ANALISIS MORFOMETRIK KAMBING KACANG PADA DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH DI PROVINSI JAMBI - Repository Unja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

  

4.1. Rata- Rata Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan Kambing

Kacang Jantan dan Betina di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah

  Rata- rata bobot badan dan pertambahan bobot badan kambing Kacang dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rata-Rata Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan Kambing Kacang di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah.

  Lokasi Uraian Dataran Tinggi Dataran Rendah Bobot Badan (BB) a b 19,76 ± 1,84 -

  17,96 ± 1,84 Jantan (kg) a b 17,83 ± 3,09 16,65 ± 1,97 a b Betina (kg)

  19,76 ± 2,35 17,96 ± 2,13 Koreksi (kg) Pertambahan Bobot Badan (PBB) a b 28,77 ± 0,011 25,28 ± 0,002 a b Jantan (gr/ ekor/ hari)

  • 25,04 ± 0,001 19,25 ± 0,01 a b Betina (gr/ ekor/ hari)
  • 28,77 ± 0,015 25,28 ± 0,01 Koreksi dari Betina ke Jantan -

  Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata (P < 0,05)

  Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata bobot badan kambing Kacang di dataran tinggi baik jantan, betina, dan koreksi betina ke jantan secara berurutan adalah 19,76 ± 1,84 kg , 17,83 ± 3,09 kg, dan 19,76 ± 2,35 kg, dan di dataran rendah secara berurutan adalah 17,96 ± 1,84 kg, 16,65 ± 1,97 kg dan 17,96 ± 2,13 kg. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan Depison dan Gushairiyanto (2017) yang menyatakan bobot badan kambing Kacang umur 1-2 tahun untuk betina di dataran tinggi 17,79 ±3,63 kg dan jantan 19,85 ± 2,16 kg, pada dataran rendah betina 16,65 ± 2,59 kg dan jantan 17,88 ± 2,82 kg.

  Rata- rata pertambahan bobot badan kambing Kacang di dataran tinggi baik jantan, betina serta koreksi betina ke jantan secara berurutan adalah 28,77 ± 0,011 gr/ekor/hari, 25,04 ± 0,010 gr/ekor/hari, 28,77 ± 0,015 gr/ekor/hari, dan di dataran rendah adalah 25,28 ± 0,002 gr/ekor/hari, 19,25 ± 0,01 gr/ekor/hari, 25,62 ± 0,01gr/ekor/hari. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Mulyono dan Sarwono (2008) bahwa rata-rata pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai 20-30 gram per hari. Selanjutnya menurut Batubara et. al., (2003) bahwa pertambahan bobot badan harian kambing kacang yang diberikan pakan hijauan saja berada pada kisaran 30 g/ekor/hari. Hasil analisis uji beda rata-rata morfometrik (bobot badan dan pertambahan bobot badan) menunjukkan bahwa kambing Kacang di dataran tinggi baik jantan, betina serta koreksi betina ke jantan lebih baik dibandingkan di dataran rendah (P < 0,05). Hal ini kemungkinan diakibatkan karena adanya perbedaan lingkungan dan potensi wilayah yang berbeda, dimana di Kabupaten Kerinci memiliki suhu yang lebih rendah dan masih banyak tersedia sumber pakan berupa hijauan segar, daun-daunan maupun bahan pakan limbah pertanian jika dibandingkan dengan Kabupaten Muaro Jambi. Sesuai dengan pendapat Tjasyono (2004) pengaruh iklim pada umumnya secara tidak langsung berpengaruh terhadap performans dan pertumbuhan pada hewan ternak melalui hijauan pakan ternak sebagai sumber pakan. Unsur- unsur iklim di sini antara lain curah hujan, suhu, angin, sinar matahari, kelembaban, dan evapotranspirasi. Faktor-faktor iklim tersebut pada musim hujan dan musim kemarau sangat berbeda, sehingga juga akan berpengaruh terhadap penampilan ternak.

