PENGARUH KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KEC.CIKARANG UTARA KAB.BEKASI.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i

ABSTRAK ii

PERNYATAAN KEASLIAN iii

KATA PENGANTAR iv

UCAPAN TERIMA KASIH v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 10

C. Tujuan Penelitian 14

D. Manfaat Penelitian 15

E. Metode Penelitian 16

F. Struktur Organisasi Tesis 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Motivasi Berprestasi Guru Dalam Konteks Administrasi Pendidikan 19

B. Kualitas Kehidupan Kerja sekolah 33

C. Lingkungan Kerja Sekolah 44

D. Kajian Terdahulu Yang Relevan 54

E. Kerangka Pemikiran 57

F. Hipotesis Penelitian 66


(2)

A. Lokasi, Populasi dan Sample Penelitian 67

B. Metode Penelitian 73

C. Defenisi Operasional Variabel Penelitian 74

D. Instrumen Penelitian 75

E. Teknik Pengumpulan Data 93

1. Teknik Angket 93

2. Studi Dokumentasi 94

F. Teknik Analisis Data 94

1. Prosedur dan Tahapan Penelitian 94

2. Tahapan Pelaksanaan 95

3. Tahapan Pengolahan Data 95

a. Menghitung skor rata-rata setiap variable 95

b. Mendeskripsikan Variabel 96

c. Menguji normalitas distribusi 96

d. Menguji hipotesis 96

4. Tahap Pengambilan Kesimpulan 97

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 98

1. Hasil analisis data deskriftif 98

2. Pengujian persyaratan analisis 105

3. Hasil pengujian hipotesis 112

4. Interpretasi hasil analisis 126

B. Pembahasan 129

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


(3)

B. Rekomendasi 168

DAFTAR PUSTAKA 170


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia suatu bangsa sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kualitas pendidikan yang dimilikinya. Tinggi rendahnya kualitas pendidikan juga sangat bergantung pada sumber daya manusia yang berkecimpung dalam dunia pendidikan bangsa itu. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa diperlukan tenaga pendidik yang berkualitas.

Sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang memiliki kemampuan untuk bisa berperan dalam kehidupan. Undang-undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, menyatakan sebagai berikut.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Kualitas pendidikan di wilayah Kab.Bekasi dipengaruhi oleh motivasi kerja guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya,salah satu cermin peningkatan mutu pendidikan disekolah dasar adalah prestasi guru dalam meningkatkan mutu lulusan yang produktif,dengan motivasi berprestasi guru yang tinggi akan menciptakan lulusan dengan kualitas yang bagus.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Subbag TU UPTD PAUD-SD Kec.Cikarang Utara bapak Nasin Sumanto, SH menyatakan bahwa lulusan untuk tingkat Sekolah Dasar pada tahun ajaran 2010/2011 berdasarkan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) dinyatakan lulus 100%, akan tetapi perlu perbaikan dari tingkat pencapian nilai standar minimum UASBN karena hanya 35% yang mendapatkan diatas nilai standar minimum


(5)

UASBN. Untuk itu di butuhkan kinerja yang produktif yang harus di tumbuh dan di kembangkan pada diri guru khususnya di wilayah Kec. Cikarang Utara Kab.Bekasi.

Untuk dapat memperbaiki standar minimum kelulusan, sekolah mengharapkan guru mampu menjalankan tugas-tugasnya dengan motivasi tinggi, selain itu sekolah diharuskan untuk mengoptimalkan tingkat motivasi guru supaya tujuan sekolah dapat dicapai apabila guru memiliki motivasi kerja yang tinggi. Untuk menghasilkan motivasi kerja yang produktif perlu di tumbuh dan kembangkan motivasi berprestasi kedalam diri guru.

Dengan di tumbuh dan kembangkan motivasi berprestasi pada diri guru, maka produktivitas sekolah akan tinggi atau meningkat, produktivitas sekolah disini adalah bagaimana menghasilkan keluaran atau lulusan pendidikan baik secara kuantitatif maupun kualitatif sehingga menciptakan lulusan yang bermutu, unggul, produktif, dan inovatif sesuai dengan kebutuhan.. Dorongan atau keinginan yang dimiliki para guru antara yang satu dengan yang lain berbeda, hal ini dipengaruhi oleh faktor internal sendiri maupun faktor eksternal pada diri guru.

Faktor internal dan faktor eksternal menurut Sondang P. Siagian dalam Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi (2009:294), memaparkan bahwa:

Faktor internal yaitu persepsi seseorang mengenai diri sendiri, harga diri, harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan kerja, dan prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal yaitu jenis dan sifat pekerjaan, kelompok kerja di mana seseorang bergabung, organisasi tempat bekerja, situasi lingkungan pada umumnya, dan sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya

.

Namun pada kenyataannya, motivasi berprestasi guru tidak selalu dalam kondisi yang optimal (tinggi) kadang kala motivasi guru dalam mengajar dan bekerja demi mencapai prestasi mengalami turun naik (fluktuatif). Banyak faktor yang menyebabkan motivasi berprestasi guru menjadi turun yaitu, ketidakpuasan baik secara materil (gaji, intensif dan barang-barang) dan non materil (pekerjaan yang terjamin, piagam penghargaan, pujian dan lingkungan kerja) tidak jarang membuat guru mengurangi usaha dan minat mereka dalam


(6)

bekerja yang terlihat dari rendahnya kinerja yang dihasilkan dan menurunnya tingkat motivasi kerja guru tersebut.

Menurunnya tingkat motivasi kerja sebagai cermin dari motivasi berprestasi guru menurut Nitisemito (2000:165) dapat dilihat dari beberapa indikasi dan salah satunya yaitu, dipengaruhi oleh tingkat absensi yang naik/tinggi. Salah satu aspek yang menunjukkan tingkat motivasi guru dalam sebuah sekolah adalah sikap mentalnya dalam bekerja, dimana sikap tersebut dapat tercermin melalui tingkat kehadiran kerjanya.

Motivasi yang dimiliki oleh guru Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi akan sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang menjadi faktor pembentuk motivasi diantaranya kebutuhan akan prestasi, penghargaan, tanggungjawab, disiplin. Unsur-unsur tersebut dapat mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi yang dimiliki oleh seseorang dalam melakukan aktivitasnya.

Dalam wawancara dan observasi peneliti dilapangan diwilayah kecamatan Cikarang Utara motivasi kerja yang dilandasi oleh faktor kebutuhan prestasi perlu ditingkatkan dikarenakan tingkat pendidikan guru-guru di sekolah dasar berdasarkan data dan hasil wawancara peneliti dengan bapak Nasim selaku Kassubag TU menyatakan tingkat pendidikan guru Sekolah Dasar 60% memiliki ijasah SMU dan yang sederajat, 25% ijasah D-II, 15% yang memiliki pendidikan tingkat strata satu (S1) dan fakta dilapangan banyak memiliki pendidikan tingkat strata satu yang dimiliki tidak selaras dengan konsentrasi pendidikan dan pekerjaannya yaitu bidang Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).

Adanya rasa ikut memiliki (sense of belonging) akan menimbulkan motivasi untuk merasa bertanggung jawab.Fakta dilapangan tanggung jawab guru-guru pada pekerjaan masih perlu untuk ditingkatkan dikarenakan kesadaran akan upaya untuk mempersiapkan rencana pembelajaran yang masih perlu ditanamkan kedalam diri guru,kegigihan mereka untuk mendorong keberhasilan belajar siswa yang masih perlu ditingkatkan, dan kesadaran


(7)

akan upaya mereka untuk meningkatkan komptensi diri yang masih perlu dikembangkan, kadangkala mereka absen mengajar karena berbagai alasan yang tidak dibenarkan. Kami melihat cukup kentaranya gejala-gejala ini terdapat pada beberapa sekolah di sekitar tempat kami bertugas, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa gejala ini juga terdapat di sekolah-sekolah lain dalam wilayah Kecamatan Cikarang Utara. Sudah tentu persoalan ini harus diatasi dengan menelusuri faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi kerja guru.

Untuk itu sekolah sebagai salah satu aspek bagi terciptanya mutu pendidikan di wilayah bekasi harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi menurunnya motivasi kerja guru khususnya guru sekolah dasar sehingga faktor-faktor tersebut dapat terindentifikasi dan dapat dicarikan solusi bagi pemecahan masalah yang dihadapi.

Salah satu faktor yang sangat jarang diperhatikan adalah kualitas kehidupan kerja guru disekolah terutama ditataran tingkat terendah yaitu dilingkungan sekolah dasar, dimana tingkat pertumbuhan dan perkembangan guru masih perlu peningkatan dari segi kompetensi diri hal ini tercermin dari tingkat pendidikan yang dicapai oleh guru, masih banyak yang belum memenuhi standar kompetensi akademik seorang guru, banyak guru-guru di sekolah dasar yang masih memiliki ijasah sma atau sederajat atau ketika mereka melanjutkan ketataran tingkatan lebih tinggi yaitu sarjana banyak yang memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bidang pekerjaanya,banyak kita temui guru sekolah dasar yang memiliki gelar sarjana agama (S.ag) hal ini menandakaan masih kurangnya pemahaman guru-guru disekolah dasar tentang restukturisasi kerja yang terdapat dalam indikator kualitas kehidupan kerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kehidupan kerja disekolah khususnya sekolah dasar adalah tingkat patisipasi kerja guru,restrukturisasi kerja, sistem imbalan yang inovatif, keamanan dan keselamatan kerja. Jika hal ini dilaksanakan maka secara tidak langsung akan menumbuhkan semangat dan menciptakan motivasi berprestasi pada diri para guru. Dalam pengamatan dan observasi peneliti di lingkungan Sekolah Dasar (SD) kami


(8)

menemukan beberapa fakta yang berkaitan dengan kualitas kehidupan kerja di Kecamatan Cikarang Utara.

Partisipasi kerja yang masih belum terlaksana dengan baik menyebabkan motivasi dan kinerja guru di sekolah dasar masih membutuhkan peningkatan ,misalnya dalam pelaksanaan kegiatan sekolah terlihat bahwa disetiap kegiatan maka guru-guru yang terlibat dalam kegiatan tersebut adalah guru yang sama disetiap kegiatan,hal ini menandakan kurang meratanya partisifasi kerja guru, belum lagi dalam pengambilan keputusan ditingkat sekolah dasar masih terdapat dalam pengambilan keputusan belum dilandasi oleh partisipasi guru hal itu tercermin dari kurangnya dilaksanakan rapat rutin yang membahas tentang tantangan dan kendala yang dihadapi dalam proses kegiatan belajar mengajar disekolah.

