Gen Pengendali Ketahanan Tanaman Kacang Tanah Terhadap Penyakit Karat 1-6

r55N

JURNAL PERTANIAN

1411 - 2817

@ MAPETA
Nomor 12

Volume 4

Mei - Agustus 2002

DAFTAR ISI
Gen Pengendali Ketahanan Tanaman Kacang Tanah Terhadap Penyakit Karat 1 - 6
(Puccinia arachidis) Speg.
........,......Ju11Santoso
Studi Perubahan Unsur (C-Organlk dan P) Terhadap Lalu Dekomposisi Sampah 7 - 12
Organik Pada Berbagai Perlakuan
...Maroetodan Rossyda P
Kajian Tentang margin Pemasaran Kedelai Di Desa Mayangan Kecamatan Jogoroto 13 - 19

......lndralA.,SlgllD.N.danChoirun N.
Kabupaten

Jombang

KemampuanMetharizium anlsopllae Dalam PengendallanAplris sp. Di Lahan Cabai 20 - 23
Merah
Ratnawatl, Anny S, A. Fauzl dan Sudarmadji

Respon Varietas Kedelai Pada Beberapa Dosls Apllkasl
Pertumbuhan dan

Hasilnya

::T:::::T:::::::

:*

Eil-4


Terhadap 24 - 32

W.Guntoro

l:::"*:::::::.::::183,[';;;;; ; ii;;;;;;;;;i

33

'

38

Respon tlasll Tanaman Jagung Manls (Zea mays Sacharata StrurT) Terhadap 39 - 42
Berbagai Konsentrasi Greener 2fi)l dan Penggunaan Pupuk Organlk (Kotoran
...............1da RetnoU.danSukaftlnlngrum
Ayam

Studi Komparatif Antara Pendapatan Petani Usahatani Tebu (Saccharum
olficinarum L.) Varietas PS 85"1 dan BZ


148

43 - 46

Slgit DItl dan Tirtohadi

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL " VETERAN ''
JAWA TIMUR

JURNAL PERTANIAN

rssN

1411

- 2817

@ MAPETA
Volume 4


Nomor 12

Mei- Agustus

2OO2

DAFTAR ISI
Gen Pengendali Ketahanan Tanaman Kacang Tanah rerhadap penyakit
(Puccinia arachidis Speg.

...

.......:.

Karat

1

_


.....JutiSanfoso

studi Perubahan unsu.r (c-organik dan p) Terhadap Laju Dekomposisi
Organik Pada Berbagai Perlakuan....... ....
........ MaroetodanRossydap.

Sampah

..

6

r _ 12

Kajian Tentang Margin Pemas.aran Kedelai Di Desa Mayangan
Kecamatan Jogoroto 13
Kabupaien
lndraT.'A..5,g,f o.iv dan Choirun N.


-

Kemampuan Metharizium anisopitae Dalam Pengendalian
Aphis sp. Di Lahan

*23

Jombang

lvlerah

cabai

..Ratnaivati,inny S,-e,..iruriaan SuAaiiindli

2a

1g

Respon Varietas Kedelai Pada Beberapa Dosis Aplikasi

EM-4 Ter"hadap pertumbuhan dan
: . ......- ...... ....
... W.Guntora

24 -AZ

Dampak Pembebasan savrah Terhadap perekonomian petani...
..... Darsono dan Mukabarokah

33 _ 3g

Terhadap

39 _ 42

Hasiln

...

Respon Hasil ranaman Jagung Manis (zea mays sacharata str:urT)

Berbagai Konsentrasi Greener 2001 dan penggunaan pupuk organik (Kotoran
Ayam
ldaRetno M. dan Sukartiningrum

(saccharum

studi Komparatif Antara pendapatan petani Usahatani rebu
officinarumL ) Varietas pS 8S-1 dan BZ 149
.S,g,f DN dan Tirtohadi

...

