BAB I PENDAHULUAN - PEMBIAYAAN KPRS (KONGSI PEMILIKAN RUMAH SYARI’AH) DI BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG SOLO - Test Repository

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendirian Bank Muamalat Indonesia, merupakan prakarsa Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang muncul dalam Lokakarya Bunga Bank pada tanggal 19-

  22 Agustus 1990 di Cisarua, Bogor. Ide ini dipertegas kembali dalam Musyawarah Nasional IV MUI di Hotel Sahid Jaya, Jakarta pada tanggal 22-25 Agustus 1990. Pendirian Bank Muamalat mendapat dukungan pengusaha maupun cendekiawan muslim yang namanya tergabung dalam 227 Pemegang Saham Pendiri, juga diperoleh dukungan dari ICMI, untuk selanjutnya dibentuk Tim Pendanaan, Tim Hukum dan Anggaran Dasar.

  Bank Muamalat Indonesia adalah bank umum pertama di Indonesia yang menerapkan prinsip Syari’ah Islam dalam menjalankan operasionalnya. Produk pendanaan yang ada menggunakan prinsip Wadiah (titipan) dan Mudharabah (bagi-hasil). Sedangkan penanaman dananya menggunakan prinsip jual beli, bagi-hasil dan sewa.

  Salah satu cabang bank umum yang beroperasi berdasarkan prinsip Syari’ah di Indonesia saat ini adalah Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo.

  Bank Muamalat Indonesia ini hadir sebagai salah satu lembaga perbankan Syari’ah yang mencoba menepis anggapan dari kebanyakan masyarakat luas yang menganggap semua lembaga perbankan mempergunakan bunga sebagai hasil dari pemberian bantuan modal usaha melalui produk yang ada.

  Bentuk-bentuk pembiayaan yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia merupakan alternatif yang dapat diperoleh bagi masyarakat, terutama bagi umat Islam. Salah satu bentuk pembiayaan yang ditawarkan adalah bagi pembiayaan perumahan adalah pembiayaan Al Musyarakah. Pembiayaan ini dilakukan oleh pihak penyandang dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib), pihak bank sebagai penyandang dana menyediakan sebagian dari pembiayaan bagi usaha atau kegiatan tertentu, dan yang sebagian lain disediakan oleh pengelola dana sebagai mitra usaha.

  Sebagai salah satu kebutuhan utama manusia, sektor papan (perumahan) merupakan salah satu sektor bisnis menarik. Perkembangan manusia yang semakin bertambah menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan akan perumahan. Rumah merupakan kebutuhan primer bagi pemenuhan kesejahteraan manusia setelah sandang dan pangan. Namun demikian, ternyata kebutuhan akan perumahan ini seringkali terbentur pada minimnya dana yang dimiliki oleh konsumen yang mendambakan memiliki rumah sendiri. Alhasil pembiayaan melalui KPRS pun mulai dilirik sebagai pembiayaan perumahan.

  Pada praktek perbankan, khususnya perbankan Syari’ah pemberian pembiayaan sudah menjadi kelaziman bagi bank. Dalam hal ini Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo memberikan pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah Syari’ah (KPRS) dengan menggunakan pembiayaan musyarakah wal ijarah al-

  

muntahia bit-tamlik. Pembiayaan KPRS ini dapat digunakan sebagai pembiayaan

dalam pembelian rumah.

  Penelitian ini mengkaji dan menjawab permasalahan mengenai bagaimana pelaksanaan akad pembiayaan musyarakah wal ijarah al-muntahia

  

bit-tamlik dalam produk Kongsi Pemilikan Rumah Syariah (KPRS) pada Bank

  Muamalat Indonesia Cabang Solo, selain itu juga dalam hal bentuk-bentuk cidera janji yang dilakukan oleh nasabah dan bagaimana upaya hukum yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia dalam menyelesaikan perselisihan tersebut.

  Pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah Syari’ah (KPRS) menggunakan akad musyarakah dan ijarah yang diatur dalam ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah dengan tambahan perjanjian bahwa di akhir masa sewa akan dilakukan pengalihan kepemilikan objek akad dari bank kepada nasabah baik dengan pelunasan pembayaran maupun dengan hibah (prinsip akad al-ijarah al-muntahia bit-

  

tamlik ). Segala hal terkait pedoman pelaksanaan pembiayaan Kongsi Pemilikan

  Rumah Syariah (KPRS) tertuang dalam surat perjanjian yang ditanda tangani oleh bank, nasabah dan saksi-saksi yang dilakukan di hadapan notaris.

  Prosedur atau mekanisme akad pembiayaan merupakan langkah-langkah atau proses yang harus dilalui dalam pengajuan pembiayaan. Adapun langkah- langkah yang harus dijalani dalam pembuatan akad pembiayaan musyarakah wal

  

ijarah al-muntahia bit-tamlik pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo dilakukan dengan beberapa tahap yaitu: pertama, prosedur pengajuan pembiayaan. Kedua, prosedur analisa pembiayaan. Ketiga, tahap realisasi pembiayaan. Keempat, tahap Prosedur pengembalian pembiayaan. Pelaksanaan bagi hasil pada pembiayaan KPRS dilakukan sesuai dengan nisbah yang telah ditentukan pada awal pembuatan akad. Semakin besar pengembalian dana pembiayaan maka semakin besar pula hak kepemilikan rumah mudharib hingga pada akhirnya hak kepemilikan tersebut menjadi sepenuhnya milik mudharib.

  Cidera janji yang dilakukan oleh nasabah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo terbilang kecil, cidera janji itu berupa keterlambatan pembayaran yang tidak sesuai dengan waktu yang telah disepakati, dalam hal keterlambatan pembayaran nasabah dapat dibagi menjadi dua, yaitu nasabah yang terlambat atau tidak memenuhi kewajibannya karena kondisi diluar kehendak nasabah

  

(force majure) dan nasabah yang mampu namun menunda-nunda pembayaran.