Sistim imbalan yang di terapkan masih bersifat tradisional dan kurang inovotif sehingga masih banyak guru-guru yang diberikan imbalan yang masih rendah terutama bagi mereka yang status kepegawainya honorer, dimana upah rendah dengan beban kerja yang padat sehingga tidak sesuai dengan kelayakan kualitas kehidupan kerja yang baik, belum lagi dengan terlambatnya pembayaran gaji karena keterlambatan dana operasional sekolah (BOS) yang belum dapat dicairkan, sehingga banyak guru yang kadang harus menunggu hingga satu atau dua bulan baru gaji diberikan,padahal gaji adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi motivasi berprestasi guru khususnya guru sekolah dasar.

Keselamatan dan keamanan kerja yang masih kurang diperhatikan baik itu guru pegawai negri sipil atau guru yang statusnya honorer,dimana jaminan sosial dan kesehatan masih belum bisa menjamin apabila terjadi sesuatu hal dalam bekerja khususnya bagi guru yang statusnya masih honorer.

Faktor yang selanjutnya adalah faktor lingkungan kerja karena lingkungan kerja merupakan unsur dinamis yang ada di sekitar orang bakerja. Lingkungan kerja bagi guru adalah lingkungan sekolah yaitu segala sesuatu yang ada di dalam atau di luar sekolah, dan di


(9)

antara kesemuanya itu akan saling berinteraksi atau saling mempengaruhi. Guru akan mewarnai lingkungan kerja sekolah dan sebaliknya lingkungan kerja sekolah juga akan mempengaruhi guru-guru dalam melaksanakan tugasnya.

Menurut Komaruddin (2000:231) ”Lingkungan kerja adalah kehidupan sosial, psikologi dan fisik dalam organisasi yang berpengaruh terhadap pekerja dalam melakukan tugasnya”. Kenyamanan tempat kerja baik secara fisik dan non fisik (psikis) merupakan harapan bagi tiap guru. Upaya mencapai kenyamanan tempat kerja antara lain dapat dilakukan dengan jalan memelihara prasarana fisik seperti kelengkapan fasilitas kantor, kualitas fasilitas kantor, estetika dan keindahan, serta kebersihan. Hal ini memberikan rasa nyaman pada guru dalam

menyelesaikan pekerjaaan sehingga pada akhirnya kondisi kerja akan lebih baik dan membantu mengurangi kejenuhan dan kelelahan serta produktivitas sekolah tercapai.

Guru selalu menuntut adanya lingkungan tempat mereka bekerja lebih nyaman sehingga optimalisasi kerja guru dapat tercapai dengan baik. Guru tidak akan bekerja secara optimal apabila kondisi lingkungan tempat ia bekerja seperti penerangan tidak terpenuhi, suara gaduh,suhu udara terlalu lembab, dan panas (kondisi lingkungan kerja fisik). Selain itu juga perlu diperhatikan tata ruang.

Dengan adanya kemampuan bekerja yang didasari oleh motivasi yang tinggi maka kepuasan kerja dan produktivitas akan meningkat. Guru akan lebih menyukai lingkungan secara umum. Lingkungan kerja yang baik akan membuat guru merasa nyaman melakukan pekerjaan. Sehingga perlu ditegaskan bahwa kondisi lingkungan kerja guru merupakan salah satu faktoryang ikut berpengaruh bagi seorang guru untuk mencapai motivasi dalam kerjanya atau mengajar, hal ini harus mendapat perhatian yang serius dari pihak sekolah. Kondusifnya lingkungan kerja guru yang memberikan kenyamanan dan keamanan akan membantu guru


(10)

dalam melaksanakan tugas-tugas dan beban kerja yang diberikan sekolah kepada guru agarproduktifitas sekolah tinggi atau tercapai.

Agar guru memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, mereka harus bekerja dalam lingkungan sekolah yang kondusif. Lingkungan kerja merupakan unsur dinamis yang ada pada tempat ia bekerja. Lingkungan kerja bagi guru adalah lingkungan sekolah yaitu segala sesuatu yang ada di dalam atau di luar sekolah baik lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan kerja yang baik akan memberikan dorongan (motivasi) kepada setiap individu untuk dapat bekerja dengan nyaman dan maksimal, sebaliknya lingkungan kerja yang kurang mendukung akan mempengaruhi optimalisasi kerja.

Berdasarkan wanwancara dan observasi yang peneliti lakukan tehadap beberapa sekolah dasar di wilayah Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi, faktor lingkungan kerja ini memang secara umum dalam kategori sedang tapi di perlukan perbaikan baik secara fisik maupun sosial karena peningkatan mutu pendidikan pada Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara harus di dukung oleh faktor lingkungan kerja sekolah yang kondusif dan lingkungan kerja sekolah merupakan indikator bagi terciptanya mutu pendidikan diwilayah tersebut. Menurut bapak Nasin Sumanto dari segi sarana dan prasarana yang terdapat di wilayah Kec,Cikarang Utara Sekolah Dasar yang memenuhi syarat 50% layak, 40% cukup layak dan 10% tidak layak . Secara sosial, hubungan antarpersonal di kalangan warga sekolah juga terbina dengan baik yang ditandai dengan keselarasan dalam pola pergaulan, kerjasama yang di bina antar warga sekolah masih dalam taraf sedang dan membutuhkan peningkatan karena kerjasama yang terbangun hanya tercermin dari kegiatan KKG saja sehingga masih membutuhkan tindak lanjut yang lebih baik lagi.kondisi dan beberapa faktor ini akan berpengaruh terhadap motivasi kerja dalam melaksanakan tugas dan perannya.

Selain lingkungan sekolah, peran kepemimpinan kepala sekolah juga penting bagi motivasi berprestasi guru. Dalam menjalankan roda kepemimpinan, kepala sekolah perlu


(11)

menggunakan strategi disamping taktik atau siasat kepemimpinan yang tepat. Strategi kepemimpinan ini berisikan iklim dan seni untuk memperoleh dan memanfaatkan dukungan dalam melaksanakan kebijakan dan mencapai maksud yang diinginkan, serta berisi patokan yang perlu dipegang untuk mengerjakan upaya-upaya guna mengejar pencapaian tujuan. Selain itu kepala sekolah juga harus memahami setiap individu bawahannya serta menyesuaikan dengan situasi, sifat dan kondisi yang ada agar gaya yang akan digunakan tidak mengakibatkan hal-hal yang negatif, tetapi harus dapat mendorong dan membangkitkan para guru agar bekerja lebih sungguh-sungguh sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai.

Berdasarkan uraian di atas, ada persoalan dalam motivasi berprestasi guru yang terkait dengan kualitas kehidupan kerja dan lingkungan kerja. Hal ini amat terasa di lingkungan SDN di wilayah Kec.Cikarang Utara Kabupaten Bekasi. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengungkap seberapa besar pengaruh kualitas kehidupan kerja dan kualitas lingkungan kerja sekolah terhadap motivasi berprestasi guru pada sekolah dasar kecamatan Cikarang Utara.

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, penulis dapat mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan motivasi berprestasi guru pada Sekolah Dasar di Kec. Cikarang Utara Kab. Bekasi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi guru Sekolah Dasar sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak bangsa.Motivasi berprestasi menurut McClelland dalam Hasibuan (1996:112) Mengemukakan bahwa:

individu mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia.

Energi ini dimanfaatkan oleh karyawan (guru) karena didorong oleh: a. Kebutuhan motif dan kebutuhan dasar yang terlibat


(12)

c. Nilai intensif yang terlekat pada tujuan.

Motivasi berprestasi guru yaitu suatu dorongan dasar (baik itu dorongan internal maupun dorongan eksternal) yang menggerakkan (to more) perilaku seorang guru dalam bertindak sebagai upaya untuk menciptakan kinerja yang produktif sehingga menghasilkan lulusan yang kompetitif dengan menumbuh dan mengembangkan konsep Kebutuhan akan prestasi (n Ach), kebutuhan akan affiliasi (n Aff), kebutuhan akan kewenangan (n Pow).

Motivasi berprestasi guru di pengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam (motivasi intrinsik ) dan faktor yang berasal dari luar ( motivasi ekstrinsik ). Faktor yang berasal dari dalam ( intrinstik ) salah satunya adalah kualitas kehidupan kerja yang terbangun di sekolah.Cascio (2006:24) menyatakan bahwa :

Terdapat dua cara dalam menjelaskan kualitas kehidupan kerja yaitu: Pertama, kualitas kehidupan kerja dipandang sebagai sekumpulan persepsi karyawan mengenai rasa aman dalam bekerja, kepuasan kerja, dan kondisi untuk dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia. Kedua, kualitas kehidupan kerja dipandang sebagai sekumpulan sasaran yang ingin dicapai melalui kebijakan organisasi seperti: kondisi kerja yang aman, keterlibatan kerja, kebijakan pengembangan karir, kompensasi yang adil dan lain-lain.

Kualitas kehidupan kerja bertujuan untuk mengkoordinasikan dan mengelola potensi yang dimiliki oleh guru sehingga tercipta rasa aman dalam bekerja, dapat menumbuhkan kepuasan kerja sehingga guru dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia. Yang kedua adalah konsep kualitas kehidupan kerja sebagai pendekatan yang dikembangkan oleh institusi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui serangkaian kebijakan yang diterapkan yang meliputi sistem imbalan yang adil, partisipasi warga sekolah, kebijakan pengembangan warga sekolah.Peningkatan kualitas kehidupan kerja ini diperlukan untuk menciptakan kepuasan dan komitmen dalam bekerja sebagai pemicu dan pembentuk motivasi berprestasi dalam bekerja.


(13)

Dengan terciptanya lingkungan kerja yang kompetititf maka secara tidak langsung institusi pendidikan khususnya Sekolah Dasar akan menjadi lebih kompetitif pula dalam mewujudkan eksistensinya. Fokus usaha-usaha kualitas kehidupan kerja bukan hanya pada bagaimana orang dapat melakukan pekerjaan dengan lebih baik tidak hanya dalam peningkatan produktivitas belaka, melainkan juga bagaimana pekerjaan dapat menyebabkan pekerja menjadi lebih baik dalam hal pemenuhan kesejahteraan para pekerja.

