ILMU PENYAKIT MULUT (ORAL MEDICINE) SEBAGAI JEMBATAN YANG MEMFASILITASI ILMU KEDOKTERAN GIGI DAN KEDOKTERAN Repository - UNAIR REPOSITORY

  

ILMU PENYAKIT MULUT (ORAL MEDICINE)

SEBAGAI JEMBATAN YANG MEMFASILITASI ILMU

KEDOKTERAN GIGI DAN KEDOKTERAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

BADAN HUKUM MILIK NEGARA

  

Pidato

  Disampaikan pada Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Penyakit Mulut (Oral Medicine) pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga di Surabaya pada Hari Sabtu, Tanggal 19 Februari 2011

  Oleh Buku ini khusus dicetak dan diperbanyak untuk acara Pengukuhan Guru Besar di Universitas Airlangga Tanggal 19 Februari 2011

  Dicetak: Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP) Isi di luar tanggung jawab Pencetak

  Di persembahkan kepada yang tercinta: Bangsa dan Negara, ��mamater, ��r�, ��mamater, ��r�, ��marh�m �yah dan ��marh�mah Ib�, S�amik�, B�di N�groho, dan tiga anakk�, Dita, Dimas, dan Ivan iii

  Bismillaahirrahmaannnirrahiim, Assalamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh, Yang terhormat,

  Ketua, Sekretaris, dan Anggota Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Airlangga,

  Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Akademik Universitas Airlangga,

  Rektor dan Para Wakil Rektor Universitas Airlangga, Para Guru Besar Universitas Airlangga dan Para Guru Besar Tamu, Pimpinan Universitas, Fakultas, Program Pascasarjana, Direktur,

  Direktorat, Lembaga dan Pusat di Lingkungan Universitas Airlangga,

  Para Teman Sejawat, Dosen dan Segenap Civitas Akademika Universitas Airlangga,

  Para Teman sejawat dari PDGI, IPMI dan PERMI, serta Bapak dan Ibu para Undangan serta hadirin yang saya muliakan.

  Pertama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt., atas limpahan rahmat karunia-Nya serta karena Ridlo-Nya, maka pada hari yang berbahagia ini kita dapat hadir pada Rapat Terbuka Senat Akademik Universitas Airlangga dalam acara pengukuhan saya sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Penyakit Mulut pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.

  Saya menyadari bahwa pengangkatan sebagai Guru Besar ini merupakan amanah dan tanggung jawab sebagai tenaga pengajar pada pendidikan tinggi.

  Shalawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw., serta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

  Hadirin yang saya hormati,

  Pada kesempatan yang baik ini, dengan segenap kerendahan hati perkenankan saya menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul:

  

ILMU PENYAKIT MULUT (ORAL MEDICINE)

SEBAGAI JEMBATAN YANG MENFASILITASI ILMU

  Hadirin yang saya muliakan,

  Saya ajukan judul ini dengan harapan dapat lebih membuka wawasan serta kesadaran mengenai peran Ilmu Penyakit Mulut atau Oral Medicine di dalam penatalaksanaan kasus-kasus yang timbul di dalam rongga mulut, khususnya jaringan lunak mulut baik yang berkaitan dengan faktor lokal maupun yang berkaitan dengan masalah/penyakit sistemik. Kesadaran mengenai pentingnya kesehatan rongga mulut (Oral health) diharapkan dapat ikut berperan dalam upaya membantu pemerintah untuk menyehatkan masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup manusia (improving health and quality of life for all through optimal oral health).

  PENDAHULUAN

  Ilmu Penyakit Mulut atau Oral Medicine adalah kompetensi khusus di bidang Kedokteran Gigi terkait dengan penyakit-penyakit pada daerah oral dan paraoral. Cabang ilmu Kedokteran Gigi ini mengelola kesehatan pasien secara menyeluruh meliputi diagnosis dan perawatan yang bersifat non bedah pada kelainan jaringan lunak mulut baik primer maupun sekunder di rongga mulut dan sekitarnya. Seperti kita ketahui bahwa rongga mulut merupakan salah satu bagian tubuh yang cukup unik sehubungan dengan kesehatan penderita (as body's mirror), karena timbulnya kelainan dalam mulut dapat menunjukkan keadaan kesehatan seseorang. Sebagaimana kita ketahui rongga mulut dapat mengalami bermacam-macam kelainan yang merupakan problema yang belum dapat diatasi sepenuhnya. Sebagai contoh misalnya beberapa kelainan seperti karies gigi, penyakit jaringan penyangga gigi/periodontal dan penyakit mukosa mulut yang beberapa kelainannya sampai saat ini masih belum diketahui etiologinya secara tepat. Kondisi lingkungan rongga mulut sangat kompleks, di mana kemungkinan iritasi mekanik, fisik dan kimiawi serta banyaknya macam mikroorganisme dan komponen saliva dapat memengaruhi terjadinya perubahan kondisi lingkungan rongga mulut yang memungkinkan terjadinya suatu penyakit.