  Upaya hukum pertama yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo dalam menyelesaikan perselisihan antara bank dan nasabah terkait perjanjian khususnya dalam hal keterlambatan pembayaran adalah pertama, dengan jalan perdamaian (shulh/islah) yaitu lebih pada pendekatan kekeluargaan, jika proses musyawarah mufakat yang diupayakan bank tidak berhasil maka langkah yang kedua, kasus tersebut akan diajukan kepada Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) untuk diselesaikan menurut prosedur beracara yang berlaku di dalam badan arbitrase tersebut. Langkah ketiga, menyerahkan masalah tersebut kepada Pengadilan Negeri setempat untuk melakukan sita jaminan.

  Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis berusaha mengkaji dan menganalisa masalah tersebut dengan menulisnya dalam bentuk Tugas Akhir yang berjudul: “PEMBIAYAAN KPRS (KONGSI PEMILIKAN RUMAH SYARI'AH) DI BANK MUAMALAT CABANG SOLO”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan yang akan dibahas oleh penulis adalah sebagai berikut : 1.

  Bagaimana prosedur pemberian pembiayaan KPRS (Kongsi Kepemilikan Rumah Syari’ah) pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo? 2. Apa saja yang menjadi cidera janji dalam pemberian pembiayaan KPRS

  (Kongsi Kepemilikan Rumah Syari’ah) pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo? 3. Bagaimana penyelesaian pembiayaan bermasalah pada pembiayaan KPRS

  (Kongsi Kepemilikan Rumah Syari’ah) pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo? C.

   Tujuan dan Kegunaan

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pemberian pembiayaan KPRS

  (Kongsi Kepemilikan Rumah Syari’ah)

  2. Untuk mengetahui cidera janji apa saja yang terjadi dalam pemberian pembiayaan KPRS (Kongsi Kepemilikan Rumah Syari’ah)

  3. Untuk mengetahui bagaimana cara penyelesain pembiayaan KPRS (Kongsi Kepemilikan Rumah Syari’ah) yang bermasalah

  Selain tujuan di atas, penulisan Tugas Akhir ini juga mempunyai kegunaan. Adapun kegunaan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah : Bagi Mahasiswa : 1.

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi mahasiswa STAIN Salatiga untuk mengetahui lebih dalam pembiayaan KPRS di Bank Muamalat Indonesia.

  2. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya pada program DIII KPI

  Bagi STAIN 1.

  Untuk menambah referensi pada perpustakaan di kampus STAIN.

  2. Untuk memberi informasi kepada pembaca tentang KPRS di Bank Muamalat Indonesia.

D. Sistematika Penulisan

  BAB 1 Berisi pendahuluan, yang membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan serta sistematika penulisan

  BAB II Berisi landasan teori, yang membahas tentang telaah pustaka yang terdiri dari pengertian pembiayaan dan analisa pembiayaan. Kerangka toeritik yang membahas tentang pengertian pembiayaan, unsur-unsur pembiayaan, jenis-jenis pembiayaan, pengertian KPRS, jenis-jenis KPRS dan bentuk-bentuk jaminan.

  BAB III Laporan Obyek, yang membahas tentang gambaran umum yang terdiri dari sejarah Bank Muamalat Indonesia, deskripsi Bank Muamalat Indonesia cabang Solo yang meliputi latar belakang Bank Muamalat Indonesia cabang Solo, sejarah pendirian Bank Muamalat Indonesia cabang Solo, visi dan misi, organisasi perusahaan meliputi struktur organisasi dan deskripsi kegiatan, konsep dasar operasional Bank Muamalat Indonesia, kegiatan operasional Bank Muamalat Indonesia dan produk-produk Bank Muamalat Indonesia cabang Solo.

  BAB

  IV Analisa, yang membahas tentang prosedur pembiayaan KPRS yang terdiri dari prosedur pengajuan pembiayaan, prosedur analisa pembiayaan, tahap realisasi pembiayaan dan prosedur pengembalian pembiayaan. Cidera janji yang terjadi dalam pembiayaan KPRS dan langkah yang ditempuh untuk menghadapi cidera janji tersebut.

  BAB V Penutup, yang membahas tentang kesimpulan dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah pustaka Penelitian Widodo tahun 2002 berjudul “Strategi Meningkatkan Mutu

  pada Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Anda Salatiga” menyebutkan bahwa dalam suatu pembiayaan diperlukan analisa pembiayaan. Tujuan dilakukannya analisa pembiayaan adalah mengetahui untuk siapa dan dalam bentuk apa pembiayaan diberikan, untuk usaha apa pembiayaan tersebut diberikan, untuk usaha apa dana pembiayaan tersebut, apakah calon nasabah mampu mengembalikan pembiayaan, berapa jumlah uang yang diberikan dan bagaimana resikonya. Lebih lanjut lagi analisa pembiayaan bertujuan untuk menilai kelayakan usaha calon debitur, menekan resiko yang mungkin terjadi dan menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak. Dalam menilai debitur ada prinsip yang dikenal 5C, yaitu : character (penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon debitur), capital (penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon debitur), collateral (penilaian terhadap jaminan, dilihat dari sisi ekonomi dan yuridis), capacity (penilaian terhadap kemampuan nasabah dalam mengembalikan pembiayaan, conditions (penilaian terhadap kondisi ekonomi yang dapat mempengaruhi usaha nasabah)

  Penelitian Ulfa Fitriyaningsih dengan judul “ Tingkat Perkembangan Kredit di Koperasi Pondok Pesantren Al Ishlah Tingkir Salatiga”, menyimpulkan bahwa penyelesaian dari kredit bermasalah (macet) di kopontren Al Ishlah Tingkir Salatiga menggunakan metode Reschedulling, Reconditioning, Restructuring , kombinasi dan penyitaan jaminan.