Faktor selanjutnya adalah faktor yang berasal dari luar ( Ekstrinsik ) yang salah satunya adalah faktor lingkungan kerja karena lingkungan kerja merupakan unsur dinamis yang ada di sekitar orang bekerja. Lingkungan kerja bagi guru adalah lingkungan sekolah yaitu segala sesuatu yang ada di dalam atau di luar sekolah, dan di antara kesemuanya itu akan saling berinteraksi atau saling mempengaruhi. Guru akan mewarnai lingkungan kerja sekolah dan sebaliknya lingkungan kerja sekolah juga akan mempengaruhi guru-guru dalam melaksanakan tugasnya.

Menurut Peter dan Oslo dalam Sumarwan (2003:271) ‘Lingkungan terbagi kedalam dua dimensi, yaitu lingkungan fisik dan sosial’. Lingkungan kerja fisik sekolah adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi sarana dan prasarana yang berada dilingkungan sekolah yang berfungsi untuk menujang kelancaran penyelenggaraan pendidikan disekolah yang meliputi : penerangan (cahaya), suhu udara (sirkulasi udara), warna, keamanan, kebersihan, gedung sekolah, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, aula, halaman sekolah, kebun sekolah, tempat istirahat.Sedangkan lingkungan sosial sekolah meliputi hubungan yang interaksi yang tercipta dan saling mempengaruhi antara guru dengan kepala sekolah, guru dengan guru, guru dengan siswa, guru dengan orang tua siswa/masyarakat yang berpengaruh terhadap proses kegiatan belajar mengajar disekolah.


(14)

Kenyamanan tempat kerja baik secara fisik dan non fisik (psikis) merupakan harapan bagi tiap guru. Upaya mencapai kenyamanan tempat kerja antara lain dapat dilakukan dengan jalan memelihara prasarana fisik seperti kelengkapan fasilitas kantor, kualitas fasilitas kantor, estetika dan keindahan, serta kebersihan. Hal ini memberikan rasa nyaman pada guru dalam menyelesaikan pekerjaaan sehingga pada akhirnya kondisi kerja akan lebih baik dan membantu mengurangi kejenuhan dan kelelahan serta produktivitas sekolah tercapai.

Guru selalu menuntut adanya lingkungan tempat mereka bekerja lebih nyaman sehingga optimalisasi kerja guru dapat tercapai dengan baik. Guru tidak akan bekerja secara optimal apabila kondisi lingkungan tempat ia bekerja seperti penerangan tidak terpenuhi, suara gaduh,suhu udara terlalu lembab, dan panas (kondisi lingkungan kerja fisik). Selain itu juga perlu diperhatikan tata ruang.

Dengan adanya kemampuan bekerja yang didasari oleh motivasi berprestasi yang tinggi maka kepuasan kerja dan produktivitas akan meningkat. Guru akan lebih menyukai lingkungan secara umum. Lingkungan kerja yang baik akan membuat guru merasa nyaman melakukan pekerjaan. Sehingga perlu ditegaskan bahwa kondisi lingkungan kerja guru merupakan salah satu faktor yang ikut berpengaruh bagi seorang guru untuk mencapai motivasi dalam kerjanya atau mengajar, hal ini harus mendapat perhatian yang serius dari pihak sekolah. Kondusifnya lingkungan kerja guru yang memberikan kenyamanan dan keamanan akan membantu guru dalam melaksanakan tugas-tugas dan beban kerja yang diberikan sekolah kepada guru agar produktifitas sekolah tinggi atau tercapai.

Agar guru memiliki motivasi berprestasi yang optimal, mereka harus bekerja dalam lingkungan sekolah yang kondusif. Lingkungan kerja merupakan unsur dinamis yang ada pada tempat ia bekerja. Lingkungan kerja bagi guru adalah lingkungan sekolah yaitu segala sesuatu yang ada di dalam atau di luar sekolah baik lingkungan fisik maupun sosial. Lingkungan kerja yang baik akan memberikan dorongan (motivasi) kepada setiap individu


(15)

untuk dapat bekerja dengan nyaman dan maksimal, sebaliknya lingkungan kerja yang kurang mendukung akan mempengaruhi optimalisasi kerja.

Berdasarkan dari latar belakang dan identifikasi masalah yang telah di uraikan di atas, maka penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut.

1) Bagaimana gambaran umum motivasi berprestasi guru pada sekolah dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi?

2) Bagaimana gambaran umum kualitas kehidupan kerja pada Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi?

3) Bagaimana gambaran umum Lingkungan Kerja Sekolah pada Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi?

4) Seberapa besar pengaruh kualitas kehidupan kerja sekolah terhadap motivasi berprestasi guru pada Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi?

5) Seberapa besar pengaruh lingkungan kerja sekolah terhadap motivasi berprestasi guru pada Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi?

6) Seberapa besar pengaruh kualitas kehidupan kerja dan lingkungan kerja sekolah terhadap motivasi berprestasi guru pada Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dengan judul pengaruh kualitas kehidupan kerja dan lingkungan kerja sekolah terhadap motivasi berprestasi guru pada Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran umum pengaruh kualitas kehidupan kerja terhadap motivasi berprestasi guru pada Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi. 2. Untuk mengetahui gambaran umum pengaruh lingkungan kerja sekolah terhadap


(16)

3. Untuk mengetahui gambaran umum motivasi berprestasi guru pada Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas kehidupan kerja terhadap motivasi berprestasi guru pada Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi. 5. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan kerja sekolah terhadap

motivasi berprestasi guru pada Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi 6. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas kehidupan kerja dan lingkungan

kerja sekolah terhadap motivasi berprestasi guru pada Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis ataupun secara praktis untuk meningkatkan kualitas pendidikan ditanah air umumnya, dan khususnya peningkatan kualitas pendidikan Sekolah Dasar yang ada di Kabupaten Bekasi.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu administrasi pendidikan khususnya dalam pengembangan bidang sumberdaya manusia. Temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam pendidikan yang terkait dengan peningkatan motivasi berprestasi pada guru, kualitas kehidupan kerja dan lingkungan kerja sekolah.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini secara praktis adalah sebagai berikut.

a. Bagi penulis, menambah dalam bidang penelitian sehingga mengetahui dengan pasti pengaruh kualitas kehidupan kerja sekolah dan lingkungan kerja sekolah


(17)

terhadap motivasi berprestasi guru sekolah dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi.

b. Bagi sekolah, dapat mengambil manfaat dari hasil penelitian ini sehingga dapat menerapkan konsep kualitas kehidupan kerja sekolah dan menciptakan lingkungan kerja sekolah yang baik sehingga tercipta motivasi berprestasi pada guru Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi yang dapat meningkatkan produktivitas dan prestasi dalam proses pembelajaran.

c. Memberikan peluang bagi para peneliti berikutnya, untuk memberikan kontribusi dalam memperkaya, meningkatkan, maupun mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh kualitas kehidupan kerja dan lingkungan kerja sekolah yang terhadap motivasi berprestasi pada guru.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriftif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan profil variabel-variabel penelitian, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas yang tinggi.

Pengolahan data penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Hal ini dilakukan karena penelitian ini berusaha membuktikan teori yang sudah ada, dengan cara membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan. Sehingga data yang diperoleh dan diolah adalah data yang berbentuk angka-angka atau data kualitatif yang diangkakaan.

F. Struktur Organisasi Tesis

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis. BAB II : KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS


(18)

Bab ini berisi landasan – landasan teori yang digunakan untuk membahas materi pokok. Teori – teori yang digunakan antara lain motivasi berprestasi, kualitas kehidupan kerja dan lingkungan kerja sekolah, kajian terdahulu yang relevan,kerangka pemikiran dan hipotesis.

BAB III : METODA PENELITIAN

pada bab ini di paparkan tentang lokasi, populasi dan sample penelitian metode penelitian, defenisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan dari apa yang menjadi permasalahan penelitian. Bab ini pun mencoba untuk menjawab rumusan masalah sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.

BAB V : .KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Merupakan penutup pada penelitian yang berisi kesimpulan dari analisa masalah dan merupakan jabaran deskriptif dari tujuan yang telah tercapai pada penelitian ini dan rekomendasi yang dapat digunakan untuk perbaikan objek


(19)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sample Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Sekolah Dasar yang ada di kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten bekasi, Provinsi Jawa Barat, yang terdiri atas 34 Sekolah Dasar.Data penelitian ini merupakan nilai persepsi guru, oleh sebab itu yang dijadikan anggota populasi penelitian ini adalah seluruh guru Sekolah Dasar yang berada di kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi. Adapun anggota populasi penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1

Rekapitulasi Jumlah Guru-Guru SD Negeri Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi Tahun 2011

No. Nama Sekolah Jumlah Guru

Lk Pr Total

1. SDN Karang Asih 01

9 17 26

2. SDN Karang Asih 02

8 7 15

3. SDN Karang Asih 03

7 23 30

4. SDN Karang Asih 04

7 12 19

5. SDN Karang Asih 05

10 24 34

6. SDN Karang Asih 06

6 11 17

7. SDN Karang Asih 07

10 12 22

8. SDN Karang Asih 08

7 8 15

9. SDN Karang Asih 09

7 10 17

10. SDN Karang Asih 10

5 10 15

11. SDN Karang Asih 11

11 9 20

12. SDN Karang Asih 12


(20)

No. Nama Sekolah Jumlah Guru

Lk Pr Total

13. SDN Karang Asih 13

7 12 19

14. SDN Karang Asih 14

9 10 19

15. SDN Cikarang Kota 01

6 9 15

16. SDN Cikarang Kota 02

7 8 15

17. SDN Cikarang Kota 03

4 10 14

18. SDN Cikarang Kota 04

5 7 12

19. SDN Kr. Baru 01

9 10 19

20. SDN Kr. Baru 02

18 22 40

21. SDN Kr. Baru 03

5 9 14

22. SDN Kr.Baru 04

22 12 34

23. SDN Kr. Baru 05

10 7 17

24. SDN Mek. Mukti 01

10 12 22

25. SDN Mek. Mukti 02

6 8 14

26. SDN Mek. Mukti 03

9 10 19

27. SDN Mek. Mukti 04

8 8 16

28. SDN Mek. Mukti 05

5 5 10

29. SDN Mek. Mukti 06

14 27 41

30. SDN Harja Mekar 01

6 13 19

31. SDN Harja Mekar 02

4 8 12

32. SDN Harja Mekar 03

2 4 6

33. SDN Harja Mekar 04

6 12 18

34. SDN Wangun Harja 01

3 12 15

Jumlah

272 400 672


(21)

2. Populasi

Sugiyono (2008:90) memberikan definisi definisi mengenai populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Sudjana dan Ibrahim (2001:84) mendefinisikan mengenai populasi berkaitan dengan elemen yaitu unit tempat diperolehnya informasi ,dimana elemen tersebut bisa individu, tempat kelompok sosial, sekolah organisasi dan lain-lain.

