Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Skala Kecil (Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA
PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL
(Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam
Provinsi Sumate ra Barat)

RICARDO ARFIN SAPUTRA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA1
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha
Penggilingan Padi Skala Kecil (Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang
Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana
pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar

Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014

Ricardo Arfin Saputra
NIM H34114054

1

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelit ian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada
perjanjian kerja sama terkait

ABSTRAK
RICARDO ARFIN SAPUTRA. Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Skala Kecil
(Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi
Sumatera Barat). Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA
Analisis kelayakan usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam merupakan dasar untuk
menilai apakah kegiatan investasi yang d ilakukan layak untuk dijalankan, memberikan
gambaran prospek bisnis dan seberapa besar kemungkinan tingkat manfaat (benefit) dapat
diterima dari bisnis penggilingan yang dilakukan. Analisis aspek non finansial usaha

penggilingan padi RMU Bonjo Alam menunjukan bahwa usaha penggilingan layak untuk
dijalankan untuk aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan aspek sosial lingkungan karena
sudah memenuhi kriteria kelayakan usaha. Analisis aspek finansial usaha penggilingan padi
RMU Bonjo Alam menunjukan bahwa usaha penggilingan padi layak untuk dijalankan. Nilai
NPV usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam sebesar Rp 942 882 122, nilai Net B/C yang
dihasilkan yaitu 1.84, nilai IRR sebesar 20.99 persen, nilai Payback Period (PP) 3 tahun 0.95
bulan. Semua nilai indikator kelayakan finansial penggilingan padi RMU Bonjo Alam
tersebut memenuhi standar kelayakan usaha. Berdasarkan a nalisis switching value ditemukan
bahwa besarnya toleransi maksimal terhadap komponen oleh penggilingan padi RMU Bonjo
Alam adalah peningkatan total biaya variabel sebesar 431.1873848 persen, penurunan jumlah
produksi sebesar 42.09836603 persen, dan penurunan harga jual output sebesar 42.09836605
persen.
Kata kunci: analisis kelayakan usaha, npv, net b/c, irr, pp, analisis switching value
ABSTRACT
RICARDO ARFIN SAPUTRA. Analysis on Business Feasibility of Small-Scaled Rice Milling
(Case study of Bonjo Alam RMU at Tilatang Kamang District, Agam Regency, West Sumatra
Province). Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA
The analysis on the business feasibility of Bonjo Alam RMU is the basis for assessing
whether the investment activities undertaken are feasible, for providing an overview of
business prospects, and for identifying the level of benefits that can be received from the rice

milling business conducted. Analysis on non-financial aspects of the milling business of
Bonjo Alam RMU shows that the milling business is feasible in regards to market, technical,
management, legal, and environment social aspects because it has already met the criteria of
feasibility. Analysis on the financial aspects of rice milling business of Bonjo Alam RMU
shows that the business is feasible to run. The values of NPV, IRR, Net B/C, and Payback
Period (PP) of 3 years of rice milling business of Bonjo Alam RMU are Rp942 882 122,
20.99 percent, 1.84, and 0.95 months respectively. These indicator values of financial
feasibility of the business have met the business feasibility standards. Based on analysis
switching value found that the magnitude of tolerance maximum against component by the
rice milling business of Bonjo Alam RMU is an increase total cost variable of 431.1873848
percent, decrease the amount of production of 42.09836603 percent, and a decrease in
selling price of 42.09836605 percent of output.
Keywords: business feasibility analysis, NPV, Net B/C, IRR, PP, switching value analysis

i

ANALISIS KELAYAKAN USAHA
PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL
(Studi kasus RMU Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam
Provinsi Sumate ra Barat)


RICARDO ARFIN SAPUTRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

vii

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Skala Kecil (Studi kasus RMU
Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam
Provinsi Sumatera Barat)

Nama

: Ricardo Arfin Saputra

NIM

: H34114054

Disetujui oleh

Dr Ir Wahyu Budi Priatna ,MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi , MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


Judul Skripsi

Nama
NIM

: Anali sis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan
Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Mas Koki di Kelompok
Budidaya Tugu Mina Asri, Kabupaten Tulungagung.
: Rendra Eka Ardhya
: H34070140

Disetujui oleh

セ [@

Dr Ir RatnaWinandi, MS
Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh


Tanggal Lulus: (

,.16 nCT 2013 '

v

ix

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah Studi Kelayakan Bisnis,
dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Skala Kecil (Studi kasus RMU
Bonjo Alam Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat)
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi selaku
pembimbing, serta Bapak Ir Burhanuddin, MM yang telah banyak memberi saran. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir Zulfa Arasj selaku pemilik dari
Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam beserta karyawan yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh

keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

Ricardo Arfin Saputra

xi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Kelayakan Usaha

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Alat Pengolahan Padi
Penggilingan Padi
Studi Kelayakan Bisnis
Aspek – Aspek Studi Kelayakan
Konsep Nilai Waktu Uang (Time value of money)
Kriteria Kelayakan Investasi
Analisis Sensitifitas
Kerangka Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan Data
Aspek Non Finansial
Analisis Aspek Teknis
Analisis Aspek Pasar
Analisis Aspek Manajemen dan Hukum
Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan

Analisis Aspek Finansial
Asumsi Dasar
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Latar Belakang Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Aspek Non Finansial
Aspek Pasar
Aspek Teknis
Aspek Manajemen Dan Hukum
Aspek Sosial Dan Lingkungan
Analisis Aspek Finansial
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xii
xii

xiii
1
1
3
6
6
6
6
6
9
9
9
10
12
12
13
14
14
14
17
17
17
17
18
18
18
18
19
19
21
23
24
24
28
28
28
31
42
45
47
58
58
60
60

DAFTAR TABEL
1 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut kelompok barang
tahun 2002-2012
2 Persentase biaya sewa yang diterapkan atas jasa penggilingan
yang dilakukan RMU Bonjo Alam
3 Segmentasi pasar komoditi pertanian Kecamatan Tilatang Kamang tahun 2012
4 Kriteria aspek kelayakan non finansial penggilingan padi RMU Bonjo Alam
5 Tingkat Pendidikan Karyawan Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam
7 Biaya Investasi Usaha Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam
8 Umur ekonomis dari investasi yang ditanamkan dalam usaha penggilingan padi
RMU Bonjo Alam
9 Biaya reiventasi yang dikeluarkan oleh penggilingan padi RMU Bonjo Alam
10 Penyusutan dari barang investasi penggilingan padi RMU Bonjo Alam pertahun
11 Biaya variabel yang dikeluarkan penggilingan padi RMU Bonjo Alam
12 Biaya tetap penggilingan padi RMU Bonjo Alam
13 Penerimaan penggilingan padi RMU Bonjo Alam
14 Nilai sisa barang investasi penggilingan padi RMU Bonjo Alam pertahun
15 Hasil perhitungan Kriteria Investasi Usaha Penggilingan Padi RMU Bonjo Alam
16 Analisis switching value penggilingan padi RMU Bonjo Alam