  Penelitian Mutain Billah tahun 2004 berjudul “Sistem Lending dalam pengelolaan Simpan Pinjam di BMT Mandiri Cabang Jambu”, menyimpulkan bahwa peningkatan pelayanan pembiayaan kepada nasabah bisa berupa proses pembiayaan lebih cepat dan mudah, lebih ditekankan pada akad/perjanjian sehingga tercapai kesepakatan yang tidak merugikan salah satu pihak. Contohnya adalah nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan dan apabila terjadi kerugian maka nasabah hanya mengembalikan pinjaman pokok.

B. Kerangka teori 1.

  Pengertian pembiayaan Pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah adalah penyediaan atau tagihan yang dipersembahkan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (UU No. 10 Tahun 1998)

  Pembiayaan adalah suatu fasilitas yang diberikan lembaga keuangan syari’ah kepada masyarakat yang membutuhkan untuk menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh lembaga tersebut dari masyarakat yang surplus dana.

  1

1 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syari’ah, Yogyakarta, UII press

2. Unsur-unsur pembiayaan a.

  Pihak-pihak yang terlibat Pihak yang terlibat dalam pembiayaan di sini adalah kreditur/pihak BMI dan debitur/nasabah.

  b.

  Kepercayaan Kepercayaan di sini merupakan keyakinan bahwa apa yang telah diberikan kreditur akan benar-benar dapat diterima kembali di masa yang akan datang bahkan bisa memberikan keuantungan serta kepercayaan debitur bahwa apa yang telah diterima akan dapat digunakan sesuai dengan tujuan.

  c.

  Degree of Risk (Resiko) Merupakan resiko yang mungkin timbul dalam pemberian kredit/pembiayaan antara lain adanya kredit macet, karena kondisi masa yang akan datang belum bisa diketahui secara pasti.

  d.

  Waktu dan Tempo Dalam suatu perjanjian meminjam terdapat unsur waktu yaitu suatu interval antara saat realisasi pembiayaan dengan masa pengembalian pembiayaan.

  e.

  Prestasi

  2 Merupakan pemberian berupa uang, barang atau jasa oleh pihak bank.

  2

  3. Jenis pembiayaan dibagi menjadi beberapa hal menurut segi penggunaan, tujuan, pemakaian, jangka waktu, jaminan dan menurut akadnya: a.

  Dari segi penggunaannya 1)

  Pembiayaan Modal Kerja Pembiayaan ini untuk memenuhi kebutuhan

  a) Peningkatan produktif, baik secara kuantitatif yaitu jumlah hasil produktif maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan atau mutu hasil produksi.

  b) Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place

  3 dari suatu barang.

  2) Pembiayaan Investasi

  Pembiayaan ini digunakan untuk keperluan proyek perluasan usaha atau membangun pabrik/proyek baru di mana masa pemakaiannya untuk satu periode yang relative lebih lama dan biasanya kegunaannya pembiayaan ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.

  b.

  Dari segi tujuannya 1)

  Pembiayaan Produktif Pembiayaan ini digunakan untuk meningkatkan usaha, produksi atau investasi. Pembiayaan ini diberikan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa. Artinya pembiayaan ini digunakan untuk

3 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek. Jakarta, Gema

  diusahakan sehingga menghasilkan suatu barang baik berupa barang atau jasa.

  2) Pembiayaan Konsumtif

  Pembiayaan ini digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi.

  3) Pembiayaan Perdagangan

  Pembiayaan ini digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya

  4 diharapkan dari hasil penjualan barang tersebut.

  c.

  Dari segi jangka waktu 1)

  Pembiayaan jangka pendek Merupakan pembiayaan yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 (satu) tahun.

  2) Pembiayaan jangka menengah

  Merupakan pembiayaan yang memiliki jangka waktu berkisar antara 1 (satu) tahun sampai 3 (tiga) tahun.

  3) Pembiayaan jangka panjang

  Merupakan pembiayaan yang memiliki jangka waktu pengembalian paling lama yaitu di atas 3 (tiga) tahun atau 5 (lima) tahun.

  d.

  Dari segi jaminan 1) 4 Pembiayaan dengan jaminan

  Merupakan pembiayaan yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu baik berupa barang berwujud atau tidak berwujud.

  2) Pembiayaan tanpa jaminan

  Merupakan pembiayaan yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Pembiayaan ini diberikan dengan melihat prospek, karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.

  e.

  Dari segi akad 1)

  Pembiayaan Mudharabah Merupakan akad kerjasama yang dilaksanakan antara 2 (dua) atau lebih, di mana pihak pertama sebagai penyedia seluruh dana dan pihak lainnya sebagai pengelolanya. 2)

  Pembiayaan Musyarakah Merupakan akad usaha yang dilaksanakan antara 2 (dua) atau lebih, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kontribusi dana yang diberikan.

  3) Pembiayaan Murabahah

  Merupakan akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah.

  Pada murabahah penjual (bank) menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli (nasabah) kemudian bank mempersyaratkan laba dalam jumlah tertentu.

  4) Pembiayaan al Qardhu-Hasan atau benevolent loan

  Merupakan pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata di mana si peminjam tidak dituntut untuk

  5 mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman.

  4. Pengertian Pembiayaan KPRS Yang dimaksud dengan pembiayaan KPRS adalah pembiayaan kepemilikan rumah. Sedangkan pengertian dari pembiayaan KPR adalah pembiayaan yang ditawarkan oleh BMI cabang Solo dalam rangka memfasilitasi kepemilikan atau pembelian rumah yang dibangun oleh pengembang/penjual.

