BAB II KAJIAN PUSTAKA A Model Pembelajaran Outdoor Activity - NUNUNG ESTININGRUM BAB II

11

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A Model Pembelajaran Outdoor Activity
1. Pengertian Outdoor Activity
Penggunaan setting alam terbuka sebagai sarana kelas memberikan
dukungan terhadap proses pembelajaran secara menyeluruh dan sekaligus
membebaskan para peserta didik dari himpitan suasana dan ritme rutinitas
belajarar yang biasa mereka alami. Suasana yang segar dan asri, suasana
kicauan burung, desir air, atau hembusan angin juga dapat mendorong
intensitas keterlibatan peserta didik, baik secara fisik, mental, emosional,
bahkan

mungkin

sampai

tingkat


spiritual.

Riskomar

(2004:

7)

mengemukakan bahwa,
“Kelas alam terbuka merupakan tempat yang ideal, khususnya untuk
melakukan proses pembelajaran berdasarkan pengalaman/ experential
learning. Kombinasi aspek lingkungan alam terbuka dan berbagai
permainan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengubah
berbagai pola tingkah laku dan kebiasaan aktivitas sehari-hari melalui
proses yang menyenangkan dan penuh kegembiraan”.
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan alam
sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam, perintis gerakan ini antara lain
adalah Fr. Finger (1808-1888) di Jerman dengan ‘’heimatkunde”
(pengajaran alam sekitar), dan J. Ligthart (1859-1916) di Belanda dengan
“Het Volle Leven” (kehidupan senyatanya). Beberapa prinsip gerakan

‘’heimatkunde” adalah:(1) dengan pengajaran alam sekitar itu, guru dapat
memeragakan secara langsung sesuai dengan sifat-sifat atau dasar-dasar

11
Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

12

pengajaran;(2)

pengajaran

alam

sekitar

memberikan

kesempatan


sebanyak-banyaknya agar anak aktif atau giat tidak hanya duduk, dengar,
dan cat saja; dan (3) pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk
memberikan pengajaran totalitas, yaitu suatu bentuk dengan ciri-ciri: (a)
suatu pengajaran yang tidak mengenai pembagian mata pengajaran dalam
daftar pengajaran, tetapi guru memahami tujuan pengajaran dan
mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan, (b) suatu pengajaran yang
menarik minat, karena segala sesuatu di pusatkan atas suatu bahan
pengajaran yang menarik perhatian anak dan diambilkan dari alam
sekitarnya, dan (c) suatu pengajaran yang memungkinkan segala bahan
pengajaran itu berhubungan satu sama lain seerat-eratnya secara teratur;
(4) pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan apersepsi
inteketual yang kukuh dan tidak verbalitas; dan (5) pengajar alam sekitar
memberikan apersepsi emosional, karena alam sekitar mempunyai ikatan
emosional dengan anak (Sagala, 2012: 180)
Pembelajaran alam sekitar dan pembelajaran alam terbuka
merupakan istilah lain dari outdoor. Istilah outdoor activity dikenal juga
dengan istilah outdoor learning, outdoor study. Istilah outdoor menurut
John.M.Echol dalam kamus bahasa Inggris berarti di luar, sedangkan
activity berarti kegiatan. Jadi outdoor activity dalam konteks ini adalah
kegiatan pembelajaran di luar kelas. Kegiatan outdoor activity pada era

sekarang ini sedang mengemuka di dunia pendidikan, karena diyakini
mampu memberikan paradigma baru dalam pembelajaran. Eliot etc.

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

13

(Dryden, Gordon & Jeannete, dalam Agus, 2011: 7) menekankan
pentingnya mengubah citra sekolah tradisional dan ruang kelas tradisional.
Hal ini didasari pada asumsi bahwa kegiatan di luar kelas dapat membantu
tercapainya tujuan pembelajaran, sebab siswa merasa mendapat kegiatan
yang menyenangkan. Konsep outdoor ini sejalan dengan pendapat John
Eliot (Dryden, Gordon & Jeannete, dalam Agus, 2011: 7) yang
menyarankan melibatkan orang tua , kakek/ nenek, dan masyarakat dalam
proses belajar. Peran serta masyarakat dan orang-orang sekitar sekolah
dalam proses pembelajaran di sekolah dapat mengatasi keterbatasan guru
dalam memperoleh informasi terkini. Selain itu, dengan memanfaatkan
sumber belajar di luar ruang kelas, siswa dapat memperoleh suasana baru
yang dapat membuat mereka lebih fun, sehingga pembelajaran akan
berlangsung dengan dinamis, dan efektif.

Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran outdoor activity adalah model yang digunkan oleh guru
dalam kegaitan pembelajaran yang dilakukan di luar kelas.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kegiatan outdoor dapat
dilakukan dengan jalan mengunjungi objek – objek tertentu, seperti:
tempat rekreasi alam ( gunung, sungai, danau, bendungan, dan lautan ),
tempat hiburan, tempat perkebunan atau pertanian dan lain sebagainya.
Pembelajaran bahasa Indoneia dengan model outdoor activity memiliki
beberapa keunggulan :

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

14

a.

Siswa dapat melihat langsung suatu objek yang dikunjunginya,
sehingga mereka dapat mencatat apa yang dilihatnya yang nantinya
dapat dideskripsikan dalam bentuk karangan.


b.

Siswa dapat bertanya jawab langsung kepada nara sumber, sehingga
mereka memperoleh berbagai pengetahuan dan pengalaman yang
terintegrasi

c.