  

4.2. Karakteristik Morfometrik Kambing Kacang di Dataran Tinggi dan

Dataran Rendah

  Tabel 3 menunjukkan panjang badan kambing Kacang jantan, betina serta koreksi betina ke jantan di dataran tinggi secara berurutan adalah 52,91 ± 2,81 cm, 51,51 ± 2,81 cm, 52,91 ± 2,89 cm, dan di dataran rendah secara berurutan 51,51 ± 2,81 cm, 50,48 ± 2,25 cm, 51,51 ± 2,30 cm. Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan pendapat Setiadi et. al., (1997) dimana panjang badan kambing Kacang dewasa 50,33 ± 6,72 cm.

  Tinggi pundak kambing Kacang jantan, betina serta koreksi betina ke jantan di dataran tinggi secara berurutan adalah 52,01 ± 2,16 cm, 50,05 ± 2,03 cm, 52,01 ± 2,95 cm, dan di dataran rendah secara berurutan 50.61 ± 2,37 cm, 48,37 ± 2,75 cm, 50,61 ± 2,88 cm. Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan pendapat Setiadi et. al., (1997) bahwa tinggi pundak pada jantan dewasa dan betina dewasa adalah 53,80 ± 2,88 cm dan 52,00 ± 7,38 cm. selanjutnya Batubara et. al., (2011) yang menyatakan tinggi pundak kambing Kacang jantan dewasa adalah 56,33 ± 4,44 cm dan kambing Kacang betina dewasa 55,62 ± 4,2 cm.

  Lingkar dada kambing Kacang jantan, betina serta koreksi betina ke jantan di dataran tinggi secara berurutan adalah 59,15 ± 2,80 cm, 58,63 ± 2,49 cm, 59,15 ±2,71 cm, dan di dataran rendah secara berurutan adalah 57,85 ±2,35 cm, 56,63 ± 2,60 cm, 57,85 ±2,65 cm. Lingkar dada di penelitian ini tidak sama dengan pendapat Setiadi et. al., (1997) yang menyatakan bahwa lingkar dada kambing Kacang betina 64,77 cm dan kambing Kacang jantan 65,55 cm. Semakin tinggi ukuran lingkar dada mencerminkan bahwa ternak tersebut mempunyai bobot badan yang lebih tinggi (Sutiyono et. al., 2006).

  Dalam dada kambing Kacang jantan, betina serta koreksi betina ke jantan di dataran tinggi secara berurutan adalah 24,77 ± 2,77 cm, 23,71 ± 2,55cm, 24,77 ±3,21 cm, dan di dataran rendah secara berurutan 22,92 ± 2,57 cm, 20,59 ± 2,67 cm, 22,92 ± 2,97 cm. Hasil penelitian sedikit berbeda denga pendapat Kahar (2014) bahwa ukuran dalam dada kambing Kacang dewasa adalah 19,7 ± 0,9 cm.

  Rata rata lebar dada kambing Kacang jantan, betina serta koreksi betina ke jantan di dataran tinggi secara berurutan adalah 12,99 ± 2,41 cm, 12,14 ± 2,14 cm, 12,99 ± 1,46 cm, sedangkan di dataran rendah secara berurutan adalah 11,79 ±1,73 cm, 11,89 ±1,34 cm, 11,79 ±1,33 cm. Hasil penelitian yang di peroleh sedikit lebih rendah di bandingkan dengan pendapat Batubara et. al., (2011) yang menyatakan Lebar dada kambing Kacang jantan dewasa adalah 15,00 + 2,65 cm dan kambing kacang betina 11,61 + 2,14 cm.

  Rata rata tinggi pinggul kambing Kacang jantan, betina serta koreksi betina ke jantan di dataran tinggi secara berurutan adalah 53,90 ± 2,78 cm, 51,99 ± 2,54 cm, 53,90 ± 2,58 cm, dan di dataran rendah secara berurutan adalah 52,66 ± 2,36 cm, 50,03 ± 2,39 cm, 52,66 ± 2,52 cm. Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan pendapat Rini (2012) yang menyatakan tinggi pinggul kambing jantan dewasa rata-rata 60 cm - 70 cm, sedangkan kambing betina dewasa 50 cm – 60 cm.