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL *VETERAN'
JAWA TIMUR

43

*


46

rsSN
JURNAL PERTANIAN

Vol. 4

No. 12

Mei -

1411

- 2817

?ao2

@ MAPETA
FAKUL{AS PERTANIAI{ UPN "VETERAN" .IAWA TIMUR
PELINDUNG / PENASEHAT

Dekan Fakulias pertanian
UPN "Veteran" Jawa Timur

PENELAAH MAKALAH
lr. Moch. Sodiq (U PN,,Veteran,, Jatim)
Prof.Dr.lr. Bambang Guritno ( Unibraw)
Prof.Dr.ir. Soeprapto Mangoendihardjo (UGM)
Prof. Dr. lr. Marsadi P. S. (UPN "Veteran,, Jatim)
Dr.lr. Adji Sastro Supadi ApU (Ballittas Malang)
Prof . Dr.

REDAKSI
lr. griTjondro Winarno, MM (Kelua)
lr. Penta Suryaminarsih, Mp (lNakil Ketua)
lr. lndra Tjahaya Amir, MP (Sekretaris)
lr. Pangesti Nugrahaeni (Bendahara)
lr. Sukendah, MSc (Anggota)
lr. Hendanryaii Sugito, Mp (Anggota)
lr. SriWidayanti, Mp (Anggota)
lr. Rossyda Prija Darsini, Mp (Anggota)


SIRKULASI
Hayat Cahyanto

Haryana.

KATA PENG.:\NTAR
MAPETA merupakan jurnal pertanian
berkala yang terbit tiga kali dalam satrl tahun
( April, Agustus dan Desember) oleh Fakuttas

Pertanian UPN "Veteran" Jawa Timur.

MAPETA berkala ini nremuat hasil penelitian
dasar dan terapan serta telaah tentang llmu

dan teknologi pertanian

di

lndonesia yang

dapat diadopsi guna

meningkatkan

kesejahteraan Petani dan atau menjadi dasar
penelitian Akademis selanjutnya.

Redaksi mengucapkan terima kasih
sumbangan tulisan pada terbitan
MAPETA edisi bulan ini dan pada semua

atas

pihak yang telah membantu terbitnya majalah

llmiah ini.

Saran dan kritik yang konstruktif dari
semua pihak akan merupakan sumbangsih
guna meningkatkan mutu dari MApETA akan
menjadi pertimbangan Redaksi

Sudjarwo

Redaksi

Alomot P enerbit /P.edoksi

Koli
terbit

Terbit Pertomo

:

Frekuensi

:

:

Jl. Royo Rungkut Modyo Gunung Anyor Surobaya60294
Telp. (031) 8706369 Fox (031) 8T063T?
Volume l Nomor 1 (September-Desember 199g)
3 (tigo) koli setohun

sruDl

PERUBAHAI{ UNSUR (c-organik dan p) TERHADAP LAJU DEKoMpostsl
SAMPAH ORGANIK PADA BERBAGAI PERLAKUAN
Maroeto dan Rossyda Priyadarshini
ABSTRACT

Organic waste was unuseful thing; and it can be used r'or compost. Organic waste

quality can be improve by adding

activator.

;

This study was aimed to know the rate of c-orgabic and phosphorus availability orr
organic waste after activator adding (biofund, cow manure and chicken manure).
This stidy was done at soil laboratory of Agriculture Faculty UPN "Veteran" Jawa Timur
Surabaya. This study was conduct on march untill Mei 2003; by using biofund, cow manure and
chicken manure. This study used facturial randomized design with 3 replicates; and 2 facturs; I
kind of organic waste; and Il ; kind of activator.
The study showed that biofund gives the highest of C-organic rate and the lowes was
found on cow manure the highest influence of of organic waste treatment on C-organic was
found on P1 and the lowest on P3. From the both treatment the highest of C-organik on the end
of 30 days was found on PoA3 (43,10 %) and the lowest was p2A1 (23,60 %).
Chicken manure gives the highest of phosphorus availability ; and the lowest was found
on cow manure on organicwaste treatment, the highest of phosphorus availabilityWasfound on
P3 and the lowest on P1 from the both treatment. The highest phosphorus availauility on the
end of 30 days was found on Po and the lovest on A1.
PENDAHULUAN

Sampah diartikan sebagai benda

yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan
dibuang yang berasal dari suatu aktifitas.