Siswa dapat mencookkan teori yang diperoleh selama pembelajaran ke
dalam objek.

2.

Peningkatan Ketrampilan Menulis Melalui Model Pembelajaran
Autdoor Activity
Para siswa SD pada umumnya masih mengalami kesulitan dalam
meingkatkan ketrampilan menulis. Oleh karena itu, agar kesulitan ini
dapat diatasi sangat perlu disajikan suatu teknik atau model pembelajaran
yang mampu menuntun dan mengarahkan siswa. Salah satu model yang
dapat dipergunakan adalah model pembelajaran outdoor activity

Model

pembelajaran

outdoor

activity

digunakan

dalam

pembelajaran puisi, karena dengan model pembelajaran outdoor activity
akan memberikan kesempatan pada setiap siswa untuk mempraktikkan
keterampilan menulisnya melalui kontak langsung dengan objek yang ada
di lingkungannya. Mengembangkan kemampuan siswa dalam berekspresi,
berimajinasi, dan menuangkan ide atau gagasannya dalam bentuk tulisan
khsusnya puisi.

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016


15

3.

Proses Penggunaan Model Pembelajaran Outdoor Activity
Dalam pelaksanannya, teknik pembelajaran outdoor activity ini,
menggunakan prosedur sebagai berikut :
a.

Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan
empat orang;

b.

Peserta didik bersama kelompoknya diberi tugas mencari objek atau
pemandangan alam yang lokasinya berada di lingkungan sekolah;

c.


Guru memberikan penjelasan model pelaksanaan kegiatan outdoor
activity;

d.

Peserta didik melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang
ada;

e.

Peserta didik mendata kata – kata yang berkaitan dengan objek yang
diamati;

f.

Peserta

didik

secara


berkelompok

mendiskusikan

hasil

pengamatannya untuk dijadikan bahan menulis puisi;
g.

Peserta didik secara berkelompok merangkai kata – kata untuk
dijadikan puisi;

h.

Peserta

didik

bergiliran,


setiap

kelompok

menampilkan

/

merepresentasikan puisi yang telah dibuat;
i.

Peserta didik dan guru mengamati penampilan dari kelompok yang
ditunjuk;

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

16

j.

Setelah presentasi selesai, masing-masing siswa diberi kesempatan
untuk memberikan kritik dan saran berkaitan dengan puisi yang
dibuat;

k.

Kelompok penyaji menanggapi saran dan kritik yang telah
disampaikan kelompok lain;

l.

Masing – masing kelompok memberikan kesimpulan secara umum.
Dari hasil presentasi yang dilakukan tiap – tiap kelompok, dapat

diketahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kemampuan berekspresi,
berimajinasi, dan menuangkan ide atau gagasan sesuai dengan pengamatan
yang dilakukan di lingkungan peserta didik. Sehingga sejauh mana penguasaan
peserta didik terhadap keterampilan menulis khususnya puisi dapat diketahui.
Menurut Oemar Hamalik dalam (Mawantusih, 2015) prosedur yang
digunakan dalam mengimplementasikan model pembelajaran outdoor activity
adalah sebagai berikut:
a. Guru merumuskan dengan teliti pengalaman belajar untuk
memperoleh hasil yang potensial atau memiliki alternatif;
b. Menentukan bentuk kegiatan yang akan dipakai, kegiatan outdoor
activity ini dapat divariasi sendiri oleh guru. Misalnya: dalam materi
dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, seperti dalam tema yang
lain seperti lingkungan;
c. Guru berusaha menyajikan pengalaman yang bersifat menantang
dan memotivasi;

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

17

d. Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan. Kegiatan outdoor activity
ini dapat dilaksanakan dalam pembelajaran atau dapat juga
dilaksanakan di luar jam pelajaran;
e. Menentukan rute perjalanan outdoor activity, dapat dilakukan satu
kelas bersama-sama. Outdoor activity ini dapat menggunakan rute
sekitar sekolah atau di lingkungan warga sekitar;
f. Peserta didik dapat bekerja secara individu dan dapat bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil;
g. Para peserta didik secara aktif berperan serta dalam pembentukan
pengalaman;
h. Setelah

semua

persiapan

selesai

maka

tahap

selanjutnya

pelaksanaan kegiatan outdoor activity yaitu guru menjelaskan
tentang aturan dalam pembelajaran dengan outdoor activity.

4. Manfaat Model Pembelajaran Outdoor Activity
Model pembelajaran outdoor activity dapat diterapkan pada anak-anak
usia sekolah dan orang dewasa sekaligus. Berikut manfaat model
pembelajaran outdoor activity sebagai berikut:
a. Menurut Suyadi dalam Mawantusih (2015) manfaat outdoor
activity antara lain, 1) pikiran lebih; 2) pembelajaran akan terasa
menyenangkan; 3) pembelajaran lebih variatif; 4) belajar lebih
rekreatif; 5) belajar lebih riil; 6) anak lebih mengenal pada dunia

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

18

nyata dan luas; 7) tertanam image bahwa dunia sebagai kelas; 8)
wahana belajar akan lebih luas; 9) kerja otak lebih rileks.
b. Menurut Sujana dan Rivai (dalam Mawantusih, 2015) menjelaskan
keuntungkan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan
dalam proses belajar antara lain:
1) Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan peserta
didik, dan motivasi peserta didik akan lebih tinggi.
2) Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab peserta didik
dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau
bersifat alami.
3) Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih faktual sehingga
kebenarannya akurat.
4) Kegiatan belajar peserta didik lebih komprehensif dan lebih
aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau
mendemontrasikan, menguji fakta, dan lain-lain.
5) Sumber belajar lebih kaya sebab lingkungan yang dapat
dipelajari bisa beraneka ragam seperti lingkungan sosial,
lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lain-lain.
6) Peserta didik dapat memahami dan menghayati aspek-aspek
kehidudupan yang ada di lingkungan sekitarnya.