  Rata rata lingkar kanon kambing Kacang jantan, betina, serta koreksi betina ke jantan di dataran tinggi secara berurutan adalah 7,86 ± 2,90 cm, 6,33 ± 2,43 cm, 7,89 ± 2,33 cm, dan di dataran rendah secara berurutan adalah 7,29 ± 2,30 cm, 5,73 ± 2,30 cm, 7,29 ± 2,78 cm. Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian Depison dan Gushairiyanto (2017) bahwa rata-rata lingkar kanon kambing Kacang jantan 7,79±1,46 cm dan betina 7,12±1,28 cm. Tabel 3. Rata -Rata Karakteristik Morfometrik Kambing Kacang pada Dataran Tinggi dan Dataran Rendah di Provinsi Jambi.

  Lokasi Uraian

  Dataran Tinggi Dataran Rendah Panjang Badan (PB), cm

  a b

  • Jantan 52,91 ± 2,81 51,51 ± 2,81

  a b

  • Betina 51,51 ± 2,81 50,48 ± 2,25

  a b

  • Koreksi dari Betina ke Jantan 52,91 ± 2,36 51,51 ±2,30 Tinggi Pundak (TP), cm

  a b

  • Jantan 52,01 ± 2,16 50.61 ± 2,37

  a b

  • Betina 50,05 ± 2,03 48,37 ± 2,75

  a b

  • Lingkar Dada (LD), cm

  52,01 ± 2,95 50,61 ±2,88 Koreksi dari Betina ke Jantan

  a b

  • Jantan 59,15 ± 2,80 57,85 ± 2,35

  a b

  • Betina 58,63 ± 2,49 56,68 ± 2,60

  a b

  • Dalam Dada (DD), cm

  59,15 ±2,71 57,85 ±2,65 Koreksi dari Betina ke Jantan

  a b

  • Jantan 24,77 ± 2,77 22,92 ± 2,57

  a b

  • Betina 23,71 ± 2,55 20,59 ± 2,67

  a b

  • Lebar Dada (LeD), cm

  24,77 ± 3,21 22,92 ± 2,97 Koreksi dari Betina ke Jantan

  a b

  • Jantan 12,99 ± 2,41 11,79 ±1,73

  a b

  • Betina 12,14 ± 2,14 11,89 ±1,34

  a b

  • Tinggi Pinggul (Tpi), cm

  12,99 ± 1,46 11,79 ±1,33 Koreksi dari Betina ke Jantan

  a b

  • Jantan 53,90 ± 2,78 52,66 ± 2,36

  a b

  • Betina 51,99 ± 2,54 50,03 ± 2,39

  a b

  • Lingkar Kanon (LK), cm

  53,90 ± 2,58 52,66 ± 2,52 Koreksi dari Betina ke Jantan

  a b

  • Jantan 7,86 ± 2,90 7,29 ± 2,30

  a b

  • Betina 6,33 ± 2,43 5,73 ± 2,30

  a b

  • Lebar Pinggul (LPi), cm

  7,29 ± 2,78 Koreksi dari Betina ke Jantan 7,86 ± 2,33

  a b

  • Jantan 12,89 ± 2,45 11,72 ± 2,65

  a b

  • Betina 11,62 ± 2,67 10,22 ± 2,40

  a b

  • Keterangan : Huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata (P < 0,05)

  12,94 ± 2,56 11,72 ± 2,67 Koreksi dari Betina ke Jantan Rata rata lebar pinggul kambing Kacang jantan, betina, serta koreksi betina ke jantan di dataran tinggi secara berurutan adalah 12,89 ± 2,45 cm, 11,62 ± 2,67 cm, 12,94 ± 2,56 cm, dan di dataran rendah secara berurutan adalah 11,72 ± 2,65 cm, 10,22 ± 2,40 cm, 11,72 ± 2,67 cm. Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan Putri et. al., (2014) bahwa lebar pinggul kambing Kacang umur 1-2 tahun 13,77 cm. Menurut pendapat Kahar (2014) bahwa lebar pinggul kambing Kacang adalah 8,5 cm.