1
5
5
20
27
48
49
50
51
52
54
55
56
57
58

DAFTAR GAMBAR
1 Proses produksi penggilingan padi RMU Bonjo Alam
2 Kerangka pemikiran operasional
3 Bapak Ir.Zulfa Arasj
4 Lokasi RMU Bonjo Alam
5 Mesin Penggilingan
6 Lantai jemur penggilingan padi RMU Bonjo Alam
7 Pembeli yang mengambil dedak di penggilingan
8 Alur pemasaran penggilingan padi RMU Bonjo Alam
9 Pembeli beras yang datang lansung ke penggilingan
10 Lokasi penggilingan dekat dengan akses transportasi
11 Perumahan masyarakat disekitar penggilingan
12 Sumber listrik dan air
13 Bak penampungan air aerator mesin
14 Husker, Polisher dan Motor Penggerak
15 Layout bangunan penggilingan padi RMU Bonjo Alam
16 Aktifitas penjemuran gabah
17 Penyimpanan Gabah Kering Giling (GKG)
18 Area penampungan gabah dan Corong Husker
19 Proses penyosohan dan penampungan beras hasil penyosohan
20 Proses pengipasan
21 Proses penimbangan dan penjahitan karung
22 Penyimpanan beras dan beras yang sudah diberi tanda
23 Surat TDP dan SIUP
24 Surat Ijin Gangguan (HO) dan Surat Keterangan Tempat Usaha (SKTU)
25 Penyaring pada knalpot mesin penggilngan
26 Sekam dan dedak yang dijual kepada konsumen

4
16
25
25
26
26
29
30
31
32
33
34
34
35
38
38
39
39
40
40
41
41
44
45
46
46

xiii

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Rincian biaya variabel penggilingan padi RMU Bonjo Alam
Rincian pendapatan penggilingan padi RMU Bonjo Alam
Laporan Chasflow penggilingan padi RMU Bonjo Alam
Laporan laba rugi penggilingan padi RMU Bonjo Alam
Laporan Chasflow kenaikan total biaya variabel sebesar 431.1873848 persen
pada analisis switching value
6 Laporan laba rugi kenaikan total biaya variabel sebesar 431.1873848 persen
pada analisis switching value
7 Laporan Chasflow penurunan jumlah produksi penggilingan
sebesar 42.09836603 persen pada analisis switching value
8 Laporan laba rugi penurunan jumlah produksi penggilingan
sebesar 42.09836603 persen pada analisis switching value
9 Laporan Chasflow penurunan harga jual Output penggilingan
sebesar 42.09836605 persen pada analisis swicthing value
10 Laporan laba rugi penurunan harga jual Output penggilingan
sebesar 42.09836605 persen pada analisis switching value

64
64
65
68
69
72
73
76
77
80

PENDAHULUAN

Latar belakang
Padi merupakan bahan baku dari beras, dimana beras merupakan kebutuhan
dasar yang sangat penting baik ditinjau secara fisiologis, psikologis, sosial, maupun
antropologis bagi kehidupan manusia. Berdasarkan masyarakat Indonesia, beras
menjadi komoditas yang sangat penting tidak saja dilihat dari sisi produsen tetapi juga
dilihat dari sisi konsumen.
Tabel 1 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut kelompok barang

tahun 2002-2012
Kelompok
barang

2005

2006

2007

2008

2009

2010

- Padi-padian

8.54

11.37

10.15

9.57

8.86

8.89

7.48

8.37

9.14

7.9

- Umbiumbian

0.58

0.59

0.56

0.53

0.51

0.49

0.51

0.48

0.44

0.42

- Ikan

4.66

4.72

3.91

3.96

4.29

4.34

4.27

4.12

4.20

4.08

- Daging

2.44

1.85

1.95

1.84

1.89

2.10

1.85

2.19

2.06

2.26

- Telur dan
susu

3.12

2.96

2.97

3.12

3.27

3.20

2.88

2.86

3.00

2.74

- Sayursayuran

4.05

4.42

3.87

4.02

3.91

3.84

4.31

3.72

3.78

3.62

- Kacangkacangan

1.70

1.63

1.47

1.55

1.57

1.49

1.26

1.31

1.33

1.32

- Buahbuahan

2.16

2.10

2.56

2.27

2.05

2.49

2.15

2.06

2.44

2.28

- Minyak dan
lemak

1.93

1.97

1.69

2.16

1.96

1.92

1.91

1.79

1.95

1.79

- Bahan
minuman

2.23

2.50

2.21

2.13

2.02

2.26

1.80

1.93

1.73

1.68

- Bumbubumbuan

1.33

1.37

1.10

1.12

1.08

1.09

1.06

1.02

1.02

0.96

- Konsumsi
lainnya

1.34

1.27

1.34

1.39

1.33

1.29

1.07

1.07

1.1

1.01

- Makanan
jadi

11.44*)

10.29*)

10.48*)

11.44*)

12.63*)

12.79*)

13.73*)

11.83*)

12.72*)

11.65*)

M aret

2011
Sept

M aret

2012
Sept

- Minuman
beralkohol

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

- Tembakau
dan sirih

6.18

5.97

4.97

5.08

5.26

5.25

5.16

5.73

6.16

6

Jumlah
makanan

51.37

53.01

49.24

50.17

50.62

51.43

49.45

48.46

52.08

47.71

Catatan : *) Termasuk minu man beralkohol, Su mber : Badan Pusat Statistik, 2012

Dari perkembangan tiap tahunnya, konsumsi masyarakat terhadap tanaman padi
dibandingkan makanan pokok yang lain masih menempati peringkat tertinggi dan
besarnya konsumsi masyarakat indonesia terhadap padi selalu meningkat tiap tahunnya.