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

19

B Motivasi Belajar Siswa
1. Pengertian Motivasi Belajar
Sudah menjadi hal yang umum, orang menyebut dengan motif
untuk menunjuk mengapa seseorang itu berbuat sesuatu, Apa motifnya
si Andi melakukan kekerasan, apa motifnya si Olan membuat
kekacauan, apa motifnya si Bagas itu rajin membaca, apa motifnya
pak Zamzami memberikan insentif kepada para pegawainga, dan
begitu seterusnya kalau demikian, apa yang dimaksud dengan motif?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1990: 593),
motif artinya sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang
atau dasar pikiran/pendapat satu yang menjadi pokok (dalam cerita,
gambaran, dsb.). Sardiman (2007: 20) mengungkapkan bahwa,
“Kata „motif‟ , diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dilakukan sebagai
daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai sesuatu tujuan. Bahkan
motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada
saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan
sangat dirasakan/ mendesak” .
Berbeda dengan Sardiman yang memberikan definisi motivasi
adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif. Menurut Mc. Donald
dalam Sardiman (2007: 21), motivasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian
yang di kemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting.

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

20

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada
diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan
membawa

beberapa

perubahan

energi

di

dalam

sistem

“neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena
menyangkut perubahan enenrgi manusia (walaupun motivasi itu
muncul

dari

dalam

diri

manusia),

penampakannya

akan

menyangkut kegiatan fisik manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa, ”feeling”, afeksi
seseorang. Dalam hal ini, motivasi relefan dengan personalanpersonalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan
tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi
dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni
tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi
kemunculannya karena terangsang/ terdorong oleh adanya unsur
lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal
kebutuhan.
Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa
motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan
terjadinya sesuatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga
akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi,
untuk kemudian bertindak atau melakukan suatu. Semua ini didorong
karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

21

Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa,
misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu
diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam,
mungkin ia tidak senang, mugkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan
lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi,
tidak terangsang afeksinya utuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki
tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya
upaya yang dapat menemukan sebab musababnya kemudian seorang siswa
itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar.
Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi
pada dirinya. Atau singkatnya perlu diberikan motivasi. Selanjutnya
Sardiman (2007: 23) mengungkapkan bahwa,
“Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan
sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan
atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.”
Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi
motivasi itu adalah tumbuh dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar,
motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dihendaki oleh subyek belajar itu
dapat tercapai. Dikatakan „keseluruhan‟, karena pada umumnya ada
beberapa motiv yang bersama-sama menggerakan siswa untuk belajar.

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

22

Persoalan motivasi ini, dapat juga dikaitkan dengan persoalan
minat. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila
seseorang melihat ciri-ciri yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan
atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, apa yang dilihat
seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang
dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini
menunjukan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang
kepada seseorang (biasanya disertai dengan perasaan senang), karena itu
merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu.
Menurut Bernard dalam Sardiman (2007: 24) minat timbul tidak
secara tiba-tiba/spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi,
pengalaman, kebiasaan, pada waktu belajar atau bekerja. Jadi jelas bahwa
soal minat akan selalu berkait dengan soal kebutuhan atau keinginan. Oleh
karena itu yang penting bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar
siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar.
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Motif artinya sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan seseorang
atau dasar pikiran/pendapat satu yang menjadi pokok (dalam cerita,
gambaran, dsb)
b. Motif masih bersifat potensial, dan aktualisasinya dinamakan motivasi,
serta pada umumnya diwujudkan dalam bentuk perbuatan nyata.

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

23

c. Motivasi ialah suatu daya yang terdapat pada diri manusia yang
menimbulkan, mengarahkan, mendorong dan mengorganisasikan
tidakan tingkah lakunya dalam mencapai tujuan.
d. Motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu
adalah tumbuh dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa

yang

menimbulkan

kegiatan

belajar,

yang

menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dihendaki oleh subyek belajar
itu dapat tercapai.
e. Peserta didik yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai energi
untuk melakukan kegiatan belajar
f. Motivasi dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intristik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intristik artinya sebagai motivasi yang bersumber
dari dalam diri sendiri sedangkan motivasi ekstrinsik diartikan sebagai
motivasi yang muncul atau datang dari luar diri seseorang.
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat nonintelektual. Perananya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,
merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi
kuat, akan mempunyai energi untuk melakukan kegiatan belajar. Ibaratnya
seseorang itu menghadiri suatu ceramah, tetapi karena ia tidak tertarik
pada materi yang diceramahkan, maka tidak akan mencamkan, apalagi
mencatat isi ceramah tersebut. Seseorang tidak memiliki motivasi kecuali