  Hasil analisis uji beda rata-rata morfometrik (PB, TP, LD, DD, LeD, Tpi, LK) menunjukkan bahwa kambing Kacang di dataran tinggi baik jantan, betina serta koreksi betina ke jantan lebih baik dibandingkan di dataran rendah (P < 0,05). Adanya perbedaan performans antara dataran tinggi dengan dataran rendah di sebabkan adanya pengaruh perbedaan lingkungan antara kedua lokasi yang secara tidak langsung akan mempengaruhi ternak kambing. Di Kabupaten Kerinci memiliki suhu yang lebih rendah dan masih banyak tersedia sumber pakan baik itu hijauan segar, daun-daunan maupun bahan pakan limbah pertanian jika dibandingkan dengan Kabupaten Muaro Jambi. Sesuai dengan pendapat Tjasyono (2004) pengaruh iklim pada umumnya secara tidak langsung berpengaruh terhadap performans dan pertumbuhan pada hewan ternak melalui hijauan pakan ternak sebagai sumber pakan. Unsur unsur iklim di sini antara lain curah hujan, suhu, angin, sinar matahari, kelembaban, dan evapotranspirasi. Faktor-faktor iklim tersebut pada musim hujan dan musim kemarau sangat berbeda, sehingga juga akan berpengaruh terhadap penampilan ternak. Sedangkan menurut Ramdan (2007) menyatakan bahwa peningkatan suhu dan kelembaban lingkungan dapat menyebabkan penurunan terhadap konsumsi pakan sehingga semakin tinggi suhu dan kelembaban udara pada suatu tempat cenderung menurunkan produktivitas ternak, produktivitas terutama pertambahan bobot badan yang lambat disebabkan oleh tidak efisiennya penggunaan energi untuk pertumbuhan, karena sebagian energi tersebut banyak digunakan untuk meningkatkan aktivitas fisiologis diantaranya respirasi. Didukung dengan pendapat Astuti (1984) yang menyatakan bahwa faktor genetik diperlukan untuk mengekspresikan kemampuannya secara penuh dalam produksi sedangkan lingkungan merupakan faktor pendukung yang memberi kesempatan untuk berproduksi.

  2

4.3. Analisis T -Hotelling Ukuran - Ukuran Tubuh

2 Analisis T -Hotelling bertujuan untuk menjelaskan perbedaan antara dua

  2

  kelompok ternak. Hasil penelitian ini menunjukkan analisis T -Hotelling terhadap ukuran ukuran tubuh meliputi BB, PBB, PB, TP, LD, DD, LeD, Tpi, LK, Lpi kambing Kacang di dataran tinggi dan dataran rendah di sajikan pada tabel 4.

  2 Tabel 4 . Analisis T Hotelling Ukuran Ukuran Tubuh antara Dataran Tinggi dan Dataran Rendah Kambing Kacang.

  Statistik T2 Jenis Kelamin Nilai F Nilai P Kesimpulan

  Hotelling 21,16 2,40 0,00

  Jantan

  • 41,17 4,68 0,00
  • Betina 43,56 4,96 0,00
  • Koreksi Betina ke Jantan Keterangan : **= Berpengaruh Sangat Nyata.

2 Hasil analisis T -Hotelling karakteristik morfometrik kambing Kacang

  jantan, betina serta koreksi betina ke jantan yang meliputi BB, PBB, PB, TP, LD, DD, LeD, Tpi, LK, Lpi pada dataran tinggi lebih baik dibanding dataran rendah (P<0,01). Perbedaan ini diduga karena adanya perbedaan lingkungan antara kedua kelompok ternak. Sesuai dengan pendapat Yani dan Purwanto (2006) menyatakan penampilan produksi ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang cukup dominan dalam mempengaruhi produktivitas ternak adalah iklim terutama iklim mikro yaitu suhu, kelembaban udara, radiasi dan kecepatan angin. Menurut pendapat Ramdan (2007) bahwa peningkatan suhu dan kelembaban lingkungan dapat menyebabkan penurunan terhadap konsumsi pakan sehingga semakin tinggi suhu dan kelembaban udara pada suatu tempat cenderung menurunkan produktivitas ternak, produktivitas terutama pertambahan bobot badan yang lambat disebabkan oleh tidak efisiennya penggunaan energi untuk pertumbuhan, karena sebagian energi tersebut banyak digunakan untuk meningkatkan aktivitas fisiologis diantara respirasi.