Data penelitian ini merupakan nilai persepsi guru, oleh sebab itu yang dijadikan anggota populasi penelitian ini adalah seluruh guru Sekolah Dasar yang berada di kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi yang jumlah populasinya 672 guru Sekolah Dasar.

3. Sample Penelitian

Sugiyono (2008:91) menjelasakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penentuan sampel penelitian didasarkan adanya keterbatasan peneliti, dimana peneliti tidak melakukan teknik sensus dalam pelaksanaan penelitian

Sudjana dan Ibrahim (2001 :86-95) membagi penarikan sampel yaitu :

a. Sampel tidak berpeluang (Non Probability Sampling) adalah penarikan sampel dimana pemilihan elemen dari populasi yangakan dimasukan didalam sampel tidak didasarkan pada nilai-nilai peluang yang sama. Jenis Sampel tidak berpeluang yaitu Sampel Aksidental (Accident Sampling), Snow Ball, Quota Sampling, Cluster Sampling.

b. Sampel Berpeluang (Probability Sampling) adalah penarikan sampel dimana pemilihan elemen dari populasi yang akan dimasukan didalam sampel didasarkan pada nilai-nilai peluang yang sama . Sampel berpeluang antara lain Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling), Sampel berlapis (Stratification Random Sampling), Sampel kelompok (Cluster Sampling) dan Sampel banyak tahap (Multistage Sampling).


(22)

Penarikan sampel Sesuai dengan penelitian ini, sampel yang diambil adalah dengan mengambil sampel peluang (probability sampling) dengan jenis sampel acak (simple random sampling). Berdasarkan pemaparan dari Sugiyono bahwa yang dimaksud dengan probability sampling merupakan teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2008:92), sedangkan simple random sampling adalah pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Simple random sampling dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen (Sugiyono, 2008:93).

Untuk menentukan jumlah sampel minimal pada penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus Slovin dalam Riduwan sebagai berikut :

N

n = --- 1 + N x e 2

Keterangan :

- n = Ukuran sampel - N = Ukuran Populasi

- e = Tingkat kesalahan sampel yang masih ditolelir dengan tingkat kepercayaan penelitian apabila digeneralisasikan.


(23)

adalah 0,1 atau 10% dan tingkat kepercayaan penelitian ini adalah 0,90 atau 90% Berdasarkan rumus tersebut tersebut diperoleh jumlah sampel (n) untuk guru Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara, yaitu sebagai berikut:

N

n = --- 1 + N x e2

672

n = --- 1 + 672 x (0,1)2 n = 87.0 dibulatkan = 87

Dari perhitungan di atas, mengisyaratkan bahwa untuk melakukan penelitian dengan tingkat kepercayaan sebesar 90 %, maka harus menentukan jumlah sampel minimal terhadap populasi sasaran sebesar 672 guru sekolah dasar di Kec.Cikarang Utara yang terdiri dari 34 Sekolah dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi yang dijadikan populasi sampling.

1.SDN Karang Asih 01 26

--- x 87 responden = 3.46 responden 653

n = 3.46 dibulatkan = 4

Setelah dihitung secara keseluruhan didapat data sebagai berikut :

Tabel 3.2

Rekapitulasi Jumlah Sampel Penelitian

No. Nama Sekolah Jumlah Guru


(24)

No. Nama Sekolah Jumlah Guru

Lk Pr Total

1. SDN Karang Asih 01 2 2 4

2. SDN Karang Asih 02 1 1 2

3. SDN Karang Asih 03 2 1 3

4. SDN Karang Asih 04 2 1 3

5. SDN Karang Asih 05 1 2 3

6. SDN Karang Asih 06 1 1 2

7. SDN Karang Asih 07 2 1 3

8. SDN Karang Asih 08 1 1 2

9. SDN Karang Asih 09 1 1 2

10. SDN Karang Asih 10 1 1 2

11. SDN Karang Asih 11 1 2 3

12. SDN Karang Asih 12 1 2 3

13. SDN Karang Asih 13 2 1 3

14. SDN Karang Asih 14 1 2 3

15. SDN Cikarang Kota 01 1 1 2

16. SDN Cikarang Kota 02 1 1 2

17. SDN Cikarang Kota 03 1 1 2

18. SDN Cikarang Kota 04 1 1 2

19. SDN Kr. Baru 01 1 2 3

20. SDN Kr. Baru 02 3 1 4

21. SDN Kr. Baru 03 1 1 2

22. SDN Kr.Baru 04 1 3 4

23. SDN Kr. Baru 05 1 1 2

24. SDN Mek. Mukti 01 2 1 3

25. SDN Mek. Mukti 02 1 1 2

26. SDN Mek. Mukti 03 1 2 3

27. SDN Mek. Mukti 04 1 1 2

28. SDN Mek. Mukti 05 1 0 1

29. SDN Mek. Mukti 06 3 2 5


(25)

No. Nama Sekolah Jumlah Guru

Lk Pr Total

31. SDN Harja Mekar 02 1 1 2

32. SDN Harja Mekar 03 0 1 1

33. SDN Harja Mekar 04 1 1 2

34. SDN Wangun Harja 01 1 1 2

Jumlah 44 43 87

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan profil variabel-variabel penelitian, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas yang tinggi.

Pengolahan data penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Hal ini dilakukan karena penelitian ini berusaha membuktikan teori yang sudah ada, dengan cara membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan. Sehingga data yang diperoleh dan diolah adalah data yang berbentuk angka-angka atau data kualitatif yang diangkakaan.

Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan sebagai bahan kajian, penulis menggunakan teknik angket (kuisioner), kajian pustaka, dan studi dokumentasi.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang di teliti. Riduwan (2006:14) berpendapat bahwa definisi operasional adalah unsur peneliti yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel.definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi operasional itu harus diukur dan spesifik agar dapat di pahami oleh orang lain


(26)

Adapun definisi operasional adalah sebagai berikut 1. Kualitas Kehidupan Kerja

Kualitas kehidupan kerja dalam penelitian ini adalah pendekatan sistem manajemen yang bertujuan untuk mengkoordinasikan dan mengelola potensi yang dimiliki oleh guru sehingga tercipta rasa aman dalam bekerja, dapat menumbuhkan kepuasan kerja sehingga guru dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia. Indikator dalam penelitian ini meliputi :1) Restrukturisasi kerja 2) Partisifasi 3) Sistem imbalan. Konsep kualitas kehidupan kerja dikembangkan oleh Cascio (2006:24). 2. Lingkungan Kerja Sekolah

Lingkungan kerja sekolah bagi guru dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang ada di dalam atau di luar sekolah, dan di antara kesemuanya itu akan saling berinteraksi atau saling mempengaruhi. Indikator dalam penelitian ini meliputi : 1) Sarana fisik dan prasarana fisik penunjang KBM 2) Hubungan guru dengan kepala sekolah 3) Hubungan guru dengan guru 4) Hubungan guru dengan siswa 5) Hubungan guru dengan wali murid. Konsep lingkungan kerja sekolah dikembang oleh Peter dan Oslo dalam Sumarwan (2003:271)

3. Motivasi Berprestasi Guru

Motivasi kerja guru dalam penelitian ini adalah suatu dorongan dasar (baik itu dorongan internal maupun dorongan eksternal) yang menggerakkan (to more) perilaku seorang guru dalam bertindak sebagai upaya untuk menciptakan kinerja yang produktif sehingga menghasilkan lulusan yang kompetitif dengan menumbuh dan mengembangkan konsep n Ach, n Aff, n Pow. Indikator dalam penelitian ini meliputi : 1). Kebutuhan akan prestasi (n Ach) 2). Kebutuhan akan affiliasi ( n Aff ) 3). Kebutuhan akan kewenangan ( n Pow). Konsep motivasi berpretasi dikembangkan oleh McClleland dalam Hasibuan (1996:116)


(27)

D. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2008:148)

Sedangkan Riduwan (2008:71) mengemukakan: “Instrumen penelitian menjelaskan semua alat pengambilan data yang digunakan, proses pengumpulan data, dan teknik penentuan kualitas instrumen (validitas dan reliabilitas)”

Berdasarkan teori di atas, maka untuk memperoleh data tentang kualitas kehidupan kerja sekolah, lingkungan kerja sekolah dan motivasi berprestasi guru maka digunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner (angket) dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi instrumen berdasarkan definisi operasional dari masing-masing variabel penelitian. Angket yang telah disusun, diuji coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.

1. Skala Pengukuran

Dalam menyusun kuesioner peneliti menggunakan skala likers,skala likers digunakan untuk mengukur sikap,pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena tertentu (sugiyono, 2008:93). Jadi dengan menggunakan skala ini penulis ingin mengetahui bagaimana gambaran kualitas kehidupan kerja sekolah, lingkungan kerja sekolah, serta motivasi berprestasi guru di SD Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ketiga variabel penelitian ini adalah angket skala likert dengan lima alternatif jawaban, yaitu: Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD), Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP). Pemberian bobot masing-masing kontinum, berturut turut, untuk pernyataan


(28)

positif diberi bobot: 5 - 4 - 3- 2 -1, sedangkan bobot untuk pernyataan negative diberi bobot: 1 – 2 – 3 – 4 – 5.