2

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, dimana persentase pengeluaran rata-rata per kapita
dari tahun 2002 - 2012 untuk tanaman padi masih tinggi.
Usaha penggilingan padi merupakan suatu mata rantai usaha pengolahan gabah
menjadi beras dan piranti suplai beras dalam sistem perekonomian masyarakat
Indonesia. Usaha penggilingan padi di indonesia memberikan kontribusi dalam
penyediaan beras nasional baik dari segi kuantitas maupun kualitas dimana peranannya
sebagai pusat pertemuan antara produksi, pengolahan dan pemasaran bagi padi di
indonesia. Keberadaan usaha penggilingan padi sangat memberikan dampak positif
bagi lingkungan sekitarnya tidak hanya membantu para petani dalam mengolah gabah
yang mereka hasilkan menjadi beras tetapi juga memberikan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat disekitar mereka. Berdasarkan data Perpadi (2008) disebutkan bahwa total
penggilingan padi di Indonesia adalah 110 452 unit terdiri dari: PPB 4 950 unit, PPS 15
102 unit, PPK 90 400. Dari 90 400 unit PPK hanya 40 persen yang berfungsi dengan
baik sepanjang tahun (10 bulan), 50 persen beroperasi hanya pada saat panen
penyebabnya karena kekurangan modal untuk membeli bahan baku, sedangkan 10
persen (9 040 unit) perlu segera direvitalisasi agar dapat berfungsi kembali dengan baik.
Produktifitas penggilingan padi di indonesia akan sangat mempengaruhi tingkat
perberasan nasional dan mendukung swasembada dan keta hanan pangan nasional
sehingga harus dibina dan dikembangkan.
Provinsi Sumatera Barat memiliki perkembangan prod uksi padi yang cukup baik
untuk perkembangan penggilingan padi. Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar
menyebutkan bahwa pada tahun 2012 produksi padi di Sumbar sebesar 2 368 390 ton
gabah kering atau meningkat 3.89 persen dibanding tahun 2011 yang mencapai 2 279
602 ton gabah kering. Peningkatan produksi padi disebabkan bertambahnya luas panen
sebanyak 14 713 ha, yaitu dari 461 709 ha tahun 2011 menjadi 476 422 ha tahun 2012
dan meningkatnya hasil per hektare. Peningkatan luas panen terjadi karena adanya
perbaikan jaringan irigasi tingkat usaha tani (JITUT) dan Jaringan Irigasi Desa (Jides),
yaitu pada tahun 2011 seluas 10 660 ha dan pada tahun 2012 seluas 9 000 ha, sehingga
ketersediaan irigasi yang cukup dan petani dapat segera tanam setelah panen 2 .
Peningkatan gabah kering tersebut akan memunculkan peluang bagi usaha – usaha
penggilingan padi untuk meningkatkan produktifitas beras yang dihasilkan dari hasil
panen padi tersebut.
Berdasarkan Harian Berita Sore Padang Harian Pagi Padang Ekspres edisi 25
April 2013 disebutkan bahwa 12 dari 19 kabupaten/kota di Sumatera Barat tercatat
sebagai daerah surplus beras dan secara provinsi, maka daerah ini mengalami surplus
mencapai 363 359 ton beras. Total produksi beras Sumbar mencapai 1 059 514 ton dari
hasil produksi padi sebanyak 1 889 481 ton, sedangkan kebutuhan beras provinsi ini
hanya 658 466 ton sehingga terjadi surplus 363 359 ton beras. Kabupaten Agam
merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota yang mengalami surplus beras diikuti oleh
Kabupaten Pasaman, Pasaman Barat, 50 Kota, Tanah Datar, Padang Pariaman, Solok,
Solok Selatan, Sijunjung, Pesisir Selatan, Kota Solok dan Payakumbuh. Kabupaten
Agam memiliki tingkat surplus 64 945 ton dari total produksi beras 130 928 ton3 .
Peningkatan tingkat surplus tersebut tidak terlepas dari peranan usaha penggilingan padi

2

http://www.padangekspres.co.id/Harian Pag i Padang Ekspres/Berita. Produksi Padi dan Jagung
Meningkat [Diakses 22 Juli 2013 ]
3
http://www.harianberitasore.com/12 dari 19 Kabupaten Kota di Su mbar Su rplus Beras
[Diakses 22 Juli 2013 ]

3

yang melakukan pengolahan gabah yang dihasilkan oleh petani menjadi beras yang siap
untuk dikonsumsi oleh konsumen.
Kabupaten Agam yang merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Barat
memiliki 16 kecamatan yang memiliki jumlah unit penggilingan padi yang beraneka
ragam. Kecamatan Tilatang Kamang merupakan salah satu dari 16 kecamatan tersebut.
Untuk Kecamatan Tilatang Kamang sendiri memiliki jumlah usaha penggilingan padi
sebanyak 44 buah. Usaha penggilingan padi tersebut terdiri dari usaha penggilingan
padi skala kecil yang memberikan kontribusi dalam peningkatan p roduktifitas beras
yang ada di Kecamatan Tilatang Kamang. Penggunaan mesin penggiling padi umumnya
sudah memasyarakat, sebagai sarana dalam proses penggilingan padi. Penggilingan padi
sebagian besar diusahakan oleh pengusaha swasta yang dalam hal ini adalah pengusahapengusaha kecil. Walaupun sudah banyak usaha penggilingan padi, namun
kelayakannya belum begitu optimal. Keadaan ini memerlukan suatu analisis dan
evaluasi sehingga usaha penggilingan tersebut layak beroperasi secara optimal. Salah
satu usaha penggilingan padi dengan skala kecil di Kecamatan Tilatang Kamang adalah
usaha penggilingan padi (RMU) Bonjo Alam.
Perumusan Masalah
Kecamatan Tilatang Kamang memiliki dua bentuk usaha penggilingan yang
diterapkan oleh pengusaha pada usaha penggilingan yang mereka jalankan. Ada
penggilingan padi yang lansung melakukan pembelian gabah terhadap petani sekaligus
melakukan penggilingan dan penjualan terhadap gabah tersebut sehingga hasil beras dan
sampingan penggilingan secara keseluruhan menjadi kepemilikan penggilingan. Ada
penggilingan padi yang memberikan layanan penyewaan penggilingan padi untuk
masyarakat dan pengumpul yang akan mengolah gabah mereka, dimana sistem
pembayaran sewanya adalah dari hasil potongan beberapa persen dari hasil
penggilingan. RMU Bonjo Alam merupakan penggilingan padi yang menerapkan
sistem sewa bagi usaha penggilingan yang mereka jalankan.
RMU Bonjo Alam merupakan penggilingan padi berskala kecil yang berada di
Jorong Patangahan Kenagarian Koto Tangah Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten
Agam. RMU Bonjo Alam merupakan usaha penggilingan padi yang dimiliki oleh
Bapak Ir. Zulfa Arasj. Bapak Zulfa melakukan investasi usaha penggilingan padi sejak
tahun 2007 dengan melakukan pembangunan area penjemuran padi, gedung untuk
usaha penggilingan padi dan unit mesin penggilingan padi dimana untuk lahan
bangunan penggilingan padi merupakan milik Bapak Zulfa sendiri. Bapak Zulfa pada
tahun 2007 melakukan pembangunan pada area tanah seluas 4000 m2 serta pembelian
mesin- mesin penggilingan. 900 m2 digunakan untuk bangunan mesin, 2700 m2 untuk
area penjemuran dan 400 m2 digunakan untuk bagunan lain ( mushola, kantor, gudang
dan rumah pegawai). Jumlah investasi yang dihabiskan lebih kurang adalah 1.1 miliar
rupiah. Kegiatan operasi mulai dilakukan awal tahun 2008 setelah semua pembangunan
dan mesin penggilingan bisa dioperasikan.
RMU Bonjo Alam menggunakan konfigurasi mesin penggilingan yang terdiri dari
2 unit mesin penggilingan yaitu Husker – Polisher dengan menggunakan mesin
penggerak untuk menggerakkan motor tersebut. Husker merupakan alat pengolah padi
yang digunakan untuk mengupas kulit luar (sekam) gabah menjadi beras sedangkan
penyosoh beras pecah kulit (Polisher) merupakan alat yang berfungsi untuk menyosoh
beras pecah kulit menjadi beras putih. RMU Bonjo Alam mengoperasikan 2 jenis mesin

