Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril)

(1)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

PADA TANAMAN KACANG KEDELAI (Glycine max L. Merril)

SKRIPSI

Oleh :

ALFREDO BARUS 010302001

HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA PESTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT KARAT DAUN (Phakopsora pachyrhizi)

PADA TANAMAN KACANG KEDELAI (Glycine max L. Merril)

SKRIPSI

OLEH : ALFREDO BARUS

010302001 HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Ilmu Hama Dan Penyakit Tumbuhan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Hasanuddin, MS) (Ir. Lahmuddin Lubis, MP)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

Judul Skripsi : UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA PESTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT KARAT DAUN (Phakopsora pachyrhizi) PADA TANAMAN KACANG KEDELAI (Glycine max L. Merril)

Nama : Alfredo Barus

NIM : 010302001

Departemen : Ilmu Hama Dan Penyakit Tumbuhan Program Studi : Penyakit Tumbuhan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Hasanuddin, MS) (Ir. Lahmuddin Lubis, MP)

Ketua Anggota


(4)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

Alfredo Barus, “Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine Max L. Merril)”.

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kassa dan laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, mulai bulan Maret hingga bulan juni 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas beberapa pestisida nabati untuk mengendalikan penyakit karat daun (Phakopsora pachyrhizi) pada tanaman kacang kedelai (Glycine max L.).

Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) untuk di rumah kassa dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk di laboratorium dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. N0 = kontrol; N1 = mimba; N2 = sirih dan N3 = gambir. Parameter yang diamati pada percobaan di rumah kassa adalah intensitas serangan, tinggi tanaman, jumlah daun dan produksi. Parameter yang diamati di laboratorium adalah jumlah spora yang berkecambah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengamatan terakhir perlakuan pestisida nabati berpengaruh nyata terhadap intensitas serangan penyakit yang disebabkan oleh Phakopsora pachyrhizi. Pengamatan terakhir intensitas serangan tertinggi terdapat pada N0 = 22,25 % dan terendah pada N2 = 6,85%. Perlakuan ketiga bahan nabati tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Pengamatan terakhir jumlah daun diketahui bahwa pestisida nabati memberi pengaruh nyata, jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan N2 sebanyak 16 daun dan jumlah daun terendah terdapat pada perlakuan N0 sebanyak 13 daun. Perlakuan pestisida nabati berpengaruh nyata terhadap produksi. Produksi tertinggi terdapat pada perlakuan N2 sebesar 1,07 ton/ha dan produksi terendah terdapat pada N0 sebesar 1,35 ton/ha. Pada pengamatan perkecambahan spora di laboratorium diketahui bahwa perlakuan N2 lebih efektif menekan perkecambahan spora dibandingkan perlakuan lain. Pada pengamatan terakhir diketahui jumlah spora yang paling sedikit berkecambah adalah N2 (22.22 %), dan yang paling banyak adalah perlakuan N0 (75.00 %).


(5)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pancur Batu pada tanggal 23 Februari 1982 dari ayah Y. Barus dan ibu R. Br Ginting. Penulis anak kedua dari tiga bersaudara.

Tahun 1994 penulis lulus dari SD SW BHAKTI Pancur Batu, tahun 1997 lulus dari SLTP Negeri 2 Pancur Batu, tahun 2000 lulus dari SMU Negeri 1 Pancur batu dan tahun 2001 lulus seleksi masuk USU melalui jalur UMPTN. Penulis memilih Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas pertanian USU Medan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti organisasi pecinta alam (MAPALA), melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PPKS Marihat pada bulan Juli 2005 dan melaksanakan praktek skripsi di rumah kasa dan Laboratorium Fakultas Pertanian USU, Medan dari bulan Maret hingga Juni 2007.


(6)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “ Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine Max L. Merril)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan juga sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Penulis mengucapkan benyak terima kasih kepada komisi pembimbing Dr. Ir. Hasanuddin, MS selaku ketua dan Ir. Lahmuddin Lubis, MP sebagai anggota, yang telah membimbing penulis dalam penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam mengerjakan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran-saran yang membangun untuk perbaikan skripsi ini.

Medan, Juli 2007


(7)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

ABSTRACT ...

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesa penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai (Glycine max L. ) ... 5

Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) ... 7

Gejala Penyakit ... 7

Penyebab Penyakit ... 8

Daur Penyakit ... 9

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ... 10

Pengendalian ... 10

Pestisida Nabati ... 11

BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode Penelitian ... 13

Pelaksanaan Penelitian ... 14

Di Rumah Kassa ... 15

Di Laboratorium ... 16

Peubah Amatan ... 16

Di Lapangan ... 16

Intensitas Serangan ... 16

Tinggi tanaman ... 17

Jumlah daun ... 17

Produksi ... 17

Di Laboratorium ... 18


(8)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN

Intensitas Serangan ... 19

Tinggi tanaman ... 21

Jumlah daun ... 22

Produksi ... 23

Jumlah Spora Yang Berkecambah ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 26

Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal. 1. Rataan intensitas serangan (%) jamur Phakopsora pachyrhizi pada

perlakuan kontrol (N0), daun mimba (N1), daun sirih (N2) dan gambir (N3) ... 19

2.Rataan tinggi tanaman kedelai (cm) pada keempat perlakuan pestisida nabati ... 21

3 Rataan jumlah daun pada keempat perlakuan ... 22 4. Rataan produksi (ton/ha) ... 23 5. Rataan perkecambahan spora Phakopsora pachyrhizi pada

perlakuan kontrol (N0), daun mimba (N1), daun sirih (N2) dan gambir (N3) ... 24


(10)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judu l Hal.