  Penyakit yang terjadi didalam mulut khususnya mukosa mulut dapat memberikan keluhan atau tanpa keluhan bisa berupa kelainan jinak dan keganasan ataupun penyakit yang bersifat self limiting. Bilamana penyakit jaringan lunak rongga mulut tidak memberikan gejala rasa sakit umumnya pasien tidak datang berobat, padahal kemungkinan besar lesi yang tidak memberikan keluhan itu merupakan tanda awal dari suatu keganasan atau tanda awal dari penyakit sistemik yang berbahaya, sehingga seringkali pasien dengan lesi-lesi semacam itu baru datang ke klinik Penyakit mulut (Oral Medicine) sudah dalam keadaan sakit berat atau stadium terminal. Keadaan ini akan memperburuk prognosis penyakitnya karena mulut yang sakit akan terganggu fungsinya sehingga pemasukan makanan akan menurun dengan akibat defisiensi nutrisi.

  Hadirin yang saya muliakan,

RUANG LINGKUP ILMU PENYAKIT MULUT (ORAL

MEDICINE)

  Memahami Ilmu Penyakit Mulut atau Oral Medicine berarti mampu mengelola penyakit-penyakit baik yang bersifat lokal di dalam mulut maupun yang berkaitan dengan masalah/penyakit sistemik. Melalui penguasaan ilmu ini seorang tenaga kesehatan gigi-mulut tidak hanya mengenal penyakit-penyakit pada sistem stomatognati lokal saja, namun harus juga menguasai penyakit mulut yang berhubungan dengan sistem lain/penyakit sistemik.

  Banyak penyakit sistemik yang mempunyai manifestasi di rongga mulut seperti penyakit AIDS, Diabetes Melitus, serta meningkatnya jumlah kasus-kasus keganasan merupakan hal yang sangat memprihatinkan serta meresahkan masyarakat. Kasus- kasus tersebut pada umumnya disertai kondisi kompromis medik. Penyakit sistemik yang menyertai kasus-kasus tersebut sering berkaitan dengan kemungkinan berkembangnya penyakit di dalam mulut/manifestasi mulut, dengan demikian Spesialis Penyakit Mulut melalui deteksi/diagnosis dini serta pengelolaan yang komprehensif dengan pendekatan multidisiplin dapat membantu mengatasi penyakitnya serta penyakit mulut khususnya. Oleh karena itu, Oral

  

Medicine dapat diartikan sebagai salah satu aspek Kedokteran

  Gigi untuk mengetahui hubungan antara mulut dengan bagian tubuh yang lain, baik dalam keadaan sehat maupun sakit atau diformulasikan sebagai suatu kemampuan khusus dalam praktek Dokter Gigi serta kaitannya dengan pengelolaan kesehatan pasien secara menyeluruh. Kecuali itu, Oral Medicine juga mempunyai makna sebagai jembatan antara ilmu Kedokteran Gigi dan Ilmu Kedokteran.

  Hadirin yang saya hormati,

  Kebutuhan pelayanan untuk kasus-kasus penyakit mulut di Indonesia ini tampaknya masih rendah atau sedikit. Sebenarnya hal ini tidak benar. Berhubung dengan sistem pelaporan data-data morbiditas (angka kesakitan) untuk kasus penyakit mulut baik yang bersifat regional maupun yang bersifat nasional tidak tersedia dengan baik, sulit untuk mengetahui secara langsung berapa besar sesungguhnya kebutuhan pelayanan penyakit mulut yang ada di Indonesia. Pada tahun 1996 American Academy of Oral Medicine melakukan survei mengenai need and demand for oral medicine

  

services (kebutuhan pelayanan kesehatan gigi dan mulut) di

  Amerika Serikat dan Kanada. Dari hasil survei tersebut diperoleh gambaran tentang kebutuhan perawatan kasus-kasus penyakit mulut di mana hampir 90% pasien yang dirawat adalah penderita dengan kasus kompromis medik, Oral mukokutan dan nyeri fasial kronik.

  Di Indonesia dapat kami laporkan bahwa kasus-kasus penyakit mulut yang didapatkan di beberapa pusat pelayanan seperti di Rumah Sakit dan beberapa Fakultas/Klinik pendidikan antara lain,

  1. Kelainan jaringan lunak mulut yang melibatkan mulut, mata dan sistem musculoskeletal seperti Sjogren's Syndrome, Lupus Erythematous dan Behcet's disease.

  2. Manifestasi oral dari penyakit infeksi seperti penyakit yang disebabkan oleh virus (Human Herpes Viruses dan HIV), bakteri (Tuberculosis dan Syphilis).

  3. Penyakit kulit yang mempunyai manifestasi di mulut seperti Lichen Planus, Erythema Multiforme, Phempigoid dan Phempigus serta reaksi hypersensitivity.

  4. Penyakit Gastrointestinal yang mempunyai manifestasi di mulut seperti Crohn's Disease dan Nutritional deficiency.

  5. Lesi putih atau merah di rongga mulut yang bersifat jinak atau ganas.

  6. Kelainan yang menyerang anak-anak seperti granulomatosis orofasial, infeksi virus dan imunodefisiensi keturunan (congenital immunodeficiencies)

  7. Beberapa macam nyeri muka dan perasaan seperti rasa terbakar, trigeminal neuralgia dan nyeri muka yang atipik.

  8. Kelainan yang disebabkan efek samping obat dan/atau obat- obatan yang digunakan di Kedokteran Gigi.

  Hadirin yang saya hormati,

PERKEMBANGAN ORAL MEDICINE (Yesterday – Now –

and Tomorrow)

  Oral Medicine sampai saat ini masih merupakan salah satu

  bidang ilmu Kedokteran Gigi yang belum banyak dikenal baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat umumnya karena cabang ilmu tersebut relatif masih muda dibandingkan dengan cabang ilmu Kedokteran Gigi lainnya. Masih banyak pendapat yang beranggapan bahwa tugas dan tanggung jawab Dokter Gigi terbatas pada penanganan penyakit yang berhubungan dengan gigi saja sehingga pasien dengan lesi pada mukosa mulut tidak datang ke Dokter Gigi tetapi meminta pertolongan dokter Umum.

