaitu

kelompok

dalam

situasi

tertentu". Konsep ini selanjutnya merupakan pedoman dalam
membahas

masalah-masalah kepemimpinan

dangkan

mengenai

digunakan

batasan

perilaku

selanjutnya.

Se-

kepemimpinan

adalah pembagian yang secara

umum

yang

digunakan,

gaya kepemimpinan otokratis, demokratis dan laizes-faire.
Seperti dinyatakan oleh Musaazi (1988), bahwa secara umum

pola kepemimpinan yang otokratis bercirikan antara lain :
lebih berpegang kepada peraturan dan pedoman

yang

berlaku,

adanya tekanan-tekanan, ketat,

gainya.

Pada

cirinya

antara lain adalah mengutamakan

keterlibatan

memberi

pola kepemimpinan yang

anggota,

menjalankan

pelaksanaan

dan

demokratis,

seba
ciri-

musyawarah

tugas

dengan

pelayanan, fleksibel, dsb. Sedangkan

dan
jiwa

pada

pola

kepemimpinan yang 1aizes-faire. ciri-cirinya antara

lain

kurang

tegas,

situasi tanpa tujuan

adanya

keyakinan,

tidak

adanya

yang

jelas,

kepercayaan

tidak

terhadap

21

pemimpin
seperti
.dari

dan terhadap diri sendiri,

Konsep-konsep

yang dikemukakan di atas akan dicoba

guru

yaitu

dsb.

dalam

guru-guru

pelaksanaan
sekolah

tugas-tugas

dasar

di

melihatnya
mengajarnya,

kecamatan

Tilatang

Kamang Kabupaten Agam Sumatera Barat.

2.

Iklim Organisasi Kelas
Batasan

tentang iklim organisasi kelas dalam

hal

ini adalah segala situasi (yang bukan pisik) yang

muncul

akibat

murid

dengan

murid atau hubungan antar murid yang menjadi ciri

khusus

dari

hubungan antara guru dan murid dan

kelas

Adapun
di

dan mempengaruhi

proses

belajar

mengajar.

dimensi-dimensi dari pada iklim organisasi

sini

(1979),

sesuai dengan apa yang
yang

dikemukakan

mengemukakan bahwa ada tiga

kelas

oleh

Moos

dimensi

umum

yaitu dimensi hubungan (relationship), dimensi pertumbuh-

an

pribadi (personal growth),

sistem

dan

dan

dimensi

perubahan (system maintenance

pemeliharaan
and

change).

Adapun dimensi iklim menurut Halpin dan Croft (Hoy,

1985)

dibaginya atas dua kutub ekstrim dalam satu garis

konti-

num,

antara

yakni iklim terbuka dan iklim tertutup.

iklim

terbuka

lain,

yaitu

paternal.
nakan
Moos,

dan tertutup tersebut masih
:

autonomous,

controlled,

Dalam penelitian ini,

Di
ada

dimensi

familiar,

dimensi iklim yang

tidak terlepas dari dimensi yang dikemukakan
Halpin, dan Croft di atas.

dan

digu
oleh

3. Perilaku Belajar Siswa

Konsep perilaku belajar yang dimaksud dalam

litian

ini adalah bentuk keterlibatan

siswa

dalam

mengikuti kegiatan

atau

belajar

pene

partisipasi

mengajar

yang

diselenggarakan oleh guru dalam kelas. Secara umum

peri

laku

kutub

belajar siswa ini dikelompokkan ke dalam dua

ekstrim,

yaitu

: aktif dan pasif. Namun,

diantara

dua

kutub

ekstrim tersebut ada perilaku belajar

yang

tidak

dapat

dikatakan aktif maupun pasif, tetapi berada

dalam

garis

kontinum

perilaku

di antara kedua kutub

belajar

tersebut.

itu menurut K. Yamamoto

Ketiga

yang

dikutip

oleh Uzer Usman dikelompokkan atas : (a) keaktifan inten-

sional, (b) keaktifan insidental, dan (c) pasif. Perilaku

belajar

aktif

kreatif

dan

mengajar.

para

kritis

dalam

menunjukkan

mengikuti

kegiatan

sikap
belajar

Perilaku belajar pasif adalah perilaku

siswa

belajar

adalah perilaku yang

yang

tidak memberikan
sedang

respon

berlangsung.

terhadap
Sedangkan

dimana

kegiatan
perilaku

belajar insidental adalah perilaku belajar yang menunjuk
kan keaktifan sewaktu-waktu.