1. Bagan Percobaan di Rumah Kassa ... 30

2. Bagan Percobaan di Laboratorium... 31

3. Tabel Rataan Intensitas (%) 28 HST (Peng. Tgl 02-04-2007) ... 32

4. Tabel Rataan Intensitas (%) 31 HST (Peng. Tgl 05-04-2007) ... 33

5. Tabel Rataan Intensitas (%) 34 HST (Peng. Tgl 08-04-2007) ... 34

6. Tabel Rataan Intensitas (%) 37 HST (Peng. Tgl 11-04-2007) ... 35

7. Tabel Rataan Intensitas (%) 40 HST (Peng. Tgl 14-04-2007) ... 36

8. Tabel R ataan Intensitas (%) 43 HST (Peng. Tgl 17-04-2007) ... 37

9. Tabel Rataan Intensitas (%) 46 HST (Peng. Tgl 20-04-2007) ... 38

10.Tabel Rataan Intensitas (%) 49 HST (Peng. Tgl 23-04-2007) ... 39

11. Tabel Rataan Intensitas (%) 52 HST (Peng. Tgl 26-04-2007 ... 40

12. Tabel Rataan Intensitas (%) 55 HST (Peng. Tgl 29-04-2007) ... 41

13. Tabel Rataan Intensitas (%) 58 HST (Peng. Tgl 02-05-2007) ... 42

14. Tabel Rataan Intensitas (%) 61 HST (Peng. Tgl 05-05-2007) ... 43

15. Tabel Rataan Intensitas (%) 64 HST (Peng. Tgl 08-05-2007) ... 44

16. Tabel Rataan Intensitas (%) 67 HST (Peng. Tgl 11-05-2007) ... 45

17. Tabel Rataan Intensitas (%) 70 HST (Peng. Tgl 14-05-2007) ... 46


(11)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

19. Tabel Rataan Intensitas (%) 76 HST (Peng. Tgl 20-05-2007) ... 48

20.Tabel Rataan Intensitas (%) 79 HST (Peng. Tgl 23-05-2007) ... 49

21. Tabel Rataan Intensitas (%) 82 HST (Peng. Tgl 26-05-2007) ... 50

22. Tabel Rataan Tinggi Tan. (cm) 28 HST (Peng. Tgl 02-04-2007) ... 51

23. Tabel Rataan Tinggi Tan. (cm) 34 HST (Peng. Tgl 08-04-2007) ... 51

24. Tabel Rataan Tinggi Tan. (cm) 40 HST (Peng. Tgl 14-04-2007) ... 52

25. Tabel Rataan Tinggi Tan. (cm) 46 HST (Peng. Tgl 20-04-2007) ... 52

26. Tabel Rataan Jumlah Daun 28 HST (Peng. Tgl 02-04-2007) ... 53

27. Tabel Rataan Jumlah Daun 31 HST (Peng. Tgl 05-04-2007) ... 53

28. Tabel Rataan Jumlah Daun 34 HST (Peng. Tgl 08-04-2007) ... 54

29. Tabel Rataan Jumlah Daun 37 HST (Peng. Tgl 11-04-2007) ... 54

30. Tabel Rataan Jumlah Daun 40 HST (Peng. Tgl 14-04-2007) ... 55

31. Tabel Rataan Jumlah Daun 43 HST (Peng. Tgl 17-04-2007) ... 56

32. Tabel Rataan Jumlah Daun 46 HST (Peng. Tgl 20-04-2007) ... 57

33. Tabel Rataan Jumlah Daun 49 HST (Peng. Tgl 23-04-2007) ... 58

34. Tabel Rataan Jumlah Daun 52 HST (Peng. Tgl 26-04-2007) ... 59

35. Tabel Rataan Jumlah Daun 55 HST (Peng. Tgl 29-04-2007) ... 60

36. Tabel Rataan Jumlah Daun 58 HST (Peng. Tgl 02-05-2007) ... 61

37. Tabel Rataan Jumlah Daun 61 HST (Peng. Tgl 05-05-2007) ... 62

38. Tabel Rataan Jumlah Daun 64 HST (Peng. Tgll 08-05-2007) ... 63

39. Tabel Rataan Jumlah Daun 67 HST (Peng. Tgl 11-05-2007) ... 64

40. Tabel Rataan Jumlah Daun 70 HST (Peng. Tgl 14-05-2007) ... 65

41. Tabel Rataan Jumlah Daun 73 HST (Peng. Tgl 17-05-2007) ... 66


(12)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

43. Tabel Rataan Jumlah Daun 79 HST (Peng. Tgl 23-05-2007) ... 68

44. Tabel Rataan Jumlah Daun 82 HST (Peng. Tgl 26-05-2007) ... 69

45. Data Produksi Perplot (ton/ha) ... 70

46. Tabel rataan jumlah spora yang berkecambah (%) (4 JSP) ... 71

47. Tabel rataan jumlah spora yang berkecambah (%) (5 JSP) ... 72

48. Tabel rataan jumlah spora yang berkecambah (%) (6 JSP) ... 73

49. Tabel rataan jumlah spora yang berkecambah (%) (7 JSP) ... 74

50. Tabel rataan jumlah spora yang berkecambah (%) (8 JSP) ... 75

51. Tabel rataan jumlah spora yang berkecambah (%) (9 JSP) ... 76

52. Tabel rataan jumlah spora yang berkecambah (%) (10 JSP) ... 77

53. Tabel rataan jumlah spora yang berkecambah (%) (24 JSP) ... 78

54. Foto lahan penelitian ... 79


(13)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L. Merril) diyakini berasal dari timur, kemungkinan dari Cina. Satu yang sangat misterius tentang kedelai adalah kenapa sangat sedikit penggunaannya langsung sebagai makanan. Jarang dijumpai kebiasaan yang telah memasak dan memakan kedelai sebagai bahan tambahan dari makanan mereka. Di Barat produk utama dari kedelai adalah minyak yang telah dimurnikan dan tepung tanpa lemak, di Timur produk utamanya juga minyak dan tepung (Snyder and Kwon, 1987).

Dari berbagai jenis kacang-kacangan, kedelai adalah sumber protein yang paling mencuri perhatian, dikarenakan kandungan proteinnya yang tinggi dan untuk mengekstraknya cukup mudah. Kedelai telah dipelajari secara intensif dan proses yang telah dikembangkan untuk memperoleh dan memodifikasi proteinnya untuk penggunaan pada makanan (Potter, 1986).

Di Indonesia, Kedelai mulai dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari daerah Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria, Jepang (Asia Timur) dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika (Rans, 2006).


(14)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

Umumya kedelai ditanam pada musim kemarau, namun pada musin kemarau sering terjadi penyakit karat. Penyakit karat merupakan penyakit utama pada kedelai dan tersebar luas di berbagai daerah di Indonesia (Semangun, 1991).

Kehilangan hasil akibat penyakit karat dilaporkan dapat mencapai 40 – 90% di Indonesia (Sudjono dkk, 1985), 10 – 40% di Thailand serta 23 – 50% di Taiwan (Sinclair dan Shurtleff, 1980).

Penyakit karat kedelai tersebar luas di Indonesia Adanya penyakit karat kedelai di Yogyakarta dan Surakarta sudah dilaporkan sejak tahun 1899. Pada

waktu itu jamurnya disebut sebagai Uromyces phaseoli (Pers) Link. (Anonim, 1987).

Tindakan pengendalian selama ini hanya mengandalkan penggunaan fungisida, sedangkan harga fungisida semakin meningkat. Komoditas eksport Indonesia ditolak di luar negeri karena adanya residu pestisida termasuk yang terkandung didalam hasil-hasil pertanian tersebut. Residu insektisida dan

fungisida membahayakan kesehatan ternak dan manusia (Sumartini dan Yusmani, 2001).

Hingga saat ini ketergantungan petani akan pestisida sintetis masih sangat tinggi. 20 % produksi pestisida dunia pada tahun 1984 diserap oleh Indonesia. Dalam periode 1982 - 1987 penggunaan pestisida di Indonesia meningkat sebesar 236% dibandingkan dengan periode sebelumnya (Novizan, 2002).

Namun akhir-akhir ini disadari pemakaian pestisida sintetis ibarat pisau bermata dua. Di balik manfaatnya yang besar bagi peningkatan produksi pertanian tersembunyi bahaya yang mengerikan. Para ilmuwan telah menyadari bahwa dibalik kemudahan dan keunggulan pestisida sintetis tersembunyi biaya mahal


(15)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

yang ditanggung oleh umat manusia diberbagai belahan bumi. Bahaya yang dimaksud adalah pencemaran lingkungan dan keracunan. Menurut WHO (World Health Organization) paling tidak 20.000 orang pertahun meninggal akibat keracunan pestisida, sekitar 5.000 - 10.000 orang pertahun mengalami dampak yang sangat fatal seperti kanker, cacat tubuh, kemandulan dan penyakit liver. Tragedi Bhopal di India pada bulan Desember 1984 merupakan peringatan keras untuk produksi pestisida sintetis. Saat itu, bahan kimia metal isosianat telah bocor dari pabrik Union Carbide yang memproduksi pestisida sintetis. Tragedi itu menewaskan lebih dari 2000 orang dan mengakibatkan lebih dari 50.000 orang dirawat akibat keracunan. Kejadian ini merupakan kejadian terburuk dalam sejarah produksi pestisida sintetis (Novizan, 2002).

Untuk menghadapi berbagai tantangan pembangunan pertanian, pemerintah bersama masyarakat harus mampu membuat terobosan-terobosan dengan berbagai alternatif yang dapat memberikan jalan keluar dari permasalahan dengan tidak melupakan kepedulian terhadap lingkungan dan mengutamakan keberpihakan kepada petani. Suatu alternatif pengendalian hama dan penyakit yang murah, praktis dan relatif aman terhadap lingkungan sangat diperlukan oleh negara berkembang seperti Indonesia dengan kondisi petaninya yang memiliki modal terbatas untuk membeli pestisida sintetis (Novizan, 2002).

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas beberapa pestisida nabati untuk mengendalikan penyakit karat daun (Phakopsora pachyrhizi) pada tanaman kacang kedelai (Glycine max L.)


(16)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009 3. Hipotesa penelitian

Pestisida nabati berpengaruh terhadap perkembangan penyakit karat daun (Phakopsora pachyrhizi) pada tanaman kacang kedelai (Glycine max L.).

4. Kegunaan Penelitian

• Sebagai pengendalian alternatif dalam mengendalikan penyakit karat daun (Phakopsora pachyrhizi) pada tanaman kedelai (Glycine max L. )


(17)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai (Glycine max L. )

Menurut Fachruddin (2000) tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Polypetales

Famili : Leguminoceae

Genus : Glycine

Spesies : Glycine max L. Merril

Kedelai merupakan tanaman semusim, berupa semak rendah, tumbuh tegak, dan berdaun lebat. Tinggi tanaman berkisar antara 30 cm – 100 cm. Batangnya beruas-ruas dengan 3 - 6 cabang (Fachruddin, 2000).

Daun kedelai berbentuk oval. Daun pertama yang keluar dari buku sebelah atas kotiledon berupa daun tunggal yang letaknya berseberangan. Daun yang terbentuk kemudian, merupakan daun ketiga yang letaknya berselang-seling. Pada setiap tangkai daun terdapat tiga helai daun (trifoliolatus) (Fachruddin, 2000).


(18)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

Tanaman kedelai mulai berbunga pada umur antara 30-50 hari setelah tanam. Pembentukan bungga dimulai dari node bawah kearah atas sehingga ketika bunga tersebut membentuk polong, node-node diatasnya masih terus memunculkan bunga. Bunga kedelai tumbuh berkelompok pada ruas-ruas batang, berwarna putih atau ungu, dan memiliki kelamin jantan dan betina. penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan terjadinya persilangan alami sangat kecil. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong (Pitojo, 2003).

Buah kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 1 - 4 biji. Biji umumya berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji berkisar antara 6 g – 30 g/100 biji. Ukuran biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu biji kecil (6 g – 10 g/100 biji), sedang (11 g – 12 g/100 biji), dan besar (13 atau lebih/100 biji). Warna kulit biji bervariasi antara lain kuning, hijau, coklat, dan hitam (Fachruddin, 2000).

Akar tanaman kedelai berupa akar tunggang yang membentuk cabang-cabang akar. Akar tumbuh kearah bawah, sedangkan cabang akar berkembang menyamping tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembaban tanah turun akar-akar berkembang lebih kedalam agar dapat menyerap air dan unsur hara. Pertumbuhan kesamping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tamnaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil akar (Pitojo, 2003).

Panen dapat dilakukan dengan sabit bergerigi setelah tanaman kedelai masak lebih kurang 95% dimana semua polong sudah berwarna coklat


(19)

kekuning-Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

kuningan serta semua daun rontok. Kemudian polong kedelai dijemur ditikar atau diterpal sampai kering dengan kadar air 18%. Kalau hari cerah cukup dua hari dijemur dengan tanda polong mudah pecah (Manurung, 1994).

Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl (BAPPENAS, 2006).

Bagi pertumbuhannya, tanaman kedelai menghendaki daerah dengan curah hujan minimum (sekitar 800 mm) pada masa pertumbuhanya selama 3 sampai 4 bulan. Pada daerah dingin ketinggian di bawah 1000 mdpl tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, terutama jika tanahnya merupakan tanah yang subur dan memperoleh pengairan yang baik (Kartasapoetra, 1988).