  Pembiayaan KPR yang diberikan oleh bank kepada nasabah digunakan oleh membeli rumah berikut tanah untuk dimiliki dan dipergunakan sendiri. Pelaksanaan pembiayaan KPR ini menggunakan akad musyawarah wal ijarah bit-tamlik.

  5. Jenis-Jenis KPR : a.

  KPR Perorangan Pembiayaan kepemilikan rumah perorangan merupakan pembiayaan atas kepemilikan atau pembelian rumah yang dilakukan oleh nasabah secara perorangan (individu) baik bagi nasabah yang berpenghasilan tetap maupun nasabah yang berpenghasilan tidak tetap. 5 Pembayaran dalam pembiayaan ini dapat dilakukan dengan cara angsuran Muhammad. Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syari’ah, UII pres, Yogyakarta, 2000. hlm 41. atau cicilan. Bagi yang nasabah yang berpenghasilan tetap cara pembayaran dengan dipotong langsung dari gaji yang diterima setiap bulan oleh bendahara tempatnya bekerja. Sebelumnya harus ada surat kuasa terlebih dahulu.

  b.

  KPR Kolektif Pembiayaan KPR (Kongsi Pemilikan Rumah) kolektif merupakan pembiayaan atas kepemilikan atau pembelian rumah yang dilakukan oleh nasabah secara kolektif atau bersama-sama dari satu perusahaan/instansi. Pembiayaan KPR kolektif ini terdiri dari beberapa orang pemohon yang memiliki kesamaan dalam obyek pembiayaan. Pembayaran dalam pembiayaan ini juga dilakukan dengan cara yang sama yaitu dipotong langsung dari gaji yang diterima setiap bulannya oleh bendahara tempatnya bekerja.

6. Bentuk-bentuk jaminan

  Jaminan berfungsi untuk melindungi bank dari kerugian yaitu memastikan bahwa pembiayaan yang diberikan kepada debitur dapat diterima

  6 kembali sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama.

  Dalam praktiknya yang dapat dijadikan jaminan oleh calon debitur adalah sebagai berikut : a.

  Jaminan dengan barang-barang seperti : 1) 6 Tanah

  Warkum Sumitro, SH. MH. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Keuangan

terkait:BAMUI, Takaful dan Pasar Modal Syari’ah di Indonesia. PT Grafindo Persada. Jakarta.2004.

hlm 115

  2) Bangunan

  3) Kendaraan bermotor

  4) Mesin-mesin/peralatan

  5) Barang dagangan

  6) Tanaman/kebun/sawah

7) Dan barang-barang berharga lainnya.

  Jaminan dengan surat berharga, seperti : 1)

  Sertifikat saham 2)

  Sertifikat obligasi 3)

  b.

  Sertifikat deposito 5)

  Promes 6)

  Wesel 7)

  Dan surat berharga lainnya c. Jaminan orang/perusahaan

  Jaminan yang diberikan oleh seseorang/perusahaan kepada bank terhadap fasilitas pembiayaan yang diberikan. Apabila pembiayaan tersebut macet maka orang atau perusahaan yang memberikan jaminan itulah yang diminta pertanggungjawabannya/menanggung resiko.

  d.

  Jaminan Asuransi

  Sertifikat tanah 4)

  Yaitu bank menjaminkan pembiayaan tersebut kepada pihak asuransi, terutam terhadap fisik obyek pembiayaan, seperti kendaraan, gedung dan lainnya. Jadi apabila terjadi kehilangan atau kebakaran maka

  7 pihak asuransilah yang akan menanggung kerugian tersebut.

  Bentuk jaminan yang diterapkan pada BMI adalah sama dengan bentuk jaminan yang diterapkan pada Bank Konvensional yaitu jaminan peorangan dan jaminan kebendaan. Namun, terdapat perbedaan dalam hal penerapan jaminan kebendaan antara BMI dengan Bank konvensional.

  Perbedaannya adalah terletak pada jaminan kebendaan atas pembiayaan Murabahah dan Ba’I Bitsaman Ajil. Pada kedua jenis pembiayaan ini jaminan kebendaan bukan merupakan jamnian pokok/tahun, karena pembiayaan yang belum lunas pembayarannya, barang tersebut masih berstatus sebagai barang jaminan. Jadi jaminan utamanya adalah barang yang menjadi obyek pembiayaan tersebut.

  Penerapan jaminan perorangan pada BMI sama dengan yang dilaksanakan oleh Bank Konvensional bahwa jaminan perorangan pada BMI tidak bertentangan dengan Syari’ah Islam.

  7

BAB III LAPORAN OBYEK A. Sejarah Bank Muamalat Indonesia PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1991, diprakarsai

  oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada bulan Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.

  Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.

  Pada akhir tahun 1990’an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.

  Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat.

  Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.

  Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya.

  Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta perolehan laba bersih sebesar Rp

  8 48,4 miliar pada tahun 2004.

B. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya BMI Cabang Solo Perkembangan Bank Muamalat hingga saat ini sangat menggembirakan.

  Hal ini menunjukkan Bank Syari’ah dengan konsep bagi hasil mampu bersaing dengan Bank Konvensional. Salah satu moment penting yang tidak dapat dilupakan adalah krisis moneter yang melanda Indonesia khususnya sektor ekonomi, akan tetapi dengan keyakinan menjalankan roda Perbankan Syari’ah dengan Hukum Allah, Bank Muamalat tetap eksis dalam menghadapi krisis tersebut.

  Dengan keyakinan penuh untuk membangun perekonomian Ummat, Bank Muamalat Indonesia terus melakukan dakwah. Pembukaan kantor cabang baru 8 menjadi prioritas utama di tahun 2003. Pada tahun 2003 sebagai tahun Layanan dan Jaringan telah membuka 23 kantor cabang baru di seluruh Indonesia, suatu angka yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam kurun waktu 11 tahun. Salah satu yang menjadi skala prioritas Bank Muamalat adalah Kota Surakarta yang juga dikenal dengan sebutan Kota Solo.