2. Penyusunan Instrumen

Instrumen penelitian ini di susun berdasarkan indikator-indikator masing- masing variabel .untuk mendapatkan keshahihan dilakukan melalui pendefinisian dan study kepustakaan serta diskusi dengan pembimbing

Instrumen pada masing indicator di susun dengan menggunanakan langkah sebagai berikut: (1) membuat kisi-kisi berdasarkan indikator variabel, (2) menyusun pernyataan sesuai dengan indikator variabel, (3) melakukan analisis rasional untuk melihat kesesuaian dengan indikator serta ketepatan dalam menyusun angket dari aspek yang diukur.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Variabel Kualitas Kehidupan Kerja

Variabel Sub Variabel Dimensi Indikator Nomer

item kuesioner

Kualitas Kehidupan Kerja (X1)

1. Restrukturisasi kerja Fasilitas kerja Kesempatan berkarir Perlindungan jabatan

Sarana pendukung KBM

Prasarana pendukung KBM

Pekerjaan yang menatang Pelatihan/pendidikan Penilaian kinerja Promosi Pelindungan organisasi 1,2 3 4 5 6 7 8


(29)

2. Partisifasi

3. Sistem Imbalan

Keterlibatan pekerjaan

Komunikasi

Penyelesaian konflik

Kompensasi yang layak

Penghargaan dan sanksi

Achievment program

Partisifasi dalam rapat

Kerjasama dalam kelompok

Interaksi sosial warga sekolah

Interaksi dalam tugas

Keterbukaan masalah

Proses penyampaian pendapat dan konfirmasi

Proses pengambilan keputusan atas suatu masalah Gaji Intensif Tunjangan Penghargaan bersifat material Penghargaan bersifat non material

Sanksi dalam pekerjaan 9,10 11,12 13 14 15 16,17, 18,19 20,21 22,23 24,25 26 27 28 29,30


(30)

Sumber : Cascio Weyne F (2006)

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Variabel lingkungan kerja sekolah

Variabel Sub Variabel Dimensi Indikator Nomer

Item Kuesioner Lingkunga

kerja sekolah (X2)

Lingkungan Fisik

Lingkungan sosial

Sarana dan prasarana fisi penunjang KBM

Hubungan kepala sekola dengan guru

Hubungan guru denga guru

Hubungan guru denga murid

Hubungan guru denga wali murid Pencahayaan Pewarnaan Pertukaran udara Kebisingan Kebersihan Keamanan Hubungan pekerjaan Hubungan personal Hubungan pekerjaan Hubungan personal Hubungan pekerjaan Hubungan personal Hubungan pekerjaan Hubungan personal 1,2,3,4 5,6,7,8 9,10,11,12 13,14, 15,16,17 18,19 20,21 22, 23,24 25 25,26 26,27 28,29 30


(31)

Sumber : Peter dan Oslo dalam Sumarwan (2003:271)

.

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Variabel Motivasi Berprestasi Guru

Variabel Sub Variabel Dimensi Indikator No

Item

Motivasi Berprestasi guru (Y)

1. Kebutuhan akan prestasi

Melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab dengan dedikasi yang tinggi.

Menggunakan umpan balik sebagai bahan evaluasi Berorientasi pada tugas Menyatu pada tugas Berorientasi pada pencapaian tujuan Bertanggung jawab terhadap performa dan hasil pekerjaan

membandingkan performansinya dengan orang lain atau suatu standarisasi tertentu. Supervisi kepala sekolah sebagai upaya peningkatan kompetensi Kebanggan terhadap pekerjaan Harapan terhadap 1,2, 3 4,5 6,7 8,9 10 11


(32)

2. Kebutuhan akan Affiliasi

Melaksanakan tugas dengan inovatif dan kratif

Memiliki rasa kebersamaan yang tinggi

Menjalin komunikasi yang baik dengan orang lain

Lebih efektif apabila bekerja sama dengan yang lain dalam

pekerjaan

menyelesaikan tugas dengan cara berbeda dari biasanya

menghindari hal-hal rutin dalam bertugas

aktif mencari informasi untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu

Tercipta rasa kebersamaan dalam bertugas Saling membantu dalam bertugas Berbagi tugas dan tanggung jawab dalam bekerja Saling menghargai tugas dan perannya masing Membina hubungan yang baik antar warga sekolah Menjalin hubungan kerja 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21


(33)

3. Kebutuhan akan kewenangan

melaksanakan tugas

Berperan aktif dalam setiap kegiatan

Mengutamakan prestise

Lebih mengutamakan tugas dari pada hubungan pribadi

dengan yang lain

Berupaya meminta bimbingan dan arahan dalm bertugas Memiliki rasa percaya diri yang tinggi Kegiatan merupakan wadah pengakualisasi diri Beorientasi pada prestasi

Ingin di hormati

Berorientasi kepada pekerjaan Lebih mandiri dalam bekerja 22 23 24 25 26 27,28 29,30

Sumber : McClelland dalam Hasibuan ( 1996:116)

3 Ujicoba instrumen

Instrumen penelitian yang telah disusun kemudian diuji cobakan untuk mengetahui sejauh mana validitas keshahihan atau kehandalan melalui jalur prosedur berikut: a. Uji coba responden


(34)

Instrumen penelitian ini diuji cobakan melalui responden yang tidak termasuk sampel penelitian .jumlah responden ujicoba sebanyak 30 (tiga puluh ) orang guru.jumlah ini dianggap sudah cukup memenuhi syarat untuk di uji cobakan

b. Pelaksanaan uji coba

Uji coba instrumen dilakukan dengan melalui langkah berikut: a) membagikan angket terhadap responden (guru), b) memberi keterangan /penjelasan cara pengisian angket c) para responden melakukan pengisian sesuai aturan, d) responden mengumpulkan kembali angket.

c. Tujuan pelaksanaan uji coba

Pelaksanaan uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan serta kekurangan yang kemungkinan besar dapat terjadi pada item-item angket baik dalam hal redaksi, alternative jawaban yang tersedia maupun dalam setiap jawaban dan pernyataan yang ada. Uji coba ini juga dilakukan untuk menganalisis terhadap intrumen sehingga bisa diketahui sumbangan butir –butir pernyataan terhadap indikator yang telah ditetapkan pada masing masing variabel selanjutnya untuk mengetahui butir pertanyaan dan pernyataan yang valid dan reliabel maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

d. Uji validatas

Arikunto (2010:167) yang dimaksud uji validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur .jenis validitas yang di pakai peneliti adalah validitas logis. Sedangkan menurut Sugiono (Akdon 2008:143) mengemukakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau keshohihan suatu alat ukur. jika instrument dikatakan valid berarti instrument itu dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.


(35)

e. Hasil uji validitas dan reabilitas instrumen

1. Uji validitas

Dalam penelitian ini, uji validitas menggunakan bantuan computer dengan program SPSS versi 17 for window. Dengan demikian, untuk mengetahui tingkat validitas instrument maka dapat melihat angka pada kolom corrected item-total correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item (nilai r

hitung) dibandingkan dengan nilai r tabel. .Jika r hitung> r tabel maka item tersebut adalah

valid. Sebaliknya, Jika r hitung< r tabel maka item tersebut adalah tidak valid

a. Validitas Variable X1 (Kualitas Kehidupan Kerja)

Dengan perhitungan menggunakan rumus di tersebut di atas, maka untuk variabel X1 (Kualitas Kehidupan Kerja) yang terdiri dari 30 item pertanyaan,

dinyatakan valid sebanyak 30 (tiga puluh) item, dan yang tidak valid sebanyak 0 (nol) item. Sehingga 30 item tersebut layak digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table Item-Total Statistics sebagai berikut

Tabel 3.6: Hasil Uji Validitas Variabel X1

(Kualitas Kehidupan Kerja)

Item r hitung r tabel

α= 0.05; n = 30

Keputusan

No.1 .511 >0.361 Valid

No.2 .631 >0.361 Valid

No.3 .407 >0.361 Valid

No.4 .548 >0.361 Valid

No.5 .730 >0.361 Valid

No.6 .386 >0.361 Valid

No.7 .509 >0.361 Valid


(36)

b. Validitas Variabel X2 (Lingkungan Kerja Sekolah)

Dengan perhitungan menggunakan rumus di tersebut di atas, maka untuk variabel X1 (Lingkungan Kerja Sekolah) yang terdiri dari 30 item pertanyaan, dinyatakan valid

sebanyak 30 (tiga puluh) item, dan yang tidak valid sebanyak 0 (nol) item. Sehingga 30 item tersebut layak digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table Item-Total Statistics sebagai berikut :

Tabel 3.7: Hasil Uji Validitas Variabel X2

(Lingkungan Kerja Sekolah)

No. 9 .690 >0.361 Valid

No.10 .657 >0.361 Valid

No.11 .623 >0.361 Valid

No.12 .388 >0.361 Valid

No.13 .620 >0.361 Valid

No.14 .540 >0.361 Valid

No.15 .749 >0.361 Valid

No.16 .475 >0.361 Valid

No.17 .609 >0.361 Valid

No.18 .514 >0.361 Valid

No. 19 .466 >0.361 Valid

No.20 .368 >0.361 Valid

No.21 .576 >0.361 Valid

No.22 .363 >0.361 Valid

No.23 .577 >0.361 Valid

No.24 .419 >0.361 Valid

No.25 .657 >0.361 Valid

No.26 .521 >0.361 Valid

No.27 .565 >0.361 Valid

No.28 .532 >0.361 Valid

No.29 .481 >0.361 Valid

No.30 .594 >0.361 Valid

Item r hitung r tabel

α= 0.05; n = 30

Keputusan


(37)

c. Validitas Variabel Y (Motivasi Berprestasi)

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas untuk variabel Y tentang Motivasi Berprestasi Pada Guru, yang terdiri dari 30 item pertanyaan, dinyatakan valid sebanyak 30 (tiga puluh) item, dan yang tidak valid sebanyak 0 (nol) item. Sehingga 30 item tersebut layak digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table Item-Total Statistics sebagai berikut :

No.2 .719 >0.361 Valid

No.3 .645 >0.361 Valid

No.4 .455 >0.361 Valid

No.5 .639 >0.361 Valid

No.6 .384 >0.361 Valid

No.7 .474 >0.361 Valid

No.8 .741 >0.361 Valid

No. 9 .632 >0.361 Valid

No.10 .445 >0.361 Valid

No.11 .586 >0.361 Valid

No.12 .633 >0.361 Valid

No.13 .645 >0.361 Valid

No.14 .526 >0.361 Valid

No.15 .702 >0.361 Valid

No.16 .597 >0.361 Valid

No.17 .422 >0.361 Valid

No.18 .646 >0.361 Valid

No. 19 .568 >0.361 Valid

No.20 .460 >0.361 Valid

No.21 .542 >0.361 Valid

No.22 .744 >0.361 Valid

No.23 .627 >0.361 Valid

No.24 .668 >0.361 Valid

No.25 .601 >0.361 Valid

No.26 .690 >0.361 Valid

No.27 .488 >0.361 Valid

No.28 .714 > 0.361 Valid

No.29 .561 > 0.361 Valid


(38)

Tabel 3.8: Hasil Uji Validitas Variabel Y (Motivasi Berprestasi Pada Guru)

