PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI INDONESIA

PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI INDONESIA DARI TAHUN 1945-2018
Nama: Abdul Rojani
NPM: 1510631180003

Seperti yang telah kita tahu, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di
dunia. Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau yang tersebar serta dibagi menjadi 34
provinsi yang ada. Akan sangat tidak efektif apabila negara kepulauan seperti Indonesia
memiliki pemerintahan yang hanya terpusat pada pemerintah pusat saja. Maka dibuatlah
sistem otonomi daerah supaya jalannya pemerintahan di Indonesia dapat berjalan lebih
efektif lagi. Dengan adanya otonomi daerah, maka setiap daerah yang ada di Indonesia
dapat membuat kebijakan masing-masing daerah mereka sendiri, tetapi tidak
bertentangan dengan UUD 1945 serta tetap berdasar pada Pancasila. Walaupun diadakan
sistem otonomi, tetapi pemerintahan Indonesia tetaplah terpusat pada pemerintah pusat
yang berkedudukan di ibukota.
Otonomi daerah sendiri adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Undang-undang yang mengatur
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah UUD 1945 Pasal 18 Ayat 1-7, 18A Ayat
1 dan 2, serta 18B ayat 1 dan 2. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui UU
Nomor 23 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Otonomi daerah dilaksanakan
dalam rangka memperbaiki serta mengusahakan kesejahteraan rakyat. Otonomi daerah

memiliki tujuan peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik serta
pengembangan kehidupan demokrasi di Indonesia.

Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia
Meskipun UUD 1945 yang menjadi acuan konstitusi telah menetapkan konsep
dasar tentang kebijakan otonomi kepada daerah-daerah, tetapi dalam perkembangan
sejarahnya ide otonomi daerah itu mengalami berbagai perubahan bentuk kebijakan yang
disebabkan oleh kuatnya tarik-menarik kalangan elit politik pada masanya. Apabila
perkembangan otonomi daerah dianalisis sejak tahun 1945, akan terlihat bahwa
perubahan-perubahan konsepsi otonomi banyak ditentukan oleh para elit politik yang

berkuasa pada saat itu. Hal itu terlihat jelas dalam aturan-aturan mengenai pemerintahan
daerah sebagaimana yang terdapat dalam UU berikut ini :

1.

Undang-Undang No. 1 Tahun 1945
Undang-Undang yang pertama kali mengatur tentang pemerintahan daerah pasca

proklamasi kemerdekaan RI adalah UU No. 1 Tahun 1945. Ditetapkannya UndangUndang ini merupakan hasil (resultante) dari berbagai pertimbangan sejarah

pemerintahan di masa kerajaan-kerajaan serta pada masa pemerintahan kolonialisme.
Pada waktu itu PPKI hanya menetapkan adanya Komite Nasional di Daerah untuk
membantu pekerjaan. Undang-undang ini menekankan aspek cita-cita kedaulatan rakyat
melalui pengaturan pembentukan Badan Perwakilan Daerah. Di dalam undang-undang
ini ditetapkan tiga (3) jenis daerah otonom, yaitu keresidenan, kabupaten, dan kota.
2.

Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948
Undang-Undang No. 1 Tahun 1945 diganti dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun

1948. Dalam undang-undang ini, ditetapkan dua (2) jenis daerah otonom, yaitu daerah
otonom biasa dan daerah otonom istimewa, serta (3) tingkatan daerah otonom, yaitu
provinsi, kabupaten/kota besar, dan desa/kota kecil. Mengacu pada peraturan UU
tersebut, penyerahan sebagian urusan pemerintahan kepada daerah telah mendapat
perhatian pemerintah.
3.

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1957
Kebijakan otonomi daerah pada masa ini masih bersifat dualisme, di mana kepala


daerah bertanggung jawab penuh pada DPRD, tetapi juga masih alat pemerintah pusat.
4.

Penetapan Presiden No.6 tahun 1959
Pada masa ini kebijakan otonomi daerah lebih menekankan dekonsentrasi. Melalui

penpres ini kepala daerah diangkat oleh pemerintah pusat terutama dari kalangan
pamong praja.
5.

Undang-Undang Nomor 18 tahun 1965
Pada masa ini kebijakan otonomi daerah menitikberatkan pada desentralisasi

dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya bagi daerah, sedangkan dekonsentrasi
diterapkan hanya sebagai pelengkap saja .

6.

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974
Setelah terjadinya G.30.S PKI pada dasarnya telah terjadi kevakuman dalam


pengaturan penyelenggaraan pemerintahan di daerah sampai dengan dikeluarkanya UU
NO. 5 tahun 1974 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas perbantuan. Sejalan
dengan kebijakan ekonomi pada awal Ode Baru, maka pada masa berlakunya UU No. 5
tahun 1974 pembangunan menjadi isu sentral dibanding dengan politik. Pada
penerapanya, terasa seolah-olah telah terjadi proses depolitisasi peran pemerintah
daerah dan menggantikannya dengan peran pembangunan yang menjadi isu nasional.
7.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
Kehadiran Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 tidak terlepas dari

perkembanngan situasi yang terjadi pada masa itu lengsernya rezim otoriter Orde Baru
dan munculnya kehendak rakyat untuk melakukan reformasi, maka sidang istimewa
MPR tahun 1998 menetapkan ketetapan Nomor/XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan
pemerintah daerah; pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional, yang
berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Momentum otonomi daerah di Indonesia semakin

mendapatkan tempatnya setelah MPR RI mengamanden pasal 18 UUD 1945. Dalam
perubahan kedua secara jelas dan eksplisit

menyebutkan bahwa negara Indonesia

memakai prinsip otonomi dan desentralisasi kekuasaan politik. Sejalan dengan tuntutan
politik, tiga tahun setelah implementasi UU No.22 Tahun 1999, dilakukan peninjauan dan
revisi terhadap undang-undang yang berakhir pada lahirnya UU No. 23 Tahun 2004 yang
juga mengatur tentang pemerintah daerah
8.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Undang-undang ini memberikan kewenangan yang besar kepada daerah dalam

menata system pemerintahan dan mengelola keuangan daerah masing-masing, atau
penyempurnaan terhadap undang-undang sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/kevinry00/pelaksanaan-otonomi-daerah-di-indonesia