Pada lingkungan yang optimal setelah 4 hari benih kedelai ditanam sudah mulai tumbuh atau berkecambah. Pada umur 4 – 7 hari setelah tanam, penyulaman sudah dapat dilakukan. Penyulaman lebih dari 7 hari setelah tanam, sebaiknya dilakukan dilakukan dengan pindah bibit dari sekitar atau bibit diambil dari antara tanaman (Manurung, 1994).

2. Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi)

Penyakit karat kedelai tersebar luas di Indonesia, adanya penyakit karat pada kedelai di Yogyakarta dan Surakarta sudah dilaporkan sejak tahun 1899. Pada waktu itu jamurnya disebut sebagai Uromyces phaseoli (Pers.) Link. Setelah itu penyakit karat pada kedelai tidak disebut-sebut. Antara lain penyakit ini tidak terdapat dalam ikhtisar ringkas hama dan penyakit kedelai di Jawa yang ditulis oleh Van der Gook dan Muller (1931/1932) (Semangun,1991).


(20)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

Gejala Penyakit

Menurut Yang (1977) gejala penyakit karat kedelai adalah sebagai berikut. Gejala tampak pada daun, tangkai, dan kadang-kadang pada batang. Mula-mula di sini terjadi bercak-bercak kecil coklat kelabu atau bercak yang sedikit demi sedikit berubah menjadi coklat atau coklat tua. Bercak-bercak karat terlihat sebelum bisul-bisul (pustule) pecah. Bercak tampak bersudut-sudut, karena dibatasi oleh tulang-tulang daun di dekat tempat terjadinya infeksi (Semangun, 1991).

Gejala penyakit karat tampak pada daun, tangkai daun dan kadang-kadang pada batang yang mula-mula terbentuk bercak-bercak dan kemudian berkembang menjadi bisul yang berwarna seperti karat. Pada umumnya serangan terjadi pada permukaan bawah daun dan serangan awal biasanya terjadi pada daun-daun

bawah yang kemudian berkembang ke daun yang lebih atas (Sumartini dan Yusmani, 2001)

Penyebab Penyakit

Penyakit karat disebabkan oleh jamur Phakopsora pachyrhizi. Jamur tersebut juga dapat menyerang kacang gude, kara pedang, orok-orok, bengkuang, kacang

kratok, buncis, kecipir, kacang hijau, kacang uci dan kacang panjang (Yang, 1977; Sinaga, 1979; Sudjono, 1984).

Phakopsora pachyrhizi mempunyai uredium pada sisi bawah dan atas daun, coklat muda sampai coklat, bergaris tengah 100-200 µm, sering kali tersebar merata memenuhi permukaan daun. Parafisa pangkalnya bersatu, membentuk penutup yang mirip dengan kubah diatas uredium. Parafisa membengkok, berbentuk gada atau mempunyai ujung membengkak, hialin atau berwarna jerami


(21)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

dengan ruang sel sempit. Ujungnya berukuran 7,5-15 µm, dengan panjang 20-47 µ m,. Uredium bentuknya seperti piknidiun, mirip dengan ‘gunung api’ kecil. Uredium dibentuk di bawah epidermis, jika dilihat dari atas berbentuk bulat atau jorong. Di pusat bagian uredium yang menonjol berbentuk lubang yang menjadi jalan keluarnya urediospora. Urediospora membulat pendek, bulat telur, atau jorong, hialin sammpai coklat kekuningan, 15-34 x 15-24 µ m, dengan dinding hialin yang tebalnya 1-1,5 µm, berduri-duri halus (Semangun,1991).

Menurut Sudjono (1984) pada daun pertama kedelai muda dapat terjadi dua macam bercak, yaitu yang mempunyai halo berwarna coklat dan yang tidak. Kedua tipe gejala ini menunjukkan adanya dua ras Phakopsora pachyrhizi pada kedelai. Ras dengan gejala tipe pertama lebih virulen daripada yang dengan gejala tipe kedua.

Daur Penyakit

Phakopsora pachyrhizi dapat menginfeksi banyak tanaman kacangan-kacangan, antara lain yang sering terdapat disini adalah gude (Cajanus cajan), kara pedang (Canaviala gladiata), kacang asu (Calopogonium mutcunoides, tanama penutup tanah), Orok-orok (Crotalaria spp.), Desmodium spp., Kara

(Dolochos lablab), bangkuang (Pachyrrhizus erosus), kratok (Phaseolus lunatus), buncis (P. fulgaris), kecipir (Psophocarpus tetragonolobus),

Pueraria phaseoloides (tanaman pentup tanah), kacang hijau (Vigna radiate), kacang uci (V. umbellate), dan kacang panjang (v. unguiculata). Namun mengenai hal ini masih perlu diteliti hubungan antara Phakopsora pachyrhizi dengan Uromyces appendiculatus yang merupakan jamur karat yang lazim terdapat pada


(22)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

buncis, kacang hijau, dan kacang panjang di alam. Phakopsora pachyrhizi tidak bertahan dalan biji ( Semangun,1991 ).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit

Suhu optimum untuk perkecambahan Urediospora adalah 15–25 0C. Pada

kedelai infeksi paling banyak terjadi pada suhu 20–25 0C dengan embun selama

10–12 jam., pada suhu 15–17 0C diperlukan embun selama 16-18 jam. Masa

berembun terpendek untuk terjadinya infeksi pada suhu 20–25 0C adalah 6 jam,

sedang pada 15–17 0C adalah 8–10 jam. Infeksi tidak terjadi bila suhu lebih tinggi

dari 27,5 0C. Bakal uredium mulai tampak 5–7 hari setelah inokulasi dan

pembentukan spora terjadi 2–4 hari kemudian. Penyakit karat yang lebih berat terjdi pada tanaman kedelai pada musim hujan (Semangun,1991 ).

Jenis-jenis kedelai mempunyai kerentanan yang berbeda-beda. Sejak semula di Bogor diketahui bahwa ringgit, sumbing, dan Davros sangat rentan terhadap karat, sedang Wakasima agak tahan. Ketahanan juga tergantung dari umur tanaman. Ketahanan tanaman menurun dengan bertambahnya umur. Bercak karat bertambah banyak setelah tanaman berbunga. Antara umur panjang dengan ketahanan, dan antara umur pendek dengan kerentanan terdapat korelasi positif.

Ketahanan ternyata bersifat dominan dan ditentukan oleh dua gen mayor (Semangun, 1991).


(23)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

1. Penggunaan varietas yang tahan terhadap pentakit ini, yaitu varietas Willis, Merbabu, Raung, Dempo, Krakatau, Tampomas, dan Cikurai.

2. Perendaman benih dalam larutan fungisida Benlate T 20

3. Pengendalian secara kimia dengan pengunaan fungisida, misalnya Alto 100 SL.

(Fachruddin, 2000)

3. Pestisida Nabati

Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan pohon dengan ketinggian 10-15 m. Tanaman mimba mengandung Azadirachtin, Meliantriol, Salanin, Nimbin, dan lainnya. Azadirachtin sendiri mengandung sekitar 17 komponen sehingga sulit untuk menentukan jenis komponen yang paling berperan sebagai pestisida. Bahan aktif ini terdapat di semua bagian tanaman (Novizan, 2002).

Ekstrak mimba dikenal memiliki kempampuan menekan pertumbuhan jamur (Martoredjo et al, 1997; Sumartini, 2001; Rahaju, 2001).Sebagai fungisida, mimba dapat dipakai untuk tindakan preventif pada tahap awal gejala penyakit jamur. Semprotan ekstrak mimba menyebabkan spora jamur gagal berkecambah. Mimba efektif untuk mengendalikan jamur penyebab penyakit busuk, embun tepung, karat daun, bercak daun, kudis atau cacar daun, dan layu (Novizan, 2002).

Daun sirih (Piper betle) dapat digunakan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan jamur (Darsam et al, 1993; Sumartini, 2001; Rahaju, 2001). Tanaman yang berasal dari India dan Srilangka ini dikenal sejak 600 tahun sebelum masehi. bentuk daun bulat telur melebar, elips melonjong atau bulat telur melonjong dengan pangkal seperti jantung dan ujung meruncing pendek. Senyawa yang terkandung diantaranya yang terbesar adalah chavicol dan betlephenol.


(24)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

Senyawa chavicol memiliki daya antiseptic yang kuat dan daya bunuh bakterinya bisa sampai lima kali lipat fenol biasa (Suharso, 2003).

Menurut Anggraeni dan Djatnika (1999), perlakuan tepung gambir 400 mg/L air menurunkan intensitas serangan embun tepung (Oidium sp) dari 100 % menjadi 73,24%. Gambir mengandung asam tannin dan Cathechine sebagai unsur utama yang dapat digunakan sebagai anti septic terhadap jamur pathogen. Pengaruh tepung gambir belum dapat menunjukkan efektifitasnya dalam mengendalikan embun tepung pada bibit A. mangium. Hal ini mungkin karena dosis atau cara aplikasi fungisida nabati belum tepat.


(25)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

III. BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Ketinggian tempat ± 25 m dpl. Penelitian dimulai pada bulan Februari 2007 sampai selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah bibit kedelai varietas Galunggung, polybag 25kilo, pupuk NPK, sirih, gambir, mimba, air suling, alkohol 96%, tissue, tepung kanji, kapas, aluminium foil dan minyak imersi.