  Pada awalnya Oral Medicine belum merupakan mata ajaran tersendiri dan tidak tercantum dalam kurikulum Kedokteran Gigi, namun disinggung sedikit dalam mata ajaran Kedokteran Gigi lainnya atau diberikan di pendidikan Kedokteran sebagai mata ajaran stomatologi. Pada tahun 1926 studi di bidang Oral Medicine sudah dikembangkan oleh William Gies dari Columbia University dan mereka menyatakan bahwa mata kuliah Oral Medicine adalah merupakan satu dari tiga topik yang termasuk dalam kurikulum di Kedokteran Gigi pada tahun ke tiga. Selanjutnya pada tahun 1945 di Amerika para klinisi Dokter Gigi walaupun jumlahnya tidak banyak, tetapi dengan berminat mengatasi masalah yang ada di jaringan lunak dan sekitarnya, mengembangkan bidang Oral

  

Medicine dan membentuk suatu wadah yang disebut The American

Academy of Oral Medicine di bawah naungan Persatuan Dokter

Gigi International (FDI).

  Hadirin yang saya muliakan,

  Penatalaksanaan untuk kelainan-kelainan yang ada di mukosa rongga mulut harus dilakukan oleh seorang klinisi yang ahli di bidang Penyakit Mulut. Bagian Oral Medicine adalah salah satu bagian klinik termuda di Kedokteran Gigi dan merupakan bagian yang khusus mempelajari perawatan medik (non bedah) kesehatan mulut dan maksilofasial penderita yang berhubungan dengan keadaan akut, khronis ataupun kambuhan dan penyakit sistemik. Di Indonesia Oral Medicine baru dikenal dalam kurikulum Fakultas Kedokteran Gigi di Indonesia tahun 1970 dan sejak itu tugas dokter gigi tidak hanya merawat gigi saja tetapi juga jaringan lunak sekitarnya, sehingga filosofi yang semula Tooth Centered

Philosophy bergeser menjadi Patient Centered Philosophy.

Perubahan filosofi inilah yang mendorong Oral Medicine untuk berperan sebagai tali pengikat dan jembatan antara Ilmu Kedokteran dan Kedokteran Gigi. Untuk itu diperlukan suatu

  Fundamental Vision meliputi: 1. Recognition of interaction oral and systemic health.

  2. Integration of Medical and Oral Health Care.

  3. Management of Pharmacotherapeutics for treatment oral and systemic disease.

  4. Investigation of etiology and treatment of oral disease through basic science and clinical research.

  5. Research, teaching and patients care.

  6. Provision of care for medically complex patients and for those undergoing cancer therapy.

  7. Prevention, definition and management of:

  • salivary gland diseases
  • orofacial pain and neurosensory disorders • disorders of oral mucous membranes.

  Dalam perkembangannya sekarang Ilmu Penyakit Mulut selain meneliti tentang etiologi dan pathogenesis dari suatu penyakit, juga meneliti suatu kelainan berdasarkan fenomena yang didasari dari epidemiologi penyakit tersebut sampai menentukan tehnik

  

diagnosis baru/jenis terapi baru, atau menemukan teori baru tentang patofisiologi penyakit mulut ataupun memetakan respons imun atau respons radang pada penyakit mulut tertentu.

  Bidang Oral Medicine sangat erat kaitannya dengan beberapa kelainan penyakit sistemik seperti:

  9. Penyakit Syaraf dan Jiwa

  3. Oral Medical Management: Maintenance of Oral Health by treating local oral lesion and appropriate referral system.

  2. Diagnosis meliputi Patient's History, Clinical appearance: Physical & oral Indicated Laboratory Test.

  1. Health Care of Patients yang bersifat akut, kronis, kambuhan, dan pengobatan terhadap kelainan pada rongga mulut dan maksilofasial.

  kelainan penyakit yang mempunyai manifestasi di rongga mulut, sehingga dapat memberikan pemahaman tentang kelainan tersebut dan dapat mengaplikasikan perawatan medik di klinik. Seiring dengan meningkatnya kasus-kasus yang terjadi di dalam mulut yang semakin kompleks maka bidang Oral Medicine saat ini sangat berkepentingan/concern terhadap:

  

prognostik serta beberapa prediktor dari berbagai macam

  10. Onkologi (Kepala & Leher) Berdasarkan Manifestasi klinis di jaringan lunak mulut dari penyakit-penyakit tersebut, seorang spesialis di bidang Penyakit Mulut diharapkan dapat memetakan faktor-faktor risiko, faktor

  8. Kelainan Darah

  1. Penyakit Infeksi (oleh karena Virus, Bakteri, dan Jamur)

  7. Geriatri (Aging Proces)

  6. Defisiensi Nutrisi

  5. Penyakit Autoimun

  4. Penyakit Degenerasi

  3. Penyakit Gastrointestinal

  2. Penyakit Endokrin

  4. Investigation of aetiology and pathogenesis of these disorders leading to understanding which may be translated into clinical practice.