  Pilihan terhadap Kota Solo dilakukan dengan pertimbangan: 1. Letak 2. Potensi Funding dan Lending 3. Komitmen Masyarakat terhadap Syari’ah Islam

  Awal pendirian Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo di mulai dengan mendirikan Muamalat Bussiness Centre (MBC) pada awal tahun 2002 sebagai sarana untuk memperkenalkan Bank Muamalat kepada masyarakat Kota Solo dan sekitarnya. MBC ini berkantor di PT. telkom, JL. Mayor Kusmanto No. 01 Solo.

  Kegiatan MBC di antaranya silaturrahmi dengan masyarakat Solo dan sekitarnya untuk memperkenalkan konsep syari’ah dan produk-produk Bank Muamalat baik dari segi pendanaan maupun pembiayaan. Alhamdulillah kegiatan sosialisasi ini mendapat tanggapan positif dari masyarakat Solo dan sekitarnya. Kegiatan dan program MBC ini akhirnya membuahkan hasil, yaitu dengan menetapkan bahwa di Eks Karesidenan Solo segera dibuka Cabang Bank Muamalati Indonesia.

  Alhamdulilah pada tanggal 8 September 2003 Bank Muamalat Kantor Cabang Solo memulai kegiatan operasional ditandai dengan peresmian Kantor Cabang Solo yang berkantor di Jl. Kapten Mulyadi No. 87 F Ruko Lojiwetan Pasar Kliwon Solo oleh Walikota Solo Bapak Slamet Suryanto. Untuk mengakomodir kebutuhan nasabah atas layanan yang prima dan kantor yang lebih besar, maka pada tanggal 13 November 2006 kantor cabang utama direlokasi ke Jl. Slamet Riyadi No. 314 (Depan Stadion Sriwedari Solo) dan kantor lama yang berlokasi di Jl. Kapten Mulyadi No. 87 F Lojiwetan Solo berubah statusnya menjadi kantor kas. Pada tanggal 31 Agustus 2007, BMI membuka kantor layanan di RS PKU Muhammdiyah surakarta, Jl. Ronggowarsito No. 130 Surakarta. Dan pada bulan Juni 2008 BMI membuka Unit Pelayanan Syari’ah Klaten yang berlokasi di Jl. Pemuda No. 295 Klaten.

  Akhirnya dengan harapan yang tak pernah putus, keinginan untuk terus bekerja, berjihad dan berdakwah untuk ekonomi islam tetap menjiwai semangat para kru Muamalat. Dengan dukungan Sumber Insani yang mempunyai semangat jihad yang tinggi, Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo dan sekitarnya, dengan harapan yang besar kepada masyarakat agar dapat berperan sebagai mitra dengan ikatan ukhuwah dalam berjuang untuk membangun perekonomian Islam.

C. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia

  9 Visi dari Bank Muamalat Indonesia : 1.

  Menjadi Bank Syari’ah utama di Indonesia 9

2. Dominan di pasar spiritual 3.

  Dikagumi di pasar nasional Misi dari Bank Muamalat Indonesia adalah menjadi role mode lembaga keuangan syari’ah dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan menajemen dan orientasi investasi yang inovarif untuk memaksimalkan nilai bagi stake holder .

D. Struktur Organisasi

  Direktur Utama Direktur Administrasi Businnes-Manager Operational Manager

  (Kepala Kantor) Kas&Layanan

Marketing/AM Back Office Umum Personalia Support

  (CS. Teller)

  Gambar : 3.1 Struktur Organisasi Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo

E. Job Description 1.

   Business Manager

  Mengawasi, mengkoordinasi, melindungi dan bertanggung jawab atas seluruh kinerja karyawan dan kondisi umum Bank Muamalat Cabang Solo

2. Operation Manager

  Mengawasi, mengkoordinasi dan menerima pertanggung jawaban secara langsung bagian operation (teller, customer servis, back office dan operation pembiayaan), bertanggung jawab atas pelaksanaan operasional harian di bagian lain, seperti ijin keluar–masuk dan penggunaan inventaris kantor 3.

   Teller a.

  Melayani penyetoran dan penarikan tunai nasabah Melayani penyetoran warkat kliring dan inkaso.

  b.

  Melayani pindah buku dan tranfer.

  c.

  Membuat cash register (teller dan kas besar) rincian mutasi harian kas.

  d.

  Melaporkan kelebihan uang untuk disetorkan ke khazanah (brankas) e.

   Head Teller

  Bertanggung jawab dan mengawasi jalannya transaksi dan tugas seluruh teller

  4. Operation Pembiayaan

  Bertugas atas administrasi pembiayaan terhadap seluruh nasabah yang mengajukan pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo

  5. Back Office

  Bertugas menjalankan kegiatan kliring dan seluruh transaksi antar bank, perorangan dengan bank yang prosesnya melalui Bank Indonesia

  6. Customer Service a.

  Melaksanakan pembukaan dan penutupan rekening giro, tabungan dan deposito.

  b.

  Registrasi warkat cek/bilyet gilro.

  c.

  Melayani tamu d. Melayani komplain nasabah.

  e.

  Registrasi kartu ATM f. Sebagai pusat informasi 8.

   Account Manager

  Bertugas sebagai marketing Bank Muamalat baik di bidang Funding (penanaman dana) dan Lending (pelemparan dana) 9.

   Service Assisten

  Bertanggung jawab atas administrasi dokumen–dokumen, berperan sebagai humas Muamalat, membantu Business Manager, Operation Manager dan General Affair dalam melakukan tugas–tugas administratif.