Item r hitung r tabel

α= 0.05; n = 30

Keputusan

No.1 .556 > 0.361 Valid

No.2 .422 >0.361 Valid

No.3 .585 >0.361 Valid

No.4 .732 >0.361 Valid

No.5 .715 >0.361 Valid

No.6 .791 >0.361 Valid

No.7 .406 >0.361 Valid

No.8 .381 >0.361 Valid

No. 9 .615 >0.361 Valid

No.10 .519 >0.361 Valid

No.11 .589 >0.361 Valid

No.12 .443 >0.361 Valid

No.13 .497 >0.361 Valid

No.14 .709 >0.361 Valid

No.15 .450 >0.361 Valid

No.16 .541 >0.361 Valid

No.17 .559 >0.361 Valid

No.18 .594 >0.361 Valid

No.19 .630 >0.361 Valid

No.20 .843 >0.361 Valid

No.21 .665 >0.361 Valid

No.22 .666 >0.361 Valid

No.23 .564 >0.361 Valid

No.24 .593 >0.361 Valid

No.25 .580 >0.361 Valid

No.26 .452 >0.361 Valid

No.27 .584 >0.361 Valid

No.28 .488 > 0.361 Valid

No.29 .415 > 0.361 Valid


(39)

d. Uji Reliabilitas Instrumen

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan melalui bantuan computer dengan program SPPSS versi 17 for window. Dalam analisis ini apabila data dikatakan reliabel harus dibuktikan dengan perhitungan. Untuk mengetahui.Tingkat reliabilitas perhatikan angka pada Guttaman Split-Half Coefficient yang merupakan nilai r hitung

dibandingkan dengan nilai r table , jika r hitung> r table maka item tersebut reliabel,

sebaliknya jika r hitung< r table maka item tidak reliabel secara lebih jelasnya dapat dilihat

pada table berikut :

Table 3.9 : Reliability statistic X1

Kualitas Kehidupan kerja

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value .884

N of Items 15a

Part 2 Value .859

N of Items 15b

Total N of Items 30

Correlation Between Forms .753 Spearman-Brown

Coefficient

Equal Length .859

Unequal Length .859

Guttman Split-Half Coefficient

.859

a. The items are: NO.1, NO.2, NO.3, NO.4, NO.5, NO.6, NO.7, NO.8, NO.9, NO.10, NO.11, NO.12, NO.13, NO.14, NO.15.


(40)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value .884

N of Items 15a

Part 2 Value .859

N of Items 15b

Total N of Items 30

Correlation Between Forms .753 Spearman-Brown

Coefficient

Equal Length .859

Unequal Length .859

Guttman Split-Half Coefficient

.859

a. The items are: NO.1, NO.2, NO.3, NO.4, NO.5, NO.6, NO.7, NO.8, NO.9, NO.10, NO.11, NO.12, NO.13, NO.14, NO.15.

b. The items are: NO.16, NO.17, NO.18, NO.19, NO.20, NO.21, NO.22, NO.23, NO.24, NO.25, NO.26, NO.27, NO.28, NO.29, NO.30.

Pengujian Reliabilitas dilihat dari nilai kolerasi Gutman Split Half Coefficient sebesar = 0.859. Kolerasi berada pada kategori sangat kuat . Bila dibandingkan dengan r tabel (0.859) > r hitung

(0.361) . Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa angket tersebut reliabel.


(41)

Table 3.10: Reliability statistic X2

Lingkungan Kerja Sekolah

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value .891

N of Items 15a

Part 2 Value .892

N of Items 15b

Total N of Items 30

Correlation Between Forms .821

Spearman-Brown Coefficient Equal Length .902

Unequal Length .902

Guttman Split-Half Coefficient

.892

a. The items are: NO.1, NO.2, NO.3, NO.4, NO.5, NO.6, NO.7, NO.8, NO.9, NO.10, NO.11, NO.12, NO.13, NO.14, NO.15.

b. The items are: NO.16, NO.17, NO.18, NO.19, NO.20, NO.21, NO.22, NO.23, NO.24, NO.25, NO.26, NO.27, NO.28, NO.29, NO.30.

Pengujian Reliabilitas dilihat dari nilai kolerasi Gutman Split Half Coefficient sebesar = 0.892. Kolerasi berada pada kategori sangat kuat . Bila dibandingkan dengan r tabel (0.892) > r hitung (0.361) .


(42)

Table 3.11 : Reliability statistic Y Motivasi Berprestas Pada Guru

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value .870

N of Items 15a

Part 2 Value .894

N of Items 15b

Total N of Items 30

Correlation Between Forms .772 Spearman-Brown

Coefficient

Equal Length .871

Unequal Length .871

Guttman Split-Half Coefficient

.870

a. The items are: N0.1, NO.2, NO.3, NO.4, NO.5, NO.6, NO.7, NO.8, NO.9, NO.10, NO.11, NO.12, NO.13, NO.14, NO.15.

b. The items are: NO.16, NO.17, NO.18, NO.19, NO.20, NO.21, NO.22, NO.23, NO.24, NO.25, NO.26, NO.27, NO.28, NO.29, NO.30.

Pengujian Reliabilitas dilihat dari nilai kolerasi Gutman Split Half Coefficient sebesar = 0.870. Kolerasi berada pada kategori sangat kuat . Bila dibandingkan dengan r tabel (0.870) > r hitung (0.361) . Dengan demikian


(43)

E. Teknik pengumpulan data

“Data ialah bahan mentah yang perlu diolah, sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kuantitatif ataupun kualitatif yang menunjukan fakta” (Riduawan, 2008:106). Adapun teknik atau cara pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah teknik angket, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi

1. Teknik Angket

Teknik angket atau kuisioner digunakan untuk memperoleh data tentang kualitas kehidupan kerja sekolah, lingkungan kerja sekolah dan motivasi berprestasi pada guru Sekolah Dasar. Langkah-langkah pengumpulan data melalui angket adalah sebagi berikut.

a) Penyusunan kisi-kisi instrumen dengan berlandaskan rujukan teoritis yang berhubungan dengan variabel dan dimensi penelitian, serta indikator-indikatornya.

b) Penyusunan butir instrumen.

c) Pengujian Validitas dan reliabilitas butir instrumen

d) Menyeleksi butir soal berdasarkan validitas dan reliabilitasnya. Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh diketahui terdapat beberapa butir soal yang tidak valid. Butir soal yang tidak valid dibuang tetapi terwakili oleh soal lain, dibuang, artinya tidak dipakai untuk memotret variabel-variabel penelitian. Butir soal yang tidak valid, tetapi belum terwakili oleh soal lain, maka soal tersebut direvisi berdasarkan pendapat para ahli, dalam hal ini atas dasar saran pembimbing. Setelah dilakukan seleksi dan revisi, diperoleh jumlah butir instrumen sebagai berikut.

1. Instrumen kualitas kehidupan kerja sekolah sebanyak 30 item 2. Instrumen lingkungan kerja sekolah sebanyak 30 item

3. Instrumen motivasi berprestasi guru sebanyak 30 item


(44)

2. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data berupa informasi yang berhubungan dengan penelitian ini, yang berada di kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi dan di Sekolah Dasar yang dijadikan sampel penelitian.

F. Teknik Analisis Data

1.Prosedur dan Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan penelitian yang ditempuh dalam kegiatan penelitan ini ada empat tahap, yakni persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pengolahan data, dan tahap pengambilan kesimpulan.

a. Tahapan Persiapan

Sebelum mengadakan penelitian kelapangan, penulis mengadakan persiapan terlebih dulu. Persiapan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Merumuskan masalah penelitian, 2) Menyusun hipotesis,

3) Menentukan lokasi, populasi, dan sampel penelitian,

4) Menyusun kisi-kisi instrumen berdasarkan variabel dan dimensi penelitian, baik variabel independen ataupun varibel dependen,

5) Menyusun butir instrumen 6) Mengujicobakan instrumen,

7) Mengadakan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen, dan

8) Mengajukan permohonan ijin penelitian kepada unit kerja subjek penelitian.


(45)

Penelitian kelapangan akan dilaksanakan pada bulan oktober dengan lokasi penelitian di Sekolah Dasar di Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten bekasi. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi responden penelitian, mengenal nama, dan menentukan waktu pertemuan antara peneliti dengan responden

b. Melaksanakan pengumpulan data dengan menyebarkan angket yang telah diuji validitas dan reabilitasnya

c. Mengumpulkan dan menyusun data berupa jawaban responden

d. Mengolah data berupa skor penelitian responden atas variabel-variabel penelitian, dengan pendekatan kuantitatif

3. Tahap Pengolahan Data

Data yang diperoleh melalui angket yang telah disebar, kemudian dianalisis secara kuantitatif. Proses pengukuran terhadap data yang diperoleh dari responden menggunakan skala diferensial semantik (semantic deferensial scale). Langkah-langkah yang digunakan penulis untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Menghitung skor rata-rata setiap variabel

Menghitung skor rata-rata bertujuan untuk mengetahui gambaran umum jawaban responden terhadap variabel-variabel penelitian. Perhitungan ini menggunakan rumus

Weighted Means Scored(WMS) : = ∑

= nilai rata-rata yang dicari

∑X= jumlah jawaban yang telah diberi bobot N = jumlah responden


(46)

Langkah berikutnya setelah menghitung skor rata-rata variabel, penulis mendeskripsikan setiap variabel, lengkap dengan dimensinya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas kehidupan kerja ,lingkungan kerja,dan motivasi berprestasi pada guru di Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara. Untuk mengetahui masing-masing variabel beserta dimensinya, penulis menggunakan bantuan program Ms Excel dan program SPSS for Windows.

c) Menguji normalitas distribusi

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel tersebut bersumber dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan

Kolmogorov-Smirnov melalui bantuan program SPSS for Windows 17.0. d) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis penelitian ini dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi variabel independen terhadap variabel dependen, dan menghitung kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen, dan menganalisis regresi yang digunakan untuk memprediksi perubahan nilai variabel dependen apabila variabel independennya berubah. Pengujian nilai variabel dependen apabila variabel independennya berubah. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS for windows. Untuk memudahkan interpretasi mengenai kekuatan korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat, digunakan tabel berikut.