  Hadirin yang saya hormati,

  Pendidikan Kedokteran Gigi merupakan pendidikan profesional yang harus dapat meluluskan Dokter Gigi dan Dokter Gigi Spesialis yang mengutamakan kesehatan penderita. Untuk itu pendidikan dalam bidang Oral Medicine memerlukan keterlibatan berbagai disiplin ilmu Kedokteran Gigi dan Kedokteran Umum secara terpadu. Ilmu Kedokteran Gigi merupakan bagian dari ilmu Kedokteran sehingga seorang dokter gigi harus mampu merangkai jalan berfikirnya secara holistik medis pada saat melakukan perawatan dibidangnya. Basic Medical Science sebagai dasar keilmuan yang harus diberikan meliputi Anatomi, Fisiologi, Histologi, Mikrobiologi, Patologi, Biokimia dan Farmakologi, sedangkan sebagai Applied

  

clinical science perlu diberikan: Internal Medicine, Skin and

Venerel disease, Neurology dan Psychiatry.

  Berkaitan dengan peran serta tugas seorang dokter gigi spesialis

  rd

  di bidang Oral Medicine yang begitu luas rumit, pada 3 World

  

Workshop on Oral Medicine (Chicago 1998) telah disepakati 4

  kelompok kelainan yang harus dikelola di bidang Oral Medicine yaitu:

  1. Non Infectious diseases of Oral Mucosa,

  2. Infectious diseases of Orofacial region,

  3. Orofacial Pain 4. Salivary gland Disorders. Perkembangan Oral Medicine harus ditunjang kegiatan yang baik, selanjutnya disusunlah program-program dalam bidang Oral

  Medicine meliputi:

  1. Pendidikan (Education)

  2. Pengelolaan Klinik (Clinical Care)

  3. Penelitian (Research)

   . Pendidikan (Education)

  Pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga ditentukan dengan tatanan pendidikan berbasis kompetensi sesuai dengan ketentuan Konsil Kedokteran Indonesia 2008. Menurut commission on dental accreditation, American Dental

  

Association, 2006, competent: "The levels of knowledge,

skills, and values required by the new graduate to begin

independent, unsupervised dental practice". Pada pendidikan

  di tingkat undergraduate (S-1) diperlukan suatu kompetensi di dalam mengelola kasus-kasus penyakit mulut (oral diseases), sedangkan pada Post-Graduate (Master) diperlukan suatu kompetensi spesifik dalam menangani etiopathogenesis of oral disease from the moleculare medicine. Pada pendidikan spesialis atau Specialist Training (Sp) diperlukan suatu pengelolaan pasien mulai dari etiopathogenesis sampai pengelolaan oral disease yang melibatkan berbagai disiplin ilmu atau kerja sama.

  . Pengelolaan Klinik (Clinical Care) Seiring dengan perkembangan IPTEKDOK maka peran

  Bidang Oral Medicine sebagai ilmu yang menjembatani antara

  IImu Kedokteran dan Kedokteran Gigi semakin nyata di dalam perkembangan penatalaksanaan kasus-kasus yang memerlukan kerja sama antara para ahli, dan telah dilakukan di RSUD Dr. Soetomo seperti:

  1. Case sorting for all patients in Oral Teaching hospital

  2. Oral Medicine Physical service Unit (contoh: UPF Oral Medicine Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG-Unair)

  3. Oral Physical Service Unit (UPF-Gigi dan Mulut) RSUD Dr.

  Soetomo dan RUMKITAL Dr. Ramelan Teaching Hospital

  4. Oral manifestation care in HIV infection in Intermediate Care Unit for infectious Disease HIV (UPIPI) Dr. Soetomo Teaching Hospital

  5. Consultant of Oral Diseases in Intensive Care Units in Hospitals for medically-compromised patients.

  Merupakan sesuatu hal yang sangat menggembirakan bahwa pada tahun-tahun terakhir ini Kemenkes RI telah menetapkan bahwa Rumah Sakit tipe B harus mempunyai tenaga ahli di bidang Oral Medicine dan Bedah Mulut. Hal ini disebabkan timbulnya pergeseran penyakit di masyarakat yang akhirnya menimbulkan berbagai macam kelainan di jaringan lunak rongga mulut, yang merupakan manifestasi atau komplikasi sebagai akibat immunokompromis dalam tubuh seseorang. Berbagai kegiatan ilmiah mulai banyak dilakukan dengan melibatkan para mulai banyak dilakukan dengan melibatkan para dokter ahli dengan tujuan untuk pengembangan ilmu dan lebih mengenalkan Oral Medicine pada insan kesehatan dan masyarakat umum. Beberapa simposium, seminar maupun workshop bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran ataupun Rumah Sakit telah diselenggarakan dengan mengangkat topik-topik yang berhubungan dengan beberapa penyakit sistemik yang mempunyai manifestasi di rongga mulut.