4

penggilingan padi ini untuk mengolah gabah kering giling (GKG) menjadi beras. Pada
penggilingan RMU Bonjo Alam, proses produksi usaha dimulai dengan melakukan
penjemuran gabah hasil panen sampai kering dibawah terik matahari. Penjemuran
dilakukan selama 1.5 hari ketika musim panas. Gabah yang sudah kering didiamkan
selama satu malam untuk mencegah beras yang dihasilkan patah setelah proses
penggilingan, setelah itu baru dilanjutkan ke proses penggilingan. RMU Bonjo Alam
melakukan pemprosesan beras secara kontinyu, bahan berupa gabah dimasukan ke
dalam mesin pemecah gabah (Husker) yang menghasilkan output berupa dedak kasar
dan beras pecah kulit. Beras pecah kulit kemudian dibawa oleh elevator ke penyosoh
beras pecah kulit (Polisher) dimana menghasilkan output berupa beras putih dan dedak
halus. Beras yang dihasilkan lansung dimasukan kedalam karung beras tergantung
permintaan dari pelanggan. Uraian proses produksi RMU Bonjo Alam dapat dilihat
pada gambar berikut :

Dedak kasar

Gabah

Gabah Kering
Giling

Penyimpanan
selama 1 malam

Husher

Penjemuran

Beras pecah
kulit
Dedak halus
Polisher
Beras putih

Gambar 1 Proses produksi penggilingan padi RMU Bonjo Alam
RMU Bonjo Alam dalam proses produksinya bertindak sebagai fasilitator bagi
pengumpul dan masyarakat untuk mengolah gabah mereka menjadi beras. RMU Bonjo
Alam memberikan fasilitas bagi pengumpul untuk menyimpan gabah yang dibeli dari
hasil panen petani, dan juga memberikan fasilitas untuk penjemuran gabah itu sendiri
bagi pengumpul secara gratis tampa dipungut bayaran. Untuk pendapatan bagi RMU
Bonjo Alam sendiri didapatkan dari hasil penggilingan beras yang dilakukan oleh
masyarakat dan pengumpul yang menyimpan gabah mereka di RMU Bonjo Alam.
Dimana sistem pembayarannya adalah beberapa persen dari beras hasil penggilingan
gabah oleh para pengumpul dan masyarakat menjadi milik penggilingan dengan hasil
sampingan dari penggilingan tersebut berupa dedak halus menjadi hak atas usaha
penggilingan.

5

Untuk penggunaan persentase sewa atas jasa penggilingan yang dilakukan oleh
RMU Bonjo Alam adalah sebagai berikut :
Tabel 2 Persentase biaya sewa yang diterapkan atas jasa penggilingan yang dilakukan
RMU Bonjo Alam
Tahun
Beras
Dedak

2008
5%
50%

2009
5%
50 %

2010
5%
50 %

2011
5%
50 %

2012
2%
100%

2013
2%
100 %

Berdasarkan data UPTBP4K2P Kecamatan Tilatang Kamang pada tahun 2012,
produksi beras Kecamatan Tilatang Kamang memiliki tingkat pasar dengan kondisi 95
persen diakses oleh masyarakat lokal dan sisanya baru dipasarkan ke luar daerah sebesar
lima persen, ini membuktikan bahwa untuk komoditas beras masyarakat tilatang
kamang adalah masyarakat yang konsumtif terhadap beras. Ini dapat kita lihat pada
tabel berikut :
Tabel 3 Segmentasi pasar komoditi pertanian Kecamatan Tilatang Kamang tahun 2012
Komoditi
Beras
Jagung

Produksi
Persentase pasar (%)
(ton/butir) Local
Luar daerah Swalayan
33 264
95
5 1 432
100
- -

Keterangan

Pakan ternak
ayam

Ubi kayu

5 916

55

45 -

Usaha kerupuk
sanjai

Ubi jalar

4 662.88

40

60 -

Ke batam via
Baso

324
216
865
22.5
2 171
50 726
12.5

70
60
100
10
20
100

Sayuran
Buah-buahan
Kelapa
Kakao
Daging
Telur
Ikan

30
40
100
90
80
-

-

Pasar bukittinggi

Sumber : UPTBP4K2P Kecamatan tilatang kamang 2013

Melihat kondisi tersebut dimana tingkat permintaan konsumen lokal terhadap beras
meningkat dan juga untuk mengatasi banyaknya pesaing yang bermunculan maka untuk
menarik agar masyarakat dan pengumpul menggunakan jasa penggilingan mereka maka
pada tanggal 9 Desember 2012 RMU Bonjo Alam melakukan penurunan sewa atas jasa
penggilingan yang mereka berikan dari lima persen menjadi dua persen dari beras yang
dihasilkan dengan persentase dedak yang didapatkan penggilingan menjadi 100 persen
berdasarkan persetujuan dari masyarakat dan pengumpul. Namun, RMU Bonjo Alam
masih belum mengetahui apakah dengan sistem sewa yang diterapkan terhadap
masyarakat dan pengumpul sebagai langkah untuk memenuhi permintaan pasar dan
tingkat persaingan bisnis, layak untuk dijalankan dan dapat memberikan keuntungan
yang maksimal bagi penggilingan. Untuk mengetahui hal tersebut maka dibutuhkan
suatu analisis kelayakan usaha untuk melihat apakah dengan sistem operasional yang
sudah ditetapkan oleh RMU Bonjo Alam sudah memenuhi kelayakan usaha.

6

Berdasarkan uraian di atas, adapun permasalahan yang dibahas di dalam penelitian
ini yaitu :
1. Bagaimana kelayakan usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam ditinjau dari
aspek non finansial ?
2. Bagaimanakah kelayakan usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam ditinjau dari
aspek finansial ?
3. Berapakah nilai switching value kelayakan investasi yang masih dapat ditoleransi
oleh penggilingan RMU Bonjo Alam ?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari adanya penelitian ini adalah :
1.
2.
3.

Menganalisis kelayakan usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam ditinjau dari aspek
non finansial.
Menganalisis kelayakan usaha penggilingan padi RMU Bonjo Alam ditinjau dari aspek
finansial.