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

24

karena perasaan atau sekadar seremonial. Seorang siswa yang memiliki
intelegensia cukup tinggi, mentak (boleh jadi) gagal karena kekurangan
motivasi. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat.
Bergayut dengan ini maka kegagalan belajar siswa jangan begitu saja
mempersalahkan pihak siswa, sebab mungkin saja guru tidak berhasil
dalam memeberi motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan
kegiatan siswa untuk berbuat/belajar. Jadi tugas guru bagaimana
mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi.
Belajar menurut R. Gagne dalam Susanto (2013: 1) belajar dapat
didefisinikan sebagai suau proses dimana suatu organisasi berubah
perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Belajar dapat dimaknai
sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan ,
keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
Sedangkan menurut E.R.Hilgard dalam Susanto (2013: 3) belajar
adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan
kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku,
dan diperoleh melalui latihan. Kingsley dalam Susanto (2013: 3) membagi
hasil belajar dalam tiga macam, yaitu: (1) keterampilan dan kebiasaan; (2)
pengetahuan dan pengertia; dan (3) sikap dan cita-cita.
Berdasarkan deskripsi di atas, dapat ditarik pengertian bahwa
belajar merupakan proses aktifitas yang memiliki keterukuran yang jelas.
Ukuran keberhasilan belajar adalah penguasaan suatu bahan ajar dan
memiliki perubahan tingkah laku yang sesuai tujuan pembelajaran.

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

25

Disebut pembelajar efektif jika siswa menjadi senang, mudah memahami,
dan berhasil dengan apa yang dipelajarinya.
Pengertian motivasi belajar berdasarkan deskripsi di atas, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Motivasi belajar adalah suatu proses yang didorong oleh faktor internal
dan eksternal untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru
sebagai hasil dari proses belajar;
b.

Motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan memberikan stimulus
kepada siswa agar tertarik dalam mengikuti pembelajaran;

c. Motivasi belajar memiliki peranan yang penting terhadap proses
pembelajaran. Semakin tinggi peserta didik mempunyai motivasi
belajar, maka semakin tinggi pula peserta didik berkesempatan untuk
berhasil dalam belajar;
Salah satu fungsi pendidik adalah memberikan motivasi belajar
kepada anak didik agar proses dan hasil kegiatan belajar mengajarnya
efektif serta produktif. Berdasarkan hal tersebut maka guru perlu
memperhatikan prinsip-prinsip motivasi sebagaimana dijelaskan oleh
Sukartini et al dalam Dasiman (2015), sebagai berikut:
a. Konsep kompetensi, perlu ditumbuhkan persaingan secara sehat inter
maupun antar pribadi. Kompetensi pribadi terjadi dalam diri pribadi
dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi tempat dan waktu.
Kompetensi antar pribadi adalah persaingan antar individu agar
bertindak dan berbuat yang lebih baik.

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

26

b. Prinsip pemacu, dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan
terjadi apabila ada pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa
informasi, nasihat, amanat, peringatan atau percobaan.
c. Prinsip ganjaran dan hukuman ( reward and punishment), ganjaran
dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan tindakan yang
menimbulkan ganjaran itu. Sebaiknya hukuman dapat memberikan
efek untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan hukuman
itu.
d. Prinsip kejelasan dan kedekatan tujuan, makin jelas dan makin dekat
suatu tujuan maka akan medorong seseorang untuk melakukan
tindakan.
e. Prinsip pemahaman hasil, hasil yang dicapai akan memberikan balikan
dari upaya yang dilakukan dan memberikan motivasi untuk melakukan
tindakan berikutnya.
f. Prinsip pengembangan minat, motivasi seseorang akan meningkat
apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam
melakukan tindakannya.
g. Prinsip lingkungan yang kondusif, lingkungan belajar yang kondusif
baik fisik, sosial, maupun psikologis dapat menumbuhkan motivasi
untuk bekerja lebih baik dan produktif.
h. Prinsip keteladanan, perilaku pengajar langsung atau tidak langsung
mempunyai pengaruh terhadap perilaku siswa, baik yang bersifat
positif maupun negatif.

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

27

Keberhasilan peserta didik

dalam belajar

dipengaruhi oleh

berbagai faktor, salah satu faktor yang sangat penting adalah motivasi
belajar. Motivasi belajar berfungsi menggerakkan faktor-faktor yang lain,
sehingga motivasi belajar dianggap sebagai mesin untuk menggerakkan
komponen yang lain. Dalam proses penelitian ini, untuk mengetahui ada
tidaknya motivasi belajar pada peserta didik perlu diketahui indikatorindikator adanya motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Menurut
Asrori dalam Dasiman (2015), terdapat sejumlah indikator untuk
mengetahui

adanya

motivasi

siswa

dalam

proses

pembelajaran

diantaranya: memiliki gairah yang tinggi, penuh semngat, memiliki rasa
penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi, memiliki rasa percaya diri,
memiliki daya konsentrasi yang tinggi, kesulitan dianggap sebagai
tantangan yang harus di atasi, dan memiliki kesabaran dan daya juang
yang tinggi.
Untuk menumbuhkan motivasi peserta didik agar mampu mencapai
tujuan perlu diupayakan secara kongkret dari seorang guru. Upaya itu
diantaranya, memperbaiki metode dan teknik pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik materinya, ataupun dengan kegiatan ekstrakurikuler,
ataupun kegiatan yang lainnya.
Secara spesifik adanya motivasi belajar dapat di lihat dari
karakteristik tingkah laku siswa seperti: a) keantusiasan dalam belajar; b)
minat atau perhatian pada

pembelajaran; c) keterlibatan dalam

pembelajaran; d) rasa ingin tahu dalam pembelajaran; e) ketekunan dalam

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

28

belajar; f) selalu berusaha mencoba, dan g) aktif mengatasi tantangan
dalam pembelajaran.
2.