  . Penelitian (Research) Penelitian di bidang Oral Medicine dapat berkembang melalui beberapa aspek penelitian yaitu penelitian secara observasional

  (prevalensi kasus-kasus jaringan lunak mulut), eksperimental (development of new therapeutic agents including Herbal medicine) maupun clinical trials yang tujuannya untuk pengembangan

  

agen terapi. Beberapa kasus penyakit jaringan lunak rongga mulut

  seperti pada kasus-kasus ulserasi pada rongga mulut sudah banyak dilakukan. Penelitian itu dapat dilakukan secara observasional yaitu dengan memantau atau mengamati waktu kesembuhan dari lesi tersebut ataupun penelitian dengan menggunakan bahan herbal untuk pengembangan terapi dari kasus ulserasi di rongga mulut. Penelitian secara ekperimental ditinjau dari etiopatogenesis dari kelainan sampai penelitian yang mengarah ke pengembangan agen terapi pada kasus-kasus jaringan lunak rongga mulut sudah mulai dilakukan. Implementasi penelitian dilakukan berdasar Road

  

Map yang telah ada. Contoh salah satu road map penelitian untuk

  penyakit ulserasi (RAS) adalah sebagai berikut:

  

Gambar . Road Map Penelitian Recurrent Aphthous Stomatitis

  (Ernawati DS, 2002) Beberapa kasus kelainan jaringan lunak mulut telah diteliti melalui beberapa pendekatan mulai dari clinical characterization sampai dengan molecular characterization. Kelainan pada mukosa mulut tersebut, baik berupa suatu kelainan ulserasi maupun penyakit mulut yang mempunyai tendensi ke arah keganasan (seperti leukoplakia). Salah satu kelainan jaringan lunak pada rongga mulut yang paling sering terjadi dan sering ditemukan saat ini di masyarakat adalah suatu lesi ulserasi yang sifatnya

  

kambuhan (recurrent) dan bukan merupakan manifestasi suatu

  infeksi atau penyakit yang lain. Kelainan tersebut biasa disebut sebagai Stomatitis Aftosa Rekuren (Recurrent Aphthous

  

Stomatitis = RAS) yang di masyarakat biasa dikenal sebagai

  sariawan dan dalam bahasa jawa disebut dengan jampien atau lumpangen. Kelainan ini tergolong penyakit yang tidak ganas tetapi Kelainan ini tergolong penyakit yang tidak ganas tetapi keberadaannya di rongga mulut merupakan masalah tersendiri bagi penderita. Keluhan rasa sakitnya sangat mengganggu dan mengakibatkan kesulitan dalam berbicara, makan dan menimbulkan bau mulut yang tidak enak, serta dapat memengaruhi estetik bila ulser terjadi pada mukosa bibir. Di Indonesia penyakit ini dari tahun Di Indonesia penyakit ini dari tahun ke tahun prevalensi maupun insidennya meningkat, dan sulit untuk diklasifikasikan melalui gender, genetik, umur atau tolak ukur lainnya. Di sisi lain, perkembangan lingkungan juga tidak semakin ramah, seperti berkembangnya berbagai macam makanan, akan dapat membuat lingkungan di rongga mulut semakin sarat agent yang bertindak sebagai trigger perubahan mukosa dengan target menjadi patofisiologi.

  Prevalensi penyakit ini di berbagai negara menunjukkan penyakit ini di berbagai negara menunjukkan angka yang bervariasi antara 5–66% (Ship, 2001, Scully, 2002). Hasil penelitian di Thailand menunjukkan prevalensi RAS 46,7% (Ponissawaranun & Laohapand, 1997). Di Amerika Serikat 20–60% (Regezi, 2003), di Inggris 10–25%, di Swedia 5–66% (Scully, 2002). Di Sabah dan Serawak 1,2% sedang Malaysia 0,5% dari 11687 penderita RAS (Zian, 2000). Di Klinik Oral Medicine Fakultas kedokteran Gigi Universitas Airlangga kasus RAS ditemukan cukup tinggi. Pada bulan Januari–Desember 2004 prevalensi sebesar 33%���� bulan Januari–Desember 2005 meningkat menjadi 37%, tahun 2006 sebesar 35%, pada bulan Januari–Desember 2007 menurun menjadi 30%, tahun 2008 sebesar 28,5%. Tahun 2009 sebesar 37% dan bulan Januari–Desember 2010 sebesar 34% (Data Status Medik Klinik Ilmu Penyakit Mulut).

  Hipotesis sementara penyakit ini berkaitan dengan gangguan sistem imun yang belum diketahui pada mekanismenya. Setelah dianalisis secara pragmatis hasil penelitian ditemukan adanya fenomena yang sangat penting sebagai etiopatogenesis RAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa protein anomali mukosa mulut dengan BM 65 kDa mempunyai sifat antigenik yang tinggi dan dapat menginduksi antibodi humoral serta antibodi seluler. Protein dengan BM 65 kDa sebagai protein predominan yang diekspresikan pada epitel mukosa mulut pada semua tipe RAS mampu menginduksi antibodi. Oleh karena itu derajat kasus Oleh karena itu derajat kasus RAS sangat dipengaruhi jumlah protein yang diekspresikan. Pada kasus

  