Alat yang digunakan adalah cangkul, gembor, tali, pacak, alat tulis, objek glass, mikroskop, cawan petri, autoclave, Erlenmeyer, selotip, spidol, beaker glass, kompor, saringan, pengaduk, label, korek api, timbangan, kuas, haemocytometer dan gunting.


(26)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial untuk di lapangan dan rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial untuk di laboratorium dengan masing-masing 4 perlakuan dan 6 ulangan. Dimana rumus mencari ulangan adalah sebagai berikut :

(t - 1) (r - 1) ≥ 15 (4 -1) (r - 1) ≥ 15

3r - 3 ≥ 15 r ≥ 6

Perlakuan yang digunakan N0 = kontrol

N1 = larutan mimba N2 = larutan sirih N3 = larutan gambir

Setiap perlakuan terdiri dari 3 polybag dan setiap polybag berisi 1 tanaman. Sehingga jumlah tanaman yaitu : 4 (perlakuan) x 3 (polybag) x 6 (ulangan) = 72 tanaman.

Metode linear yang digunakan untuk di lapangan adalah : Yij = µ + µ + j + ij

Metode linear yang digunakan untuk di laboratorium adalah : Yij = µ + i + ij

Dimana :

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j µ = Nilai tengah umum


(27)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

j = Pengaruh kelompok ke-j

ij = Galat percobaan dari perlakuaan ke-I pada kelompok ke-j (Bangun, 1988).

Pelaksanaan Penelitian

Pembuatan Larutan Bahan Nabati

- Mimba : Sebanyak 100 gram daun mimba dicuci kemudian di blender. Bahan

tersebut dicampurkan dengan 1L air dan 1 gram tepung kanji. Larutan di inkubasi selama 24 jam pada suhu kamar dan selanjutnya disaring dan siap digunakan (Sumartini dan Yusmani, 2001)

- Sirih : Sebanyak 100 gram daun sirih dicuci kemudian di blender. Bahan tersebut dicampurkan dengan 1L air dan 1 gram tepung kanji. Larutan di inkubasi selama 24 jam pada suhu kamar dan selanjutnya disaring dan siap digunakan (Sumartini dan Yusmani, 2001).

- Gambir : Gambir dihaluskan 2 gram kemudian dicampur dengan 1L air dan 1

gram tepung kanji. Larutan di inkubasi selama 24 jam kemudian disaring dan siap digunakan (Anggraeini dan Djatnika, 1990).

Di Rumah Kassa


(28)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

Sebanyak 72 polybag diisi dengan tanah, kemudian diletakkan dengan jarak 50 cm antar perlakuan dan 100 cm antar ulangan. Setiap polybag, ditanam dengan 2 benih kedelai dan diupayakan 1 biji yang bisa tumbuh. Pemeliharaan tanaman yang dilakukan yaitu penyiraman tanaman pada sore hari dan pengendalian gulma dilakukan secara manual.

- Aplikasi Pestisida Nabati

Aplikasi pestisida mulai dilakukan pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam (4 mst) hingga 12 minggu setelah tanam (12 mst), dengan interval waktu tiga hari sekali. Aplikasi dilakukan dengan menyemprot tanaman sampai seluruh daun basah, sebelum itu dilakukan pengamatan intensitas serangan (Pitojo, 2003).

Di Laboratorium

Aplikasi Bahan Nabati Terhadap Suspensi Spora

Spora diperoleh dari daun kedelai yang terinfeksi jamur karat. Suspensi spora dibuat dengan merontokkan spora dari daun-daun yang terinfeksi dengan menggunakan kuas. Suspensi spora diencerkan dengan air suling steril sampai mencapai kepadatan spora 104/ml. Sebanyak 10 ml suspensi spora diberi 10 ml

bahan nabati. Pengamatan terhadap jumlah spora dan spora berkecambah dilakukan di bawah mikroskop perbesaran 400 kali, dan dengan menggunakan alat haemocytometer. Bahan disimpan di kotak inokulasi pada suhu ruangan dan tidak di bawah sinar (Sumartini dan Yusmani, 2001).

Peubah Amatan Di lapangan


(29)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009 1. Intensitas Serangan

Pengamatan intensitas serangan mulai dilakukan pada waktu tanaman berumur 4 MST sampai 12 MST. Pengamatan intensitas serangan dilakukan 3 hari sekali. Untuk menghitung intensitas serangan menggunakan rumus :

IS = (n x v) x 100 % N x Z

IS = Intensitas sserangan

n = Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang diamati dari tiap kategori serangan v = Nilai skala tiap kategori serangan

N = Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang diamati Z = Skala serangan tertinggi

(Zauhari dkk, 1994).

Nilai kategori serangan untuk penyakit adalah : 0 = Tidak ada serangan

1 = 0-10 % luas permukaan daun terserang 2 = 10-20 % luas permukaan daun terserang 3 = 20-40% luas permukaan daun terserang 4 = 40-60 % luas permukaan daun terserang

5 = 60-100 % luas permukaan daun terserang (Zauhari dkk, 1991).

2. Tinggi tanaman

Pengamatan tinggi tanaman dimulai dari umur 4 MST (sebelum aplikasi pertama dilakukan) hingga 12 MST. Pengamatan dilakukan dengan mengukur dari batang di atas permukaan tanah hingga titik tumbuh tertinggi tanaman. Pengamatan dilakukan seminggu sekali.


(30)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

Pengamatan jumlah daun dimulai dari umur 4 MST (sebelum aplikasi pertama dilakukan ) hingga 12 MST. Pengamatan dilakukan seminggu sekali dengan menghitung jumlah daun trifoliate.

4. Produksi

Pengamatan produksi tanaman dilakukan saat panen. Ini dilakukan dengan menghitung berat kering polong yang dipanen dari masing-masing plot perlakuan (kg/plot) lalu hasilnya dikonversikan kedalam ton per hektar dengan menggunakan rumus :

Y = X x 10.000 m2 L 1.000 kg

Dimana : Y = Produksi dalam ton/ha X = Produksi dalam kg/plot L = Luas plot (m2)

Di Laboratorium

Jumlah Spora Yang Berkecambah (%)

Pengamatan terhadap jumlah spora yang berkecambah dilakukan dengan menggunakan mikroskop dan haemocytometer untuk menghitung kerapatan spora. Pengamatan pertama dilakukan satu jam setelah perlakuan bahan nabati, pengamatan selanjutnya dilakukan dengan interval waktu 1 jam sebanyak 10 pengamatan dan pengamatan terakhir 24 jam setelah perlakuan. Pengamatan dilakukan sebanyak 11 kali. (Sumartini dan Yusmani, 2001).


(31)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Intensitas Serangan Penyakit Karat Daun Phakopsora pachyrhizi

Hasil pengamatan terhadap intensitas serangan penyakit selama 19 kali menunjukkan bahwa penggunaan pestisida nabati berpengaruh tidak nyata pada 28 – 31 hari setelah tanam (HST) (lampiran 3 dan 4) dan berpengaruh nyata pada 34 – 82 HST (lampiran 5 - 21).

Untuk menentukan perbedaan antara perlakuan dapat dilanjutkan dengan Uji Jarak Duncan pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan intensitas serangan jamur Phakopsora pachyrhizi pada perlakuan kontrol (N0), daun mimba (N1), daun sirih (N2) dan gambir (N3)

Perl. Waktu pengamatan (HST)

28 31 34 37 40 43 46 49 52

N0 6.37a 7.27a 11.60a 12.09a 12.51a 10.03a 8.41a 7.91a 9..58 a N1 3.23a 4.82a 7.03bc 6.41bc 6.51bc 5.14c 4.21c 4.61bc 4.04 bc N2 5.11a 4.99a 7.01c 6.54bc 6.70bc 5.15c 4.09c 4.48b 3..98 bc N2 5.20a 5.66a 8.05b 7.40b 7.40b 5.79b 5.27b 4.56bc 4.41 b

55 58 61 64 67 70 73 76 79 82

9.04 a 14.00 a 13.31 a 13.54 a 14.10 a 15,07 a 15.57 a 17.21 a 20.02 a 22.25 a 4.66 b 5.82 b 7..32 b 7.60 b 6.93 b 7.99 b 7.65 b 9.77 b 12.53 b 10.60 b 4..30 bc 4.88 bc 5.01 c 5..91 c 5..25 d 6.10 c 5.83 d 6.55 d 6..20 c 6.85 c


(32)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

4.35 bc 5.40 bc 5.58 c 6..33 c 6..33 bc 6.60 c 7.57 bc 8.26 c 8.66 bc 9.02 bc

Angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak Duncan

Pada tabel 1 pengamatan 82 HST ditunjukkan bahwa intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan N0 yaitu sebesar 22,25 % dan intensitas serangan terendah terdapat pada perlakuan N2 yaitu sebesar 6,85 %.

Rataan intensitas serangan pada tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan ketiga pestisida nabati mampu menekan perkembangan Phakopsora pachyrhizi. Penghambatan pertumbuhan penyakit karat disebabkan oleh adanya senyawa-senyawa hasil metabolit sekunder yang terkandung di dalam bahan nabati, senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa yang biasa digunakan oleh tanaman untuk mempertahankan dirinya terhadap serangan suatu hama atau patogen (Sumartini dan Yusmani, 2001).

Pada pengamatan I (28 HST) penyakit karat sudah menyerang semua tanaman kedelai, hal ini diakibatkan oleh penyakit karat yang merupakan penyakit tanaman dewasa. Sesuai dengan Somaatmaja et al (1992) menyatakan bahwa perkembangan penyakit pada daun dan tangkai daun berupa bercak karat terlihat pada minggu ketiga dan keempat setelah tanam.

