Selamatkan Daya Beli Rakyat.

[(OMPAS
)

123
17

Se/as;/

4

18

o Jan

19

0

Peb

5

20

.Mar

) RalJ/l

7

6

'

o Ml'i

9

10

24
()

J(/11
....--.-.-.-..----

11
25

0

J(//

0

) Sahlll

12
26

Ags

)


\

( ) Jlllllal
(
-------

Ka/lli~

8

~_@

21
OApr

()

~


UNI' IU
~UrI~)

J Mill!J!J1I

14

13
27

OSep

--2

o

15
29

28

Okl

0

'/f
10

Nov

0

31
Des

Selamatkan
Daya Bell Rakyat
Menaikkan Upah Minimum Sangat Tepat
BANDUNG, KOMPAS - Pemerintahperlusegeramengambil tindakan responsif terhadap persoalan penurunan
daya beli masyarakat yang disebabkan krisis keuangan
global. Percepatan perluasan kesempafan kerja dan realisasi stimulus fiskal di sektor padat karya dapat menjadi

simpul penyelamat krisis daya beli dalamjangka pendek.
Hal itu disampaikan pakar ekonomi pembangunan dari Universitas Pasundan, Acuviarta Kartabi, serta pakar ekonomi dari Universitas Padjadjaran, Popy Rufaidah, Minggu (22/3) di Bandung.
Menurut Acuviarta, transmisi
persoalan penurunan daya beli
adalah minimnya kenaikan pendapatan nominal tenaga keIja pada industri-industri yang pasarnya terpengaruh krisis keuangan
global.
Sektor tersebut di antaranya
tekstil dan produk tekstil, yang
banyak bergantung pada pasar
ekspor. "Saya melihat kaitan krisis dayabeli dengan krisis keuangan global harus dilokalisasi dampaknya melalui upaya mempertahankan tingkat produksi," kata
Acuviarta. Menurut dia,pemerintah juga harus mengurangi dampak imported in11ationterhadap
biaya produksi, menjaga stabilitas
kurs, dan mengurangi masuknya
barangimpor.
Berdasarkan data Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa
Barat, indeks daya beli penduduk
provinsi tahun 2008 adalah'60,90.
Adapun nilai daya beli penduduk
baru mencapai Rp 625.674per kapita per bulan.

Kondisi tersebut sedikit membaik dibandingkan dengan tahun
2007 saat nilai daya beli penduduk Jabar Rp 623.660 per ka,pita
per bulan. Meski demikian, angka
tersebut masihjauh di bawah tar-

get Pemerintah Provinsi Jabar,
yakni Rp 654.250 per kapita per
bulan dengan indeks daya beli
80,00.
Dari data Bappeda, pada 2007
tercatat wilayah dengan daya beli
terendah ialah Kabupaten Sukabumi !1enganRp 621.820per kapita per bulan. Adapun penduduk
Kota Bekasi memiliki daya beli
tertinggi, yaitu Rp640.700 per kapita per bulan.
Upah minimum
Secara khusus, Popy Rufaidah
mengamati, lapisan masyarakat
yang paling merasakan dampak
melambatnya roda perekonomian makro ialah warga kelas ekonomi bawah, seperti petani, pedagang pasar, dan buruh. Oleh karena itu, sangat tepat tahun ini Pem-


prov telah menaikkan upah minimum kabupatenjkota.
Acuviarta menilai, potensi perlambatan, bahkan mungkin penurunan, daya beli bisa tergambar
dari ekspektasi perlambatan pertumbuhan ekonomi Jabar tahun
ini. Target Pemprov Jabar tahun
ini, yaitu indeks pembingunan
manusia bisa menembus level
71,02dengan dukungan kekuatan
daya beli di atas Rp 630.000, tampaknya akanjauh dari kenyataan.
Dalam situasi normal sajarata-rata kenaikan daya beli per tahun
beberapa tahun terakhir hanya
mencapai 0,3.
Menurut Ketua Kamar Dagang
dan Industri Jabar AgungSutisna,
pelemahan daya beli masyarakat
pada akhirnya akan memukul
sektor industri dan perdagangan.
Ketua Asosiasi P~rtekstilan Indonesia Jabar Ade Sudrajat mengungkapkan, penurunan daya beli
membuat pasar dalam negeri untuk tekstil tidak lagi menjanjikan.
Adapun Gubernur Jabar Ahmad
Heryawan mengatakan, peningkatan daya beli masyarakat telah

menjadi salah satu prioritas Pemprovhingga20l0. (GRE)

Indikator Daya

Belidi Jabar

Indeks daya beli Provinsi
Jawa Barat tergolong rendah
pada periode 2004-2007,
rata-rata baru 59,39 dengan
peningkatan 0,4 poin per
tahun. Padahal, Pemerintah
Provinsi Jabar menargetkan
indeks 80 dengan nilai
Rp 654.250 per bulan. Saat ini
realisasi daya beli penduduk
baru berkisar Rp 619.500 per
kapita per bulan. Rendahnya
daya beli terutama di
Kabupaten Cianjur, Sukabumi,


danSubang.

---

Sumber:
BPS Provinsi Jawa Barat

(NDWjLITBAI\G

Klipiog

KOMPAS)

Humos

DICKY

Unpod


2009