RAS tidak hanya protein 65 kDa sebagai modulator terjadinya RAS,

  tetapi juga ditemukan protein lainnya yaitu protein dengan BM 87 kDa, 30 kDa, 25 kDa dan 20 kDa. Protein tersebut muncul dan hilang sesuai dengan tipe RAS, pada kasus RAS tipe mayor protein dengan BM 30 kDa selalu muncul yang berarti protein tersebut berfungsi sebagai modulator inflamasi dan nekrosis sel epitel, tetapi pada remisi protein anomali dengan BM 87 kDa mempunyai peranan penting yang berarti protein tersebut diekspresikan dan berfungsi dalam proses penyembuhan. Protein 65 kDa merupakan protein yang sangat penting dalam etiopatogenesis timbulnya RAS, maka protein 65 kDa selalu ditemukan pada semua kasus RAS (mayor, minor, remisi). Secara singkat anomali protein merupakan etiopatogenesis RAS yang terjadi melalui jalur imun kompleks dan respon imun seluler. Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat akhir-akhir ini penelitian kasus-kasus penyakit mulut yang lain juga dapat dilakukan berdasarkan road map penelitian yang telah ada, yang semua itu dengan tujuan dapat digunakan sebagai bahan diagnostik atau penentuan diagnostik penyakit-penyakit jaringan lunak mulut.

  Hadirin yang saya hormati,

  Harapan kami bahwa bagian Oral Medicine yang merupakan jembatan pengetahuan antara teori dan klinik antara Ilmu Kedokteran Gigi dan Ilmu Kedokteran setidaknya menjadi bagian yang mempunyai daya saing baik nasional maupun internasional. Pemahaman Basic Medical Science tidak dapat dipisahkan dengan Clinical Science yang keduanya saling mendukung. Adanya proses pembelajaran secara Student Centre Learning (SCL) dan

  

Problem Base Learning (PBL) sangat membantu mahasiswa

  untuk turut berperan aktif dalam memecahkan suatu masalah khususnya di bidang klinik berdasarkan Basic Clinical Sciences.

  Selain itu melalui Oral Medicine dapat dijelaskan bahwa mukosa oral dapat digunakan sebagai "indikator kelainan sistemik" contohnya Oral Candidiasis pada penderita HIV/AIDS atau Diabetes Melitus (DM). Untuk mencapai ini semua, selain pembenahan kurikulum di bidang Oral Medicine, kualitas sumber daya manusia juga harus ditingkatkan melalui pendidikan formal seperti pendidikan program Master, Spesialis dan Doktor. Sebagai seseorang yang ahli di bidang Oral Medicine, selain memahami tentang manifestasi klinis setiap kasus, sebaiknya juga memahami tentang Patologi mulut, Mikrobiologi mulut, Patologi klinik, Farmakologi terapi, dan Biologi molekuler (Moleculare Medicine) dari oral disease.

  Penatalaksanaan kasus-kasus ulserasi di rongga mulut hanya dapat dilakukan oleh klinisi yang mempunyai keahlian di bidang

  

Oral Medicine Medicine. Berbagai macam kendala memang masih sangat

  dirasakan, terutama karena belum disadari oleh para klinisi maupun masyarakat mengenai perlunya mewaspadai kelainan mukosa rongga mulut yang juga erat hubungannya dengan kelainan sistemik. Belum adanya terapi yang tepat dan akurat maka perlu dilakukan penelitian berdasar ethiopatogenesis kelainan tersebut.

  Sarana dan prasarana yang menunjang Oral Medicine belum mencukupi baik untuk pendidikan maupun untuk pelayanan. Adanya peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana (RSGMP) akan memberi dampak semakin kondusifnya kinerja staf sehingga akan menghasilkan kinerja yang optimal dan akan meningkatkan mutu pelayanan di bidang ini. Juga adanya sekat- sekat yang tidak tampak dapat menyebabkan terisolasinya para ahli di bidangnya masing-masing. Komunikasi yang didasari keterbatasan dan saling menghargai ilmu masing-masing akan memudahkan kerja sama yang menghasilkan sesuatu yang berharga. Pengembangan Oral Medicine memang sangat diperlukan untuk dapat berinteraksi dengan Ilmu Kedokteran lain dengan tujuan kesehatan dan kesejahteraan umat manusia.

  Hasil pengembangan IPTEKDOK sistem stomatognati yang berorientasi pada masa depan, akan dapat memberikan sumbangan kepada pembangunan sistem kesehatan nasional untuk kepentingan kesehatan bangsa Indonesia masa kini dan masa depan. Tujuannya adalah dapat memberikan layanan kesehatan sistem stomatognati yang cermat dan aman dengan dasar pemikiran holistik, canggih serta aman kepada masyarakat, dalam rangka membantu pemerintah dalam mewujudkan masyarakat atau bangsa yang sehat secara holistik. Sebagai kesimpulan, bahwa tenaga ahli di bidang Oral Medicine saat ini sangat dibutuhkan mengingat sudah terjadi pergeseran penyakit di masyarakat yang dapat menimbulkan berbagai macam kelainan di jaringan lunak rongga mulut dan merupakan manifestasi atau komplikasi adanya imunokompromis dalam tubuh seseorang.

  Hadirin yang berbahagia,

  Sebelum sampai pada titik akhir pidato pengukuhan ini, sekali lagi saya mengucapkan syukur Alhamdulillah atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada saya sekeluarga. Ungkapan rasa terima kasih serta penghargaan setinggi-tingginya saya sampaikan.

  Kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Nasional, yang terhormat Prof. Dr. Ir. H. Mohammad

  

Nuh, DEA, Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika, MS beserta jajarannya

  yang telah menyetujui pengangkatan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Penyakit Mulut.

  Kepada yang terhormat Ketua Senat Akademik Universitas Airlangga Prof. H. Sam Suharto, dr., Sp.MK., Sekretaris Senat Akademik Prof. Dr. Noor Cholies Zaini, Apt., dan seluruh Anggota Senat Akademik Universitas Airlangga saya menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya atas dukungan dan kesediaannya untuk menyetujui dan menerima saya sebagai Guru Besar di Lingkungan Universitas Airlangga.

  Kepada yang terhormat Rektor Universitas Airlangga, Prof.

  

Dr. H. Fasich, Apt., beserta para Wakil Rektor Prof. Dr. H.

Ahmad Syarani, MS., Apt, Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., Prof.

Soetjipto, dr., MS., Ph.D. Mantan Sekretaris Senat Akademik

Prof. Dr. Frans Limahelu, SH., LLM, Mantan Wakil Rektor

Prof. Dr. Mohamad Zainudin, Apt., Prof. Dr. Muslih Anshori,

M.Sc., SE., Ak., Ketua dan Badan Pertimbangan Universitas, atas

  kepercayaan yang diberikan untuk memangku jabatan Guru Besar.

  Kepada yang terhormat Para mantan Rektor Prof. Dr. H.R.

  

Soedarso Djojonegoro, dr., Prof. H. Bambang Rahino, dr.,

Prof. H. Soedarto, dr., DTM&H., PhD., Prof. Dr. Med. H.

Puruhito, dr., Sp.B., Sp,BTKV., FICS., saya ucapkan terima

kasih.

  Kepada mantan Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Prof. Dr.

  

Ruslan Effendy, drg., MS., Sp.KG(K) dan mantan para Wakil

  Dekan Prof. Dr. Latief Mooduto, drg., MS., Sp.KG(K); Jusuf

  

Sjamsudin, drg., MS., Sp.Ortho(K) dan Prof. Seno Pradopo,

drg., MS., Ph.D., Sp.IKGA saya mengucapkan terima kasih atas

  dorongan, kepercayaan dan kesediaan untuk mengusulkan saya sebagai Guru Besar di Lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.

  Kepada yang terhormat Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Prof. Coen Pramono, drg., SU., Sp.BM(K), dan Para Wakil Dekan saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan untuk menerima saya sebagai Guru Besar di Lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.

  Kepada yang terhormat Prof. Dr. Mandoyo Rukmo, drg.,

  

M.Sc., Sp.KG(K), Ketua Badan Pertimbangan Fakultas, Sekretaris

  dan para anggota Badan Pertimbangan Fakultas Kedokteran Gigi, saya mengucapkan terima kasih atas persetujuan pengusulan saya sebagai Guru besar.

  Kepada yang terhormat Promotor dan Ko-Promotor saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar- besarnya selama mengikuti program Doktor, yaitu Prof. dr. Yoes

  

Priyatna Dahlan, dr., M.Sc; Prof. Dr. Pitono Soeparto, dr.,

Sp.A(K) (Alm) serta Prof. Dr. Siti Soemarijah, drg., Sp.PM,

  yang telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, cermat dan disiplin yang mana hal tersebut menjadi panutan bagi saya dalam membimbing mahasiswa.

  Rasa hormat saya haturkan kepada semua guru saya di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas yang telah mendidik, mengajar dan memberi bekal pengetahuan dasar sehingga saya dapat menyelesaikan jenjang pendidikan yang tertinggi ini.

  Kepada yang terhormat Prof. Sutjipto, dr., MS, Ph.D, Prof.

  

Dr. Subijanto Marto Sudarmo, dr., Sp.AK(K), Prof. H.

Kuntoro, dr., MPH., Dr.PH, Prof. Dr. Widya Asmara, drh., MS,

Prof. Dr. Fedik A. Rantam, drh., Prof. Dr. Soehartono Taat

Putra, dr., MS., Sp.PA, Prof. Dr. Hj. Juliati Hood Alsagaf, dr.,

MS., Sp.PA., FIAC yang telah banyak membantu dan memberikan

  konsultasi serta arahan-arahan dan tambahan ilmu yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan program Doktor.

  Kepada yang terhormat Pembimbing dan Ko Pembimbing saya selama mengambil Program Magister Imunologi Almarhum Prof.

  

Dr. Noor Rachman, dr., MS., Sp.MK, Almarhumah Prof. Dr.

Atasiati Idajadi, dr., Sp.MK, Prof. Dr. Soegeng Soekamto,

  

dr., MS., Sp.PA (Alm), yang telah mendidik saya dengan semangat

  serta penuh pengertian dan mengenalkan saya pertama kali di bidang Imunologi. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih atas jasa baik para dosen Prof. dr. Thomas Kardjito, Sp.P (Alm), Prof. Dr.

  

Konthen, dr., Sp.PD (Alm), Prof. Dr. Indro Handoyo, dr., Sp.PK

(Alm), Dr. Ferry Hudowo Soedewo, dr., Sp.PK(K); Siswanto

Darmadi, dr., Sp.PK(K).

