"Jalur Khusus" tak Bisa Dibatasi.

Pikiran
2

18

(!)
19

4

on 5,,,;,,
Pcb

.

5

20

6


21

5",,,

Mar

(j

7

Rakyat
8

22

9

23

24


10

11

25

12

26

0 R'b" _.) K''" __0 J"",,'

Api

r)

Mc;

(I


JI/II

()

JI/I

(j

27

13

0 S,b,"

Ags

28

()--." Scp

-- ----()

14

15

29

0 M;",,"

n

-Okl- _.._' Nov -

30
()

:;)

16


31

Df's

"Jalur
I(husus"
- tal~ Bisa Dibatasi
-

-

-

:=

--=-~--,.

~


--'

~

Mendiknas, "USM Lebih Kredibel Dibandingkan dengan SNMPTN"
BANDUNG, (PR).Pemerintab tidak bisa membatasi kuota penerimaan mahasiswa barn melalui ujian saringan masuk (USM) yang diselenggarakan oleh masing-.
masing perguruan tinggi (PT)
atau yang dikenal sebagai "jalur khusus". Hal itu disebabkan mahasiswa hasiljaringan
USM dinilai lebih kredibel daripada yang terjaring melalui
seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN).
"Jalur khusus itu hasil saringannya lebih kredibel karena skala penerimaannya keeil.
Kalau PT dituntut untuk mengu.;angi kuota .ESM, m~

tantangannya
proses SNMPTN harus menghasilkan
mahasiswa barn yang kredibel
dan sarna kualitasnya dengan
USM," kata Menteri Pendidikan Nasional Barnbang Sudibyo
seusai acara Dies Emas Institut Teknologi Bandung (ITB)
di Sasana Budaya Ganesha

ITB, Jalan Tamansari Bandung, Senin (2/3).
Dia pun menekankan, untuk
tiga universitas besar Indonesia yang masuk dalamjajaran
dunia yaitu ITB, Universitas
Indonesia (ill), dan Universitas Gadjah Mada (UGM), mekanisme USM sangat penting.
~Say~

tidakin~n

m_engo~ban-

kan posisi mereka yang bagus
itu. Saya toleransi seperti itu
(belum ada pembatasan kuota
USM dan SNMPTN), karena
mereka bisa membuktikan
menjadi yang terbaik di dunia," tutur Barnbang.
Menurut dia, untuk mencapai SNMPTN yang kredibel
pun, tenggat waktunya tidak
bisa dipaksakan. Sementara

denganjalur lain, yaitu melalui
hasil ujian nasional, menurut
Bambang, masih perlu dikaji.
"Dengan pelibatan PT di UN,
saya akan melihat sukses atau
tidak. Apabila keeurangan bisa
dipastikan menurun drastis,
pemerintah akan memberi
porsi semakin besar untuk jalur itu, " ujar dia.
Jalur khusus yang dibuat
oleh PT yang sudah berstatus
BHMN dan kini menjadi BHP
menjadi sorotan masyarakat,
karena mempersyaratkan finansial dalarn jumlah terten~.
Hal ini dianggap menutup akses bagi mereka yang pintar,
narnun terkendala secara finansial. Di soo lain, kuotajalur
khusus ini terns meningkat setiap tahun dibandingkan dengan SNMPTN yang dilaksanakan bersarna oleh pemerintab.
Pulus mata rantai
Pengamat
Pendidikan

~
' Pius

_.__.

Kliping

Humos

Un po,'

2009

Suratman menilai, semakin
tingginya biaya pendidilcan
yang harns dibayar calon mahasiswa, menjadi hal yang sangat dilematis. Penyelengaraan pendidikan
berkualitas
membutuhkan dana yang tidak murah. "Ada minimum
biaya yang harns tersedia. Persoalannya adalah siapa yang
menanggung biaya tersebut.

Jika pemerintab atau universitas mau menyubsidi, mahasiswa dan orang tua tidak harns
membayar mahal. Persoalan
utama pembiayaan pendidikan di mana pun adalah PT
mengkaitkan langsung biaya
ope~asi .dengan uang kuliah.
Mata rantai iiri harnS diputus,"
ujar dia.
Pius pun menilai, tidak adanya batasan terhadap kuota
USM bukan berarti membatasi hak orang miskin yang layak
untuk masuk ke PT. "Pemerintab menaikkan anggaran sarnpai 25%, harns dipandang sebagai political commitment
yang harus dibarengi pengawalan ketat dalarn implementasinya. Dana pemerintah harus diarahkan pada upaya
sungguh-sungguh untuk memutus hubungan langsung antara besarnya biaya operasi PT
dengan besarnya uang kuliah,"
ujar
dia.(A-167)***
~---'-