Fungsi Motivasi
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak
selalu dilatarbelakangi oleh motiivasi. Motivasi inilah yang mendorong
mereka untuk melakukan sesuatu kegiatan/pekerjaan.
Begitu juga dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi.
Sardiman (2007: 84) mengatakan bahwa, “Motivation is on essential
condition of leraning”. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada
motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula
pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha
belajar bagi para siswa.
Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan sesuatu tujuan,
dan dengan demikian motivasi mempengaruhi adanya kegiatan.
Sehubungan

dengan

hal

tersebut,

Sardiman

(2007:

85)

mengungkapkan bahwa ada tiga fungsi motivasi.
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor pengerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

29

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian
dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar
dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau
membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

C Kemampuan Menulis Puisi
1. Pengertian Menulis
Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan
secara tertulis pada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis
sebagai penyampai pesan, isi pesan, media tulisan, dan pembaca sebagai
penerima pesan.
Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan
kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut untuk dapat menyusun
dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam
formulasi ragam bahasa tulis dan konvensi penulisan lainnya. Di balik
kerumitannya, menulis mengandung banyak manfaat untuk meningkatkan
keterampilan sesuatu dengan bahasa yang lebih tepat, meningkatkan
kebiasaan pemakaian diksi, atau pilihan kata yang tepat, meningkatkan
ketajaman keruntutan berpikir, menghidupkan imaji atau citraan yang
tepat. Selain itu,

jugabermanfaat sebagai pemberi informasi, hiburan,

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

30

untuk dokumentasi, laporan, pengungkapan tokoh dan penokohan,
pengungkapan keruntutan berpikir, penceritaan latar, penyaluran hobi dan
masih banyak lainnya ( Sukirno, 2010: 6)
Menurut Tarigan (1982: 21) menulis adalah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafiks yang melambangkan suatu bahasa
yang dipahami oleh seseorang , sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan
gambar grafik tersebut. Pengertian tersebut memberikan pemahaman
bahwa kegiatan menulis adalah kegiatan menuangkan lambang-lambang
grafik dan menyusunnya sebagai kesatuan bahasa Indonesia. Wardoyo
(2013: 9) juga mendefisinikan menulis bahwa,
“menulis merupakan aktivitas produktif yang membutuhkan prasyaratprasyarat tertentu yang harus dimiliki seseorang yang menjadi penulis.
Prasyarat tersebut akan mempengaruhi sesorang dalam berkarya (membuat
tulisan-tulisan yang akan dihasilkannya). Prasyarat tersebut meliputi: (1)
motivasi diri untuk menjadi penulis, (2) menumbuhkan kebiasaan
membaca, (3) menumbuhkan rasa cinta pada menulis, dan (4) berlatih
,menulis dengan melakukan tahapan-tahapan menulis secara konsisten”.
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa pengertian menulis adalah suatu keterampilan
berbahasa yang digunakan untuk menyampaikan atau mengungkapkan
suatu informasi, pendapat, pikiran, dan isi hati dengan lambang grafik atau
tulisan yang terdiri atas rangkaian kata-kata atau kalimat secara efektif,
jelas, jujur, teratur dan tidak emosional. Dengan berbekal bahasa yang
baik dan benar peserta didik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
menulisnya.

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

31

2. Fungsi Menulis
Ada beberapa manfaat menulis bagi peserta didik menurut Tarigan
(1982: 22) adalah sebagai berikut: satu menulis memudahkan pelajar untuk
berpikir kreatif, dua menulis memudahkan untuk merasakan dan menikmati
hubungan kemanusiaan, yaitu sistem tempat penulis dan pembaca bersatu
berbagai pengetahuan, nilai-nilai perspektif dalam suatu masyarakat, tiga
menulis memperdalam daya tangkap, empat menulis memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi, dan lima menyusun berbagai pengalaman.
Wardoyo (2013: 5) menyampaikan bahwa manfaat menulis ada
enam hal, (1) Sebagai sarana pengungkapan diri, pengungkapan diri dalam
menulis adalah kegiatan menuangkan gagasan ke dalam bentuk tulisan. (2)
Sarana memahami sesuatu. Kegiatan menulis adalah proses kegiatan
berpikir, mencoba memahami setiap plihan kata yang disusun dan
menyesuaikan ide atau gagasan tulisan sehingga proses tersebut merupakan
proses pemahaman terhadap sesuatu, (3) mengembangkan kepuasan
pribadi, kepercayaan diri, dan sebuah kebanggaan. Kegiatan menulis adalah
upaya untuk menghasilkan karya tulis, setiap proses dalam menulis adalah
upaya dan kerja keras yang dilakukan penulis. Hasil menulis itu akan
membuat kepuasan diri, bangga

dan tumbuh rasa puas. (4) Kegiatan

menulis merupakan sarana melibatkan diri dalam lingkungan. (5)
Mengembangkan pemahaman dan kemampuan berbahasa.
Dari deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis
mencakup tiga manfaat, yaitu, (a) mengembangkan kemampuan berpikir

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

32

logis dan kreatif, (b) mengembangkan kemampuan berbahasa seseorang,
dan (c) meningkatkan kepercayaan diri seseorang.
3. Menulis Puisi
a.

