Pelaksanaan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan di Sektor Pengelolaan Hutan Dalam Rangka Otonomi Daerah di Indonesia.

Pelaksanaan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Di Sektor
Pengelolaan Hutan Dalam Rangka Otonomi Daerah Di Indonesia
Judika Lestari M.
110110090179
Pada tahun-tahun awal dilaksanakannya otonomi daerah, yaitu selama
2000-2005, lahan hutan produksi yang dikonversi (HPK) mencapai
1.089.560 Ha per tahun, belum termasuk deforestasi akibat pembalakan
liar. Pada tahun 2007, total luas deforestasi baik yang direncanakan dan
yang tidak direncanakan mencapai diatas 5 juta Ha per tahun. Sampai
akhir Desember 2010 sudah ada sekitar 520 permohonan ke Kemenhut
untuk pelepasan kawasan, dengan luas minimal 200.000 Ha per
pemohon. Bila tidak ada kebijakan baru untuk membatasi pemekaran
wilayah hutan dan pembatasan pemanfaatan ruang, maka diperkirakan
HPK yang luasnya sekitar 22,7 juta Ha akan habis dalam waktu tidak lebih
dari 10 tahun ke depan. Pengelolaan hutan dalam rangka otonomi daerah
harus kembali ke landasannya, yaitu pelestarian fungsi hutan untuk
mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pelaksanaan pengelolaan
hutan yang tidak sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan,
perlu untuk diketahui kendala atau hambatan hukumnya, lalu akan
ditelaah lebih lanjut bagaimana strategi untuk mewujudkan hal tersebut.
Penelitian yang dilaksanakan bersifat problem solving oriented, dimana

penelitian memberikan data, lalu menganalisis permasalahan dan
memberi gagasan sebagai penyelesaian masalah tersebut. Metode
pendekatannya menggunakan metode yuridis normatif, dimana mendekati
penyelesaian masalah, berdasarkan pada norma. Bahan penelitian
menggunakan data sekunder, dimana data dikumpulkan melalui studi
dokumen dan wawancara.
Pelaksanaan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan di sektor
pengelolaan hutan masih kurang diterapkan oleh instansi terkait baik di
pusat dan daerah. Dalam penelitian ini, maka pengelolaan hutan ditelaah
dari KPH, sosial forestri, dan dampaknya terhadap keanekaragaman
hayati di dalam hutan. Kendala hukum yang dihadapi antara lain masih
lemahnya koordinasi antar pemerintah daerah maupun antara pemerintah
pusat dan daerah, penyusunan peraturan yang tidak didasarkan pada
kondisi yang sebenarnya, masih kurangnya penegakan hukum, dan lain
sebagainya. Strategi di sektor pengelolaan hutan untuk mewujudkan
prinsip pembangunan berkelanjutan dalam rangka otonomi daerah di
Indonesia, secara garis besar memerlukan restrukturisasi dan reorganisasi
kelembagaan kehutanan yang menyeluruh, mereformasi kebijakan yang
terkait, dan membangun kesadaran masyarakat pentingnya hasil hutan
non-kayu.


iv

The Implementation of Sustainable Development Principles in The
Forest Management in Framework of Regional Autonomy in
Indonesia
Judika Lestari M.
110110090179
The early years of the implementation regional autonomy (during 20002005), the production of forest land converted (HPK) reaches 1.089.560
hectares per year. That was not included deforestation due to illegal
logging. In 2007, the total area of deforestation (both planned and
unplanned) reached more than 5 million hectares per year. Until the end of
December 2010, there have been about 520 petitions to the Ministry of
Forestry to release the region (with an area of at least 200,000 hectares
per applicant). If there is no new policy to limit the expansion of forest
areas and restrictions, so HPK that approximately 22.7 million hectares,
will be all gone in not more than 10 years. Forest management in the
context of regional autonomy should be back to its foundation, which is
preserv of forest lands to achieve sustainable development in the
framework of regional autonomy. The implementations of forest

management which are not accordance with the principles of sustainable
development, so it is necessary to know their legal obstacles, and will be
more explore how the strategies for achieve the purpose.
This research conducted in problem solving oriented, which are studied
provided datas, analyzed the problems and gave ideas as solution of the
problems. The method used normative approach, with problem-solving
approach, that based on norms. Materials research used secondary datas,
which is the datas collected through study of documents and interviews.
Implementation of the principles of sustainable development in the forestry
sector is still less applied by the relevant agencies (at the central and
regional). In this study, the forest management are reviewed from KPH,
social forestry, and its impact on biodiversity in the forest. Legal obstacles
are still lack of coordination between local governments and between
central and local government, drafted of regulations that are not based on
actual conditions, the lack of law enforcement, and so others. The
strategis to achieve sustainable development principles in the forestry
sector in the context of regional autonomy in Indonesia, generally require
for institutional restructuring and reorganization comprehensive forestry,
reform-related policies, and build public awareness of the importance for
non-timber forest products.


v