Dari hasil pengamatan terakhir (82 HST), diketahui bahwa intensitas serangan terendah terdapat pada perlakuan N2 yaitu sebesar 6,85 %. Hal ini didukung pernyataan Suharso (2003) dan Koerniati et al (1994) yang menyatakan bahwa senyawa yang terkandung di dalam daun sirih yaitu fenol dan chavocol memiliki daya antiseptik yang kuat dan daya bunuh bakterinya lima kali lebih baik dari fenol biasa.


(33)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

Pada perlakuan kontrol dapat kita lihat bahwa intensitas serangan penyakit karat daun semakin lama semakin meningkat, hal ini diakibatkan oleh ketahanan tanaman yang semakin tua semakin lemah. Hal senada juga disampaikan oleh Semangun (1991) yang menyatakan bahwa ketahanan tanaman kedelai tergantung dari umur tanaman, ketahanan tanaman menurun dengan bertambahnya umur tanaman dan bercak karat bertambah banyak setelah tanaman berbunga.

Tinggi tanaman

Berdasarkan hasil analisa sidik ragam pengamatan tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan ketiga bahan nabati tidak memberikan pengaruh nyata. Hal ini disebabkan karena penyakit karat daun mulai menyerang tanaman kedelai pada fase generatif yaitu pada saat tanaman telah berbunga (Somaatmaja et al, 1992), sedangkan pada fase tersebut pertumbuhan vegetatif tanaman mulai menurun (Lamina, 1982; Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1985) Tabel 2. Rataan tinggi tanaman kedelai (cm)

Perl. Waktu Pengamatan (HST)

28 34 40 46

N0 35,50 36,67 37,11 37,11

N1 36,95 37,89 38,67 38,67

N2 36,56 38,06 38,78 38,78

N3 35,83 36,95 37,50 37,50

Pengamatan tinggi tanaman dihentikan pada waktu pengamatan 46 HST, hal ini disebabkan karena pertumbuhan vegetatifnya telah berhenti .Tanaman berasal dari varietas Argomulyo dan berdasarkan deskripsi tanaman varietas


(34)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

tersebut bertipe tumbuh determinan, dimana tipe tumbuh yang determinan pertumbuhan vegetatifnya berhenti setelah berbunga.

Dari pengamatan terakhir didapat rataan tinggi tanaman yaitu 38,01 cm. Menurut pernyataan Lamina (1989) tipe tumbuh determinan memiliki batang yang pendek, dan dari deskripsi tanaman diketahui bahwa tinggi tanaman berkisar 40 cm.

Jumlah Daun

Hasil pengamatan terhadap jumlah daun didapat bahwa penggunaan ketiga pestisida nabati berpengaruh tidak nyata pada 28-40 HST dan berpengaruh nyata pada 43-82 HST.

Tabel 3. Rataan jumlah daun pada keempat perlakuan

Perl. Waktu pengamatan (HST)

28 31 34 37 40 43 46 49 52

N0 8,61a 10,11a 12,83a 13,89a 15,39a 14,56c 14,83c 14,22d 14,33a N1 7,00a 9,89a 12,95a 14,50a 16,11a 15,67b 16,28bc 15,83b 16,56ab N2 6,67a 9,22a 13,22a 15,28a 16,89a 16,83a 18,67a 17,45a 17,61b N3 6.67a 9,00a 12,78a 14,61a 16,17a 16,17ab 16,22b 15,45bc 16,28c

55 58 61 64 67 70 73 76 79 82

14,55c 14,39d 13,61d 14,33d 14.11d 14,39d 14,11d 13,83d 13,39d 12,94c 16,50ab 16,89ab 15,89b 15,78bc 15,56b 15,89bc 15,56bc 15,89bc 15,28c 14,61b 17,17a 17,50a 16,95a 17,67a 17,06a 17,50a 16,89a 17,22a 17,11a 16,22a

15,61b 15,72c 15,05bc 15,89b 15,50bc 16,11b 15,67b 16,11b 16,28b 14,50bc

Angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak Duncan

Dari hasil pengamatan terakhir (82 HST), menunjukkan bahwa perlakuan ketiga bahan nabati berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Jumlah daun yang


(35)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

terbanyak terdapat pada perlakuan N2 (sirih), hal ini dikarenakan intensitas serangan penyakit Phakopsora pachyrizi yang terendah (pada pengamatan yang sama) terdapat pada perlakuan N2. Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada perlakuan N0 (kontrol), dikarenakan intensitas serangan pada perlakuan tersebut cukup tinggi sehingga mengakibatkan daun semakin cepat berguguran. Hal ini sesuai dengan Somaatmaja et al (1992) yang mengatakan bahwa bercak karat mengandung 1 - 4 uredia yang menghasilkan berjuta-juta urediospora. Semakin banyaknya uredia pada daun kedelai dapat mengakibatkan keguguran daun lebih cepat.

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa mulai pengamatan 28 HST-40 HST, tanaman masih menunjukkan pertambahan jumlah daun, sedangkan pada pada pengamatan 40 - 82 HST pertambahan jumlah daun berhenti. Hal ini dikarenakan pada 40 HST tanaman kedelai telah memasuki fase generatif dan pada fase tersebut pertumbuhan vegetatif tanaman sudah berhenti. Hal ini sesuai dengan Somaatmaja et al (1989) yang menyatakan bahwa tanaman kedelai tipe determinan akan berhenti pertumbuhan vegetatif setelah tanaman memasuki fase generatif.

Produksi

Berdasarkan hasil analisa sidik ragam, diketahui bahwa perlakuan pestisida nabati berpengaruh sangat nyata terhadap produksi (Lampiran 45).

Tabel 4. Rataan produksi (ton/ha)

Perlakuan Ton/ha

N0 1,07b


(36)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

N2 1,35a

N3 1,30a

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa produksi terendah terdapat pada perlakuan N0 (kontrol) yaitu 1,07 ton/ha dan perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan N2 (sirih) yaitu 1,35 ton/ha. Produksi terendah terdapat pada N0 (kontrol) dikarenakan intensitas serangan tertinggi terdapat pada perlakuan tersebut. Kehilangan hasil akibat serangan patogen Phakopsora pachyrizi dapat mencapai hingga 90%. Sinclair dan Shurtleff (1980), menyatakan bahwa kehilangan hasil akibat penyakit karat daun dapat mencapai 40-90 %.

Perkecambahan Spora

Dari hasil pengamatan terhadap perkecambahan spora diketahui bahwa perlakuan ketiga bahan nabati tidak berpengaruh nyata pada 1-4, 6, 7, 8 dan 9 Jam Setelah Perlakuan (JSP) dan berpengaruh nyata pada 5, 10 dan 24 Jam Setelah Perlakuan (JSP).

Tabel 5. Rataan perkecambahan spora Phakopsora pachyrhizi pada perlakuan kontrol (N0), daun mimba (N1), daun sirih (N2) dan gambir (N3)

Perl. Pengamatan (JSP)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 24

N0 0.00 0.00 0.00 0.00 36.11a 38.89a 38.89a 47.22a 50.00a 69.45a 75.00a N1 0.00 0.00 0.00 0.00 8.33b 8.33a 11.11a 8.33a 8.33a 19.45b 33.33b N2 0.00 0.00 0.00 0.00 5.56b 5.56a 5.56a 8.33a 5.56a 11.11b 22.22b N3 0.00 0.00 0.00 0.00 8.33b 11.11a 11.11a 8.33a 16.67a 22.22b 30.56b Tabel 5 menunjukkan bahwa pengamatan 1-4 jam setelah perlakuan (JSP) tidak ada spora yang berkecambah, sementara pada pengamatan 5-24 JSP tampak perlakuan N2 (sirih) adalah perlakuan yang paling mampu menekan perkecambahan spora, hal ini tampak dari sedikitnya (5.56) jumlah spora yang


(37)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

berkecambah pada pengamatan pertama dan rendahnya (2.78) penambahan spora yang berkecambah pada tiap pengamatan.

Pada perlakuan N0 (kontrol) adalah perlakuan yang paling besar tingkat perkecambahan sporanya. Hal ini tampak dari spora yang berkecambah berjumlah banyak (36.11) dan terus meningkat pada tiap pengamatan. Pada pengamatan terakhir (24 jam setelah perlakuan) tampak sirih mempunyai kecenderungan dapat menekan perkecambahan spora, hal ini disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan chavocol yang terkandung di daun sirih yang biasa digunakan oleh tanaman untuk mempertahankan dirinya dari serangan patogen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumartini dan Yusmani, 2001 yang menyatakan bahwa daun sirih memiliki senyawa-senyawa hasil metabolit sekunder dan senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa yang biasa digunakan oleh tanaman untuk mempertahankan dirinya dari serangan hama dan patogen. Koerniati et al, 1994 menyatakan senyawa yang terkandung di dalam daun sirih yaitu fenol dan chavocol mempunyai efektifitas mematikan bakteri lima kali lebih baik dari fenol biasa.

Perlakuan pestisida nabati tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun, hal ini dikarenakan tanaman yang digunakan bertipe tumbuh determinan. Pertambahan tinggi dan jumlah daun tanaman bertipe tumbuh detrminan, akan berhenti setelah memasuki fase generatif.