Pengertian Puisi
Sejak zaman dahulu puisi sudah tumbuh di tengah-tengah

masyarakat, bahkan menjadi bagian kehidupan yang tak bisa dipisahkan.
Pada zaman tradisonal puisi telah berkembang berupa puisi lisan, seperti
mantra dan pantun. Pada zaman sekarang puisi berkembang begitu
pesatnya, kita bisa memperolehnya di surat kabar, majalah, radio, televisi
atau media yang lain dengan berbagai bentuk dan ragamnya. Puisi begitu
banyak ragamnya sehingga banyak yang memberikan defisi puisi
bermacam-macam.
Salah satu penyair bernama Waluyo dalam Wardoyo, (2013: 16)
berpendapat

bahwa,

“Pusisi

adalah

bentuk

karya

sastra

yang

mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan
disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan
mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya”.Selanjutnya
Luxemberg dalam Wardoyo (2013: 19) mengungkapkan bahwa puisi
adalah ciptaan kreatif sebuah karya seni.
Selanjutnya Pradopo (1999: 6) menjelaskan beberapa pendapat
para pakar puisi tentang definisi puisi. Samuel Taylor Coleridge
mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang indah dari susunan
terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

33

sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara unsur yang satu
dengan unsur yang lain erat sekali hubungannya. Carlyle berkata, puisi
merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Wordsworth mempunyai
gagasan bahwa puisi adalah perasaan pernyataan yang imajinatif, yaitu
perasaan yang direkakan atau diangankan.
Dari pengertian puisi yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa puisi adalah pengalaman, imajinasi, dan sesuatu yang
berkesan yang ditulis sebagai ekspresi seorang dengan menggunakan
bahasa.
b. Unsur-unsur Pembentuk Puisi
Wardoyo (2013: 23) menyampaikan bahwa unsur pembentuk puisi
terdiri dari dua macam, yaitu unsur fisik dan unsur batin.
Unsur fisik pembangun puisi meliputi: diksi, bahasa figuratif
(bahasa kiasan), kata kongkret, citraan (pengimajian), versifikasi, dan
wujud visual puisi (tata wajah puisi). Sedangkan unsur batin puisi terdiri
dari: tema, nada, suasana, dan amanat ( Wardoyo, 2013: 23)
1) Unsur Fisik Puisi
Wardoyo (2013: 23-32) menjelaskan unsur unsur fisik puisi
a) Diksi
Diksi atau pilihan kata merupakan unsur yang sangat esensial
dalam Puisi yang baik adalah puisi yang dibangun dari banyak unsur.
Waluyo dalam Wardoyo, (2013: 23) mengungkapkan bahwa puisi
tercipta dari bangunan (baca:struktur) yang memiliki kepaduan

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

34

anatara unsur-unsurnya. Unsur-unsur pembangun puisi tidak bisa
dipisahkan karena antara unsur yang satu dengan lainnya memiliki
keterkaitan. Puisi tidak semata-mata diatur oleh unsur bunyi, suku
kata, dan baris, namun juga diatur oleh aturan makna tersendiri.
Pradopo (1999: 7) menyampaikan penulisan puisi. Diksi dapat
dijadikan tolok ukur apakah seorang penulis puisi mempunyai daya
cipta yang asli. Untuk itu, seorang penyair harus hati-hati dalam
memilih kata-kata agar makna komposisi bunyi dalam rima irama
dapat terbangun dengan baik.
Diksi

bisa

berfungsi

sebagai,

(1)

estetika,

berfungsi

memberikan nilai keindahan dalam puisi, dan sebagai sarana untuk
memperoleh efek puitis, (2) kekuatan ekspresi, puisi adalah ekspresi
seorang penyair. Untuk itu, puisi harus mempunyai kekuatan ekspresi
agar apa yang hendak diekspresikan mampu dirasakan dan
menciptakan suasana bagi pembaca.
b) Bahasa Figuratif (bahasa kiasan)
Bahasa figuratif adalah bahasa yang dapat menimbulkan
kepuitisan. Dengan bahasa kiasan puisi menjadi menarik perhatian,
menimbulkan kesegaran, terutama menimbulkan kejelasan gambaran
angan. Bahasa kiasan yang digunakan oleh penyair untuk menyatakan
sesuatu yang lain, agar lebih estetis dan tersamar atau tidak langsung.
Macam-macam bahasa figuratif
(1) Personifikasi

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

35

Personikasi adalah bahasa kiasan yang menganggap benda mati
memiliki sifat-sifat seperti manusia. Dengan kata lain
personifikasi menyebut benda seolah-olah bisa berbuat,
berpikir dan melakukan tindakan seperti pada umumnya
manusia.
Contoh : kabut yang mengepungmu telah runtuh menjadi katakata
(2) Metafora
Metafora adalah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan
tersebut tidak disebutkan. Metafora merupakan bahasa kiasan
yang digunakan

dengan

cara

melihat

sesuatu

dengan

perantaraan benda yang lain. Perbandingan yang dimunculkan
dalam majas metafora bersifat implisit. Dengan kata lain, katakata untuk mengungkapkan pengandaian dihilangkan, tetapi
tidak mengurangi kadar keindahan dari ungkapan tersebut.
Contoh : Matamu yang Oase.
(3) Simile
Simile

merupakan bahasa

kiasan

yang juga

berusaha

membandingkan antara dua hal yang sebetulnya berlainan.
Dalam simile bentuk perbandingan lebih bersifat eksplisit. Hal
ini dapat ditandai dengan unsur konstruksional semacam kata
seperti, serupa, bagai, laksana, bak, dan ibarat.
Contoh : seperti tanah lempung

