CERITA BUDUG BASU Mitos di Komuniti Nelayan Cirebon.

ABSTRAK
Cerita Budug Basu adalah mitos yang berkisah mengenai asal-usul
tumbuhan dan hewan yang berkembang di pesisir Cirebon. Meskipun
ceritanya menggambarkan banyak aspek ihwal pertanian (seperti irigasi, rasi
bintang sebagai pedoman bertani jaman dahulu, dan hama tanaman padi),
tetapi cerita ini justru muncul dalam komuniti nelayan. Hal ini diketahui dari
ritual pokok komuniti nelayan Cirebon yakni upacara Nadran yang di
dalamnya cerita Budug Basu mengambil bentuk sebagai lakon pertunjukan
wayang purwa dan hanya dipentaskan khusus dalam upacara tersebut.
Bertolak dari sini, penelitian yang dilakukan hendak mencari tahu mengapa
cerita ini muncul di komuniti nelayan Cirebon.
Kajian ini dimulai dengan pengumpulan cerita, baik dalam versi
tulisan maupun lisan. Sumber tertulis cerita Budug Basu diperoleh dari hasil
penelitian Ridwan (2011) dan karya tulis Yulianto (2003), sedangkan sumber
lisan diperoleh dari para pewaris aktif yakni dalang Sudarso dan dalang
Kardima. Selain itu, kami juga menggambarkan sarana transmisi cerita yakni
pertunjukan wayang lakon Budug Basu dalam upacara Nadran.
Selanjutnya, dalam penelitian ini kami mencoba untuk menggunakan
pendekatan struktural. Analisis diarahkan pada cerita untuk mengungkap
strukturnya. Kemudian, kami mengulas hasil analisis tersebut dengan
menghubungkannya pada aspek ekologis dan sosiologis masyarakatnya.

Untuk mencari tahu mengapa cerita ini muncul dalam komuniti nelayan,
kami mencoba melihat cerita ini dalam tiga tataran. Pertama, terkait
kedudukannya dalam kompleks mitologi yang terkait pertanian. Kedua,
dalam kedudukannya bersama lakon ruwatan lain di Cirebon. Ketiga, dalam
tataran yang lebih luas terkait dengan relasi ‘pusat-pinggiran’ pada
masyarakat Jawa, kami menunjukkan beberapa cerita mengenai kelompok
‘pinggiran’ lain sebagai bahan refleksi atas kajian cerita ini.
Dari analisis yang telah dilakukan, kami tiba pada beberapa
kesimpulan. Pertama, cerita ini adalah sebuah versi mitos padi dari Cirebon.
Melalui analisis struktural, kami menunjukkan bahwa cerita ini adalah upaya
untuk mendefinisikan ‘petani’ sebagai ‘pusat’, dengan membedakannya
dengan ‘nelayan’—sekaligus mendefinisikannya—sebagai ‘pinggiran’ dalam
konteks masyarakatnya. Di dalamnya terkandung kontradiksi empiris bahwa
nelayan tidak akan pernah setara atau sama kedudukannya dengan petani
dalam konteks masyarakat state Cirebon. Pada akhirnya, kemunculan cerita
Budug Basu di komuniti nelayan dilihat sebagai upaya reproduksi gagasan
atas kedudukan sosial ‘pinggiran’ komuniti nelayan dalam masyarakatnya.
Kata kunci: cerita Budug Basu, mitos padi, pusat-pinggiran

i


ABSTRACT
The strory of Budug Basu is a myth, spread in north-coast area of
Cirebon, that tells about the origins of plants and animals. Although the story
describe things related to agriculture (such as irigation, constellations as a
farm-guide in traditional way, and rice crop pests) but this story appeared in
fisherman community. It can be traced from the main ritual in Cirebonese
fisherman community, Nadran's ceremony, where this story taking place as
lakon for the wayang purwa performances and specially shows only in this
ceremony. From this point, this research wants to know why this story
appeared in fisherman community.
This research started with collecting story, either in writing or oral
version. Writing sources take from a research publication by Ridwan (2011)
and Yulianto writings (2003), and oral sources take from its active bearers,
dalang Sudarso and Kardima. Then, we also describe its transmission, the
wayang purwa performances in Nadran’s ceremony.
Then, we try to use structural approaches and analysis to reveal its
structure. It followed with a brief review related to ecological and sociological
aspect of those society. To know why this story appeared in fisherman
community, we try to look this story in a different level. First, we try to look

this story in its mithological complex, that is with other agricultural story,
and, second, with other lakon ruwatan in Cirebon. Third, in a wider level
relating to ‘core-peripheral’ relation in Javanese society, we show some stories
about other ‘peripheral’ groups as a reflection from this study.
After analyzing, we find some conclusion. First, this story is a version
of rice-myth from Cirebon. Through structural analyses, we show that this
story is an effort to define peasant as ‘core’, differentiate it with fisherman as
‘peripheral’ in its society. Also, there is an empirical contradiction that,
however, peasant will not in a same or equal position with fisherman in their
social context, Cirebon state society. Finally, the appearance of Budug Basu
story in fisherman community could be seen as an effort to reproduce idea
about ‘perhipheral’ position of fisherman community in its society.
Keywords: Budug Basu story, rice myth, core-periphery

ii