  10. Unit Support Penanaman Dana (USPD)

  Bertanggung jawab atas seluruh dokumen yang berkaitan hukum baik

  intern maupun ekstern, dokumen nasabah dan dokumen Bank. Bertindak sebagai legal atau memiliki kewenangan secara hukum.

  11. General Affair

  Bertanggung jawab atas administrasi karyawan, sarana logistik dan keuangan

  12. Residence Audit

  Bertugas sebagai auditor dan pengawas seluruh dokumen, transaksi, dan administratif kegiatan Bank Muamalat untuk untuk menghindari segala bentuk penyimpangan

  Non Staff Banking 1.

   Security a.

  Membukakan pintu apabila ada nasabah/staff yang datang. b.

  Menjaga keamanan Bank Muamalat Indonesia kantor BMI.

2. Driver a.

  Mengantar staff saat melaksanakan pekerjaan kantor.

  b.

  Menjaga agar kondisi kendaraan dinas kantor selalu dalam keadaan siap jalan/baik.

F. Konsep Dasar Operasional Bank Muamalat Indonesia

  Bank Muamalat Indonesia mempunyai lima konsep dasar operasional yang terdiri dari sistem simpanan murni (Al-Wadiah), sistem bagi hasil, sistem jual beli dan margin keuntungan, sistem sewa (Al-Ijarah) dan sistem jasa (fee).

  1. Sistem Simpanan Murni (Al-Wadiah) Yaitu fasilitas yang diberikan oleh bank islam untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang berkelebihan dana untuk menyimpan dananya di bank. Fasilitas ini biasanya diberikan untuk tujuan keamanan dan pemindahbukuan dan bukan untuk tujuan investasi.

  2. Sistem Bagi Hasil Yaitu suatu system yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana, yang terjadi antara bank dengan nasabah penerima dana. Bank jasa yang berdasarkan konsep dasar ini adalah mudharabah dan musyarakah .

  3. Sistem Jual Beli dan Margin Keuntungan

  Yaitu suatu system yang menerapkan tata cara jual beli, dimana pihak bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank dan nasabah dalam kapasitasnya sebagai agen bank melakukan pembelian-pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga beli ditambah dengan keuntungan (margin/mark up). Jasa-jasa yang berdasarkan konsep dasar ini adalah mudharabah dan al bai’u bitsaman ajil.

4. Sistem Sewa (Al-Ijarah/al- ta’jiri)

  Sistem sewa terbagi dalam dua jenis, yaitu: 1.

   Al-Ijarah Perjanjian sewa yang memberi kesempatan kepada penyewa untuk memanfaatkan barang yang disewa dengan imbalan uang sewa sesuai dengan persetujuan. Setelah masa sewa berakhir barang akan dikembalikan kepada pemilik.

2. Al- ta’jiri

  Sama dengan al-ijarah, tetapi setelah masa sewa berakhir pemilik barang menjual barang yang disewa kepada penyewa dengan harga yang disepakati.

5. Sistem Jasa (Fee)

  Yaitu sistem kegiatan yang meliputi seluruh layanan non pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk jasa yang berdasarkan konsep dasar ini antara

  10 lain: bank garansi, kliring, inkaso, jasa transfer dan lain-lain.

  10

G. Kegiatan Operasional Bank Muamalat Indonesia

  Kegiatan Operasional pada Bank Muamalat Indonesia antara lain sebagai berikut:

1. Kegiatan operasional di bidang penghimpunan dana

  Dalam menghimpun dana masyarakat, BMI menerima simpanan dari masyarakat dan menerima dana dari pihak ketiga. Kegiatan operasional yang dilakukan adalah: a.

  Giro Wadiah Yaitu simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

  b.

   Tabungan Mudharabah

  Yaitu dana yang disimpan nasabah di kelola bank, untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan akan diberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan bersama.

  c.

   Deposito Investasi Mudharabah

  Yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu melalui perjanjian antara penyimpan dengan bank bersangkutan dengan menerapkan system bagi hasil keuntungan.

  d.

   Tabungan Haji Mudharabah

  Yaitu simpanan pihak ketiga yang penarikannya dilakukan pada saat nasabah akan menunaikan ibadah haji atau pada saat tertentu sesuai dengan yang diperjanjikan.

  e.

  Tabungan Kurban Yaitu simpanan pihak ketiga yang dikumpulkan untuk ibadah kurban dengan penarikan yang dilakukan pada saat nasabah akan melaksanakan kurban atau pada saat tertentu yang disepakati bersama.

2. Kegiatan operasional di bidang penyaluran dana

  Kegiatan operasional di bidang penyaluran dana meliputi: a. Pembiayaan Al-Mudharabah

  Yaitu suatu perjanjian pembiayaan antara bank dengan nasabah, dimana bank menyediakan 100% pembiayaan bagi usaha kegiatan tertentu dari nasabah, sedangkan nasabah mengelola usaha tersebut tanpa campur tangan bank. Bank mempunyai hak mengajukan usul dan melakukan pengawasan.

  b.

  Pembiayaan Al-Musyarakah Yaitu suatu perjanjian dimana bank menyediakan sebagian dari pembiayaan bagi usaha/kegiatan tertentu sebagian lain disediakan oleh mitra usaha. Dalam hal ini bank ikut serta dalam manajemen usaha tersebut.

  c.

  Pembiayaan Al-Murabahah

  Yaitu suatu perjanjian pembiayaan di mana bank membiayai pembelian barang yang diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran ditangguhkan.

  d.

  Pembiayaan Al-Bai’u Bitsaman Ajil Yaitu suatu perjanjian dimana bank membiayai pembelian suatu barang dengan sistem pembayaran angsuran/cicilan.

  e.

  Pembiayaan Al-Qordhul Hasan Yaitu suatu perjanjian antara bank sebagai pemberi pinjaman, baik berupa uang maupun barang tanpa persyaratan adanya tambahan atau biaya apapun.

  f.