Penggolongan jenis sampah dapat
didasarkan pada komposisi kimia, mudah

tidaknya terbakar, berbahaya

dan
karakteristiknya. Berdasarkan komposisi
kimianya, maka sampah dapat dibagimenjadi
sampah organik dan sampah anorganik.
Salah satu cata pemanfatan
sampah adalah dengan menjadikannya
kompos. Untuk meningkatkan kualitas dari
sampah agar bisa menjadi kompos dan dapat
segera dimanfaatkan oleh tanaman, maka
dalam proses dekomposisi sampah dapat
ditambahkan bahan aktivator. Menurut
Sanjaya (2001), dengan penambahan
aktivator ini dapat mempercepat proses
dekomposisi bahan organik (sampah)
sehingga unsur yang terkandung dalam
bahan organik ini lebih cepat dimanfaatkan
oleh tanaman .Bahan aktivator yang
ditambahkan dapat berupa kotoran hewan
baik itu kotoran ayam maupun kotoran sapi
serta dapat juga berupa mikroba dekompaser

yang kini sudah banyak dijual salah
satunya adalah biofund. Kotoran sapi,
kotoran ayam dan biofund mengandung
mikroorganisme yang apabila ditambah-kan

dalam sampah dapat menambah jumlah

mikroorganisme dalam

sampah.

Meningkatnya populasi mikroorganisme
dalam sampah akan mempercepat proses
dekomposisi limbah (sampah).
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui laju tingkat ketersediaan unsur

(P, KTK dan C-organik) pada sampah
akibat penambahan aktivator (Biofund,
Pupuk Kandang Sapi, Kotoran Ayam).
METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dilaborato-

rium llmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional

"Veteran" Jawa Timur, di Surabaya.
Penelitian dilakukan sejak bulan Maret
sampai dengan Mei 2003.

Bahan yang diperlukan dalam
melaksanakan penelitian adalah sampah

JURNAL ERIANIAN ]IAPETA ISSN

pasar diperoleh dari DEPO SAMPAH di
daerah jambangan jl. Karah Agung dan
beberapa bahan aktivator antara lain :
Biofund , Kotoran sapi dan Kotoran ayam
Kedua macam kotoran tersebut

berupa kotoran yang masih segar yang
kemudiaan dikering udarakan. Peralatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
kantong polybag dengan kapasitas 10 Kg
Rancangan percobaan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap faktorial ( RALF)
yang diulang tiga kali. Penelitian initerdiriaias
2 faktor, yaitu :
Faktor I : Macam Perlakuan Sampah
Po : Cacah Peram

I

Nomor:

12

Tabel 1. Macam Kombinasi
Aktivator

Ao

Ar

A,,

Ag

Po

PoAo

PoAr

P,vAr

PtyA:r

Pr

PrAo

PrAr

Pt

PrAo

PrAr

PtAt
PtAt

PrAr

o_

Pilo

PlAr

PeAz

PrAr

Perlakuan

t.t

Sampah dengan

macam pelakuan tersebut

PrA:

berbagai
ditimbang

sebanyak 5 Kg setiap polybag, Setiap 5 Kg
bahan tersebut dicampur dengan bahan
aktivator berupa biofund, kotoran sapi dan
kotoran ayam sesuai dengan perhitungan
dosis. penggunaan pupuk pada lampiran
dengan

menggunakEn sesek yang terbuat dari

anyaman bambu. Kemudian sampah
tersebut diinkubasi selama 30 hari.

P2 : Tidak Cacah Peram
P3 : Tidak Cacah Tidak Peram

:

-2817 l''ol.

satu. Semua bahan ditutup

Pr : Cacah Tidak Peram

Faktor ll

l4ll

Pengamatan atau analisa dilakukan pada

awal, tengah dan akhir. Analisa yang

Macam Aktivator

dilakukan adalah kandungan P, KTK dan
C-organik

As: Kontrol

Ar : Biofund
42 : Pupuk Kandang Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN

A3 : Kotoran Ayam (Kotam)

C-organik
Pengamatan

menunjukkan

perubahan pengaruh pemberian aktivator
dan macam perlakuan sampah terhadap
kandungan C-organik dalam sampah setiap
interval pengamatan.
40
35

#
!

e,.