Penggunaan pestisida nabati (mimba, sirih dan gambir) ternyata mampu untuk menekan intensitas serangan karat daun Phakopsora pachyrhizi. Tetapi dari semua perlakuan pestisida nabati dan hasil yang diperoleh tersebut, diketahui bahwa perlakuan N2 (sirih) adalan perlakuan yang paling efektif. Hal ini disebabkan karena daun sirih mengandung senyawa hasil metabolit sekunder yang


(38)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

biasa digunakan untuk mempertahankan diri dari serangan patogen. Fenol dan chavocol yang terkandung di daun sirih memiliki daya antiseptik lima kali lebih kuat dibandingkan fenol biasa (Koerniati et al, 1994).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.Sirih (Piper betle) lebih efektif dalam mengendalikan penyakit karat daun (Phakopsora pachyrhizi) dibandingkan dengan mimba (Azadirachta indica) dan gambir. Pada pengamatan terakhir, intensitas serangan terendah terdapat pada perlakuan N2 sebesar 6,85 % dan yang tertinggi pada perlakuan N0 sebesar 22,25 %.

2. Perlakuan bahan nabati tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Perlakuan bahan nabati berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Pada pengamatan terakhir, jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan N2 sebanyak 16 daun dan jumlah daun tersedikit terdapat pada perlakuan N0 sebanyak 13 daun.


(39)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

3. Perlakuan bahan nabati berpengaruh sangat nyata terhadap produksi, hal ini dikarenakan pestisida nabati berhasil menekan pertumbuhan karat daun Phakopsora pachyrhizi. Produksi tertinggi terdapat pada perlakuan N2 sebesar 1,35 ton/ha dan produksi terendah terdapat pada perlakuan N0 sebesar 1,07 ton/ha.

4. Pada pengamatan terakhir, jumlah spora yang paling banyak berkecambah terdapat pada perlakuan N0 (75.00 %) dan yang paling sedikit ada pada perlakuan N2 (22.22 %).

Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan jenis

pestisida nabati yang lain dalam mengendalikan penyakit karat daun (Phakopsora pachyrhizi).


(40)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Aksi Agri Kanisius. 1991. Kedelai. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Anggraeini, I. dan Djatnika, I. 1990. Upaya pengendalian embun tepung pada bibit Acacia mangium dengan benomil, tepung gambir dan kulit buah mahoni. Prosiding Kongres Nasional XV dan Seminar Ilmiah PFI, 16-18 September 1999, Purwokerto. Hlm 415-419

Anonim. 1987. Daftar organisme pengganggu tanaman tumbuhan penting yang dilaporkan telah terdapat didalam wilayah Republik Indonesia. Pusat Karantina Pertanian, Jakarta

Anonim. 2005. Pedoman pengendalian rekomendasi OPT tanaman kacang hijau. http://www.deptan.go.id [7 januari 2007]

Bangun, M.K. 1988. Perancangan percobaan. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

BAPPENAS. 2006. Budidaya pertanian : Kedelai (Glycine max L. Merril).

Darsam, Soesanto, L., dan Pudjiastuti, C. 1993. Kajian pendahuluan cairan perasan daun sirih, lada, dan cabe jawa terhadap pertumbuhan jamur


(41)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

Phytophthora palmivora. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati, 1-2 Desember 1993, Bogor. Hlm 65-69 Fachruddin, L. 2000. Budi daya kacang-kacangan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta Kartasapoetra, A.G. 1998. Teknologi budidaya tanaman pangan di daerah tropik.

Penerbit Bina Aksara, Jakarta

Koerniati S, Iskandar M dan Taryono. 1994. Plasma nutfah tanaman berkadar racun di Balitro. P.241-247. Dalam rangka pemanfaatan pestisida nabati. Bogor 1-2 Desember

Lamina. 1989. Kedelai dan pengembanganya. CV Simplex, Jakarta

Manurung, T. 1994. Tehnologi budidaya kedele pada lahan sawah. Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Sumatera Utara

Martoredjo, T. 1997. Pengaruh ekstrak daun mimba terhadap terhadap perkembangan antraknosa pada apel manalagi pascapanen. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, Vol. 3, No. 1, Hlm 38-41

Novizan. 2002. Membuat dan memanfaatkan pestisida ramah lingkungan. Agro Media Pustaka, Jakarta

Pitojo, S. 2003. Benih kedelai. Penerbit Kanisius, Jakarta.

Potter, N.N. 1986. Food Science, Fourth Edition. Van Reinhold Company, New York.

Rahaju, M. 2001. Pemanfaatan bahan nabati untuk pengendalian penyakit layu bakteri pada kacang tanah. Prosiding Kongres Nasional XVI dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia, 22-24 Agustus 2001, Bogor. Hlm 131-132

Rans. 2006. Kedelai. Warintek_progressio.

[4 Januari 2007].

Semangun, H. 1991. Penyakit-penyakittanaman di Indonesia. Dalam Identifikasi bahan nabati untuk pengendalian penyakit karat pada kedelai, ed. Sumartini dan Yusman, Balai penelitian tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian, Malang, Hlm 101

Sinaga, M.S. 1979. Studi mengenai beberapa sumber inokulum Phakopsora pachyrhyzi penyebab penyakit karat pada kedelai. Dalam Identifikasi bahan nabati untuk pengendalian penyakit karat pada kedelai, ed. Sumartini dan Yusman, Balai penelitian tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian, Malang, Hlm 101


(42)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

Sinclair dan Shurtleff. 1980. Compendium of soybean disease. Dalam Identifikasi bahan nabati untuk pengendalian penyakit karat pada kedelai, ed. Sumartini dan Yusman, Balai penelitian tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian, Malang, Hlm 101

Snyder, H.E. and Kwon, T.W. 1987. Soybean Utilization. Van Reinhold Company, New York

Somaatmaja S, et al. 1989. Kedelai. Pusat penelitian dan pengembangan tanaman pangan, Bogor

Somaatmaja S, et al. 1992. Petunjuk bergambar untuk identifikasi hama dan penyakit kedelai di Indonesia. Indonesia-japan Joint Research Program. Pusat penelitian dan pengembangan tanaman pangan, Bogor

Sudjono, M.S. 1984. Epidemiologi dan pengendalian penyakit karat kedelai. Dalam Identifikasi bahan nabati untuk pengendalian penyakit karat pada kedelai, ed. Sumartini dan Yusman, Balai penelitian tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian, Malang, Hlm 101

Sudjono, M.S., Amir, M. dan Roechan, M. 1985. Penyakit karat dan penanggulangannya. Dalam Identifikasi bahan nabati untuk pengendalian penyakit karat pada kedelai, ed. Sumartini dan Yusman, Balai penelitian tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian, Malang, Hlm 101

Suharso, 2003. Aneka ramuan untuk sakit gigi Departemen kesehatan RI. Harian

Kompas.

Sumartini dan Yusmani. 2001. Identifikasi bahan nabati untuk pengendalian penyakit karat pada kedelai. Prosiding Kongres Nasional XVI dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi Indonesia, 22-24 Agustus 2001, Bogor. Hlm 101-103

Yang, C.Y. 1977. Soybean rust in the eastern Hemisphere. Dalam Identifikasi bahan nabati untuk pengendalian penyakit karat pada kedelai, ed. Sumartini dan Yusman, Balai penelitian tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian, Malang, Hlm 101

Zauhari, M.R., Subroto, S.W.G., Amnan, M., Andayani, N., Sagala, T., Sukar., Wijaya, E.S. 1991. Pedoman perlindungan tanaman kentang. Direktorat bina perlindungan tanaman, Jakarta


(43)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

Lampiran 1. Bagan Percobaan di Rumah Kassa

I II III IV V VI

N0 N1 N3 N2 N1 N3

N2 N3 N1 N0 N3 N0

N3 N0 N2 N3 N2 N1


(44)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

N1 N2 N0 N1 N0 N2

Lampiran 2. Bagan Percobaan di Laboratorium

I II III IV V VI

N0 N0 N0 N0 N0 N0

N1 N1 N1 N1 N1 N1

N2 N2 N2 N2 N2 N2


(45)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

N3 N3 N3 N3 N3 N3


(46)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

Lampiran 3. Tabel Rataan Intensitas (%) 28 HST (Pengamatan Tanggal 02-04-2007)

Perlakuan ulangan TOTAL RATAAN

I II III IV V VI

N0 6.50 8.72 7.66 5.78 5.28 4.29 38.23 6.37

N1 3.88 4.00 3.77 1.85 2.62 3.24 19.35 3.23

N2 2.41 8.24 3.03 8.57 7.33 1.11 30.68 5.11

N3 5.84 9.01 3.92 6.57 2.09 3.75 31.19 5.20

Total 18.63 29.97 18.37 22.77 17.31 12.40 119.45

Rataan 4.66 7.49 4.59 5.69 4.33 3.10 4.98

Perlakuan ulangan TOTAL RATAAN

I II III IV V VI

N0 2.65 3.04 2.86 2.51 2.40 2.19 15.64 2.61

N1 2.09 2.12 2.07 1.53 1.77 1.93 11.51 1.92

N2 1.70 2.96 1.88 3.01 2.80 1.27 13.62 2.27

N3 2.52 3.08 2.10 2.66 1.61 2.06 14.03 2.34

Total 8.96 11.20 8.90 9.71 8.58 7.45 54.80

Rataan 2.24 2.80 2.23 2.43 2.14 1.86 2.28

SK db JK KT Fhit F.05

blok 5 1.95 0.39 2.01 tn 2.90

perlakuan 3 1.44 0.48 2.47 tn 3.29

Galat 15 2.92 0.19

total 23 6.32

FK 125.13


(47)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

Lampiran 4. Tabel Rataan Intensitas (%) 31 HST (Pengamatan Tanggal 05-04-2007)