  Kepada yang terhormat mantan Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga,

  

Bagus Soebadi, drg., MHPEd., Sp.PM dan Isidora Karsini S,

drg., MS., Sp.PM saya ucapkan rasa hormat dan terima kasih atas

  kepercayaan dan dorongan beliau, sehingga saya dapat diusulkan sebagai Guru Besar.

  Ucapan terima kasih juga saya haturkan kepada Almarhumah

  

Soemarsih Soentoro, drg. mantan Dekan dan mantan Kepala

  laboratorium Oral Medicine Fakultas Kedokteran Gigi Unair yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadi staf Pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.

  Kepada yang terhormat para senior dan teman sekerja di bagian Ilmu Penyakit Mulut: Muhammad Jusri, drg., MS, Sp.PM,

  

Mintarsih Djamhari K, drg., MS., Sp.PM, Priyo Hadi, drg.,

MS., Sp.PM, Hening Tuti H., drg., MS., Sp.PM, Kus Harijanti,

drg., M.Kes., Sp.PM, Dr. Iwan Hernawan, drg., MS., Sp.PM,

Adiastuti Endah P, drg., M.Kes., Sp.PM, Desiana Radithia,

drg., Sp.PM dan Nurina Febriyanti Ayuningtyas, drg. Saya

  mengucapkan terima kasih atas dorongan semangat, dukungan, kekompakan serta kesediaan untuk mengusulkan saya sebagai Guru Besar di Lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.

  Kepada Staf administrasi dan klinik UPF Oral Medicine, bapak

  

Nurlikan, bapak Daud, ibu Windarti, mbak Kristin, bapak Janji

  dan mbak Nur terima kasih telah banyak membantu saya dalam tugas keseharian saya.

  Kepada yang terhormat Ketua Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga Prof. Dr. H. Nasronudin, dr., Sp.PD.,

  

K-PTI., FINASIM. dan mantan ketua TDC Prof. Dr. Yoes

Prijatna Dachlan, dr., M.Sc. yang telah memberikan ijin untuk

  melakukan penelitian serta kegiatan seminar di lingkungan ITD.

  Kepada yang terhormat Guru dan Senior saya, Prof. Dr.

  

Hadi Soenartyo, drg., M.Sc., Sp.PM, Prof. Dr. Mieke Sylvia

Margaretha, drg., MS., Sp.Ortho, Prof. Dr. M. Rubianto, drg.,

MS, Sp.Perio(K), Irmawati, drg., MS., Sp.KGA(K), Prof. Coen

Pramono, drg., SU., Sp.BM(K), Prof. Mohammad Syaifuddin

Noer, dr., Sp.B., Sp.BP(K), Prof. Dr. Adioro S, drg., MS.,

Sp.KG(K), dan Dr. Chiquita Prahasanti, drg., Sp.Perio(K)

  terima kasih atas segala perhatian, nasihat serta dorongannya selama ini.

  Kepada sahabat-sahabat saya Prof. Dr. Regina T.C. Tandelilin,

  

drg., M.Sc dan Keluarga�� Dr. Isdwiranto, dr., Sp.BS dan keluarga��

Prof. Dr. David S Perdana Kusuma, dr., Sp.BP(K), Ariadna

Djais, drg., Ph.D, Prof. Dr. Melani Sadono, drg., M. Biomed,

Drg. Suyati, M.Kes dan keluarga. Drg. Sidarningsih, M.Kes dan

  keluarga serta Drg. Otty Ratna, M.Kes yang selalu memberikan perhatian, semangat dan dukungan moril dan kerja samanya selama ini.

  Kepada Prof. Fendy Suhariadi, Dr., MT., Drs, Muhammad

  

Sumedi, MH., SH dan Aribowo, MS., Drs terima kasih banyak

  atas dukungan dan dorongan semangatnya pada pengusulan sebagai Guru Besar.

  Kepada semua teman sejawat, pegawai, Guru Besar dan Pimpinan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga yang telah mendorong dan mendukung Pendidikan saya.

  Selanjutnya saya haturkan rasa terima kasih saya yang tiada bisa saya tuliskan dengan kata-kata, dengan penuh rasa hormat dan tulus yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua saya

  

Soehardi Markamin (Alm) dan ibu R. Kartini (Almarhumah), yang telah melimpahkan kasih sayangnya dengan tulus, membesarkan dan mendidik serta selalu mendoakan agar saya selalu mendapat kesuksesan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sayang sekali beliau berdua tidak sempat menyaksikan keberhasilan saya ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan kasih sayang kepada kedua orang tua saya sebagaimana beliau berdua telah memberikan kasih sayang dalam membesarkan dan mendidik saya. Saya selalu mendoakan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu mengampuni segala dosa, menerima semua amal ibadah dan arwah beliau di sisi-Nya. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya haturkan kepada kedua mertua saya, Bapak R. Soebagio dan ibu R.A. Iswati, yang telah memberikan doa restu kepada saya sekeluarga. Sembah bakti saya haturkan atas segala kasih sayang dan didikannya yang tidak pernah berhenti untuk mendoakan.

  Kepada ketiga anak saya tercinta: Dian Paramita Kartikasari,

  

dr., Dimas Radityo Satrio Nugroho dan Ivan Rakhmadi

Nugroho, mama sangat bersyukur dan bangga mempunyai anak