Tabel 3.12

Interpretasi Korelasi Antarvariabel

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 – 1,000 0,60 – 0,799 0,40 – 0,599 0,20 – 0,399 0,00 – 0,199

Sangat Kuat Kuat

Cukup Kuat Rendah


(47)

Sumber : (Akdon, 200 : 188)

4. Tahap Pengambilan Kesimpulan

setelah selesai pengolahan data dengan memanfaatkan bantuan program SPSS 17.00 for windows, penulis memparafrasekan bahasa statistik kedalam bahasa deskriptif. Berdasarkan bahasa deskriptif itu, penulis menyimpulkan hasil penelitian dengan cara menjawab masalah yang telah dirumuskan pada bab pertama.


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Setelah dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data hasil penelitian seperti yang disajikan pada Bab IV dapat diperoleh fakta empirik mengenai kualitas kehidupan kerja dan lingkungan kerja sekolah terhadap motivasi berprestasi guru. Masing-masing variabel dianalisis menggunakan analisis korelasi sederhana dan korelasi ganda Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Gambaran umum dari kualitas kehidupan kerja pada Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi yang di ukur melalui variabel kualitas kehidupan kerja yang meliputi : a. restrukturisasi kerja b. Partisifasi c. Sistem imbalan termasuk kategori “Baik”. Hal ini di tunjukan oleh skor rata-rata jawaban responden tentang kualitas kehidupan kerja.

2. Gambaran umum dari lingkungan kerja sekolah pada Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi yang di ukur melalui variabel lingkungan kerja sekolah : a. Lingkungan fisik b. Lingkungan sosial termasuk kategori “Sangat Baik” Hal ini di tunjukan oleh skor rata-rata jawaban responden tentang lingkungan kerja sekolah. 3. Gambaran umum dari motivasi berprestasi guru pada Sekolah Dasar di Kec.Cikarang

Utara Kab.Bekasi yang di ukur melalui variabel motivasi berprestasi guru yang meliputi: a. Kebutuhan akan prestasi b. Kebutuhan akan affiliasi c. Kebutuhan akan kewenangan termasuk kategori “Sangat Tinggi”. Hal ini di tunjukan oleh skor rata-rata jawaban responden tentang motivasi berprestasi guru.


(49)

4. Terdapat pengaruh yang signifikan dari Kualitas kehidupan kerja sekolah terhadap motivasi berprestasi guru pada Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi sebesar 44.1%. hal ini menunjukan bahwa tingakat motivasi berprestasi guru dapat dikontribusikan oleh kulitas kehidupan kerja sekolah sebesar 44.1%.

5. Terdapat pengaruh yang signifikan dari lingkungan kerja sekolah terhadap motivasi berprestasi guru pada Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi sebesar 41.5%. hal ini menunjukan bahwa tingakat motivasi berprestasi guru dapat dikontribusikan oleh lingkungan kerja sekolah sebesar 41.5%.

6. Terdapat pengaruh yang signifikan dari Kualitas kehidupan kerja sekolah dan lingkungan kerja sekolah (secara simultan) terhadap motivasi berprestasi guru pada Sekolah Dasar di Kec.Cikarang Utara Kab.Bekasi sebesar 50.8%. hal ini menunjukan bahwa tingkat motivasi berprestasi guru dapat pengaruhi oleh Kualitas kehidupan kerja sekolah dan lingkungan kerja sekolah (secara simultan) sebesar 50.8% sedangkan sisanya sebesar 49.2% dipengaruhi oleh faktor lainnya.


(50)

B. REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya,selanjutnya peneliti akan menyampaikan beberapa rekomendasi atau saran-saran yang dianggap relevan dengan hasil penelitian yang meliputi:

1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap sub variabel yang menjadi kajian variabel kualitas kehidupan kerja sekolah pada sekolah dasar di Kec.Cikarang Kab.Bekasi, dapat diketahui bahwa sub variabel sistem imbalan mendapatkan skor rata-rata terendah dibandingkan dengan sub variabel lainnya yang ada dalam variabel tersebut. Sub variabel ini berkaitan dengan sistem reward yang diberlakukan di lingkungan sekolah yang meliputi kompensasi yang adil dan layak, hukuman dan penghargaan yang proposional. Siagian (2008:253) mengemukakan bahwa suatu sistem imbalan yang baik adalah sistem yang dapat menjamin kepuasan para anggota organisasi yang pada gilirannya memungkinkan organisasi memperoleh, memelihara dan memperkerjakan sejumlah orang yang dengan berbagai sikap dan perilaku positif, bekerja dengan produktif bagi kepentingan organisasi. Sejalan dengan hal tersebut Randall S. Schuler dan Susan (1996:87) mengemukakan bahwa :

Suatu sistem imbalan jasa total meliputi kompensasi moneter dan imbalan non moneter. Kompensasi moneter melibatkan penilaian kontribusi pegawai guna membagikan kompensasi langsung dan tidak langsung (tunjangan) secara wajar dan adil. Imbalan nonmoneter yang mencakup karir dan penghargaan. Imbalan nonmoneter misalnya rasa aman bekerja. Penyesuaian kembali imbalan nonmoneter seperti simbol status, pujian dan pengakuan sering menyertai upaya mengubah kultur lembaga. Peluang kenaikan pengembangan karir bisa membantu lembaga menarik dan mempertahankan pegawai berbakat yang merupakan aset berharga.

Berdasarkan temuan dan pendapat para pakar tersebut, sub variabel sistem imbalan tersebut dapat ditingkatkan melalui metode pemberian kompensasi guru ditetapkan atas asas adil dan layak dengan menggunakan dua metode yaitu metode tunggal standar gaji jelas yakni berdasarkan ijasah terakhir dari pendidikan formal,


(51)

sedangkan metode jamak standar gaji didasarkan atas beberapa pertimbangan (ijasah, sifat pekerjaan, pendidikan informal).

Sedangkan upaya untuk meningkatkan sistem imbalan untuk indikator penghargaan dan sanksi meliputi: 1) Imbalan berfungsi sebagai pengarahan dan peneguhan respons positif dan perilaku yang benar sedangkan sanksi diberikan bertujuan untuk melemahkan/menghilangkan respon atau perilaku tertentu guru yang dipandang menyimpang; 2) Penghargaan dan sanksi bukanlah tujuan ia adalah sarana untuk mengukuhkan atau menghilangkan perilaku tertentu; 3) Penghargaan dan sanksi harus dilaksanakan secara seimbang dan proposional; 4) Imbalan diberikan secara situasional; 5) Pemberian penghargaan dan sanksi harus sudah melalui kejelasan masalah; 6) Diutamakan memberikan imbalan dari pada menerapkan sanksi dan diutamakan memberi imbalan non materil agar guru tidak menjadi materalistis.

2. Berdasarkan hasil penelitian terhadap sub variabel yang menjadi kajian variabel lingkungan kerja sekolah pada sekolah dasar di Kec.Cikarang Kab.Bekasi, dapat diketahui bahwa sub variabel lingkungan kerja fisik mendapatkan skor rata-rata terendah dibandingkan dengan sub variabel lainnya yang ada dalam variabel tersebut. Sub variabel lingkungan fisik meliputi sarana dan prasarana fisik penunjang KBM yang terdiri atas: sistem pencahayaan, pewarnaan, pertukaran udara, kebisingan, kebersihan dan keamanan. Nitisemito (1994:184) menyatakan bahwa “Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu lingkungan kerja fisik antara lain pencahyaan, pertukaran udara, kebisingan, kebersihan dan keamanan”. Senada hal tersebut Agus Ahyari (2001:159) menyatakan bahwa :

Faktor-faktor yang membentuk kondisi lingkungan kerja yang mencakup pengendalian suara bising, pengaturan penerangan tempat kerja, pengaturan suhu udara, pelayanan kebutuhan karyawan, pengaturan penggunanan warna, pemeliharan lingkungan kerja, penyedian fasilitas yang dibutuhkan karyawan.


(52)

Berdasarkan temuan dan pendapat para pakar tersebut, sub variabel lingkungan kerja fisik tersebut dapat ditingkatkan melalui peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana fisik penunjang KBM yang meliputi: 1) Pengaturan sistem pencahayaan yang dapat mendukung proses kegiatan pembelajaran; 2) Pengaturan penggunaan pewarnaan yang dapat meningkatkan semangat belajar dan mengajar di ruang kelas dengan menggunakan warna dingin dan lembut, misalnya coklat muda/krem, abu-abu muda, hijau ataupun putih; 3) Pengaturan sistem sirkulasi udara yang mendukung terciptanya situasi belajar yang kondusif; 4) Pengendalian tingkat kebisingan dengan menanam pepohonan di lingkungan sekolah; 5) Menjaga tingkat kebersihan dan keindahan di lingkungan sekolah dengan mengikut sertakan warga sekolah; 6) Menjaga dan menciptakan rasa aman bagi warga sekolah dengan membangun pagar pembatas yang bisa melindungi dampak negatif yang di timbulkan dari lingkungan luar dan juga adanya penjaga keamanan sekolah atau satpam yang bertanggung jawab atas keamanan di lingkungan sekolah.

3. Berdasarkan hasil penelitian terhadap sub variabel yang menjadi kajian variabel motivasi berprestasi guru pada sekolah dasar di Kec.Cikarang Kab.Bekasi, dapat diketahui bahwa sub variabel kebutuhan akan kewenangan (need for power) mendapatkan skor rata-rata terendah dibandingkan dengan sub variabel lainnya yang ada dalam variabel tersebut. McClelland dalam Robbins (2001:173) mengatakan bahwa “Need for Power yaitu kebutuhan akan kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai autoritas, untuk memiliki pengaruh kepada orang lain”

Sedangkan menurut Hasibuan (2003:113) mengatakan “Kebutuhan akan kekuasaan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seorang karyawan”

Berdasarkan temuan dan pendapat para pakar tersebut, sub variabel kebutuhan akan kewenangan (need for power) tersebut dapat ditingkatkan melalui:


(53)

a. Berperan aktif dalam kegiatan

1. Menumbuhkan rasa percaya diri kepada guru untuk dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya

2. Memberikan wadah terciptanya pengakualisasian diri dengan memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk berpartisifasi dalam kegiatan yang diadakan disekolah

b. Mengutamakan prestise

1. Menumbuhkan pemahaman kepada guru akan pentingnya prestasi dengan cara memberikan penilaian dan evaluasi terhadap kinerjanya.

2. Memberikan reward kepada guru atas hasil dan prestasi yang telah dicapainya. c. Mengutamakan tugas dari pada hubungan pribadi

1. Menumbuhkan rasa tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi terhadap tugas dan perannya sebagai seorang guru melalui: otonomi pekerjaan, signifikasi tugas dan identitas tugas.