Guna keperluan penelitian ini, data tentang
laku

belajar

belajar

siswa

yang

dimaksudkan

dari kelompok kelas yang tampak

adalah
sewaktu

peri

perilaku
proses

belajar mengajar sedang berlangsung, bukan perilaku siswa
perindividu.

BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

A.

Populasi dan Sampel

Populasi
Iklim

dalam

penelitian

"Kepemimpinan

Organisasi Kelas dan Hubungannya

Belajar
Kamang

Siswa Pada Sekolah Dasar di
Kabupaten Agam"

dengan

Perilaku

Kecamatan

Tilatang

ini mengacu kepada

batasan

dikemukakan oleh Sudjana (1992 : 161),

yaitu

semua

menghitung

nilai yang mungkin,

pengukuran,

kuantitatif

karakteristik
lengkap

tertentu

baik hasil

mengenai sekumpulan

ini

menyangkut

pada perilaku kepemimpinan guru,

kelas,

menjadi

keseluruhan

unit

totalitas

dari

pada

obyek

yang

Tilatang

populasi adalah

Secara rinci,

Kamang Kabupaten

Agam

semua

Sumatera

anggota unit populasi itu seperti

1.
2
3

SDN
SDN
SDN

02 PANDAM BASASAK
13 III KAMPUNG
14 SIDANG INDURING

1
1
1

dan
keca

terlihat

Keterangan
rayon
rayon
rayon

yang

Barat.

Perincian dan Penyebaran Anggota Populasi

Sekolah

orga

guru

Tabel 1

Nama

yang

Adapun

pada tabel 1.

No.

dalam

iklim

murid-muridnya yang tersebar pada sekolah dasar di
matan

maupun

karakteristik

dan perilaku belajar siswa.

anggota

yang

maka populasi

penelitian

nisasi

adalah

:

ataupun kualitatif,

dan jelas. Dengan demikian,

Guru,

c
CO


c
CO

^^^rH^^rHrHrHTHC\ICNO0CNICNICNl(>)CNC^COCOCOCr>C^C^COC^

u

Dokumen yang terkait

Keragaan Posyandu dan Status Gizi Batita di Wilayah Kerja Puskesmas Kapau Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat

0 11 80

Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Skala Kecil (Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat)

0 9 98

ANALISIS JARINGAN PERDAGANGAN PADI DAN BERAS DI KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT Analisis Jaringan Perdagangan Padi dan Beras di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Sumatera Barat.

2 6 15

ANALISIS JARINGAN PERDAGANGAN PADI DAN BERAS DI KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM Analisis Jaringan Perdagangan Padi dan Beras di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Sumatera Barat.

0 5 15

PENDAHULUAN Analisis Jaringan Perdagangan Padi dan Beras di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Sumatera Barat.

1 8 26

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DAN HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA GURU SD NEGERI DI KECAMATAN PATUMBAK.

0 0 26

SOSIALISASI POLITIK DALAM MASYARAKAT NAGARI KAPAU KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM.

0 0 9

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA PETERNAK AYAM RAS DI KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM TAHUN 2011.

0 0 10

ANALISIS PEMASARAN TELUR DI KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM (Studi Kasus Peternakan H. Djarasun Mangkuto Kec. Tilatang Kamang Kabupaten Agam)

0 0 23

Studi tentang Desain Hiasan pada Bordir di Industri Kerajinan Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Sumatera Barat - Universitas Negeri Padang Repository

0 0 97