4.4. Koefisien Keragaman

  Koefisien keragaman ukuran -ukuran tubuh jantan dan betina di dataran tinggi dan dataran rendah dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Koefisien Keragaman (%) Ukuran -Ukuran Tubuh Kambing Kacang Jantan dan Betina di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah.

  Uraian Koefisien Keragaman (%) Dataran Tinggi Dataran Rendah Bobot Bodan (BB) Jantan 9,29 10,22 Betina 17,32 11,87 Koreksi betina ke jantan 11,88 11,87 Panjang Badan (PB) Jantan 5,31 5,45 Betina 5,45 4,45 Koreksi betina ke jantan 4,45 4,45 Tinggi Pundak (TP) Jantan 4,15 4,68 Betina 4,04 5,68 Koreksi betina ke jantan 5,68 5,68 Lingkar Dada (LD) Jantan 4,73 4,06 Betina 4,24 4,60 Koreksi betina ke jantan 4,57 4,57 Dalam Dada (DD) Jantan 11,18 11,21

  Betina 10,77 12,96 Koreksi betina ke jantan 12,96 12,96 Lebar Dada (LeD) Jantan 18,55 14,68 Betina 17,60 11,26 Koreksi betina ke jantan 11,26 11,26 Tinggi Pinggul (Tpi) Jantan 5,15 4,48 Betina 4,87 4,78 Koreksi betina ke jantan 4,78 4,78 Lingkar Kanon (LK) Jantan 6,86 8,77 Betina 16,00 8,42 Koreksi betina ke jantan 13,00 8,97 Lebar Pinggul (Lpi) Jantan 10,35 12,30 Betina 8,00 8,95 Koreksi betina ke jantan 12,00 10,65

  Koefisien keragaman adalah keragaman antar populasi, dimana semakin tinggi tingkat keragamannya maka populasi tersebut dinyatakan semakin beragam. Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien keragaman yang di peroleh di dataran tinggi jantan, betina serta koreksi betina ke jantan antara 4,04

  • – 18,55
  • – % dan koefisien keragaman yang di peroleh di dataran rendah antara 4,06 14,68 %. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien keragaman BB, PB, TP, LD, DD, LeD, Tpi, LK, Lpi jantan, betina serta koreksi betina ke jantan baik dataran tinggi maupun di dataran rendah menunjukkan keragaman yang hampir sama. Hal ini karena sampel yang di teliti memiliki jenis, umur dan sistem pemeliharaan yang sama antara kedua lokasi. Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Batubara et. al., (2011) bahwa koefisien keragaman (KK) ukuran ukuran tubuh kambing Kacang berkisar 8,36% - 18.43%. Kondisi ini menunjukkan bahwa ternak kambing Kacang baik di dataran tinggi dan di dataran rendah masih cukup beragam, sehingga memungkinkan dilakukan seleksi.

4.5. Persamaan Ukuran, Persamaan Bentuk, Keragaman Total dan Nilai Eigen Kambing Kacang.

  Persamaan ukuran, persamaan bentuk, keragaman total, dan nilai eigen ternak kambing Kacang jantan, betina serta koreksi betina ke jantan di dataran tinggi disajikan pada Tabel 6 dan di dataran rendah disajikan pada Tabel 7.