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

36

(4) Hiperbola
Hiperbola adalah bahasa kiasan yang berlebih-lebihan yang
digunakan untuk mengungkapkan sesuatu. Biasanya bahasa
kiasan digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan sesuatu
kejadian yang berlebih-lebihan.
Contoh :
Kelaparan adalah burung gagak, yang licik dan hitam, jutaan
burung-burung gagak, bagai awan yang hitam
c) Kata kongkret
Kata kongkret adalah kata-kata yang digunakan oleh
penyair untuk merujuk kepada arti yang menyeluruh . dengan kata
lain, kata kongkret adalah kata-kata yang mampu memberikan
pengimajian kepada pembaca. Kata kongkrit dapat dilakukan oleh
penyair dengan berusaha memberikan efek imaji (penggambaran)
baik secara penglihatan, pendengaran, perasaan, dan lain
sebagainya kepada pembaca dengan tujuan agar pembaca dapat
membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang
dilukiskan oleh penyair.
d) Citraan (pengimajian)
Menurut Wachid dalam wardoyo (2013: 32) citraan
dinyatakan sebagai pengalaman indera dan merupakan bentuk
bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pengalan indera
tersebut. Pradopo (2002: 79) menyatakan citraan adalah gambaran-

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

37

gambaran angan yang dituangkan ke dalam sajak. Dengan
demikian citraan dapat diartikan gambaran angan yang terbentuk
dan diekspresikan melalui medium bahasa, yang merupakan hasil
dari pengalaman indera manusia. Oleh karena itu, citraan yang
terbangun dalam puisi biasanya meliputi citraan dari hasil
penglihatan, pendengaran, perabaan, perasaan, dan penciuman.
e) Versifikasi (Rima dan Irama)
Versifikasi berkaitan dengan bunyi-bunyi yang diciptakan
dari dalam puisi. Bunyi dalam puisi menghasilkan rima
(persajakan) dan rima. Bunyi-buni itulah yang disebut versifikasi.
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membangun
musikalitas atau orkestrasi. Ritma merupakan merupakan tinggi
rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi.
f) Wujud Visual Puisi (Tata Wajah)
Tata wajah puisi atau wujud visual sebuah puisi adalah
bentuk tampilan puisi yang ditulis penyair. Wujud visual puisi
merupakan salah satu teknik ekspresi seorang penyair dalam
menuangkan gagasan idenya. Fungsi wujud visual puisi adalah
untuk membedakan karya sastra puisi dengan yang lainnya. Wujud
visual puisi berupa, (1) pembaitan, (2) pungtuasi yaitu penggunaan
tanda baca yang digunakan penyair dalam puisinya, (3) tipografi,
merupakan aspek bentuk visual puisi yang berupa tata hubungan
dan tata baris. Tipografi disebut juga susunan baris puisi atau

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

38

ukiran bentuk.(4) enjabemen, adalah peloncatan satuan sintaksis
yang terdapat pada baris tertentu ke dalam baris berikutnya, baik
dalam bait yang sama maupun dalam bait berikutnya.
2) Unsur Batin Puisi
Unsur batin puisi terdiri dari, (1) tema, merupakan gagasan
pokok yang dikemukakan penyair, (2) nada, merupakan bunyi yang
memiliki gerakan teratur tiap diksi, (3) suasana, adalah kondisi
psikologi yang dirasakan oleh pembaca yang tercipta akibat adanya
interaksi antara pembaca dengan puisi yang dibacanya, (4) amanat,
adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang melalui karyanya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur pembentuk
puisi terdiri dari unsur fisik puisi dan unsur batin puisi. Unsur fisik
pembangun puisi meliputi: diksi, bahasa figuratif (bahasa kiasan), kata
kongkret, citraan (pengimajian), versifikasi, dan wujud visual puisi
(tata wajah puisi). Sedangkan unsur batin puisi terdiri dari: tema,
nada, suasana, dan amanat.

D Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan sangatlah penting sebagai bahan acuan dan
pertimbangan. Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian ini, diantaranya:

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

39

1. Mawantusih (2015) Peningkatan Mutu Bahasa Indonesia Melalui
Metode Outdoor Learning dalam Pengajaran Menulis Puisi kelas 8A,
penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Sokaraja ini bertujuan untuk
meningkatkan mutu pembelajaran bahasa Indonesia. Penerapan
metode Outdoor Learning dalam pembelajaran menulis puisi
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus minat
belajar bahasa Indonesia.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas, dengan
subjek penelitian siswa kelas 8A di SMP Negeri 1 Sokaraja. Penelitian
ini difokuskan dengan penerapan metode Outdoor Learning dalam
pengajaran menulis puisi. Prosedur penelitian tindakan kelas ini
melalui: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, 4)
refleksi dalam setiap siklus. Data yang diperoleh melalui observasi
(pengamatan), angket, wawancara, dokumen serta tes.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan belajar
yang ditunjukkan dengan keaktifan siswa, dan juga ditunjukkan
dengan ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Dari 60,3% menjadi
70,6%. Pada siklus kedua menunjukkan rata-rata meningkat menjadi
76% .
2.