Perlakuan ulangan TOTAL RATAAN

I II III IV V VI

N0 6.87 9.33 5.33 5.65 9.09 7.33 43.60 7.27

N1 3.96 2.51 3.38 5.57 8.01 5.50 28.92 4.82

N2 1.94 8.07 4.04 6.19 6.50 3.22 29.96 4.99

N3 5.29 5.16 6.57 5.67 4.52 6.76 33.96 5.66

Total 18.06 25.07 19.32 23.08 28.11 22.81 136.44

Rataan 4.51 6.27 4.83 5.77 7.03 5.70 5.69

Perlakuan ulangan TOTAL RATAAN

I II III IV V VI

N0 2.71 3.14 2.41 2.48 3.10 2.80 16.64 2.77

N1 2.11 1.73 1.97 2.46 2.92 2.45 13.64 2.27

N2 1.56 2.93 2.13 2.59 2.65 1.93 13.78 2.30

N3 2.41 2.38 2.66 2.48 2.24 2.69 14.86 2.48

Total 8.79 10.18 9.17 10.01 10.90 9.87 58.93

Rataan 2.20 2.54 2.29 2.50 2.72 2.47 2.46

daftar sidik ragam

SK db JK KT Fhit F.05

blok 5 0.70 0.14 1.00 tn 2.90

perlakuan 3 0.96 0.32 2.27 tn 3.29

Galat 15 2.10 0.14

total 23 3.76

FK 144.68


(48)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

Lampiran 5. Tabel Rataan Intensitas (%) 34 HST (Pengamatan Tanggal 08-04-2007)

Perlakuan Ulangan TOTAL RATAAN

I II III IV V VI

N0 10.00 13.36 11.30 10.29 12.49 12.16 69.59 11.60

N1 6.59 4.58 5.24 8.90 9.22 7.67 42.19 7.03

N2 3.21 11.82 6.54 8.69 7.85 3.97 42.07 7.01

N3 7.02 9.44 7.60 8.44 7.78 8.02 48.31 8.05

Total 26.82 39.20 30.68 36.32 37.33 31.81 202.16

Rataan 6.71 9.80 7.67 9.08 9.33 7.95 8.42

Perlakuan Ulangan TOTAL RATAAN

I II III IV V VI

N0 3.24 3.72 3.44 3.28 3.60 3.56 20.84 3.47 a

N1 2.66 2.25 2.40 3.07 3.12 2.86 16.35 2.73 bc

N2 1.93 3.51 2.65 3.03 2.89 2.11 16.12 2.69 c

N3 2.74 3.15 2.85 2.99 2.88 2.92 17.53 2.92 b

Total 10.57 12.64 11.33 12.37 12.49 11.45 70.85

Rataan 2.64 3.16 2.83 3.09 3.12 2.86 2.95

daftar sidik ragam

SK db JK KT Fhit F.05

blok 5 0.84 0.17 1.39 tn 2.90

perlakuan 3 2.37 0.79 6.57 * 3.29

Galat 15 1.80 0.12

total 23 5.01

FK 209.14

KK 11.75%

uji duncan

sy 0.0708 rataan

cara garis

2 3.01 0.213108 3.47 3.26 a

3 3.16 0.223728 2.92 2.70 b

4 3.25 0.2301 2.73 2.50 bc

2.69 c

cara garis


(49)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

P 2 3 4

rp 3.01 3.16 3.25

RP 0.213108 0.223728 0.2301

2.69 2.73 2.92 3.47

a b c

Lampiran 6. Tabel Rataan Intensitas (%) 37 HST (Pengamatan Tanggal 11-04-2007)

Perlakuan ulangan TOTAL RATAAN

I II III IV V VI

N0 13.06 14.72 10.45 10.04 12.92 11.34 72.52 12.09

N1 6.76 4.22 4.91 6.89 8.90 6.76 38.45 6.41

N2 2.93 11.67 6.49 6.94 6.52 4.72 39.26 6.54

N3 5.79 7.03 7.42 6.89 9.86 7.42 44.42 7.40

Total 28.54 37.64 29.28 30.75 38.19 30.24 194.65

Rataan 7.13 9.41 7.32 7.69 9.55 7.56 8.11

Perlakuan ulangan TOTAL RATAAN

I II III IV V VI

N0 3.68 3.90 3.31 3.25 3.66 3.44 21.24 3.54 a

N1 2.69 2.17 2.33 2.72 3.07 2.69 15.67 2.61 bc

N2 1.85 3.49 2.64 2.73 2.65 2.28 15.64 2.61 bc

N3 2.51 2.74 2.81 2.72 3.22 2.81 16.82 2.80 b

Total 10.74 12.31 11.09 11.41 12.60 11.24 69.38

Rataan 2.68 3.08 2.77 2.85 3.15 2.81 2.89

daftar sidik ragam

SK db JK KT Fhit F.05

blok 5 0.66 0.13 1.05 tn 2.90

perlakuan 3 3.53 1.18 9.30 * 3.29

Galat 15 1.90 0.13

total 23 6.09

FK 200.56

KK 12.30%

uji duncan

sy 0.072575 rataan

cara garis

2 3.01 0.218449 3.54 3.32 a

3 3.16 0.229336 2.80 2.57 b

4 3.25 0.235867 2.61 2.38 bc


(50)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

cara garis

P 2 3 4

rp 3.01 3.16 3.25

RP 0.218449 0.229336 0.235867

2.61 2.61 2.80 3.54

a b

c

Lampiran 7. Tabel Rataan Intensitas (%) 40 HST (Pengamatan Tanggal 14-04-2007)

Perlakuan ulangan TOTAL RATAAN

I II III IV V VI

N0 12.45 16.51 9.74 9.58 15.27 11.49 75.04 12.51

N1 8.58 5.00 6.26 7.90 5.33 6.01 39.08 6.51

N2 3.00 10.42 6.28 7.56 7.25 5.68 40.18 6.70

N3 6.37 7.30 6.20 7.15 10.04 7.36 44.42 7.40

Total 30.40 39.22 28.48 32.19 37.89 30.54 198.73

Rataan 7.60 9.81 7.12 8.05 9.47 7.64 8.28

Perlakuan ulangan TOTAL RATAAN

I II III IV V VI

N0 3.60 4.12 3.20 3.18 3.97 3.46 21.53 3.59 a

N1 3.01 2.34 2.60 2.90 2.42 2.55 15.82 2.64 bc

N2 1.87 3.30 2.60 2.84 2.78 2.49 15.89 2.65 bc

N3 2.62 2.79 2.59 2.77 3.25 2.80 16.82 2.80 b

Total 11.10 12.57 10.99 11.68 12.42 11.30 70.06

Rataan 2.78 3.14 2.75 2.92 3.10 2.83 2.92

daftar sidik ragam

SK db JK KT Fhit F.05

blok 5 0.57 0.11 0.87 tn 2.90

perlakuan 3 3.69 1.23 9.45 * 3.29

Galat 15 1.95 0.13

total 23 6.21

FK 204.52

KK 12.36%

uji duncan

sy 0.073643 rataan

cara garis


(51)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

3 3.16 0.232712 2.80 2.57 b

4 3.25 0.23934 2.65 2.41 bc

2.64 bc

cara garis

P 2 3 4

rp 3.01 3.16 3.25

RP 0.221665 0.232712 0.23934

2.64 2.65 2.80 3.59

a b

c

Lampiran 8. Tabel Rataan Intensitas (%) 43 HST (Pengamatan Tanggal 17-04-2007)

Perlakuan ulangan TOTAL RATAAN

I II III IV V VI

N0 10.92 9.63 8.28 10.20 10.80 10.38 60.21 10.03

N1 6.98 3.67 4.42 5.65 5.05 5.09 30.85 5.14

N2 4.36 4.12 5.97 5.89 5.38 5.20 30.92 5.15

N3 4.64 4.76 5.31 6.32 6.94 6.75 34.72 5.79

Total 26.90 22.18 23.98 28.06 28.17 27.42 156.70

Rataan 6.73 5.54 5.99 7.01 7.04 6.85 6.53

Perlakuan ulangan TOTAL RATAAN

I II III IV V VI

N0 3.38 3.18 2.96 3.27 3.36 3.30 19.46 3.24 a

N1 2.73 2.04 2.22 2.48 2.35 2.36 14.19 2.37 c

N2 2.21 2.15 2.54 2.53 2.43 2.39 14.24 2.37 c

N3 2.27 2.29 2.41 2.61 2.73 2.69 15.00 2.50 b

Total 10.59 9.67 10.13 10.89 10.87 10.74 62.89

Rataan 2.65 2.42 2.53 2.72 2.72 2.69 2.62

daftar sidik ragam

SK db JK KT Fhit F.05

blok 5 0.30 0.06 2.01 tn 2.90

perlakuan 3 3.17 1.06 35.99 * 3.29

Galat 15 0.44 0.03

total 23 3.90

FK 164.80


(52)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

uji duncan

sy 0.034959 rataan

cara garis

2 3.01 0.105226 3.24 3.14 a

3 3.16 0.110469 2.50 2.39 b

4 3.25 0.113616 2.37 2.26 c

2.37 c

cara garis

P 2 3 4

rp 3.01 3.16 3.25

RP 0.105226 0.110469 0.113616

2.37 2.37 2.50 3.24

a b

c

Lampiran 9. Tabel Rataan Intensitas (%) 46 HST (Pengamatan Tanggal 20-04-2007)