  Pembiayaan Al-Ijarah dan Al-Ta’jiri Yaitu perjanjian sewa-menyewa yang biasanya digunakan dalam usaha leasing baik secara sewa murni (operating lease) maupun secara sewa beli (finance lease) g.

  Jasa-Jasa Lainnya PT. Bank Muamalat Indonesia juga dapat memberikan jasa-jasa antara lain sebagai berikut:

  1) Pemberian garansi dengan konsep kafalah. 2) Pemberian jasa transfer dengan konsep dasar al-hiwalah. 3)

  Pemberian jasa penitipan barang dan surat berharga atas dasar konsep dasar :

  a) Al-wadiah

  Yaitu bank menerima titipan berupa uang, barang atau surat berharga yang tujuannya untuk disimpan (safe deposite box) dan bank memperoleh fee sebagai imbalan

  b) Al-wakalah

  Yaitu bank menerima titipan berupa uang atau surat berharga dan mendapat kuasa dari yang menitipkan untuk mengelola uang atau surat berharga tersebut. 4)

  Pemberian jasa pembukuan L/C dapat dilakukan untuk perdagangan

  11 dalam negeri dan atau perdagangan luar negeri.

3. Produk–produk Bank Muamalat Indonesia

  Produk yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia cabang Solo

  12

  antara lain : a.

  Produk Penghimpunan Dana 1)

  Tabungan Ummat Simpanan pada Bank Muamalat dalam mata uang rupiah di mana penyetoran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat sesuai 11 dengan ketentuan yang berlaku di Bank Muamalat. 12 Ibid. hlm. 03-109

  Keuntungan dan Kerugian :

  a) Akses di lebih dari 8.888 ATM BCA dan ATM Bersama.

  b) Sebagai kartu debit untuk berbelanja di 18.000 merchant berlogo Debit BCA.

  c) Bagi hasil bersaing tiap bulan.

  d) Online real time di seluruh outlet.

  e) Fasilitas phone banking 24 jam : informasi saldo, histori transaksi, ubah PIN, pemindahbukuan antar rekening, pembayaran ZIS, dan lain- lain.

  f) Fasilitas cek saldo via SMS.

  g) Fasilitas pembayaran zakat otomatis.

  h) Fasilitas pembayaran otomatis (auto debet) tagihan bulanan. Persyaratan :

  a) Fotokopy identitas diri (KTP/SIM/Paspor) yang masih berlaku.

  b) Setoran awal Rp 500.000,-

  2) Kartu Shar-e

  Kartu Tabungan yang dikemas khusus dalam bentuk Paket Perdana seharga Rp 125.000,- bekerjasama dengan Kantor Pos.

  Keuntungan dan Fasilitas :

  a) Dapat diperoleh di seluruh kantor pos

  b) Pengaktifan yang mudah dan murah (Fasilitas Phone Banking dengan pulsa lokal) c) Dapat ditarik di seluruh ATM Bersama, ATM BCA

  d) Sebagai kartu belanja di merchant BCA

e) Dapat setor tunai di kantor pos counter Muamalat dan Tranfer.

  3) Tabungan Haji Arafah

  Tabungan Haji Arafah merupakan jenis tabungan yang ditujukan bagi anda yang berniat untuk melaksanakan ibadah haji secara terencana sesuai dengan kemampuan dan jangka waktu yang dikehendaki.

  Keuntungan dan Fasilitas :

  a) Menguntungkan, akan diberikan bagi hasil secara otomatis yang akan ditambahkan ke dalam saldo Tabungan Arafah b)

  Terencana, tahun keberangkatan dan besarnya setoran tabungan dapat direncanakan sesuai kemampuan c)

  Terjamin, Bank Muamalat on-line dengan Siskohat Departemen Agama sehingga memberi kepastian untuk memperoleh porsi/quota keberangkatan d)

  Aman, khusus nasabah yang memiliki saldo efektif minimal Rp 5.000.000,- akan memperoleh perlindungan Asuransi Syari’ah

  4) Deposito Mudharabah

  Pilihan investasi dalam bentuk rupiah atau USD dengan jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan yang halal, murni sesuai syari’ah. Dana anda akan diinvestasikan secara optimal untuk membiayai berbagai usaha produktif dan terjamin kehalalan dan kesesuaiannya dengan syari’ah. Keuntungan dan Fasilitas :

  a) Memperoleh bagi hasil yang kompetitif setiap bulan

  b) Investasi disalurkan untuk pembiayaan usaha produktif yang halal

  c) Jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan

  d) Dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over) pada saat jatuh tempo e)

  Dapat digunakan sebagai jaminan pembiayaan atau untuk referensi Bank Muamalat Persyaratan :

  a) Jumlah Deposito minimal Rp 1.000.000,- atau USD 500

  b) Mengisi Formulir pembukaan deposito, melampirkan fotokopy identitas diri (khusus nasabah perorangan)

  5) Deposito FULINVES

  Merupakan investasi pihak ketiga di Bank Muamalat dalam mata uang rupiah dengan nilai minimal Rp 2.000.000,- dan jangka waktu enam bulan dan 12 bulan, yang diperuntukkan bagi nasabah perorangan untuk dikelola secara syari’ah dan memperoleh bagi hasil.

  Keuntungan dan Fasilitas :

  a) Memeperoleh bagi hasil yang kompetitif setiap bulan

  b) Investasi disalutkan untuk pembiayaan usaha produktif yang halal c) Jangka watu enam dan 12 bulan

  d) Dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over) pada saat jatuh tempo e)

  Dapat digunakan sebagai jaminan pembiayaan atau untuk referensi Bank Muamalat f)

  Deposito dalam valuta rupiah minimal senilai Rp 2.000.000,- akan memperoleh fasilitas asuransi syari’ah senilai deposito atau maksimal Rp 50.000.000,-

  g) Deposito dalam valuta US dollar minmal senilai USD 500 akan memperoleh fasilitas asuransi syari’ah senilai deposito atau maksimal senilai Rp 500.000.000,-

  Persyaratan : Nasabah perorangan : mengisi formulir pembukaan deposito dan melampirkan fotokopy identitas diri.