Menganalisis besarnya nilai switching value kelayakan investasi yang masih dapat
ditoleransi oleh penggilingan RMU Bonjo Alam ?
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi berbagai
pihak :

1. Bagi penulis, penelitian ini memberikan kesempatan lagi untuk belajar dan menambah
pengetahuan serta pengalaman dalam menerapkan ilmu-ilmu yang sudah diperoleh
selama masa perkuliahan.
2. Bagi RMU sebagai referensi bisnis dan pertimbangan untuk bahan evaluasi bagi
kelansungan usaha.
3. Bagi pihak lain hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan
rujukan bagi pembaca dalam melakukan penelitian lebih lanjut

Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini ruang lingkup penelitian akan difokuskan pada penggilingan RMU
Bonjo Alam yang merupakan usaha penggilingan padi skala kecil yang mengoperasikan 2
jenis mesin penggilingan yaitu Husker – Polisher yang berada di Jorong Patangahan
Kenagarian Koto Tangah Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Profinsi Sumatera
Barat.

TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Kelayakan Usaha
Arimanto (2008) melakukan penelitian mengenai analisis biaya dan kelayakan
usaha penggilingan padi di kelompok tani Suka Tani, Desa Situ Ilir, Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Penelitian tersebut bertujuan untuk mempelajari
proses produksi beras pada penggilingan padi kecil (PPK) dan menganalisis biaya dan
kelayakan usaha penggilingan padi sehingga usaha tersebut dapat berjalan pada jalur

7

yang tepat agar tidak mengalami kerugian. Selain itu penelitiannya juga bertujuan untuk
melihat pengaruh dari perubahan - perubahan yang mungkin terjadi melalui metode
analisis sensitivitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
analisis titik impas. Berdasarkan hasil penelitiannya, diketahui bahwa pengusahaan
penggilingan padi yang diteliti layak untuk dikembangkan dengan nilai kriteria investasi
seperti NPV sebesar Rp39 782 468, nilai IRR sebesar 43.78 persen dan B/C Ratio
sebesar 2.57. Kelayakan penggilingan tersebut dikarenakan jumlah giling setiap
tahunnya selalu tinggi. Adapun dalam perhitungan dengan analisis sensitivitas diketahui
bahwa tiga variabel yang memiliki pengaruh cukup besar antara lain kenaikan harga
bahan baku solar, kenaikan upah pekerja dan penurunan jumlah giling tahunan rata-rata.
Novianti (2010) melakukan analisis kelayakan investasi pada kondisi risiko pada
Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar. Berbeda dengan Arimanto (2008) yang hanya
meneliti pembiayaan dan aspek finans ial dari usaha penggilingan padi, Novianti (2010)
melakukan kajian dari dua aspek yaitu aspek non finansial dan aspek finans ial. Untuk
Aspek finansial, Novianti (2010) menggunakan kriteria investasi yang sama yaitu NPV (Net
Present Value), Net B/C (Net Benefit/Cost), IRR (Internal Rate Return) dan ditambah
kriteria lain yaitu PP (Payback Period). Berdasarkan hasil analisis aspek non finansial,

yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen dan hukum serta aspek sosial dan
lingkungan menunjukan kelayakan. Pada aspek pasar, penggilingan padi Sinar Ginanjar
berpeluang untuk memasarkan output penggilingan ke berbagai pasar selain kepada
masyarakat sekitar. Berdasarkan aspek teknis, usaha penggilingan padi sinar ginanjar
sudah memenuhi syarat untuk menjadikan penggilingan padinya sesuai dengan
pengelolaan yang benar, namun terkadang ada beberapa persyaratan untuk menjaga
kualitas beras tidak dilakukan seperti dalam penyimpanan beras. Pada aspek
manajemen, struktur organisasi yang digunakan masih sangat sederhana, namun proses
produksi tetap dijalankan dengan baik. Selain itu, dari aspek hukum usaha penggilingan
padi Sinar Ginanjar sudah melengkapi berkas-berkas perijinan usahanya, sehingga
sejauh ini tidak ada hambatan dalam aspek hukum. Aspek sosial lingkungan dari usaha
penggilingan padi Sinar Ginanjar, dalam mengelola limbah yaitu sekam sudah baik,
yaitu dengan mempergunakannya sendiri untuk pembuatan abu gosok dan sebagian
untuk masyarakat sekitarnya. Sedangkan untuk aspek finansial didapatkan bahwa hasil
analisis finansial Usaha Penggilingan Padi Sinar Ginanjar layak untuk dijalankan.
Berdasarkan kriteria investasi, nilai NPV pada kondisi tanpa risiko menghasilkan nilai
sebesar Rp322 915 059, Nilai IRR yang diperoleh sebesar 28 persen, nilai Net B/C yang
dihasilkan sebesar 1.83, dan waktu pengembalian untuk investasi yang dilakukan adalah 4
tahun 0.9 bulan karena mengikuti asumsi dalam satu bulan hanya ada 8.8 bulan. Waktu
pengembalian tersebut lebih sedikit dari umur usaha penggilingan padi sinar ginanjar,
sehingga berdasarkan penilaian usaha ini layak dijalankan karena mengikuti standar
kelayakan usaha. Untuk kondisi risiko juga menghasilkan hasil yang sama yaitu memenuhi
standar kelayakan usaha.

Prawirakusuma (2011) melakukan analisis kelayakan usaha rose la organik pada
wahana farm di Darmaga Bogor. Penelitian ini juga menganalisis dari dua aspek
kelayakan usaha yaitu aspek non finansial dan aspek finansial. Untuk Aspek finansial,
Prawirakusuma (2011) juga menggunakan kriteria investasi yang sama dengan Novianti
(2010) dan Arimanto (2008) yaitu NPV (Net Present Value), Net B/C (Net
Benefit/Cost), IRR (Internal Rate Return) dan PP (Payback Period). Untuk aspek non
finansial sendiri didapatkan bahwa untuk aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen,
dan aspek sosial memenuhi standar kelayakan. Ini disebabkan oleh daya dukung yang
dihasilkan oleh wahana farm pada setiap aspeknya. Daya dukung aspek pasar terlihat