Perlakuan ulangan TOTAL RATAAN

I II III IV V VI

N0 8.70 7.45 7.39 9.32 9.83 7.78 50.47 8.41

N1 4.94 3.17 4.41 4.22 4.52 3.98 25.25 4.21

N2 4.94 3.00 4.50 4.13 4.21 3.77 24.55 4.09

N3 4.53 4.88 6.11 5.65 5.52 4.93 31.61 5.27

Total 23.12 18.50 22.41 23.31 24.08 20.46 131.88

Rataan 5.78 4.63 5.60 5.83 6.02 5.12 5.49

Perlakuan ulangan TOTAL RATAAN

I II III IV V VI

N0 3.03 2.82 2.81 3.13 3.21 2.88 17.89 2.98 a

N1 2.33 1.92 2.21 2.17 2.24 2.12 13.00 2.17 c

N2 2.33 1.87 2.24 2.15 2.17 2.07 12.83 2.14 c

N3 2.24 2.32 2.57 2.48 2.45 2.33 14.40 2.40 b

Total 9.94 8.93 9.83 9.94 10.08 9.39 58.11

Rataan 2.49 2.23 2.46 2.48 2.52 2.35 2.42

daftar sidik ragam

SK db JK KT Fhit F.05

blok 5 0.24 0.05 3.55 * 2.90

perlakuan 3 2.76 0.92 67.36 * 3.29

Galat 15 0.20 0.01


(53)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

FK 140.68

KK 4.82%

uji duncan

sy 0.023834 rataan

cara garis 2 3.01 0.07174 2.98 2.91 a 3 3.16 0.075315 2.40 2.32 b 4 3.25 0.077461 2.17 2.09 c 2.14 c cara garis

P 2 3 4

rp 3.01 3.16 3.25 RP 0.07174 0.075315 0.077461

2.14 2.17 2.40 2.98

c b a

Lampiran 10. Tabel Rataan Intensitas (%) 49 HST (Pengamatan Tanggal 23-04-2007)

Perlakuan ulangan TOTAL RATAAN

I II III IV V VI

N0 9.08 5.94 8.08 6.70 9.51 8.14 47.45 7.91

N1 4.73 4.21 5.31 4.96 4.44 4.01 27.66 4.61

N2 4.56 3.85 4.55 5.61 4.08 4.26 26.91 4.48

N3 4.22 4.66 4.09 4.76 5.16 4.50 27.38 4.56

Total 22.59 18.66 22.03 22.03 23.19 20.90 129.40

Rataan 5.65 4.66 5.51 5.51 5.80 5.22 5.39

Perlakuan ulangan TOTAL RATAAN

I II III IV V VI

N0 3.10 2.54 2.93 2.68 3.16 2.94 17.35 2.89 a

N1 2.29 2.17 2.41 2.34 2.22 2.12 13.55 2.26 b

N2 2.25 2.09 2.25 2.47 2.14 2.18 13.38 2.23 bc

N3 2.17 2.27 2.14 2.29 2.38 2.24 13.49 2.25 bc

Total 9.80 9.07 9.73 9.79 9.91 9.48 57.77

Rataan 2.45 2.27 2.43 2.45 2.48 2.37 2.41

daftar sidik ragam

SK db JK KT Fhit F.05

blok 5 0.12 0.02 1.03 tn 2.90


(1)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

Lampiran 51. Tabel rataan jumlah spora yang berkecambah (%)

Data Pengamatan 9 JSP

Perlakuan

Ulangan

Total

Rataan

I

II

III

IV

V

VI

N0

50.00

100.00

0.00

100.00

50.00

0.00

300.00

50.00

N

1

0.00

50.00

0.00

0.00

0.00

0.00

50.00

8.33

N

2

0.00

0.00

33.33

0.00

0.00

0.00

33.33

5.56

N3

0.00

0.00

50.00

0.00

0.00

50.00

100.00

16.67

Total

50.00

150.00

83.33

100.00

50.00

50.00

483.33

Rataan

12.50

37.50

20.83

25.00

12.50

12.50

20.14

Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Arcsin

√x

Perlakuan

Ulangan

Total

Rataan

I

II

III

IV

V

VI

N0

45.00

77.75

12.25

77.75

45.00

12.25

270.00

45.00

N1

12.25

45.00

12.25

12.25

12.25

12.25

106.24

17.71

N2

12.25

12.25

35.26

12.25

12.25

12.25

96.50

16.08

N

3

12.25

12.25

45.00

12.25

12.25

45.00

138.99

23.16

Total

81.74

147.25

104.76

114.49

81.74

81.74

611.72

Rataan

20.44

36.81

26.19

28.62

20.44

20.44

25.49

Daftar Sidik Ragam

SK

dB

JK

KT

F Hit

F 0,05

F 0,01

Perlakuan

3

3210.74

1070.25

3.03

tn

3.10

4.94

Galat

20

7056.63

352.83

Total

23

10267.37

KK =

73.70%

FK =

15591.97

Keterangan

:

** =

Sangat Nyata

* =

Nyata


(2)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

Lampiran 52. Tabel rataan jumlah spora yang berkecambah (%)

Data Pengamatan 10 JSP

Perlakuan

Ulangan

Total

Rataan

I

II

III

IV

V

VI

N0

66.67

100.00

100.00

0.00

100.00

50.00

416.67

69.45

N1

0.00

50.00

0.00

0.00

0.00

66.67

116.67

19.45

N2

0.00

0.00

0.00

50.00

0.00

66.67

116.67

19.45

N3

0.00

0.00

50.00

0.00

33.33

50.00

133.33

22.22

Total

66.67

150.00

150.00

50.00

133.33

233.34

783.34

Rataan

16.67

37.50

37.50

12.50

33.33

58.34

32.64

Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Arcsin

√x

Perlakuan

Ulangan

Total

Rataan

I

II

III

IV

V

VI

N

0

54.74

77.75

77.75

12.25

77.75

45.00

345.24

57.54

N1

12.25

45.00

12.25

12.25

12.25

54.74

148.73

24.79

N2

12.25

12.25

12.25

45.00

12.25

54.74

148.73

24.79

N

3

12.25

12.25

45.00

12.25

35.26

45.00

162.00

27.00

Total

91.48

147.25

147.25

81.74

137.51

199.48

804.70

Rataan

22.87

36.81

36.81

20.44

34.38

49.87

33.53

Daftar Sidik Ragam

SK

dB

JK

KT

F Hit

F 0,05

F 0,01

Perlakuan

3

4631.92

1543.97

3.56

*

3.10

4.94

Galat

20

8680.54

434.03

Total

23

13312.46

KK =

62.13%

FK =

26981.00

Keterangan:

** =

Sangat Nyata

* =

Nyata

tn =

Tidak Nyata

Uji Jarak Duncan

Sy =

8.51

P

2

3

4

5

SSR 0.05

2.95

3.10

3.18

3.25

SSR 0.01

4.02

4.22

4.33

4.40

LSR 0.05

25.09

26.37

27.05

27.64

LSR 0.01

34.19

35.89

36.83

37.42

Perlakuan

N

1

N2

N3

N0


(3)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

a

b

Lampiran 53. Tabel rataan jumlah spora yang berkecambah (%)

Data Pengamatan 24 JSP

Perlakuan

Ulangan

Total

Rataan

I

II

III

IV

V

VI

N0

100.00

50.00

100.00

0.00

100.00

100.00

450.00

75.00

N1

100.00

0.00

0.00

50.00

0.00

50.00

200.00

33.33

N

2

0.00

100.00

0.00

33.33

0.00

0.00

133.33

22.22

N

3

100.00

0.00

50.00

0.00

33.33

0.00

183.33

30.56

Total

300.00

150.00

150.00

83.33

133.33

150.00

966.66

Rataan

75.00

37.50

37.50

20.83

33.33

37.50

40.28

Daftar Analisa Sidik Ragam Transformasi Arcsin

√x

Perlakuan

Ulangan

Total

Rataan

I

II

III

IV

V

VI

N0

77.75

45.00

77.75

12.25

77.75

77.75

368.26

61.38

N1

77.75

12.25

12.25

45.00

12.25

45.00

204.49

34.08

N2

12.25

77.75

12.25

35.26

12.25

12.25

162.00

27.00

N3

12.25

12.25

45.00

12.25

35.26

12.25

129.25

21.54

Total

180.00

147.25

147.25

104.76

137.51

147.25

864.01

Rataan

45.00

36.81

36.81

26.19

34.38

36.81

36.00

Daftar Sidik Ragam

SK

dB

JK

KT

F Hit

F 0,05

F 0,01

Perlakuan

3

5625.95

1875.32

3.14

*

3.10

4.94

Galat

20

11929.13

596.46

Total

23

17555.08

KK =

67.84%

FK =

31104.6

2

Keterangan :

** =

Sangat Nyata

* =

Nyata

tn =

Tidak Nyata

Uji Jarak Duncan

Sy = 9.97

P

2

3

4

5

SSR 0.05

2.95

3.10

3.18

3.25

SSR 0.01

4.02

4.22

4.33

4.40

LSR 0.05

29.41

30.91

31.71

32.40


(4)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009

LSR 0.01

40.08

42.08

43.17

43.87

Perlakuan

N3

N2

N1

N0

Rataan

21.54

27.00

34.08

61.38

a

b


(5)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.

USU Repository © 2009


(6)

Alfredo Barus : Uji Efektifitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Pada Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L. Merril), 2007.