Martha

(2012)

Peningkatan

Hasil

Belajar

Melalui

Model

Pembelajaran Matematika di Luar Kelas (Outdoor Mathematics) Pada
Siswa Kelas III B SD Negeri Gamol Sleman Tahun Ajaran

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

40

2011/2012, bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika
melalui model Outdoor Mathematics.
Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan teknik
kolaboratif. Setiap siklus melalui empat tahap yaitu: (1) perencanaan,
(2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah tes, observasi dan dokumentasi. Hasil
penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada aspek kognitif yaitu
dari nilai rata- rata kelas pada pratindakan 62,19 dengan ketuntasan
klasikal 31,25% (5 siswa). Pada

siklus I nilai

rata-rata

kelas

menjadi 69,09 dengan ketuntasan klasikal 56,25% (9 siswa) dan
pada siklus II mencapai 85,31 dengan ketuntasan klasikal 87,50%(14
siswa); Peningkatan persentase aspek afektif sebesar 14,69% dari
siklus I ke siklus II (71,40% meningkat menjadi 86,09%) dan;
Peningkatan persentase aspek psikomotor sebesar 13,6 % dari siklus I
ke siklus II (72,96% meningkat menjadi 86,56 %).
3. Hamda Wara (2015) Penerapan Metode Pembelajaran Outdoor
Study

Terhadap

Hasil

Belajar

Geografi.

Penelitian

yang

dilaksanakan di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung siswa kelas
XI XI IPS Tahun Pelajaran 2014/ 2015 ini, bertujuan untuk
mengetahui perbedaaan penggunaan metode pembelajaran outdoor
Study terhadap hasil belajar siswa.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan
pretest-posttest control group design. Sampel kelas XI IPS 1 dan

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

41

kelas XI IPS 2. Analisis data menggunakan uji statistik parametrik
dimana uji hipotesis menggunakan uji-t pada program SPSS seri
20 for windows.
Hasil penelitian
perbedaan

signifikan

menunjukkan
antara

nilai

bahwa
rata- rata

(1)

tidak

pretest

ada
siswa

menggunakan metode outdoor study dengan konvensional, (2) ada
perbedaan

signifikan

antara

nilai

rata-rata

posttest

siswa

menggunakan metode outdoor study dengan konvensional dimana
nilai rerata outdoor study lebih besar dari rata-rata konvensional (3)
ada perbedaan n-Gain hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
metode outdoor study dengan konvensional, dimana n-Gain
outdoor study lebih besar dan termasuk dalam kriteria sedang.
4. Susanto (2016) Implementasi Model Pembelajaran Ourdoor Activity
untuk Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Menulis Pantun Kelas
XI Semester 1. Penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri 1
Bumiayu Tahun Pembelajaran 2015/ 2016

ini, bertujuan untuk

meningkatkan motivasi dan keterampilan menulis pantun kelas XI 1
SMA Negeri 1 Bumiayu Tahun Pembelajaran 2015/ 2016.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua siklus. Tiap
siklusnya ada empat tahapan yaitu pratindakan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, tes,

dan angket. Analisis data menggunakan teknik

deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

42

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Autdoor

Activity

dapat

meningkatkan

motivasi

belajar

dan

keterampilan menulis pantun. Motivasi pada tahap pratindakan 74,68
(cukup), siklus I motivasi siswa meningkat menjadi 81,69 (baik), dan
siklus II menjadi 90 (amat baik). Sedangkan keterampilan menulis
pantun pada tahap pratindakan rata-rata nilainya 67,68 (cukup), pada
siklus I menjadi 89 (baik), dan pada siklus II menjadi 93 (sangat
baik).
Keempat penelitian di atas, menunjukkan bahwa implementasi
metode Outdoor Learning/ Outdoor Activity dapat meningkatkan motivasi
belajar dan meningkatkan prestasi peserta didik. Penelitian ini berbeda
dengan penelitian sebelum-sebelumnya. Perbedaannya terletak pada objek
dan variabelnya. Objek pada penelitian ini adalah peserta didik kelas V SD
Negeri

3

Karangklesem,

sedangkan

variabelnya

adalah

model

pembelajaran Outdoor Activity, motivasi belajar peserta didik, kemampuan
menulis puisi.
E Asumsi-asumsi Dasar
Berdasarkan kajian teoretis dapat dirumuskan anggapan-anggapan dasar
sebagai berikut:
1. Motivasi belajar adalah suatu daya yang terdapat pada diri manusia yang
menimbulkan, mengarahkan, mendorong dan mengorganisasikan tindakan
tingkah lakunya dalam meningkatkan menulis puisi.

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016

43

2. Kemampuan menulis puisi adalah kemampuan mengemukakan pikiran
yang diwujudkan dalam puisi yang memenuhi beberapa kriteria, pencarian
ide (ilham); pemilihan tema; penentuan jenis puisi; pemilihan diksi (kata
yang padat dan khas); pemilihan permainan bunyi; pembuatan larik yang
menarik (tipografi);

pemilihan pengucapan; pemanfaatan gaya bahasa;

pemilihan judul yang menarik
3. Agar siswa dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan menulis
puisi yang baik, guru harus mengajarkannya dengan menggunakan model
pembelajaran yang tepat dan efektif.
4. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam
meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan menulis puisi adalah model
pembelajaran Outdoor Activity.

F Hipotesis
Berdasarkan anggapan dasar yang telah dirumuskan dapat peneliti rumuskan
hipotesis sebagaii berikut:
1. Implementasi model pembelajaran Outdoor Activity dapat meningkatkan
motivasi belajar peserta didik kelas V SD Negeri 3 Karangklesem
2. Implementasi model pembelajaran Outdoor Activity dapat meningkatkan
kemampuan menulis puisi peserta didik kelas V SD Negeri 3
Karangklesem.

Implementasi Model Pembelajaran..., Nunung Estiningrum, Program Pascasarjana UMP, 2016