2. Menciptakan kemandirian dalam bertugas dengan cara otonomi pekerjaan, dengan bertanggung jawab terhadap keberhasilan pekerjaannya.

4 Bagi peneliti selanjutnya,dalam penelitian ini penulis mengakui terdapat beberapa hal yang tidak terbahas mengingat luasnya lapangan penelitian dan kompleknya permasalahan penelitian dalam upaya peningkatan motivasi berprestasi guru. Untuk itu penulis merekomendasikan agar kedepan dapat diteliti variabel bebas lainnya yang mempengaruhi motivasi berprestasi guru, selain itu penelitian ini dapat juga dilakukan tidak hanya dilaksanakan di jenjang pendidikan dasat tetapi dapat dilakukan di tiap jenjang pendidikan dalam upaya meningkatkan motivasi berprestasi guru.


(54)

(55)

DAFTAR PUSTAKA

__________, (2003). Undang-undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.

Ahyari, Agus. (1994). Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi. Jakarta : Grasindo.

Akdon. (2008). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untik Administrasi & Manajemen. Bandung:Dewa Ruchi.

Alex S. Nitisemito. (2000). Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya. Manusia, Ed. 3. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Arifin, Noor., 1999, “Aplikasi Konsep Quality of Work Life dalam Upaya Menumbuhkan Motivasi Karyawan Berkinerja Unggul” , Usahawan, No.10, Hal 25-29.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

A.T, Dewi, (2006). Analisis pengaruh Quality of Work Life (QWL) terhadap motivasi berprestasi karyawan (Studi kasus Kantor Pusat PT POS Indonesia Persero)).Skripsi IPB: Tidak diterbitkan.

Bernandin, H. John and Joyce E. Russel 1998, Human Resources Management (second Edition), New York: Irwin Mc Grawhill.

Burstein, Georgre. (1987). Enchanching the Quality of work life. The journal of the school of business and Economics.

BSNP. (2007). Peraturan Mendiknas RI No. 16 Tahun 2007, tentang: Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: BSNP.

Cascio, Wayne F (1992). Managing Human Resources, Productivity, Quality Of Work Life, Profits. 3rd ed, Graduate School of business University of Colorado,Denver. Mc Graw-Hill Inc. Singapore.

_____________. (2006). Managing Human Resources, Productivity, Quality Of Work Life, Profits. Boston: Mc Graw-Hill.

Castetter, W.B. (1996). The Human Resource Function in Educational Administration. New Jersey: Merrill, an Imprint of Prentice Hall.


(1)

(2)

DAFTAR PUSTAKA

__________, (2003). Undang-undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.

Ahyari, Agus. (1994). Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi. Jakarta : Grasindo.

Akdon. (2008). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untik Administrasi & Manajemen. Bandung:Dewa Ruchi.

Alex S. Nitisemito. (2000). Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya. Manusia, Ed. 3. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Arifin, Noor., 1999, “Aplikasi Konsep Quality of Work Life dalam Upaya Menumbuhkan Motivasi Karyawan Berkinerja Unggul” , Usahawan, No.10, Hal 25-29.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

A.T, Dewi, (2006). Analisis pengaruh Quality of Work Life (QWL) terhadap motivasi berprestasi karyawan (Studi kasus Kantor Pusat PT POS Indonesia Persero)).Skripsi IPB: Tidak diterbitkan.

Bernandin, H. John and Joyce E. Russel 1998, Human Resources Management (second Edition), New York: Irwin Mc Grawhill.

Burstein, Georgre. (1987). Enchanching the Quality of work life. The journal of the school of business and Economics.

BSNP. (2007). Peraturan Mendiknas RI No. 16 Tahun 2007, tentang: Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: BSNP.

Cascio, Wayne F (1992). Managing Human Resources, Productivity, Quality Of Work Life, Profits. 3rd ed, Graduate School of business University of Colorado,Denver. Mc Graw-Hill Inc. Singapore.

_____________. (2006). Managing Human Resources, Productivity, Quality Of Work Life, Profits. Boston: Mc Graw-Hill.

Castetter, W.B. (1996). The Human Resource Function in Educational Administration. New Jersey: Merrill, an Imprint of Prentice Hall.


(3)

Davis, K dan J.W. Newstrom. 1993. Perilaku dalam Organisasi. Jilid 2. Edisi Ke-7. Terjemahan. Erlangga.Jakarta.

Gage, N.l. & Berliner, David, C. (1984). Educational psychology 3rd Ed. Boston, Houghton Mifflin Company.

Gitosudarmo, Indriyo dan Sudita,I Nyoman. 1997, Perilaku Keorganisasian. Jogyakarta: BPFE..

Hariandja, T.E. Marihot (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia (Pengadaan Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktifitas Pegawai). Jakarta : PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

Husaini Usman. 2011. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

I Ketut, Yasa, (2007). “ Pengaruh Quality of Work Life (QWL) Terhadap Motivasi dan Kinerja Karyawan”. Jurnal Bisnis dan Kewirausahawan, Vol. 3, No. 2, Juli 2007

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 1405/Menkes/Sk/Xi/2002.

Kertonegoro, Sentanoe .T. (1994).Manajemen Organisasi. Jakarta: Widia Press

Komaruddin. (1994). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Kappasigma.

Malayu S.P Hasibuan. (1996). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Mangkuprawira, S. Dan Aida V. (2007). Managemen Mutu Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Manullang, M dan Marihot Manullang. (2001). Manajemen Sumber Daya. Manusia. Yogyakarta :

BPFE.

Maxwell, L. E. 1999. “School building renovation and student performance: One district's experience.” Scottsdale, Ariz.: Council of Educational Facility Planners, International.


(4)

Mc.Millan, J. Dan Sally Schumacher (2001). Research In Education. New York: Longman.

Michael and stan Kossen. (1997). The Human Side of Organizations. New York. ADDISON-WESLEY.

Moekijat (2002). Tata Laksana Kantor (Manajemen Perkantoran). Bandung : Mandar Maju.

Morgan, C.T., R.King, J.R. weisz (1986) Introduction to Psychologi. Toronto : McGraw-Hill Book Co.

M. Ivancevich, john. (2001). Human Resource Managemen. New York: Mc Graw-Hill.

Nasution, S. (2004). Sosiologi Pendidikan. Bandung: Jemmars

Nitisemito,Alex S. (1994). Manajemen Personalia:Mannajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Nawawi, Hadari. (1984). Administrasi Pendidikan. Jakarta:Gunung Agung

_____________. (1997). Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan. Yogyakarta :Gajahmada University Press.

_____________. (2001), Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis dan Kompetitif.Cetakan keempat. Gajahmada University Press, Yogyakarta.

____________. (2008); Evaluasi dan Manajemen Kinerja di lingkungan Perusahaan dan Industri, Gajahmada University Press, Yogyakarta.

Nawawi Hadari dan Martini Hadari. 1990. Administrasi Personel Untuk Meningkatkan produktivitas. Jakarta: Haji Mas Agung.

Poerwadarminta, W.J.S. (1989). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Riduwan dan Akdon. (2006). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistik. Bandung: Alfabeta.

Riduawan, (2008). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Penerbit Alfabeta,. Bandung.


(5)

Robbins, Stephen P. (2001). Perilaku Organisasi. Jakarta:PT Prenhallindo

Robbins, Stephen P.(2006). Organizational Behavior.New Jersey:Prentice Hall,Inc.do Persada.

Sagala, Syaiful. (2006). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung:Alfabeta.

Sarwono, J. (2009). Statistik itu Mudah. Panduan Lengkap untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Yogyakarta: Andi.

Satori, Jam’an. (1980). Administrasi Pendidikan. Bandung: Publikasi Fip IKIP

Schermerhorn. (1996). Management (5th ed). New York: Jhon Wiley & sons

Schuler, Randall dan Susan J (1996), Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi abad ke-21, Jakarta: Erlangga.

Sedermayanti. (1996). Tata Kerja dan Produksi Kerja. Bandung: Mandar Maju

Sudjana dan Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Administrasi. Bandung:Alfabeta

________.(2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumarwan, Ujang.(2003). Prilaku Konsumen Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Jakarta :Ghalia.

Sondang P Siagian. (1996). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Stoner, J.A.F. (1992). Management. London:Prentice Hall International

Tilaar, H.A.R. (2004). Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Rosda Karya

The Liang Gie,. (1992). Administrasi Perkantoran Modern. Yogyakarta: Liberty .


(6)

Walthon, R.E., 1975. Criteria for Quality of Working Life. In L.E. Davis, A.B. Cherns and Associates (Eds). The Quality of Working. New York: The Free Press, Life, 1:91-104

Zainun, Buchari. Tth. Manajemen Motivasi. Jakarta: Balai Pustaka

Zin, Razali Mat, 2004, “ Perception of Professional Engineers Towar Quality of Work Life and Organizational Commitment”, Gajahmada International Journal of Busness, Vol.6.No.3, p.323-334.


Dokumen yang terkait

PENGARUH KARAKTERISTIK PEKERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KUALITAS KEHIDUPAN KERJA Pengaruh Karakteristik Pekerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kualitas Kehidupan Kerja Di Pt. Delta Merlin Surakarta.

1 4 14

PENGARUH KOMPETENSI DASAR GURU, KREATIFITAS, DAN MOTIVASI, TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN SUKOHARJO.

0 1 23

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DASAR DAN BUDAYA MUTU TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN BANJARSARI.

0 0 9

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN UNGARAN.

0 1 6

PENGARUH KUALITAS LINGKUNGAN SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA GURU DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SEKOTA BANDUNG.

0 1 77

PENGARUH KINERJA KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR KECAMATAN CAMPAKA DAN KECAMATAN CIBATU KABUPATEN PURWAKARTA.

0 2 45

PENGARUH KUALITAS LINGKUNGAN KERJA DAN KOMITMEN GURU TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA GURU PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KABUPATEN MAJALENGKA.

0 0 78

Pengaruh manajemen kepala sekolah, profesionalisme guru, dan motivasi berprestasi terhadap efektivitas kerja guru sekolah dasar di Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung

0 0 9

PENGARUH KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA SEKOLAH, LINGKUNGAN KERJA, DAN MOTIVASI BERPRESTASI, TERHADAP KINERJA GURU SMK

0 2 11

Pengaruh Motivasi, Kompetensi, Kepemimpinan, Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru di Sekolah Menengah Kejuruan

0 0 17