  Tabel 6 dan 7 menunjukkan bahwa persamaan skor ukuran tubuh ternak kambing Kacang jantan, betina serta koreksi dari betina ke jantan di dataran tinggi memiliki keragaman total secara berurutan 74,50%, 67,00 % dan 70,10%, sedangkan di dataran rendah jantan, betina serta koreksi dari betina ke jantan memiliki keragaman total secara berurutan sebesar 62,00%, 73,80% dan 75,00 %. Persentase ini merupakan proporsi keragaman terbesar diantara komponen- komponen utama yang diperoleh. Vektor eigen tertingi yang diperoleh pada persamaan ukuran ternak kambing Kacang jantan, betina serta koreksi dari betina ke jantan di dataran tinggi maupun dataran rendah adalah lingkar dada (LD). Artinya LD merupakan penciri ukuran karena memiliki kontribusi terbesar terhadap persamaan ukuran, sehingga lingkar dada (LD) dapat digunakan sebagai penduga bobot badan kambing Kacang. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Fourie et. al., (2005) bahwa lingkar dada mempunyai pengaruh besar pada bobot badan. Lingkar dada meningkat seiring dengan umur ternak. Selanjutnya menurut Sutiyono et. al., (2006) bahwa pertambahan bobot badan menyebabkan ternak bertambah besar dan diikuti dengan pertambahan dan perkembangan otot yang ada didaerah dada sehingga ukuran lingkar dada semakin tinggi. Semakin panjang tulang rusuk, maka otot yang melekat pada tulang rusuk makin banyak, sehingga lingkar dada makin besar.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa LD dapat dijadikan sebagai parameter seleksi untuk meningkatkan skor ukuran tubuh kambing Kacang baik di dataran tinggi maupun dataran rendah di Provinsi Jambi. Tabel 6. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kambing Kacang di Dataran Tinggi.

  Uraian Persamaan KT (%) Λ 74,50 6,706

Persamaan 0,27 PB+ 0,27 TP + 0,38 LD + 0,36 DD + 0,30

  = Ukuran Tubuh LeD + 0,36 TPi + 0,36 LK + 0,32 LPi Jantan (Jtn)

  7,5 0,675 Persamaan -0,31 PB -0,70 TP + 0,15 LD + 0,19 DD = Bentuk Tubuh + 0,54 LeD

  • – 0,18 TPi + 0,14 LK + 0,09 LPi
    • 0,27 PB + 0,26TP + 0,41 LD + 0,39 DD 67 5,39 Persamaan =
      • 0,35 LeD + 0,36TPi + 0,37LK + 0,39 LPi Betina Ukuran Tubuh (Btn)

  11 0,86 Persamaan -0,23 PB

  • – 0,62TP – 0,15LD -0,18 DD = Bentuk Tubuh + 0.53 LeD +0,00TPi + 0,39LK – 0,26 LPi
    • 0,26 PB + 0,26TP + 0,41 LD + 0,39 DD 70,10 5,6052 Persamaan = Ukuran Tubuh + 0,35 LeD + 0,36 TPi + 0,36LK + 0,39 LPi GBJ

  14,5 1,1572 Persamaan -0,26 PB - 0,62TP

  • – 0,15LD -0,18 DD + 0,53 = Bentuk Tubuh LeD
  • – 0,01TPi + 0,39LK - 0,25 LPi

  

Keterangan : GBJ = Gabungan Betina dan Jantan Koreksi, Jtn = Jantan, Btn = Betina PB =

Panjang Badan, TP = Tinngi Pundak, LD = Lingkar Dada, DD = Dalam Dada,

dan LeD = Lebar Dada, KT= Keragaman Total, λ = Nilai Eigen

  Tabel 7. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh Kambing Kacang di Dataran Rendah.

  Lokasi Persamaan KT (%) Λ Persamaan = 0,26 PB + 0,37 TP + 0,40 LD+ 0,37 DaD+

  62 5,788 Ukuran Tubuh 0,20 LeD+0,35 TPi + 0,31 LK+ 0,30LPi Jantan (Jtn)

  Persamaan = 0,35 PB -0,13 TP - 0,15 LD -0,12 DD + 11,3 1,023

  Bentuk Tubuh 0,69LeD - 0,13 TPi + 0,40 LK - 0,41 LPi

  • – Persamaan = 0,26 PB + 0,37 TP + 0,40 LD+ 0,37 DaD 73,8 5,906 Ukuran Tubuh Betina 0,20 LeD+ 0,35TPi + 0,31LK + 0,30 LPi (Btn)