8

dari kemampuan pasar untuk menyerap produk rosela organik yang habis terjual di
pasar. Daya dukung aspek teknis terlihat dari adanya ketersediaan sarana produksi,
ketersediaan tenaga kerja dan layout lahan yang dinilai layak. Daya dukung aspek
manajemen mempunyai tanggung jawab masing - masing, sehingga proyek berjalan
dengan lancar. Daya dukung aspek sosial dalam proyek ini mempuyai nilai positif.
Untuk lingkup nasional secara tidak langsung telah mendukung program pemerintah,
yang merencanakan Go Organic 2010. Sedangkan untuk lingkup daerah, adanya proyek
ini akan menghasilkan pembukaan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.
Penelitian yang dilakukan untuk kelayakan aspek finansial didasarkan pada nilai kriteria
kelayakan yaitu NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period. Berdasarkan hasil analisis
finansial usaha rosela organik di Wahana Farm dengan penilaian parameter kelayakan
pada tingkat suku bunga 7.75 persen, diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar
Rp1 469 772 29, Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) sebesar 1.17, Internal Rate of Return
(IRR) sebesar 13.72 persen dan payback period sebesar 1.93. Hasil ini menunjukkan
pengusahaan rosela organik layak jika dilihat dari nilai besaran NPV dan Net B/C, IRR
dan payback period. Untuk hasil analisis switching value menunjukkan bahwa
pengusahaan rosela organik tetap layak untuk dilaksanakan sampai terjadi penurunan
harga jual rosela organik sebesar dua persen, kenaikan biaya tetap transportasi sebesar
14 persen dan kenaikan biaya variabel pestisida organik sebesar 82 persen.
Suryani (2011) melakukan analisis kelayakan usaha mie mentah jagung Bapak
Sukimin di Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini juga
menganalisis dari dua aspek kelayakan usaha yaitu aspek non finansial dan aspek
finansial. Untuk Aspek finansial menggunakan kriteria investasi yang sama dengan
Novianti (2010), Arimanto (2008) dan Prawirakusuma (2011). Usaha pembuatan mi
mentah jika dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, dan aspek sosial dan lingkungan
layak untuk diusahakan. Namun dari aspek manajemen, usaha pembuatan mi mentah
belum layak karena belum memiliki pembukuan dan pencatatan yang belum jelas atas
segala transaksi bisnis yang dilakukan. Selain itu dari aspek hukum, usaha ini belum
memiliki perizinan dari pihak manapun sehingga dinilai belum layak karena tidak
memiliki kekuatan secara hukum. Analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha
pembuatan mi mentah terigu layak untuk diusahakan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai NPV
sebesar Rp525 134 282, IRR sebesar 39.06 persen, net B/C sebesar 2.76 dan payback
period selama 4 tahun 4 bulan. Sedangkan untuk usaha pembuatan mi mentah jagung 30
persen juga layak untuk diusahakan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai NPV sebesar Rp 508 680
026, IRR sebesar 32 persen, net B/C sebesar 2.40 dan payback period selama 3 tahun 7
bulan. Usaha pembuatan mi mentah jagung 100 persen juga layak untuk dilaksanakan. Hal
ini ditunjukkan oleh nilai NPV sebesar Rp 1,011,003,777, IRR sebesar 38 persen , net B/C
sebesar 3.96 dan payback period selama 3 tahun 11 bulan . Untuk analisis switching value
pada ketiga usaha menunjukkan bahwa perubahan yang diakibatkan penurunan penjualan
berpengaruh paling besar terhadap kelayakan usaha dibandingkan dengan perubahan
lainnya. Perubahan penurunan penjualan pada ketiga usaha berkisar antara 16 – 24 persen.
Perubahan ini lebih kecil dibandingkan perubahan peningkatan harga bahan baku tepung
yang berkisar antara 27 – 60 persen.

Alwiyah (2011) melakukan analisis kelayakan usaha budidaya belimbing de wa
pada kondisi risiko di Kota Depok. Penelitian ini juga menganalisis dari dua aspek
kelayakan usaha yaitu aspek non finansial dan aspek finansial. Untuk Aspek finansial
menggunakan kriteria investasi yang sama dengan Novianti (2010), Arimanto (2008),
Prawirakusuma (2011) dan Suryani (2011). Berdasarkan hasil analisis aspek - aspek
nonfinansial menunjukkan bahwa usaha budidaya belimbing dewa dengan

9

pengembangan melalui SOP di Kota Depok layak untuk dijalankan. Pada aspek pasar,
peluang petani yang memberlakukan SOP untuk memasarkan outputnya masih terbuka,
hal ini dikarenakan semakin tingginya jumlah permintaan belimbing. Berdasarkan aspek
teknis, usaha budidaya belimbing dewa dengan pengembangan melalui SOP dapat
meningkatkan jumlah produksi petani. Pada aspek manajemen dan hukum, struktur
organisasi masih sangat sederhana , namun proses produksi masih dapat dijalankan
dengan baik. Usaha budidaya belimbing dewa di Kota Depok tergabung dalam
kelompok tani - kelompok tani yang ada. Aspek sosial – ekonomi - budaya dari usaha
budidaya belimbing dewa memberikan dampak positif dimana usaha ini
menguntungkan bagi masyarakat sekitar. Pada aspek lingkungan, usaha budidaya ini
juga menunjukkan kelayakan karena dengan adanya usaha budidaya belimbing dewa
dapat mengurangi pemanasan global dan sebagai penghijauan serta resapan air.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan juga didapatkan bahwa usaha budidaya
belimbing dewa dengan pengembangan melalui SOP di Kota Depok secara finansial
layak untuk dijalankan. Hal ini sesuai dengan kriteria kelayakan investasi NPV ≥ 0, IRR
≥ Discount Rate (6.75%) dan Net B/C ≥ 1. Berdasarkan kriteria investasi pada kondisi
normal, nilai NPV menunjukkan Rp694 054 839 45 yang berarti usaha ini memberikan
manfaat bersih sebesar Rp694 054 839 45 selama umur usaha. Sementara nilai IRR
23.97 persen yang menunjukkan besarnya pengembalian dari penanaman modal untuk
investasi sebesar 23.97 persen dari modal yang diinvestasikan. Net B/C sebesar 2.91
dimana setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan akan memberikan manfaat sebesar
2.91 satuan. Waktu pengembalian selama enam tahun sembilan bulan. Dampak adanya
risiko volume produksi dan risiko harga output pada usaha budidaya belimbing dewa
dengan pengembangan SOP di Kota Depok terhadap kelayakan usaha yaitu pada setiap
kondisi, usaha tetap layak untuk dijalankan secara finansial. Hal ini dilihat dari kriteria
investasi dari masig- masing skenario risiko. Sementara itu, tingkat risiko tertinggi
terdapat pada risiko produksi dengan nilai koefisien variasi sebesar 0.571 sementara
risiko harga memiliki nilai koefisien variasi yang lebih kecil yakni 0.279.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pe mikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan dari teori – teori yang
dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian kelayakan usaha penggilingan padi
RMU Bonjo Alam. Mulai dari teori tentang penggilingan padi mencakup tentang jenis
alat pengolahan padi, jenis penggilingan padi berdasarkan teknologi dan hasil
sampingan yang dihasilkan oleh proses penggilingan padi tersebut hingga teori
mengenai konsep kelayakan usaha. Meliputi pengertian kelayakan usaha dari beberapa
ahli kelayakan usaha dan aspek – aspek dari kelayakan usaha meliputi aspek non
finansial dan aspek finansial dimana suatu bisnis dikatakan layak jika kedua aspek
tersebut memenuhi kriteria layak oleh bisnis yang bersangkutan.
Alat Pengolahan Padi
Menurut Novianti (2010) umumnya alat pengolahan padi terdiri dari berbagai
macam mesin, yaitu mesin perontok padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih

10

gabah, mesin penyosoh beras, dan mesin pencacah kulit gabah. Berbagai macam alat
pengolahan padi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Perontok Padi (Thresher )
Merupakan alat yang digunakan untuk merontokkan butiran padi dari tangkainya dan
juga dapat digunakan untuk merontokkan kedelai maupun jagung. Berdasarkan
penggeraknya thresher dibedakan atas :
a. Pedal Thresher, jika digerakkan oleh tenaga manusia
b. Power Thresher, jika digerakkan oleh tenaga mekanik (motor)
2. Pembersih Gabah (Paddy Cleaner)
Merupakan alat untuk memisahkan gabah dari kotoran-kotoran yang tidak diinginkan
seperti potongan jerami, kerikil, dan benda-benda asing lainnya.
3. Pengering Padi (Dryer)
Merupakan alat yang dapat menurunkan kadar air gabah atau biji-bijian lainnya
dengan menggunakan udara yang dipanaskan.
4. Pemisah kulit (Husker)
Merupakan alat pengolah padi yang digunakan untuk mengupas kulit luar (sekam)
gabah menjadi beras.
5. Penyosoh Beras Pecah Kulit (Polisher)
Alat yang berfungsi untuk menyosoh beras pecah kulit menjadi beras putih.
Penggilingan Padi
Penggilingan padi merupakan salah satu tahapan pasca panen padi yang terdiri
dari rangkaian beberapa proses untuk mengolah gabah menjadi beras siap dikonsumsi.
Proses pengolahan inilah yang telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang.
Diawali dengan menggunakan penggilingan padi manual, yaitu proses menumbuk padi
dengan menggunakan alu dan lesung hingga menggunakan mesin dengan teknologi
yang canggih. Peralatan ini terdiri dari berbagai rangkaian yang disebut dengan sistem
penggilingan padi. Sistem penggilingan padi merupakan rangkaian mesin yang
berfungsi untuk melakukan proses giling gabah, yaitu dari bentuk gabah kering giling
sampai menjadi beras siap dikonsumsi. Di Indonesia, sistem ini biasa disebut pabrik
penggilingan padi. Umumnya sistem ini terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu husker,
separator, dan polisher. Bagian lainnya hanya merupakan pendukung agar dapat
memperoleh hasil akhir yang lebih baik. Dari sejarahnya, sistem penggilingan padi
pertama kali diproduksi di benua Eropa dengan mekanisme kerja sangat sederhana yang
dinamakan mesin tipe Engelberg. Tipe yang muncul berikutnya adalah tipe buatan
Jepang. Tipe ini memiliki rancangan lebih sederhana dan setiap mesin saling terintegrasi
satu sama lain. Pada awalnya Jepang hanya memproduksi untuk kebutuhan dalam
negeri sendiri. Namun, karena tipe mesinnya relatif sederhana dan murah, penggilingan
padi buatan Jepang banyak digemari di negara-negara penghasil padi, termasuk
Indonesia (Patiwiri, 2008).
Menurut Novianti (2010) konfigurasi atau susunan mesin pada Penggilingan
Padi Kecil (PPK) umumnya terdiri dari husker dan polisher saja. Sedangkan pada
Penggilingan Padi Menengah (PPM) atau Penggilingan Padi besar (PPB) mempunyai
konfigurasi mesin yang lebih lengkap. PPK memiliki ciri konfigurasi sederhana yaitu
terdiri dari Husker-Polisher (H-P). PPM memiliki konfigurasi Cleaner- HuskerSeparator-Polisher (C-H-S-P) dan PPB memiliki konfigurasi lengkap Dryer – Cleaner
– Husker – Separator – Polisher – Grader (D-C-H-S-P-G). Berdasarkan data Persatuan

11

Penggilingan Padi (PERPADI) pada tahun 2009 bahwa kinerja rendemen masing
masing penggilingan adalah sebagai berikut (a) PPK memiliki kinerja rendemen rata
rata sebesar 55.71 persen dengan kualitas beras kepala 74.25 persen dan broken 14.99
persen. (b) PPM memiliki kinerja rendemen 59.69 persen, dengn kualitas Beras Kepala
75.73 persen dan broken 12.52 persen. (c) PPB memiliki kinerja rendemen sebesar
61.48 persen dengan kualitas beras kepala 82.45 persen dan broken 11.97 persen.
Berdasarkan tingkat teknologi, penggilingan padi dapat dikelompokkan menjadi
lima, yaitu penggilingan padi sederhana, kecil, besar, pengolahan padi terpadu, dan
country elevator (Patiwiri, 2008)
1. Penggilingan padi sederhana (PPS)
Penggilingan padi sederhana (PPS) merupakan unit peralatan teknik yang berfungsi
sebagai mesin pengolah gabah menjadi beras. Dikatakan sederhana karena teknologi
yang digunakan sudah dikenal sejak mulai adanya mesin penggilingan padi
sederhana sampai saat ini secara turun-temurun tanpa mengalami perubahan berarti.
Beberapa mesin PPS antara lain mesin tipe Engelberg dan kombinasi dari beberapa
mesin khususnya husker, separator, dan polisher.
2. Penggilingan Padi Kecil (PPK)
Penggilingan padi kecil (PPK) merupakan gabungan dari beberapa mesin menjadi
satu kesatuan utuh yang berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi beras dengan
kapasitas lebih kecil dari 2 ton per jam gabah kering giling. Sistem PPK ini dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu tipe sederhana dan tipe lengkap.
3. Penggilingan Padi Besar (PPB)
Penggilingan padi besar (PPB) atau biasa disebut dengan rice miller plant merupakan
gabungan dari beberapa mesin yang juga berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi
beras dengan kapasitas lebih dari 2 ton gabah kering giling per jamnya.
4. Pengolahan Padi Terpadu (PPT)
Pengolahan padi terpadu merupakan gabungan unit proses pembersihan awal,
pengeringan, penyimpanan, penggilingan, pengepakan yang satu sama lain
dihubungkan dengan elevator, dengan kapasitas besar Sistem PPT tergolong sangat
komplek dan masing- masing pabrikan memiliki ciri khas tersendiri.
5. Country Elevator (CE)
Country elevator merupakan penggilingan padi terpadu yang berlokasi di tengah
sentra produksi padi dan terintegrasi dengan areal persawahan berskala besar,
sehingga hasil panen padi langsung dibawa ke tempat pengolahan tersebut.
Menurut Widowati (2001), dalam proses penggilingan padi menjadi beras giling,
diperoleh hasil samping berupa sekam (15-20 persen), dedak atau bekatul (8-12 persen)
dan menir (± 5 persen). Pemanfaatan hasil samping tersebut masih terbatas, bahkan
kadang-kadang menjadi limbah dan mencemari lingkungan terutama di sentra produksi
padi pada saat musim penghujan. Secara umum hasil sampingan dari proses
penggilingan padi yaitu :
1. Sekam adalah hasil sampingan penggilingan padi tertinggi sehingga memerlukan
ruang yang luas untuk penampungan. Merupakan hasil pertama dari proses
penggilingan atau beras pecah kulit.
2. Dedak adalah hasil penyosohan pertama dengan ukuran relatif kasar dan kadang kadang masih tercampur dengan potongan sekam.
3. Bekatul adalah hasil penyosohan kedua dengan ukuran lebih halus dan sering
digunakan untuk bahan pakan.
4. Menir adalah patahan beras berukuran kurang dari 1/3 bagian dari beras utuh.

