Jalur Khusus PTN Harus Dibatasi.

..~~;=-~-=;

Pikiran Rakyat
o Senin
1
17

2
18

o Jan

3
19

0

Peb

0


0

Selasa

4

5
20

6
21

~.~>r___g_Apr

.

Rabu
7
22


0

8
23

0

Kamis
9

10
24

25

Jumat

0

11


@
26

13

M:LJ1_Ju~2_~'!L .9 Ags

0

Sep

Minggu
14

28

0

UNPAD


-",

)

~

0

Sabtu
27

«NON

15
29

Okt

0


-1

~
~

3&

Nav

31

Q Les

Jumlah Mahasiswa
Jalur Khusus PTN
Harus' Dibatasi
BANDUNG, (PR).Pemerintah harns mengatur
pembatasan kuota mahasiswa
baru melalui jalur khusus perguruan tinggi negeri (PTN),

yang persentasenya setiap tahun semakin tinggi, menyaingi
jalur seleksi nasional masuk
perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Kebijakan pendidikan
tinggi di Indonesia tidak seperti di Malaysia, yang menyamaratakan kesempatan berkuliah
bagi warga negara miskin
maupun kaya.
Menyadarijalur khusus berstandar lebih tinggi secara akademik maupun finansial, akademisi pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI) Bandung Idrus Affandi
mengatakan, pemerintah tetap
harus "turun tangan" dengan
cara membatasi kuota jalur
khusus, untuk menjamin kesempatan masyarakat miskin
mengenyam 'pendidikan yang
biasanya menempuhjalur SNMPTN.
"Pemerintah tetap tidak bisa
lepas tangan, karena kendalinya harus ada. Jika tidak, bisa-bisa teIjadi privatisasi atau
perguruan tinggi menjadi kapitalis, " ujar Idrus, di sela-sela
Simposius Nasional "Pendidikan Pancasila Sebagai Pendidikan Kebangsaan" di Balai Pertemuan UPI, Rabu (11/3).
Privatisasi tersebut menurut


-

dia, bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. "Mencerdaskan
kehidupan
bangsa adalah
tanggung jawab pemerintah.
Jangan sampai pemerintah tidak membatasi kuota jalur
khusus. Hal itu perlu diatur,
agar otonomi kampus tidak
kebablasan, " kata Idrus.
Idrus mengatakan, pembebasan penetapan kuota oleh
PT, yang didukung pemerintah kemungkinan besar mengindikasikan ingin lepas tangan
dalam pendanaan. "Seharnsnya, dipertegas saja melalui instruksi presiden atau peraturan menteri, rasio penerimaan
kedua jalur itu 50:50," katanya.
Di Malaysia
Sementara itu, dihubungi
secara terpisah Vice President
Asosiasi Pendidikan Keterampilan Malaysia sekaligus CEO
Ranaco Education and Training Institute Malaysia RamIan Ramli mengatakan, PTN di

Malaysia tidak ada yang menerapkan jalur khusus seperti di
Indonesia.
"Jadi, begitu anak SMA luIus mereka baik kaya maupun
miskin, mengikuti ujian negara secara gratis. Tidak bayar,
karena itu hak rakyat. Dari situ kemudian mereka mengajukan ke PTPTN (perbadanan
tabung pendidikan tinggi na-

--

K lip i n 9 Hum QsUn

sional) untuk didistribusikan
ke 20 PTN, sesuai hasil ujian,"
kata Ramlan.
Ramlan mengatakan, pemerintah Malaysia menyediakan
pinjaman maksimal Rp 72 juta/tiga tahun, tintuk biaya hidup dan pendidikan bagi program diploma tiga dan Rp 120
juta/empat tahun untuk strata
satu. "Mereka yang miskin
tinggal mengajukan saja ke
PTPTN. Kalau dia orang bumiputera atau Melayu, dia bisa

mengajukan ke dana mara
(majelis amanat rakyat). Jika
mereka berprestasi, pinjaman
itu diubah menjadi beasiswa,"
katanya.
Mengenai pengembaliannya, katanya, pemerintah Malaysia memberi kesempatan
mengangsurnya selama 10 tahun. "Setelah enam bulan dia
lulus, biasanya akan ada surat
mengenai pengembalian itu
ditambah biaya administrasi
3%," ujarnya.
Menanggapi hal itu, Idrus
mengatakan, jika pemerintah
Indonesia bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, cara Malaysia bisa ditempuh.
"Akan tetapi, aturannya kembalikan pinjaman itu kalau
mahasiswa tidak lulus, kalau
lulus ya tidak usah dikembalikan. Jadi, pemerintah memberi motivasi untuk berprestasi,"
ujarldrus.(1l-167)***

p Qd 2 0 0 9


.-. ---.------m

---

'--

---