6
o
o

o

30
'E

20
'15

10

0

yB = 0,0008x2 + 0,0496x
R: - 0,9999

+

25,888

yKA = 0,0074x? - 0,092x + 30,496
R2 = 0,9983

yKS = -0,0006x: + 0,1882x + 24,39

yK = -0,0236xr + 0,8235x + 22,689

R2 = 0.459

R2 = 0,9818

15
20
10
. Pengamatan (Hari ke-)
Ioeo

rnr rez xes

I

Gambar 1. Pengaruh Penambahan Aktivitor Terhadap Kandungan C-organik Dalam Sampah

.l(lllNAL IIRIANIAN lv'lAPliTA ISSN

Keterangan
A1

A,
A3

-2817 l'o1.4 Nomor:

12

kotoran sapi banyak mengandung air dan
banyak mengandung lendir yang apabila

:

= Kontrol
= Biofund
= Kotoran
= Kotoran

A6

l4ll

kena udara menjadi berkerak sehingga
ayam
sapi

udara dan air sulit masuk ke dalamnya dan

proses dekomposisinya

be;,langsung

lambat bila dibandingkan dengan kotoran

Gambar 1. di atas menunjukkan

ayam.

bahwa penambahan bahan aktivator
berupa kotoran ayam, kotoran sapi dan
biofund mampu meningkatkan kandungan
C-organik yang berbeda-beda dalam

Penambahan kotoran ayam pada
0 hari mengalami kenaikan

pengamatan

sampai pada pengamatan

30

hari

walaupun pada pengamatan 10 hari dan 20
hari hanya sedikit mengalami kenaikan
kandungan C-organik dalam sampah dan
dilihat dari persamaan regresinya
penambahan kotoran ayam pada sampah

sampah. Dilihat dari persamaan regresinya
penambahan biofund memberikan
pengaruh atau kenaikan kandungan Corganik tertinggi yaitu denagan nilai
R2=0.9999 dan pada akhir pengamatan (30
hari) kandungan C-organik dalam sampah
menjadi 28o/o. Hal ini disebabkan karena
biofund mengandung mikroorganisme
fermentasi dan sintetik yang terdiri dari
bakteriasm laktan sehingga menurut lrene
(1995) bahwa dengan bertambahnya
populasi mikroorganisme maka pada
proses dekomposisi sampah terjadi
penguraian-penguraian, pengikatan dan
pembebasan berbagai zat atau unsur hara
akibat aktif itas mikroorganisme. Persamaan
regresi terendah dicapaioleh kotoran sapi
yaitu R2=0.459 dan pada akhir pengamatan
(30 hari) kandungan C-organik dalam
sampah menjadi 30.4o/o. Hal ini disebabkan

tidak berbeda dengan biofund. Hal

ini

disebaban karena kandungan hara dalam

kotoran ayam tiga kali lebih besar dari
hewan ternak yang lainnya, karena
menurut Effi (2003) lubang pembuangan
ayam hanya satu sehingga kotoran cair
(urine) dan kotoran padatnya tercampur
menjadi satu dan kandungan hara dalam

kotoran ayam menjadi tinggi. Bahan bahan yang tidak dapat dicernakan oleh
ludah - ludah pencernaan tidak hanya

diambil atau dihisap oleh hewan atau ayam
itu sendiri, akan tetapi sulit juga untuk
diubah menjadi bahan makanan tanaman.
Bahan ini mengndung zat N dalam bentuk
zat putih telur yang sulit diserap oleh
tanaman. Banyaknya zat N dari makanan
itu masuk ke dalam kotoran padat dan

karena perubahan oleh jasad-jasad renik
berlangsung perlahan-lahan jadi kurang
terbentuk panas sehingga kandungan hara

cair,tergantung pada mudah tidaknya

yang ada dilepaskan berangsur-angsur,
ol;h karena itu kerjanya lambat. Sesuai
dengan Effendy (1990) bahwa Pada

makanan itu dapat dicemakan.

40
35
30

!l

zs

=E^^
6ZU
o

l
yCTP = -0,0145x2 + 0,64x + 22,504
R2 = 0,9249

yTCP = 0,0106x2 - 0,4059x + 29.766
R'?= 0,7313
yCP = O,OO22x2 + O,265x + 23,787
R2 = 0.8769

't0

15

?O

Pengamatan (Hari ke-)

E ry
Gambar

2.