  6) Giro Wadi’ah

  Merupakan titipan dana pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan media cek, bilyet giro dan sarana pemindahbukuan. Keuntungan dan Fasilitas:

  a) Online real time di seluruh outlet Bank Muamalat

  b) Kartu ATM dan kartu Debit c) Phone Banking 24 jam: informasi saldo, histori transaksi, ubah

  PIN, pemindahbukuan antar rekening, pembayaran ZIS, dan lain- lain.

  Persyaratan:

  a) Nasabah Perorangan : Setoran awal minimal Rp 500.000,- atau

  USD 500, mengisi formulir pembukaan, melampirkan fotocopy identitas diri dan NPWP b)

  Nasabah Perusahaan : Setoran awal minimal Rp 1.000.000,- atau USD 500, mengisi formulir pembukaan, melampirkan fotocopy identitas diri dan NPWP serta TDP dan surat ijin perusahaan

  7) Dana Pensiun

  Merupakan produk Dana pensiun, program iuran pasti dengan pengelolaan investasi dilakukan secara syari’ah.

  Keuntungan dan Fasilitas:

  a) Dana anda disalurkan ke sektor usaha yang menguntungkan

  b) Produktif dan halal sesuai dengan syari’ah

  c) Merupakan salah satu cara memperoleh jaminan penghasilan hari tua d)

  Memperoleh menfaat pensiun sebesar total iuran dan hasil pengembangan e)

  Menetapkan sendiri usia pensiun

  f) Bebas memilih perusahaan asuransi jiwa guna memperoleh pembayaran dana pensiun bulanan b.

  Produk Pengelolaan Dana 1)

  Piutang Murabahah Fasilitas penyaluran dana dengan system jual beli. Bank akan membelikan barang-barang halal yang dibutuhkan kemudian menjualnya untuk diangsur sesuai dengan kemampuan nasabah. Produk ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha (modal kerja dan investasi : pengadaan barang modal seperti mesin, peralatan, dan lain-lain) Minimal pembiayaan ini adalah Rp 50.000.000,-

  2) Pembiayaan Mudharabah

  Pembiayaan dalam bentuk modal dana yang diberikan oleh bank untuk dikelola dalam usaha yang disepakati besarnya.

  Selanjutnya dalam pembiayaan ini nasabah dan bank sepakat untuk berbagi hasil atas pendapatan usaha tersebut.

  Jenis usaha yang dapat dibiayai : perdagangan, industri/manufacturing, usaha atas dasar kontrak dan lain-lain berupa modal kerja dan investasi.

  Syarat yang diperlukan untuk mendapatkan pembiayaan : usahanya sudah berjalan ± dua tahun.

  3) Piutang Istisna’

  Fasilitas penyaluran dana untuk mengadakan obyek/barang investasi yang diberikan berdasarkan pesanan anda.

  4) Rahn (gadai)

  Rahn adalah perjanjian penyerahan barang/harta sebagai jaminan berdasarkan hukum gadai berupa emas/perhiasan/kendaraan.

BAB IV ANALISIS Pembiayaan KPRS merupakan layanan jasa pembiayaan yang diberikan oleh

  pihak BMI Solo kepada nasabah debitur perorangan (individu), guna untuk melakukan pembelian rumah berikut tanahnya untuk dimiliki atau digunakan sendiri.

  Pembiayaan KPRS yang ditawarkan BMI Cabang Solo merupakan pembiayaan pembelian rumah baik rumah baru maupun rumah second (lama). Pembiayaan KPRS akan diberikan setelah nasabah memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku.

  Pelaksanaan pembiayaan KPRS di BMI Cabang Solo menggunakan skim

  musyarakah wal ijarah muntahiyah bit tamlik yaitu akad perjanjian kerjasama sewa

Dokumen yang terkait

ANALISIS YURIDIS KONGSI PEMILIKAN RUMAH SYARI’AH (KPRS) MELALUI AKAD PEMBIAYAAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk CABANG JEMBER

0 2 17

ANALISIS YURIDIS KONGSI PEMILIKAN RUMAH SYARI'AH (KPRS) MELALUI AKAD PEMBIAYAAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT Tbk CABANG JEMBER

0 6 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH – KGU DI BANK BTN CABANG SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - PELAKSANAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI BANK RAKYAT INDONESIA CABANG MOJOKERTO - Perbanas Institutional Repository

0 0 9

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

0 0 11

BAB 1 PENDAHULUAN - PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI BANK BTN CABANG SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

0 0 9

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI BANK JABAR BANTEN CABANG SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

0 0 12

ANALISIS PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH BAGI WIRASWATA DI BANK MUAMALAT INDONESIA CAPEM SALATIGA TUGAS AKHIR - ANALISIS PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH BAGI WIRASWATA DI BANK MUAMALAT INDONESIA CAPEM SALATIGA - Test Repository

0 0 93

ANALISIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) MUAMALAT iB PEMBELIAN DI BANK MUAMALAT INDONESIA (BMI) CABANG PEMBANTU SALATIGA TUGAS AKHIR - ANALISIS PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) MUAMALAT iB PEMBELIAN DI BANK MUAMALAT INDONESIA (BMI) CABANG PEMBANTU SA

0 0 103

PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) MUAMALAT iB DI BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG SOLO TUGAS AKHIR - PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) MUAMALAT iB DI BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG SOLO - Tes

1 1 91