12

Studi Kelayakan Bis nis
Studi kelayakan bisnis merupakan penelahaan atau analisis tentang apakah suatu
kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Studi kelayakan
bisnis telah banyak dikenal oleh masyarakat, terutama masyarakat yang bergerak dalam
bidang bisnis. Banyak peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan bisnis
menuntut adanya penilaian, sejauh mana kegiatan dan kesempatan tersebut dapat
memberikan manfaat (benefit) bila bisnis dilakukan. Studi kelayakan bisnis merupakan
dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan.
Bagi penanam modal, studi kelayakan bisnis dapat memberikan gambaran prospek
bisnis dan seberapa besar kemungkinan tingkat manfaat (benefit) dapat diterima dari
suatu bisnis sehingga hal ini merupakan dasar dalam pengambilan keputusan investasi
(Nurmalina et al, 2010). Suliyanto (2010) juga menyatakan bahwa studi kelayakan
bisnis merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide
bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk
dilaksanakan jika ide tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua
pihak dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan.
Aspek – Aspek Studi Kelayakan
Menurut (Nurmalina et al, 2010) secara umum aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis adalah sebagai berikut :
1. Aspek Pasar
Aspek pasar dan pemasaran menempati urutan pertama dalam studi kelayakan
bisnis. Besar permintaan produk serta kecendrungan perkembangan permintaan
selama masa kehidupan bisnis yang akan datang perlu diperkirakan dengan cermat.
Tampa perkiraan jumlah permintaan produk yang teliti, dikemudian hari bisnis
dapat terancam karena adanya kekurangan atau kelebihan permintaan. Baik
kekurangan maupun kelebihan permintaan akan menyebabkan kegiatan bisnis tidak
dapat beroperasi secara efisien. Aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari
tentang permintaan, penawaran, harga, program pemasara n dan perkiraan penjualan
yang bisa dicapai perusahaan.
2. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan
bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun.
Berdasarkan analisis ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi
termasuk biaya eksploitasi. Beberapa pertanyaan utama yang perlu mendapatkan
jawaban dari aspek teknis ini adalah :
a. Lokasi bisnis, yakni dimana suatu bisnis akan dilaksanakan baik untuk
pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik.
b. Seberapa besar skala operasi / luas produksi ditetapkan untuk mencapai suatu
tingkatan skala ekonomis.
c. Kriteria pemilihan mesin dan eguipment utama serta alat pembantu mesin dan
eguipment.
d. Bagaimana proses produksi dilakukan dan layout pabrik yang dipilih,termasuk
juga layout bangunan dan fasilitas lain.

13

e. Apakah jenis teknologi yang diusulkan cukup tepat, termasuk didalamnya
pertimbangan variabel sosial yaitu kemampuan atau penerimaan masyrakat
terhadap teknologi yang digunakan.
3. Aspek Manajemen Dan Hukum
Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembanguna bisnis
dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang
dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis tersebut, bagaimana jadual penyelesaiaan
bisnis tersebut, dan siapa yang melakukan studi masing- masing aspek kelayakan
bisnis. Sedangkan manajemen dalam operasi , hal yang dipelajari ada lah bagaimana
bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi,
bagaimana deskripsi masing- masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja
yang digunakan, dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga-tenaga
inti. Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan
(dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari
jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang
berupa pinjaman, berbagai akta, setifikat dan izin. Aspek hukum dari suatu kegiatan
bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan mempelancar kegiatan bisnis pada
saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain.
4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya
Dalam aspek sosial, ekonomi dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar
bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyrakat
keseluruhan. Aspek sosial memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang
mungkin dialami oleh masyarakat disekitar lokasi bisnis.Sedangkan dari aspek
ekonomi suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan
masyrakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak, dan dapat
menambah aktifitas ekonomi. Aspek lingkungan bagaimana pengaruh bisnis
tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan
lingkungan semakin baik atau semakin rusak.
5. Aspek Finansial
Aspek finansial berhubungan dengan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu bisnis
yang diusulkan terhadap para anggota yang tergabung didalam suatu bisnis. Aspek
ini membandingkan antara pengeluaran dan penerimaan suatu bisnis. Kemudian
dibuat suatu aliran kas, selanjutnya dinilai kelayakan investasi tersebut berdasarkan
kriteria kelayakan investasi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi
tersebut layak atau tidak untuk dijalankan dilihat dari aspek keuangan. Alat ukur
untuk menentukan kelayakan suatu usaha berdasarkan kriteria investasi pada
umumnya dapat dilakukan melalui pendekatan Payback Period (PP), Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C).
Konsep Nilai Waktu Uang (Time value of money)
Biaya dan manfaat biasanya bukan hanya jumlahnya yang berbeda tetapi waktu
dibayarkan dan diterima yang berbeda tetapi waktu dibayarkan dan diterima yang
berbeda selama umur bisnis. Sejumlah uang baik yang kita keluarkan dalam bentuk
biaya bisnis atau yang akan kita peroleh sebagai manfaat bis

Dokumen yang terkait

Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penggilingan Padi Kecil (Studi Kasus: Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

9 138 93

Kelayakan Investasi Usaha Penggilingan Padi Pada Kondisi Risiko (Studi Kasus Di Penggilingan Padi Skala Kecil Sinar Ginanjar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat)

2 20 293

ANALISIS JARINGAN PERDAGANGAN PADI DAN BERAS DI KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT Analisis Jaringan Perdagangan Padi dan Beras di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Sumatera Barat.

2 6 15

ANALISIS JARINGAN PERDAGANGAN PADI DAN BERAS DI KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM Analisis Jaringan Perdagangan Padi dan Beras di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Sumatera Barat.

0 5 15

PENDAHULUAN Analisis Jaringan Perdagangan Padi dan Beras di Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam Sumatera Barat.

1 8 26

Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penggilingan Padi Kecil (Studi Kasus: Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 1

Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penggilingan Padi Kecil (Studi Kasus: Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 6

Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penggilingan Padi Kecil (Studi Kasus: Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

0 2 16

Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penggilingan Padi Kecil (Studi Kasus: Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

0 0 2

ANALISIS PEMASARAN TELUR DI KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM (Studi Kasus Peternakan H. Djarasun Mangkuto Kec. Tilatang Kamang Kabupaten Agam)

0 0 23