':l: r:r-l

Pengaruh Macam Perlakuan Sampah Terhadap Kandungan C-organik

Keterangan:Ps =

Cacah Peram

Pl

=

Cacah tidak peram

r'
!_

.1111?NA1-

lillTANIAN lv'lAl'l;TA ISSN l1l

I - 2817 litl.1

P3

P2 = Tidak cacah Peram

Nomor

:

12

= Tidak cacah tidak peram

makin cepat dan pembebasan unsur hara

Perlakuan terhadap samPah (Ps,

senyawa organik menjadi

Pr, Pz dan Pg) juga mempengaruhi tinggi
rendahnya kandungan C-organik dalam
sampah. Pada gambar 3 di atas daPat
dilihat bahwa persamaan regresi yang
paling tinggi adalah dengan perlakuan
sampah cacah tidak peram (P1) yaitu

senyawa

anorganik akan semakin cepat tersedia
bagitanaman.
Pada perlakuan sampah tidak
cacah tidak peram (P^s) persamaan
regresinya rendah yaitu R'=0.6843. Pada
perlakuan P3 kandungan C-organiknya

R2=0.9249 dan pada akhir pengamatan (30

lebih rendah dan terus menurun pada akhir

hari) kandungan C-organik dalam sampah

pengamatan (30 hari) yailu 28a/o. Hal ini

menjadi 28o/o. Cacah tidak peram (P1i
mengalami kenaikan yang tinggi pada
pengamatan (20 hari) dan Pada
pengamatan 30 hari sedikit mengalami
penurunan. Sampah yang dicacah tidak
peram (Pr) ukurannya halus sehingga
proses penguraian akan semakin cepat
dan ketersediaan hara atau C-organik
semakin cepat tersedia. Hal ini sesuai
dengan pendapat lndriani (2000) bahwa

disebabkan karena pada perlakuan P3
ukuran partikel bahan cenderung besar
sehingga proses dokomposisi berjalan
lambat dan ketersediaan unsur hara juga
lambattersedia. Menurut Sanjaya (2001)
ukuran bahan yang akan dikomposkan
mempunyai peranan penting dalam proses

dekomposisi. Ukuran bahan yang terlalu

besar akan sulit untuk diuraikan oleh
mikroorganisme yang terkandung di

ukuran bahan asal

memPengaruhi
kelangsungan proses bagian-lcagian bahan
yang dipergunakan untuk pembuatan

dalamnya sehingga proses dekomposisi
akan berjalan lambat dan kandungan hara
yang ada juga lambat tersedia.

kompos, peruraiannya akan berlangung

P-Tersetlia

80
70

t
o

60

.950
.E

840
o

!30
G

yB = -0,0086x2 + 0.0338x + 42,33
R2 =

20

0,9588

yK = 0,0656x2.- 3,205x + 71,388

yKS = -0,O255x' + O,5117x + 42,259 yl(A = -0,0119x2 + 0,0861x + 43,024

n
15

Pengamtan (Hari ke-)

x43
I.Ao rA1 ^A2

I

Gambar 3" Pengaruh Penambahan Aktivator Terhadap Ketersediaan P.
Keterangan

fu
&

:

= Kontrol 41
= Kotoran ayam A3

=
=

Biofund
Kotoran sapi

terhadap ketersediaan P dalam sampah.
Pada pengamatan 0 hari ketersediaan P
lertinggi dicapai oleh kontrol yaitu 73%
tetapi ketersediaan P tersebut semakin

ini

menunjukkan bahwa penambahan aktivator biofund,

Gambar 3 diatas

kotoran ayam dan kotoran

saPi

memberikan pengaruh yang berbeda-beda

10

.l{lRNAl. ERTANIAN N'HPETA ISSN

turun sehingga pada akhir pengamatan (30
hari) ketersediaan P terendah juga dicapai

oleh kontrol (tanpa perlakuan) yaitu 32o/o
dan tertinggi dicapai oleh kotoran ayam
dengan nilai C-organik 34%. Dilihat dari

persamaan regresinYa,

l4tt -28t7

4 Nomor:

12

berlangsung perlahan sehingga zal - zal
makanan yang dibutuhkan tananrlan yang
salah satunya adalah fosfat akan tersedia
secara berangsur - angsur.
Pada gambar4 dibawah inidaPat
dilihat bahwa persamaan regresi pada
perlakuan sampah tidak cacah tidak peram
(Pa) mempunyai nilai P tersedia yang tinggi
yaitu R2=0.9331. Hal ini disebabkan karena
pada dekomposisi sampah bahan organik
(sampah) dibelah menjadi lebih kecil oleh
mikroorganisme dan menurut Ani (2002)
permukaan patikel yang kecil inidiselimuti