  Persamaan = 0,03 PB + 0,02 TP + 0,04 LD + 0,03DD + 11 0,878 Bentuk Tubuh

  0,97 LeD + 0,14TPi + 0,20LK +0,01 LPi Persamaan = 0,33 PB + 0,39TP + 0,41 LD + 0,39 DD -

  75 5,9977 Ukuran Tubuh 0,17 LeD + 0,39 TPi + 0,31 LK + 0,39 LPi GBJ

  Persamaan = 0,03 PB + 0,02TP + 0,04LD +0,03 DD + 11,5 0,9231 Bentuk Tubuh 0,97 LeD + 0,14TPi + 0,20LK + 0,002 LPi

  

Keterangan : GBJ = Gabungan Betina dan Jantan Koreksi, Jtn = Jantan, Btn = Betina PB =

Panjang Badan, TP = Tinngi Pundak, LD = Lingkar Dada, DD = Dalam Dada,

dan LeD = Lebar Dada, KT= Keragaman Total, λ = Nilai Eigen

  Persamaan skor bentuk tubuh ternak kambing Kacang jantan, betina serta koreksi dari betina ke jantan di dataran tinggi memiliki keragaman total secara berurutan 7,50%, 11,00%, dan 14,50% , sedangkan ternak kambing Kacang jantan, betina serta koreksi dari betina ke jantan di dataran rendah memiliki keragaman total secara berurutan sebesar 11,30%, 11,00% dan 11,15%. Persentase ini merupakan proporsi keragaman terbesar diantara komponen- komponen utama yang diperoleh. Vektor eigen tertingi yang diperoleh pada persamaan bentuk ternak kambing Kacang jantan, betina serta koreksi dari betina ke jantan di dataran tinggi maupun dataran rendah adalah lebar dada (LeD). Artinya lebar dada merupakan penciri bentuk karena memiliki kontribusi terbesar terhadap persamaan bentuk.

  Korelasi antara skor ukuran dan variabel-variabel yang diukur pada ternak kambing Kacang jantan, betina serta koreksi dari betina ke jantan yang tertinggi LD, baik di dataran tinggi maupun dataran rendah, sedangkan korelasi antara skor bentuk dan variabel-variabel yang diukur yang tertinggi adalah LeD. Korelasi antara skor ukuran dan LD ditemukan sebesar antara + 0,814 sampai + 0,988. Tanda positif ini menunjukkan bahwa peningkatan ukuran LD akan meningkatkan skor ukuran atau sebaliknya. Menurut pendapat Fourie et. al., (2005) Korelasi positif antara lingkar dada dan tingkat pertumbuhan lepas sapih menandakan bahwa seleksi pada lingkar dada menjadi petunjuk kecepatan pertumbuhan ternak yang berakibat pula pada peningkatan tinggi pundak dan ukuran kerangka.

  Korelasi antara skor bentuk dan LeD ditemukan sebesar antara +0,150 sampai +0.640. Nilai korelasi ini merupakan nilai korelasi paling tinggi diantara nilai korelasi antara skor bentuk dan variabel linear permukaan tubuh yang diamati. Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan ukuran LeD akan meningkatkan skor bentuk atau sebaliknya. Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa LD merupakan penciri ukuran linear tubuh ternak kambing Kacang jantan dan betina baik pada daerah dataran tinggi maupun dataran rendah di Provinsi Jambi. Artinya peningkatan ukuran lingkar dada (LD) ternak kambing Kacang di Provinsi Jambi akan meningkatkan skor ukuran atau sebaliknya. Penciri bentuk ternak kambing Kacang jantan dan betina di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah di provinsi Jambi adalah lebar dada (LeD). Artinya peningkatan ukuran LeD kambing Kacang baik di dataran tinggi maupun dataran rendah akan meningkatkan skor bentuk dan sebaliknya, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa LD dapat dijadikan sebagai parameter seleksi untuk meningkatkan skor ukuran tubuh dan LeD dapat dijadikan sebagai parameter seleksi untuk meningkatkan skor bentuk tubuh kambing Kacang di dataran tinggi dan dataran rendah di Provinsi Jambi.