Penambahan

aktivator kotoran ayam mempunyai nilai
yang tinggi berarti ketersediaan P dalam
sampan akan bertambah. Bertambahnya
nilai P tersedia ini merupakan hasil dari
proses biokomia antara bahan aktiavator
dan sampah (bahan organik) serta mikro
organisme yang terkandung didalamnya:

air, karena kondisi sampah yang basah-

Komposisi bahan organik

hasil
senyawa-nyawa
lain
antara
dekomposisi
termasuk didalamnya senyawa phospat
yang berupa protein. Disamping itu selama
proses dekomposisi akan dihasilkan anionanion organik yang mampu mengurangl

jerapan

l'tol'

Mikroorganisme akan mengeluarkan enzim

yang mampu bereaksi dengan partikel
tersebut. Reaksi ini akan menguraikan

permukaan organik menjadi unsur-unsur

hara yang daPat diseraP

oleh
mikroorganisme sehingga jumlah populasi
mikroorganisme makin mening-kat melalui
perkembangbiakan dalam proses tersebut.
Meningkatnya populasi mikroorganisme
akan mempercepat proses dekomposisi
sehingga unsur hara akan segera tersedia

P.

Pada Penambahan aktivator

kotoran sapi, persamaan regresinya
mempunyai nilai Yang rendah Yaitu

Rz=O.6922 dimana ketersediaan P dalam
sampah juga rendah. Hal ini disebabkan

bagitanaman.

karena kotoran saPi Peruraian dan
perubahan oleh jasad - jasad renik
90

60
50

{0
30
20
10
0

Gambar4.PengaruhMacamPerlakukanSampahterhadapKetersediaanP.
Keterangan:
Po
Pz

= Cacah peram
= Tidak cacah Peram

P1 = Cacah tidak Peram
P3 = Tidak cacah tidak Peram
terdapat dalam proses dekomposisi
sampah tersebut. Proses dekomposisi

Pada Pengamatan 20 harinilaiP
tersedia tertinggi dicapai oleh perlakuan
pada
sampah cacal'rticlak peram (P1) dan
pengamtan)
(akhir
hari
30
pengamatan

melePaskan sejumlah
mikroorganisme yang menguraikan bahan
organik (samPah) sehingga akan
dil-epaskan sejumlah unsur hara anorganik
seperti nitrogen, fosfat dan kalium dalam
bentuk tersedia bagi tanaman. Sedangkan
persamaan regresi yang mempunyai nilai

akan

'L"nirngrn P tertinggi adalah P{?
perlakuln samPah cacah Peram

(Ps)

dengan nilai C-organik 36%' Perbedaan
pola- peningkatan P tersedia di dalam

sampah dipengaruhi oleh unsur hara yang

11

.lt IRNAI. ER'|ANIAN

l\"lA

I'liTA

IS\;N

lltl

kecil atau rendah adalah perlakuan
sampah cacah Peram (Po)' hal ini

DAFTAR PUSTAKA

disebabkan karena ukuran partikel yang
terlalu kecil maka pori-pori juga semakin
kecil dan menurut Murbando (2001) pori-

Ani Purwanti, 2002, Studi Pemanfaatan
Lumpur SBR (Seguencing Batca
Reactor) Rumah Potong Hewan
Kedurus Untuk KomPas, Tugas
Akhir Teknik Lingkungan FTSPlTS, SurabaYa.

pori yang kecil daPat menghambat
pergerakan udara Yang biasanYa
merupakan masalah dalam

Proses

pengomposan dapat berjalan lambat dan
ketersediaan hara pun menjadi lambat'

Effendy, 1990, PuPuk
Timur, SurabaYa.

Penambahan aktivator biofund
memberikan nilai tertinggi pada kandungan
C-organik dalam sampah dan nilai yang

Effi lsmawati. M.,

lndriani Yovita HetY, 2000, Membuat
KomPos Secara Klat, Penebar

SwadaYa, Jakarta.

lrene. A., 1995, Pengaruh Dosis Sfafer
Mikrobia Pada BeberaPa Macam
Limbah arganik I ndustri TerhadaP
Kematangan KomPos, LaPoran

Tugas Akhir, Jurusan Teknik

Pada kandungan P tersedia
penambahan aktivator kotoran ayam
menunjukkan nilai tertinggi dan pada

Lingkungan FTSP-ITS, SurabaYa'

Murbandono,

penambahan kotoran sapi menunjukkan

Membuat

SwadaYa, Jakarta.

adalah pada perlakuan tidak cacah tidak
peram (Ps) dan yang memberikan nilai
ierendah terhadap kandungan P tersedia

Sanjaya, J., 2001, Sfudi Pengruh Ukuran
Partiket SamPah dan Penambahan
Biomikra TerhadaP Waktu

dalam sampah adalah pada perlakuan

PengomPosan, LaPoran Tugas
Akhir Jurusan Teknik Lingkungan
FTSP-lTS, SurabaYa.

cacah peram (P1), Dari kedua perlakuan,
ketersediaan P tertinggi pada akhir
pengamatan (30 hari) adalah P, Al t1?9
ppm Oan yang terendah adalah P3 A1 28'93
ppm.

lanjutan

tentang tingkat ketersediaan unsur P dan
akibat

penambahan aktivator (biofund, kotoran
sapidan kotoran aYam).

dalam
yang
sampah
organik
bahan
oemanfaatan
pupuk
uOadi.efitur kita sebagai tambahan

Perlu adanYa Peningkatarr

padalalP

H.S., 2OA1,

KomPos Edisi ReYisi, Penebar

nilai terendah. Sedangkan pada perlakuan
sampah yang menunjukkan nilai tertinggi

C-organiX Pada samPah

2OO3, Pupuk Organik,

Penebar SwadaYa, Jakarta.

terendah ditunjukkan oleh kotoran sapi'
Sedangkan pada perlakuan sampah nilai
tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan cacah
tidak peram (Pr) dan terendah ditunjukkan
oleh perlakuan tidak cacah tidak peram
(Pg). Darikedua perlakuan, kandungan Corganik tertinggi pada akhir pengamatan
(30 hari) adalah Po A3 43.10 % dan yang
terendah adalatl P2 A1 23.60 %'

Perlu diadakan penelitian

dan

Cara
PemuPukan, UPN "Veteran" Jawa

KESIMPULAN DAN SARAN

Saran

-2ll17 Ilol. l Nttmrn': l2

Pertanian.

4?

Dokumen yang terkait

Uji Ketahanan Beberapa Varietas dan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia polysora Underw) pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Dataran Rendah

2 85 71

Uji Ketahanan Beberapa Varietas Dan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia Polysora Underw) Pada Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Di Dataran Rendah

1 47 71

Uji Ketahanan Beberapa Varietas Dan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia Polysora Underw) Pada Tanaman Jagung (Zea Mays L.)

2 40 71

Uji Efektivitas Fungisida Sistemik Dan Non Sistemik Terhadap Perkembangan Penyakit Karat (Puccinia arachidis. Speg) Pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae. L)

1 31 53

Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril)

3 33 98

Sistem Pakar Identifikasi Penyakit Tanaman Kacang Tanah Menggunakan Metode Fuzzy Mamdani Berbasis Android

0 5 6

Uji Ketahanan Beberapa Varietas dan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia polysora Underw) pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Dataran Rendah

0 0 25

Uji Ketahanan Beberapa Varietas dan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia polysora Underw) pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Dataran Rendah

0 1 8

Uji Ketahanan Beberapa Varietas Dan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia Polysora Underw) Pada Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Di Dataran Rendah

0 0 25

Ketahanan Terimbas Tanaman Kacang kacangan terhadap Penyakit

0 0 12